Preskas FTT 3
-
Upload
dhita-kemala-ratu -
Category
Documents
-
view
55 -
download
0
description
Transcript of Preskas FTT 3
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
1/36
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Definisi yang pasti mengenai gagal tumbuh sampai saat ini belum menemukan
konsensus atau kesepakatan. Gagal tumbuh dapat terjadi pada semua kelas sosio ekonomi,
walaupun lebih sering terjadi pada keluarga yang kurang mampu. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa insiden gagal tumbuh meningkat pada anak yang sedang dalam
pengobatan, tinggal di daerah rural, dan yang tidak mempunyai tempat tinggal permanen.
Kejadian gagal tumbuh lebih banyak terjadi di negara yang belum atau sedang
berkembang dibandingkan dengan negara yang sudah maju. Di Indonesia, angka kejadian
gagal tumbuh masih belum terdata. Data yang ada adalah data gizi kurang, dimana
prevalensi gizi kurang pada periode 1989-1999 menurun dari 29.5% menjadi 27.5% atau
rata-rata terjadi penurunan 0.40% per tahun, namun pada periode 2000-2005 terjadi
peningkatan prevalensi gizi kurang dari 24.6% menjadi 28.0%.
Melihat dari tingginya angka kejadian gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia,
maka perlu dilakukan penelaahan mengenai kasus gagal tumbuh (Failure to Thrive) yang
mungkin kerap dijumpai. Untuk itu perlu pengkajian lebih lanjut baik dari gejala klinis,
pemeriksaan dan penegakan diagnosis serta penatalaksanaan gagal tumbuh yang tepat.
TUJUAN
Penyajian laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca
untuk mengetahui tentang terminologi gagal tumbuh pada anak.
1
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
2/36
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : BGS Nama ayah : HTUmur : 58 hari Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : laki-laki Pendidikan : SMK
Alamat : Palimanan Pekerjaan
Nama ibu
: Mandor Besi
: DW
Masuk RS : 23 April 2013 Umur : 20 Tahun
No. Register : 41872 Pendidikan : SMP
Tgl. Diperiksa : 26 April 2013 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
II. ANAMNESIS
(anamnesis/alloanamnesis terhadap: ibu pasien )
1. Keluhan Utama: Berat badan turun
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien (usia 53 hari) datang ke IGD RSUD Arjawinangun pada tanggal 23 April2013 dengan keluhan berat badan tidak naik sejak lahir dan cendrung semakin turun. Berat
badan lahir 3700 gram, dan saat ditimbang di IGD berat badan pasien 2400 gram.
Setelah dirawat selama 3 hari di Ruang Anak RSUD Arjawinangun, berat badanpasien naik menjadi 3100 gram, namun pasien masih mengalami muntah dan mencret.
Pasien sejak lahir sering muntah. Pasien langsung muntah setiap disusui oleh ibunya. Sejak
lahir pasien diberi minum ASI oleh ibunya. Muntah berwarna putih seperti susu, tidakterdapat darah, lendir dan tidak berbau busuk. Pasien juga sering mengalami mencret. BAB
mencret lebih dari 5 kali sehari. Mencret berwarna kuning cair, terdapat lendir, tidak ada
ampas, tidak ada darah. Tidak ada demam, tidak ada sesak napas, tidak ada batuk dan pilek.
BAK lancar warna kuning-putih jernih. Minum ASI nya mau dan tidak rewel. Pasien tidakpernah mengkonsumsi susu sapi/ susu formula atau makanan selain ASI.
Tidak ada riwayat alergi di keluarga pasien. Pasien tidak mengalami batuk atau pilek,
ataupun kontak dengan penderita TB. Selama hamil, ibu dan ayah pasien sehat, tidakmengalami sakit serius. Riwayat minum obat-obatan, alkohol, dan merokok disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
2
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
3/36
Pasien sering muntah sehabis disusui dan mencret berwarna kuning cair sejak lahir
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga tidak ada yang memiliki gejala penyakit yang sama dengan pasien
5. Silsilah/Ikhtisar keturunan:
6. Riwayat Pribadi:
Riwayat kehamilan:Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan. Ibu tidak pernah
mengalami sakit yang serius selama hamil. Riwayat minum alkohol dan merokok
disangkal. Ibu memeriksakan kehamilannya dibidan cukup teratur. Ibu memilikiriwayat preeklampsia (140/100) saat hamil.
Riwayat persalinan:
Pasien lahir SC atas indikasi panggul sempit sehingga janin tidak turun. Pasienlahir cukup bulan di Rumah Sakit, langsung menangis, berat lahir 3700 gram,
panjang lahir 50 cm.
Riwayat pasca lahir:tidak ada keluhan
7. Riwayat Makanan:
Pasien masih mendapatkan ASI ekslusif
8. Perkembangan:
Usia Motorik kasar Motorik halus Bicara Sosial
2 bulan Tidak bisa untuk
belajarmengangkat
kepala
Tidak bisa
menahan barangyang
dipegangnya
Tidak bisa
mengocehspontan atau
bereaksi
denganmengoceh
Tidak bisa
melihat kemukaorang dengan
tersenyum
3
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
4/36
9. Imunisasi:
(ibu pasien tidak tahu mengenai imunisasi yang telah diterima anaknya)
BCG : -
DPT : - Polio : -
Campak : -
Hepatitis B : -
Ulangan / booster : -
Imunisasi lain : -
10. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial Ekonomi:
Ayah pasien bekerja sebagai mandor besi. Ayah pasien bekerja di luar kota mengikutitempat proyek dia bekerja. Saat ini ayah pasien telah 5 bulan tidak pulang, sehingga
ibu pasien mengasuh anaknya sendiri. Pendapatan ayah tidak menentu, berkisar Rp
1.000.000/bln untuk menghidupi 3 orang anggota keluarga.
