presentasi kasus jiwa

27
GANGGU AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI DEPRESI RINGAN Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul Disusun oleh : Ayu Lidya Rahmah 20070310047 Dokter Penguji : dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ

description

gangguan bipolar

Transcript of presentasi kasus jiwa

Page 1: presentasi kasus jiwa

GANGGU AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI DEPRESI RINGAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian

Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :

Ayu Lidya Rahmah

20070310047

Dokter Penguji :

dr. Vista Nurasti P,Sp.KJ

SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2013

Page 2: presentasi kasus jiwa

HALAMAN PENGESAHAN

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI DEPRESI RINGAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun Oleh:

Ayu Lidya Rahmah

20070310047

Telah disetujui dan dipresentasikan pada tanggal 26 Maret 2013

Oleh :

Dokter Penguji

dr. Vista Nurasti P, Sp.KJ

Page 3: presentasi kasus jiwa

STATUS PSIKIATRI

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdri. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : tidak tama SLTP

Pekerjaan : Penjaga toko kelontong

Bangsa/suku : Indonesia/Jawa

Alamat : Sendang Sari Pajangan Bantul

No. RM : 34.xx.xx

Tanggal masuk rumah sakit : 14 Maret 2013

2. ANAMNESIS

2.1. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit (Keluhan Utama)

Pasien datang ke rumah sakit karena ingin meneruskan pengobatan rutin setiap

bulannya. Saat ini OS masih merasakan malas untuk bekerja dan sedikit sulit untuk

tertidur sehingga sering mengantuk, OS juga masih merasa malu dan tidak percaya

diri untuk bertemu dengan orang dan merasa banyak yang dipikirkan dan jika sedang

banyak pikiran pasien merasa menjadi bingung dan sedih.

2.2. Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit Sekarang)

sumber 1 2

Nama Ny.P Bp.S

Umur 53 tahun 65 tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki

Alamat Sama dengan pasien Sebelah rumah pasien

Pekerjaan Pegawai toko kelontong Tukang kayu

pendidikan SLTP SLTA

Hubungan Kakak kandung ibu Tetangga

Lama kenal Sejak lahir ± 1 tahun

Sifat perkenalan Dekat jauh

Page 4: presentasi kasus jiwa

Autoanamnesis

Pasien datang ke poli jiwa RS Panembahan Senopati karena ingin meminta

obat rutin. Pasien berobat rutin di poli jiwa sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu.

Awalnya pasien sering melamun sejak SLTP kemudian saat berada di kelas 3

pasien tidak mau meneruskan sekolah lagi, kemudian pasien menjadi sering

mengamuk, jika diberi tahu oleh ibunya pasien selalu marah-marah. Pasien sering

berbicara sendiri, terlebih lagi jika sedang mendengarkan lagu india pasien kemudian

membayang-bayangkan menjadi seperti artis tersebut kemudian merasa tidak sadar

dan merasa namanya dipanggil-panggil. Pasien sering kumat-kumatan, terlebih lagi

sejak tidak bersekolah pasien menganggur dari tahun 2003 sampai 2008, selama 5

tahun ini pasien mengaku kumat beberapa kali. Kemudian ditahun 2007 pasien

bekerja di pabrik garment, Pasien merasa senang karena banyak teman di tempat

bekerja dan karena jam kerja yang dimulai dari pukul 8 pagi sampai 4 sore pasien

menjadi jarang melamun lagi. Kemudian di tahun 2008 setelah 8 bulan bekerja pasien

terkena PHK. Kemudian Pasien hanya menganggur dirumah saja, Pasien sering

bermain dirumah temannya yang sudah memiliki keluarga, namun jika bermain sering

tidak ingat waktu sampai temannya tersebut memarahinya. Pasien juga sering merasa

sakit hati karena pernah dikatai oleh temannya berlebihan sejak saat itu pasien sering

melamun dan mendengarkan lagu india lagi, pasien menjadi sering bicara sendiri dan

sering senyum-senyum sendiri. Jika pasien sedang kumat pasien merasa menjadi

berani dan percaya diri.

