Preeklamsi Berat

24
Contoh Proposal Preeklamsi Berat Rabu, 21 Januari 2015 contoh proposal preeklamsi berat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angka kematian ibu (AKI) masih cukup besar dan relatif tinggi jika dibandingkan dengan Negara-negara di ASEAN (Association South of East Asia Nation). Setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meniggal sebagai akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan yaitu, pendarahan, infeksi, dan preeklamasi, sehingga diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut WHO menjelaskan bahwa AKI di Indonesia menduduki peringkat ke 6 dibandingkan Negara- negara ASEAN. Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah Negara dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding Negara-negara barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi

description

proposal

Transcript of Preeklamsi Berat

Page 1: Preeklamsi Berat

Contoh Proposal Preeklamsi BeratRabu, 21 Januari 2015

contoh proposal preeklamsi berat

BAB I

PENDAHULUAN

                                                                                  

A.    LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu (AKI) masih cukup besar dan relatif tinggi jika

dibandingkan dengan Negara-negara di ASEAN (Association South of East Asia

Nation). Setiap tahun diperkirakan  529.000 wanita di dunia meniggal sebagai akibat

komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan yaitu, pendarahan, infeksi, dan

preeklamasi, sehingga diperkirakan terdapat angka kematian maternal sebesar 400 per

100.000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut WHO menjelaskan bahwa AKI di

Indonesia menduduki peringkat ke 6 dibandingkan Negara-negara ASEAN.

Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar

Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah Negara dimana warga

perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding Negara-negara barat

dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi persalinan.Di Indonesia

yang termasuk Negara berkembang menurut survey SDKI tahun 2012 angka kematian

ibu berkisar 359 per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu menurun sangat lambat

dalam beberapa tahun terakhir ini, sedangkan target MDG’s (Millenium Depelopment

Golds) yang ditegaskan dalam Kepres No.5 tahun 2010 adalah 102/100.000 kelahiran

hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di Negara lain

Page 2: Preeklamsi Berat

adalah perdarahan, infeksi dan preeklamsi. Sedangkan angka kematian bayi (AKB)

masih tergolong tinggi yaitu 32/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012).

Jawa barat menempati urutan ketiga provinsi, dengan Angka kematian  ibu

akibat preeklamsi berat yaitu (37,69%) melahirkan terburuk profil dinas kesehatan

tahun 2012) Angka kematian bayi baru lahir di Jawa Barat adalah 4.650 dari 1000

kelahiran hidup.

Menurut Dinas Kesehatan Karawang data Angka kematian ibu (AKI) periode

januari-oktober 2013 ada 52 kasus, penyebab utama preeklamsia berat 17 kasus,

perdarahan 15 kasus, infeksi 4 kasus, partus lama 2 dan lain-lainnya 15 kasus.(Dinas

kesehatan Karawang,2013)

Kejadian preeklamsi dan eklamasia sulit dicegah tetapi diagnose dini sangat

menentukan prognosis janin. Pengawasan pada masa kehamilan sangat penting karena

preeklamsi berat dan eklamasia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi,

terutama di Negara berkembang Diagnosis ditetapkan dengan tiga dari trias

preeklamasi yaitu kenaikan berat badan edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat

proteinuria (Manuaba, 2012).

Preeklamsi dan eklamasia merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya belum jelas Setelah perdarahan dan

infeksi, preeklamasi dan eklamasi merupakan penyebab kematian maternal dan

perinatal paling penting dalam kebidanan. Karena itu diagnose dini sangatlah penting,

yaitu mampu mengenali dan mengobati preklamasi ringan agar tidak berlanjut

menjadi eklamasi. Hal ini hanya bisa diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya

selama hamil. Jadi jelaslah bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur sangatlah

penting dalam upaya pencegahan preeklamasi dan eklamasi (Mochtar, 2005).

Berdasarkan data yang menunjukan tingginya angka kejadian preeklamsi pada

ibu bersalin, penulis tertarik  untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Angka

Kejadian Preeklamsi Berat pada ibu Bersalin di RB A  Kabupaten karawang tahun

2014.

B. RUMUSAN MASALAH

Page 3: Preeklamsi Berat

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis dapat uraikan rumusan

masalah tingginya angka kejadian Preeklamsi berat di RB Amanda wadas Periode

Januari- juni tahun 2014.

