Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS...

download Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS,   HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DAN ANEMIA

of 48

Transcript of Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS...

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    1/48

    LAPORAN KASUS

    KEPANITERAAN RSUD KUDUS

    SEORANG PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS,

    HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK), ANEMIA, STRUMA DAN DISPEPSIA

    Disusun oleh:

    Kristian Wijaya

    406117072

    Pembimbing:

    dr. Idil Fitri, Sp.PD

    BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

    RUMAH SAKIT UMUM KUDUS

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

    PERIODE 28 JANUARI 20137 APRIL 2013

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    2/48

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN KASUS

    SEORANG PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS,

    HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK), ANEMIA, STRUMA DAN DISPEPSIA

    Telah didiskusikan pada tanggal:

    16 Maret 2013

    Pembimbing

    dr. Idil Fitri, Sp.PD

    Penyusun Mengetahui,

    Kristian Wijaya dr. Amrita, Sp.PD

    406117072

    BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

    RUMAH SAKIT UMUM KUDUS

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

    PERIODE 28 JANUARI 20137 APRIL 2013

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    3/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 1

    Daftar Masalah

    No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal

    1 Hipertensi Gr. II 28 Februari 2013

    2 Diabetes Mellitus 28 Februari 2013

    3 Gastritis 28 Februari 2013

    4 Anemia 28 Februari 2013

    5 Cystitis Kronis 2 Maret 2013

    6 Struma 28 Februari 2013

    7 Diare Akut 7 Maret 2013

    8 hidroureter, kinking

    dan hidronefrosis

    8 Maret 2013

    9 Sinus Takikardi 28 Februari 2013

    10 Struma non-toksik 28 Februari 2013

    11 Kadar TSHs 2 Maret 2013

    12 Hipoalbumin 2 Maret 2013

    1 Identitas Penderita Nama : Suharti Umur : 51 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : Buruh harian lepas Alamat : Pandurenan 2/3 Gebogg Nomor RM : 432137 Dirawat di ruang : Bougenville 2 Masuk Bangsal : 28 Februari 2013 Keluar Bangsal : - Dikasuskan : 4 Maret 2013 Status : Kelas IIIJAMKESMAS

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    4/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 2

    2 Data DasarI. Data Subjektif

    a. AnamnesaAutoanamnesa dilakukan pada tanggal 4 Maret 2013 di Bangsal Bougenville 2

    pada pukul 14.00 WIB

    Keluhan Utama: Panas

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien mengeluh badannya terasa panas sudah 7 hari yang lalu. Panas

    dirasakan terus menerus sepanjang waktu dan badan pasien terasa menggigil.

    Panas berkurang dengan menggunakan obat-obatan dan disertai gejala nyeri perut,

    dan gangguan berkemih. Nyeri perut dirasakan di kuadran kiri bawah, kanan

    bawah dan ulu hati. Nyeri dirasakan mules seperti ada yang melilit di dalam

    perutnya pada bagian bawah dan rasa panas seperti terbakar pada bagian ulu hati.

    Nyeri perut dirasakan hilang timbul sejak 7 hari yang lalu, perut menjadi tambah

    nyeri apabila pasien batuk, pasien mengaku sering meminum obat untuk pegal-

    pegal dan BAB berwarna hitam sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluh buang

    air kecil sedikit-sedikit dan terasa seperti tidak tuntas. Air kencing berwarna

    seperti teh dan terasa panas ketika berkemih. Keluhan dirasakan hilang timbul

    sejak 1 bulan yang lalu, namun seminggu terakhir dirasakan setiap kali pasien

    berkemih.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Riwayat keluhan seperti saat ini disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat penyakit paru disangkal Riwayat penyakit ginjal disangkal Riwayat penyakit hati disangkal Riwayat sakit gondok disangkal Riwayat darah tinggi disangkal Riwayat penyakit kencing manis diakui Riwayat asma disangkal Riwayat alergi disangkal

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    5/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 3

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Riwayat keluhan seperti ini disangkal Riwayat penyakit gondok disangkal

    Riwayat darah tinggi disangkal Riwayat penyakit kencing manis diakui (nenek) Riwayat alergi disangkal

    Riwayat status gizi:

    Nafsu makan pasien baik, pasien sehari-hari hanya memakan bubur dengan

    frekuensi makan 3 x/hari. Berat badan pasien stabil tidak mengalami kenaikan

    ataupun penurunan berat badan.

    Riwayat Sosial Ekonomi:

    Pasien bekerja sebagai seorang buruh harian lepas dengan tingkat pendidikan

    tamat SD. Memiliki seorang suami dan 2 orang anak yang semua juga bekerja

    sebagai buruh harian lepas dengan tingkat pendidikan yang juga hanya tamat SD.

    Pasien mendapatkan bantuan biaya pengobatann dari JAMKESMAS.

    Kesan: Kondisi ekonomi lemah

    Riwayat Perawatan dan Pengobatan:

    Perawatan sejak tanggal 28 Februari 2013 sampai 4 Maret 2013 di Bougenville 2

    RSUD kudus dengan Problem sebagai berikut:

    Cystitis Kronis Anemia Diabetes Mellitus Hipertensi Grade IIPengobatan yang telah diberikan:

    Infus RL 30 tpm Captopril 12.5 mg 3 x 1 tab As. Folat 1 mg 3 x 1 tab Pamol (paracetamol) 500 mg 3 x 1 tab Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam) Ceftriaxone 1 gr 1 x 2 gr.Inj. IV

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    6/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 4

    Ranitidin 50 mg 2 x 1 amp. Inj. IV Sotatik 10 mg 2 x amp. Inj. IV Humulin R 888 Unit Inj. SC

