BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Preeklamsi a. Pengertian preeklamsi Preeklamsi adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2009: 14). Preeklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang akut pada wanita hamil dan wanita dalam nifas (Sastrawinata, dkk, 2004:68). Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurang perfusi organ akibat vasospasme, aktif endotel (Levenon, dkk, 2009:395). Preeklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan selama masa nifas, yang terdiri atas trias gejala, yaitu hipertensi, proteinuria dan edema, kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda- tanda kelainan vaskulear atau hipertensi sebelumnya (Yulaikhah, 2008:95). 8

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Preeklamsi

a. Pengertian preeklamsi

Preeklamsi adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan

proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan

setelah minggu ke-20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat

perubahan hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani,

2009: 14).

Preeklamsi dan eklamsi adalah penyakit hipertensi yang khas

dalam kehamilan, dengan gejala utama hipertensi yang akut pada wanita

hamil dan wanita dalam nifas (Sastrawinata, dkk, 2004:68).

Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa

berkurang perfusi organ akibat vasospasme, aktif endotel (Levenon, dkk,

2009:395).

Preeklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang

timbul pada ibu hamil, bersalin dan selama masa nifas, yang terdiri atas

trias gejala, yaitu hipertensi, proteinuria dan edema, kadang-kadang

disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-

tanda kelainan vaskulear atau hipertensi sebelumnya (Yulaikhah,

2008:95).

8

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

9

Preeklamsia berat adalah suatu keadaan pada kehamilan

dimana tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolik lebih

dari 110 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6

jam dengan ibu posisi tirah baring (Bobak, 2004:638).

b. Diagnosis preeklamsi

Menurut Corwin, Elizabeth J (2009:487) preeklamsi dapat

didiagnosa dengan cara, pada wanita yang setelah usia kehamil 20

minggu dan dihubungkan dengan penurunan aliran darah plasenta dan

pelepasan mediator kimiawi yang dapat menyebabkan disfungsi sel

endotel vaskular di seluruh tubuh.

Menurut Sastrawinata, dkk (2004:69) preeklamsi dapat

didiagnosa dengan cara, pada wanita yang hamil 20 minggu atau lebih

harus ditemukan hipertensi dengan proteinuria dan edema sekurang-

kurangnya hipertensi dan proteinuria.

1) Dikatakan hipertensi apa bila tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih,

kenaikan 30 mmHg di atas kenaikan biasanya. Tekanan diastolik 90

mmHg atau lebih atau kenaikan 15 mmHg di atas tekanan biasanya.

Tekanan darah ini diperoleh sekurang-kurangnya 2 kali dalam selang

waktu 4 jam.

2) Proteinuria ialah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam

atau sama dengan ≥ 1+ dipstick

3) Edema pada kaki, jari tangan, dan wajah, terutama menetap setelah

bangun tidur (Sarwono, 2009:532).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

10

c. Gejala-gejala preeklamsi

Menurut Sastrawinata, dkk (2004:69-70) gejala-gejala

subjektif yang umum ditemukan pada preeklamsi adalah:

1) Sakit kepala yang hebat karena vasospasme atau edema otak.

2) Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau

edema atau sakit karena perubahan pada lambung.

3) Gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan

kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan vasospasme,

edema, atau ablotio retinae. Perubahan-perubahan ini dapat dilihat

dengan oftalmoskop.

d. Etiologi preeklamsi

Etiologi pasti penyebab preeklamsi belum jelas. Seperti yang

diketahui bahwa permulaan penyakit saat trimester pertama dan kedua

kehamilan dengan masalah plasentasi serta endothelium ibu sebagai sel

target yang memicu manifestasi klinik penyakit. Preeklamsi terus

berkembang seiring bertambahnya usia kehamilan, terjadi secara

bertahap 2 sampai 4 minggu atau berat dan mendadak dalam 24 jam

(Benson, 2008:373).

Menurut Satrawinata, dkk (2004:70) penyebab preeklamsi

belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, faktor predisposisi

penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil:

1) Primigravida.

2) Hiperplasentosis seperti pada kehamilan kembar, anak besar, mola

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

11

hidatidosa dan hidrops fetalis.

3) Mempunyai dasar penyakit vascular seperti hipertensi atau diabetes

militus.

4) Mempunyai riwayat preeklamsi atau eklamsi dalam keluarganya.

e. Patofisiologi preeklamsi

Menurut Cunningham, dkk (2005:644) semua teori yang

memuat tentang preeklamsi harus dapat menjelaskan pengamatan bahwa

hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar, wanita yang kemungkinan

terkena hipertensi:

1) Terpajan virus korion untuk pertama kali.

2) Terpajan virus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada

kehamilan kembar atau mola hidatidosa.

3) Sudah mengidap penyakit vascular.

4) Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil

Walaupun esensial, virus korion tidak harus menunjang janin atau

terletak di dalam uterus.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

12

PATOFISIOLOGI PREEKLAMSI

hipertensi

kejang Iskemia

hepar Trombositopenia

olegoria Solusio

Edema Hemokon Proteinuria

Sentrasi

Bagan 2.1 Patofisiologi Preeklamsi

Sumber : Cunningham, dkk (2005:645).

