Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
-
Upload
sofi-wardati -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
1/33
RESPONSI
IMPENDING EKLAMPSIA
Oleh :
Rizka Solehah
Lucia Pancani A.
Hanif Mustikasari
Sofi Wardati
Muvida
G99122101
G99122066
G99122056
G99122105
G99122080
Pembimbing :
DR. dr. Uki Retno Budi H, Sp.OG(K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2014
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
2/33
1
IMPENDING EKLAMPSIA
Abstrak
Preeklamsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat dari
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Impending eklampsia atau imminent eklampsia adalah suatu keadaan jika pada
kasus preeklamsia berat dijumpai nyeri kepala hebat gangguan visus dan serebral,
nyeri epigastrium, muntah, kenaikan progresif tekanan darah. Impending
eklampsia merupakan masalah yang serius dalam kehamilan karena komplikasi -
komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin.
Sebuah kasus impending eklampsia pada sekundigravida hamil aterm
dalam persalinan kala I fase laten. Pasien adalah seorang G2P1A0,36 tahun, UK
37+4 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, preskep, dalam persalinan kala I
fase laten disertai keluhan mual, nyeri ulu hati, nyeri kepala daerah frontal.
Pemeriksaan didapatkan TD 180/110, proteinuria +1. Riwayat obstetri baik,
riwayat fertilitas baik. Penatalaksanaan ibu dilakukan secara aktif yaitu dengan
memberikan protap PEB serta melakukan terminasi kehamilan per abdominal
dengan SCTP emergensi.
Kata Kunci :preeklamsia berat, impending eklampsia.
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
3/33
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan dapat menyebabkan hipertensi pada wanita yang sebelumnya
dalam keadaan normal atau memperburuk hipertensi pada wanita yang
sebelumnya telah menderita hipertensi. Pada beberapa wanita dengan riwayat
hipertensi kronis, hipertensi dapat memperburuk terutama pada kehamilan
berikutnya. Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan ini dapat disertai dengan
proteinuria atau edema patologis dan kemudian disebut superimposed
preeklampsia. Timbulnya preeklampsia pada wanita yang menderita hipertensi
vaskuler kronis atau penyakit ginjal. Dalam perjalanan penyakit ini (pada kasus
preeklampsia berat), dapat mengakibatkan impending eklampsia sebelum timbul
eklampsia. Impending eklampsia ditandai dengan adanya gejala subyektif dari
pasien yaitu jika pasien merasa pandangan kabur, kepalanya pusing terutama di
daerah frontal, mual muntah, atau adanya nyeri epigastrik.
Dalam hal ini, bagaimana kehamilan sendiri dapat menyebabkan atau
memperberat penyakit hipertensi vaskuler masih belum diketahui sekalipun
penelitian telah banyak dilakukan sehingga penanganan yang definitif belum
sempurna dan masih bersifat simtomatis. Oleh karenanya kelainan ini masih
menjadi permasalahan ilmu kebidanan terpenting yang belum terpecahkan.
Impending eklampsia merupakan masalah yang serius dalam kehamilan
karena komplikasi - komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun
pada janin. Komplikasi pada ibu antara lain gagal ginjal akibat nekrosis tubuler
akut, nekrosis kortikal akut, gagal jantung, edema paru, trombositopenia, DIC,
dan cerebrovascular accident. Sedangkan komplikasi pada janin antara
lain prematuritas ekstrem, intrauterine growth restriction (IUGR), abruptio
plasenta,dan asfiksia perinatal. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan secara
cepat dan tepat apabila dijumpai kasus kehamilan dengan impending eklampsia.
Pada makalah ini akan dibahas sebuah kasus preeklampsia berat disertai tanda-
tanda impending eklampsia serta penatalaksanaan yang dilakukan.
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
4/33
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan multisistem spesifik pada kehamilan yang
ditandai oleh timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20
minggu. Kelainan ini dianggap berat jika tekanan darah dan proteinuria
meningkat secara bermakna atau terdapat tanda-tanda kerusakan organ
(termasuk gangguan pertumbuhan janin). 2
Proteinuria adalah tanda penting preeklamsi dan didefinisikan sebagai
terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per 24 jam atau +1 pada
dipstick secara menetap pada sampel urin secara acak. Kriteria minimum
untuk mendiagnosis preeklamsi adalah hipertensi dan proteinuri minimal.
Semakin parah hipertensi atau proteinuri maka semakin pasti diagnosis
preeklamsi. Memburuknya hipertensi terutama apabila disertai proteinuri
merupakan pertanda buruk, sebaliknya proteinuri tanpa hipertensi hanya
menimbulkan efek keseluruhan yang kecil angka kematian pada bayi.
Proteinuri +2 atau lebih yang menetap atau eksresi proteinuri 24 jam sebesar
2g atau lebih adalah preeklamsi berat. Apabila kelainan ginjal parah, filtrasi
glomerulus dapat terganggu dan kreatinin plasma dapat meningkat.5
PEB dapat menjadi impending eklampsia. Impending eklampsia ditandai
dengan adanya hiperrefleksi. Gejala subyektif dari pasien yaitu jika pasien
merasa kepalanya pusing, muntah, atau adanya nyeri epigastrik. Menurut
Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-gejala oedema,
protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif. Gejala subyektif
antara lain: nyeri kepala, gangguan visual dan nyeri epigastrium. Sedangkan
gejala obyektif antara lain hiperrefleksia, eksitasi motorik dan sianosis.3
Impending eklampsia dapat merupakan pertanda dapat terjadi komplikasi yang
lebih berat yaitu eklampsia. Eklampsia yang terjadi dalam kehamilan
menyebabkan kelainan pada susunan saraf. Penyebab eklampsia adalah
kurangnya cairan darah ke otak, hipoksik otak atau edema otak.