Lingkungan:Pasien tinggal di Waru Jaya, Palimanan. Tinggal berdua di rumah bersama ibunya.
Rumah sederhana, sirkulasi udara dan pencahayaan kurang baik. Di kamar terdapat
ventilasi udara. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dapur. Fasilitaskesehatan terdekat adalah bidan dan praktek dokter umum.
III. PEMERIKSAAN FISIK: (tanggal 26 April 2013)
A. Pemeriksaan Umum:
1. Kesan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda Utama :
Frekuensi nadi : 100x/menit, teratur, isi cukup pada keempat ekstremitas
Frekuensi napas : 40 x/menit
Suhu : 37,1 Celsius
Tekanan darah : 90/60 mmHg
4. Status Gizi:
Klinis: edema (-) , tampak kurus (+)
Antropometris:
Berat Badan (BB) : 3100 gram
4
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
5/36
Tinggi/Panjang Badan(TB/PB) : 52 cm
Lingkar kepala : 37,5 cmLingkar lengan atas : 9 cm (LiLA/U = < -3 SD )
BB/U : < -3 SD
TB/U : < -3 SDBB/TB : < -3 SD
BMI : -
(Gunakan kurva CDC/NCHS dan standard WHO-NCHS)
Simpulan status gizi: gizi buruk
B. Pemeriksaan Khusus
1. Kulit : hematom (-) , mottling (+), ikterik (-)
2. Kepala : deformitas (-), rambut lurus kecoklatan, tidak mudah dicabut, muka sepertiorang tua, ubun-ubun besar cekung belum tertutup.
3. Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor +/+, reflek cahayalangsung/tidak langsung +/+
4. Leher : tidak teraba pembesaran KGB, trakea berada ditengah (+), pembesarantiroid (-)
5. Telinga : normal, serumen (-)
6. Hidung : simetris, sekret (-), penapasan cuping hidung (-)
7. Tenggorok : faring tidak hiperemis, tonsil t1- t1 , perdarahan (-)
8. Mulut : tidak terdapat karies dentis, hipertrofi gusi(-), perdarahan(-), makroglosia (-)
9. Dada :
a. Jantung
Inspeksi : iktus kordis di sela iga ke 5 medial LMCSPalpasi : tidak teraba thrill
Perkusi : (Tidak dilakukan)
Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, bising (-), gallop (-)
b. Paru
Kanan Kiri
Depan:
Inspeksi Gerakan simetris Gerakan simetris
Palpasi
fremitus normal fremitus normal
5
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
6/36
Perkusi Sonor
Sonor
Auskultasi Ronki (-),wheezing (-)
Ronki (-), wheezing (-)
Kanan Kiri
Belakang:
Inspeksi pergerakan simetris Pergerakan simetris
Palpasi fremitus normal fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Ronki (-),wheezing (-) Ronki (-),wheezing(-)
10. Abdomen : Lemas, turgor kulit kembali lambat, Bising usus terdengar menurun.
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
11. Ekstremitas:
Tungkai Lengan
kanan kiri kanan kiri
Gerakan : Normal Normal Normal Normal
Trofi : normotrofi normotrofi normotrofi normotrofiTonus : Baik Baik. Baik. Baik
Kekuatan : 5 5 5 5
Klonus : - - - -Refleks Fisiologis : Normal Normal Normal Normal
Refleks Patologis : - - - -
Sensibilitas : Baik. Baik. Baik. Baik
Tanda Rangsang Meningeal : (-)
Akral teraba hangat, Capilary Refill Time < 2 detik
Sianosis (-)
12. Anogenital:Anus (+), Perianal Rash (-), Genitalia laki-laki (normal)
IV. DATA LABORATORIUM
Pemeriksaan :
Darah Lengkap (23 April 2013)
6
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
7/36
WBC 13300 /l
LYM 5800 /L
MON 1800 /L
GRA 5700 /L
LYM% 43,9 % MON% 13,5 %
GRA% 42,6 %
RBC 3500000 /L
HGB 10,5 g/dL
HCT 31,1 %
MCV 90,9 m3
MCH 30 pg
MCHC 33 g/dL
RDW 14,8 %
PLT 253000 /L
MPV 8 m3
PCT 0,202 %
PDW 14,7 %
Fungsi Hati (24 April 2013)
SGOT : 83 U/l
SGPT : 26 U/l
Albumin : 3,63 g/dl
Elektrolit (24 April 2013)
Natrium 137 mmol/l
Kalium 3,4 mmol/l
Klorida 81mmol/l
Kalcium 8,8 mg/dl
Feaces Rutin (25/4/2013)
Warna : kekuningan
Konsistensi : lembek
Lendir : positif Darah : negatif
Pus : negatif
Amuba : positif
Leukosit : (+)8-10
Eritrosit : (+) 0-2
7
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
8/36
V. RINGKASAN DATA DASAR
A . ANAMNESIS
Pasien (53 hari), berat lahir 3700 gram, sejak lahir terus mengalami penurunan berat
menjadi 2400 gram. Setelah dirawat 3 hari, berat badan pasien 3100 gram. Pasien muntah
setiap disusui ASI oleh ibu, muntah warna putih susu, tidak asam, tidak ada lendir, tidakada darah dan pus. Pasien juga mencret berwarna kuning cair, ada lendir, tidak bau busuk,
tidak ada darah. Pasien tidak ada demam, tidak ada sesak napas, tidak ada batuk dan pilek
dan BAK tidak ada keluhan. Minum ASI mau, tidak pernah mengkonsumsi susu sapi/susuformula.