    II. Data Objektifa. Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : Tampak Lemas

    Tekanan Darah : 180/100 mmHg

    Denyut Nadi : 88 x/menit

    Laju Napas : 16 x/menit reguler

    Suhu : 36.8 C (aksila)

    SpO2 : 97%

    GDS : 440 mg/dL

    Kulit : Turgor kulit baik, pucat (+), Ikterik (-)

    Kepala : Normochepal, benjoalan (-), rambut hitam beruban

    terdistribusi merata dan tidak mudah dicabut

    Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokor,

    diameter pupil 3mm, reflek cahaya +/+

    Hidung : Bentuk hidung normal, rinorrhea (-), epistaksis (-)

    Telinga : Normotia, ottorhea (-), nyeri tekan tragus (-)

    Mulut : Sulcus nasolabialis simetris, lidah normal, fasikulasi (-),

    deviasi lidah (-), faring hiperemis (-), Tonsil T1T1

    Leher : Pembesaran KGB Submandibula, cervical, supraclavikula dan

    infraclavicula (-), Pembesaran Kelenjar Tiroid (+): benjolan

    pada coli anterior, ukuran 4 x 6 cm, tepi rata, konsistensi

    lunak, ikut bergerak waktu menelan, tidak terfiksir terhadap

    jaringan di sekitarnya, nyeri tekan (-), Bruit (+), Trakea

    ditengah, JVP Normal

    Thorax : Dinding Thorax simetris saat statis dan dinamis, benjolan (-),

    retraksi otot pernapasan (-), Nyeri tekan (-), tidak ada bekas

    luka.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    7/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 5

    Paru depan :

    Inspeksi : Dinding dada simetris

    Palpasi : Stem Fremitus kiri dan kanan sama kuat, pergerakan dada kiri

    dan kanan simetrisPerkusi : Sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar absolut pada

    ICS V MCLD

    Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki basah halus (+/+) pada kedua bagian

    basal paru, Wheezing (-/-)

    Paru belakang :

    Inspeksi : Dinding dada simetris

    Palpasi : Stem Fremitus kiri dan kanan sama kuat, pergerakan dada kiri

    dan kanan simetris

    Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru

    Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki basah halus (+/+) pada kedua bagian

    basal paru, Wheezing (-/-)

    Jantung :

    Inspeksi : Tampak pulsasi Ictus Cordis pada ICS IV MCLS

    Palpasi : Teraba pulsasi Ictus Cordis pada ICS IV MCLS kuat angkat.

    Perkusi : RedupBatas kanan jantung pada ICS IV SLD

    Batas atas jantung pada ICS III PSLS

    Batas kiri jantung pada ICS IV MCLS

    Auskultasi : BJ I & II murni reguler, gallop (-), murmur (-),

    HR: 88 x/menit, pulsus defisit (-)

    Abdomen :

    Inspeksi : Dinding perut datar, simetris, pulsasi epigastrium (-), bekas

    luka (-), striae (-), venektasi (-), benjolan (-)

    Auskultasi : Peristaltis usus (+) normal 28 x/menit, bruit aorta (-), bruit

    arteri renalis (-)

    Perkusi : Timpani, shiffting dullness (-), nyeri ketok CVA (-), liver

    span 10 cm pada MCLD dan 6 cm pada midsteral.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    8/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 6

    Palpasi : Supel, tidak teraba adanya massa, nyeri tekan (+) pada

    epigastrium, LLQ dan RLQ, nyeri lepas (-), hepar dan lien

    tidak teraba membesar.

    Ekstremitas : Sianosis (-) pada kedua sisi superior dan inferior;Edema (-) pada kedua sisi superior dan inferior;

    Anemis (+) pada kedua sisi supeerior dan inferior;

    Tremor (-) pada kedua sisi superior dan inferior

    Saraf, genitalia, anus dan rectum tidak diperiksa.

    Index Wayne

    - Struma Toxic apabila index wayne 20Gejala Skor Tanda Ada Tidak

    Dypsnoea de effort + 1 Tiroid teraba + 3 - 3

    Berdebar + 2 Bruit pada tiroid + 2 - 2

    Cepat lelah + 2 Exoptalmus + 2

    Suka panas - 5 Retraksi kelopak mata + 2

    Suka dingin + 5 Kelopak mata kaku + 1

    Keringat Berlebih + 3 Hiperkinesia + 4 - 2

    Nervousness + 2 Atrial Fibrilasi + 4

    Nafsu makan:

    meningkat

    Menurun

    + 3

    - 3

    Tangan:

    panas

    lembab

    + 2

    +1

    - 2

    - 1

    Berat badan:

    Meningkat

    Menurun

    - 3

    + 3

    Nadi

    > 80 x/m

    > 90 x/m

    + 3

    + 4

    Kesan: Struma Non toxic (skor 12)

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    9/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 7

    b. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Darah rutin tanggal 1 Maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    WBC 15.7 3.510 10 /mmRBC 3.39 3.85.8 10 /mm

    HGB 7.6 1116.5 g/dl

    HCT 32 3550 %

    PLT 175 150390 10 /mm

    PCT .124 .100.500 %

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    MCV 94

    8097 mMCHC 23.9 31.535 L g/dL

    Kesan: Leukositosis dan anemia normositik dan hipokromatik

    Pemeriksaan Kimia darah tanggal 1 Maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    Ureum 57.5 1155 mg/dl

    Creatinin 0.9 0.61.36 mg/dl

    Cholesterol 122 s/d 200 mg/dl

    Trigliserida 108 40165 mg/dl

    S.G.O.T. 13 < 37 U/l

    S.G.P.T. 12 < 41 U/l

    Uric acid 7.0 2.67.2 mg/dl

    Kesan: dalam batas normal

    Pemeriksaan Kimia darah tanggal 2 Maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    GDP 170 70105 mg/dl

