preskas

30
PRESENTASI KASUS Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Di RSJ GRACIA Yogyakarta Diajukan Kepada Yth : dr. Rukmi K. Sp.KJ Diajukan Oleh : Afiazka Luthfita 20090310076

description

jiwa

Transcript of preskas

PRESENTASI KASUS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan JiwaDi RSJ GRACIA Yogyakarta

Diajukan Kepada Yth :dr. Rukmi K. Sp.KJ

Diajukan Oleh :Afiazka Luthfita20090310076

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWAUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTARSJ GRACIA YOGYAKARTA2014BAB I RANGKUMAN KASUS

Identitas pasienNama: sdr. WUsia : 24 tahunAlamat: Godean, slemanPendidikan terakhir: Perguruan Tinggi Pekerjaan: tidak bekerjaNo. CM: 053384Tanggal Masuk: 18 desember 2014Riwayat Penyakit Sekarang:Berdasarkan alloanamnesis yang didapat dari ibu pasien yang bernama ny. S didapatkan kronologis kejadian kurang lebih 5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami peningkatan gejalaberupa sering melamun, kemudian mengamuk dengan merusak barang-barang. Pasien dendam dengan ayahnya dan hamper membunuh ayahnya. Pasien sering mengurung diri di kamar. Makan +, mandi +, tidur akhir-akhir ini sulit. Putus obat kurang lebih selama 2 tahun. Peningkatan gejala terjadi perlahan, dan tidak ada resiko mencederai diri sendiri.Auto anamnesis:Pasien merasa dibawa kerumah sakit karena mengamuk, susah tidur.Pasien sering mendengar suara-suara, melihat bayangan dan berbicara sendiri.Faktor yang mendahului: Stresor psikososial: Ayah temperamental Faktor organic: trauma kepala -, kejang Riwayat gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatan: Pernah rawaT inap 1x tahun 2012, sejak 2012 akhir tidak mau minum obat dengan alasan bosan.Riwayat penyalahgunaan obat: disangkalRiwayat kehidupan pribadiKepribadian premorbid: cenderung schizoidPendidikan: kuliah tidak selesai karena masalah ekonomiPerkawinan: belum menikahRiwayat gangguan jiwa dalam keluarga: saudara simbah dan sepupu pasien mengalami hal serupaPola asuh dan interaksi: ayah temperamen

Pemeriksaan Fisik:Vital Sign: Nadi: 88x/menit, TD: 120/80, RR: 20x/menit, T: afebrisPemeriksaan lab: Darah Rutin dalam batas normal

Pemeriksaan psikiatrik:Keadaan Umum: GCS E4V5M6, CMOrientasi: baik (orang, waktu, tempat, situasi)Sikap dan tingkah laku: pasif agresif, kooperatifRoman muka: normo mimikAfek: inapropiateProses pikir: Bentuk pikir : non realistic Progresi pikir kualitatif: relevan koheren Progresi pikir kuantitatif: cukup bicara Isi pikir: waham- Daya ingat baikPersepsi: Halusinasi: auditori +, visual + Ilusi Hubungan jiwa: mudahPerhatian: Mudah Ditarik Mudah DicantumInsight: jelekDiagnosis:Axis I: F25.1 dd F32.3 Axis II: cenderung schizoidAxis III: tidak ada diagnosisAxis IV: masalah dengan family support grupAxis V: GAF 70-61

Terapi Farmakologis : Kalxetin (Fluoxetine) 1 x 20 mgRisperidon 2 X 2mgChlorpomazin 1 x 25 mgTrihexyphenidil 2 X 2 mg