B. PEMERIKSAAN FISIS
1 . Kulit : turgor lambat, mottling (+)
2. Kepala : rambut lurus hitam kecoklatan, muka seperti orang tua
3. Mata : konjungtiva anemis +/+, mata cekung +/+4. Dada : jantung dalam batas normal
5. Paru. : vesikuler seluruh lapang paru
6. Perut : Bising usus terdengar, turgor kulit kembali lambat7. Ekstremitas : baggy pants (+)
8. Anogenital : perianal rash (-)
VI. DIAGNOSIS KERJA
FAILURE TO THRIVE ec. GERD + DIARE KRONIK
VII. DIAGNOSIS BANDING
-KEP
-HIV
- Malabsorbsi
VIII. RENCANA PENGELOLAAN
A. Rencana Pemeriksaan Penunjang
-USG ABDOMEN-RONTGEN THORAK
-DARAH LENGKAP
-ELEKTROLIT-TES FUNGSI HATI
8
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
9/36
-TES ANTI HIV
- Cek FEACES dan URIN LENGKAP- ALBUMIN
- BNO ABDOMEN
B. Rencana Penatalaksanaan dan Diit
1. Medikamentosa
Koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Infus Asering 30 tpm micro
Gentamicin 2 x 5 mg IV
L-bio 2 x sachet
Zink 1 x 10 mg dilarutkan dalam air 100 cc
Antipiretik bila demam: paracetamol 250 mg
Metronidazole 3 x 120 mg
Terapi GERD dengan cisapride 3 x 5 mg
2. Diit
Kebutuhan kalori: kebutuhan kalori harian dan catch up berat badan.
Berat badan ideal pasien usia 2 bulan adalah 5 kg.
Kebutuhan kalori untuk kebutuhan harian dan catch up BB ideal adalah 500 kkal,
jenis makanan ASI on demand (sesuai kemauan bayi)
Untuk memastikan kuantitas intake ASI, dapat diukur yaitu 700 cc/ hari
Bila tidak memungkinkan pemberian oral, pasang OGT untuk memasukkan diit. Setelah intake ASI yang adekuat, pantau kenaikan berat badan dan gajala klinis
yang muncul
Berikan mineral mix
Kcl : 224 gram
Tropotasium sitrat : 81 gramMgCL2.6H2O : 76 gram
Zn asetat 2 H2O : 8.2 gram
Cu SO4.5H2O : 1.4 gram
Ditambah air sampai 2.5 Liter
Bila anemia: tablet besi diberikan setelah 2 minggu ( setelah fase stabilisasi )
Berikan setiap hari multivitamin dan asam folat
Bila terbukti penyebab gagal tumbuh adalah karena KEP: Berikan makanan
untuk Stabilisasi dan Transisi
Stabilisasi :
- F WHO 75 : mencegah hipoglikemi
9
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
10/36
Transisi :
Bertahap F 75 F 100
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
- Energi : 100-110 Kkal/kg BB/hari- Protein : 3 4 gr/kg BB/hari- Bentuk makanan : ASI
3. Non-medikamentosa
Bila ibu menyusui pasien, posisikan pasien dengan posisi duduk untuk mencegah
refluk.
Pasien diposisikan fowler saat tidur
Jaga kebersihan pasien danpersonal hygine ibu
Stimulasi sensorik dan dukungan emosional pada pasien, seperti:
Kasih sayangLingkungan yang ceriaTerapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu ( memberikan makan, memandikan,bermain )
C. Rencana Pemantauan
Pantau tanda vital pasien
Pantau gejala penyakit penyerta
Pantau pemberian antibiotik Pantau intake makanan dan kalori
Pantau tumbuh kembang pasien
Pantau kenaikan BB pasien
D. Rencana Edukasi
Edukasi terhadap keluarga pasien tentang penyakit pasien. Selain itu edukasikan
tentang pentingnya pola hidup dan lingkungan sehat kepada keluarga. Perhatikan mengenai
asupan makanan untuk pasien yaitu ASI dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Sarankan
untuk membawa kembali untuk control secara teratur :- Suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
- Vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan (dosis sesuai umur)
IX. PROGNOSIS
10
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
11/36
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Follow Up 27 April 2013
S : Pasien masih sering muntah setiap disusui oleh ibu, muntah seperti warna ASI, tidak
asam, tidak berbau busuk, tidak diserati darah dan lendir. Pasien juga masih mencret 5x
berwarna kuning cair, ada ampas dan lendir, tidak berbau busuk dan tidak disertai darah.Tidak ada demam, tidak ada sesak napas, tidak ada batuk dan pilek. BAK lancar dan
minum ASI nya mau.