C. TUJUAN PENULISAN

            1. Tujuan umum

Untuk mengetahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu

bersalin di RB A tahun 2014.

            2. Tujuan khusus

a.       Diketahuinya gambaran angka kejadian peeklamsi berat pada ibu bersalin di RB

Amanda wadas tahun 2014.

b.      Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin

berdasarkan usia  di RB A tahun 2014.

c.       Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin

berdasarkan paritas ibu di RB A tahun 2014.

d.      Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin

berdasarkan tingkat pendidikan di RB A tahun 2014.

e.       Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin

berdasarkan usia kehamilan di RB A tahun 2014.

f.       Diketahuinya gambaran angka kejadian preeklamsi berat pada ibu bersalin

berasarkan pekerjaan di RB A tahun 2014

D. MANFAAT PENELITIAN

            1. Bagi institusi

Sebagai bahan dokumentasi dan bahan sumber referensi tambahan dalam proses

belajar mengajar dan perencanaan membuat penelitian di tahun 2015.

            2. Bagi penulis

Page 4: Preeklamsi Berat

Menambah pengetahuan, keterampilan, serta menambah pengalaman bagi penulis dari

kegiatan yang dilakukan dalam membuat proposal ini.

            3. Bagi RB A

Memberikan informasi secara obyektif tentang kejadian pre-eklamsi pada ibu bersalin

sehingga dapat dijadikan tolak ukur untuk membuat perencanaan penelitian tentang

kejadian preeklamsi berat  pada ibu bersalin.

E. RUANG LINGKUP

Sesuai judul ruang lingkup penelitian hanya meliputi gambaran kejadian

preeklamsi berat pada ibu bersalin di RB A tahun 2014.  Penulis tertarik mengambil

judul tersebut karena angka kejadian masih tergolong tinggi pada periode Januari-juni

tahun 2014 tercatat angka kejadian kasus preeklamsi pada ibu bersalin sebanyak 20

orang.

Dalam hal ini penulis mengambil sampel pada ibu bersalin dengan variable

terkait. Adapun variable yang digunakan dalam penelitian yaitu ibu bersalin yang

mengalami preeklamsi yang dideskrifsikan berdasarkan usia ibu ,paritas, tingkat

pendidikan, dan akibat komplikasi obsetrik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A.    PERSALINAN

            Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba,1998).

            Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2010).

      B. PREEKLAMSI

            1.  Pengertian Preeklamsi

Page 5: Preeklamsi Berat

Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan

edema yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan

ke-3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnyapada mola hidatidosa

(Prawihardjo, 2005).

Preeklamsi adalah gangguan multisystem dengan etiologi kompleks yang

khusus terjadi selama kehamilan. Biasanya juga didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu (Milne,

et al. 2005).

Preeklamsi adalah  yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan

proteinuria (Sarwono, 2010).

2. Etiologi

Penyebab preeklamsi saat ini tidak bisa diketahui dengan pasti, walaupun

penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju.Semuanya

baru berdasarkan pada teori yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab

preeklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada

teori tersebut antara lain :

a.       Peran factor imunologis

Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada

kehamilan berkutnya.Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama

pembentukan blocking antibodies.

Terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada

kehamilan berikutnya (Prawihardjo, 2005).

b.      Peran Faktor Genetik

Beberapa bukti yang menunjukan peran factor genetik kejadian preeklamsi

antara lain: preeklamsi hanya terjadi pada manusia, terdapat nya kecenderungan

meningkatnya frequensi preeklamsi pada anak-anak dari ibu yang mederita

preeklamasi, kecenderungan meningkatnya frequensi preeklamsi pada anak-anak dan

cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan ipar mereka, peran rennin

angiotensin-aldosteron system (Prawihardjo, 2005)

3. Patofisiologi

Page 6: Preeklamsi Berat

Pada preeklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam

dan air.Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat artiola glomerulus. Pada beberapa

kasus, lumen artiola sedemikian sempitnya sehinga hanya dapat dilalui oleh satu sel

darah merah. Jadi jika semua artiola mengalami spasme, maka tekanan darah akan

naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat

tercukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstial belum diketahui sebabnya,

mungkin karena retensi air dan garam.Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme

artiola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar, 2005).

4. Gambaran Klinis

Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul

proteinuria. Gejala subjektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium,

penglihatan kabur, mual dan muntah (Mochtar, 2005).

5. Jenis-jenis

a.      Preeklamsi ringan.

Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi

disertai proteinuria atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Angsar, 2008)

                      1)  Hipertensi : sistolik/ diastolic kurang  lebih 140/90mmHg. Kenaikan Sistolik kurang

lebih 30mmHg dan kenaikan diastolic kurang lebih 15mmHg, cara pengukurannya

sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6

jam.

                      2)  Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih

per minggu.

                      3)  Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2 + pada urin.

   b. Preeklamsi Berat

Definisi preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik

kurang lebih 160mmHg dan tekanan darah diastolic kurang lebih 110mmHg disertai

proteinuria lebih 5g/24 jam (Sarwono 2010).

Diagnosis preeklamsi digolongkan preeklamsi berat bila ditemukan  atau lebih

gejala sebagai berikut :

Page 7: Preeklamsi Berat

                   1.) Tekanan darah sistolik kurang lebih 160mmHg dan tekanan darah diastolic kurang

lebih 110mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat

dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

                      2)  Proteinuria lebih 5g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif,

                      3)  Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam.

                      4)  Gangguan fisus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,   skotoma dan

pandangan kabur

                      5)  Nyeri epigastrium atau nyeri pada quadran kanan atas abdomen

                      6)  edema paru-paru dan sianosis.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada preeklamsi berat  di tinjau dari umur kehamilan dan

perkembangan gejala-gejala preeklamsi berat selama perawatan  di bagi menjadi 2

yaitu :

a.      Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya :yaitu terapi medikamentosa  dengan

pemberian obat-obatan untuk penyulitnya.

b.      kedua baru rencana sikap terhadap kehamilannya : yang tergantung pada kehamilan .

sikap terhadap kehamilannya di bagi 2 yaitu :

1)      Ekspektatif : konservatif bila umur kehamilan < 37 minggu, artinya: kehamilan

dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa.

2)      Aktif, agresif, bila umur kehamilan 37 minggu ,artinya kehamilan diakhirisetelah

mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.

a)      Pemberian terapi mendikamentosa:

         segera masuk rumah sakit.

         tirah baring miring ke kiri

         Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang.

         Pemberian MgSO4 dibagi : dosis awal dan  dosis lanjutan.

Menurut (Angsar,2008), Tujuan utama perawatan preeklamsi adalah mencegah

kejang,perdarahan intracranial, mencegah gangguan fungsi organ vital,dan melahirkan

bayi sehat (Wiknjasastro,2008).

Page 8: Preeklamsi Berat

Preeklamsi dapat merupakan suatu penyakit yang fatal. Tidak terdapat

program penapisan yang pasti yang tersedia untuk kelainan ini yang sangat penting

untuk memperbaiki hasil akhir ibu dan janin, penentuan persalinan,pencegahan

kejang,pengobatan hipertensi, penatalaksanaan cairan dan asuhan pendukung untuk

berbagai komplikasi organ akhir Preeklamsi berat biasanya memerlukan persalinan

segera.Penatalaksanaan harus mencangkup terapi anti hipertensi dan akhirinya

kehamilan ( Wiknjasastro,2008).

                 a. Terapi profilaksis kejang,meliputi :

1)      Magnesium Sulfat ( MgSO4 ) intravena harus di berikan selama persalinan dan selama

evaluasi awal pasien penderita preeklamsi.

2)      MgSO4 di gunakan untuk menghentikan dan / atau mencegah konvulsi tanpa

menyebabkan depresi  umum untuk ibu maupun janin.

3)      MgSO4 tidak di berikan untuk mengobati hipertensi.

4)      Dosis awal  : 4 gr MgSO4 di encerkan dalam 10 ml, larutan cairan IV lambat.

5)      Dosis lanjutan : diberikan infuse 6 gram dalam larutan Ringer per 6 jam atau di

berikan 4 atau 5 gram IV. Selanjutnya maintenance dose di berikan 4 gram IV tiap 4-6

jam.

6)      MgSO4 : harus selalu di berikan dengan metode infus terkendali/ pantau untuk

mencegah overdosis yang dapat bersifat fatal.

7)      Syarat-syarat MgSO4 : harus tersedia antidotum MgSO4 ,bila terjadi intoksikasi yaitu

kalsium glukonas 10% = 1 gr (10% dalam 10 cc) IV 3 menit ,reflek patella + ,

pernapasan > 16 kali / menit ,tidak ada tanda-tanda distress napas.