BAB II PEMBAHASANSkizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal namun kategori diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin dengan kausa yang heterogen, tapi dengan gejala perilaku yang sedikit banyak serupa. Pasien skizofrenia menunjukan presentasi klinis, respon terhadap terapi dan perjalanan penyakit yang berbeda-beda.a. Model diatesis-stresMenurut model diatesis-stres terhadap integrasi factor biologis, psikososial, dan lingkungan, seseorang mungkin memiliki kerentanan spesifik yang bila diaktifkan oleh pengaruh yang penuh tekanan, memungkinkan timbulnya gejala skizofrenia.b. NeurobiologiKausa skizofrenia belum diketahui. Terdapat peningkatan jumlah penelitian yang mengindikasikan adanya peran patofisiologis area otak tertentu, termasuk system limbic, korteks frontal, serebelum, dan ganglia basalis. Keempat area ini saling terhubung sehingga disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologik primer di tempat lain.pemeriksaan neuropatologi jaringan otak postmortem menyatakan system limbic sebagai lokasi potensial proses patologik primer pada sebagian besar pasien skizofrenik.c. Hipotesis dopamineSkizofrenia timbul akibat dopaminergik yang berlebihan. Teori ini berkembang berdasarkan dua pengamatan. Pertama, kemanjuran obat antagonis reseptor dopamine. Kedua, obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik adalah amfetamin bersifat psikotomimetik. Teori dasar ini tidak menguraikan apakah hiperaktivitas dopaminergik disebabkan pelepasan dopamine yang berlebihan, reseptor dopamine yang terlalu banyak, hipersensitivitas reseptor dopamine terhadap dopamine, atau kombinasi dari mekanisme tersebut. Jalur dopamine di otak yang terlibat yaitu jalur mesokortikal dan mesolimbik.

