Preeklamsi Berat
-
Upload
hasnaoktaviani -
Category
Documents
-
view
25 -
download
1
description
Transcript of Preeklamsi Berat
Contoh Proposal Preeklamsi BeratRabu, 21 Januari 2015
contoh proposal preeklamsi berat
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu (AKI) masih cukup besar dan relatif tinggi jika
dibandingkan dengan Negara-negara di ASEAN (Association South of East Asia
Nation). Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meniggal sebagai akibat
komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan yaitu, pendarahan, infeksi, dan
preeklamasi, sehingga diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut WHO menjelaskan bahwa AKI di
Indonesia menduduki peringkat ke 6 dibandingkan Negara-negara ASEAN.
Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar
Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah Negara dimana warga
perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding Negara-negara barat
dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi persalinan.Di Indonesia
yang termasuk Negara berkembang menurut survey SDKI tahun 2012 angka kematian
ibu berkisar 359 per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu menurun sangat lambat
dalam beberapa tahun terakhir ini, sedangkan target MDG’s (Millenium Depelopment
Golds) yang ditegaskan dalam Kepres No.5 tahun 2010 adalah 102/100.000 kelahiran
hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di Negara lain
adalah perdarahan, infeksi dan preeklamsi. Sedangkan angka kematian bayi (AKB)
masih tergolong tinggi yaitu 32/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).
Jawa barat menempati urutan ketiga provinsi, dengan Angka kematian ibu
akibat preeklamsi berat yaitu (37,69%) melahirkan terburuk profil dinas kesehatan
tahun 2012) Angka kematian bayi baru lahir di Jawa Barat adalah 4.650 dari 1000
kelahiran hidup.
Menurut Dinas Kesehatan Karawang data Angka kematian ibu (AKI) periode
januari-oktober 2013 ada 52 kasus, penyebab utama preeklamsia berat 17 kasus,
perdarahan 15 kasus, infeksi 4 kasus, partus lama 2 dan lain-lainnya 15 kasus.(Dinas
kesehatan Karawang,2013)
Kejadian preeklamsi dan eklamasia sulit dicegah tetapi diagnose dini sangat
menentukan prognosis janin. Pengawasan pada masa kehamilan sangat penting karena
preeklamsi berat dan eklamasia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi,
terutama di Negara berkembang Diagnosis ditetapkan dengan tiga dari trias
preeklamasi yaitu kenaikan berat badan edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat
proteinuria (Manuaba, 2012).
Preeklamsi dan eklamasia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya belum jelas Setelah perdarahan dan
infeksi, preeklamasi dan eklamasi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam kebidanan. Karena itu diagnose dini sangatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati preklamasi ringan agar tidak berlanjut
menjadi eklamasi. Hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya
selama hamil. Jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur sangatlah
penting dalam upaya pencegahan preeklamasi dan eklamasi (Mochtar, 2005).
Berdasarkan data yang menunjukan tingginya angka kejadian preeklamsi pada
ibu bersalin, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Angka
Kejadian Preeklamsi Berat pada ibu Bersalin di RB A Kabupaten karawang tahun
2014.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat uraikan rumusan
masalah tingginya angka kejadian Preeklamsi berat di RB Amanda wadas Periode
Januari- juni tahun 2014.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu
bersalin di RB A tahun 2014.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran angka kejadian peeklamsi berat pada ibu bersalin di RB
Amanda wadas tahun 2014.
b. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin
berdasarkan usia di RB A tahun 2014.
c. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin
berdasarkan paritas ibu di RB A tahun 2014.
d. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin
berdasarkan tingkat pendidikan di RB A tahun 2014.
e. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin
berdasarkan usia kehamilan di RB A tahun 2014.
f. Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin
berasarkan pekerjaan di RB A tahun 2014
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi institusi
Sebagai bahan dokumentasi dan bahan sumber referensi tambahan dalam proses
belajar mengajar dan perencanaan membuat penelitian di tahun 2015.
2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan, keterampilan, serta menambah pengalaman bagi penulis dari
kegiatan yang dilakukan dalam membuat proposal ini.
3. Bagi RB A
Memberikan informasi secara obyektif tentang kejadian pre-eklamsi pada ibu bersalin
sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat perencanaan penelitian tentang
kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin.
E. RUANG LINGKUP
Sesuai judul ruang lingkup penelitian hanya meliputi gambaran kejadian
preeklamsi berat pada ibu bersalin di RB A tahun 2014. Penulis tertarik mengambil
judul tersebut karena angka kejadian masih tergolong tinggi pada periode Januari-juni
tahun 2014 tercatat angka kejadian kasus preeklamsi pada ibu bersalin sebanyak 20
orang.