Pada tahun 2008 pasien sempat dibawa ke RSUD P.Senopati Bantul namun

setelah 4 kali berobat pasien menolak berobat lagi, jika diberitahu oleh ibu nya pasien

akan mengamuk dan marah-marah pasien juga tidak mau meminum obatnya karena

merasa tidak sakit. Pada tahun 2011 pasien sempat mondok di bangsal jiwa RSUP Dr.

Sardjito karena geleng-geleng dan bicara sendiri. Kemudian pengobatan diteruskan

lagi di RSUD P.Senopati Bantul. Pasien merasa sedih, tidak stabil sering sulit tidur

karena memikirkan banyak dosa, merasa ingin mati saja karena merasa tidak berguna.

Pasien ingin bekerja kembali di pabrik garment tempatnya bekerja dulu karena sering

dipermasalahkan oleh pacarnya yang ingin pasien bekerja di pabrik garmen namun

ibu pasien melarang, Kemudian sejak tahun 2011 akhir pasien diajak oleh budhe nya

untuk bekerja di toko kelontong tempatnya bekerja sampai saat ini. Saat ini pasien

merasa sedih, tidak berguna, malu dengan orang-orang. Terkadang sering melamun

tentang masa depan, Pasien merasa takut masa depannya akan buruk, takut jika suatu

Page 5: presentasi kasus jiwa

saat nanti tidak mendapatkan pekerjaan pasien juga takut menjadi miskin. Pasien juga

merasa takut untuk menikah karena merasa takut tidak dapat berbuat apa-apa untuk

suaminya. Pasien bermimpi ingin bahagia sukses dan dapat memiliki pikiran normal

dan bisa sembuh dari sakitnya ini.

Alloanamnesis

Alloanamnesis dilakukan dengan budhe nya yang sehari-hari tinggal bersama

pasien sejak kurang lebih 1 tahun terakhir. Dari anamnesis, diketahui pasien memang

sering melamun dan menjadi pendiam sejak masuk di bangku SLTP. Kemudian saat

tidak mau meneruskan sekolah, pasien hanya menganggur saja dirumah, pasien

menjadi mudah marah dan mengamuk, terlebih lagi bila diperingatkan oleh ibu

pasien, pasien akan marah dan mengamuk. Budhe pasien juga mengatakan pasien

sempat di PHK dari tempat kerjanya di pabrik garment karena teman-temannya

mengadukan sakitnya kepada bos pasien di pabrik. Menurut budhe pasien, Pasien

pernah sampai melempari rumah tetangganya dengan batu hingga kaca jendela pecah.

Pasien juga sering berkeliaran di kampungnya, pasien sering berbicara sendiri dan

senyum-senyum sendiri. Menurut budhe pasien, pasien pernah dirawat di RSUP DR.

Sardjito selama 13 hari. Selama tinggal dengan budhe pasien sejak kurang lebih 1

tahun yang lalu, pasien terlihat sedih dan murung. Pasien juga tampak tidak begitu

bersemangat dan sangat pemalu jika bertemu dengan orang baru.

Alloanamnesis kedua dilakukan oleh tetangga pasien, menurut bapak S, pasien tidak

pernah keluar dan bersosialisasi, bpk S dan tetangga lain hanya mengetahui bahwa

pasien adalah keponakan dari Ny.P yang mulai tinggal dengan Ny. P sejak kurang

lebih 1 tahun yang lalu dan ikut bekerja ditempat kerja Ny. P.

2.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan

Kemandirian)

Sistem Saraf : nyeri kepala (-), demam (-), tremor (-)

Sistem Kardiovaskular : nyeri dada (-), edema kaki (-)

Sistem Respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), pilek(-)

Sistem Digestiva : BAB normal, mual (-), muntah (-), diare (-), sulit makan

(-), Sakit perut (-)

Sistem Urogenital : BAK normal

Page 6: presentasi kasus jiwa

Sistem Integumentum : warna biru pada kuku (-), keringat (-), biru-biru (-)

Sistem Muskuloskeletal : edema (-), nyeri sendi (+), bengkak sendi (-), nyeri otot

(+) , kelemahan otot (-).

Secara organik, tidak terdapat kelainan apapun. Pada pasien terdapat sedikit

hambatan yang mengganggu dalam fungsi sosial yang disebabkan oleh gangguan

dari aspek kejiwaan.

