Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya...

93
OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (Studi Kasus Daerah Kota Madya Depok ) Oleh FIKHAN HARUSI NIM : 0033218870 FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT JURUSAN AKIDAH FILSAFAT PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Transcript of Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya...

Page 1: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (Studi Kasus Daerah Kota Madya Depok )

Oleh

FIKHAN HARUSI

NIM : 0033218870

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

JURUSAN AKIDAH FILSAFAT

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 2: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Alahamdulillah

Segala puji dan syukur

Ku panjatkan untuk Allah

Terimakasih dan cintaku yang dalam

Untuk Bapak dan Ibuku yang sangat ku sayangi

Sayangku untuk seluruh kakak dan keponakanku

Semoga kesuksesan akan selalu bersama mereka

Untuk seluruh dosenku yang ku banggakan

Semoga seluruh dosenku selalu berada dalam rahmat Allah

Untuk seluruh sahabatku yang telah memotivasiku demi kesuksesanku

Dan untuk dia yang ku damba menjadi pendampingku

Ya Allah sayangilah mereka

Lindungilah mereka

Anugerahkan kepada mereka anugerah Engkau yang terindah

Page 3: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (Studi Daerah Kotamadya Depok )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar

Sarjana Ushuluddin

Oleh FIKHAN HARUSI

NIM: 0033218870

Di bawah bimbingan

Drs. Agus Nugraha, M.A.

NIP. 150 299 478

Jurusan Akidah Filsafat/Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1429 H/2008 M

Page 4: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Otonomi Daerah di Indonesia (Studi Daerah

Kotamadya Depok) telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 15 Oktober 2008, Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Strata 1 (S1) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 15 Oktober 2008

Ketua Merangkap Anggota

Drs. Agus Darmaji, M. Fils

NIP. 150 262 447

Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.A.

Anggota

Drs. Idris Thaha, MSi

M. Zaki Mubarok, MSi

Dr. Sirojudin Aly, M.A.

150 318 684

Dra. Haniah Hanafie, M.Si.

150 299 932

Page 5: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (Studi Kasus Daerah Kota Madya Depok )

Oleh

FIKHAN HARUSI

NIM : 0033218870

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

JURUSAN AKIDAH FILSAFAT

PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 6: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Alahamdulillah

Segala puji dan syukur

Ku panjatkan untuk Allah

Terimakasih dan cintaku yang dalam

Untuk Bapak dan Ibuku yang sangat ku sayangi

Sayangku untuk seluruh kakak dan keponakanku

Semoga kesuksesan akan selalu bersama mereka

Untuk seluruh dosenku yang ku banggakan

Semoga seluruh dosenku selalu berada dalam rahmat Allah

Untuk seluruh sahabatku yang telah memotivasiku demi kesuksesanku

Dan untuk dia yang ku damba menjadi pendampingku

Ya Allah sayangilah mereka

Lindungilah mereka

Anugerahkan kepada mereka anugerah Engkau yang terindah

Page 7: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (Studi Daerah Kotamadya Depok )

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar

Sarjana Ushuluddin

Oleh FIKHAN HARUSI

NIM: 0033218870

Di bawah bimbingan

Drs. Agus Nugraha, M.A.

NIP. 150 299 478

Jurusan Akidah Filsafat/Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1429 H/2008 M

Page 8: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Otonomi Daerah di Indonesia (Studi Daerah

Kotamadya Depok) telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 15 Oktober 2008, Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Strata 1 (S1) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 15 Oktober 2008

Ketua Merangkap Anggota

Drs. Agus Darmaji, M. Fils

NIP. 150 262 447

Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.A.

Anggota

Drs. Idris Thaha, MSi

M. Zaki Mubarok, MSi

Dr. Sirojudin Aly, M.A.

150 318 684

Dra. Haniah Hanafie, M.Si.

150 299 932

Page 9: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas anugerah

dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat dan

salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembimbing umat

menuju alam yang dipenuhi taufik dan hidayah Allah SWT.

Alhamdulillah penulis dapat meneyelesaikan skripsi ini yang berjudul:

OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (STUDI KASUS DAERAH KOTAMADYA

DEPOK ).

Pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Dr. Amin Nurdin, M.A., dan Bapak Dr. Hamid Nasuh, M.A., sebagai

Dekan dan Pudek Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta..

2. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils., sebagai Kepala Jurusan Akidah

Filsafat/Pemikiran Politik Islam, Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.A., sebagai

Sekretaris Jurusan Pemikiran Politik Islam, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..

3. Bapak Drs. Agus Nugraha, MA, sebagai Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat

berharga dan bermanfaat bagi penyelesaian penulisan skripsi ini.

Page 10: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

4. Seluruh dosen-dosen yang telah mentransfer ilmu dan pengetahuan, serta

membangun kerangka berpikir penulis selama mengikuti perkuliahan sejak

semester I hingga saat ini.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memotivasi, mendorong dan membantu

penulis baik dari segi moril maupun materil. Seluruh Kakak dan keponakan

tercinta yang telah membantu penulis sebagai sumber motivasi dalam penulisan

skripsi ini.