Penyakit

Vascular Ibu

Ganguan

plasentasi

Trofoblas

berlebihan

Faktor genetik,

imunologik atau inflamasi

Penurunan perfusi

uteroplasenta

Zat vasoaktif:

prostaglandin,

nitrat oksida,

endotelin

Aktifitas

endotel Zat perusak :

sitokin,

peroksidase lemak

Vasospasma Kebocoran

kapiler

Aktifitas

koagulasi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

13

Vasopasme adalah hal mendasar dalam patofisiologi

preeklamsi dan eklamsia. Konsep ini didasarkan pada pengamatan

langsung pembuluh darah halus didasar kuku, fundus okuli dan

konjungtiva bulbar dan diperkirakan dari perubahan histologis yang

dijumpai diberbagai organ yang terkena. Konstriksi vascular

menyebabkan resinten terhadap aliran darah dan berperan dalam

timbulnya hipertensi arteri. Vasospasma itu sendiri kemungkinan besar

juga menimbulkan kerusakan pada pembuluh. Selain itu, angiotensin II

menyebabkan sel-sel endotel berkontraksi. Perubahan ini mungkin

menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel

endotel serta menyebabkan kebocorannya konstituen darah, termasuk

trombosit dan fibrinogen yang kemudian mengendap di subendotel,

perubahan vaskuler ini, bersama dengan hipoksia lokal jaringan

disekitarnya, mungkin menyebabkan perdarahan, nekrosis dan berbagai

gangguan end-organ lainya yang dapat dijumpai pada preeklamsi berat.

Pengendapan fibrin cenderung menjadi prominen (Leveno, Kenneth J,

dkk, 2009:396).

f. Klasifikasi Preeklamsi

Menurut Mitayani (2009:16) preeklamsi digolongkan menjadi

2 golongan yaitu:

1) Preeklamsi ringan

a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih, atau kenaikan diastolik 15

mmHg atau lebih dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

14

b) Edema umum, kaki, jari, tangan, dan wajah atau kenaikan berat

badan 1 kg atau lebih perminggu.

c) Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kualitatif 1+

atau 2+ pada urin kateter atau mid stream

2) Preeklamsi berat

a) Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik

110 mmHg.

b) Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.

c) Oligoria jumlah urine kurang dari 500cc per 24 jam.

d) Gangguan serebral, gangguan visual dan rasa nyeri di epigastrum.

e) Edema paru atau sianosis.

g. Komplikasi preeklamsi

Menurut Benson (2008:374) komplikasi pada preeklamsi

terdiri dari:

1) Komplikasi pada ibu

a) Sindrom Hemolysis Elevated Liver enzyme Low Platelet Count

(HELLP) yaitu: mengalami hemolisis (H), peningkatan enzim hati

(EL), dan jumlah trombosit rendah (low platelet, LP).

b) Eklamsia

c) Edema paru

d) Dekompensasi jantung

e) Koagulopati

f) Gagal ginjal

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

15

g) Nyeri epigastrik, gejala-gejala serebral

2) Kelainan pada janin

Terjadinya gawat janin

h. Pencegahan preeklamsi

Beberapa pencegahan Preeklamsi menurut Yulaikhah

(2008:100) meliputi:

1) Lakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur dan bermutu serta teliti.

2) Waspadai kemungkinan Preeklamsi jika ada faktor predisposisi.

3) Beri penyuluhan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, diet

rendah garam, lemak serta karbohidrat, diet tinggi protein, menjaga

kenaikan berat badan.

i. Pengobatan preeklamsi

Tingkat pemulaan, preeklamsi tidak memberikan gejala-gejala

yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, oleh karena itu, diagnosa dini

hanya dapat selama prenatal care yang baik. Pasien hamil hendaknya

diperiksa sekali 2 minggu setelah bulan ke 6 dan seminggu sekali pada

bulan-bulan terakhir, harus ditentukan tekanan darah, penambahan berat,

dan ada atau tidak adanya edema dan proteinuria. Pasien juga harus

mengetahui tanda-tanda bahaya, yaitu sakit kepala, gangguan penglihatan

dan bengkaknya tangan atau muka, jika salah satu dari gejala ini timbul,

ibu harus memeriksakan diri, jangan menunggu pemeriksaan rutin untuk

mencegah terjadinya eklamsi, anak harus lahir dengan kemungkinan

hidup yang besar, pesalinan harus dengan trauma yang sesedikit-dikitnya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

16

dengan upaya menghindari kesulitan pada kehamilan atau persalinan

berikutnya, mencegah hipertensi yang menetap (Sastrawinata, dkk,

2004:73).

Menurut Yulaikhah (2008:100) penanganan preeklamsi terdiri

dari:

1) Preeklamsi ringan

a) Beri diet rendah garam.

b) Beri obat penenang (valium, fenobarbital).

c) Hindari pemberian diuretikum dan antihipertensi.

d) Pantau keadaan janin.

e) Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala

II dengan vakum atau forceps

f) Jika ada indikasi, lakukan Sectio Caesaria (SC).

