Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

download Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

of 28

Transcript of Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    1/28

    PRESENTASI KASUS

    SOFT TISSUE TUMOR

    Disusun oleh:

    Arcci Pradessatama (0906507816)

    Angela Christina (0906639663)

    Narasumber:dr. Erwin Danil Yulian, SpB.K.Onk

    MODUL PRAKTIK KLINIK BEDAH & ATLS

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    JAKARTA, JANUARI 2014

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    2/28

    1

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. NP

    No. RM : 381-67-36

    Usia : 13 tahun

    TTL : Tangerang, 14 Desember 2000

    Alamat : Tangerang

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Siswa SMP

    Status : Belum Menikah

    II. ANAMNESIS

    Autoanamnesis dan alloanamnesis (ayah pasien) pada tanggal 9 Januari 2014 di

    ruang rawat inap 419 gedung A RSCM.

    Keluhan Utama:

    Benjolan di paha kiri depan sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit..

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien mengeluhkan benjolan di paha kiri sejak 2 tahun SMRS. Dua tahun SMRS,

    benjolan diakui berukuran sebesar telur puyuh yang kemudian tumbuh perlahan

    menjadi sebesar seukuran telur bebek dalam waktu satu tahun. Sejak satu tahun

    terakhir, benjolan diakui tidak bertambah besar. Benjolan diakui pasien terasa di

    bawah kulit dan terasa keras. Benjolan tidak terasa nyeri, kemerahan, panas, keluar

    nanah, maupun berbau. Riwayat demam disangkal. Bagian kaki di bawah benjolan

    diakui tidak bengkak, pucat, nyeri, kesemutan, baal, atau dingin. Riwayat benjolan di

    selangkangan atau di bagian tubuh lain, penurunan berat badan, dan keluhan sesak

    disangkal pasien. Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan radiasi maupun riwayat

    keganasan pada keluarga.

    Pasien pernah tertabrak motor 6 tahun yang lalu dengan riwayat terbentur pada

    paha kiri. Luka diakui tidak terbuka maupun keluar darah, terbentuk memar biru

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    3/28

    2

    kehitaman yang hilang dalam 5 hari. Setelah kejadian pasien mengaku tidak ada

    kesulitan berjalan . Saat itu diakui benjolan belum teraba oleh pasien.

    Pasien sudah berobat jalan di RSCM sejak 6 bulan SMRS. Saat ini di rawat

    setelah dilakukan biopsi insisi. Pasien sudah pernah dibiopsi sebelumnya, namun

    hasilnya tidak dapat dinilai. Saat ini tidak ada keluhan.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Pasien pernah kejang pada usia 7 bulan dan dirawat di rumah sakit. Pasien mengaku

    gatal-gatal jika mengonsumsi udang. Alergi obat-obatan disangkal. Riwayat operasi

    disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Penyakit serupa pada keluarga atau riwayat keganasan disangkal. Ibu pasien

    mengidap diabetes mellitus dan hipertensi.

    Riwayat Sosial dan Tumbuh Kembang

    Pasien mengidap pendidikan SMP kelas 1. Pasien anak pertama dari dua bersaudara.

    Ayah pasien bekerja sebagai kontraktor. Ibu pasien seorang ibu rumah tangga. Saat ini

    pasien belum menstruasi. Riwayat Imunisasi diakui lengkap. Kebiasaan merokok

    disangkal.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis:

    Kesadaran : Compos mentis

    Keadaan umum : Baik

    Tekanan darah : 100/60 mmHg

    Nadi : 92 kali/ menit

    Suhu : 37oC

    Pernapasan : 20 kali / menit

    Tinggi badan : 137 cm

    Berat badan : 24 kg

    BB Ideal : 32 kg

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    4/28

    3

    Kepala : Normosefali, tidak ditemukan deformitas dan nyeri tekan

    Kulit : Sawo matang, turgor baik

    Rambut : Hitam, persebaran merata, tidak mudah dicabut

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

    Telinga : Tidak terlihat tanda radang

    Hidung : Tidak terlihat sekret

    Tenggorok : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

    Gigi & Mulut : Kebersihan mulut baik

    Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar getah bening tidak teraba membesar,

    tiroid tidak teraba massa

    Jantung : Bunyi jantung I-II normal, tidak terdengar gallop atau murmur

    Paru : Vesikuler kedua lapang paru, tidak terdengar rhonkhi atau wheezing

    Abdomen : Datar, lemas, tidak teraba massa, nyeri tekan tidak ada, hati limpa

    tidak teraba, bising usus normal.

    Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, capillary refill time < 2 detik,

    kelenjar getah bening inguinal tidak teraba pembesaran

    Status Lokalis

    Regio Femur Sinistra Anterior

    Inspeksi : Benjolan paha kiri anterior 1/3 distal, sewarna kulit sekitar, venektasi

    tidak terlihat, terlihat jaringan ikat berwarna gelap di tengah benjolan.