Dalam hal ini penulis mengambil sampel pada ibu bersalin dengan variable
terkait. Adapun variable yang digunakan dalam penelitian yaitu ibu bersalin yang
mengalami preeklamsi yang dideskrifsikan berdasarkan usia ibu ,paritas, tingkat
pendidikan, dan akibat komplikasi obsetrik.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba,1998).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2010).
B. PREEKLAMSI
1. Pengertian Preeklamsi
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ke-3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnyapada mola hidatidosa
(Prawihardjo, 2005).
Preeklamsi adalah gangguan multisystem dengan etiologi kompleks yang
khusus terjadi selama kehamilan. Biasanya juga didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Milne,
et al. 2005).
Preeklamsi adalah yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Sarwono, 2010).
2. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun
penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju.Semuanya
baru berdasarkan pada teori yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab
preeklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada
teori tersebut antara lain :
a. Peran factor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berkutnya.Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies.
Terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada
kehamilan berikutnya (Prawihardjo, 2005).
b. Peran Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukan peran factor genetik kejadian preeklamsi
antara lain: preeklamsi hanya terjadi pada manusia, terdapat nya kecenderungan
meningkatnya frequensi preeklamsi pada anak-anak dari ibu yang mederita
preeklamasi, kecenderungan meningkatnya frequensi preeklamsi pada anak-anak dan
cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan ipar mereka, peran rennin
angiotensin-aldosteron system (Prawihardjo, 2005)
3. Patofisiologi
Pada preeklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air.Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat artiola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen artiola sedemikian sempitnya sehinga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua artiola mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat
tercukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstial belum diketahui sebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam.Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme
artiola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar, 2005).
4. Gambaran Klinis
Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul
proteinuria. Gejala subjektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium,
penglihatan kabur, mual dan muntah (Mochtar, 2005).
5. Jenis-jenis
a. Preeklamsi ringan.
Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi
disertai proteinuria atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Angsar, 2008)
1) Hipertensi : sistolik/ diastolic kurang lebih 140/90mmHg. Kenaikan Sistolik kurang
lebih 30mmHg dan kenaikan diastolic kurang lebih 15mmHg, cara pengukurannya
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6
jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
per minggu.
3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2 + pada urin.
b. Preeklamsi Berat
Definisi preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik
kurang lebih 160mmHg dan tekanan darah diastolic kurang lebih 110mmHg disertai
proteinuria lebih 5g/24 jam (Sarwono 2010).
Diagnosis preeklamsi digolongkan preeklamsi berat bila ditemukan atau lebih
gejala sebagai berikut :
1.) Tekanan darah sistolik kurang lebih 160mmHg dan tekanan darah diastolic kurang
lebih 110mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2) Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif,
3) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam.
4) Gangguan fisus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur
5) Nyeri epigastrium atau nyeri pada quadran kanan atas abdomen
6) edema paru-paru dan sianosis.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada preeklamsi berat di tinjau dari umur kehamilan dan
perkembangan gejala-gejala preeklamsi berat selama perawatan di bagi menjadi 2
yaitu :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya :yaitu terapi medikamentosa dengan
pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.
b. kedua baru rencana sikap terhadap kehamilannya : yang tergantung pada kehamilan .
sikap terhadap kehamilannya di bagi 2 yaitu :
1) Ekspektatif : konservatif bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan
dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa.
2) Aktif, agresif, bila umur kehamilan 37 minggu ,artinya kehamilan diakhirisetelah
mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
a) Pemberian terapi mendikamentosa:
segera masuk rumah sakit.
tirah baring miring ke kiri
Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.
Pemberian MgSO4 dibagi : dosis awal dan dosis lanjutan.
Menurut (Angsar,2008), Tujuan utama perawatan preeklamsi adalah mencegah
kejang,perdarahan intracranial, mencegah gangguan fungsi organ vital,dan melahirkan
bayi sehat (Wiknjasastro,2008).