Secara sosial, OS menarik diri dari lingkungan karena merasa malu, sulit

bergaul seperti biasa terlebih dengan orang baru, namun OS biasa melakukan

aktivitas ringan sehari-hari tanpa harus di bantu maupun disuruh oleh orang lain.

2.4. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu

2.4.1. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik

Tidak ada

Faktor Psikososial (Stressor Psikososial)

Pasien berhenti bekerja sebagai buruh pabrik garment

Faktor Predisposisi

Penyakit keturunan disangkal oleh narasumber.

Faktor Presipitasi

Dari penuturan narasumber alloanamnesis, narasumber tidak

mengetahui apa yang menjadi masalah. Pasien juga mengaku tidak

memiliki masalah.

2.4.2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Tidak ada

Riwayat Sakit Berat/Opname

Mondok di RSUP DR. Sardjito tahun 2011 karena sering geleng-

geleng dan bicara sendiri.

2.5. Riwayat Keluarga

2.5.1. Pola Asuh Keluarga

Autoanamnesis

Page 7: presentasi kasus jiwa

Pasien adalah ke 4 dari 5 bersaudara, sejak 1 tahun terakhir tinggal

bersama budhe nya, sebelumnya pasien tinggal bersama ibu ayah tiri dan

adiknya, pasien mengatakan dia hidup dikeluarga yang tidak begitu

harmonis, Ayah kandung pasien meninggal saat TK, kemudian ibu pasien

menikah lagi. Ayah tiri dan Ibu pasien sering cek-cok dan sejak 8 bulan

terakhir pisah ranjang dan berencana untuk bercerai karena ibu pasien

dipukul oleh ayah tiri pasien.

2.5.2. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari hasil autoanamnesis didapatkan keluarga tidak ada yang

memiliki kelainan serupa dengan pasien.

2.5.3. Silsilah Keluarga

Dari hasil autoanamnesis, didapat informasi silsilah keluarga pasien

adalah :

GENOGRAM KELUARGA

Tn W dan Ny. S (14 maret 2013)

Keterangan :

: pasien

: tinggal satu rumah

: meninggal

Page 8: presentasi kasus jiwa

Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala klinis

2001 2004 2005 2008 2011 2012

Fungsi peran

2.6. Riwayat Pribadi

2.6.1. Riwayat Kelahiran

Pasien tidak tahu bagaimana proses kelahirannya, namun menurut budhe

pasien, pasien lahir di bidan dan sehat.

2.6.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Menurut pengakuan budhe pasien, perkembangan mental pasien sejak kecil

sama dengan teman-teman sebayanya yang berada di sekitar tempat tinggal mereka

2.6.3. Perkembangan Awal

Tumbuh kembang seperti anak-anak pada umumnya.

2.6.4. Riwayat Pendidikan

SD : lulus dengan baik

SMP : tidak lulus

SMA : tidak sekolah

2.6.5 Riwayat Pekerjaan :

Pada tahun 2007 pasien bekerja sebagai buruh di pabrik garment,

kemudian setelah 8 bulan bekerja pasien di PHK, kemudian menganggur

sampai tahun 2011 akhir pasien bekerja di toko kelontong sebagai pelayan

bersama budhe nya.

2.6.5. Riwayat Perkembangan Seksual

Tidak ada deviasi seksual.

Page 9: presentasi kasus jiwa

2.6.6. Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual

Agama Islam

Sholat kadang-kadang

Kecenderungan ke arah fanatisme agama disangkal

2.6.7. Riwayat Perkawinan :

Pasien belum pernah menikah

2.6.8. Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian Premorbid)

Ramah

Jarang menceritakan masalah pribadinya

2.6.9. Hubungan Sosial

Menurut autoanamnesis, pasien tidak memiliki masalah dalam

hubungan dengan tetangga namun pasien tidak pernah ber sosialisasi lagi

dengan tetangga karena malu dan takut jika teringat saat pasien kumat dan

mengamuk dan ditempat tinggalnya saat ini pasien malu untuk bersosialisasi

dengan orang-orang dilingkungannya.

2.6.10. Kebiasaan

Os senang menggambar dan mendengarkan musik india maupun musik

dangdut.