    Palpasi : Benjolan padat ukuran 6,5 x 7 x 5 cm, batas tegas, bentuk lonjong, nyeri

    tekan tidak ada, fluktuasi tidak ada, suhu seperti sekitar, mobile

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    5/28

    4

    Gambar 1.1 Tampakan massa pada paha kiri pasien sebelum dan sesudah biopsi (kanan

    bawah)

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Foto Thorax (23 Agustus 2013)

    Kesan: CTR < 50%, tidak tampak infiltrat, tidak tampak nodul metastasis pada kedua

    lapang paru

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    6/28

    5

    Foto Polos Tungkai (23 Agustus 2013)

    Kesan: Tidak tampak keterlibatan tulang.

    Magnetic Resonance Imaging (23 Agustus 2013)

    Tumor maligna jaringan lunak pada m. vastus medius, dengan keterlibatan m. vastus

    intermedius, m. vastus lateralis, dan m. rectus femoris, dan subkutis regio anterior 1/3

    distal. Tidak tampak keterlibatan tulang femur maupun sturktur neovaskular.

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    7/28

    6

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    8/28

    7

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    9/28

    8

    Patologi Anatomi (27 September 2013)

    Gambaran histologis menunjukkan jaringan otot serat lintang, jaringan lemak, dan

    jaringan ikat tanpa kelainan patologik bermakna. Saran: biopsi ulang, agaknya biopsi

    belum mencapai lesi/tumor.

    Patologi Anatomi (7 Januari 2014)

    Sediaan biopsi regio femur distal menunjukkan massa yang terdiri atas sel-sel berinti

    bulat/ oval, umumnya vesikuler dengan anak inti nyata. Sitoplasma eosinofilik/ jernih

    (ganglion like cells) dan tumbuh di antara jaringan otot serat lintang. Mitosis sulit

    ditemukan. Tampak juga beberapa sel datia dan serbukan sel radang kronik. Stroma

    miksoid dan sebagian kolagenous.

    Kesimpulan:gambaran histologik ini dapat ditemukan padaProliferative myositis.

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    10/28

    9

    V. DIAGNOSIS

    Soft tissue tumorregio femur sinistra 1/3 distal suspek rhabdomyosarcoma.

    VI. RENCANA

    Rencana Diagnosis

    - Pemeriksaan histopatologi ulang disertai lampiran data klinis dan hasil MRI.

    VII. PROGNOSIS

    Ad Vitam : Bonam

    Ad Sanationam : Dubia

    Ad Functionam : Dubia

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    11/28

    10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pendahuluan

    Sarkoma adalah kelompok tumor yang berasal terutama dari mesoderm, tetapi dapat

    berasal dari ektoderm yaitu tumor sistem saraf perifer. Sarkoma merupakan tumor yang

    jarang, terhitung kurang dari 1% dari seluruh kanker pada dewasa, dan 7% kanker pada anak-

    anak. Sarkoma terbagi menjadi sarkoma jaringan lunak, sarkoma tulang (osteosarkoma dan

    kondrosarkoma), Sarkoma Ewing, dan tumor neuroektodermal primitif perifer. Lokasi primer

    sarkoma berasal dari ekstremitas (59%), dan lokasi lainnya: batang tubuh (19%),

    retroperitoneum (13%), kepala dan leher (9%).1

    Tabel 2.1Frekuensi relatif subtipe histologis sarkoma jaringan lunak

    Jenis histologi sarkoma jaringan lunak pada dewasa yang paling sering adalah malignant

    fibrous histiocytoma (28%), leiomyosarcoma (12%), liposarcoma (15%), synovial sarcoma

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    12/28

    11

    (10%), and malignant peripheral nerve sheath tumors (6%). Sedangkan pada anak-anak,

    sarkoma jaringan lunak tersering adalah rhabdomiosarkoma.

    Untuk tatalaksana, tujuan utama dari tatalaksana multimodalitas adalah kesembuhan,

    dan bila tidak mungkin, maka paliasi gejala. Bila memungkinkan, pasien dengan massa

    jaringan lunak dalam harus dirujuk, bahkan sebelum dilakukan biopsi, ke pusat tatalaksana

    tersier yang memiliki pelayanan spesialistik multidisiplin termasuk onkologis (dari berbagai

    disiplin: medis, anak), bedah, dan radioterapi, patologis, dan lain-lain.2

    Sarkoma jaringan lunak mengambil 7-8% dari keseluruhan kanker pada anak-anak,

    sekitar 600 kasus baru/tahun. Berhubungan dengan otot skeletal, rhabdomiosarkoma adalah

    tumor jaringan lunak tersering pada anak-anak

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    13/28

    12

    Prognosis pada anak dengan rhabdomiosarkoma berhubungan dengan letak tumor,

    surgical-pathologic grouping, dan histologi tumor. Kelangsungan hidup 5 tahun dan bebas-

    penyakit untuk semua pasien dilaporkan 65%. Kelangsungan hidup bebas-penyakit (disease-