8)      MgSO4 di hentikan bila ada tanda-tanda intoksasi ,telah 24 jam pasca persalinanatau

24 jam setelah kejang terakhir.

b. Terapi hipertensi meliputi :

1)      Obat-obatan anti hipertensi menjaga agar perdarahan intracranial pada ibu tidak

terjadi.

2)      Terapi kronis hipertensi sedang tidak akan menunda laju penyakit,memperpanjang

kehamilan atau menurunkan risiko kejang.

Page 9: Preeklamsi Berat

3)      Tekanan darah ibu tidak boleh diturunkan hingga lebih rendah dari 140/90mmhg

karena tekanan yang lebih rendah akan menurunkan perfusi utero-plasenta.

4)      Obat yang paling umum di gunakan selama kehamilan :

a). Nifedifin

Dosis 10-20 per oral, di ulangi setiap 30 menit , maksimum 120mg dalam 24 jam.

b)   Labetalol atau atenolol.

Antagonis campuran alfa dan beta dosis 3-4 x 50mg/hari. 10-20mg bolus intravena yang

dapat di ulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300 mg .Alternatif lain infuse

labetalol tanpa berhenti pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat di gunakan dan dititrasi

sesuai dengan kebutuhan.

                                       c) Terminasi kehamilan ,cara persalinan  :

Jika tidak sedang dalm proses bersalinan ,periksa serviks dalam kondisi matang untuk

induksi ,mulailah induksi persalinan. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan

syarat nilai bioshop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.

5). Seksio sesarea : fetal assement jelek, syarat tetesan oksitosin tidak di penuhi (nilai

bioshop dari 5) atau adanya kontra indikasi tetesan oksitosin dan 12 jam setelah

dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif . pada primigravida lebih di

arahkan untuk di lakukan terminasi dengan seksio sesarea.

a) Kala 1 fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka di lakukan seksio sesarea, fase

aktif amniotom saja, bila 6 jam setelah di amniotom belum terjadi pembukaan lengkap

maka di lakukan seksio sesarea.

b) Kala II harus di persingkat dalam 24 jam dengan partus buatan seperti dengan ekstrasi

vakum atau forceps, jadi ibu di larang mengedan (di lakukan oleh dokter ahli

kandungan). Amniotom sekurang-kurangnya di lakukan 3 menit setelah pemberian

pengobatan medicinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang , bila keadaan

memungkinkan terminasi di tunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid

( Sujiyanti,2009).

  6) Komplikasi

Nyeri epigastrium telah  menunjukkan telah terjadinya kerusakan pada liver

dalam bentuk kemungkinan (Manuaba, 2007 ) :

Page 10: Preeklamsi Berat

a.       Perdarahan subkapsular.

b.      Perdarahan  periportal system dan infark liver.

c.       Edema parenkim.

d.      Peningkatan pengeluaran enzim.

Tekanan darah dapat meningkat  sehingga menimbulkan kegagalan kemampuan

system otonom aliran darah system saraf pusat (ke otak) dan menimbulkan berbagai

bentuk kelainan patofisiologis  sebagai berikut (Manuaba,2007).

a.       Edema otak karena permebilitas kafiler bertambah.

b.      Iskemia yang menimbukan infark serebral.

c.       Edema perdarahan batang otak dan retina.

d.      Dapat terjadi herniasi batang otak yang menekan pusat vital medulla oblongata.

Komlikasi terberat adalah kematian ibu dan janin .Usaha utama ialah melahirkan

bayi hidup dari ibu yang yang menderita preeklamsi dan eklamsia. Komplikasi di

bawah ini yang biasa terjadi pada preeklamsia berat dan eklamsia (Wibowo dan

rachimhadi,2006).

a.       Solusio plasenta komlikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan

lebih sering terjadi pada preeklamsia.

b.      Hipofibrinogemia biasanya terjadi pada preeklamsia berat .oleh karena itu dianjurkan

untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

c.       Hemolisis Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini

merupakan kerusakan sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati

yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus

tersebut.

d.      Kelainan mata kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai

seminggu , dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini

merupakan tanda-gawat akan terjadi apopleksia serebri.

e.       Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada preeklamsia/ eklamsia merupakan akibat

vasospasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia ,tetapi ternyata

juga dapat ditemukan pada penyakit lain . Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui

dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

Page 11: Preeklamsi Berat

f.       Sindroma HELLP yaitu Haemolysis , Elevated Liver Enzymes dan Low Platelet

Merupakan fungsi hati ,gepatoseluler (peningkatan enzim hati, SGPT, SGOT), gejala

subyektif (cepat lelah ,mual,muntah,nyeri epigastrium), hemolisis akibat kerusakan

membrane eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jernih.