    GD2PP 260 s/d 150 mg/dl

    Albumin 2.6 3.85.4 gr/dl

    Kesan: Hiperglikemi dan hipoalbumin

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    10/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 8

    Pemeriksaan Endokrin tanggal 2 Maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    TSHs 0.126 0.5504.780 IU/ml

    Kesan: kadar TSH serum rendah

    Pemeriksaan Kimia darah tanggal 4 Maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    GDP 245 70105 mg/dl

    GD2PP 375 s/d 150 mg/dl

    Kesan Hiperglikemi

    Pemeriksaan EKG tanggal 28 Februari 2013

    Interpretasi EKG:

    1. Rhythm : Sinus2. Heart Rate : 107 x/menit3. Regularity : Reguler4. Axis : Normoaxis5. P wave : Normal P wave6. PR interval : Normal PR interval

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    11/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 9

    7. QRS complex: Q pathologis : - R wave progession : Baik

    QRS interval : Normal R bifasik : -

    8. ST segment : Normal9. T wave : Normal10.Kesan : Sinus takikardi

    X-foto torax dan USG abdomen

    Kesan:

    USG: Cystitis Kronis dan hidronefrosisX-foto torax: Cor dan paru dalam batas normal

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    12/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 10

    3 Daftar abnormalitas1. Demam2. Nyeri perut bagian bawah3. Nyeri perut ulu hati4. Gangguan berkemih5. BAB hitam6. Benjolan pada coli anterior7. Hipertensi8. Leukositosis9. Hiperglikemi

    10. Hipoalbumin11. Anemis12. Struma13. Anemia normositik hipokromatik14. Sinus Takikardi dengan aritmia15. Cystitis Kronis, hidroureter dan hidronefrosis16. Kadar TSHs menurun

    4 Problem aktif1. Diabetes Mellitus2. Hipertensi Grade II3. Cystitis Kronis4. Anemia normositik dan hipokromatik5. Gastritis Kronis6. Struma

    5 Rencana Pemecahan Masalah1. Diabetes Mellitus

    o Initial Assessment : - Mencari komplikasi makroangiopathty danmikroangiopathy

    - Prediksi gula darah 3 bulan terakhir

    oPlan diagnosa : Funduskopi, HbA1C

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    13/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 11

    o Plan Terapi : Humulin R 888 Unit Inj. SCDiet Diabetes Mellitus 1700 kkal

    o Plan Monitoring : GDP, GD2PPo

    Plan Edukasi : - Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentangpenyakit dan pemeriksaan yang harus dilakukan serta

    terapi yang akan diberikan;

    -Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang ketepatan

    dan kepatuhan dalam meminum obat;

    - Menjelaskan tentang Pemantauan gula darah mandiri

    dan tanda gejala hipoglikemi beserta penanganannya;

    - Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan

    asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan

    dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan

    lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

    - Menyarankan untuk berolahraga minimal selama 30

    menit/kali sebanyak 3 x/minggu.

    2. Hipertensi Grade IIo Initial Assessment : - Mencari komplikasi

    - Menentukan faktor resiko

    o Plan diagnosa : Funduskopio Plan Terapi : Captopril 12.5 mg 3 x 1 tab

    Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam)

    Diet rendah garam 1700 kkal

    o Plan Monitoring : Tekanan Daraho Plan Edukasi : - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai

    penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi

    yang diberikan;

    - Mengurangi garam dalam makanan

    - Menyarankan untuk berolahraga minimal selama 30

    menit/kali sebanyak 3 x/minggu.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    14/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 12

    3. Cystitis Kroniso Initial Assessment : - Mencari komplikasi -

    - Mencari etiologi

    oPlan diagnosa : BNO IVP

    o Plan Terapi : Paracetamol 500 mg 3 x 1 tabCeftriaxone 1 x 2 gr Inj. IV

    o Plan Monitoring : Keluhan Berkemiho Plan Edukasi : - Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai

    penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi

    yang diberikan.

    4. Anemia normositik dan hipokromatiko Initial Assessment : Menentukan etiologio Plan diagnosa : Pemeriksaan Telur cacing dalam feces, pemeriksaan

    hematologi (hitung jenis), retikulosit.

    o Plan Terapi : as.folat 1 mg 3 x 1 tabTransfusiPacked Red cell 2 kantong/hari

    Premedikasi Furosemid 10 mg 1 x 1 amp. Inj IV

    o Plan Monitoring : Pemeriksaan darah rutin (Hb) 6 jam post tranfusio Plan Edukasi :- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai

    penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi

    yang diberikan.

    5. Dispepsiao Initial Assessment : - Komplikasi Diabetes Mellitus

    - Mencari etiologi

    o Plan diagnosa : Gastroskopi, OMDo Plan Terapi : Ranitidin 50 mg 2 x 1 amp. Inj. IV

    Metoclorpropramid 10 mg 3 x amp. Inj. IV

    o Plan Monitoring : Keluhan Subjektifo Plan Edukasi :- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai

    penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi

    yang diberikan.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    15/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 13

    - menjelaskan pasien untuk tidak meminum obat-

    obatan, makanan dan minuman yang dapat

    menyebabkan timbulnya kekambuhan

    6. Strumao Initial Assessment : Menentukan jenis struma (Hipertiroid, Normotiroid,

    Hipotiroid)

    o Plan diagnosa : FT4, USG tiroido Plan Terapi : -o Plan Monitoring : -o Plan Edukasi : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai

    penyakit, pemeriksaan yang akan dilakukan dan terapi

    yang diberikan.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    16/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 14