2.6.11. Status Sosial Ekonomi :

Keluarga OS merupakan keluarga yang berkecukupan. Bangunan

rumahnya adalah bangunan permanen dan milik sendiri. Keadaan rumah

bersih dan nyaman. Terdapat halaman kecil di depan rumah.

2.6.12. Riwayat Khusus

Pengalaman militer (-)

Urusan dengan polisi (-)

2.6.13. Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis

Dapat dipercaya

3. PEMERIKSAAN FISIK

3.1. Status Praesens

3.1.1. Status Internus

Tanggal Pemeriksaan: 14 maret 2013

Keadaan Umum : Compos Mentis

Page 10: presentasi kasus jiwa

Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan.

Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital

- Tekanan Darah : 110/70 mmHg.

- Nadi : 78x/menit.

- Respirasi : 20 x/menit.

- Suhu : afebris

Kepala :

- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan

- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher :

- Inspeksi : leher tampak bersih.

- JVP : tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax

- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler

- Sistem Respirasi : wheezing (-), RBK (-), vesikuler (+)

Abdomen

Sistem Gastrointestinal : bising usus (+), NT (-)

Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan, nyeri tekan (-)

Sistem Integumentum : tidak ditemukan kelainan, keringat (-)

Kelainan Khusus: (-)

Kesan Status Internus : dalam batas normal

3.1.2. Status Neurologis

Kepala dan Leher : Dalam batas normal

Tanda Meningeal : (-)

Nervi Kranialis : tidak dilakukan.

Kekuatan Motorik : dalam batas normal

Sensibilitas : dalam batas normal

Fungsi Saraf Vegetatif : dalam batas normal.

Refleks Fisiologis : tidak dilakukan

Refleks Patologis : Hoffman-Trommner (-)

Page 11: presentasi kasus jiwa

Gerakan Abnormal : (-)

Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)

Kesan Status Neurologis : pemeriksaan yang dilakukan dalam batas

normal.

3.2. Status Psikiatri

Tanggal Pemeriksaan: 14 maret 2013

3.2.1. Kesan Umum

Tampak sedih, malu-malu jika bercerita

No Status Psikiatri Hasil Keterangan1 Kesadaran Kuantitatif : GCS = E4V5M6

Kualitatif : Compos mentisOS sadar penuh tanpa rangsang apapun dapat diajak berkomunikasi dengan baik.

2 Orientasi

Orang : Baik OS dapat mengenal orang dengan baik

Waktu : Baik OS dapat membedakan waktu dan kejadian-kejadian penting dalam hidupnya

Tempat : Baik OS mengetahui dimana sekarang ia berada, dimana tempat tinggal anak keduanya, dimana cucu keduanya berada.

Situasi : Baik OS dapat membedakan suasana saat di rumahnya atau saat bekerja di pasar

34

Sikap/Tingkah lakuPenampilan/rawat diri

KooperatifCukup

Kooperatif : Dapat diajak bicara dengan baikPasien terlihat rapi dan bersih

5 Mood Disforik     OS terlihat sedih dan murung saat bercerita mengenai masalahnya.

6 Afek Appropriate     Os menunjukkan ekspresi sesuai

7     

Pikiran    

a. Bentuk pikiran : realistikApa yang diucapkan pasien sesuai dengan kenyataan    

b. Isi Pikir: Tidak terdapat wahamc. Progresi pikir  

Kuantitatif: berbicara cukup  OS menjawab dan bercerita jika ditanya tentang

riwayat dan masalahnya

Kualitatif : relevan dan koheren

  OS dapat dipahami bicaranya

8 Hubungan Jiwa Baik Mudah dibina hubunganya dengan pemeriksa

9 Perhatian Mudah ditarik mudah dicantum

OS mau menjawab bila ditanya dan mudah dalam memfokuskan diri pada pemeriksa

10 

Persepsi 

Halusinasi :- Halusinasi auditorik (-)- Halusinasi visual (-)

  OS tidak memiliki halusinasi auditorik maupun halusinasi visual

11 Insight Derajat 5 OS menyadari bahwa dirinya sakit dan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya.

Page 12: presentasi kasus jiwa

3.2.2. Mood dan Interest

Depresi

ada

Kecemasan

o Merasa cemas dan khawatir akan masa depannya

Iritabilitas/Sensitivitas

o Tidak mudah tersinggung

3.2.3. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan

Tidak ada

3.2.4. Gejala dan Tanda Lain yang Didapatkan

- Tidak ada.