2) Preeklamsi berat

a) Beri diet rendah garam dan tinggi protein.

b) Pasang infus RL atau asering.

c) Pemantauan tanda-tanda vital.

d) Beri antikonvulsan: obat pilihan MgSO4 (magnesium sulfat),

alternative diazepam.

e) Beri obat antihipertensi: obat pilihan hidralazin, alternative

labetalol, nifidipin, metildopa.

f) Hindari pemberian diuretik, kecuali pada edema umum, edema

paru, gagal jantung kongestif.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

17

g) Persingkat kala II dengan vakum atau forseps.

h) Jika partus pervaginam, dalam 24 jam bayi harus lahir.

i) Hindari pemberian metergin pasca partum, kecuali ada perdarahan

hebat.

j) Jika ada indikasi, lakukan Sectio Caesaria (SC).

j. Pengobatan medisinal preeklamsi

a) Obat anti kejang

a) MgSO4 (magnesium sulfat)

Pada kasus preeklamsi yang berat, magnesium sulfat

yang diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang

efektif tanpa menimbulkan depresi susunan saraf pusat baik pada

ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena

melalui infus kontinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten.

Persalinan dan kelahiran merupakan saat kemungkinan besar

terjadinya kejang, wanita dengan preeklamsi berat biasanya diberi

magnesium sulfat selama persalinan dan selama 24 jam post

partum (Cunningham, dkk, 2005:660).

Keuntungan pemberian magnesium sulfat adalah peningkatan

aliran darah rahim untuk melindungi janin dan peningkatan

prostasiklin untuk vasokontriksi rahim (Bobak, 2004:643).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

18

Cara pemberian magnesium sulfat pada pasien preeklamsi berat

yaitu:

(1) Infus intravena kontinu

(a) Berikan dosis bolus 4 sampai 6 gram magnesium sulfat

yang diencerkan dalam 100 ml cairan intravena dan

diberikan dalam 15-20 menit.

(b) Mulai infus rumatan dengan dosis 2 gram/jam dalam 100

ml cairan intravena.

(c) Magnesium sulfat dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.

(2) Injeksi intramuscular intermiten

(a) Berikan 4 gram magnesium sulfat sebagai larutan 20%

secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1

gram/menit.

(b) Lanjutkan segera dengan 10 gram larutan magnesium

sulfat 40%, separuhnya (5 gram) disuntikan dalam-dalam

di kuadran lateral atas bokong (penambahan 1 ml lidokain

2% dapat mengurangi nyeri).

(c) Setelah 4 jam sesudahnya berikan 5 gram larutan

magnesium sulfat 40% yang disuntikan dalam-dalam ke

kuadran lateral atas bokong bergantian kiri kanan, tetapi

hanya setelah dipastikan bahwa reflek patella masih baik,

tidak terdapat depresi pernapasan, pengeluaran urin

selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

19

(d) Magnesium sulfat dihentikan 24 jam setelah kelahiran

(Cunningham, dkk, 2005:660).

Menurut Achadiat (2004: 13) cara pemberian Magnesium sulfat

yaitu:

(1) Dosis awal (loading dose) 4-6 gram intravena dengan

kecepatan pemberian tidak lebih dari 1 gram/menit.

(2) Diikuti dengan pemberian secara infus (drip) dengan dosis 1,5-

2 gram/jam, agar dicapai kadar serum 4,8-8,4 mg/dL (4-7

mEq/L).

(3) Bila masih terjadi kejang dengan pemberian di atas, dapat

diberikan diazepam 5-10 mg intravena atau amobarbital 250

mg intravena

(4) Penggunaan MgSO4biasanya sampai 24 jam setelah bayi lahir,

atau setelah produksi urine normal kembali.

Syarat pemberian MgSO4:

(1) Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram

dalam 10 cc) diberikan intravena dalam 3 menit.

(2) Frekuensi pernapasan ≥16 kali per menit.

(3) Diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir

(4) Reflek patella positif (Rustam, 2012:146).

Pemberian MgSO4 dihentikan apabila

(1) Ada tanda-tanda intoksikasi.

(2) Setelah 24 jam pasca persalinan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

20

(3) Dalam 6 jam pasca persalinan, sudah terjadi perbaikan (normo-

tensif) (Sastrawinata, 2004:75).

b) Diazepam

Diazepam hanya dipakai jika magnesium sulfat tidak tersedia.

Cara pemberian diazepam:

Pemberian melalui intravena

(1) Dosis awal

Dosis 10 mg intravena pelan-pelan selama 2 menit.

(2) Dosis pemeliharaan

(a) Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan ringer laktat per-

infus.

(b) Depresi pernapasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >

30 mg/jam.

(c) Jangan berikan >100 mg/24 jam (Sastrawinata, 2004:75).

2) Obat antihipertensi

a) Obat pilihan hidralizin: 5 mg intravena pelan-pelan setiap 5 menit,

jika perlu diulang tiap jam atau 12,5mg/2jam.

b) Alternatif: labetalol, nifedipin, metildopa.

(1) Labetalol 10 mg intravena, jika tidak ada respon 20 mg

intravena, dosis dapat dinaikkan sampai 40 hingga 80 mg.

(2) Nefidipin 30 mg/hari peroral.

(3) Metildopan 3X 250-500 mg/hari (Sastrawinata, 2004:75).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

21

k. Penatalaksanaan preeklamsi

Preeklamsi berat pada kehamilan dengan adanya komplikasi

gawat janin dan komplikasi maternal, persalinan harus di lakukan

dengan Sectio Caesaria (Yulaikhah, 2008:101).

Menurut Cunningham, dkk, (2005:595) Sectio Caesaria

dilakukan karena adanya indikasi: riwayat Sectio Caesaria sebelumnya,

distosia persalinan, gawat janin, letak sungsang

Sectio Caesaria adalah sebagai lahirnya janin melalui insisi di

dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)

(Cunningham, dkk, 2005:592).