    free survival rate) grup I 84%, grup II 74%, grup III 62%, grup IV 23%.1

    2.2 Epidemiologi

    Walaupun terdapat variasi subtipe histologis, sarkoma secara klinis memiliki

    kesamaan, dan ditentukan oleh lokasi anatomi (kedalaman/depth), derajat (grade), dan

    ukuran. Pola metastasis terutama melalu hematogen, metastasis melalui kelenjar limfe sangat

    jarang (

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    14/28

    13

    2.4 Penilaian Awal

    2.4.1 Gambaran klinis

    Sarkoma jaringan lunak paling sering datang dengan massa asimptomatik. Biasanya

    ukurannya berhubungan dengan lokasi tumor. Tumor yang lebih kecil biasanya terletak pada

    ekstremitas distal, sedangkan pada ekstremitas proksimal dan retroperitoneum dapat tumbuh

    cukup besar sebelum disadari pasien. Sering kali massa pada ekstremitas pada lokasi yang

    sama setelah kejadian traumatik. Sarkoma jaringan lunak sering kali tumbuh dengan pola

    sentrifugal dan menekan jaringan sekitar. Jarang, penekanan pada tulang atau berkas

    neurovaskular menimbulkan nyeri, edema, atau pembengkakan. Sarkoma jaringan lunak

    retroperitoneal hampir selalu ditemukan sebagai massa asimptomatik yang besar, jarang

    pasien datang dengan gejala obstruksi gastrointestinal atau gejala neurologis yang

    berhubungan dengan kompresi saraf lumbal atau pelvis.

    Diagnosis banding massa jaringan lunak termasuk lesi jinak seperti lipoma,

    limfangioma, leimioma, dan neuroma; lesi ganas lain seperti karsinoma primer atau

    metastasis, melanoma, atau limfoma.1

    2.4.2 Pencitraan diagnostik

    Pencitraan radiologis sebelum tatalaksana bertujuan untuk mencari perluasan tumor

    secara lokal, menentukan stadium keganasana, membantu biopsi perkutaneus, dan membantu

    diagnosis tumor jaringan lunak (jinak atau ganas, derajat rendah atau tinggi). Pencitraan juga

    penting untuk monitoring perubahan tumor paska tatalaksana, terutama kemoterapi

    preoperatif atau radioterapi, dan juga mendeteksi rekurensi paska reseksi.1

    Radiografi dada harus dilakukan untuk pasien dengan sarkoma primer, dengan tujuan

    untuk menilai metastasis paru. Untuk pasien dengan lesi derajat tinggi (high grade lesion)

    atau tumor lebih dari 5 cm (T2), CT dada harus dipertimbangkan. Baik USG maupun CT

    dapat membantu dalam memandu aspirasi jarum halus atau biopsi core untuk diagnosis

    inisial atau rekurensi.1

    CT lebih baik dalam mengevaluasi sarkoma retroperitoneal, sedangkan MRI lebih

    baik untuk sarkoma ekstremitas. MRI secara tajam menggambarkan kelompok otot dan

    membedakan dengan tulang, struktur vaskular, dan tumor. Potongan sagital dan koronal

    bertujuan untuk mengevaluasi kompartemen anatomi dalam 3 dimensi. Sarkoma jaringan

    lunak pada ekstremitas biasanya tampak sebagai massa heterogen pada MRI. MRI juga dapat

    digunakan untuk menilai rekurensi tumor paska pembedahan. Gambaran dasar biasanya

    diambil 3 bulan paska pembedahan.1

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    15/28

    14

    2.5 Biopsi

    2.5.1 FNAB

    FNAB atau aspirasi jarum halus adalah metode yang dapat digunakan hampir semua

    sarkoma jaringan lunak, khususnya bila hasilnya berkorelasi dekat dengan temuan klinis dan

    radiologi. Namun, biopsi FNAB diindikasikan untuk diagnosis primer sarkoma jaringan

    lunak hanya pada pusat yang memiliki ahli sitopatologi yang berpengalaman dengan tumor

    ini. FNAB juga prosedur pilihan untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya fokus

    metastasis atau rekurensi lokal. Bila derajat tumor esesial untuk rencana tatalaksana, maka

    FNAB tidak menjadi pilihan diagnosis.1

    Lesi superfisial sering ditujukan untuk biopsi FNAB dalam klinis, sedangnkan tumor

    yang lebih dalam membutuhkan radiologis intervensional untuk melakukan FNAB dengan

    bantuan USG atau CT. Akurasi diagnosis dengan FNAB untuk tumor primer bervariasi 60-

    96%.1

    2.5.2 Core needle biopsy

    Biopsi jarum core merupakan prosedur diagnosis yang aman, akurat, dan murah untuk

    mendiagnosis sarkoma. Sampel jaringan diambil kemudian diperiksa dengan mikroskop

    elektron, analisis sitogenetik, dan flow cytometry. Paduan CT dapat meningkatkan nilak

    keakuratan lokasi tumor, hal ini penting untuk menghindari pengambilan sampel yang

    nondiagnosis seperti area nekrosis maupun kistik.1

    Biopsi insisi

    Biopsi inisisi diindikasikan untuk tumor dalam atau tumor superifisial dengan ukuran