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
5/33
4
B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi terjadinya preeklamsia sampai sekarang belum jelas
namun ada beberapa teori yang dapat menjelaskan dasar terjadinya
preeklamsia.
a. Teori Genetik
Dari hasil penelitian dapat diduga preeklamsia merupakan penyakit
yang dapat diturunkan secara resesiv (disebut teori resesiv). Preeklamsia
dapat terjadi pada penderita dengan riwayat keluarga preeklamsia, seperti
ibu penderita atau saudara perempuan penderita.
b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan paradoks biologi yaitu janin yang
sebenarnya merupakan benda asing (karena ada faktor ayah) secara
imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu. Preeklamsia terjadi karena
kegagalan adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehinga konsepsi
tetap berjalan tapi sel-sel trophoblast tidak bisa melakukan invasi ke dalam
arteri spirales agar berdilatasi.
c.
Teori Iskemia Plasenta
Iskemia plasenta pada preeklamsia terjadi karena pembuluh darah
yang mengalami dilatasi hanya terjadi pada arteri spirales di decidua,
sedang pembuluh darah di daerah myometrium yaitu arteri spirales dan
arteri basalis tidak melebar. Pelebaran arteri spirales adalah akibat
fisiologik invasi sel trofoblast ke dalam lapisan otot arteri spirales,
sehingga arteri spirales menjadi menurun tonusnya dan akhirnya melebar.
Pada preeklamsia invasi sel-sel trofoblast ini tidak terjadi sehingga tonus
pembuluh darah tetap tinggi dan seolah-olah terjadi vasokonstriksi. Hal ini
menyebabkan pembuluh darah ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan
darah plasenta sehingga terjadi iskemia plasenta.
d. Teori Radikal Bebas
Iskemia plasenta akan melepaskan suatu bahan yang bersifat toxin
sehingga menimbulkan gejala preeklamsia. Faktor-faktor yang diduga
dihasilkan oleh ischemia plasenta adalah radikal bebas yang merupakan
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
6/33
5
produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif
dan berumur pendek. Pada preeklamsia sumber radikal bebas yang utama
adalah plasenta yang mengalami ischemia. Radikal bebas akan bekerja
pada asam lemak tidak jenuh dan menghasilkan peroksida lemak. Asam
lemak tidak jenuh banyak dijumpai pada membran sel sehingga radikal
bebas lebih banyak merusak membran sel. Pada preeklamsia produksi
radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar antioksidan juga
menurun.
e. Teori Kerusakan Sel Endotel
Peroksidase lemak adalah proses oksidasi asam lemak tidak jenuh
yang menghasilkan asam lemak jenuh. Pada preeklamsia diduga bahwa sel
tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel
pembuluh darah. Hal ini terbukti bahwa kerusakan sel endotel merupakan
gambaran umum yang dijumpai pada preeklamsia.1
C. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Penyakit ini dijumpai pada 146.320 wanita, atau 3,7% di antara semua
kehamilan yang berakhir dengan semua kelahiran hidup. Eklamsia didiagnosis
pada 12.345 di antaranya, dan kematian ibu akibat penyulit ini tetap
merupakan ancaman. Dalam kepustakaan frekuensi di lapangan berkisar
antara 3-10%.5 Insiden sangat dipengaruhi oleh paritas; berkaitan dengan ras
dan etnik, genetik; sementara faktor lingkungan juga berperan.4 Pada
primigravida frekuensi preeklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multigravida terutama primigravida muda, DM, Mola hidatidosa, kehamilan
ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan
faktor predisposisi untuk terjadinya preeklamsia.1
D. KLASIFIKASI
Hipertensi pada kehamilan dibagi menjadi :
a. Hipertensi gestasional
TD > 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
7/33
6
Tidak ada proteinuria
TD kembali normal setelah
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
8/33
7
e)
Gangguan visus dan serebral; penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma, dan pandangan kabur
f) Nyeri di daerah epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan
abdomen karena teregangnya kapsula Glisson
g) Terjadi oedema paru-paru dan sianosis
h) Hemolisis mikroangiopatik
i) Terjadi gangguan fungsi hepar peningkatan SGOT dan SGPT
j) Pertumbuhan janin terhambat
k) Trombositopenia berat (< 100.000 sel/mm3) atau penurunan
trombosit dengan cepat
l) Sindroma Hellp
Impending eklampsia adalah preklampsia berat yang berat
disertai tanda-tanda :
a. Nyeri kepala berat
b.
Gangguan visus
c.