Preeklamsi dapat merupakan suatu penyakit yang fatal. Tidak terdapat
program penapisan yang pasti yang tersedia untuk kelainan ini yang sangat penting
untuk memperbaiki hasil akhir ibu dan janin, penentuan persalinan,pencegahan
kejang,pengobatan hipertensi, penatalaksanaan cairan dan asuhan pendukung untuk
berbagai komplikasi organ akhir Preeklamsi berat biasanya memerlukan persalinan
segera.Penatalaksanaan harus mencangkup terapi anti hipertensi dan akhirinya
kehamilan ( Wiknjasastro,2008).
a. Terapi profilaksis kejang,meliputi :
1) Magnesium Sulfat ( MgSO4 ) intravena harus di berikan selama persalinan dan selama
evaluasi awal pasien penderita preeklamsi.
2) MgSO4 di gunakan untuk menghentikan dan / atau mencegah konvulsi tanpa
menyebabkan depresi umum untuk ibu maupun janin.
3) MgSO4 tidak di berikan untuk mengobati hipertensi.
4) Dosis awal : 4 gr MgSO4 di encerkan dalam 10 ml, larutan cairan IV lambat.
5) Dosis lanjutan : diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer per 6 jam atau di
berikan 4 atau 5 gram IV. Selanjutnya maintenance dose di berikan 4 gram IV tiap 4-6
jam.
6) MgSO4 : harus selalu di berikan dengan metode infus terkendali/ pantau untuk
mencegah overdosis yang dapat bersifat fatal.
7) Syarat-syarat MgSO4 : harus tersedia antidotum MgSO4 ,bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10% = 1 gr (10% dalam 10 cc) IV 3 menit ,reflek patella + ,
pernapasan > 16 kali / menit ,tidak ada tanda-tanda distress napas.
8) MgSO4 di hentikan bila ada tanda-tanda intoksasi ,telah 24 jam pasca persalinanatau
24 jam setelah kejang terakhir.
b. Terapi hipertensi meliputi :
1) Obat-obatan anti hipertensi menjaga agar perdarahan intracranial pada ibu tidak
terjadi.
2) Terapi kronis hipertensi sedang tidak akan menunda laju penyakit,memperpanjang
kehamilan atau menurunkan risiko kejang.
3) Tekanan darah ibu tidak boleh diturunkan hingga lebih rendah dari 140/90mmhg
karena tekanan yang lebih rendah akan menurunkan perfusi utero-plasenta.
4) Obat yang paling umum di gunakan selama kehamilan :
a). Nifedifin
Dosis 10-20 per oral, di ulangi setiap 30 menit , maksimum 120mg dalam 24 jam.
b) Labetalol atau atenolol.
Antagonis campuran alfa dan beta dosis 3-4 x 50mg/hari. 10-20mg bolus intravena yang
dapat di ulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300 mg .Alternatif lain infuse
labetalol tanpa berhenti pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat di gunakan dan dititrasi
sesuai dengan kebutuhan.
c) Terminasi kehamilan ,cara persalinan :
Jika tidak sedang dalm proses bersalinan ,periksa serviks dalam kondisi matang untuk
induksi ,mulailah induksi persalinan. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan
syarat nilai bioshop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
5). Seksio sesarea : fetal assement jelek, syarat tetesan oksitosin tidak di penuhi (nilai
bioshop dari 5) atau adanya kontra indikasi tetesan oksitosin dan 12 jam setelah
dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif . pada primigravida lebih di
arahkan untuk di lakukan terminasi dengan seksio sesarea.
a) Kala 1 fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka di lakukan seksio sesarea, fase
aktif amniotom saja, bila 6 jam setelah di amniotom belum terjadi pembukaan lengkap
maka di lakukan seksio sesarea.
b) Kala II harus di persingkat dalam 24 jam dengan partus buatan seperti dengan ekstrasi
vakum atau forceps, jadi ibu di larang mengedan (di lakukan oleh dokter ahli
kandungan). Amniotom sekurang-kurangnya di lakukan 3 menit setelah pemberian
pengobatan medicinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang , bila keadaan
memungkinkan terminasi di tunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid
( Sujiyanti,2009).
6) Komplikasi
Nyeri epigastrium telah menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver
dalam bentuk kemungkinan (Manuaba, 2007 ) :
a. Perdarahan subkapsular.
b. Perdarahan periportal system dan infark liver.
c. Edema parenkim.
d. Peningkatan pengeluaran enzim.
Tekanan darah dapat meningkat sehingga menimbulkan kegagalan kemampuan
system otonom aliran darah system saraf pusat (ke otak) dan menimbulkan berbagai
bentuk kelainan patofisiologis sebagai berikut (Manuaba,2007).
a. Edema otak karena permebilitas kafiler bertambah.
b. Iskemia yang menimbukan infark serebral.
c. Edema perdarahan batang otak dan retina.
d. Dapat terjadi herniasi batang otak yang menekan pusat vital medulla oblongata.