d. Neurotransmitter lain Serotonin, berdasarkan obat antagonis serotonin dopamine (SDA) memiliki aktivitas yang poten. Secara spesifik, antagonis reseptor 5HT2 serotonin sebagai sesuatu yang penting dalam mengurangi gejala psikotik dan meredakan timbulnya gangguan pergerakan terkait antagonism D2.Seperti yang diisyaratkan pada penelitian mengenai gangguan mood, aktivitas serotonin dianggap terlibat dalam perilaku impulsive dan bunuh diri pada pasien skizofrenia. Norepinefrin, penelitian dengan menurunkan aktivitas noradrenergic di lokus seruleus dan melibatkan reseptor adrenergic-a dan adrenergic-a2. Belum diketahui secara jelas hubungan noradrenergic dengan system dopaminergik, namun ada hubungan diantara keduanya sehingga abnormalitas system noradrenergic mempredisposisikan pasien untuk mengalami relaps yang sering. GABA, data yang tersedia sejalan dengan hipotesis bahwa sejumlah pasien skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABAnergik di hipokampus. Hilangnya GABAnergik inhibitorik secara teoritis dan mengakibatkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergic. Glutamat, hipotesis yang diajukan tentang glutamate mencakup hiperaktivitas, hipoaktivitas, dan neurotiksisitas terinduksi glutamate. Glutamate dilibatkan karena ingesti akut fensiklidin, suatu antagonis glutamate menimbulkan sindrom menyerupai skizoprenia. Neuropeptida, dua neuropeptida, kolesitokinin dan neurotensin ditemukan disejumlah region otak yang terlibat dalam skizofrenia. Konsentrasinya mengalami perubahan dalam keadaan psikotik.e. NeuropatologiPara peneliti mengungkapkan dasar potensi neuropatologi skizofrenia, terutama di system limbic dan ganglia basalis, termasuk abnormalitas neuropatologi atau neurokimiawi di korteks serebri, thalamus dan batang otak. Berkurangnya volume otak secara luas terdapat pada otak skizofrenik tampaknya akibat berkurangnya kepadatan akson, dendrite dan sinaps yang memerantai fungsi asosiasi otak. Satu teori menunjukan skizofrenia muncul pada masa remaja karena pada 1 tahun pertama akan terjadi perkembangan sinaptik yang paling tinggi dan akan terus menurun sampai usia dewasa (awal remaja). Namun, pemangkasan yang berlebihan pada perkembangan ini akan menyebabkan gejala skizofrenia.f. System limbicPeran system ini dalam pengendalian emosi terlibat dalam skizofrenia. Uji postmortem pada area ini terutama amigdala, hipokampus, dan girus parahipokampus dengan MRI pasien skizofrenia. Ditemukan adanya disorganisasi neuron di dalam hipokampus pasien skizofrenia.g. Ganglia basalisStudi menghasilkan mengenai hilangnya sel atau reduksi volume globus palidus dan substansia nigra. Studi lain menunjukan terjadinya peningkatan reseptor D2 pada nucleus kaudatus, putamen dan nucleus akumbens. Gangguan pada ganglia basalis ini akan menunjukan gerakan yang aneh mencakup berjalan yang ganjil, seringai wajah dan stereotipik karena ganglia basalis mengatur gerakan.h. Tomografi terkomputerisasiStudi menunjukan pasien skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel ketiga dan lateral serta reduksi volume korteks dalam derajat tertentu. Studi lain melaporkan asimetri serebri abnormal, berkurangnya volume serebelum dan perubahan densitas otak pasien skizofrenia.i. Factor geneticTelah dilaporkan adanya hubungan antara lokasi kromosom dan skizofrenia sejak penerapan teknik biologi molekuler dilakukan secara luas. Lebih dari separuh dari seluruh kromosom dikaitkan dengan skizofrenia pada berbagai laporan, namun lengan panjang kromosom 5,11, dan 18, lengan pendek kromosom 19, serta kromosom x paling sering disebut. Lokus pada kromosom 6,8 dan 22 juga dianggap terlibat.PatofisiologiSebuah studi melibatkan 59000 orang, dimana 5001 didiagnosis dengan skizofrenia. Diidentifikasi 22 lokasi genom, dengan 13 yang terbaru yang menurut peneliti telibat di dalam perkembangan skizofrenia. Peneliti menambahkan, bahwa ada 2 penentu proses genetik pada skizofrenia, yaitu jalur mikro-RNA 137, dan jalur kanal kalsium. Hal ini masih menjadi fokus penelitian. Kemudian selain genetic, dapat juga disebabkan oleh lingkungan, penggunaan obat, dan lain-lain. Disfungsi dari prefrontokortikal glutamatergik dan proyeksi GABAergik, dan disfungsi dari sistem serotonin (5-HT) juga memainkan peranan dalam patofisiologi skizofrenia.Ada dua jalur dopaminergik yang berperan dalam kasus skizofrenia. Yaitu jalur mesolimbik dan mesokortikal. 5HT (serotonin) berinteraksi dengan reseptor 5HT2A pada level postsinaptik, baik pada badan sel dopamine pada terminal akson dan menghambat pengeluaran dopamine atau kerja antagonis dari 5HT2A menyebabkan pengeluaran dari dopamine. Aksi dari 5HT2A dan D2 menyebabkan efek yang berbeda pada jalur dopamine yang berbeda.Kemudian glutamat dari prefrontal korteks ke VTA menurun pada penderita skizofrenia, sehingga jumlah pengeluaran dopamine pada jalur mesolimbik yaitu dari VTA ke nucleus accumbens meningkat. Pengaruh dari ekspresi, distribusi, autoregulasi, dan prevalensi dari heterodimer spesifik, dan level relatif dari G protein, penurunan level dari i isomorph secara spesifik, semuanya bisa berpengaruh pada fungsi NMDA (reseptor glutamat). Kontribusi utama terhadap skizofrenia adalah defisit dari reseptor glutamat presinaptik ke reseptor postsinaptik.Neurotransmitter glutamat berkaitan dengan pengambilan persepsi dan sikap empati pada korteks prefrontal dan fungsi cingulate cortex anterior.1) Jalur mesolimbikPada penderita Skizofrenia, terjadi overaktifitas dari jalur ini. Pada jalur mesolimbik aksi dari reseptor D2 lebih meningkat dibanding reseptor 5HT2A, sehingga terjadi pengeluaran dopamine yang berlebihan.Jalur mesolimbik yaitu dari Ventral Tegmental Area (VTA) menuju ke nukleus accumbens, amygdala, dan hippocampus. Namun jalur utama yang terganggu adalah dari Ventral Tegmental Area (VTA) menuju nucleus accumbens. Sistem ini mengatur mekanisme kompleks dari motivasi, emosi, penghargaan, dan gejala positif dari skizofrenia.Jadi dalam kasus ini, overaktifitas pada jalur ini menyebabkan terjadinya gejala positif pada penderita Skizofrenia, berupa halusinasi auditori, kemudian delusi, dan terjadinya pengucapan kata-kata yang sulit dimengerti.