    >3 cm. Insisi biopsi harus dilakukan secara longitudinal pada ekstremitas agar lebar eksisi

    lokal meliputi letak biopsi, skar, dan tumor en bloc. Mandat lain adalah hemostasis harus

    adekuat pada saat biopsi untuk menghindari penyebaran sel tumor ke jaringan sekitarnya

    akibat hematom.1

    2.6 Klasifikasi patologi

    Beberapa ahli menyatakan bahwa klasifikasi patologis sarkoma jaringan lunak

    memiliki nilai prognosis yang lebih signifikan daripada derajat tumor . Tumor dengan potensi

    metastasis terbatas termasuk desmoid, lipoma atipikal (dikenal sebagai liposarkoma

    diferensiasi baik), dermatofibrosarkoma menonjol (protuberans), dan hemangioperisitoma.

    Tumor dengan risiko penyebaran metastasis sedang biasanya memiliki komponen miksoid

    dan termasuk liposarkoma miksoid, histiositoma fibrosa malignan miksoid, dan

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    16/28

    15

    konrosarkoma ekstraskeletal. Yang paling agresif dan sangat berpotensial metastasis adalah

    angiosarkoma, sarkoma sel jernih (clear-cell), liposarkoma dediferensiasi dan pleomorfik,

    leiomiosarkoma, rhabdomiosarkoma, sarkoma sinovial.1

    2.7 Derajat dan faktor prognosis

    Kriteria staging menurut American Joint Committee on Cancer untuk sarkoma

    jaringan lunak terdiri dari derajat histologi, ukuran dan kedalaman tumor, dan metastasis jauh

    atau kelenjar limfe. 1

    Tabel 2.2Klasifikasi grup klinis sarkoma jaringan lunak.

    Sumber: Cormier JN, Pollock RE. Soft Tissue Sarcoma. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR,Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz Manual of Surgery. 8

    thed. New York: McGraw-Hill

    Companies;2006.

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    17/28

    16

    Tabel 2.3Staging TNM sarkoma jaringan lunak.

    Sumber: Cormier JN, Pollock RE. Soft Tissue Sarcoma. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR,

    Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz Manual of Surgery. 8th

    ed. New York: McGraw-Hill

    Companies;2006.

    Derajat histologi tetap merupakan faktor prognosis terpenting untuk pasien dengan

    sarkoma. Gambaran yang mendefinisikan derajat adalah selularitas, diferensiasi, pleomorfik,

    nekrosis, dan aktivitas mitosis. Potensi metastasis 5-10% pada lesi derajat rendah, 25-30%

    pada lesi derajat sedang, 50-60% pada tumor derajat tinggi. Pada derajat AJCC, untuk G1-2

    termasuk dalam low-grade sedangkan G3-4 adalah high-grade.

    Ukuran tumor dibagi menjadi 2 grup yaitu T1 yang kurang dari 5 cm, dan T2 yang

    lebih dari 5 cm. Faktor prosnosis juga termasuk hubungan anatomi dengan jaringan sekitar

    seperti fasia, yaitu lesi a bila sarkoma berada di atas dari fasia superfisial, dan b bila

    tumor menginvasi atau lebih dalam dari fasia juga tumor retroperitoneal, mediastinal, dan

    viseral.

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    18/28

    17

    Metastasis pada KGB jarang (

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    19/28

    18

    2.8 Tatalaksana

    Untuk sarkoma jaringan lunak pada ekstremitas, pendekatan multidisiplin termasuk

    reseksi batas- negatif ditambah radioterapi pada tumor bed, menghasilkan kontrol lokal

    hingga >90%. Namun, pasien dengan sarkoma abdomen terus menunjukkan rekurensi dan

    kelangsungan hidup yang buruk. Secara umum kelangsungan hidup 5 tahun untuk semua

    stadium sarkoma adalah 50-60%. Kebanyakan pasien meninggal karena metastasis, di mana

    terjadi metastasis dalam 2-3 tahun dari diagnosis awal pada 80% kasus.1

    2.9 Pembedahan

    Tumor primer kecil (

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    20/28

    19

    2.10 Terapi radiasi dan sistemik

    Hingga saat ini, paduan tatalaksana standar pemberian radioterapi sebagai tambahan

    tatalaksana pembedahan diberikan pada semua pasien dnegan tumor agresif sedang atau

    tinggi, ukuran berapapun. Namun, secara umum, tumor kecil ( 5 cm) tidak berhubungan

    dengan rekurensi lokal, dan terapi radiasi tidak diberikan.1

    Terapi sistemik secara umum hanya diberikan pada pasien dengan metastasis, yaitu

    sarkoma sel kecil (small-cell sarcoma) ukuran berapapun, atau pada tumor besar (5 cm),

    derajat tinggi, atau tumor derajat sedang yang >10 cm. Walaupun kontrol lokal sudah sangat

    berkembang, namun masalah metastasis dan kematian masih secara signifikan menjadi

    masalah pada pasien dengan sarkoma jaringan lunak risiko tinggi. Pasien yang dipikirkan

    berisiko tinggi meninggal karena sarkoma adalah mereka yang telah bermetastasis atau

    sarkoma nonekstremitas atau sarkoma ukuran >5 cm derajat sedang-tinggi (T2).1

    Respons terhadap kemoterapi tiap jenis sarkoma berbeda, ada yang sangat responsif,

    ada yang secara universal resisten. Hanya 3 obat : doxorubicin, dacarbazine, dan ifosfamide

    yang menunjukkan respons 20% secara konsisten pada sarkoma jaringan lunak yang lanjut.1

