Presentasi Anak 2 Kwashiorkor

36
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cicely Williams pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom yang sering ditemukan pada anak di Ghana. Ia sudah menduga bahwa sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi makanan, tetapi belum mengetahui secara pasti defisiensi dari nutrient apa. Akhirnya baru diketahui bahwa defisiensi protein yang menjadi penyebabnya. Sindrom seperti ini kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika Selatan serta daerah daerah termiskin di Eropa. Penyakit ini terdapat pada anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti, karena protein yang bergizi baik yang berasal dari hewan seperti protein susu, , keju, telur, daging dan ikan. Bahan makanan tersebut mahal hargannya sehingga tidak terbayar oleh mereka yang berpenghasilan rendah (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1998). Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh pada kualitas SDM terutama yang terkait 1

description

keperawatan

Transcript of Presentasi Anak 2 Kwashiorkor

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangCicely Williams pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom yang sering ditemukan pada anak di Ghana. Ia sudah menduga bahwa sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi makanan, tetapi belum mengetahui secara pasti defisiensi dari nutrient apa. Akhirnya baru diketahui bahwa defisiensi protein yang menjadi penyebabnya.Sindrom seperti ini kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika Selatan serta daerah daerah termiskin di Eropa. Penyakit ini terdapat pada anak dari golongan penduduk yang berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti, karena protein yang bergizi baik yang berasal dari hewan seperti protein susu, , keju, telur, daging dan ikan. Bahan makanan tersebut mahal hargannya sehingga tidak terbayar oleh mereka yang berpenghasilan rendah (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1998). Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan syarat mutlak menuju pembangunan di segala bidang. Status gizi merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh pada kualitas SDM terutama yang terkait dengan kecerdasan, produktivitas, dan kreativitas (Arief Mansjoer dkk, 2000).Pada data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2008, berdasarkan laporan Kabupaten/Kota, pada tahun 2008 diketahui dari hasil penimbangan pada 2.135.521 balita terdapat 1.554.462 balita (72,79%) yang naik berat badannya, 72.427 balita BGM (3,39%) dan 13.312 balita gizi buruk (0,61%) namun semua balita gizi buruk yang dilaporkan telah ditangani sesuai prosedur. Terjadi penurunan kasus balita gizi buruk tahun 2008 dibandingkan tahun 2007. (www.dinkesjatim.go.id, 2008).Berdasarkan data laporan kabupaten/kota pada tahun 2008 jumlah balita dengan gizi buruk di daerah kabupaten Jember adalah sebanyak 88 orang dengan persentase sebesar 0,08 dari jumlah balita yang ditimbang di Posyandu. Jumlah ini tertmasuk kecil apabila dibandingkan dengan daerah lain di jawa timur, namun pada data tersebut tidak ada satupun kecamatan yang dilaporkan bebas gizi buruk di wilayah kabupaten Jember, menandakan perlu ditingkatkannya promosi kesehatan balita secara meyeluruh diseluruh kecamatan di Kabupaten Jember. Oleh karena itu penulis mengangkat masalah kwashiorkor yang merupakan salah satu jenis gizi buruk yang sering terjadi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah pengertian Kwashiorkor ?2. Apakah etiologi dari Kwashiorkor pada anak?3. Bagaimanakah patofisiologi Kwashiorkor pada anak?4. Apa sajakah tanda dan gejala Kwashiorkor pada anak?5. Bagaimanalah asuhan keperawatan Kwashiorkor pada anak?

1.3 tujuan1. Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit Kwashiorkor2. Mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit (tinjauan medis) dari Kwashiorkor3. Mengetahui dan menentukan asuhan keperawatan pada anak Kwashiorkor.4. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian Defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan yang cukup bergizi dalam waktu lama. Tidak cukup asal anak mendapat makanan banyak saja tetapi harus mengandung nutrien yang cukup, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Istilah dan klasifikasi gizi kurang amat bervariasi, dan masih menjadi masalah yang pelik. Namun secara sederhana, di klinik dipakai istilah malnutrisi energi-protein sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap dibantu dengan pemeriksaan laboratorium. Namun untuk kepentingan praktis di klinis maupun di lapangan, klasifikasinya dengan patokan awal yang membandingkan berat badan terhadap umur (Ngastiyah, 2005).Klasifikasi gangguan giziBerat badan >120% baku: Gizi lebihBerat badan 80-120% baku: Gizi cukup/baikBerat badan 60-80% baku, tanpa edema: Gizi kurang (MEP ringan)Berat badan 60-80% baku, dengan edema: Kwashiorkor (MEP berat)Berat badan lamaPenyerapan usus tergangguAtropi vili ususPencernaan makanan tergangguGangguan pembentukan enzym tripsin, pepsin,pepsinogenGangguan sintesis proteinkwashiorkorDefisiensi proteinKurang pengetahuan nutrisiGangguan pencernaanSindrom malabsorbsiPenyakit infeksi kronisIntake protein rendahdiare Motilitas usus Gangguan pembentukan lipoprotein gangguan pembentukan lipoproteinKulit bersisik & hiperpigmentasigangguan pembentukan lipoproteinKelemahan fisikIntoleransi aktivitasResiko ketidakseimbangan cairan