Komlikasi terberat adalah kematian ibu dan janin .Usaha utama ialah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang yang menderita preeklamsi dan eklamsia. Komplikasi di
bawah ini yang biasa terjadi pada preeklamsia berat dan eklamsia (Wibowo dan
rachimhadi,2006).
a. Solusio plasenta komlikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan
lebih sering terjadi pada preeklamsia.
b. Hipofibrinogemia biasanya terjadi pada preeklamsia berat .oleh karena itu dianjurkan
untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus
tersebut.
d. Kelainan mata kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu , dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini
merupakan tanda-gawat akan terjadi apopleksia serebri.
e. Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada preeklamsia/ eklamsia merupakan akibat
vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia ,tetapi ternyata
juga dapat ditemukan pada penyakit lain . Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP yaitu Haemolysis , Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet
Merupakan fungsi hati ,gepatoseluler (peningkatan enzim hati, SGPT, SGOT), gejala
subyektif (cepat lelah ,mual,muntah,nyeri epigastrium), hemolisis akibat kerusakan
membrane eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jernih.
Trombositopenia (< 150.000/cc),agregrasi
g. (adhesi trombosit di dinding vaskuler) kerusakan tromboksan (Vasokontriktor
kuat),lisosom (manuaba ,2007).
h. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra- uterin. Ibu yang menderita
preeklamsia merupakan predisposisi terjadinya kelahiran premature
(Prawirohardjo,2005). Paritas pertama dan paritas lebih dari 5, serta riwayat
kehamilan dan persalinan dengan komplikasi obstetric, dapat memperbesar kematian
perinatal (Prawirohardjo,2005)
C. Gambaran Angka Kejadian Preeklamsia Berat pada Ibu Bersalin
Terutama pada penderita yang mempunyai factor predisposisi terhadap
preeklamsia. Menurut ( Wiknjosastro,2008 ). Faktor predisposisi /risiko tersebut antara
lain :
1. Usia
Ibu dengan di bawah umur 20 tahun dan semua ibu dengan usia diatas 35 tahun
dianggap lebih rentan. Bahwa umur reproduksi sehat pada wanita berkisar antara 20-
35 tahun. Preeklamsi yang meningkat di usia muda dihubungkan belum sempurnanya
organ-organ yang ada di tubuh wanita untuk berproduksi,selain itu factor psikologis
yang cendrung kurang stabil juga meningkatkan kejadian preeklamsi di usia muda.
Bertambahnya umur hingga saat ini penyebab preeklamsi dan eklamsia belum
diketahui dengan pasti,penyakit ini masih di sebut Disease of theory.Namun demikian,
perhatian harus ditunjukan wanita berkaitan dengan perubahan pada system
kardiovaskulernya dan secara teoritis peeklamsia dihubungkan dengan adanya patologi
pada endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah.Preeklamsi-eklamsia
hampir secara eklusif merupakan penyakit pada nulipara. Biasanya terdapat pada
wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada
wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat
mendapatkan preeklamsi dibandingkan usia lebih muda (Karkata,2006).
2. Paritas.
Primigravida memiliki insiden hipertensi hampir dua kali lipat.Sebaiknya
melahirkan setelah umur 20 tahun, Jarak persalinan 2-3 tahun dan berhenti
melahirkan setelah umur 35 tahun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang.Telah di
buktikan bahwa kelahiran ke lima atau grandemultivara dan seterusnya akan
meningkatkan kematian ibu dan janin (Roeshadi,2004) menurut (Prawirohadjo,2005 )
paritas 2 merupakan paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal.
Primigravida dan multigravida pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko
tinggi untuk preeklamsi-eklamsia.
