Lapsus Maligna Soft Tissue

37
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Definisi Hernia berasal dari bahasa latin yang artinya rupture. Hernia didefinisikan sebagai tonjolan abnormal dari organ atau jaringan yang menembus defek pada dinding sekitarnya. Meskipun hernia dapat terjadi pada berbagai daerah di tubuh, namun yang paling sering yaitu didaerah dinding abdomen, terutama di regio inguinal, sehingga disebut hernia inguinal. Hernia inguinal dibagi menjadi hernia inguinalis medialis dan lateralis . Pada hernia inguinal lateralis kantong hernia berjalan dari anulus internus hingga anulus inguinalis eksternus dan pada akhirnya dapat masuk ke skrotum. Sehingga hernia skrotalis adalah hernia inguinalis lateralis yang turun ke dalam skrotum. 1.2 Prevalensi Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum 1

description

lapsus maligna soft tissue yang mencakup tentang penanganan bedah

Transcript of Lapsus Maligna Soft Tissue

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Hernia berasal dari bahasa latin yang artinya rupture. Hernia didefinisikan sebagai tonjolan abnormal dari organ atau jaringan yang menembus defek pada dinding sekitarnya. Meskipun hernia dapat terjadi pada berbagai daerah di tubuh, namun yang paling sering yaitu didaerah dinding abdomen, terutama di regio inguinal, sehingga disebut hernia inguinal.Hernia inguinal dibagi menjadi hernia inguinalis medialis dan lateralis . Pada hernia inguinal lateralis kantong hernia berjalan dari anulus internus hingga anulus inguinalis eksternus dan pada akhirnya dapat masuk ke skrotum. Sehingga hernia skrotalis adalah hernia inguinalis lateralis yang turun ke dalam skrotum.

1.2 Prevalensi Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

1.3 Etiologi dan Faktor Risiko Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomaly kongenital atau karena sebab yang didapat. Berbagai faktor penyebab berperan dalam pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dilalui oleh kantong hernia. Selain itu diperlukan faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati anulus internus sehingga mencapai kantung skrotum.Predisposisi dari faktor keluarga mempunyai peranan dalam terjadinya hernia inguinalis pada terjadinya anomaly kongenital. Terdapat bukti yang menunjukan peningkatan prevalensi yang lebih tinggi dari hernia inguinalis ditemukan pada penderita dengan kelainan connective tissue kongenital. Hal ini dihubungkan dengan adanya gangguan jaringan konektif dari formasi hernia yang terjadi karena perubahan formasi kolagen sehingga menimbulkan defek kelemahan pada dinding perut. Selain itu, defek metabolisme kolagen lebih ditekankan pada perokok yang dapat mendukung terjadinya hernia.Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur MOI yang menutup anulus internus ketika otot dinding perut berkontraksi, dan adanya facia transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang tidak hampir tidak berotot. Sehingga gangguan pada mekanisme diatas dapat menyebabkan hernia inguinalis. Selain itu, terlambatnya penutupan procesus vaginalis peritoneum setelah penurunan secara normal testis pada waktu perkembangan janin juga merupakan faktor terjadinya penurunan hernia inguinalis lateralis ke kantung skrotum tetapi prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia. Faktor lain yang berpengaruh seperti peningkatan tekanan intraabdominal kronik antara lain batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, obesitas, kehamilan, asites dan episode mengangkat pada aktivitas fisik.

Klasifikasi 1. Berdasarkan terjadinya:a. Hernia kongenital: procesus vaginalis peritoneum presistenb. Hernia akuisita/didapat: adanya factor predisposisi2. Berdasarkan klinis:a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Dapat direposisi tanpa operasi.b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Jika telah mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta. c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia).d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).3. Berdasarkan arah hernia:a. Hernia eksterna:Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena menonjolnya ke arah luar, misalnya: Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)

Hernia Eksternab. Hernia interna:Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam cavum abdomen.

Patofisiologi "Saccular theory" dari formasi hernia inguinalis indirek yang diajukan oleh Russell masih dianut hingga saat ini. Hipotesis Russell's yang menyatakan bahwa peningkatan tekanan intraabdominal mungkin dapat menyebabkan semakin longgar dan melemahnya annulus internus, yang diikuti oleh herniasi organ intraabdominal melalui orifisiumnya.