Post Sectio Caesaria adalah wanita hamil yang pernah

mengalami pembedahan atau Sectio Caesaria untuk mengakhiri

kehamilan sebelumnya, maupun operasi-operasi lain (misalnya

miomektomi) yang irisannya menembus hingga mencapai kavum uteri

(Achadiat, 2003:55).

Sectio Caesaria dilakukan karena adanya indikasi: riwayat

Sectio Caesaria sebelumnya, distosia persalinan, gawat janin, letak

sungsang (Cunningham, dkk, 2005:595).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

22

2. Nifas

a. Pengertian nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali dari

persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti sebelum

hamil (Bahiyatun, 2008:2).

Masa nifas (puerperium) adalah periode dimana dimulai

setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula atau sebelum hamil, yang berlangsung selama

kira-kira 6 minggu (Hamidah & Syafrudin, 2009:110).

Bahaya terbesar terjadi pada masa nifas adalah hemoragi atau

perdarahan. Adanya sebab itu, pengkajian tanda-tanda vital, syok

hipovolemik, tinggi fundus uteri (untuk mengetahui intensi), distensi

urine, sifat dan jumlah lochea, hemostatis perineum, ketidaknyamanan,

bonding attachment, dan status emosional sangat penting dilakukan

untuk mengurangi bahaya masa nifas (Hamidah & Syafrudin, 2009:110).

b. Periode masa nifas

Menurut Bahiyatun (2008:2). Saat masuknya seorang dalam

masa nifas mengalami beberapa periode, periode-periodenya yaitu:

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

23

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin

beberapa minggu, bulan, atau tahun.

c. Perubahan fisiologi pada masa nifas

1) Uterus

Setelah persalinan, caliber pembuluh ekstrauterum berkurang hingga

hampir mencapai keadaan sebelum hamil. Lubang servik berkontraksi

secara perlahan, dan selama beberapa hari setelah persalinan, lubang

ini masih mudah dimasuki oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama,

servik menebal, dan kanalis terbentuk kembali. Os Sternum tidak

pulih secara total ke bentuk pragravidanya.

Os Sternum melebar dan cekungan bilateral di tempat laserasi

menetap sehingga menjadi tanda servik para. Setelah 2 hari pertama,

uterus mulai menciut sehingga dalam 2 minggu uterus telah turun ke

dalam rongga panggul sejati. Uterus memperoleh kembali ukuran pra

hamilnya dalam waktu sekitar 4 minggu (Leveno, dkk, 2009:339).

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi

fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dam

simfisis atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih

sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam 2 minggu telah masuk

ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi

dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya (Saleha, Sitti,

2009:54).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

24

(a) Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Menurut Saleha, Sitti (2009:85) tinggi fundus uteri dan

berat uterus menurut masa involusi yaitu:

(1) Bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat beratnya 1000 gr

(2) 1 minggu tinggi fundus uteri setinggi pertengahan pusat

simpisis beratnya 750gr

(3) 2 minggu tinggi fundus uteri tidak teraba beratnya 500gr

(4) 6 minggu tinggi fundus uteri normal beratnya 50gr

(5) 8 minggu tinggi fundus uteri normal tapi sebelum hamil

b) Uterus biasanya mengalami keadaan sebagai berikut:

(1) Afterpains

Pada multipara, uterus sering berkontraksi dengan kuat pada

intervensi-intervensi tertentu dan menimbulkan afterpains.

Afterpains terutama terasa jika bayi menyusu, karena

memerlukan analgesik, tetapi nyeri umumnya berkurang pada

hari ketiga post partum. Analgesik jika mungkin diberikan

sebelum menyusui karena produksi ASI mengaktifkan

kontraksi uterus dan menyebabkan nyeri (Franser, Diane M

& Margaret A, 2009: 617).

(2) Lochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.

Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang

nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai bau amis/

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

25

anyir seperti darah menstruasi. Lochea yang berbau tidak

sedap menandakan adanya infeksi. Lochea mempunyai

perubahan karena proses involusi. Proses keluarnya darah

nifas atau lochea terdiri dari:

(a) Lochea Rubra/ merah

Lochea yang keluar pada hari 1-4 masa post partum,

cairan yang berwarna merah karena berisi darah segar,

jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo (rambut bayi), dan mekonium.

(b) Lochea Sanguinolenta

Lochea yang keluar pada hari ke 4-7 post partum, cairan

yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

(c) Lochea Serosa

Lochea yang keluar pada hari ke 7-14 post partum,

cairan yang keluar berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit dan robekan/ laserasi

plasenta.

(d) Lochea Alba/ putih

Lochea yang keluar pada 2 sampai 6 minggu, yang

mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput

lender serviks dan serabut jaringan yang mati (Wulandari

&Ambarwati, 2010:78).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

26

(3) Subinvolusi

Kala ini menerangkan penghentian atau retardasi

involusi, proses secara normal pulih ke ukurannya semula

pada masa nifas. Hal ini disertai oleh perdarahan uterus yang

irregular atau berlebihan. Beberapa kausal subinvolusi yang

dikenal adalah retensi potongan plasenta dan endometritis.

Kelainan ini berespon terhadap pemberian terapi antimikroba.

Ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergin) 0,2

mg setiap 3 sampai 4 jam selama 24 hingga 48 jam

dianjurkan oleh sebagian orang.

Kadang-kadang timbul perdarahan untuk yang

serius 1 sampai 2 minggu masa nifas. Hal ini paling sering

disebabkan oleh involusi abnormal tempat perlekatan

plasenta, meskipun dapat juga disebabkan oleh retensi

sebagian plasenta (Leveno, dkk, 2009:339).

2) Saluran kemih

Ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah

melahirkan. Diuresis yang normal dimulai segera setelah bersalin

sampai hari kelima setelah persalinan. Jumlah urin yang keluar dapat

melebihi 3000ml/hari. Kandung kemih pada puerperium mempunyai

kapasitas yang meningkat secara relative, oleh karena itu distensi yang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

27

berlebih, urin residu yang berlebih, dan pengosongan yang

tidak sempurna harus diwaspadai dengan seksama. Ureter dan pelvis

renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada dua

sampai delapan minggu setelah persalinan (Saleha, Sitti,2009:59).

3) Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara

bertahap dalam 6-8 minggu post partum. Penurunan hormon

eksterogen pada masa post partum berperan dalam penipisan mukosa

vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar

minggu ke-4 (Wulandari & Ambarwati, 2010:80).

4) Peritonium dan dinding abdomen

Ligamentum lantum dan teres memerlukan waktu cukup

lama untuk pulih dari peregangan dan pelonggaran yang terjadi.

Dinding abdomen tetap lunak dan lembek akibat ruptur serat elastik

di kulit. Pemulihan struktur ini ke normal, memerlukan waktu

beberapa minggu, dan pemulihan dapat dipercepat dengan senam

(Leveno, dkk, 2009:341).

5) Darah

Biasanya selama beberapa hari pertama post partum,

konsentrasi hematrokit meningkat kira-kira 5% di atas nilai sebelum

kelahiran, pada pasien-pasien dengan kelahiran per vaginam tanpa

komplikasi, meskipun perdarahan rata-rata 500 ml tentu saja volume

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

28

darah menurun kira-kira 20% pada hari ke lima post partum. Setelah

kelahiran dengan Sectio Caesaria terjadi penurunan hematokrit kira

5% pada hari kelima post partum akibat perdarahan rata-rata 100ml

(Benson, Ralph C. 2008:273)

6) Penurunan berat badan

Terjadi penurunan berat badan sekitar 5 sampai 6 kg akibat

evaluasi uterus dan pengeluaran darah normal, Selain itu, biasanya

terjadi penurunan lebih lanjut sebesar 2 hingga 3 kg melalui diuresis.

Sebagian besar wanita hampir mencapai kembali berat badan pra

hamil mereka dalam 6 bulan setelah melahirkan, tetapi masih

memiliki surplus 1,4 kg. (Leveno, dkk, 2009:341).

7) Payudara

Produksi ASI keluar sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone

estrogen menurun yang akan meningkatkan kadar prolaktin

danproduksi ASI pun dimulai ( Bahiyatun, 2008:8)

d. Tanda-tanda bahaya nifas

Tanda-tanda bahaya pada masa nifas menurut Tri Sunarsih dan

Vivuan Nanny (2011: 198) yaitu :

1) Perdarahan lewat jalan lahir.

Pencegahan dan penanganan perdarahan pasca persalinan dapat

menggunaan oksitosin. Uterotonika adalah zat yanag digunakan

Untuk meningkatkan kontraksi uterus. Uterotonik banyak digunakan

untuk induksi, penguatan persalinan, pencegahan serta penanganan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

29

perdarahan post partum, penegndapan perdarahan akibat abortus

inkomplet dan penanganan aktif pada Kala III persalinan. Oksitosin

atau uterotonika adalah obat yang merangsang kontraksi uterus

(Theodorus, 2004:209).

2) Keluar cairan berbau dari jalan lahir.

3) Demam lebih dari 2 hari.

4) Bengkak di muka, tangan, atau kaki disertai sakit kepala dan atau

kejang.

5) Nyeri dan panas di daerah tungkai.

6) Payudara bengkak, berwarna kemerahan dan sakit.

7) Puting susu lecet.

8) Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak

peduli pada bayinya.

e. Pengawasan post partum

Konsep pengawasan post partum adalah early mobilization dan

early lactation. Early mobilization bertujuan agar lochea segera keluar

sehingga tidak terjadi lochea statis, yang dapat menjadi sumber infeksi

puerperium. Early loctation bertujuan agar laktasi dapat membantu

pemulihannya kembali organ internal dan pengeluaran lochea karena

kontraksi otot rahim akibat pengeluaran oksitosin (Manuaba, 2003:62).

Menurut Manuaba (2003:62) dalam pengawasan post partum,

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, adalah sebagai berikut:

1) Konsep early mobilization dan early lactation.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

30

2) Evaluasi kejiwaan ibu postpartum.

3) Masalah diet, miksi, dan defekasi sebaiknya lancar.

4) Masalah pengeluaran lochea diharapkan sesuai dengan persalinan

normal.

5) Perawatan payudara sehingga secara dini dapat memberikan laktasi

untuk kepentingan tumbuh kembang janin.

6) Bagi ibu yang bekerja perlu diperhatikan, cuti hamil persalinan.