3.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis

3.3.1. Kepribadian

Tidak dinilai

3.3.2. IQ

Tidak dilakukan tes.

3.3.3. Lain-Lain

Tidak ada.

3.4. Hasil Pemeriksaan Sosiologis

Tidak dilakukan pemeriksaan

Page 13: presentasi kasus jiwa

4. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA

4.1. Tanda-Tanda (Sign)

a. Penampilan

Sikap baik, pakaian biasa, pasien tidak tampak seperti orang sakit.

b. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa.

c. Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)

Kualitas : koheren, relevan

Kuantitas : bicara cukup

4.2. Gejala (Simtom)

a. Afek depresi

b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan sehingga mudah

lelah

c. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

d. Pesimistis

4.3. Kumpulan Gejala (Sindrom)

Pada saat anamnesis, pasien terlihat tenang dan dapat bercerita tentang

dirinya, berikut ini kumpulan gejala yang diperoleh dari anamnesis dengan pasien:

a. Perasaan depresi, berkurangnya energi yaang menuju meningkatnya keadaan

sehingga pasien mudah lelah dan mengantuk.

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang, Rasa bersalah dan tak berguna,

membuat terkadang jadi pesimis.

c. Riwayat pasien dengan episode manik sebelumnya yang ditandai dengan

adanya rasa percaya diri berlebihan, berkurangnya kebutuhan tidur dan

peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor

Kumpulan gejala ini merupakan syarat seseorang menderita gangguan Afektif bipolar

episode kini depresi ringan atau sedang menurut PPDGJ III.

5. DIAGNOSIS BANDING

- Episode depresi ringan (F32)

Page 14: presentasi kasus jiwa

- Skizoafektif tipe depresif (F25.1)

6. PEMBAHASAN

Ganguan afektif bipolar

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang

menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan

gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasan perasaan (mood) serta

peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa

penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang

khas ialah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode, dan insidensi pada

kedua jenis kelamin kurang lenbih sama dibandingkan dengan suasana perasaan (mood)

lainnya. Dalam perbandingan, jarang ditemukan pasen yang menderita hanya episode mania

yang berulang-ulang, dan karena pasien pasien tersebut menyerupai (dalam riwatat keluarga,

kepribadian pre morbid, usia onset, dan prognosis jangka panjang) pasien yang mempunyai

juga episode depresi sekali-kali, maka pasien itu digolongkan sebagai bipolar (F31.8)

Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2minggu

sampai 4-5 bulan (rata-rata sekitar 4 bulan). Depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-

rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada orang usia lanjut usia.

Kedua macam episode itu sering kali menyusul peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma

mental lain, akan tetapi adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis. Episode

pertama bisa timbul pasa setiap usia dari masa kanak-kanak sampai tua.Frekuensi episode

dan pola remisi serta kekambuhan masing-masing amat bervariasi, meskipun remisi

cenderung untuk menjadi makin lama makin pendek sedangkan depresinya menjadi lebih

sering dan lebih lama berlangsung setelah usia pertengahan.

Sekali pun konsep psikosis manik depresif semula meliputi juga pasien-pasien yang

menderita hanya depresi, sekarang istila gangguan atau psikosis manik-depresif digunakan

terutama sebagai sinonim untuk gangguan bipolar.

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll

Untuk menegakkan diagnosa gangguan afektid bipolar, episode kini depresis ringan

atau sedang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi rngan (F32.0) atau pun sedang

(f32.1). Pedoman diagnosis depresi adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta

Page 15: presentasi kasus jiwa

lainnya, lama gejala yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang (Rusdi Maslim,

2001). Sebagaimana tersebut berikut ini :

1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat

1) Afek depresi

2) Kehilangan minat dan kegembiraan

3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah

yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

2. Gejala penyerta lainnya:

1) Konsentrasi dan perhatian berkurang

2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

6) Tidur terganggu

7) Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa

sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek

dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

1) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung

sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

2) Pedoman Diagnostik Episode Depresi Sedang

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan

rumah tangga.