2) Jalur mesokortikal Pada penderita Skizofrenia, terjadi disfungsi pada jalur ini. Pada jalur mesokortikal, lebih banyak reseptor 5HT2A daripada reseptor D2, sehingga hipofungsi dopamine terjadi.Jalur mesokortikal yaitu dari Ventral Tegmental Area menuju ke prefrontal cortex. Sistem ini mengatur fungsi eksekusi dan kognisi pada bagian Dorsolateral Prefrontal Cortex (DLPFC), serta fungsi emosi dan afek pada bagian Ventromedial Prefrontal Cortex (VMPFC). Jadi dalam kasus ini, disfungsi/hipofungsi jalur ini menyebabkan terjadinya gejala negatif dan kognitif pada penderita Skizofrenia. Gejala negatifnya baik itu rasa depresi, menangis tanpa alasan yang jelas, cemas, menarik diri (apatis, terisolasi dan tidak ada interaksi sosial), sulit menjaga diri dan melakukan pekerjaan rumah. Fungsi kognitif yang terganggu berupa berbicara sedikit, kemunduran mental, pikiran terhambat, sulit membedakan sesuatu. Ini adalah kunci dari skizofrenia, yaitu deregulasi ekspresi glutamate carboxylase, yang mengatur regulasi produksi reelin, yaitu sebuah mediator penting neurogenesis. Secara spesifik reelin mengekspresikan sel cajal-retziu. Ini penting untuk perkembangan pusat bicara di otak, yaitu area Wernicke dan Broca. Defisit pada aktivitas reelin juga berhubungan dengan retardasi pekembangan kortikal. Akar dari psikosis (pengalaman yang tidak bisa dijelaskan, walaupun dengan pikiran mereka sendiri) adalah ketika input ganglia basalis ke lapisan V menguasai kemampuan inhibisi cortex yang lebih tinggi sebagai hasil dari transmisi striatal. Ketika dikombinasikan dengan kelebihan prefrontal, secara spesifik transmisi orbitofrontal, dari hippocampus, hal ini membuat otak cenderung jatuh dalam keyakinan diri yang kuat. Deteriorasi adalah perburukan, hal ini menunjukkan bahwa skizofrenia yang belum ditatalaksana ini menyebabkan kemunduran yang progresif. Neuropatologi dari skizofrenia ditunjukkan oleh pengurangan neuropil secara signifikan, yaitu multinukleat sinaps antar saraf. Neuropil adalah daerah diantara badan sel saraf pada substansia kelabu dari otak dan medulla spinalis pada sistem saraf pusat. Itu mengandung prosesus yang kusut padat dari paling banyak akson terminal unmyelinated, dendrit dan sel glia. Ini adalah hubungan sinaps yang dibentuk diantara cabang akson dan dendrit. Jadi terjadi penurunan konektivitas sinaps, sehingga pengurangan konektivitas ini menyebabkan pembentukan gejala pada skizofrenia. Jadi pada penderita skizofrenia terjadi pengurangan koneksi sinaps, bukan jumlah sel saraf.