6. Seluruh kawan-kawan jurusan Pemikiran Politik Islam angkatan tahun 2000,

Jamaluddin S.Sos, Lyus Oktari S.Sos, Umar Hadi S.Sos. Dan rekan-rekan guru

Madrasah Aliyah (MA) Islamiyah dan SMP Islamiyah, A. Sujai S.Pd, Fahrurrozi

S.Hi, Sodikin, Darmawan. Rekan-rekan FRIMA, FOSMIS, IKAMA, IRMA,

FORSA (sepakbola). Mereka adalah kawan-kawan penulis yang selalu

memberikan dorongan dan masukan-masukan yang berarti berupa ide-ide dalam

penulisan skripsi ini. Serta Adinda Zuhairia yang selalu sabar dalam memberikan

motivasi kepada penulis.

Semoga seluruh amal baik mereka mendapat balasan yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis memanjatkan doa, semoga Allah

SWT senantiasa memberikan barakah, taufik dan hidayahnya kepada kita semua.

Amin.

Jakarta, Juli 2008

Penulis

Page 11: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................... iii

Bab I. Pendahuluan ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................. 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 9

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan......................................... 10

E. Sistematika Penulisan .................................................................... 11

Bab II. Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah..................................... 12

A. Sejarah Singkat tentang Kota Depok............................................... 12

B. Letak Geografis Kota Depok .......................................................... 16

C. Terbentuknya Depok sebagai Kota Administratif ........................... 20

D. Terbentuknya Depok sebagai Kotamadya ...................................... 24

Bab III. Tinjauan Umum tentang Otonomi Daerah di Indonesia ................. 29

A. Konsep Otonomi Daerah................................................................. 29

B. Dasar Penerapannya ....................................................................... 37

C. Dinamika Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia .................... 40

D. Kebijakan – kebijakan Tentang Otonomi Daerah Depok.................. 47

Page 12: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Bab IV. Implikasi Pelaksanaan Otonomi Daerah Kota Depok Terhadap

Kemajuan Pembangunan .................................................................. 50

A. Manajemen Pemerintahan............................................................... 50

A.1. Kemasyarakatan…………………………………………....... 53

A.2. Ekonomi................................................................................... 55

A.3. Politik....................................................................................... 58

Bab V. Penutup .............................................................................................. 62

Daftar Pustaka ................................................................................................. 65

Page 13: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian

direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 menyentak semua wilayah Indonesia. Ibarat

sebuah “Kran Air” yang baru dibuka, gaung Otonomi Daerah (Otda) merambah ke

semua wilayah. Tidak terkecuali sebuah kota kecil namun padat penduduk, yakni

Depok. Semua daerah seakan-akan berlomba dalam menata wilayahnya. Entah itu

penataan Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau Intenal Managementnya.1

Otonomi daerah sebagai sebuah konsep dasar bermakna bahwa pemerintah

dalam hal ini pemerintah pusat memberikan/menyerahkan kewenangannya kepada

pemerintah yang ada di daerah-daerah untuk mengatur urusan rumah tangganya

secara mandiri tanpa adanya campur tangan pemerintah pusat dalam menanganinya.

UU Otda memberikan kekuasaan penuh kepada daerah untuk mengelola

daerahnya dengan baik, pemerintah tidak lagi bersifat sentralistik akan tetapi

desentralistik.2 Otonomi penuh berarti tidak adanya wewenang pemerintah pusat di

daerah Kabupaten maupun Kota kecuali dalam bidang keuangan dan moneter,

pertahanan keamanan, peradilan, politik luar negeri dan agama. Dengan demikian

1 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota, (Depok : Pokja Wartawan

Depok, 2005), Cet. Ke-1, h. 34 2 Desentralistik adalah penyerahan kewenangan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah otonom (kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas daerah tertentu,

berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat) dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1

Page 14: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

masing-masing daerah ditantang untuk kreatif dalam menentukan langkah-langkah

dan kebijakan-kebijakan ysng diambil demi membangun kehidupan masyarakat

seperti apa yang mereka cita-citakan.

Dengan adanya Otda persoalan tidaklah sebatas penyerahan kekuasaan saja

akan tetapi kesiapan dan kesanggupan dari wilayah yang diberi wewenang tersebut

merupakan poin penting dari sukses atau tidaknya pelaksanaan Otda di Indonesia.

Sebab daerah-daerah yang memperoleh hak otonom, dengan adanya hal tersebut

artinya dituntut untuk bisa mandiri yang tentunya bagi daerah-daerah yang kurang

siap dengan adanya Otda bukan saja mengemban tugas berat selain itu juga harus

pandai mensiasati segala permasalahan yang ada agar mereka mampu mandiri. Jika

tidak, tidak menutup kemungkinan mereka akan terpuruk lantaran tujuan pelaksanaan

dari Otda tidak mampu mereka realisasikan.

Salah satu penunjang keberhasilan dari Otda adalah terletak pada sejauhmana

pemerintah daerah mampu berupaya untuk mengembangkan potensi yang ada agar

bisa optimal demi kemajuan daerah mereka. Pemda dituntut untuk professional,

pandai dan juga arief dengan harapan segala kebijakan yang diambil sejalan dengan

maksud dan tujuan yang ingin diupayakan.

Terbentuknya Depok sebagai Kotamadya pada dasarnya tidak terlepas dari

besarnya aspirasi masyarakat, tuntutan Depok menjadi Kotamadya semakin

maksimum lantaran hal yan gsatu ini (aspirasi masyarakat). Di sisi lain Pemda

Kabupaten Bogor bersama Pemda Propinsi Jawa Barat memperhatikan

perkembangan tersebut, dan mengusulkan kepada pemerintah pusat dan juga DPR.