Manifestasi Klinis Pasien dengan hernia inguinalis memiliki gambaran klinis yang luas mulai dari tidak adanya gejala hingga kondisi yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh strangulasi atau inkarserasi dari isi kantong hernia. Hernia indirek lebih memberikan gejala dibandingkan dengan hernia direk. Nyeri yang lebih parah yang disebabkan oleh strain di inguinalis merupakan masalah pada pasien yang memiliki hernia inguinalis yang inkaserata. Deskripsi pasien tentang rasa tidak nyamannya pada hernia simtomatik memiliki variasi yang sangat luas. Beberapa pasien mendeskripsikan perasaan mengganjal atau sensai tarikan saat beraktivitas. Nyeri yang dirasakan bersifat intermiten dan biasanya menjalar hingga ke testis. Keluhan nyeri yang lebih tajam sulit dilokalisasikan karena bersifat diffuse. Pasien dengan nyeri yang lebih parah membutuhkan posisi berbaring selama beberapa waktu yang singkat, atau menggunakan teknik postur tubuh yang lain.

Diagnosis 1. AnamnesisKeluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul, muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi sering membuat penderita datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan ini.2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik merupakan cara terbaik dalam menentukan ada atau tidaknya hernia inguinalis. Diagnosis dapat tegak dengan inspeksi sederhana ketika benjolan muncul. Hernia yang tidak muncul memerlukan pemeriksaan dengan jari melalui kanalis inguinalis (Gambar 36-12). Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk sokongan yang lebih baik.Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri. Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman. Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.

Transluminasi Massa SkrotumJika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel.Teknik pemeriksaan Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris Resistentie Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :Pemeriksaan Finger Test :1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.3. Penderita disuruh batuk:

Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.Gambar 6Pemeriksaan Ziemen Test :1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada : jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis. jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis. jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 7 Pemeriksaan Thumb Test : Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gejala/tandaObstruksi usus pada hernia inkarserataNekrosis/gangren pada hernia strangulata

NyeriKolikMenetap

Suhu badanNormalNormal/meninggi

Denyut nadiNormal/meninggiMeninggi/tinggi sekali

LeukositNormalLeukositosis

Rangsang peritoneumTidak adaJelas

SakitSedang/beratBerat sekali/toksik

Investigasi radiologis terkadang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis tentang nyeri atau benjolan di regio inguinalis jika pemeriksaan fisik meragukan. Salah satu metode radiologis yang digunakan adalah herniography yang dalam beberapa kondisi menghindari tidak dilakukannya eksplorasi dengan pembedahan. Pencitraan cukup membantu meskipun sangat tergantung pada operator. Cross-sectional imaging merupakan teknik yang sering digunakan. Hernia tervisualisasi sebagai abnormal ballooning pada diameter anteroposterior dari canalis inguinalis dan/atau protusi simultan dari lemak atau usus besar di dalam canalis inguinalis. MRI dan CT-scan dapat pula mengungkapkan penyebab lain dari nyeri di daerah lipat paha karena kemampuannya dalam memvisualisasikan struktur yang berhubungan pada regio inguinalis. Laparoscopy juga dipertimbangkan sebagai penilaian terakhir untuk membedakan kondisi patologis pada regio inguinalis. Sensitivitas dan spesifisitas mencapai 74.5 % dan 96.3% untuk pemeriksaan fisik, 92.7 % dan 81.5% untuk USG, serta 94.5 % dan 96.3% untuk MRI.

Diagnosis Banding Differential diagnosis yang harus dipertimbangkan pada kasus yang belum jelas antara lain (Table 36-4):

Terapi1. KonservatifPengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.a. ReposisiReposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :

Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburgb. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari testis

Gambar 12: sabuk truss

2. OperatifPengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.Indikasi :1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)3. Hernia Reponabilisdilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi / strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplastik, seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. Transversus internus abdominis dan m. Oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. Transversus abdominis, m. Oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay.