Gejala klinisPada tahun 1980, T. J. Crow mengajukan klasifikasi skizofrenia berdasarkan gejala positif (produktif) dan gejala negative (deficit).Gejala klinis yang terdapat pada kasus ini dibagi menjadi dua kategori tersebut ;a. Gejala positif (mekanisme dari jalur mesolimbik) terdiri dari : Waham Command halusinasi auditory

b. Gejala negative (mekanisme dari jalur mesokortikal) terdiri dari : Depresi Penarikan diri dari social (withdrawn) Disinteraksi social Kemunduran mental Kurang merawat diri Miskin bicara (alogia) atau isi bicara Bicara kacau (inkoherensi) Afek datar Kehilangan minat atau kehendak Kurang motivasi Anhedonia Berkurangnya energy (mudah lelah)Pada pasien ini banyak terdapat gejala negative yaitu penarikan diri dari social, miskin bicara, afek datar, kurang motivasi.

Interpretasi pemeriksaanREALITY TESTING ABILITY (RTA)Bagian status mental ini menyimpulkan kesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan ntuk melaporkan keadaannya secara akurat. Hal ini mencakup perkiraan kesan psikiater terhadap kejujuran atau keterusterangan pasien. Contoh: jika pasien terbuka mengenai penyalahgunaan obat tertentu secara aktif atau mengenai keadaan yang menurut pasien dapat berpengaruh buruk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa releabilitas pasien tersebut masih baik/bagus.GAF SCALEGlobal Assessment of Functioning (G.A.F) adalah skala penentuan dalam menilai derajat kemampuan seseorang (overall level) yang sudah diakui secara luas. Dengan skala GAF ini kita dapat mengukur derajat kemampuan fungsi sosial, pekerjaan dan psikologik. Maka dengan skala itu kita dapat mengetahui: 1) angka tertinggi yang dapat dicapai oleh seseorang penderita dalam waktu tertentu dan 2) angka terendah dari seseorang yang tidak mempunyai disfungsi (angka normal terendah). Dengan rumusan tertentu kita dapat menghitung disfungsi seseorang dengan gangguan skizofrenia dalam skala numerik.Aksis V adalah skala penilaian global terhadap fungsi yang sering disebut sebagai Global assesment of functioning (GAF). Pemeriksa mempertimbangkan keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode waktu tertentu (misalnya saat pemeriksaan, tingkat fungsional pasien tertinggi untuk sekurangnya 1 bulan selama 1 tahun terakhir). Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis.Fungsi berupa skala dengan 100 poin dengan 100 mencerminkan tingkat fungsi tertinggi dalam semua bidang.Aksis VPenilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)100-91: gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi90-81 : gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa80-71 : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik60-51: gejala dan disabilitas sedang50-41 : gejala dan disabilitas berat40-31 : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi30-21 : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang20-11 : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri10-01: persisten dan lebih serius0 : informasi tidak adekuat

DiagnosisKriteria diagnostic menurut Eugen Bleurer: 4 AsGejala primer : association disorders affect disorders, autism, ambivalence. Gejala sekunder : delusions,hallucinations etc.

Kriteria diagnostic menurut Kurt SchneiderFirst rank symptoms : hallucinations audible thought, dialogue, commentary somatic passivity experience, thought process:- interruption/thought withdrawl,thought broadcast,- delusional peceptions,- changing desire

Kriteria diagnostic skizofrenia-F20 (PPDGJ III)Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):a. thought echo= isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan; walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau b. thought insertion or withdrawal= isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); danc. thought broadcasting= isi pikitannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;d. delusion of control= waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; ataue. delusion of influence= waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atauf. delusion of passivity= waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya= secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);g. delusion perception= penglman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;h. Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atauJenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.i. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asingdari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afekif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan;b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengaami sisipn (interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism, mutisme, dan stupor;d. Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

F25 Gangguan SkizoafektifDiagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneuosly) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

Klasifikasi gangguan skizoafektifMenurut PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diklasifikasikan menjadi:F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe ManikPedoman Diagnosis Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizorenia yang khas.

F25. 1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe depresif yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe depresif. Afek depreeif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depreesif maupun kelainana perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizorenia yang khas.

F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe CampuranGangguan dengan gejala-gejala skizofrenia berada secara bersama-sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran.