Page 15: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam SK DPRD

Kabupaten Bogor, 16 Mei 1994, Nomor 135/SK,DPRD/03/1994 tentang Persetujuan

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan DPRD Propinsi

Jawa Barat, 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep,Dewan.06/DPRD/1997 tentang Persetujuan

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok maka pembentukan Kota Depok

sebagai wilayah Administratif baru ditetapkan berdasarkan UU No.15 Tahun 1999

tentang Pembentukan Kotamadya Daeah Tk. II Depok yang ditetapkan pada 20 April

1999. Tanggal 27 April 1999 Depok resmi menjadi Kotamadya berbarengan dengan

pelantikan Pejabat Wali Kotamadya Kepala Daerah Tk. II Depok, Drs. H. Badrul

Kamal.

Sebagai daerah yang memperoleh hak otonomi Depok tentunya mengalami

apa yang dijelaskan di atas bahkan mungkin lebih berat, bayangkan wilayah yang

sebelumnya amat bergantung kepada Pemerintah Pusat dan pemerintah Propinsi Jawa

Barat, kini mau tidak mau harus mencoba mandiri.3 Adalah tugas yang tidak ringan

bagi Pemkot Depok untuk bisa – paling tidak berupaya agar Depok mampu terus

berjalan walaupun harus terseok-seok.

Proses Otda (Otonomi Daerah) yang harus dijalani oleh Pemkot Depok

tidaklah mudah, banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Pemkot Depok

untuk mengarah pada yang namanya perbaikan. Perbaikan kedalam harus dilakukan

oleh Pemkot Depok dikarenakan disana-sini masih banyak kekurangan. Hal-hal

seperti ; SDM aparatur pemerintahan Kota Depok yang minim dan kurangnya tenaga

3 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa, h. 34

Page 16: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

professional adalah salah satu bentuk pekerjaan rumah (PR) Pemkot Depok. disaat

akan melakukan pembenahan Pemkot Depok pun terbebani oleh benturan dana,

lantaran pemerintah pusat tidak memiliki dana awal. Dana hanya diberikan oleh

tingkat Kabupaten dan Propinsi. Yang tidak kalah pentingnya juga Depok lahir

ditengah puncak krisis multidimensi (Tahun 1999). Di sinilah kemudian pemerintah

daerah Kota Depok diuji sejauhmana kinerja mereka dalam menghadapi tugas berat

yang harus mereka emban. Sebagai orang nomor satu di Depok sosok Badrul Kamal

adalah orang yang paling berat bebannya lantaran harus membawa Depok kepada

arah perbaikan sehingga Depok bisa berkembang dan mengalami kemajuan. Sukses

atau tidaknya proses Otda yang harus dilalui Kota Depok dan berkembang atau

tidaknya Depok saat itu, sedikit banyak tergantung pada sosok Badrul Kamal yang

mengemban tugas sebagai kepala pemerintahan Kota Depok. Lantaran bukan saja

kepemimpinannya mampu membuat Depok tetap eksis namun juga

kepemimpinannya mampu membawa perubahan bagi Kota Depok kepada arah yang

lebih maju. Lahirnya Depok seperti sekarang ini adalah sebuah pertanyaan tersendiri

bagi penulis.

Pemberdayaan SDM adalah proses peningkatan pengetahuan, keterampilan

dan kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat. Dilihat dari segi ekonomi,

pemberdayaan SDM dapat digambarkan sebagai akumulasi modal manusia. Dilihat

dari segi politik, pengembangan atau pemberdayaan SDM adalah mempersiapkan

orang-orang untuk bukan saja aktif berpartisipasinamun juga menyadari dengan

Page 17: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

penuh rasa tanggung jawab akan pentingnya proses politik dan kehidupan berbangsa

dan bernegara.

Pasca reformasi seperti sekarang ini, pembangunan SDM sebagai pilar

pembangunan amat relevan. Bagi daerah-daerah tertentu mungkin menjadi sangat

relevan. Hal ini terjadi lantaran tidak semua daerah memiliki kualitas SDM yang

cukup baik. Sebagai salah satu contoh Depok, minimnya SDM yang memadai

menjadi persoalan bagi Pemkot Depok masa pemerintahan Badrul Kamal, terlalu

sedikitnya SDM yang secara administrasi mampu memenuhi persyaratan untuk

menjadi Kepal Dinas menyebabkan beberapa dinas hanya diisi oleh pejabat

sementara atau pejabat yang menjalankan tugas sebagai Kepala Dinas.4

Di sisi lain, pembangunan disegala bidang kehidupan berbangsa dan

bernegara termasuk di dalamnya pembangunan daerah, tentunya memerlukan peran

aktif masyarakat. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis,

kedaulatan rakyat adalah hal yang mutlak. Karena itu rakyat bukan saja objek

melainkan juga sebagai subjek dari pembangunan. Ini artinya rakyat haruslah

diikutsertakan dalam proses pembangunan, mulai dari formulasi kebijakan,

implementasi kebijakan hingga ke tahap evaluasi kebijakan.5

Untuk merealisasikan itu semua, dibutuhkan kesadaran yang tinggi dalam

bernegara, sehingga tercipta masyarakat yang maju dan cerdas serta berdedikasi

tinggi dan tercipta Good Government sebagai struktur utama dalam bernegara.