O : Pemeriksaan fisik
1. Kesan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda Utama :
Frekuensi nadi : 110x/menit, teratur, isi cukup pada keempat ekstremitas
Frekuensi napas : 40 x/menitSuhu : 36,8o Celsius
Tekanan darah : 90/60 mmHg
4. Status Gizi:
Klinis: edema (-) , tampak kurus (+)
Antropometris:
Berat Badan (BB) : 3200 gram
Tinggi/Panjang Badan(TB/PB) : 52 cm
Lingkar kepala : 37,5 cmLingkar lengan atas : 9 cm (LiLA/U = < -3 SD )
BB/U : < -3 SD
TB/U : < -3 SDBB/TB : < -3 SD
BMI : -
(Gunakan kurva CDC/NCHS dan standard WHO-NCHS)
Pemeriksaan khusus:
1. Kulit : hematom (-) , mottling (+)
11
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
12/36
2. Kepala : deformitas (-), rambut tipis lurus kecoklatan, tidak mudah dicabut, muka
seperti orang tua, ubun-ubun besar cekung belum tertutup.
3. Mata : konjungtiva anemist, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek cahaya
langsung/ langsung (+),mata cekung +/+
4. Leher : tidak teraba pembesaran KGB
5. Telinga : normal, serumen (-)
6. Hidung : simetris, sekret (-)
7. Tenggorok: faring tidak hiperemis, tonsil t1- t1 , perdarahan (-)
8. Mulut: tidak terdapat karies dentis, hipertrofi gusi (-), perdarahan (-), makroglosia (-)
9. Dada :
a. Jantung
Inspeksi : iktus kordis di sela iga ke 5 medial LMCS
Palpasi : tidak teraba thrill
Perkusi : (Tidak dilakukan)Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, bising (-), gallop (-)
b. Paru
Kanan Kiri
Depan:
Inspeksi Gerakan simetris Gerakan simetris
Palpasi
fremitus normal
fremitus normal
Perkusi Sonor
sonor
Auskultasi Ronki(-), mengi (-) Ronki(-), mengi (-)
Kanan
Kiri
Belakang:
Inspeksi pergerakan simetris Pergerakan simetris
Palpasifremitus normal fremitus normal
Perkusi Sonor
sonor
12
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
13/36
Auskultasi ronki (-),mengi (-) Ronki (-), mengi (-)
10. Abdomen: Lemas, turgor kembali lambat, Bising usus terdengar Normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
11. Ekstremitas: akral hangat, CRT
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
14/36
TB/U : < -3 SD
BB/TB :. < -3 SDBMI :. -
(Gunakan kurva CDC/NCHS dan standard WHO-NCHS)
Pemeriksaan khusus:
1. Kulit : hematom (-) , mottling (+)
2. Kepala : deformitas (-), rambut tipis lurus kecoklatan, tidak mudah dicabut,muka
seperti orang tua, ubun-ubun besar cekung belum tertutup.
3. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek cahaya
langsung/ langsung +/+ , mata cekung +/+
4. Leher : tidak teraba pembesaran KGB
5. Telinga : normal, serumen (-)
6. Hidung : simetris, sekret (-)
7. Tenggorok: faring tidak hiperemis, tonsil t1- t1 , perdarahan (-)
8. Mulut : hipertrofi gusi (-), perdarahan (-), makroglosia (-)
9. Dada :
a. Jantung
Inspeksi : iktus kordis di sela iga ke 5 medial LMCS
Palpasi : tidak teraba thrill
Perkusi : (Tidak dilakukan)
Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, bising (-), gallop (-)
b. Paru
Kanan Kiri
Depan:
Inspeksi Gerakan simetris Gerakan simetris
Palpasifremitus normal
fremitus normal
Perkusi Sonor
sonor
Auskultasi Ronki(-), mengi (-) Ronki(-), mengi (-)
14
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
15/36
Kanan Kiri
Belakang:
Inspeksi pergerakan simetris Pergerakan simetris
Palpasi fremitus normal fremitus normal
Perkusi Sonor
Sonor
Auskultasi ronki (-),mengi (-) Ronki (-), mengi (-)
10. Abdomen : Lemas, turgor kembali lambatHepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
11. Ekstremitas: akral hangat, CRT
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
16/36
Antropometris:
Berat Badan (BB) : 3300 gramTinggi/Panjang Badan(TB/PB) : 52 cm
Lingkar kepala : 37,5 cm
Lingkar lengan atas : 9 cm (LiLA/U = < -3 SD)BB/U : < -3 SD
TB/U : < -3 SD
BB/TB :. < -3 SD
BMI :. -(Gunakan kurva CDC/NCHS dan standard WHO-NCHS)
Pemeriksaan khusus:
1. Kulit : hematom (-) , mottling (+)
2. Kepala : deformitas (-), rambut tipis lurus kecoklatan, tidak mudah dicabut,mukaseperti orang tua, ubun-ubun besar cekung belum tertutup.
3. Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor, reflek cahayalangsung/ langsung +/+ , mata cekung +/+
4. Leher : tidak teraba pembesaran KGB
5. Telinga : normal, serumen (-)
6. Hidung : simetris, sekret (-)
7. Tenggorok: faring tidak hiperemis, tonsil t1- t1 , perdarahan (-)
8. Mulut: tidak terdapat karies dentis, hipertrofi gusi (-), perdarahan (-), makroglosia (-)
9. Dada :a. Jantung
Inspeksi : iktus kordis di sela iga ke 5 medial LMCSPalpasi : tidak teraba thrill
Perkusi : (Tidak dilakukan)
Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, bising (-), gallop (-)
b. Paru
Kanan Kiri
Depan:
Inspeksi Gerakan simetris Gerakan simetris
Palpasi
fremitus normal
fremitus normal
16
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
17/36
Perkusi Sonor
sonor
Auskultasi Ronki(-), mengi (-) Ronki(-), mengi (-)
Kanan Kiri
Belakang:
Inspeksi pergerakan simetris Pergerakan simetris
Palpasi
fremitus normal fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi ronki (-),mengi (-) Ronki (-), mengi (-)
10. Abdomen : Lemas, turgor kembali lambat
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
11. Ekstremitas: akral hangat, CRT
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
18/36
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal Tumbuh (Failure to Thrive)
3.1 Definisi
Definisi mengenai failure to thrive atau gagal tumbuh secara pasti masih belum
ditemukan kesepakatan. Namun, dapat disimpulkan bahwa keadaan ini menunjuk pada
suatu terminologi yang mengacu pada keadaan bayi atau anak yang pertumbuhan fisiknya
sangat kurang dibandingkan sebayanya. Menurut Krugman, gagal tumbuh adalah
pertumbuhan fisik yang tidak adekuat selama pengamatan dalam suatu periode dengan
menggunakan grafik pertumbuhan.1 Sedangkan Gahagan membatasi gagal tumbuh terjadi
pada bayi dan anak dibawah tiga tahun.2 Rabinowitz mendefinisikan gagal tumbuh adalah
penghentian yang bermakna dari pertumbuhan yang diharapkan selama masa anak.6 Block
dan Blair mengatakan bahwa gagal tumbuh adalah pencapaian pertumbuhan yang terhenti
lama secara signifikan dibandingkan dengan anak seumur dan sejenis kelamin. Bauchner
dan Olsen menambahkan bahwa gagal tumbuh yaitu bayi atau anak yang pertumbuhan
fisiknya berkurang secara signifikan dibandingkan dengan anak seusianya, dan dapat
berhubungan dengan perkembangan dan fungsi kognitif yang buruk. Schwartz
menyarankan definisi gagal tumbuh lebih menegaskan penurunan pertumbuhan (dalam
tinggi dan berat badan) mencakup bayi dan anak dan termasuk perkembangan dan
psikososial.4
3.2. Epidemiologi
Gagal tumbuh lebih sering terjadi pada keluarga yang hidup dalam kemiskinan,
walaupun sebenarnya gagal tumbuh dapat terjadi pada semua kelas sosio ekonomi.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa insiden gagal tumbuh meningkat pada anak yang
sedang dalam pengobatan, tinggal di daerah padat, dan yang tidak mempunyai rumah.
Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Avon Longitudinal Study of Parent and
18
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
19/36
Children (ALSPAC) yang dilakukan di Inggris, menemukan tidak ada hubungan kejadian
gagal tumbuh dengan faktor sosio-ekonomi, tingkat pendidikan orang tua dan pekerjaan
orangtua.
Kejadian gagal tumbuh lebih banyak terjadi di negara yang belum atau sedang
berkembang dibandingkan dengan negara yang sudah maju. Amerika Serikat pada tahun
1980-1989 prevalensi gagal tumbuh mencapai 1-5% dari seluruh anak usia dibawah 1 tahun
yang dirawat di rumah sakit rujukan dan diperkirakan 10% anak di pusat kesehatan primer
memperlihatkan gejala gagal tumbuh. penelitian yang dilakukan Mey dan kawan-kawan
pada anak sampai usia 60 bulan di California didapatkan dari 10844 anak, 20% mengalami
gagal tumbuh berdasarkan grafik tinggi badan menurut umur dan 6% berdasarkan grafik
berat badan menurut umur.
14
Sedangkan di Indonesia angka kejadian gagal tumbuh belum ada. Data yang ada di
Indonesia adalah data gizi kurang, prevalensi gizi kurang pada periode 1989-1999
menurun dari 29.5% menjadi 27.5% atau rata-rata terjadi penurunan 0.40% per tahun,
namun pada periode 2000-2005 terjadi peningkatan prevalensi gizi kurang dari 24.6%
menjadi 28.0%.13
3.3. Etiologi dan Klasifikasi
Gagal tumbuh dapat disebabkan oleh berbagai factor, namun penyebab utamanya adalah
defisiensi nutrisi.8 Etiologi dapat diklasifikasikan menurut sistem, organik atau non organik
dan patofisiologi.