    2.11 Rhabdomyosarcoma

    Sarkoma jaringan lunak mengambil 7-8% dari keseluruhan kanker pada anak-anak,

    dan rhabdomiosarkoma terhitung 50% dari keseluruhan tumor ganas jaringan lunak. Sekitar

    600 kasus baru/tahun. Berhubungan dengan otot skeletal, rhabdomiosarkoma adalah tumor

    jaringan lunak tersering pada anak-anak

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    21/28

    20

    imunohistokimia. Dua subtipe histologi rhabdomiosarkoma: subtipe embrional (70%) dan

    subtipe alveolar (20%), literatur lain menambahkan subtipe pleomorfik. Subtipe embrional

    paling sering muncul pada kepala dan leher, atau organ genital dan urinari. Subtipe embrional

    adalah subtipe yang paling sering. Subtipe alveolar adalah subtipe yang banyak muncul pada

    ekstrmitas, dada, abdomen, genital, atau anal. Subtipe alveolar biasanya muncul pada usia

    remaja. Subtipe anaplastik jarang muncul pada anak-anak. Klasifikasi lain membagi menjadi

    6 subtipe yaitu botryoid rhabdomyosarcoma, spindle cell rhabdomyosarcoma, embryonal

    rhabdomyosarcoma, alveolar rhabdomyosarcoma, undifferentiated sarcoma, dan

    rhabdomiosarkoma dengan gambaran rhabdoid. Rhabdomiosarkoma memiliki karakteristik

    diferensiasi muskular yang dapat dikonfrimasi dengan hasil positif pada pewarnaan periodic-

    Schiff technique atau pada mikroskop elektron menunjukkan filamen intrasitoplasma dan

    materiZ-band, atau pewarnaan antibodi miosin, mioglobin, atau desmin.1,2,6

    Gambaran klinis rhabdomiosarkoma bermacam-macam sehubungan dengan tempat

    tumornya, dengan manifestasi klinis paling sering adalah massa yang terus membesar dan

    tidak menghilang (dapat disertai nyeri), ptosis, atau gejala neurologis (bila terletak pada

    paramenigeal, termasuk nyeri kepala), dan disfungsi urin/kandung kemih (hematuria,

    gangguan gerakan usus/having bowel movement), serta perdarahan pada hidung, tenggorok,

    vagina, atau rektum. Pemeriksaan diagnosis yang harus dilakukan tergantung asal tumor,

    tetapi evaluasi metastasis harus termasuk pencitraan dada dan CT juga aspirasi dan biopsi

    sumsum tulang dan radioisotope bone scintiscans. Aspirasi sumsum tulang dilaporkan positif

    hampir pada 10% anak yang datang pertama kali.1,2,6

    Reseksi bedah komplit adalah terapi pilihan pada rhabdomiosarkoma dengan

    mempertahankan fungsi dan kosmetik. Pasien yang dapat menjalani reseksi dengan margin-

    negatif dan margin-mikroskopik dapat menjalani terapi sistemik yang kurang intensif dengan

    angka kelangsungan hidup secara umum mencapai 90%. Temuan terakhir melaporkan

    kemoterapi dapat secara adekuat mengontrol tumor tanpa terapi lokal tambahan lain pada

    tumor yang tidak dapat direseksi. Algoritma tatalaksana spesifik letak dari tumor;

    kemoterapi, radiasi, dan reseksi tergantung dari asal dan stadium inisial. Biopsi dan insisi

    harus selalu direncanakan reseksi, karena percobaan yang inadekuat pada reseksi inisial pada

    lesi ekstremitas/trunkal, yaitu meninggalkan batas positif, dapat menimbulkan kompliasi.1,2

    Tidak seperti sarkoma jaringan lunak lain, rhabdomiosarkoma memiliki

    kecenderungan metastasis melalui KGB, terhitung 20-30% letak ekstremitas, nodus

    paratestikular (26%), dan prostat (tertinggi, 41%), genitourinari. Sampling nodus limfe dan

    sentinel nodus limfe mapping telah banyak digunakan untuk mengevaluasi status nodus

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    22/28

    21

    regional pada anak dengan rhabdomiosarkoma. Kebutuhan biopsi KGB bergantung pada

    letak primer, tetapi semua pembesaran KGB harus dibiopsi.1,2

    Regimen kemoterapi yang ditemukan paling aktif melawan rhabdomiosarkoma

    termasuk vincristine, actinomycin D, dan cyclophosphamide (regimen VAC). Terapi radiasi

    diberikan untuk hampir semua pasien dengan penyakit residu mikroskopik setelah reseksi