4 Rusna Djanur Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota Depok, (Depok : Adhyssa

Promosindo, 2005), Cet. Ke-2, h. 103 5 Jimly Asshidiqie, (ed), et.al., Sumber Daya Manusia untuk Indonesia Masa Depan, (Jakarat

: PT. Citra Putra Bangsa, 1997), Cet. Ke-3, h. 187

Page 18: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Mewujudkan kesadaran yang tinggi dalam bernegara dan menciptakan

masyarakat yang cerdas serta berdedikasi tinggi bisa ditempuh melalui jalur

pendidikan. Hal pemenuhan pendidikan adalah merupakan tanggung jawab Negara.

Ini sejalan dengan amandemen UUD 1945 yang ke-empat pasal 31 ayat 1-5, yang

berbunyi :

a. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan

b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya

c. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan UU

d. Negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran dan pendapatan negara serta dari anggaran pendapatan dan

belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional

e. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia

6

Pasal di atas begitu jelas mengamanatkan kepada negara akan hal pemenuhan

hak rakyat dalam memperoleh pendidikan. Ini semestinya menjadi dasar yang kuat

bagi terciptanya kualitas SDM yang baik, mengingat pembangunan dibidang

pendidikan merupakan faktor utama bagi terciptanya mutu SDM yang berkualitas.

Sementara itu, dalam UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, urusan

pendidikan juga diserahkan kepada daerah. Ini berarti daerah memiliki wewenang

penuh dalam mengelola pendidikan yang ada di daerahnya, baik pendidikan dasar

maupun pendidikan tinggi.7

6 Heru Santoso, (ed), Sari Pendidikan Pancasila ; Dan UUD 1945 Setelah Perubahannya,

(Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 2002), Cet. Ke-1, h. 128 7 H.A.R. Tilaar, Kekuasaan Dan Pendidikan ; Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural,

(Magelang : Indonesia Tera, 2003), Cet. Ke-1, h. 228

Page 19: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Di sisi lain bicara tentang Depok, keadaannya tempo dulu berbeda dengan

Depok yang sekarang. Julukan Depok sebagai tempat jin buang anak lantaran hampir

seluruh wilayahnya diselimuti oleh hutan belantara perlahan mulai hilang mengingat

semenjak Universitas UI dipindahkan ke Depok, perlahan namun pasti wajah Depok

saat ini telah berubah terutama di sepanjang jalan Margonda yang sekarang menjadi

pusat perkembangan dan juga merupakan lambing kemajuan Depok.

Betapa pesatnya pertumbuhan Depok, saat ini hampir tidak ada sejengkal

tanahpun yang dibiarkan “menganggur”. Setiap sentimeter lahan Margonda telah

menjadi lahan kegiatan ekonomi dan membuatnya sebagai pusat pertumbuhan Kota

Depok. sebagai kota baru – ditilik dari formulasi kelahirannya (27 April 1999),

dinamika ekonomi kota Depok sangat mengejutkan. Tahun 1998 atau setahun

sebelum berstatus kota, pertumbuhan ekonomi Depok mengalami minus.

Berdasarkan data Biro Statiska Kota Depok 1998-2000 menunjukan, tahun

1998 pertumbuhan sektor primer yang mengandalkan pertanian -28,96 persen,

sekunder (industri pengolahan, listrik, gas, air minum, bangunan dan konstruksi) -

38,79 persen, sektor tersier -14,89 persen. Hal ini tidak terlepas dari krisis politik dan

ekonomi nasional, serta krisis ekonomi di kawasan Asia. Hal ini yang menjadi faktor

tidak berkembangnya potensi ekonomi Depok adalah statusnya yang berada dalam

bayang-bayang Kabupaten Bogor.8

Geliat Kota Depok mulai tampak pada tahun pertama setelah Depok berstatus

Kotamadya. Seluruh sektor perekonomian menggeliat dan berpacu membangun Kota

8 Rusna Djanur Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota Depok, (Depok : Adhyssa

Promosindo, 2005), Cet. Ke-2, h. 3

Page 20: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Depok. Ini ditandai dengan naiknya sektor primer seperti pertanian yang tadinya

minus dua digit, mengalami pertumbuhan positif mencapai 2,67 persen. Sektor

sekunder pun mengalami pertumbuhan 0,4 persen. Bidang industri pengolahan

memperlihatkan hal yang positif dengan meningkat menjadi 0.08 persen, sedangkan

listrik dan air minum serta bangunan dan konstruksi masing-masing mengalami

pertumbuhan 4,18 persen dan 0,26 persen.9

Pada masa transisi pertumbuhan itu bisa dibaca sebagai indikator sangat

positif bagi pondasi ekonomi lokal yang kokoh. Hal yang prestisius adalah

pertumbuhan ekonomi lokal Depok melampaui PDRB Jawa Barat yang sebesar 1,22

persen dan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Indonesia yang hanya mencapai 0,79

persen.

Begitu kontrasnya gambaran Kota Depok di atas dan keadaan riilnya saat ini

bila dibandingkan Depok tempo dulu, mengindikasikan bahwa Depok mengalami

perubahan dan perbaikan. Ini seolah-olah menjadi indikator positif yang tak bisa

dipisahkan dari perubahan status Depok menjadi Kotamadya. Oleh karena itu penulis

merasa perlu untuk mendahulukan penelitian mengenai Otonomi Daerah di

Indonesia, yang menitik beratkan pada pelaksanaannya di Daerah Kotamadya Depok.