Metode Bassini

Lichtenstein Tension free

Hernioplasty dengan prolene

Prognosis Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik. Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%

PENCEGAHAN

Hindari obesitas atau kelebihan berat badan , usahakan agar berat badan sesuai standard yang sesuai dengan tinggi badan dan tipe badan. Menghindari agar tubuh tidak mengalami konstipasi ( ketegangan ) dan tarikan dengan banyak makan makanan yang berserat. Hindari kegiatan mengangkat beban terlalu beratMelakukan pengobatan terhadap penyakit penyakit yang menjadi faktor terjadinya hernia , seperti batuk menahun dan sembelit menahun

BAB 2. LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Nama : Ny. IUsia : 48 tahunJenis Kelamin : PerempuanAlamat : Curah Kendal 2/2 Sukamakmur - AjungPekerjaan : PetaniAgama : IslamSuku Bangsa : JawaNo. Rekam Medis : 44.19.24Tanggal MRS :10 Juli 2013 Tanggal Pemeriksaan : 11 Juli 2013Tanggal Operasi: 11 Juli 2013Tanggal KRS:15 Juli 2013

2.2 Anamnesis a. Keluhan UtamaBenjolan di punggung tanganb. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluh ada massa di punggung tangan kiri sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya massa kecil, lalu semakin lama semakin membesar sejak 5 bulan SMRS. Massa berukuran 3x3 cm, berbatas tegas, konsistensi padat, permukaan rata, melekat pada jaringan sekitarnya, terfiksir, dan tidak nyeri.Nafsu makan pasien baik, tidak mual, tidak muntah, BAB lancar, BAK lancar, tidak ada penurunan berat badan.c. Riwayat Penyakit DahuluPasien menyatakan memiliki riwayat hipertensi (+).d. Riwayat Penyakit KeluargaPasien menyatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita gejala yang sama.e. Riwayat PengobatanPasien belum menerima pengobatan untuk mengatasi benjolan di tangan kiri tersebut.

2.3 Pemeriksaan FisikKeadaan umum: SedangKesadaran: Compos mentisVital Sign:Tensi : 140/80 mmHgNadi : 84 kali per menitRR : 20 kali per menitSuhu : 36,3oCKepala/Leher: anemis/ikteris/cyanosis/dispneu -/-/-/-Thoraks:Cor :Inspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi : ictus cordis teraba pada ICS V MCL sinistraPerkusi : redup pada ICS IV PSL dextra dan ICS V MCL sinistraAuskultasi: S1 dan S2 tunggalPulmo :Inspeksi : simetris, tidak ada ketertinggalan gerakPalpasi : fremitus raba N/NPerkusi : sonor +/+Auskultasi : suara nafas Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-Abdomen: Inspeksi : flat, darm contour (-), darm steifung (-) Auskultasi : bising usus (+) Normal Perkusi : timpani, pekak hepar (+) Palpasi : Soepel (+), Defance muscular (-)Ekstremitas akral hangat di keempat ekstremitas, tidak ada edema di keempat ekstremitas, terdapat massa di manus sinistra.

Status Lokalis(R. Dorsum Manus (S) )L: Terdapat massa di dorsum manus sinistra berukuran 3x3 cmF: Massa berukuran 3x3 cm, berbatas tegas, konsistensi padat, permukaan rata, melekat pada jaringan sekitarnya, terfiksir, dan tidak nyeri.

2.4 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium (26 Juni 2013)HEMATOLOGIHemoglobin: 17,1 g/dL N : 11,4-15,1 g/dLLeukosit: 8,6 x 109 /L N : 4,3-11,3 x 109/LHct: 48,2 % N : 40-47 %Trombosit: 298 x 109/L N : 150-450 x 109/LPPT pasien: 9,9 N : beda < 2 detikKontrol: 11,7APTT pasien: 25,3N : beda < 7 detikKontrol: 27,9FAAL HATISGOT: 33 N : L=10-35;P=10-31SGPT: 51 N : L=9-43;P=9-46Albumin: 4,6 N : 3,4-4,8 gr/dLFAAL GINJALKreatinin serum: 0,9 N : L=0,6-1,3;P=0,5-1,1BUN: 9 N : L=6-20mg/dlUrea: 20 N : L=10-50mg/dlAsam urat: 5,9 N : L=3,4-7;P=2-5,7ElektrolitNatrium: 138,9N: 135-155mmol/LKalium: 3.98N: 3.5-5.0mmol/LKlorida: 107,8N: 90-110mmol/LCalsium: 2,30N : 2,15-2,57 mmol/L