3. Usia Kehamilan
Preeklamsi biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20
Trimester II-III atau aterem (Bobak,2005) Jika kurang dari 20 minggu (Preterem) dan
lebih dari 42 minggu (Posterem) ada gejala preeklamsi contohnya kenaikan tekanan
darah tinggi bisa dilakukan pemeriksaan proteinuria jika hasilnya tidak terdapat maka
diaknosa tersebut bisa mengarah ke hipertensi gestasional. Pada kondisi kehamilan
normal proses apoptosis yang berperan dalam sitotrofoblas dan pembaruan proses
permukaan sinsitium dari vyilli korialis, lalu dikeluarkan protein Bcl-2 yang berperan
untuk menghambat apoptosis . Tetapi karena eksresi protein Bcl-2 menurun, maka
proses apoptosis pas sel sinsitiotrofoblas plasenta meningkat, terjadi preeklamsi berat
atau dapat dikarnakan oleh penyempitan arteri spiralis ,yaitu 500, menyebabkan
penghambatan respon yang adekuat terhadap peningkatan aliran darah, jadi pertusi
plasenta yang menurun akan berdampak lepasnyan radikal bebas dan iskemia plasenta
yang merangsang peningkatan apoptosis.semua kejadian yang disebutkan diatas terjadi
seiring dengan makin tuanya usia kehamilan. Hal ini menyebabkan preeklamsi sering
terjadi pada kehamilan aterem (Utama ,2008).sebaiknya menjelang trimester I-III ibu
hamil harus berhati-hati untuk mencegah komlikasi yang lebih berbahaya lagi.
4. Tingkat Pendidikan
Mengatakan pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan
kepribadian, sehingga proses prilaku menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan
kehidupan manusia. Semakin tinggi pendidikan yang didapat seseorang, maka
kedewasannya semakin matang , mereka dengan mudah untuk menerima dan
memahami informasi yang positif. Adapun yang pendidikannya tingkat menengah
sampai dasar sedikit untuk menerima informasi dengan baik. Kaitannya dengan
masalah kesehatan , dari buku safe motherhood menyebutkan bahwa wanita yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi cendrung memperhatikan kesehatan dirinya.
Sehingga di masa-masa kehamilanpun sangat memperhatikan kehamilannya.
Adapun tingkat pendidikan menurut (Soekamto,2005).
a. Tingkat pendidikan dasar (SD<SMP).
b. Tingkat pendiidikan menengah (SMA).
c. Tingkat pendidikann tinggi (Perguruan Tinggi ).
5. Pekerjaan
Pekerjaan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan
keluarganya Kesibukan social lain serta kenaikan tingkat partisipasi dalam
angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja di kebutuhan
masyarakat menyebabkan cendrung kurang akan memperhatikan kesehan dirinya
(Arifin,2005).
Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran
darah .begitu juga bila terjadi pada seseorang ibu hamil dimana peredaran darah
dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
akibat adanya tekanan dari pembesaran Rahim . Semakin bertambahnya usia
kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah
dalam rangka memenuhi kebutuhan proses kehamilan .oleh karenanya pekerjaan boleh
tetap dilakukan , asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai kantor,
adminitrasi perusahaan ,atau mengajar . Semuanya untuk kelancaran peredaran darah
dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsi berat.
(Notoadmojo,2008)
C. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Gambaran angka kejadian preeklamsia berat pada ibu bersalin
Di RB A tahun 2014
Usia (Karkata,2006) Paritas (Prawirohadjo,2005) Usia kehamilan (Utama,2008) Tingkat pendidikan (Soekamto,2005) Pekerjaan (Arifin,2005)Preeklamsia berat pada ibu bersalin
Faktor imunologis Faktor genetik
(Karkata,2006.Roeshadi,2004.Blobak,2005.Soekamto,2005.Arifin,2005.Prawirohardjo,2
005)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variable yang lain dari
masalah yang ingin di teliti (Notoatmodjo,2010).
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung
diamati atau diukur .konsep haya dapat diamati atau diukur melalui konstruksi atau
yang lebih di kenal dengan nama variable. Jadi variable adalah symbol atau
lambangyang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu
yang bervariasi (Notoatmodjo,2010).
Konsep-konsep atau variable –variabel berdasarkan tinjauan pustaka yang telah
diuraikan pada bab II adalah usia, paritas , usia kehamilan ,tingkat
pendidikan ,pekerjaan. Preeklamsi bisa mengakibatkan kematian ibu dan kematian
janin.
Bagan 3.1
Kerangka konsep
Preeklamsia berat
Usia
Paritas
Usia kehamilan
Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
B. Definisi Oprasional
Tabel 3.2
Definisi operasional
No VariabelDevinisiOperasional
AlatUkur
Hasil ukur Skala ukur
1 Preeklamsi berat
Penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,proteinuriaDan oedema yang timbul karna kehamilan, tekanan darah lebih160,diastolic kurang lebih 110,proteinuria 4+ (Sarwono,2010)
MencatatData dari rekam medik
1. Tidak preeklamsi berat2. Preeklamsi berat
Ordinal
2 Usia ibu Lama waktu hidup yang dihitung mulai dari lahir sapai sekarang (Krakata,2006)
Mencatat data dari rekam medic
1. usia 20-35 tahun.2. usia <20 tahun3. usia >35 tahun
Ordinal
3 Paritas Jumlah anak yang telah di lahirkan oleh ibu (Prawirohardjo, 2005)
Mencatat data dari rekam medic
1. Multi(2-3)2. Primi(1)3.Grande(>4)
Ordinal
4 Usia kehamilan
Pre-eklamsia biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20,dihitung dari Haid pertama haid terakhir (Utama,2008).