Tabel 1. Etiologi berdasarkan system10
Psikososial
Diet yang tidak adekuat karena kemiskinan/kekurangan makanan, salah dalam
mempersiapkan makanan
Rendahnya pendidikan orangtua
Masalah hubungan orangtua dan anak
19
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
20/36
Food refusal
Ruminasi
Masalah kesehatan mental dan kognitif orangtua
Child abuse/neglet, penyimpangan emosional
Neurologi
Serebral palsi
Tumor hipotalamus
Kelainan neuromuscular
Kelainan neurodegenerative
Ginjal
Infeksi saluran kemih
Renal tubular acidosis
Gagal ginjal
Endokrin
Diabetes mellitus
Diabetes incipidus
Hipotiroid/hipertiroid
Defisiensi hormone pertumbuhan
Genetic/metabolic/congenital
Penyakit sel sabit
20
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
21/36
Penyakit metabolic bawaan
Dysplasia skeletal
Kelainan kromosom
Sindrom multiple congenital anomaly
Gastrointestinal
Stenosis pylorus
GERD
Tracheoesofageal fistula
Malrotasi
Sindrom malabsorpsi
Celiac disease
Intoleran lactose dan protein
Sistik fibrosis
Kolestasis kronik
Inflammatory bowel disease
Short bowel syndrome
Hirschprung disease
Alergi makanan
Jantung
21
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
22/36
Kelainan jantung bawaan
Gagal jantung
Pulmonary/respiratori
Asma berat
Bronkoekstasi
Gagal nafas
Bronkopulmanari dysplasia
Infeksi
Infeksi kronis
Infeksi parasit
Tuberculosis
HIV
Tabel 2. Etiologi gagal tumbuh berdasarkan organik dan nonorganik1
Nonorganic
Gangguan hubungan ibu dan anak
Pembuatan susu formula yang salah
Gagal menyusui
Intake kurang
Terlambat mengenalkan makanan padat
22
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
23/36
Intoleransi terhadap makanan baru
Tekanan Psikososial
Organic
IUGR
Kelainan congenital
Alergi susu sapi
Penyakit seliak
HIV
Sistik fibrosis
Penyakit jantung bawaan
GERD
Kelainan metabolic kromosom
Tabel 3. Etiologi gagal tumbuh berdasarkan patofisiologi
Asupan kalori yang kurang
Pembuatan formula yang tidak tepat
Kebiasaan makanan yang salah
Gangguan tingkah laku yang mempengaruhi makan
Anak terlantar
Kemiskinan
23
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
24/36
Terganggunya hubungan orang tua dan anak
Kesulitan makan secara mekanik ( disfungsi oromotor, anomaly congenital, GERD,
kerusakan susunan saraf pusat)
Gangguan penyerapan
Celiac disease, cystic fibrosis
Alergi susu sapi
Defisiensi vitamin atau mineral
Atresia bilier atau penyakit hati
Necrotizing enterocolitis , short gut syndrome
Meningkatnya metabolism
Hipertiroid
Infeksi kronis (HIV,keganasan, penyakit ginjal)
Hipoksemia (penyakit jantung bawaan, penyakit paru kronik)
Gangguan penggunaan zat gizi
Abnormalitas genetic
Infeksi congenital
Kelainan metabolic
3.4. Penilaian Anak Gagal Tumbuh
Dalam menilai anak dengan gagal tumbuh diperlukan anamnesis yang menyeluruh,
pemeriksaan fisik yang komplit, penilaian hubungan orang tua atau pengasuh dengan anak
dan pemeriksaan laboratorium atas indikasi.
24
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
25/36
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap meliputi riwayat prenatal, kelahiran, riwayat diet, pola
makan dan kebiasaan makan, riwayat medis, sosial saat ini dan yang lalu, serta riwayat
keluarga. Riwayat prenatal meliputi semua informasi yang berkaitan dengan kebiasaan ibu
mengkonsumsi alkohol, merokok, mengkonsumsi obat tertentu dan penyakit selama
kehamilan. Riwayat persalinan meliputi cara lahir, perawatan setelah lahir, komplikasi yang
timbul seperti sepsis, meningitis atau penyakit lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Riwayat diet harus menjelaskan sedetail mungkin apa yang dimakan atau diminum
bayi/anak selama 24 jam, bagaimana cara menyiapkan makanan, jenis makanan, volume
makanan, frekwensi makan, dan sebagainya untuk menilai apakah anak mendapatkan
asupan energy yang adekuat. Jika sulit mendapatkan riwayat diet ini, maka dapat dilakukan
three day food diary yang diperoleh dari anamnesis selama 3 hari. Berdasarkan cara ini
dapat dinilai jumlah dan kualitas asupan nutrisi, riwayat pemberian makan juga
menjelaskan jadwal makan, siapa yang memberi makan dan cara pemberian makan.
Riwayat medis sebelum dan saat ini meliputi riwayat kelahiran, penyakit akut dan kronik
yang diderita, riwayat perawatan di rumah sakit, pola defikasi, gejala saluran cerna seperti
muntah, refluks dan sebagainya.Riwayat sosial meliputi jumlah anggota keluarga, siapa yang merawat anak, kondisi
social ekonomi, kebiasaan orang tua seperti minum alcohol dan sebagainya. Riwayat
keluarga meliputi apakah ada keluarga yang mengalami keadaan serupa. Penyakit mental
dan lain sebagainya.
2. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik menyeluruh sangat diperlukan dengan tujuan:1
a. Menemukan gangguan/bentuk dismorfik dengan kemungkinan faktor genetik
sebagai penyebab gangguan pertumbuhan.
b. Menemukan penyakit dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
25
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
26/36
c. Melihat tanda-tanda adanya kekerasan pada anak.
d. Menilai berat badan anak dan efek yang ditimbulkan akibat malnutrisi.
Pengukuran antropometri seperti berat badan, tinggi badan dan lingkaran kepala
harus dilakukan dengan memplotnya pada kurva pertumbuhan karena kriteria diagnosis
gagal tumbuh berdasarkan grafik pertumbuhan, walaupun pengukuran berat badan saja
masih merupakan alat diagnostik untuk menilai gagal tumbuh pada anak.12
Tanda vital biasanya dalam batas normal, pencatatan tekanan darah, pernafasan,
tekanan nadi saturasi oksigen dalam beberapa kondisi klinis tertentu. Kelainan structural
atau anatomi yang dapat mengganggu pemberian makan harus diperiksa, anak dengan celah
pada bibir dan palatumnya mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadi gagal tumbuh,
begitu juga kelainan anatomi ringan seperti adanya caries dentis, abses rongga mulut,
pembesaran tonsil dan adenoid dapat mempengaruhi intake makanan.4 Beberapa keadaan
dapat ditemukan pada anak dengan gagal tumbuh antara lain edema, kurus, hepatomegali,
perubahan pada kulit, warna rambut, perubahan status mental dan tanda-tanda defisiensi
vitamin.