Trombositopenia (< 150.000/cc),agregrasi

g.      (adhesi trombosit di dinding vaskuler) kerusakan tromboksan (Vasokontriktor

kuat),lisosom (manuaba ,2007).

h.      Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra- uterin. Ibu yang menderita

preeklamsia merupakan predisposisi terjadinya kelahiran premature

(Prawirohardjo,2005). Paritas pertama dan paritas lebih dari 5, serta riwayat

kehamilan dan persalinan dengan komplikasi obstetric, dapat memperbesar kematian

perinatal (Prawirohardjo,2005)

C. Gambaran Angka Kejadian Preeklamsia Berat pada Ibu Bersalin

Terutama pada penderita yang mempunyai factor predisposisi terhadap

preeklamsia. Menurut ( Wiknjosastro,2008 ). Faktor predisposisi /risiko tersebut antara

lain :

1.      Usia

Ibu dengan di bawah umur 20 tahun dan semua ibu dengan usia diatas 35 tahun

dianggap lebih rentan. Bahwa umur reproduksi sehat pada wanita berkisar antara 20-

35 tahun. Preeklamsi yang meningkat di usia muda dihubungkan belum sempurnanya

organ-organ yang ada di tubuh wanita untuk berproduksi,selain itu factor psikologis

yang cendrung kurang stabil juga meningkatkan kejadian preeklamsi di usia muda.

Bertambahnya umur hingga saat ini penyebab preeklamsi dan eklamsia belum

diketahui dengan pasti,penyakit ini masih di sebut Disease of theory.Namun demikian,

perhatian harus ditunjukan wanita berkaitan dengan perubahan pada system

kardiovaskulernya dan secara teoritis peeklamsia dihubungkan dengan adanya patologi

pada endotel yang merupakan bagian dari pembuluh darah.Preeklamsi-eklamsia

hampir secara eklusif merupakan penyakit pada nulipara. Biasanya terdapat pada

wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada

wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat

mendapatkan preeklamsi dibandingkan usia lebih muda (Karkata,2006).

Page 12: Preeklamsi Berat

2.      Paritas.

Primigravida memiliki insiden hipertensi hampir dua kali lipat.Sebaiknya

melahirkan setelah umur 20 tahun, Jarak persalinan 2-3 tahun dan berhenti

melahirkan setelah umur 35 tahun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang.Telah di

buktikan bahwa kelahiran ke lima atau grandemultivara dan seterusnya akan

meningkatkan kematian ibu dan janin (Roeshadi,2004) menurut (Prawirohadjo,2005 )

paritas 2 merupakan paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal.

Primigravida dan multigravida pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko

tinggi untuk preeklamsi-eklamsia.

3.      Usia Kehamilan

Preeklamsi  biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20

Trimester II-III atau aterem (Bobak,2005) Jika kurang dari 20 minggu (Preterem) dan

lebih dari 42 minggu (Posterem) ada gejala preeklamsi contohnya kenaikan tekanan

darah tinggi bisa dilakukan pemeriksaan proteinuria jika hasilnya tidak terdapat maka

diaknosa tersebut bisa mengarah ke hipertensi gestasional. Pada kondisi kehamilan

normal proses apoptosis yang berperan dalam  sitotrofoblas dan pembaruan proses

permukaan sinsitium dari vyilli korialis, lalu dikeluarkan protein Bcl-2 yang berperan

untuk menghambat apoptosis . Tetapi karena eksresi protein Bcl-2 menurun, maka

proses apoptosis pas sel sinsitiotrofoblas plasenta meningkat, terjadi preeklamsi berat

atau dapat dikarnakan oleh penyempitan arteri spiralis ,yaitu 500, menyebabkan

penghambatan respon yang adekuat terhadap peningkatan aliran darah, jadi pertusi

plasenta yang menurun akan berdampak lepasnyan radikal bebas dan iskemia plasenta

yang merangsang peningkatan apoptosis.semua kejadian yang disebutkan diatas terjadi

seiring dengan makin tuanya usia kehamilan. Hal ini menyebabkan preeklamsi sering

terjadi pada kehamilan aterem (Utama ,2008).sebaiknya menjelang trimester I-III ibu

hamil harus berhati-hati untuk mencegah komlikasi yang lebih berbahaya lagi.