Pemilihan Kotamadya Depok sebagai tempat penelitian karena Depok secara

geografis merupakan daerah penyangga Ibu Kota Negara (DKI Jakarta) yang juga

daerah penghubung antara DKI Jakarta dan Jawa Barat. Selain itu Depok juga

memiliki beberapa potensi daerah yang bisa dijadikan anadalan seperti SDA, sektor

9 Buana, H. Badrul Kamal Membangun, h.3-4

Page 21: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

perekonomian khususnya dibidang perdagangan dan jasa, serta sektor industri

lainnya.

Selain alasan objektif di atas, alasan subjektif adalah penulis sendiri kelahiran

Depok. dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat berguna bagi masyarakat

Depok, khususnya bagi aparatur pemerintahan Kota Depok dalam menjalankan roda

pemerintahan. Adapun judul skripsi yang coba penulis angkat adalah “Otonomi

Daerah di Indonesia (Studi Kasus Daerah Kota Madya Depok )”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan dalam karya ini lebih terarah, maka penulis membatasi dan

memfokuskan kajian seputar penerapan Otonomi Daerah di Kota Depok dan

implikasinya terhadap kemajuan pembangunan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui secara umum bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah

Depok

b.Untuk mengetahui sejauhmana Otonomi Daerah Depok berimplikasi

terhadap kemajuan pembangunan

Page 22: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Sementara di sisi lain kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan

kontribusi positif, baik secara akademis maupun non akademis. Selain itu sebagai

syarat untuk memperoleh gelar S.I, dengan karya tulis ini juga penulis berharap

semoga dapat bermanfaat bagi sarana menambah pengetahuan dalam mempelajari

Otonomi Daerah. Karya tulis ini penulis harapkan juga bermanfaat bagi jurusan

Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin & Filsafat tempat dimana penulis

menimba ilmu.

D. Metode Penelitian

Adapun metode yang akan digunakan penulis adalah Library Research (studi

pustaka) dengan berusaha mencari dan mengumpulkan data-data di perpustakaan

yang sesuai dengan pembahasan. Selain itu juga penulis akan menggunakan media-

media seperti; surat kabar, majalah, bulletin dan sumber lainnya yang berkaitan

dengan pembahasan sebagai bahan referensi penulis dalam menelaah pembahasan.

Adapun analisa yang akan penulis gunakan dalam karya tulis ini

menggunakan metode deskriptif-analitik, yaitu suatu pendekatan dengan

mendeskripsikan atau mengurai unsur-unsur yang berkaitan dengan tema dimaksud

serta menganalisanya. Sehingga data yang ada/yang diperoleh baik melalui peraturan

daerah maupun referensi lain, agar diperoleh suatu jawaban yang pasti tentang hal

yang menjadi kajian dalam skripsi ini.

Page 23: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Untuk aturan penulisan, penulis berlandaskan pada Buku Pedoman Akademik

FUF Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarts

Press Tahun 2005/2006

E. Sistematika Penulisan

Dalam hal sistematika penulisan , penulis membagi pembahasan menjadi lima

bab, yang disusun sebagai berikut :

Bab I adalah Pendahuluan, yang berisikan : Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metode

Penelitian dan Teknik Penulisan, serta Sistematika Penulisan.

Bab II adalah Gambaran Umum Tentang Kota Depok, yang meliputi : Sejarah

Singkat Tentang Kota Depok, Letak Geografis Kota Depok, Terbentuknya Depok

Sebagai Kota Administratif, Terbentuknya Depok Sebagai Kotamadya.

Bab III adalah Tinjauan Umum Tentang Otonomi Daerah di Indonesia, yang

meliputi : Konsep Otonomi Daerah, Dasar Penerapannya, dan Dinamika Pelaksanaan

Otonomi Daerah di Indonesia.

BAB IV adalah Impliksi Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kota Depok, yang

meliputi : Manajemen Pemerintahan, Kemasyarakatan, Ekonomi, Politik,

BAB V adalah Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

Page 24: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG KOTA DEPOK

A. Sejarah Singkat Tentang Kota Depok

Kota Depok tempo dulu tak lebih sebuah dusun terpencil di tengah hutan

belantara. Baru pada 18 Mei 1696 ketika seorang pejabat tinggi VOC bernama

Cornelis Chasteelien membeli areal tanah seluas 1.244 hektar (Depok dan sedikit

wilayah Batavia Selatan), wajah Depok perlahan berubah menjadi sebuah wilayah

yang bukan saja layak huni namun juga berubah menjadi sebuah Kota baru yang

dilihat dari segi pembangunan tergolong mengalami kemajuan. Melihat Depok

dengan wajahnya sekarang tentu sangat jauh berbeda dengan keadaannya tempo yang

dijuluki tempat jin buang anak.