Page 16: presentasi kasus jiwa

Kemudian setelah dipenuhinya kriteria episode depresi harus ada sekurang-kurangnya

satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran dimasa lalu.

7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

7.1. Pemeriksaan Psikologi

Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual

o Terapi suportif

o Sosial skill training

o Terapi okupasi

7.2. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, EKG, EEG, CT Scan)

Tidak perlu dilakukan karena pada pasien ini tidak terdapat gejala-gejala patologik

pada organ.

8. DIAGNOSIS

Aksis I : Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang (F31.3)

Aksis II : tidak terdapat gambaran gangguan kepribadian

Aksis III : tidak terdapat gangguan organik

Aksis IV : occupational problem

Aksis V : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian

biasa.

9. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN

Farmakoterapi

Antidepresan

Golongan SSRIs (Selektive Serotonin Reuptake Inhibitors)

Depresi terjadi karena rendahnya seroronin di pasea sinap. Secara umum

bekerja pada sistem neurotransmiter serotonin dengan cara meningkatkan

jumlah serotonin di pasea sinap. Golongan SSRI bekerja dengan hambatan

bersifat selektif hanya terhadap neurottransmitter serotonin (5HT2) sehingga

Page 17: presentasi kasus jiwa

dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan dibandingkan dengan

golongan trisiklik dan tetrasiklik. Oleh karena itu dapat dianjurkan

penggunaannya untuk semua pasien dari semua golongan usia dan untuk

berbagai macam tipe-tipe depresi. Namun pada pasien ini lebih baik

diberikan golongan trisiklik karena pasien mengalami sulit tidur, dan pasien

berusia relative muda dan tidak memiliki penyakit berat sehingga efek

samping yang ditakutkan pada golongan trisiklik dapat dikesampingkan

pada pasien ini

Amitriptilin

- Antipsikotik

Pilihan terapi yang pertama adalah APG II (SDA = Serotonin dopamin

Antagonis)

Risperidone merupakan turunan benzioxazole, risperidone merupakan

antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadapa reseptor

serotonergi 5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan

reseptor alpha1-adrenergik. Pemilihan antipsikotik ini yang memiliki titik

tangakp pada keempat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya

efek samping ekstrapiramidal sindrom dan sangat efektif mengusir gejala

negatif.

Persidal (risperidone) 2mg 2x ½ rab

- Anti parkinsonism

Pada kasus ini diberikan juga anti parkinsonism karena diberikannya anti

psikotik.

Trihexyphenidyl 2 mg 2x ½ tab

Psikoterapi

o Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.

o Konselling : memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai

realitas, penerimaan terhadap pekerjaannya saat ini.

Page 18: presentasi kasus jiwa

o Sosioterapi : memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan

orang sekitar agar member dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana

kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.

Page 19: presentasi kasus jiwa

10. PROGNOSIS

FA

KT

OR

PR

EM

OR

BID

Indikator Pada Pasien Prognosis

1. Faktor kepribadian

2. Faktor genetik

3. Pola asuh

4. Faktor organik

5. Dukungan keluarga

6. Sosioekonomi

7. Faktor pencetus

8. status perkawinan

9. Kegiatan spiritual

ramah

Tidak ada

Kurang terbuka

tidak ada

Ada

cukup

Tidak diketahui

Tidak menikah

Kurang

Baik

Baik

Buruk

Baik

Baik

Baik

Buruk

Buruk

Buruk

FA

KT

OR

MO

RB

ID

10. Perjalanan penyakit

11. Jenis penyakit

12. Respon terhadap terapi

13. Riwayat disiplin minum

obat

14. Riwayat disiplin kontrol

15. Riwayat peningkatan

gejala

16. Beraktivitas

Kronik

Depresi

Baik

Baik

Baik

Tidak

Baik

baik

Buruk

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam

11. RENCANA FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya serta efektivitas obat,

dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang diberikan.

Pastikan pasien mendapat psikoterapi.

Page 20: presentasi kasus jiwa

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 1993. “Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III”. Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI.

Buku ajar psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :

2010.

Maramis W. F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga university press

2005