4.      Tingkat Pendidikan

Mengatakan pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan

kepribadian, sehingga proses prilaku menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan

kehidupan manusia. Semakin tinggi pendidikan yang didapat seseorang, maka

Page 13: Preeklamsi Berat

kedewasannya semakin matang , mereka dengan mudah untuk menerima dan

memahami informasi yang positif. Adapun yang pendidikannya tingkat menengah

sampai dasar sedikit untuk menerima informasi dengan baik. Kaitannya dengan

masalah kesehatan , dari buku safe motherhood menyebutkan bahwa wanita yang

mempunyai pendidikan lebih tinggi cendrung memperhatikan kesehatan dirinya.

Sehingga di masa-masa kehamilanpun sangat memperhatikan  kehamilannya.

Adapun tingkat pendidikan menurut (Soekamto,2005).

a.       Tingkat pendidikan dasar (SD<SMP).

b.      Tingkat pendiidikan menengah (SMA).

c.       Tingkat pendidikann tinggi (Perguruan Tinggi ).

5.      Pekerjaan

Pekerjaan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan

keluarganya      Kesibukan social lain serta kenaikan tingkat partisipasi  dalam

angkatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja di kebutuhan

masyarakat menyebabkan cendrung kurang akan memperhatikan kesehan dirinya

(Arifin,2005).

Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran

darah .begitu juga bila terjadi pada seseorang ibu hamil dimana peredaran darah

dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan

akibat adanya tekanan dari pembesaran Rahim . Semakin bertambahnya usia

kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah

dalam rangka memenuhi kebutuhan proses kehamilan .oleh karenanya pekerjaan boleh

tetap dilakukan , asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai kantor,

adminitrasi perusahaan ,atau mengajar . Semuanya untuk kelancaran peredaran darah

dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsi berat.

(Notoadmojo,2008)

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Page 14: Preeklamsi Berat

Gambaran angka kejadian preeklamsia berat pada ibu bersalin

Di RB A tahun 2014

    Usia (Karkata,2006)    Paritas (Prawirohadjo,2005)    Usia kehamilan (Utama,2008)    Tingkat pendidikan (Soekamto,2005)    Pekerjaan (Arifin,2005)Preeklamsia berat pada ibu bersalin

    Faktor imunologis    Faktor genetik  

(Karkata,2006.Roeshadi,2004.Blobak,2005.Soekamto,2005.Arifin,2005.Prawirohardjo,2

005)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A.    Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variable yang lain dari

masalah yang ingin di teliti (Notoatmodjo,2010).

Page 15: Preeklamsi Berat

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung

diamati atau diukur .konsep haya dapat diamati atau diukur melalui konstruksi atau

yang lebih di kenal dengan nama variable. Jadi variable adalah symbol atau

lambangyang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu

yang bervariasi (Notoatmodjo,2010).

Konsep-konsep atau variable –variabel berdasarkan tinjauan pustaka yang telah

diuraikan pada bab II adalah usia, paritas , usia kehamilan ,tingkat

pendidikan ,pekerjaan. Preeklamsi bisa mengakibatkan kematian ibu dan kematian

janin.

Bagan 3.1

Kerangka konsep

Preeklamsia berat

Usia

Paritas

Usia kehamilan

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Page 16: Preeklamsi Berat

B. Definisi Oprasional

Tabel 3.2

Definisi operasional

No VariabelDevinisiOperasional

AlatUkur

Hasil ukur Skala ukur

1 Preeklamsi berat

Penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,proteinuriaDan oedema yang timbul karna kehamilan, tekanan darah lebih160,diastolic kurang lebih 110,proteinuria 4+ (Sarwono,2010)

MencatatData dari rekam medik

1. Tidak preeklamsi berat2. Preeklamsi berat

Ordinal

2 Usia ibu Lama waktu hidup yang dihitung mulai dari lahir sapai sekarang (Krakata,2006)

Mencatat data dari rekam medic

1. usia 20-35 tahun.2. usia <20 tahun3. usia >35 tahun

Ordinal

3 Paritas Jumlah anak yang telah di lahirkan oleh ibu (Prawirohardjo, 2005)

Mencatat data dari rekam medic

 1. Multi(2-3)2. Primi(1)3.Grande(>4)

Ordinal

4 Usia kehamilan

Pre-eklamsia biasanya terjadi pada usia kehamilan setelah minggu ke 20,dihitung dari Haid pertama haid terakhir (Utama,2008).