Mencatat data dari rekam medic
1. Aterem (37-42 minggu)2.Preterem (<36minggu)3. posterem (.42 minggu)
Ordinal
5 Pendidikan Ibu Sekolah formal terakhir responden yang diikuti danmendapat ijazah. (Soekamto,2005)
Mencatat data dari rekam medic
1.Tinggi (PT)2. Sedang SMP – SMA3. Rendah (Tidak tamat SD – Tidak sekolah)
Ordinal
6 Pekerjaan Ibu Suatu kegiatan yang Mencatat 1. Tidak Nominal
dilakukan dan menghasilkan yang bertujuan untuk menafkahi diri dan keluarganya. (Arifin,2005)
data dari rekam medic
Bekerja2. Bekerja
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode yang penulis gunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan Cross Sectional, dimana variable independen dan variable dependen
diukur dalam waktu yang bersamaan yang terjadi di RB A kabupaten karawang
periode januari-juni 2014.
B. Waktu dan Lokasi
1. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan mei 2014.
2. Lokasi
Lokasi dilaksanakan di RB A
C. Pupolasi dan Sample
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian jumlah
populasi yang di ambil sebanyak 200 orang baik normal maupun preeklamsi berat,
sampel yang di ambil 20 orang,
2. Sample penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti, 20 orang dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoamodjo, 2012) .Sample penulisan yang diambil adalah seluruh ibu
bersalin yang mengalami preeklamsia berat yang terdaftar di RB A Kecamatan Lemah
abang kabupaten karawang periode januari-juni 2014 dengan teknik pengambilan
sample menggunakan random sampling.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini menggunakan data ini menggunakan data sekunder
dengan melihat catatan dari rekam medik pasien ibu bersalin yang mengalami
preeklamsia berat di RB A Kabupaten Karawang periode Januari-Juni 2014.
E. Pengolahan data dan analisa data
1. Pengolahan data
Pengolahan data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk pengecekan.
b. Coding
Setelah data selesai di edit lalu dilakukan coding yaitu mengubah data berbentuk
kalimat huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Entry data.
Memindahkan data dari master data kedalam table
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data selesai dimasukkan, atau responden perlu
di cek di cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-
kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pengoreksian.
2.Analisis data
Analisis data (analisis deskriptif).
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable .Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable.
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
P = F X 100%
N
Keterangan
P = Jumlah data yang di dapat
F= Ibu hamil yang preeklamsi
N = Jumlah populasi
DAFTAR PUSTAKA
Blobak, Et Al. 2005.BUKU AJAR KEPERAWATAN MATERNITAS.Edisi 4.EGC. JakartaHastuti,2011PREEKLAMASIA DALAM KEHAMILANhttp://BIDANKUTUTI.BLOGSPOT.com/2011/06/PREEKLAMASIA DALAM KEHAMILAN.htmlManuaba,IBG.2010.ILMU KEBIDANAN,PENYAKIT KANDUNGAN DAN KELUARGA BERENCANA EDISI 2.EGC. JakartaNotoadmodjo, Soekidjo.2012. METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.Rineka Cipta JakartaPrawirohardjo, Sarwono.2012. ILMU KEBIDANAN .Edisi 4.Volume Ketiga.PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.JakartaRukiyah, Yeyen. 2010. ASUHAN KEBIDANAN IV PATOLOGI KEBIDANAN. Volume pertama. CV Trans Info Media.JakartaWaugh Jason.2012.PATOLOGI PADA KEHAMILAN MANAJEMEN DAN ASUHAN KEBIDANAN.Buku kedokteran EGC.Jakarta
Diposkan oleh halimah tul sa'diah di 02.44
Reaksi:Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
BerandaLangganan: Entri (Atom)Mengenai Saya
halimah tul sa'diah Lihat profil lengkapku
Arsip Blog ▼ 2015 (1)o ▼ Januari (1) contoh proposal
preeklamsi beratTemplate Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.