Tahun 1871 pemerintah Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk

pemerintahan keresidenan sendiri dan diakui hingga 1942. Saat itu Depok diperintah

oleh seorang Presiden (sic) (Cornelis Chasteelien) sebagai Badan Pemerintahan

Tertinggi. Di bawahnya terdapat kecamatan yang membawahi mandat (9 mandor) dan

dibantu oleh para Pencalang Polisi Desa serta Komutir atau Menteri Lumbung.10

Dari

sinilah kemudian Cornelis disebut-sebut sebagai cikal-bakal Kota Depok. Lebih jauh

bagaimana cerita sejarah tentang Kota Depok secara sekilas dapat kita lihat dari

penjelasan berikut :

10 Eman Sutriadi dkk, Profil Penyelenggara Kota Depok Jawa Barat – Indonesia, (Depok :

Yayasan Bakti Insan Persada, 2004), h. xii

Page 25: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

“…Maka hoetan jang laen disabelah timoer soengei karoekoet sampai pada soengei besar, anak koe Anthony Chastelein tijada boleh ganggoe sebab hoetan itoe misti tinggal akan goenanja

boedak-boedak itoe mardaheka, dan djoega mareka itoe dan teoroen-temoeroennja tijada sekali-kali

boleh potong ataoe memberi izin akan potong kajoe dari hoetan itoe boewat penggilingan teboe…dan

mareka itoe tijada boleh bikin soewatoe apa djoega jang boleh djadi meroesakan hoetan itoe dan

kasoekaran boeat toeroen-temoeroennja…”.11

Penggalan kalimat di atas (dengan ejaan Van Ophuijsen) merupakan hasil

terjemahan Bahasa Belanda Kuno yang diambil dari isi Surat wasiat Cornelis

Chastelein kepada anaknya Anthony Chastelein tertanggal 14 Maret 1714.

Cornelis Chastelein adalah seorang Tuan tanah eks pegawai (pejabat) VOC

(Verenigde Oost – indische Companigne). Sebagai anak bungsu, Cornelis mengikuti

jejak ayahnya bekerja di VOC. Kedatangannya ke tanah Batavia (sekarang Jakarta)

menumpang kapal uap yang saat itu memakan waktu kurang lebih tujuh bulan dengan

melaui Tanjung Harapan, ujung selatan Benua Afrika.

Saat dirinya aktif sebagai pegawai VOC, karier Cornelis ternyata cepat

menanjak, makanya tak heran jika kemudian ia dipercaya menjadi anggota Real

Ordinair atau Pejabat Pengadilan di VOC. Namun, kemudian ia pun lebih memilih

hengkang dari VOC lantaran melihat pratek-praktek kecurangan dan kebobrokan

ditubuh VOC. Dekadensi moral serta korupsi disegala bidang lapisan pihak-pihak

Kompeni Belanda bertentangan dengan hati nurani penginjil ini. Sebagai agamawan

panatik Cornelis tidak senang melihat dan menghadapi keadaan tersebut, maka ia

tetap bersikukuh untuk keluar dari VOC. Saat itu Gubernur Jendral VOC dipindah

tugaskan dari J. Champhuys ketangan Willem Van Outhorn, tiga bulan sebelum

Cornelis resmi mengundurkan diri.

11 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota, (Depok : Pokja Wartawan

Depok, 2005), Cet. Ke-1, h. 4

Page 26: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Cornelis Chastelein disebut-sebut sebagai penganut poligami, sedikitnya dua

gadis pribumi dinikahi selain Chatarina Van Vaalberg. Meskipun tidak ada catatan

mengenai siapa kedua perempuan tersebut, akan tetapi tercatat nama anak-anak

Chastelein dari hasil perkawinannya tersebut, yaitu Maria Chastelein yang diakuinya

sebagai anak dihadapan notaries, dan seorang lagi bernama Chatarina Van Batavia.12

Akhir abad 17 atau tepatnya pada tanggal 18 Mei 1696, Chastelein membeli

beberapa bidang tanah di Batavia dan sekitarnya (Sic). Disebut-sebut daerah seperti

Jatinegara, Kampung Melayu, Pejambon, Mampang dan Depok menjadi hak milik

Chastelein. Depok sendiri dibelinya seharga 700 ringgit dengan status tanah partikelir

atau swasta yang lepas dari kekuasaan Kerajaan Hindia Belanda. Daerah otonomi

Chastelein itu kemudian dikenal dengan sebutan Het Gemeente Bestuur Van Het

particuliere Land Depok.13

Sebagai seorang meneer (Tuan tanah) saat itu ia menguasai tanah seluas 1.244

hektar, ini setara dengan kira-kira enam wilayah kecamatan pada zaman sekarang.

Untuk menggarap wilayahnya tersebut, Chastelein kemudian mendatangkan para

pekerja dari banyak wilayah, tercatat daerah Bali, Makasar, NTT, Maluku, Ternate,

kei, Jawa, Batavia (Betawi), Pulau Rote, dan Filipina adalah wilayah-wilayah asal

para pekerja tersebut. Semua berjumlah 120 orang (sumber lainnya menyebutkan 150

orang).

12 Rusna Djanur Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota Depok, (Depok : Adhyssa

Promosindo, 2005), h. 16 13 Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota, h. 17

Page 27: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Latarbelakangnya yang dikenal sebagai penganut Protestan yang taat, atas

permintaan ayahnya ia menyebarkan agama Kristen kepada para pekerjanya

(budaknya). Chastelein membagi para pekerjanya menjadi 12 Fam (nama

keluarga/marga). Fam itu antara lain; Soedira, Leander, Laurens, Jonathans, Loen,

Tholense, Samuel, Joseph, Bacas, Jakob, Isakh, dan Zadokh. Untuk Fam yang

disebutkan terakhir yaitu Fam Zadokh kini sudah tidak ada lagi. Hilangnya Fam ini

disinyalir keluarga tersebut tidak mempunyai anak laki-laki yang mewarisi nama Fam

Zadokh.