    (grup II berdasarkan intergroup rhabdomyosarcoma study group). Kemoterapi lain yang juga

    menunjukkan efikasi adalah doxorubicin, cisplatin, melphalan, ifosfamide, etoposide (VP-

    16).1,2

    Prognosis pada anak dengan rhabdomiosarkoma berhubungan dengan letak tumor,

    surgical-pathologic grouping, dan histologi tumor. Kelangsungan hidup 5 tahun dan bebas-

    penyakit untuk semua pasien dilaporkan 65%. Kelangsungan hidup bebas-penyakit (disease-

    free survival rate) grup I 84%, grup II 74%, grup III 62%, grup IV 23%.1

    2.11.1 Rhabdomiosarkoma pada ekstremitas

    Pasien dengan rhabdomiosarkoma pada ekstremitas biasanya menunjukkan

    pembengkakan lokal atau nyeri lokal. Biasanya, pasien juga mengeluhkan gejala yang

    disebabkan oleh metastasis, seperti kompresi sumsum tulang (karena metastasis vertebral),

    atau nyeri karena metastasis tulang.2

    Evaluasi radiologis harus termasuk Xray dan bone scan.Adanya peningkatan uptake

    radionuclide pada tulang yang berdekatan, walaupun secara umum tidak berhubungan

    dengan invasi tulang, berkorelasi adanya adhesi inflamasi antara tumor dan tulang yang

    berdekatan tersebut. Rekurensi likal pada tumor menunjukkan adanya tumor yang tidak

    diambil en bloc dengan tulang yang berdekatan. CT dan MRI berguna untuk menentukan

    perluasan massa jaringan lunak dan adanya destruski tulang, kompartemen otot berdekatan,

    dan suplai vaskular.2

    Reseksi komplit pada tumor bebas margin mirkoskopik adalah goal sakroma

    ekstremitas. Amputasi atau eksisi kelompok otot tidak lebih baik dibandingkan dengan eksisi

    lokal dengan batas jaringan normal yang adekuat. Perluasan reseksi biasanya juga diikuti

    dengan mempertahankan fungsi/ kerusakan fungsi yang minimal. Pada tumor ekstremitas,

    pertimbangan biopsi inisial dan arah insisi khususnya penting karena biopsi yang tidak tepat

    dapat menimbulkan komplikasi reseksi nantinya. Lesi ekstremitas harus direseksi tanpa

    biopsi inisial karena pendekatan bedah saat reseksi lesi maligna berbeda dengan lesi jinak.2

    Lesi lokal ekstensif dengan invasi struktur lokal biasanya ditatalaksana dengan

    kemoterapi lebih dahulu dan reseksi ditunda. Tujuan reseksi adalah memberikan anak bebas

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    23/28

    22

    dari sisa penyakit yang luas dan mikroskopis (free of gross residual disease and microscopic

    residual disease). Telah dilaporkan bahwa microscopic disease dapat dikontrol dengan

    radioterapi dosis rendah (4000 cGy vs. 5500 cGy) daripadagross residual disease.2

    Pengambilan sampel KGB penting pada rhabdomiosarkoma ekstremitas, karena risiko

    keterlibatannya tinggi (12%). Sampel yang representatif pada aliran KGB yang bersangkutan

    harus dibiopsi. Reseksi nodus limfe tidak boleh dilakukan, karena limfedema dapat

    mempersulit radioterapi dan reseksi pada lesi primernya.2

    Laporan dari IRS III menunjukkan presentasi kelangsungan hidup 5 tahun: grup I

    (95%), grup II (67%), grup III (58%), dan grup IV (33%), dan tidak bergantung pada

    histologi atau letak dari rhabdomiosarkoma. Berdasarkan analisis multivariat, faktor yang

    memperburuk prognosis adalah: metastasis KGB, usia >10 tahun, dan metastasis jauh. Angka

    kelangsungan hidup pasien tanpa metastasis KGB (80%) sangat jauh bila dibandingkan

    dengan metastasis KGB (46%).2

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    24/28

    23

    BAB III

    DISKUSI DAN PEMBAHASAN

    Pada kasus didapatkan anak perempuan, usia 13 tahun yang datang dengan keluhan benjolan

    di paha kiri yang membesar perlahan sejak dua tahun SMRS. Berdasarkan keluhan utama ini

    dipikirkan beberapa organ yang dapat terlibat dalam menyebabkan keluhan ini yaitu tulang,

    jaringan lunak (soft tissue), dan kulit.

    Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa massa dirasakan terletak di bawah kulit.

    Konfirmasi pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa massa berukuran 6.5 x 7 x 5 cm dengan

    batas tegas, mobilitas yang baik, serta tidak menempel pada kulit. Dengan demikian,

    dipikirkan massa tidak melibatkan organ tulang ataupun kulit. Pemikiran ini dikonfirmasi

    dengan hasil pemeriksaan x-ray tungkai yang menunjukkan tidak adanya keterlibatan tulang

    pada massa. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa benjolan bukan merupakan proses yang

    terjadi dari organ tulang maupun kulit, melainkan jaringan lunak.