    6 RingkasanTelah diperiksa seorang perempuan usia 51 tahun datang keluhan badannya terasa

    panas sudah 7 hari yang lalu. Panas dirasakan terus menerus sepanjang waktu dan badan

    pasien terasa menggigil. Panas berkurang dengan menggunakan obat-obatan dan disertaigejala nyeri perut, dan gangguan berkemih. Nyeri perut dirasakan di kuadran kiri bawah,

    kanan bawah dan ulu hati. Nyeri dirasakan mules seperti ada yang melilit di dalam

    perutnya pada bagian bawah dan rasa panas seperti terbakar pada bagian ulu hati. Nyeri

    perut dirasakan hilang timbul sejak 5 hari yang lalu, perut menjadi tambah nyeri apabila

    pasien batuk, pasien mengaku sering meminum obat untuk pegal-pegal dan BAB

    berwarna hitam sejak 3 bulan lalu. Pasien juga mengeluh buang air kecil sedikit-sedikit

    dan terasa seperti tidak tuntas. Air kencing berwarna seperti teh dan terasa panas ketika

    berkemih. Keluhan dirasakan hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, namun seminggu

    terakhir dirasakan setiap kali pasien berkemih.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Hipertensi, Konjungtica dan kulit anemis,

    Benjolan pada bagian anterior leher, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan dan kiri

    bawah, Index wayne dalam batas normal.

    Pada pemeriksaan Penunjang didapatkan: Anemia normositik hipokromatik,

    leukositosis, hipoalbumin, hiperglikemi, kadar TSH dalam serum menurun, sinus

    takikardi dengan aritmia, cystitis kronis, hidroureter dan hidronefrosis.

    7 Permasalahan Bagaimana bisa terjadi hidroureter dan hidronefrosis pada pasien ini? Bagaimana membedakan gejala klinis reaksi imflamasi dengan gejala pada

    hipertiroid?

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    17/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 15

    8 Catatan Kemajuan1. Problem 1 Diabetes Mellitus Tanggal 7 Maret 2013

    S : -

    O : Pemeriksaan Kimia darah tanggal 7 Maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    GDP 258 70105 mg/dl

    Kesan: Hiperglikemia

    A : DM belum teratasi

    P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya

    Monitor : GDP, GD2PPEdukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    Tanggal 13 Maret 2013S : -

    O : Pemeriksaan Kimia darah 12 maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

    GDS 341 s/d 200 mg/dl

    Kesan: Hiperglikemi

    A : DM belum teratasi

    P : Terapi : Humulin R Stop

    Pasien pulang untuk rawat jalan dengan obat pulang:

    Glimepirid 2 mg 100 15 menit sebelum makan

    Metformin 500 mg 3 x 1 tab bersama makan

    Monitor : GDP, GD2PP

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    18/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 16

    2. Problem 2 Hipertensi Grade II Tanggal 8 Maret 2013

    S : Pusing

    O : TD: 150/100 mmHgA : Hipertensi belum teratasi

    P : Terapi : Captopril 12.5 mg 3 x 1 tab

    Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam)

    Monitoring : Tekanan Darah

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    Tanggal 13 Maret 2013S : -

    O : TD 130/80 mmHg

    A : Hipertensi sudah teratasi

    P : Terapi : Pasien pulang untuk rawat jalan dengan obat pulang:

    Captopril 12.5 mg STOP

    Amlodipine 10 mg 1 x 1 tab (malam)

    Monitoring : Tekanan Darah

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    3. Problem 3 Cystitis Kronis Tanggal 7 Maret 2013

    S : Pusing, mules, mencret > 5x/hari.

    O : Abdomen: Nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah

    A : Cystitis belum teratasi

    Diare akut Problem 7

    P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya

    Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    19/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 17

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    Tanggal 8 Maret 2013S : Pusing, perut sakit

    O : Abdomen: Nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah

    Pemeriksaan Urin rutin tanggal 7 Maret 2013

    Pemeriksaan Nilai Pemeriksaan Nilai

    Urine

    Warna

    Kekeruhan

    pH (4.68)

    BD (1.0011.030)

    Albumin

    Reduksi

    Bilirubin

    Urobilin

    Kuning

    Jernih

    6.5

    1.015

    3 +

    -

    -

    -

    Sedimen

    Leukosit

    Eritrosit

    Epitel

    Silinder

    Bakteri

    Kristal

    810

    1015

    +

    -

    -

    -

    Kesan : Albuminuria, leukoturia, hematuria

    BNOIVP tanggal 7 Maret 2013

    Kesan : Fungsi ekskresi kedua ginjal normal

    Hidronefrosis duplex ( kanan Gr.I & kiri Gr. IIIII)

    Hidroureter duplex

    Kinkin ureter proximal duplexCystitis kronis dengan divertikel

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    20/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 18

    A : Cystitis belum teratasi dengan komplikasi

    hidroureter, kinking dan hidronefrosis Problem 8

    P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya

    Metronidazole 500 mg 3 x 1 tabMonitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    Tanggal 13 Maret 2013S : BAK dan BAB normal

    O : Abdomen: Nyeri tekan (-)

    A : Cystitis sudah teratasi

    P : Terapi : Pasien pulang untuk rawat jalan dengan obat pulang:

    Levofloksasin 500 mg 2 x 1 tab

    Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    4. Problem 4 Anemia normositik dan hipokromatik Tanggal 9 Maret 2013

    S : Pusing

    O : Konjungtiva anemis

    A : Anemia belum teratasi

    P : Terapi : Melanjutkan terapi sebelumnya

    TransfusiPacked Red Cell 2 Fl s/d Hb 9 mg/dL

    Furosemid 10 mg 1 x 1 Inj. IV

    Monitor : Darah rutin (Hb)

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    21/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 19

    Tanggal 11 Maret 2013S : -

    O : Pemeriksaan darah rutin tanggal 10 Maret 2013 (post Tranfusi)