Status Cornelis sebagai penguasa tanah partikelir memungkinnya mengatur

pemerintahan sendiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah Belanda. Tak heran

jika kemudian para pekerjanya saat itu mendapat hak yang sama dengan warga

Belanda, termasuk dalam bidang pendidikan. Untuk menggerakkan roda

pemerintahannya Chastelein memberlakukan sistem cukai kepada warganya, yang

tidak lain adalah para pekerjanya. Besarnya cukai yang diterapkan Chastelein adalah

20% dari hasil panen para pekerjannya.

Pada tanggal 28 Juni 1714, Cornelis Chastelein tutup usia. Namun sebelum

itu, tepatnya tanggal 13 Maret 1714 ia sempat menulis surat wasiat yang di dalamnya

antara lain berisi dan menjelaskan bahwa ia menghapus status budak para pekerjanya

dan memerdekakan mereka. Bukan hanya itu, setiap keluarga berhak mendapatkan 16

ringgit. Hartanya 300 kerbau, dua perangkat gamelan berlapis emas, 60 tombak

perak, juga dihibahkan Chastelein kepada para eks pekerjanya. Ia pun mewariskan

beberapa bidang tanah kepada para eks pekerjanya.

Page 28: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Tahun 1715 Anthony, putra Cornelis Chastelein meninggal. Pada 1871

pemerintah Hindia Belanda memutuskan Depok menjadi wilayah otonomi sendiri.

Pada tanggal 4 Agustus 1952 pemerintah Indonesia mengambil alih tanah partikelir

yang dikuasai 12 Fam dan keluarga Chastelein setelah adanya perjanjian pelepasan

hak dengan pimpinan Gemeente Bestuur Depok. Pemerintah Indonesia memberikan

ganti rugi sebesar Rp. 229.261,26. Peralihan hak milik tanah partikelir tersebut

ketangan pemerintah Indonesia menjadi tanda berakhirnya perjalanan keluarga

Chastelein.14

Kendati demikian nama Chastelein dan sejarah hidupnya disebut-sebut

terkait dan merupakan cikal-bakal dari lahirnya Kota Depok.15

Perkembangan pesat Kota Depok mulai tampak pada tahun 1976. Sebagai

daerah penyangga Jakarta, lahan-lahan Depok mulai dibangun perumahan dan

berkembang terus yang pada akhirnya pada tahun 1981 Pemerintah Pusat membentuk

Depok menjadi Kota Administratif (Kotif). Tanggal 18 Maret 1982 Depok resmi

menjadi Kotif yang saat itu diresmikan oleh Mentri Dalam Negeri Bapak H. Amir

Machmud. Depok pun semakin menggeliat setelah statusnya kembali berubah yang

tadinya Kotif (Kota Administratif) menjadi Kotamadya (Kota) sesuai dengan UU

No.15 tahun 1999 tentang pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok.

Bagaimana terbentuknya Depok menjadi Kotif dan Kodya akan dapat kita lihat pada

pembahasan selanjutnya.

14 Rusna Djanur Buana, H. Badrul Kamal Membangun Kota Depok, (Depok : Adhyssa

Promosindo, 2005), h. 20 15 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota, (Depok : Pokja Wartawan

Depok, 2005), Cet. Ke-1, h. 5

Page 29: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

B. Letak Geografis Kota Depok

Secara geografis Depok terletak pada koordinat 6° 19’00’’ Lintang Selatan

dan 106°43’00’’ - 106°55’30’’ Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke

Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan

elevasi antara 50-140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang

dari 15 persen. Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat,

mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 Km2 (sumber lain menyatakan 207.006

Km2).16

Berdasarkan letak geografis, Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan

satu Propinsi. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat (sekarang

Kecamatan Pamulang) Kabupaten Tangerang dan masuk wilayah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede - Kota

Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri - Kabupaten Bogor. Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede - Kabupaten Bogor.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur,

Kabupaten Bogor.17

Ibukota Kota Depok sebagai pusat pemerintahan, berkedudukan

di Kecamatan Pancoran Mas.

Tahun 2002 Kota Depok yang terdiri dari 6 Kecamatan dan 63 Kelurahan

memiliki 779 RW dan 3.909 RT. Hampir sebagian besar kelurahan di Kota Depok

16 Kota Depok Dalam Angka 2002, (Depok : BPS-Depok, 2003), h. vi 17 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota, (Depok : Pokja Wartawan

Depok, 2005), h. 10

Page 30: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

sudah terklasifikasi sebagai Swasembada, yakni 53 kelurahan dan 10 kelurahan dalam

klasifikasi Swakarya.

Secara tofografis Kota Depok merupakan dataran landai dengan rata-rata

ketinggian 121 meter dari permukaan laut dan merupakan daerah resapan air bagi

DKI Jakarta. Ini tentu saja dalam penataan pembangunannya perlu dikendalikan dan

direncanakan, sehingga tidak mengancam ketersediaan air bagi DKI Jakarta.