    Beberapa kemungkinan penyebab benjolan pada otot dipikirkan, yaitu infeksi, trauma,

    dan neoplasma. Dari anamnesis, gejala-gejala peradangan seperti nyeri, kemerahan, panas,

    keluar nanah, berbau, maupun riwayat demam disangkal oleh pasien. Pada pemeriksaan fisik

    juga didapatkan bahwa benjolan tidak hangat, warna seperti warna kulit disekitarnya, dan

    tidak terdapat nyeri tekan. Dengan demikian, penyebab infeksi dapat disingkirkan. Jika

    dilihat dari riwayat trauma, pasien pernah tertabrak motor enam tahun sebelum masuk rumah

    sakitkurang lebih 4 tahun sebelum benjolan dirasakan pasien. Menurut pasien, tidak terjadi

    luka terbuka ataupun darah yang keluar, melainkan memar biru kehitaman. Dilihat dari

    waktunya, dipikirkan tidak ada hubungan riwayat trauma dengan massa yang muncul 4 tahun

    setelah kejadian. Oleh karena itu, etiologi yang dipikirkan menyebabkan massa pada pasien

    adalah neoplasma atau soft tissue tumor. Hal ini didukung oleh riwayat gejala pasien, yaitu

    massa yang membesar dan tanpa disertai gejala (asymptomatic mass).1 Meskipun faktor

    risiko keganasan secara umum berupa riwayat radiasi dan riwayat keluarga disangkal,

    keganasan jaringan lunak tetap dipikirkan mengingat sebagian besar tumor jaringan lunak

    muncul pada individu tanpa faktor predisposisi.2

    Tumor jaringan lunak memiliki beberapa diagnosis diferensial, mulai dari tumor

    jaringan lunak yang jinak hingga sarcoma (Tabel 3.1). Membedakkan kedua kelompok

    tersebut sulit karena gejala dan tanda klinis sarcoma yang jinak.2Oleh karena itu dilakukan

    pemeriksaan imaging berupa MRI yang merupakan modalitas pilihan untuk melihat

    keterlibatan dan ekstensi tumor jaringan lunak.2 Hasil MRI tersebut menunjukkan tumor

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    25/28

    24

    maligna yang berada pada musculus vastus medialis yang melibatkan musculus vastus

    lateralis dan musculus rectus femoris. Dengan demikian, tumor jaringan lunak yang ganas

    atau disebut juga soft tissue sarcomamerupakan diagnosis kerja. Sesuai lokasi tumor yaitu

    jaringan otot, serta epidemiologi khususnya pada anak dibawah usia 15 tahun, dicurigai soft

    tissue sarcoma berupa rhabdomyosarcoma.2 Varian jinak dari Rhabdomyosarcoma, atau

    Rhabdomyoma sangat jarang ditemukan.3 Penegakkan pasti diagnosis membutuhkan

    pemeriksaan histopatologi jaringan tumor.

    Tabel 3.1.Klasifikasi tumor jaringan lunak.

    Benign Aggressive Malignant

    Fibrous Fibroma Fibromatosis Fibrosarcoma

    Desmoid tumor

    Fibrohistiocytic DermatofibromaDermatofibrosarcoma

    protuberans

    Malignant fibrous

    histiocytoma

    Adipose Lipoma Atypical lipoma Liposarcoma

    Angiolipoma

    Smooth muscle Leiomyoma Leiomyosarcoma

    Striated muscle Rhabdomyosarcoma

    Blood vessels Hemangioma Hemangioendothelioma Angiosarcoma

    Kaposi's sarcoma

    Lymph vessels Lymphangioma Lymphangiosarcoma

    Cystic hygroma

    SynoviumGiant cell tumor of

    tendon sheathSynovial sarcoma

    MesothelialLocalized fibrous

    mesotheliomaMesothelioma

    Neural Neurilemmoma Malignant schwannoma

    Neurofibroma

    Uncertain Myxoma Epithelioid sarcoma

    Alveolar soft partsarcoma

    Sumber: Wood WC. Soft Tissue Tumors. In: Butcher I, editor. Oxford Textbook of Surgery. 2nd

    ed. Oxford:

    Oxford University Press; 2002.

    Pada tahap ini, jika dilakukan staging menurut klasifikasi TNM, didapatkan kasus

    sebagai T2bN0M0 dengan penjabaran ukuran tumor lebih besar dari 5 cm dan terletak di

    dalam. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tidak teraba pembesaran nodus limfa inguinal

    maupun nodus limfa jauh seperti pada ketiak dan daerah leher. Hasil x-ray toraks juga

    menunjukkan tidak ada gambaran metastasis jauh di paru yang merupakan tempat metastasis

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    26/28

    25

    paling sering pada sarkoma jaringan lunak.2Klasifikasi kasus ini pada stadium tidak dapat

    dilakukan karena hasil pemeriksaan histopatologi yang tidak memberikan grade.