Mencatat data dari rekam medic

1. Aterem (37-42 minggu)2.Preterem (<36minggu)3. posterem (.42 minggu)

Ordinal

5 Pendidikan Ibu Sekolah formal terakhir responden yang diikuti danmendapat ijazah. (Soekamto,2005)

Mencatat data dari rekam medic

1.Tinggi (PT)2. Sedang SMP – SMA3. Rendah (Tidak tamat SD – Tidak sekolah)

Ordinal

6 Pekerjaan Ibu Suatu kegiatan yang Mencatat 1. Tidak Nominal

Page 17: Preeklamsi Berat

dilakukan dan menghasilkan yang bertujuan untuk menafkahi diri dan keluarganya. (Arifin,2005)

data dari rekam medic

Bekerja2. Bekerja

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang penulis gunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan Cross Sectional, dimana variable independen dan variable dependen

diukur dalam waktu yang bersamaan yang terjadi di RB A kabupaten karawang

periode januari-juni 2014.

B. Waktu dan Lokasi

1. Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan mei 2014.

2. Lokasi                          

Lokasi dilaksanakan di RB A

C. Pupolasi dan Sample

1. Populasi      

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian jumlah

populasi yang di ambil sebanyak 200 orang baik normal maupun preeklamsi berat,

sampel yang di ambil 20 orang,

2. Sample penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti, 20 orang  dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoamodjo, 2012) .Sample penulisan yang diambil adalah seluruh ibu

bersalin yang mengalami preeklamsia berat yang terdaftar di RB A Kecamatan  Lemah

Page 18: Preeklamsi Berat

abang kabupaten karawang periode januari-juni 2014 dengan teknik pengambilan

sample menggunakan random sampling.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini menggunakan data ini menggunakan data sekunder

dengan melihat catatan dari rekam medik pasien ibu bersalin yang mengalami

preeklamsia berat di RB A Kabupaten Karawang periode Januari-Juni 2014.

E. Pengolahan data dan analisa data

1. Pengolahan data

Pengolahan data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan melalui tahapan

sebagai berikut:

a.       Editing

Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk pengecekan.

b.      Coding

Setelah data selesai di edit lalu dilakukan coding yaitu mengubah data berbentuk

kalimat huruf menjadi data angka atau bilangan.

c.       Entry data.

Memindahkan data dari master data kedalam table

d.        Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data selesai dimasukkan, atau responden perlu

di cek  di cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pengoreksian.

2.Analisis data

Analisis data (analisis deskriptif).

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable .Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variable.

              Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

P =                F                      X 100%

                      N

Page 19: Preeklamsi Berat

Keterangan

P = Jumlah data yang di dapat

F= Ibu hamil yang preeklamsi

N = Jumlah populasi

DAFTAR PUSTAKA

Blobak, Et Al. 2005.BUKU AJAR KEPERAWATAN MATERNITAS.Edisi 4.EGC. JakartaHastuti,2011PREEKLAMASIA DALAM KEHAMILANhttp://BIDANKUTUTI.BLOGSPOT.com/2011/06/PREEKLAMASIA DALAM KEHAMILAN.htmlManuaba,IBG.2010.ILMU KEBIDANAN,PENYAKIT KANDUNGAN DAN KELUARGA BERENCANA EDISI  2.EGC. JakartaNotoadmodjo, Soekidjo.2012. METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.Rineka Cipta JakartaPrawirohardjo, Sarwono.2012. ILMU KEBIDANAN .Edisi 4.Volume Ketiga.PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.JakartaRukiyah, Yeyen. 2010. ASUHAN KEBIDANAN  IV PATOLOGI KEBIDANAN. Volume pertama. CV Trans Info Media.JakartaWaugh Jason.2012.PATOLOGI PADA KEHAMILAN MANAJEMEN DAN ASUHAN KEBIDANAN.Buku kedokteran EGC.Jakarta

Diposkan oleh halimah tul sa'diah di 02.44 

Reaksi:Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

BerandaLangganan: Entri (Atom)Mengenai Saya

Page 20: Preeklamsi Berat

halimah tul sa'diah Lihat profil lengkapku

Arsip Blog ▼  2015 (1)o ▼  Januari (1) contoh proposal

preeklamsi beratTemplate Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.