7) Nasehat yang perlu diperhatikan.

a. Diet tinggi kalori, protein, dan mineral.

b. Pakaian sering diganti karena locheanya.

c. Upaya dapat memberikan ASI ekslusif.

d. Senam post partum sehingga pulihnya jaringan penyangga alat

reproduksi dapat segera tercapai.

8) Pemeriksaan akhir masa puerperium, khususnya serviks uteri, sehinga

kesembuhannya dapat berjalan dengan baik untuk menghindari infeksi

akut atau menahun. Lakukan pemeriksaan Pap Smear untuk mencari

kemungkinan porsio karsinoma, khususnya bagi multipara.

9) Anjurkan untuk memakai KB sehingga interval kehamilan melebihi

umur anak ke 3-4 tahun.

f. Penatalaksanaan post Sectio Caesaria

Perawatan post operasi setelah dari ruang operasi, pasien akan dibawa

keruang pemulihan,di ruang ini berbagai pemeriksaan akan dilakukan

meliputi: pemeriksaan tingkat kesadaran,sirkulasi pernafasan, tekanan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

31

darah, suhu tubuh, jumlah urin yang tertampung di kantong urin, jumlah

darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan lochea untuk

memastikan tidak ditemukan gumpalan darah yang abnormal atau

perdarahan yang berlebih (Kasdu, 2003:64)

1) Perawatan post Sectio Caesaria antara lain:

a) Analgesia

Mepiridin 75 sampai 100 mg dapat diberikan secara intramuscular,

paling sering setiap 3 jam sesuai kebutuhan untuk menghilangkan

nyeri, atau morfin sulfat 10 sampai 15 mg dengan cara pemberian

yang sama. Pemberian narkotik biasanya disertai antiemetik,

misalnya promotizin 25 mg. Pada periode pasca operasi dini,

mepiridin atau morfin intravena melalui pompa yang dikendalikan

oleh pasien bahkan merupakan alternatif yang lebih efektif dari

pada terapi bolus (Cunningham, dkk 2005:615).

Menurut Kasdu (2003:69) cara mengurangi rasa sakit

atau perih, beberapa dokter akan memberikan obat mengurangi rasa

sakit dan akan melapisi perut dengan lipatan handuk atau kain dan

menghindari menggunakan celana dalam mini yang ketat karena

akan menekan jahitan bekas operasi.

b) Tanda –tanda vital

Tanda-tanda vital setelah dipindahkan, wanita yang bersangkutan

sekarang dievaluasi paling sedikit setiap jam selama minimal 4

jam, dan tekanan darah, nadi, jumlah urin, jumlah perdarahan, serta

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

32

status fundus diperkirakan setiap 4 jam, demikian juga suhu tubuh

(Cunningham, dkk 2005:615).

c) Terapi cairan dan makanan

Secara umum, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam

pertama setelah pembedahan. Namun apabila pengeluaran urin

turun di bawah 30 ml/jam, wanita tersebut harus segera di re-

evaluasi. Penyebab oligouria dapat berkisar dari pengeluaran darah

yang diketahui sampai efek antidiuretik dari infus oksitosin

(Cunningham, dkk 2005 : 615).

d) Fungsi kandung kemih dan usus

Kateter kandung kemih umumnya dapat dilepas dalam waktu 12

jam setelah operasi atau yang lebih enak keesokan pagi setelah

pembedahan. Pada kasus nonkomplikata, makanan padat dapat

diberikan dalam 8 jam setelah pembedahan (Cunningham, dkk

2005:616). Staf perawat juga akan mencatat dan memeriksa air seni

yang keluar dan tertampung di kantung urin selama ibu masih

menggunakan kateter. Kateter digunakan, sampai ibu merasa kuat

bangun dari tempat tidur (Kasdu,2003:66).

e) Ambulasi

Pada sebagian besar kasus, satu hari setelah pembedahan pasien

seyogyanya dapat turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan

paling sedikit dua kali. Waktu ambulasi dapat diatur sehingga

analgetik yang baru diberikan dapat mengurangi rasa nyeri. Pada

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

33

hari kedua pasien dapat berjalan dengan bantuan. Dengan ambulasi

dini, thrombosis vena dan emboli paru jarang terjadi (Cunningham,

dkk 2005:616).

Menurut Kasdu (2003:72) ibu yang baru melahirkan

dengan Sectio Caesaria agar segera menggerakkan anggota

tubuhnya. Gerak tubuh ini akan membantu ibu memperoleh

kembali kekuatan dengan cepat dan memudahkan kerja usus besar

serta kandung kemih, paling tidak sampai ibu bisa buang gas.

Aktifitas ini juga akan membantu mempercepat organ-organ tubuh

kembali bekerja seperti semula. Meskipun demikian, ibu tetap

berada di ranjang selama enam jam pertama setelah operasi. Pada

saat ini gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan

lengan, tangan, dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera

kembali normal. Apabila gerakan ini masih terasa berat, setidaknya

12 jam setelah Sectio Caesaria sudah mampu untuk menggerakkan

kaki dan tungkai bawah. Ibu mulai duduk pada jam ke-8 sampai ke-

12 setelah Sectio Caesaria. Ibu dapat berjalan apabila mampu pada

24 jam setelah Sectio Caesaria.

f) Perawatan luka

Insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit (atau klip) diangkat

pada hari keempat setelah pembedahan. Pada hari ketiga post

partum mandi dengan pancuran tidak membahayakan insisi

(Cunningham, dkk, 2005:616).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

34

Menurut Kasdu (2003:66) jahitan bekas luka di perut ibu

akan ditutup oleh kain kasa lembut. Kasa perut harus dilihat satu

hari pasca bedah. Apabila basah dan berdarah harus di buka dan

diganti, umumnya, kasa perut dapat diganti pada hari ke 3-4

sebelum pulang.

g) Pemeriksaan laboratorium

Hematokrit secara rutin diukur pada hari setelah pembedahan.