    Pemeriksaan Nilai Nilai Normal SatuanHb 10,9 1116.5 g/dl

    Kesan: Dalam batas normal

    A : Anemia sudah teratasi

    P : Terapi : Asam folat 1 mg 1 x 1 tab

    Monitor : Darah rutin (Hb)

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    5. Problem 5 Dispepsia Tanggal 11 Maret 2013

    S : BAB normal berwarna coklat

    O : Abdomen: Nyeri tekan (-)

    A : Keluhan Dispepsia berkurang

    P : Terapi : Melanjutkan Terapi sebelumnya

    Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    6. Problem Struma Tanggal 13 Maret 2013

    S : -

    O : Kel. Tiroid terapa membesar

    A : Struma belum teratasi

    P : Terapi : -

    Monitor : -

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    22/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 20

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    7. Problem 7 Diare akut Tanggal 7 Maret 2013

    S : Mencret > 5 x/hari

    O : Abdomen: Nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah

    A : Diare akut

    P : Terapi : Neo Diaform 3 x 1 tab bila diare

    Monitor : Keluhan subjektif, Pemeriksaan fisik

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

    8. Problem 8 hidroureter, kinking dan hidronefrosis Tanggal 8 Maret 2013

    S : -

    O : BNOIVP tanggal 7 Maret 2013

    Kesan : Fungsi ekskresi kedua ginjal normal

    Hidronefrosis duplex ( kanan Gr.I & kiri Gr. IIIII)

    Hidroureter duplex

    Kinkin ureter proximal duplex

    Cystitis kronis dengan divertikel

    A : hidroureter, kinking dan hidronefrosis

    P : Terapi : Konsul dokter spesialis bedah umum/urologi

    Monitor : -

    Edukasi : menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakit dan

    pemeriksaan yang harus dilakukan serta terapi yang akan

    diberikan.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    23/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 21

    9 Alur PikirSeorang perempuan usia 51 tahun datang keluhan demam, nyeri perut dan

    gangguan berkemih.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Hipertensi, Konjungtica dan kulit anemis,

    Benjolan pada bagian anterior leher, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan

    dan kiri bawah, Index wayne dalam batas normal.

    Pada pemeriksaan Penunjang didapatkan: Anemia normositik hipokromatik,

    leukositosis, hipoalbumin, hiperglikemi, kadar TSH dalam serum menurun,

    sinus takikardi, cystitis kronis dan hidronefrosis

    Keringat Berlebih Tiroid teraba Bruit pada tiroid Lembab Nadi > 80 x/m

    Struma Non-Toxic

    Index Waynes : 12

    Demam Nyeri perut bagian

    bawah

    Gangguan berkemih Leukositosis Leukosit dalam Urin

    Kimia Darah :

    Glukosa Darah Puasa

    Glukosa Darah 2 Jam pp

    Glukosa Darah Sewaktu

    Diabetes Mellitus

    Infeksi Sal. Kemih

    Neurogenic Bladder (?)

    Retensio Urin ISK Kronik

    Radiologi BNOIVP &USG ABD:

    Cystitis Kronis dgn

    divertikel

    Hidronefrosis &

    Hidroureter

    TD 180/100 mmHg

    Hipertensi Gr. II

    Hipoalbminuria

    Urin rutin albuniuria

    Darah Rutin:

    Hb

    MCHC

    Anemia

    NormositikHipokromatik

    Imunitas

    Higiene Buruk (?)

    BAB Hitam

    Nyeri Ulu hati Gastritis Kronis

    EKGSinus Takikardi

    dengan aritmia

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    24/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 22

    DIABETES MELLITUS

    1. DefinisiMenurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus

    merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

    yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.

    2. KlasifikasiTipe I Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut :

    Autoimun Idiopatik

    Tipe II Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai

    defisiensi insulin relative sampai yang terutama defek sekresi insulin

    disertai resistensi insulin

    Tipe Lain Defek genetik fungsi sel beta Defek genetik kerja insulin Penyakit eksokrin pancreas Endokrinopati Karena obat atau zat kimia Infeksi Sebab imunologi yang jarang Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

    Diabetes Mellitus Gestasional

    3. DiagnosaBerbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya

    DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:

    o Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan beratbadan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

    o Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dandisfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

    Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    25/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 23

    1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200mg/dL sudah cukup untuk menegak-kan diagnosis DM

    2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.3.

    Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosalebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa,

    namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk

    dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena

    membutuhkan persiapan khusus.

    4. Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salahsatu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang

    telah terstandardisasi dengan baik

    Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada

    hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa

    terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT).

    1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkanglukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199 mg/dL (7,8-11,0

    mmol/L).

    2.

    GDPT: Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasmapuasa didapatkan antara 100 125 mg/dL(5,6 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan

    TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.

    Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):

    o Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukankegiatan jasmani seperti

    biasa

    o Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minumair putih tanpa gula tetap diperbolehkan

    o Diperiksa kadar glukosa darah puasao Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),

    dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit

    o Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2jamsetelah minum larutan glukosa selesai

    o Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa. Selama prosespemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dantidak merokok

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    26/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 24

    Bukan DM Belum pasti DM DM

    GDS (mg/dL) Plasma Vena < 100 100199 200

    Darah Kapiler < 90 90199 200

    GDP (mg/dL) Plasma Vena < 100 100125 126

    Darah Kapiler < 90 9099 100

    4. Faktor Resikoi. Usia 45 tahun

    ii. BBR > 110 % BB idaman atau IMT >23 kg/m2iii. Hipertensi (140/90)iv. Riwayat DM dalam garis keturunanv. Riwayat abortus berulang atau Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi

    >4000 gram, atau riwayat DM gestasional

    vi. Kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida 250 mg/dl

    5. Pilar Penatalaksanaan DM1. Edukasi

    Edukasi diberikan kepada penderita DM dan keluarga mengenai penyakitnya dan

    perubahan prilaku menuju prilaku sehat. Lalu diberikan pengetahuan tentang

    pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara

    mengatasinya harus diberikan kepada pasien

    2. Terapi gizi medisKarbohidrat

    oKarbohidrat yang dianjurkan sebesar 4565% total asupan energi.

    o Pembatasan karbohidrat total

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    27/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 25

    o Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.o Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.o Anjuran konsumsi kolesterol

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    28/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 26

    5. DPPIV inhibitor2. Suntikan

    1. InsulinInsulin diperlukan pada keadaan:o Penurunan berat badan yang cepato Hiperglikemia berat yang disertai ketosiso Ketoasidosis diabetiko Hiperglikemia hiperosmolar non ketotiko Hiperglikemia dengan asidosis laktato Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimalo Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)o Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak

    terkendali dengan perencanaan makan

    o Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berato Kontraindikasidan atau alergi terhadap OHOBerdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:

    o Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)o

    Insulin kerja pendek (short acting insulin)

    o Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)o Insulin kerja panjang (long acting insulin)o Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed

    insulin).

    2. Agonis GLP1o Dapat bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin yang tidak

    menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan yang

    biasanya terjadi pada pengobatan dengan insulin ataupun

    sulfonilurea.

    o menurunkan berat badan.o menghambat penglepasan glukagon yang diketahui berperan pada

    proses glukoneogenesis. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti

    memperbaiki cadangan sel beta pankreas.

    Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa

    sebah dan muntah.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    29/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 27

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    30/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 28

    6. Komplikasia. Akut

    i. Ketoasidosis diebatesii.

    Status Hiperglikemi Hiperosmolar

    iii. Hipoglikemiab. Kronis

    i. Makroangiopati1. Pembuluh darah jantung2. Pembuluh darah tepi

    Penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang diabetes.

    Biasanya terjadi dengan gejala tipikal intermittent claudicatio,

    meskipun sering tanpa gejala.

    Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang pertama

    muncul.

    3. Pembuluh darah otakii. Mikroangiopati:

    1. Retinopati diabetikKendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko

    dan memberatnya retinopati. Terapi aspirin tidak mencegah timbulnya

    retinopati.

    2. Nefropati diabetikKendali glukosa dan tekanan darah yang baik akan mengurangi risiko

    nefropati.Pembatasan asupan protein dalam diet (0,8 g/kgBB) juga akan

    mengurangi risiko terjadinya nefropati.

    3. Neuropati4. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer,

    berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus

    kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan kaki terasa terbakar dan

    bergetar sendiri, dan lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis

    DM ditegakkan, pada setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk

    mendeteksi adanya polineuropati distal dengan pemeriksaan neurologi

    sederhana, dengan monofilamen 10 gram sedikitnya setiap tahun.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    31/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 29

    Apabila ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang

    memadai akan menurunkan risiko amputasi.Untuk mengurangi rasa sakit

    dapat diberikan duloxetine, antidepresan trisiklik, atau gabapentin.

    Semua penyandang diabetes yang disertai neuropati perifer harusdiberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki.

    Untuk penatalaksanaan penyulit ini seringkali diperlukan kerja sama

    dengan bidang/disiplin ilmu lain.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    32/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 30

    HIPERTENSI

    1) DefinisiPeningkatan tekanan darah yang dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah seperti

    penyakit cerebeovaskular, penyakit jantung iskemik, dan penyakit pembuluh perifer.

    Hipertensi dapat dikatagorikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau

    tekanan darah sistolik 90 mmHg.

    2) KlasifikasiBerdasarkan nilai tekanan darah Menurut JNC 7:

    Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik

    Normal < 120 dan < 80

    Pre-Hipertensi 120139 dan/atau 8089

    Hipertensi Gr. I 140159 dan/atau 9099

    Hipertensi Gr. II 160179 dan/atau 100109

    Hipertensi Emergensi/Urgensi 180 dan/atau 110

    Hipertensi sistolik terisolasi 140 dan < 90

    Berdasarkan etiologi:

    a. Hipertensi Esensial/Primeri. Genetic

    ii. Faktor fetal BBLRiii. Lingkungan obese, alkohol, intake sodium, stressiv. Mekanisme Humoralv. Insulin sindroma metabolik

    b. Hipertensi Sekunderi. Gangguan ginjalretensin sodium dan air & renin

    ii. Endokriniii. PJKiv. Obat NSAID, steroidv. Kehamilan

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    33/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 31

    3) Pengobatan

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    34/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 32

    Pemilihan obat pada pasien dengan compell ing indication:

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    35/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 33

    Pemilihan obat pada pasien yang baru didiagnosis hipertensi

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    36/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 34

    ANEMIA

    1) DefinisiPenurunan total jumlah dari eritrosit yang berada dalam sirkulasi darah atau

    penurunan kuantitas atau kualitas dari hemoglobin yang disebabkan gangguan

    pembentukan eritrosit, Kehilangan darah akut atau menahun, peningkatan destruksi

    eritrosit.