    Pada pasien dilakukan biopsi insisi untuk mengetahui subtipe dan grade dari sarkoma

    jaringan lunak. Hasil histopatologi didapatkan bahwa gambaran seluler tumor dapat

    ditemukan pada proliferative myositis. Adapun proliferative myositis merupakan proses

    reaktif intramuskular dimana sel besar seperti ganglion, fibroblas, dan miofibroblas mengisi

    celah antara serabut otot.4 Kelainan ini merupakan salah satu diagnosis banding

    rhabdomyosarcoma, yaitu suatu pseudosarkoma jinak yang memiliki insidensi tinggi pada

    usia di atas 45 tahun.5

    Kedua diagnosis banding di atas memiliki tatalaksana utama yaitu prosedur

    pembedahan, eksisi. Namun terdapat perbedaan jenis eksisi sesuai dengan karakteristik

    masing-masing. Pada proliferative myositis, angka rekurensi diketahui kecil sehingga eksisi

    lokal sederhana disarankan. Prosedur bedah radikal atau prosedur amputasi tidak dianjurkan.5

    Sedangkan, pada kasus rhabdomyosarcoma dibutuhkan eksisi yang adekuat untuk menekan

    angka rekurensi yang tinggi. Menurut penelitian, eksisi batas tumor yang tidak adekuat

    menyebabkan angka rekurensi yang tinggi hingga mencapai 93%.2(Tabel 3.2)

    Tabel 3.2 Angka rekurensi sarkoma jaringan lunak pada berbagai teknik eksisi

    Institution Local failure rate (%)

    Local excision Roswell Park, 1975 93

    Wide excision Roswell Park, 1975 60

    Radical resection Memorial Sloan-Kettering, 1975 28

    Amputation Memorial Sloan-Kettering, 1975 7

    Radiation and surgery Massachusetts General, 1988 6

    Chemotherapy, radiation,

    and surgeryUCLA, 1984

    Sumber: Wood WC. Soft Tissue Tumors. In: Butcher I, editor. Oxford Textbook of Surgery. 2nd ed. Oxford:

    Oxford University Press; 2002.

    Wide local excision merupakan terapi utama sarkoma jaringan lunak pada ekstremitas.

    Target reseksi adalah dua centimeter jaringan sehat dari batas tumor. Dengan terapi

    kombinasi radioterapi diketahui angka rekurensi dapat ditekan hingga 10%.1

  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    27/28

    26

    Prognosis pasien pada kasus sangat bergantung pada diagnosis pasti. Pada

    proliferative myositis, tidak terdapat ancaman pada kehidupan. Tatalaksana eksisi lokal dapat

    menjaga fungsi mobilitas pasien. Sedangkan pada kasus rhabdomyosarcoma, karena grading

    tidak dilakukan sehingga prognosis sulit ditentukan. Jika dilihat dari penyebaran nodus

    maupun metastasis jauh pada kasus ini tidak ditemukan sehingga prognosis kehidupan pasien

    dapat tergolong baik. Namun, terdapat satu faktor prognosis yang belum dinilai, yaitu grading

    histopatologi. Ketiga faktor ini terutama mempengaruhi prognosis kehidupan kedapan. Studi

    menunjukkan 5-year survival ratesecara berturut-turut grup I (95%), grup II (67%), grup III

    (58%), dan grup IV (33%). (Tabel 2.2)

    REFERENSI

    1.

    Cormier JN, Pollock RE. Soft Tissue Sarcoma. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar

    TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz Manual of Surgery. 8 thed. New

    York: McGraw-Hill Companies;2006.

    2. Wood WC. Soft Tissue Tumors. In: Butcher I, editor. Oxford Textbook of Surgery. 2nd

    ed. Oxford: Oxford University Press; 2002.

    3. Rosenberg AE. Bones, Joints, and Soft-Tissue Tumors. In: Kumar, Abbas, Fausto, Aster,

    editors. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8thed. Philadelphia: Saunders

    Elsevier; 2010.

    4. Kempson RL, Rouse RV. Proliverative myositis: surgical pathology criteria [Internet].

    2008 Mar 15 [updated 2008 Jun 15; cited 2014 Jan 20]. Available from:

    http://surgpathcriteria.stanford.edu/softfib/proliferative_myositis/printable.html

    5. Enzinger FM, Dulcey F. Proliferative Myositis: Report of Thirty-three Cases. Cancer.

    1967 Dec;20:2213-24.

    6. NCI. Childhood rhabdomyosarcoma treatment [Internet].2013 [updated 2013 Oct 25;

    cited 2014 Jan 20]. Available from:

    http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/childrhabdomyosarcoma/patient

    http://surgpathcriteria.stanford.edu/softfib/proliferative_myositis/printable.htmlhttp://surgpathcriteria.stanford.edu/softfib/proliferative_myositis/printable.html
  • 8/10/2019 Presentasi+Kasus+Soft+Tissue+Tumor

    28/28