Hasil FNAB tanggal 21 Juni 2013Makroskopis:Benjolan di daerah sendi metacarpophalangeal jari IV tangan kiri, padat, berbenjol-benjol batas jelas, diameter 3,5 x 3 cm melekat pada jaringan sekitarnya.Mikroskopis:Didapatkan hapusan yang sangat selular terdiri dari sel-sel spindle yang pleomorfik, anisositosis, inti memanjang sampai bulat lonjong berkromatin kasar, sebagian dengan anak inti yang mencolok dan sitoplasma yang sedikit.Diagnosa patologi:Malignant soft tissue tumorICD Morfologi: M 8800/3ICD Topografi: C.49.1

Thorax Foto

Kesan:

Foto Manus Sinistra AP/Lateral

MRI (25 Juni 2013)Pemeriksaan MRI Manus sinistra dengan kontras- Tampak massa tumor soft tissue yang pada pemberian kontras tampak adanya hipervaskularisasi- Tumor tersebut tampak mengenai musculus interosseus, tendon extensor digiti minimi, dan tendon extensor digitalis.2.5 DiagnosisMaligna soft tissue tumor manus sinistra

2.6 PenatalaksanaanRay amputationTeknik operasi:a. Informed consentb. Anestesic. Posisi supined. Insisi V mediae. Didapatkan: malignant tumor sampai ke tulangf. Dilakukan: ray amputationTerapi post-operasi:Ceftriaxon 3x1 gramKetorolac 3x1 ampulRanitidin 3x1 ampul

2.7 Follow UpTanggal Jumat, 12-07-2013 (H1 - Post Op)

SKeluhan Nyeri pada luka post operasi (+), BAB (-), flatus (+)

OVital Sign TD 140/80 mmHg

Nadi 82 x/menit

RR 18 x/menit

Suhu 36,3 oC

Kepala & Leher a/i/c/d = -/-/-/-

ThoraxCor S1S2 tunggal

Pulmo Ves +/+ Rh -/- Wh -/-

AbdomenIFlat, darm contour (-), darm steifung (-)

ABising Usus (+) N

PTimpani +/+, Pekak hepar (+)

PSoepel, defance muscular (-)

Status LokalisRegio manus (S) digiti IV amputasi, verband (+), pus (-), darah (-), nyeri (+)

AAssesment Maligna soft tissue tumor manus (S) post ray amputasi (H1)

PPlaningInjeksi Ceftriaxone 3 x 1 gramInjeksi Ketorolac 3 x 1 ampulInjeksi Ranitidin 3 x 1 ampulDiet bebas TKTPMobilisasi aktifPro: Ro manus (S) AP/lateral

TanggalSenin, 15-07-2013 (H4 - Post Op)

SKeluhan Nyeri di daerah operasi (-), kaku (-), kesemutan (-)

OVital Sign TD 160/100 mmHg

Nadi 82 x/menit

RR 18 x/menit

Suhu 36,3 oC

Kepala & Leher a/i/c/d = -/-/-/-

ThoraxCor S1S2 tunggal

Pulmo Ves +/+ Rh -/- Wh -/-

AbdomenIFlat, darm contour dan steifung (-)

ABising Usus (+) N

PTimpani +/+ , pekak hepar (+)

PSoepel, defance muscular (-)

Status LokalisRegio manus (S) digiti IV amputasi, verband (+), pus (-), darah (-), nyeri (-)

AAssesment Maligna soft tissue tumor manus (S) post ray amputasi (H4)

P

Planingp/o Cefixime 2x1 tabp/o Ketoprofen 2x1 tabKRSDiet bebas TKTPKontrol poli bedah orthopedi 3 hari lagi

DAFTAR PUSTAKA

Filipi, Charles J. 2007. Inguinal Hernias in Schwartzs Principles of Surgery. The McGraw-Hill Companies.

Karnadiharja, Warko. 2004. Dinding perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Editor: R. Sjmsuhidajat dan Wim de Jong. Jakarta: EGC.

1