Muntah-muntahd. Nyeri epigastrium
e. Kenaikan progresif tekanan darah (sistolik 200 mmHg)
Sebagian dari tanda gejala tersebut di atas sudah termasuk
kriteria diagnosis preeklampsia berat. Seperti gangguan visus dan
serebral dan nyeri epigastrium edema paru-paru dan sianosis juga
termasuk tanda / gejala preeklampsia berat atau imminent eclampsia.
c. Eklampsia
Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita
dengan preklamsi
Preeklamsi pada hipertensi kronik
Proteinuria awitan baru > 300 mg/24 jam pada wanita pengidap
hipertensi tetapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu
Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung
trombosit < 100.000 /mm3secara mendadak pada wanita dengan
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
9/33
8
hipertensi dan proteinuria sebelum gestasi 20 minggu
d. Hipertensi Kronik
TD > 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum
gestasi 20 minggu
Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu
dan menetap setelah 12 minggu postpartum.5
E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi terjadinya preeklamsia dapat dijelaskan dengan berbagai
teori, sebagai berikut:
a. Penurunan Kadar Angiotensin II & Peningkatan kepekaan
vaskuler
Pada preeklamsia terjadi penurunan kadar angiotensin II yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan
vasoaktif (vasopresor), sehingga pemberian vasoaktif dalam jumlah sedikit
saja sudah dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah yang
menimbulkan hipertensi. Pada kehamilan normal kadar angiotensin II
cukup tinggi. Pada preeklamsia terjadi penurunan kadar prostacyclin
dengan akibat meningkatnya thromboxane yang mengakibatkan
menurunnya sintesis angiotensin II sehingga peka terhadap rangsangan
bahan vasoaktif dan akhirnya terjadi hipertensi.
b. Hipovolemia Intravaskuler
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan volume plasma hingga
mencapai 45%, sebaliknya pada preeklamsia terjadi penyusutan volume
plasma hingga mencapai 30-40% kehamilan normal. Menurunnya volume
plasma menimbulkan hemokonsentrasi dan peningkatan viskositas darah.
Akibatnya perfusi pada jaringan atau organ penting menjadi menurun
(hipoperfusi) sehingga terjadi gangguan pada pertukaran bahan-bahan
metabolik dan oksigenasi jaringan. Penurunan perfusi ke dalam jaringan
utero-plasenta mengakibatkan oksigenasi janin menurun sehingga sering
terjadi pertumbuhan janin yang terhambat (Intrauterine growth
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
10/33
9
retardation), gawat janin, bahkan kematian janin intrauterin.
c. Vasokonstriksi pembuluh darah
Pada kehamilan normal tekanan darah dapat diatur tetap meskipun
cardiac output meningkat, karena terjadinya penurunan tahanan perifer.
Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasokonstriktor sehingga keluarnya bahan-bahan vasoaktif
dalam tubuh dengan cepat menimbulkan vasokonstriksi. Adanya
vasokonstriksi menyeluruh pada sistem pembuluh darah artiole dan pra
kapiler pada hakekatnya merupakan suatu sistem kompensasi terhadap
terjadinya hipovolemik. Sebab bila tidak terjadi vasokonstriksi, ibu hamil
dengan hipertensi akan berada dalam syok kronik.
Perjalanan klinis dan temuan anatomis memberikan bukti presumtif
bahwa preeklamsi disebabkan oleh sirkulasi suatu zat beracun dalam darah
yang menyebabkan trombosis di banyak pembuluh darah halus,
selanjutnya membuat nekrosis berbagai organ.4
Pada preeklamsi berat dan eklamsi dijumpai perburukan patologis
fungsi sejumlah organ dan sistem mungkin akibat vasospasme dan
iskemia. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa pada preeklamsia terjadi
gangguan perfusi dari uteroplacenta. Bila hal ini terjadi maka akan
mengaktivasi sistem renin-angiotensin. Aktivasi dari sistem ini akan
melepaskan Angiotensin II yang dapat mengakibatkan vasokonstriksi
secara general sehingga terjadi hipertensi. Selain itu, terjadi hipovolemia
dan hipoksia jaringan. Ternyata, hipovolemia dan hipoksia jaringan dapat
pula disebabkan oleh DIC yang dapat terjadi akibat pelepasan
tromboplastin karena terdapat injury pada sel endotel pembuluh darah
uterus.4
Bila hipoksia dan hipovolemi terjadi pada kapiler-kapiler yang
membentuk glomerulus, maka dapat terjadi glomerular endotheliosis yang
menyebabkan peningkatan perfusi glomerular dan filtrasinya sehingga dari
gambaran klinis dapat ditemukan proteinuria. Vasokonstriksi kapiler-
kapiler dapat pula menyebabkan oedem. Selain itu, dari jalur adrenal akan
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
11/33
10
memproduksi aldosteron yang juga dapat menyebabkan retensi dari Na
dan air sehingga pada pasien preeklamsia terjadi oedem.7
Kelainan trombositopenia kadang sangat parah sehingga dapat
mengancam nyawa. Kadar sebagian faktor pembekuan dalam plasma
mungkin menurun dan eritrosit dapat mengalami trauma hebat sehingga
bentuknya aneh dan mengalami hemolisis dengan cepat.8
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dari preeklamsia berat dapat ditentukan secara klinis maupun
laboratorium. Secara Klinis3:
a. Nyeri epigastrik
b. Gangguan penglihatan
c.
Sakit kepala yang tidak respon terhadap terapi konvensional
d. Terdapat IUGR
e. Sianosis, edema pulmo
f.
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau 110 mmHg untuk tekanan
darah diastolik (minimal diperiksa dua kali dengan selang waktu 6
jam)
g.