3. Interaksi anak dengan orang tua
Gagal tumbuh dapat melibatkan faktor psikososial meliputi hubungan antara orangtua dan anak. Dengan memperhatikan interaksi keduanya terutama waktu makan, mungkin
dapat memberikan informasi tentang etiologi gagal tumbuh. Disini akan terlihat
kemampuan orangtua menangkap isyarat dari anak, respon anak, cara orangtua bersikap
terhadap anaknya, sehingga akan didapat gambaran hubungan orangtua dengan dan anak
yang akan menjadi kunci untuk memulai intervensi.6
Interaksi orangtua dengan anaknya dapat juga diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan langsung serta melalui tenaga kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
keluarga tersebut.4Adanya faktor psikososial dalam hal ini memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut termasuk kondisi ekonomi keluarga, hubungan social kemasyarakatan dan
pemeriksaan kesehatan mental. Kadang beberapa kasus diperlukan konsultasi dengan
psikolog, pekerja social dan bahkan psikiater. Adanya tanda kekerasan pada anak jelas akan
26
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
27/36
memerlukan perhatian lebih, bahkan dapat melibatkan pelayanan perlindungan anak.6 Cara
atau sikap ibu dalam memberikan makan yang tidak baik pada anak juga merupakan faktor
risiko untuk terjadinya gagal tumbuh.
4. Kurva pertumbuhan
Kurva pertumbuhan merupakan alat pemeriksaan yang sangat penting dalam
menilai anak gagal tumbuh. Memproyeksikan berat badan, panjang/tinggi badan dan
lingkaran kepala secara serial akan memperlihatkan perubahan yang dinamis terhadap
ketiga ukuran tersebut. Pertumbuhan yang normal akan mengikuti kurva persentil sesuai
yang diharapkan. Dengan memperhatikan kurva pertumbuhan akan dapat diamati dengan
tepat kapan terjadi gangguan pertumbuhan.Kriteria diagnostik gagal tumbuh
a. Berat badan
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
28/36
Gambar 1. Contoh grafik anak dengan gagal tumbuh karena pemberian makan yang salah
dan penyakit celiac2
28
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
29/36
Gambar 2. Contoh grafik anak gagal tumbuh anorganik
29
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
30/36
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ditentukan berdasarkan hasil temuan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus untuk semua
anak dengan gagal tumbuh, karena banyak anak dengan gagal tumbuh tidak mempunyai
kelainan laboratorium. Pemeriksaan labor yang dilakukan pada anak dengan gagal tumbuh
untuk skrining awal meliputi darah tepi lengkap, urinalisis, kultur urin, elektrolit, ureum
kreatinin, kalsium, faal hepar, termasuk albumin dan globulin.6Pemeriksaan lain dilakukan
atas indikasi seperti skrining untuk HIV, uji fungsi tiroid, imunoglobuln, uji mantoux,
rontgen foto, bone age dan lain-lain.6
6. Penilaian perkembangan
Penilaian perkembangan juga seharusnya dilakukan untuk deteksi dini
keterlambatan perkembangan pada anak gagal tumbuh. Penelitian dari Case Western
Reserve, terhadap anak dengan gagal tumbuh didapatkan rata-rata IQ 85,4 + 15, 11,5%
mempunyai beberapa keterlambatan perkembangan dan 18% mempunyai nilai sekolah
yang rendah.4
30
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
31/36
Gambar 3. Algoritma penilaian gagal tumbuh3
3.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal tumbuh memerlukan pemahaman terhadap semua faktor
yang berperan dalam proses pertumbuhan anak termasuk kondisi kesehatan dan gizi anak,
permasalahan dalam keluarga dan hubungan orang tua-anak.10Tatalaksana ini harus segera
dimulai bahkan sebelum pemeriksaan lengkap. Seiring dengan pengumpulan informasi,
pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan laboratorium, radiologi, atau evaluasi psikososial,
edukasi tentang gizi yang adekuat harus diberikan, intervensi gizi dan pemberian makan
dimulai pada kunjungan pertama.
Hal pertama yang menjadi patokan dalam penatalaksanaan gagal tumbuh adalah
mengidentifikasi penyakit dasar dan pengobatannya. Jika ditemukan penyakit yang berat
seperti gangguan elektrolit dan dehidrasi harus diatasi segera, bahkan kalau diperlukan anak
harus segera dirawat di rumah sakit.