Apabila hematokrit menurun secara bermakna dibanding dengan

kadar pra operasi, pemeriksaan diulang dan dilakukan pemeriksaan

untuk mengidentifikasi penyebab penurunan tersebut. Apabila

hematokrit yang rendah itu stabil, pasien dapat diambulasi tanpa

kesulitan dan apabila sedikit kemungkinan untuk pengeluaran

darah lebih lanjut, pasien lebih baik diberi terapi suplemen besi

untuk memperbaiki keadaan hematologisnya dari pada diberi

tranfusi (Cunningham, dkk, 2005:616).

h) Perawatan payudara

Menyusui dapat dimulai pada hari pembedahan. Apabila pasien

memilih untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk

menopang payudara tanpa terlalu menekan dan biasanya dapat

mengurangi rasa nyeri (Cunningham, dkk, 2005:616).

Menurut Kasdu (2003:82) cara menghindari rasa nyeri di

perut saat menyusui yaitu: tidak menyentuh daerah bekas operasi

ibu bisa menyusui sambil berbaring miring (apabila belum sangup

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

35

duduk) atau membaringkan bayi diatas bantal, kemudian diletakkan

di pangkuan.

i) Pemulangan dari Rumah Sakit

Apabila pasien tidak mengalami penyulit dalam masa nifas, pasien

umumnya dipulangkan pada hari ke tiga sampai ke empat post

partum (Kasdu 2003:73).

j) Mencegah infeksi pasca operasi

Morbidibitas demam cukup sering dijumpai setelah Sectio Cesaria.

Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis

tunggal yang diberikan pada saat Sectio Cesaria akan secara

bermakna mencegah infeksi. Infeksi panggul pasca operasi

merupakan penyebab tersering demam dan tetap terjadi pada

sekitar 20% wanita walaupun mereka telah diberi antimikroba

profilaksis partum (Cunningham, dkk, 2005:616).

2) Perawatan post persalinan preeklamsi

Edema serebral, edema paru, gangguan ginjal dapat terjadi

24-36 jam post persalinan. Setelah persalinan 6 jam pertama resistensi

(tahanan) perifer meningkat. Akibatnya, terjadi peningkatan kerja

ventrikel kiri (left ventricular work load). Bersamaan dengan itu

akumulasi cairan interstitial masuk ke dalam intravaskular. Perlu

terapi lebih cepat dengan atau tanpa diuretik. Banyak perempuan

dengan hipertensi kronik dan Superimposed preeklamsi, mengalami

penciutan volume darah (hipovolemia).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

36

Bila terjadi perdarahan post persalinan, sangat berbahaya bila diberi

cairan kristaloid ataupun koloid, karena lumen pembuluh darah telah

mengalami vasokonstriksi. Terapi terbaik bila terjadi perdarahan

adalah pemberian transfusi darah (Prawirohardjo, 2009:559).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

37

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

38

B. Teori Manajemen Kebidanan

Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek

kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau

proses manajemen kebidanan. Langkah-langkah manajemen kebidanan

tersebut adalah

1. Langkah I (Tahap pengumpulan data dasar)

Langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai

dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus

dan pemeriksaan penunjang.

Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan

langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang

dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak

dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus

komprehensif meliputi data subjektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan

sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid

(Estiwidani, dkk, 2008:134).

Data yang dikumpulkan pada masa post partum adalah sebagai

berikut: catatan pasien sebelumnya seperti catatan perkembangan ante dan

intranatal, lama post partum, catatan perkembangan suhu, denyut nadi,

pernapasan, tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan laporan

pemeriksaan tambahan. Catatan obat-obatan yang diberikan seperti

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

39

(Ketorolac, Cefotaksin, Nepidipin. Dopamet, Amoxilin, Tablet besi, Vit C,

B complek, Asam mefenamat), riwayat kesehatan ibu seperti mobilisasi,

buang air kecil, buang air besar, nafsu makan, ketidak nyamanan atau rasa

sakit, kekhawatiran, makanan bayi, reaksi bayi, reaksi proses melahirkan

dan kelahiran, kemudian pemeriksaan fisik bayi, tanda vital. Kondisi

payudara, puting susu, pemeriksaan abdomen, kandung kemih, uterus,

lochea mulai warna, jumlah dan bau. Pemeriksaan perineum: seperti adanya

edema, inflamasi, hematoma, pus, luka bekas episiotomi, kondisi jahitan,

ada tidaknya hemoroid. Pemeriksaan ekstermitas seperti ada tidaknya

varises, reflek, dan lain-lain (Wildan & Alimul, 2008:65).