Oliguria (< 400 ml selama 24 jam)
Sedangkan dari pemeriksaan laboratorium 3:
a. Proteinuria (2,0 gram/24 jam atau > +2 pada dipstik)
b.
Trombositopenia (1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui telah meningkat
sebelumnya
d. Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)
e. Peningkatan LFT (SGOT,SGPT)
G. TERAPI
Tujuan penanganan adalah :
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
12/33
11
1.
Untuk melindungi ibu dari efek meningkatnya tekanan darah dan
mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia dengan segala
komplikasinya.
2.
Untuk mengatasi atau menurunkan resiko janin termasuk terjadinya
solusio plasenta pertumbuhan janin terlambat dan kematian janin intra
uterus.
3. Untuk melahirkan janin dengan cara yang paling aman.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia selama perawatan, maka penanganan PEB dibagi dua yaitu aktif
dan konservatif. Penanganan aktif berarti kehamilan segera
diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan medisinal.
Penanganan konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan
dengan pemberian pengobatan medisinal.
a. Penanganan Aktif
Indikasi Ibu :
Kehamilan 37 minggu
Impending eklampsia
Kegagalan pada perawatan konservatif, yaitu
- Dalam waktu atau setelah 6 jam sejak dimulainya pengobatan
medisinial terjadi kenaikan TD.
- Atau setelah 24 jam sejak dimulainya perawatan medisinal
tidak ada perbaikan gejala-gejala
Indikasi Janin :
Adanya tanda-tanda fetal distress
Adanya tanda-tanda IUFGR
Indikasi Laboratorik : Adanya HELLP Syndrome
Pengobatan Medisinal :
Segera masuk rumah sakit
Tirah baring miring ke kiri
Infus dekstrose / RL 2 (60-125cc)/ jam
Antasida
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
13/33
12
Diet : - Cukup protein
- Rendahnya KH, lemak dan garam
Pemberian sulfas magnesikus (MgSO4)
Cara pemberian :
-
Loading dose, 4 gr MgSO4 20% IV selama 4-5 menit. Disertai
8 gr MgSO4 40% yang diberikan 4 gr pada bokong kiri dan 4
gr pada bokong kanan IM.
-
Dosis pemeliharaan
Diberikan 4 gr MgSO4 40% setiap 6 jam.
Pemasangan kateter untuk balance cairan
Diuretik, hanya diberikan bila ada :
-
Edema paru
- Payah jantung kongesif
- Oedem anasarka
Antihipertensi
Jika tekanan diastolik 110 mmHg, berikan obat anti hipertensi.
Tujuannya untuk mempertahankan diastolik diantara 90 - 100
mmHg dan mencegah pendarahan serebral.
Kardiotonika
Indikasi pemberian bila ada tanda-tanda menjurus ke arah payah
jantung. Perawatan dilakukan bersama dengan bagian penyakit
jantung.
Lain-lain
-
Anti piretik bila suhu rectal di atas 38,50C, dapat kompres
dingin atau alkohol.
-
Antibiotika, diberikan atas indikasi
- Antinyeri, bila penderita kesakitan atau / gelisah karena
kontraksi rahim dapat diberikan pethidin HCI 50-75 mg sekali
saja, selambat-lambatnya 2-3 jam sebelum janin lahir.
Pengobatan Obstetrik
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
14/33
13
Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien
stabil. Penundaan persalinan meningkatkan resiko ibu dan janin.
Belum inpartu
Periksa serviks, Bila mana :
- Serviks matang, lakukan pemecahan ketuban, lalu induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
Jika persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalam 12 jam,
lakukan seksio-sesarea. Demikian halnya jika DJJ 100 kali
/menit atau 180 kali / menit lakukan seksio-sesarea.
- Serviks belum matang, janin hidup, lakukan seksio-sesarea.
Jika anastesi untuk seksio-sesarea tidak tersedia atau jika janin
mati atau terlalu kecil maka :
- Usahakan lahir pervaginam.
- Matangkan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.
Inpartu
Fase laten : 6 jam tidak termasuk fase aktif SC
Fase aktif : - amniotomi kalau perlu drip oksitosn
- bila 6 jam pembukaan belum lengkap SC
Kala II dipercepat, bila syarat partus pervaginam dipenuhi,
dilakukan ekstraksi vakum atau ekstraksi forcep. Persalinan harus
sudah selesai kurang dari 12 jam setelah dilakukan amniotomi dan
drip oksitosin. Tetapi bila dalam 6 jam tidak menunjukkan kemajuan
yang nyata, pertimbangkan SC. Ergometrin tidak boleh diberika
kecuali pada PPH oleh karena atonia uteri.
b. Penanganan Konservatif
Indikasi :
Kehamilan < 37 minggu tanpa tanda-tanda impending eklampsia dan
janin baik.
Pengobatan Medikamentosa :
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
15/33
14
Sama dengan penglolaan aktif. MgSO4 dihentikan bila sudah tercapai
tanda-tanda preeklampsia ringan. Selama perawatan konservatif,
observasi dan evaluasi sama seperti perawatan preeklampsia berat
37 minggu, hanya di sini penderita boleh dipulangkan jika selama tiga
hari dalam perawatan keadaan preeklampsia ringan.
c. Pengobatan Konservatif
Kalau setelah 24 jam tidak terjadi perbaikan maka dilakukan
terminasi kehamilan. Namun bila ada perbaikan dan didapatkan :
Mencapai kriteria PE ringan maka :
- MgSO4 dihentikan
- Rawat seperti PE ringan
- Monitoring ibu dan janin terus-menerus
Belum mencapai kriteria PE ringan dan janin belum viabel dan sangat
berharga maka dipertimbangkan dengan cermat apakah
- Langsung terminasi kehamilan sesudah pemberian MgSO4 2 x
24 jam.