Tahapan yang dapat ditempuh dalam penatalaksanaan anak dengan gagal tumbuh
adalah sebagai berikut :
31
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
32/36
1. Penatalaksanaan pemberian makan
Sebagian besar kasus gagal tumbuh dapat diatasi hanya dengan intervensi gizi dan
modifikasi pola makan. Dua hal prinsip yang dipegang dalam tata laksana gagal tumbuh
tanpa memandang penyebabnya adalah diet kalori tinggi untuk mengejar ketertinggalan
pertumbuhan dan pemantauan yang ketat. Anak dengan gagal tumbuh memerlukan asupan
kalori lebih besar 150% dari asupan kalori harian yang direkomendasikan berdasarkan berat
badan yang diharapkan, bukan berat badan saat ini.1 Corrales dalam buku Manual of
Pediatric Nutrition, menganjurkan estimasi kebutuan kalori untuk catch up pertumbuhan
pada gagal tumbuh dengan menggunakan rumus:12
RDA x BB ideal menurut tinggi (kg) sampai RDA x BB ideal menurut umur (kg)Berat badan aktual (kg) Berat Badan aktual (kg)
atau
120 kcal/kg x BB ideal menurut tinggi
Berat badan actual
Pada bayi hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan asupan kalori dengan
menambahkan konsentrasi susu formula. Penambahan kalori pada anak prasekolah dapat
dilakukan dengan cara penambahan bahan seperti keju, roti atau kacang dalam menu
sehari-hari. Pemberian multi vitamin akan memberikan anak vitamin dalam jumlah
minimal yang di butuhkan oleh tubuh. Anak yang tidak respon dengan pendekatan ini
memerlukan penelusuran lebih lanjut.1-3
2. Pendekatan multi disiplin
Konsultasi dengan ahli gizi diperlukan untuk mengatasi timbulnya malnutrisi,
memperkirakan asupan kalori yang diperlukan dan menentukan ben
tuk diet yang tepat dan berkalori tinggi. Masalah emosional ibu, keluarga dan anak dengan
psikiater akan membantu mengatasi masalah tersebut.12 Dukungan pekerja sosial, ahi
spiritual dan masyarakat sekitar juga diperlukan.1
3. Perawatan di rumah sakit
32
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
33/36
Perawatan di rumah sakit pada anak gagal tumbuh jarang diperlukan, kebanyakan
rawat jalan. Perawatan rumah sakit diperlukan bila tata laksana rawat jalan gagal dalam
mengatasi keadaan ini.2 Anak dengan gagal tumbuh harus dirawat di rumah sakit bila
keadaan ini terus terjadi walaupun optimalisasi dukungan masyarakat seperti perawatan
kesehatan masyarakat, ahli gizi masyarakat, pekerja sosial, tokoh agama, pemuka agama,
dan sebagainya telah diberikan. Pasien juga dianjurkan untuk dirawat bila kondisi anak atau
orang yang mengasuh atau keluarga tidak dapat memberikan perawatan yang tepat atau
mungkin malah membahayakan keselamatan anak. 6
Tujuan perawatan anak gagal tumbuh dirumah sakit adalah:
a. Mengamati kebiasan makan anak dan hubungan orang tua dan anak
b. Melihat apakah berat badan anak dapat kembali normal bila mendapatkan
asupan yang cukup atau dijauhkan dari keluarga.
c. Memutuskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan sesuai indikasi
Gambar 4. Alur management gagal tumbuh13
33
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
34/36
3.7. Prognosis
Anak dengan gagal tumbuh berisiko untuk terjadinya perawatan pendek, gangguan
tingkah laku, keterlambatan perkembangan dan gangguan kognitif atau intelegenscia
quotion yang rendah makin kecil terjadinya gagal tumbuh semakin besar kemungkinan
timbulnya risiko. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan pengenalan yang lebih awal dan
tata laksana sedini mungkin. Sehingga diharapkan dapat outcome yang lebih baik.
34
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
35/36
BAB IV
KESIMPULAN
Gagal tumbuh bisa disebabkan oleh penyebab organik dan non organik atau
kombinasi keduanya. Dalam menilai anak dengan gagal tumbuh diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik yang teliti dan hubungan orang tua dan anak serta pemeriksaan
penunjang atas indikasi. Deteksi dan tata laksana dini akan mempengaruhi prognosis anak
dengan gagal tumbuh.
35
-
7/16/2019 Preskas FTT 3
36/36
DAFTAR PUSTAKA
1. Krugman SD, Dubowitz H. Failure to Thrive. American Family Physician2003;68:879-83.
2. Gahagan S. Failure to Thrive : A Consequence of Undernutrition. Pediatrics in
Review 2006;27:e1-e11.3. Zenel JA. Failure to Thrive : A General Pediatrician's Perspective. Pediatrics in
Review 1997;18:371-8.4. Schwartz ID. Failure To Thrive: An Old Nemesis in the New Millennium. Pediatrics
in Review 2000;21:257.5. Spencer NJ. Failure to Think about Failure to Thrive. Arch Dis Child 2007;92:95-6.6. Rabinowitz SS, Katturupalli M. Failure to Thrive. eMedicine Pediatrics 2010:1-16.7. Bithoney WG, Dubowitz H, Egan H. Failure to Thrive/Growth Deficiency.
Pediatrics in Review 1992;13:453-9.8. Block RW, Krebs NF. Failure to Thrive as a Manifestation of Child Neglect.
Pediatrics 2005;116:1234-7.9. Blair P, Drewett R, Emmett P, Ness A, Emond A. Family, socioeconomic and
prenatal factors associated with failure to thrive in the Avon Longitudinal Study
of Parents and Children (ALSPAC). International Journal of Epidemiology2004;33:83947.
10. Bauchner H. Failure to Thrive. In: Behrman, Kliegman, Jenson, eds. NelsonTextbook of Pediatrics. 18 ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007:184-7.
11. Olsen EM, Petersen J, Skovgaard AM, Weilee B, Jorgensen T, Wright CM. Failureto Thrive: the prevalence and concurrence of anthropometric criteria in ageneral infant population. Arch Dis Child 2007;92:109=14.
12. Corrales KM, Hangen JP. Growth Failure. In: Hendricks, Duggan, Walker, eds.Manual of Pediatric Nutrition Book. 3 ed. Philladelphia: B.C. Decker; 2000:414-25.
13. SISTEM KEWASPADAAN DINI (SKD) KLB-GIZI BURUK. DEPARTEMEN KESEHATANRI 2008.