    2) KlasifikasiKlasifikasi berdasarkan etiologi

    Penurunan produksi eritrosito Gangguan sintesis eritrosit

    Defisiensi zar besi

    Thalasemia

    Anemia karena imflamasi kroik

    o Gangguan sintesis DNAo Anemia pernisiosa ( Defisiensi asam folat dan Vit B12)o Infitrasi sumsum tulang

    Keganasan

    Metastase

    o Aplasia sel darah merah murni Peningkatan destruksi eritrosit

    o Kehilangan darahAkut

    Kronik

    o HemolisisIntracorpuskular

    Ekstracorpuskular

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    37/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 35

    Klasifikasi berdasarkan morfologi:

    Anemia makrositik-normokromatik ( MCH)o Anemia Pernisiosa (defisiensi Vit B12)o

    Defisiensi asam folat Anemia Mikrositik-hipokromatik ( MCH dan MCHC)

    o Anemia Defisiensi Besio Anemia sideroblastiko Thalasemia

    Anemia normositik-normokromatiko Aplastik anemiao Anemia post-hemoragiko Anemia hemolitiko Anemia sel sabito Anemia karena proses kronik

    3) PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada anemia tergantung dari etiologinya:

    Anemia def. Besi ferrous sulphate 200 mg 3 x 1 Anemia penisiosa Vit B12 2g/hari atau 1000 g/hari IM selama 3 minggu Anemia def. Asam folat asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan Transfusi sel darah merah

    Pada kehilangan darah akut (vol < 15%)

    Pada kehilangan darah Kronis (Hb < 10 g/dl)

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    38/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 36

    INFEKSI SALURAN KEMIH

    1) DefinisiInfeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran kemih,

    termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk

    menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin.

    Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun

    jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa

    adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran

    kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria

    tanpa gejala.

    Infeksi saluran kemih tanpa bakteriuria dapat muncul pada keadaan::

    a. Fokus infeksi tidak dilewati urin, misalnya pada lesi dini pielonefritis karenainfeksi hematogen.

    b. Bendungan total pada bagian saluran yang menderita infeksi.c. Bakteriuria disamarkan karena pemberian anibiotika.

    2) KlasifikasiInfeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi Cystitis dan Pielonefritis.

    Cystitis adalah infeksi kandung kemih, yang merupakan tempat tersering terjadinya

    infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra

    kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.

    Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;

    Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat

    terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi

    prostat dan striktura uretra.

    Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari

    penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis

    Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut

    atau kronik. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih

    asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen.Pielonefritis

    kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    39/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 37

    yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada pielonefritis

    kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan obstruksi tubulus yang luas.

    Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun karena rusaknya tubulus-

    tubulus. Glomerulus biasanya tidak terkena, hal ini dapat menimbulkan gagal ginjalkronik.

    3) EtiologiBakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob.

    Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi

    uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya

    makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih

    sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat

    terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi

    jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif.

    Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di bawah ini :

    A. Kelompok anterobacteriaceae seperti :

    1.Escherichia coli

    2.Klebsiellapneumoniae

    3. Enterobacter aerogenes

    4. Proteus

    5. Providencia

    6. Citrobacter

    B. Pseudomonas aeruginosa

    C. Acinetobacter

    D. Enterokokus faecalis

    E. Stafilokokus sarophyticus

    4) Gambaran KlinisGejalagejala dari cystitis sering meliputi:

    Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    40/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 38

    Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis Rasa sakit pada daerah di atas pubis Perasaan tertekan pada perut bagian bawah Demam Anakanak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang

    nyata, seperti lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat

    berkemih.

    Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiukelelahan, hilangnya kekuatan, demam

    Sering berkemih pada malam hariSetiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tandatanda dan gejala yang spesifik,

    tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:

    1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelahmeluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat

    menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar

    akibat kedinginan, serta mual atau muntah.

    2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkanrasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit

    pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.

    3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saaturinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

    5) DiagnosaPemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:

    1. Analisa Urin (urinalisis)Pemeriksaan urinalisis meliputi:

    Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per

    lapangan pandang dalam sedimen urin.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    41/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 39

    Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin)Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan

    eritrosit (sel darah merah) 5-10per lapangan pandang sedimen urin.

    Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnyabatu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.

    2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)Pemeriksaan bakteriologis meliputi:

    Mikroskopis.Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).

    Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.

    Biakan bakteri.Untuk memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.

    3. Pemeriksaan kimiaTes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh,

    tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Batasan:

    ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaannya mencapai 90 %

    dengan spesifisitas 99%.

    4. Tes Dip slide (tes plat-celup)Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak

    mampu mengetahui jenis bakteri.

    5. Pemeriksaan penunjang lainMeliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan

    Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada

    tidaknya batu atau kelainan lainnya.

    6) PengobatanPrinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri

    dengan antibiotika.

    Tujuan pengobatan :

    Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih. Menanggulangi keluhan (gejala). Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal)

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    42/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 40

    Tata cara pengobatan :

    Menggunakan pengobatan dosis tunggal.

    Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari. Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6 minggu. Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis) dosis rendah. Menggunakan pengobatan supresif, yaitu pengobatan lanjutan jika pemberantasan

    (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.

    Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua,

    yaitu antibiotika oral dan parenteral.

    I.

    Antibiotika Orala. Sulfonamida

    Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida

    umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat

    resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah.

    b. Trimetoprim-sulfametoksazolKombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri

    aerob, kecualiPseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati

    infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi

    berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

    c. Penicillin Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum

    luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis

    ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam.

    Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping.Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk

    mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan

    interval pemberiannya tiap 8 jam.

    d. CephaloporinCephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika

    lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini

    juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten

    terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    43/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 41

    e. TetrasiklinAntibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat

    resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas.Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan

    oleh chlamydial.

    f. QuinolonAsam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk

    mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteriE. coli dan

    Enterobacteriaceae lain, tetapi tidak terhadapPseudomonas aeruginosa.

    Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk

    ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis

    ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.

    g. NitrofurantoiAntibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi

    saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi

    walaupun dalam terapi jangka panjang.

    h. AzithromycinBerguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial.

    i. Methanamin Hippurat dan Methanamin MandalatAntibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara tahap

    infeksi.