- Dicoba mempertahankan kehamilan dengan dosis MgSO4yang
lebih kecil, misalnya suntikan MgSO4 1 x 8 jam atau 1 x 12 jam.
Bila terjadi impending eklampsia maka penanganannya adalah
sebaiknya segera dilakukan seksio-sesarea setelah diberi dosis awal
(loading dosis) suntikan MgSO4 untuk mencegah terjadinya
eklampsia, pendarahan serebral / intrakranial atau kematian janin.
H.
PENCEGAHAN
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-
tanda dini preeklampsia. Dengan adanya faktor predisposisi seperti yang telah
diuraikan di atas, kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia.
Di samping itu selama ini para peneliti umumnya telah menyusun
strategi pencegahan penyakit ini berdasarkan patogenesisnya dengan tujuan :
1.Mempengaruhi adanya vasospasme dan peningkatan sensivitas vaskuler
yang diakibatkan oleh vasopresor yang terjadi preeklampsia.
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
16/33
15
2.
Merubah sintesa prostaglandin dengan harapan dapat mengurangi
kerusakan endotel yang mengakibatkan konstriksi arteriolar dan aktifitas
trombosit.
Upaya yang dilakukan untuk maksud tersebut adalah melalui pendekatan
nutrisi dan farmakologi.5 Pendekatan nutrisi meliputi diet tinggi protein,
suplemen kalsium, magnesium, zink dan asam linoleat. Pendekatan
farmakologi meliputi pemberian teophyline, anti hipertensi, dipyridamole,
asam asetil salisilat (aspirin), heparin, alfa toko ferol (Vitamin E) dan diuretik.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi preeklamsia berat antara lain: Eklamsia, HELLP Sindrom,
Edema pulmonum, DIC, Gagal ginjal akut, Ruptur hepar, Solutio plasenta,
Perdarahan serebral dan gangguan visus.
J. PROGNOSIS
Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian ibu
antara 9,8 20,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaitu 42,2
48,9%. Kematian ini disebabkan karena kurang sempurnanya pengawasan
antenatal, disamping itu penderita eklampsia biasanya sering terlambat
mendapat pertolongan. Kematian ibu biasanya karena perdarahan otak,
decompensatio cordis, oedem paru, payah ginjal dan aspirasi cairan lambung.
Sebab kematian bayi karena prematuritas dan hipoksia intra uterin.2
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
17/33
16
BAB III
STATUS PENDERITA
A. ANAMNESIS
Tanggal 12 Juli 2014
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. DL
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta
Status Perkawinan : Kawin
HPMT : 8 Oktober 2013
HPL : 15 Juli 2014
UK : 37+4 minggu
Tanggal Masuk : 12 Juli 2014
No.CM : 01235530
Berat badan : 65 Kg
Tinggi Badan : 155 cm
2. Keluhan Utama
Pasien merupakan rujukan dari RS PKU Muhammadiyah dengan
keterangan G2P1A0hamil 37+4minggu dengan hipertensi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G2P1A0, 36 tahun, dengan usia kehamilan 37+4minggu
datang rujukan dari RSU PKU Muhammadiyah dengan hipertensi. Saat
di RSDM, pasien mengeluh mual, nyeri ulu hati, serta pusing yang
dirasakan di kepala bagian depan, muntah (-), pandangan kabur (-).
Keluhan ini belum dirasakan pasien sebelum dirujuk ke RSDM. Pasien
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
18/33
17
merasa hamil 9 bulan, gerakan janin masih dirasakan, kenceng-kenceng
teratur sudah dirasakan sejak 3 jam SMRS, air kawah sudah dirasakan
keluar sejak 3 jam SMRS, lender darah (+)
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat sakit gula : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal
Riwayat minum obat selama hamil : Disangkal
Riwayat operasi : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
I : perempuan, 8 thn, lahir spontan di bidan dengan BB 2800 gram
II : sekarang
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke Puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
19/33
18
9. Riwayat Haid
- Menarche : 12 tahun
- Lama menstruasi : 6-7 hari
-
Siklus menstruasi : 28 hari
10.Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali selama 9 tahun dengan suami sekarang.
11.Riwayat Keluarga Berencana
Menggunakan KB suntik selama 8 tahun setelah anak pertama lahir.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Keadaan Umum : Sedang, CM, Gizi cukup
Tanda Vital :
Tensi : 180/110 mmHg
Nadi : 86 x / menit
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : Mesocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Normochest, retraksi (-)
Cor :
Inspeksi : IC tidak tampak
Palpasi : IC tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada ka = ki
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
20/33
19
Palpasi : Fremitus raba dada ka = ki
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)
Abdomen:
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
Stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus, redup pada
daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genital : Lendir darah (+), discharge (-)
Ekstremitas : Oedema
- -
+ +
Akral dingin
- -
- -
2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala : Mesocephal
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Wajah : Kloasma gravidarum (+)
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae
hiperpigmentasi (+)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal,
intrauterine, memanjang, puka, preskep, kepala
masuk panggul
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
21/33
20
menit/30-40 detik/sedang, DJJ (+) 12-12-12/13-13-
13/12-12-13/regular. TFU : 31 cm = TBJ : 2945
gram.