Diagnosis multiaksialAKSIS I : F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe DepresifAKSIS II : F60.1 gangguan kepribadian skizoidKriteria PPDGJ dalam menentukan adanya gangguan kepribadian schizoid adalah sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan emosi dingin, afek datar atau tak peduli (detachment) Kurang mampu mengekspresikan kelembutan, kehangatan, dan kemarahan pada orang lain Tampak nyata ketidak pedulian terhadap pujian atau kecaman Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan tidak memiliki teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada cuma satu) dan tidak punya keinginan untuk melakukannya sangat tidak sensitive terhadap norma social yang berlakuUntuk diagnosis dibutuhkan minimal 3 kriteria di atas.AKSIS III : Tidak ada kelainan fisikAKSIS IV : Masalah dengan family support grupAKSIS V : GAF 61-70.

Tatalaksana1. Rawat InapRawat inap diindikasikan terutama untuk tujuan diagnostic, utnuk stabilitas pengobatan, utnuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan, serta untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya, termasuk ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan. Rawat inapa juga dapat mengurangi stress pasien dan membantunya menyusun aktivitas harian.2. Terapi biologisa. Antagonis Reseptor DopaminAntagonis reseptor dopamine efektif dalam penanganan skizofrenia adalah terhadap gejalan positif seperti waham, halusinasi.Obat ini memiliki kekurangan dua utama yakni hanya persentase kecil pasien (kemungkinan 25%) yang cukup membantu untuk dapat memulihkan fungsi mental secara bermakna, dan yang kedua, antagonis reseptor dopamine dikaitkan dengan efek simpang yang mengganggu dan serius yaitu akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa rigiditas dan tremor.Contohnya: Klorpromazin (Thorazine) dan Haloperidol (Haldol)b. Antagonis Serotonin-Dopamine (SDA)SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada, berinteraksi dengan subtype reseptor dopamine yang berbeda dibanding antipsikotik standar, dan memengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamate. Obat ini juga menghasilkan efek simpang neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam menangani gejala negative skizofrenia, contohnya penarikan diri.Contohnya: risperidon (Risperdal), klozapin, olanzapin (Zyprexa), sertindol, kuetiapin dan ziprasidon.3. Terapi Elektrokonvulsif (Terapi ECT)Dilakukan sebagai langkah terakhir apabila terapi biologis tidak menghasilkan hasil yang positif.4. Terapi psikososiala. Pelatihan keterampilan socialDisebut juga keterampilan perilaku. Pelatihan keterampilan social telah terbukti mengurangi angka relaps sebagaimana yang terukur melalui kebutuhan rawat inap.b. Terapi berorientasi keluargaTerapis harus mengendalikan intensitas emosional sesi keluarga dengan pasien skizofrenia. Sejumlah studi menunjukan bahwa terpai keluarga dapat mengurangi angka kejadian relaps pasien skizofrenia.

Prognosisad vitam : dubia ad malamad fungsionam : dubia ad malamSecara umum prognosis skizofrenia tergantung pada : Usia pertama kali timbul ( onset) : makin muda makin buruk Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik Tipe skizofrenia : episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat Ada atau tidaknya faktor pencetusnya : jika ada lebih baik Ada atau tidaknya faktor keturunan : jika ada lebih jelek Kepribadian prepsikotik : jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek. Keadaan sosial ekonomi : bila rendah lebih jelek.

BAB IIIKESIMPULAN

Tn S 20 tahun mengalami Gangguan Jiwa Schizophrenia Afektif tipe depresif dengan gangguan kepribadian schizoid disertai masalah pada family support grup. Terapi terbaik adalah dengan kombinasi antara psikofarmaka dan psikoterapi. Terapi medikamentosa yang digunakan pada pasien ini adalah atypical antipsikotik dan anti depresaan golongan SSRI.

DAFTAR PUSTAKAKaplan, Harold, dkk. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid satu. 2010. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher.Feist, Jess & Feist, G. J. (2006). Theories of Personality, Sixth ed. Boston: Mc-GrawDouglas, Anderson M., Dorland, W.A Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland, 29th ed. Jakarta , EGC.Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh Jaya.