    II. Antibiotika Parenteral.a. Amynoglycosida

    Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi

    gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar

    terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi

    sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang

    multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval

    pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian

    tiap 8 jam.

    b. Penicillin

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    44/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 42

    Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi

    akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan

    pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan

    amynoglycosida harus dihindari.c. Cephalosporin

    Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri

    gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa.

    Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis

    karena infeksi pathogen.

    d. Imipenem/silastatiObat ini memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif,

    negative, dan bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang disebabkan

    enterococci danPseudomonas aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan

    infeksi lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-500 mg ddengan interval

    pemberian tiap 6-8 jam.

    e. AztreonamObat ini aktif melawan bakteri gram negative, termasuk Pseudomonas

    aeruginosa. Umumnya digunakan pada infeksi nosokomial, ketika

    aminoglikosida dihindari, serta pada pasien yang sensitive terhadap penicillin.

    Dosis aztreonam sebesar 1000 mg dengan interval pemberian tiap 8-12 jam.

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    45/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 43

    GASTRITIS

    1. DefinisiGastritis adalah sebuah gangguan reaksi inflamasi yang terjadi pada mukosa

    lambung. Hal tersebut dapat besifat akut atau kronis dan pada bagian fundus atau

    corpus atau antrum atau gabungan. Pada gastritis akut biasanya erosi yang terjadi hanya

    superfisial pada lapisan epital

    2. KlasifikasiBerdasarkan waktunya dibedakan menjadi:

    a. Gastritis akutBiasa terjadi akibat dari kerusakan barier mukosa oleh obat-obatan

    atau bahan kimia. Obat-obatan seperti NSAID bekerja menghambat

    prostaglandin yang berperan dalam proses sekresi mukus. Gejalanya biasanya

    berupa perut tidak nyaman, nyeri ulu hari, dan perdarahan. Penyebuhan

    biasanya terjadi beberapa hari dengan menghentikan penggunaan obat-obatan

    dan mengurangi sekresi asam lambung.

    b. Gastritis Kronisi. Tipe A (immune)

    Biasa terjadi pada bagian fundus atau corpus dari lambung. Hal ini

    disebabkan karena terjadinya reaksi autoimun pada sel parietal dan chief cell

    sehingga selain menyebabkan gastritis juga menyebabkkan berkurangnya

    sekresi asam lambung dan faktor intriksik yang dapat mengakibatkan anemia

    pernisiosa akibat kekurangan Vit. B12.

    ii. Tipe B (Non-Immune)Tipe ini biasa terjadi di bagian antrum. disebabkan akibat adanya

    infeksi dariH.Pylori yang dapat menyebabkan reaksi peradangan lokal akibat

    toksik yang dihasilkan dan meningkatkan sekresi dari asam lambung.

    Berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi

    a. GastritisH.Pylorib. Gastritis autoimunc. Gastritis reaktif

    Terjadi akibat NSAID, refluk garam empedu, atau bahan kimia

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    46/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 44

    d. Gastritis eosinofilikBiasa terjadi pada bagian antrum dan pilorus yang terjadi akibat dari reaksi

    alergi. (misal: pada alergi susu sapi atau susu kacanv kedelai)e. Gastritis limfositikf. Gastritis granulomatosus

    3. Patogenesis

    4. PenatalaksanaanPenatalaksanaan biasa dilakukan dengan tujuan meningkatkan faktor perlindungan dan

    menurunkan faktor yang merusak. Misal: menghentikan penggunaan NSAID.

    Pengobatan yang biasa diberikan adalah:

    a. Antasidb. Dopamine antagonist prokinetic agent(metoklopramid, domperidone)c. H2-reseptor antagonis (ranitidin, famotodin, cimetidine)d. Pompa proton inhibitor (omeprazol, lansoprazole)e. Apabila disertai infeksiH. Pylori maka diberikan terapi eradikasi:

    Lini I diberikan selama 7 hari (2 x 1)

    Omeprazole 20 mg + Klaritomisin 500 mg + Amoxicilin 1 g atau

    Omeprazole 20 mg + Klaritomisin 500 mg + Metronidazol 400 mg

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    47/48

    Laporan Kasus

    Kristian Wijaya (406117072) 45

    Lini II diberikan selama 14 hari

    Bismuth chelate 120 mg (4 x 1) + Metronidazole 400 mg (3 x 1) +

    tetrasiklin 500 mg (4 x 1) + PPI 20 - 40 mg (2 x 1)

    atau selama 10 hariLevofloksasin 500 mg/hari + amoxicilin 1 g/hari + PPI 2040 mg (2 x 1)

  • 7/23/2019 Presentasi Kasus PEREMPUAN USIA 51 TAHUN DENGAN DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, CYSTITIS KRONIS (ISK) DA

    48/48

    Laporan Kasus

    DAFTAR PUSTAKA

    1. PERKENI. Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 diIndonesia. 2011.

    2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribrata M, Setiadi S. Buku ajar ilmu penyakitdalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing, 2009.1873-915.

    3. NHLBI. JNC 7 the seventh report of the joint national committee on Prevention,Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Desember 2003; USA:

    NIH Publication No. 03-5233.3-16.

    4. Kumar P, Clark M. Kumar & Clarks clinical medicine. 7th ed. Spain: Saunders Elevier,2009. 800-7.

    5. Jawetz E et al. Medical Microbiology. 19th ed , California:Appleton and Lange, 1991.6. McCance KL, Huether SE, Brashers VL, Rote NS. Pathophysiology the biologic basis

    for diseases in adults and children. 6th ed, Canada: Mosby Elsevier, 2010.

    7. Liumbruno G, Bennardelo F, Lattanzzio A, Piccoli P, Rossetti G. Recomendation fortransfusion of red blood cell. Januari 2009