Pemeriksaan Leopold
I : TFU setinggi 31 cm, Teraba bagian lunak memanjang,
kesan bokong, janin tunggal
II : Di sebelah kanan teraba bagian keras, rata, memanjang,
kesan punggung
III : Teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala.
IV : Kepala janin sudah masuk panggul
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
22/33
21
UPD : promontorium tidak teraba
linea terminalis teraba , 1/3 bagian
spina ischiadica tidak menonjol
arcus pubis > 90
kesan : panggul normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah tanggal 12 Juli 2014
Hemoglobin : 11,7 gr/dl
Hematokrit : 34 %
Antal Eritrosit : 3,96 x 103/uL
Antal Leukosit : 7,8 x 103/uL
Antal Trombosit : 147 x 103/uL
Golongan Darah : O
GDS : 73 mg/dL
HbS Ag : nonreaktif
PT : 11,2 detik
APTT : 33,7 detik
INR : 0,860
SGOT : 18 u/l
SGPT : 14 u/l
Creatinin : 0,8 mg/dl
Ureum : 24 mg/dl
LDH : 512/l
Protein Kuantitatif : Positif 1/+
2. Ultrasonografi (USG) tanggal 12 Juli 2014:
Tampak janin tunggal, intrauterin, memanjang, preskep, DJJ (+),
dengan biometri :
BPD : 8,84 cm
FL : 66 cm
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
23/33
22
AC : 31,30 cm
EFBW : 2592 gram
Plasenta berinsersi di corpus Grade II
Air ketuban kesan cukup
Tak tampak kelainan kongenital mayor
Kesimpulan : saat ini janin dalam keadaan baik
D. KESIMPULAN
Seorang G2P1A0, 36 tahun, UK 37+4 minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterine, preskep, dalam persalinan kala I fase laten disertai keluhan
mual, nyeri ulu hati, nyeri kepala frontal. Pemeriksaan didapatkan TD
180/110, proteinuria +1. Riwayat obstetri baik, riwayat fertilitas baik.
E. DIAGNOSA AWAL
Impending eklampsia pada sekundigravida hamil aterm dalam persalinan
kala I fase laten.
F. PROGNOSA
Jelek
G. TERAPI
O23 lpm
Infus RL 12 tpm
Inj. Mg SO440% (4 mg boka, 4 mg boki), dilanjutkan 4 mg/ 6jam jika
syarat terpenuhi
Nifedipin 3 x 10 mg jika TD 160/110
Pasang DCBalance cairan
Observasi 10
Cek darah lengkap cito
CST
SCTP emergency + Insersi IUD
Konsul Anestesi
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
24/33
23
Konsul Jantung
H. LAPORAN OPERASI SCTP Em
Out come :
Neonatus, jenis kelamin laki-laki, BB= 2800 gram, PB= 49 cm, LK/LD=
33/30, APGAR score 8-9-10, anus (+), cacat (-)
Laporan Operasi :
Perdarahan selama operasi 300 cc
Diagnosa post operasi :
Post SCTP-em + insersi IUD atas indikasi impending eklampsia pada
sekundipara hamil aterm.
I. FOLLOW UP
Evaluasi tanggal 13 Juli 2014
Keadaan Umum : baik, CM, Gizi cukup
Keluhan : Nyeri di luka operasi
Tanda vital : T : 140/90 mmHg
N : 82x/menit
Rr : 18x/menit
T : 36,8OC
Mata : Conjunctiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor : dalam batas normal
Pulmo: dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusar,
kontraksi (+), bising usus (+)
Genital : darah (-), lokia (+)
Dx : Post SCTP-em + insersi IUD atas indikasi
impending eklampsia pada sekundipara hamil aterm
DPH I
Tx :
-
Mondok bangsal HCU
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
25/33
24
-
Mobilisasi bertahap
- Infus RL 12 tpm
- O2 3 lpm
-
Injeksi MgSO440% 4 gr/6 jam
- Nifedipin 3 x 10 mg jika TD 160/110
- Monitoring ketat KU, VS, BC
- Injeksi ceftriakson 1 g/12 jam
- Injeksi ketorolac 1 amp/12 jam
- Injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam
Evaluasi tanggal 14 Juli 2014
Keadaan Umum : baik, CM, Gizi cukup
Keluhan : -
Tanda vital : T : 140/90 mmHg
N : 78x/menit
Rr : 16x/menit
T : 36,5OC
Mata : Conjunctiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor : dalam batas normal
Pulmo: dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusar,
kontraksi (+)
Genital : darah (-), lokia (+)
Dx : Post SCTP-em + insersi IUD atas indikasi
impending eklampsia pada sekundipara hamil aterm
DPH II
Tx :
- Mondok bangsal HCU
- Mobilisasi bertahap
- Infus RL 12 tpm
-
O2 3 lpm
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
26/33
25
-
Nifedipin 3 x 10 mg jika TD 160/110
- Monitoring ketat KU, VS, BC
- Injeksi ceftriakson 1 g/12 jam
-
Injeksi ketorolac 1 amp/12 jam
- Injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam
- Cek lab
- Rencana pindah bangsal
Evaluasi tanggal 15 Juli 2014