2. Langkah II (Interpretasi data dasar)

Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau

masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga

dapat dirumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Baik rumusan

diagnosa maupun masalah , keduanya harus diganti. Meskipun masalah

tidak dapat diartikan sebagai diagnosa, tetapi tetap membutuhkan

penanganan (Soepardana, Suryani, 2007:99).

Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan

adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan

dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosa kebidanan:

a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

40

b. Berhubungan lansung dengan praktek kebidanan.

c. Memiliki ciri khas kebidanan.

d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.

e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

(Estiwidani, dkk, 2008:134)

Interpretasi data dasar yang akan dilakukan adalah beberapa data

yang ditemukan pada saat pengkajian postpartum seperti

a. Diagnosa

1) Postpartum hari pertama.

2) Perdarahan nifas.

3) Post Sectio Cesaria.

4) Dan lain-lain.

b. Masalah

1) Kurangnya informasi.

2) Tidak pernah ANC.

3) Dan lain-lain (Wildan & Alimul, 2008:76).

3. Langkah III (Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil

mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah

potensial ini benar-benar terjadi ( Hidayati & Mufdlilah, 2008:75)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

41

Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi

masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan

terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau

diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan

langkah yang bersifat antisipasi yang rasio atau logis (Estiwidani, dkk,

2008:135)

Beberapa hasil dari interpretasi data dasar dapat digunakan dalam

identitas diagnosa atau masalah potensial pada masa postpartum, serta

antisipasi terhadap masalah yang timbul (Wildan & Alimul, 2008:66).

1. Langkah IV (Menentukan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi

manajemen bukan haya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Dalam

kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi

atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerjaan

sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

42

ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan

kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang palig tepat dalam menejemen

asuhan kebidanan.

Bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas

masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan

tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah

potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan

segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam

rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara

mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Estiwidani, dkk,

2008:136).

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakkan segera atau masalah

potensial pada masa postpartum. Langkah ini dilakukan untuk

mengantisipasi dan melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien (Wildan & Alimul, 2008:66)

2. Langkah V (Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh)

Langkah ini diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap

masalah dan diagnosa yang ada, dalam proses perencanaan asuhan yang

menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap

agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat teratasi (Sari, Rury Narurita,

2012: 96).

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

43

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan atau terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonami, kultur atau

masalah psikologi. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut

sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan

kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu

oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien

juga akan melakukan rencana tersebut, oleh karena itu, pada langkah ini

tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil

pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan

bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan ini harus rasional dan benar-benar valid

berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan

asumsi tentang apa yang akan ditentukan klien (Estiwidani, dkk, 2008:137).

Rencana asuhan menyeluruh pada masa postpartum yang dapat

dilakukan antara lain sebagai berikut

a. Manajemen asuhan awal puerperium

1) Kontak dini sesering mungkin dengan bayi.

2) Mobilisasi di tempat tidur.

3) Diet.

4) Perawatan perineum.

5) Buang air kecil spontan atau kateteri.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

44

6) Obat penghilang rasa sakit kalau perlu.

7) Obat tidur kalau perlu.

8) Obat pencahar.

9) Dan lain-lain.

b. Asuhan lanjutan

1) Tambahan vitamin atau zat besi jika diperlukan

2) Perawatan payudara.

3) Rencana KB.

4) Pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.

5) Dan lain-lain (Wildan & Alimul, 2008:66).

3. Langkah VI (Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman)

Langkah keenam ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua

rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang

ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri

maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya, jika bidan tidak

melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengerakan

pelaksanaanya rencana asuhan yang menyeluruh (Sari, Rury Narurita, 2012:

96).

Situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka terlibatan bidan dalam

manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertangungjawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

45

Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien (Estiwidani, dkk, 2008:138).

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan

pada masa postpartum (Wildan& Alimul, 2008:67).

4. Langkah VII (Mengevaluasi)

Langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar

efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses

manajemen asuhan ini merupaka suatu kegiatan yang berkesinambungan

maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif

melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen

tidak efektif serta melakukan penyesuaian terhadap rencana asuhan tersebut

(Estiwidani, dkk, 2008:139).

Evaluasi pada masa post partum dapat menggunakan bentuk

SOAP, sebagai berikut:

S : Data subjektif.

Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang

merupakan ungkapan langsung.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

46

O : Data objektif.

Data yang dipakai dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik pada

masa postpartum.

A : Assesment

Pendokumentasian data hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan

objektif

P : Planning

Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan

mandiri, kolaborasi, tes diagnosa atau laboratorium serta konseling

untuk tindak lanjut (Wildan & Alimul, 2008:67).

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 Tahun

2010.

pasal 9. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan meliputi

1. Pelayanan kesehatan ibu.

2. Pelayanan kesehatan anak dan,

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - sasing.unimus.ac.idsasing.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-isgiyartin-7499... · TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. ... Mempunyai riwayat preeklamsi

47

Pasal 10

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a

diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,

masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil.

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.

c. Pelayanan ibu persalinan normal.

d. Persalinan ibu nifas normal.

e. Pelayanan ibu menyusu, dan

f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.

3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksut pada ayat (2)

berwenang untuk:

a. Episiotomi.

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat satu dan dua.

c. Penangana kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

f. Fasilitasi atau bimbingan Inisiasi Menyusu Dini dan promosi air susu ibu

ekslusif.

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum.

h. Penyuluhan dan konseling.