Keadaan Umum : baik, CM, Gizi cukup
Keluhan : -
Tanda vital : T : 130/80 mmHg
N : 76x/menit
Rr : 20x/menit
T : 36,5OC
Mata : Conjunctiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor : dalam batas normal
Pulmo: dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusar,
kontraksi (+)
Genital : darah (-), lokia (+)
Dx : Post SCTP-em + insersi IUD atas indikasi
impending eklampsia pada sekundipara hamil aterm
DPH III
Hasil Laboratorium tanggal 14 Juli 2014
- Hemoglobin : 11,6 gr/dl
- Hematokrit : 33 %
- Antal Eritrosit : 3,80 x 103/uL
- Antal Leukosit : 8,0 x 103/uL
- Antal Trombosit : 150x 103/uL
-
SGOT : 17 u/l
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
27/33
26
-
SGPT : 14 u/l
- LDH : 500/l
- Ureum : 24 mg/dl
-
Creatinin : 0,8 mg/dl
- Protein Kuantitatif : (-) negatif
Tx :
- Mondok bangsal
- Mobilisasi bertahap
- Infus RL 12 tpm
-
Nifedipin 3 x 10 mg jika TD 160/110
- Monitoring KU, VS, BC
- Injeksi ceftriakson 1 g/12 jam
-
Injeksi ketorolac 1 amp/12 jam
- Injeksi asam traneksamat 500 mg/8 jam
Evaluasi tanggal 16 Juli 2014
Keadaan Umum : baik, CM, Gizi cukup
Keluhan : -
Tanda vital : T : 130/80 mmHg
N : 80x/menit
Rr : 20x/menit
T : 36,7OC
Mata : Conjunctiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)
Thorax : cor : dalam batas normal
Pulmo: dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari di bawah pusar,
kontraksi (+)
Genital : darah (-), lokia (+)
Dx : Post SCTP-em + insersi IUD atas indikasi
impending eklampsia pada sekundipara hamil aterm
dengan DPH IV
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
28/33
27
Tx :
- Mondok bangsal
-
Mobilisasi bertahap
- Medikasi luka
- Aff infus + DC
- Nifedipin 3 x 10 mg jika TD 160/110
- Monitoring KU, VS, BC
- Cefadroxil 2 x 500 mg
-
SF 1 x 1
- Vitamin C 2 x 1
- Usul BLPL
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
29/33
28
BAB IV
ANALISIS KASUS
ANALISA DIAGNOSIS
Dalam kasus ini didapatkan adanya pre eklampsia berat. Diagnosis ini
berdasarkan pada adanya hipertensi dan proteinuria yang dibuktikan dengan :
Tekanan darah pasien mencapai 180/110 mmHg
Dari urinalisa didapatkan adanya proteinuria +1
Oedema tidak lagi dianggap menjadi suatu tanda yang valid untuk pre
eklampsia. Sedangkan proteinuria +1 sudah termasuk kategori PEB (Abdul
Bari, dkk., 2000).
Faktor predisposisi terjadinya PEB antara lain adalah :
a.
Primigravida
b. Kehamilan ganda
c. Hidramnion
d.
Hidrops fetalis
e.
Diabetes mellitus
f. Obesitas
g.
Umur yang lebih dari 35 tahun
h. Mola hidatidosa
Faktor predisposisi yang mungkin didapatkan pada kasus ini adalah
keadaan pasien yang berumur lebih dari 35 tahun.
Pada pasien juga didapatkan keluhan mual, nyeri ulu hati, dan nyeri kepala
di bagian dahi. Diketahui bahwa preeklampsia berat dapat berlanjut menjadi
kondisi impending eklampsia yaitu keadaan jika pada kasus preeklampsia berat
dijumpai tanda-tanda seperti :
1. Nyeri kepala berat
2. Gangguan visus
3. Muntah-muntah
4. Nyeri epigastrium
5.
Kenaikan progresif tekanan darah (sistolis 200 mmHg)
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
30/33
29
ANALISA PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Impending Eklampsia
`Prinsip penatalaksanaan preeklamsia berat adalah mencegah timbulnya
kejang, mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial
serta kerusakan dari organ-organ vital dan melahirkan bayi dengan selamat..
Pasien bisa ditangani di unit perawatan intensif (ICU) dengan indikasi
membutuhkan pemantauan ketat terhadap semua parameter hemodinamik dan
cairan serta pengawasan terhadap edema pulmo dan atau kelainan respiratorik.
Setelah persalinan, pasien harus diawasi ketat di ICU paling sedikit 48 jam.
Pada pre eklampsia terjadi vasospasme menyeluruh pada hampir semua
organ tubuh termasuk pada sistem saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan
peningkatan volume cairan intraseluler sel otak karena penurunan tekanan
osmotik koloid yang menyebabkan edema serebri sehingga dapat
menimbulkan gejala seperti kejang, nyeri kepala, vertigo, hiperrefleksi, dan
buta kortikal. Nyeri kepala merupakan salah satu keadaan yang mengancam
kearah eklamsia atau disebut impending eklampsia.
Impending eklampsia merupakan masalah yang serius dalam kehamilan
karena komplikasi-komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada
janin. Komplikasi pada ibu antara lain gagal ginjal akibat nekrosis tubuler
akut, nekrosis kortikal akut, gagal jantung, edema paru, trombositopenia, DIC,
dan cerebrovascular accident. Sedangkan komplikasi pada janin antara lain
prematuritas ekstrem, intrauterine growth retardation (IUGR), abruptio
plasenta, dan asfiksia perinatal. Pasien didiagnosis mengalami impending
eklampsia dengan usia kehamilan yang sudah aterm sehingga penatalaksanaan
aktif dengan melakukan terminasi kehamilan merupakan penanganan yang
paling cepat dan tepat. Terminasi kehamilan yang dipilih adalah per
abdominal dengan SCTP emergency.
Pasien juga diberikan MgSO4. Pemberian MgSO4 sebagai antikejang
karena MgSO4 mampu menurunkan kadar asetilkolin dan menghambat
transmisi neuromuscular dengan menjadi kompetitifinhibitorion kalsium.
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
31/33
30
2. Pemberian Antihipertensi
Pada pasien ini tekanan darah saat datang adalah 180/ 110, kemudian
diberikan nifedipin 3 x 10 mg sebagai terapi hipertensi pada kehamilannya.
Pada literatur yang kami temukan, tekanan darah harus diturunkan secara
bertahap yaitu penurunan awal 25% dari tekanan sistolik dan tekanan darah
diturunkan hingga mencapai < 160/ 105 atau MAP < 125. Menurut Sarwono,
Nifedipin merupakan antihipertensi pada pre eklampsia lini pertama dengan
dosis 10-20 mg per oral, diulang setelah 30 menit dengan dosis maksimal
120mg/24 jam. Antihipertensi lini kedua adalah Sodium nitroprusside dan
diazokside. Nifedipin tidak boleh diberikan sublingual karena efek vasodilatasi
sangat cepat sehingga hanya boleh diberikan per oral.
Pada hipertensi kronis kehamilan, metildopa merupakan antihipertensi
lini pertama dengan dosis awal 3x 500 mg dosis maksimal 3 gram/ 24 jam.
Lini selanjutnya adalah antihipertensi dari golongan Calsium Canal Blocker
seperti nifedipin dengan dosis bervariasi antara 30- 90 mg/ hari. Setelah
mendapat terapi nifedipin tersebut, pada pasien terdapat penurunan tekanan
darah yang signifikan yaitu menjadi 140/90 mmHg.
-
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
32/33
31
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari, S. 2003. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. PB
POGI, FKUI, Jakarta. Pp : 35-45
Allan, H., et all. 1994. Current Obstetric & Ginecologic Diagnosis and
Treatment. 8thedition. Appleton, Norwak, Connecticut.
Brandon dkk , 2002. The Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics
2nd edition The Johns Hopkins University Department By Lippincott
Williams & Wilkins Publishers
Chrisdiono M. A. 2004. Kehamilan Postterm. Dalam : Prosedur Tetap Obstetri
dan Ginekologi. EGC. Jakarta. Pp: 32-33.
Cunningham, Mac Donald, Gant, Levono, Gilstrap, Hanskin, Clark. 1997.
Williams Obstretics20thedition. Prentice-Hall International Inc. Pp :
773-818
James R., Md. Scott, Ronald S., Md. Gibbs, Beth Y., Md. Karlan, Arthur F., Md.
Haney, David N Danforth's Obstetrics and Gynecology, 9th Ed:.
Danforth By Lippincott Williams & Wilkins Publishers; 9th edition.
Joy, Satu and Lyon, Deborah. 2005. Diagnosis of Abnormal Labor.
http://www.emedicine.com/med/topic3488.htm
Merck. 2005.Problem in the First and Second Stage of Labor. The Merck Manual
of Diagnosis and Therapy.
http://www.merck.com/mrkshared/mmanual/section18/chapter253/25
3g.jsp
Neville, dkk. 2001. Esential Obstetri dan Gynecologi. Hipokrates, Jakarta. Pp :
20-30
Price dan Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. EGC. Pp : 722-23
Repke JT, Johnson TR, Ludmir J. 2005. Diagnosis of Abnormal Labor.
http://www.cgmh.org.tw/intr/intr5/c6700/OBGYN/f/web/Abnormal%2
0Labor/
Rustam Mochtar. 1998. Kelainan Pada Letak Kepala. Dalam : Sinopsis Obstetri
Jilid 1. Editor: Delfi Lutan, EGC, Jakarta. Pp: 339-340.
http://www.emedicine.com/med/topic3488.htmhttp://www.emedicine.com/med/topic3488.htm -
8/11/2019 Preskas Dr Uki Impending Eklampsia-2
33/33
S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Letak dan
Bentuk Janin. Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga
Cetakan Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Jakarta. Pp : 597-598.
S. Martohoesodo dan R. Hariadi. 1999. Distosia Karena Kelainan Panggul.
Dalam Wiknjosastro H, Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga Cetakan
Kelima. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Pp :
641-645.
SMF Obsgin RSDM. 2004. Disproporsi Kepala Panggul. Dalam : Prosedur
Tetap Pelayanan Profesi Kelompok Staf Medis Fungsional Obstetri &
Ginekologi. RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. Pp : 36-37.