Disamping itu, kondisi tanah wilayah Kota Depok terdiri dari tanah darat dan tanah

persawahan dimana sebagian besar tanah darat yang ada oleh Pemda sekarang

dijadikan areal pemukiman. Secara rinci penggunaan lahan Depok adalah sebagai

berikut : Pemukiman ± 10.968 hektar, Pertanian ± 4.653 hektar, Industri ± 344 hektar,

Rawa/Setu ± 91 hektar, dan lain-lain ± 3.973 hektar.18

Dari segi sosial kependudukan, perkembangan Kota Depok diikuti pula

dengan peningkatan jumlah penduduk yang cepat. Pada tahun 1990 Kota

Administratif Depok berpenduduk 271.134 jiwa dan pada tahun 2000 menjadi

1.143.403 jiwa, tahun 2001 1.204.687 jiwa dan meningkat lagi pada tahun 2002

menjadi 1.247.233 jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata 3,53 persen per tahun.

Dimana jumlah penduduk laki-laki sekitar 630.935 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan sekitar 616.298 jiwa dengan rasio jenis kelamin 102. Penduduk berumur

10 tahun keatas yang bekerja di Kota Depok sebesar 498.893 jiwa sedangkan yang

mencari pekerjaan sebesar 109.258 jiwa.19

18 Eman Sutriadi dkk, Profil Penyelenggara Kota Depok Jawa Barat – Indonesia, (Depok :

Yayasan Bakti Insan Persada, 2004), h. xiv 19 Kota Depok Dalam Angka 2002, (Depok : BPS-Depok, 2003), h. vii

Page 31: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Tahun 2002/2003 di Kota Depok terdapat sebanyak 328 SD, dengan jumlah

murid 119.372 orang dan jumlah guru sekitar 4.109 orang. SLTP berjumlah 125

sekolah dengan jumlah murid 40.423 orang dan jumlah guru 2.040 orang. Ditingkat

SLTA terdapat 96 Sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing 33.656

orang dan 1.345 orang. Masih pada tahun yang sama, di Kota Depok terdapat 7

Rumah Sakit, 26 Puskesmas, 4 Puskesmas Pembantu. Jumlah dokter praktek sekitar

165 orang dengan rincian 113 dokter umum, 23 dokter gigi, 29 dokter spesialis.

Sementara dalam hal sarana ibadah, di kota Depok terdapat 502 masjid, 196 langgar,

833 musholla, 130 gereja, 5 vihara dan 8 pura.20

Secara goegrafis Depok pada dasarnya berpotensi untuk meju, mengingat

posisinya yang berbatasan langsung dengan pusat pereknomian nasional sekaligus

Ibukota Negara yaitu DKI Jakarta. Letaknya yang strategis tersebut menempatkan

Depok sebagai pintu gerbang (pintu gerbang antara DKI dan Jawa Barat) bagi warga

Jakarta yang ingin ke wilayah Jawa Barat ataupun sebaliknya melalui jalur selatan.

Namun keunggulan ini tidak akan berarti apa-apa bila pemerintah Kota Depok tidak

mampu memanfaatkan secara maksimal.21

Selain itu Depok yang tergolong wilayah termuda di Jawa Barat memiliki

potensi yang dapat dijadikan modal untuk pembangunan yang mengarah pada

perbaikan/kemajuan. Sektor-sektor seperti pertanian, industri, perdagangan,

perhubungan dan komunikasi, serta keuangan dan koperasi adalah aset penting bagi

20 Kota Depok Dalam Angka, h. vii 21 Rusna Djanur Buana, H. Barul Kamal Membangun Kota Depok, (Depok : Adhyssa

Promosindo, 2005), h. 32

Page 32: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Depok sebagai modal pembangunan, tinggal sejauhmana Depok dalam hal ini Pemda

dapat mengelola dengan baik sehingga bisa menjadi salah satu sumber bagi PAD

(Pendapatan Asli Daerah) yang nantinya bermanfaat bagi pembangunan daerah.

Kedudukan Depok yang strategis tidak menutup kemungkinan menjadi daya tarik

bagi para investor dalam dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di Depok,

yang bila dilihat dari sektor ekonomi hal ini sangat menguntungkan. Ini artinya,

kemajuan atau pembangunan kearah yang lebih baik bukanlah sebuah hal yang

mustahil atau tidak mungkin bisa dicapai oleh Pemda Depok selaku pengelola daerah.

C. Terbentuknya Depok sebagai Kota Administratif

Dekade tahun 1970-an Depok masih berbentuk Kecamatan yang masuk

wilayah Kabupaten Bogor - Jawa Barat. Tahun 1976, permukiman warga mulai

dibangun dan berkembang. Pemerintah Propinsi Jawa Barat selaku Pemda yang

membawahi Kecamatan Depok tentu mengawasi apa yang terjadi di Depok.

Sejalan dengan perkembangan pemukiman yang terjadi di daerah Depok,

Propinsi Jawa Barat (Pemda) kemudian mengajukan usulan peningkatan Kecamatan

Depok menjadi Kota Administratif Depok. Bak gayung bersambut, Pemerintah Pusat

terinspirasi untuk menjadikan Depok sebagai daerah hinterland atau daerah

pendukung dan penyangga Ibukota Jakarta. Saat itu Presiden Soeharto mengeluarkan

Intruksi No. 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah Terpadu yang meliputi

Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi yang disingkat Jabotabek.22

22 Buana, H. Barul Kamal Membangun Kota, h. 23. Baca juga Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok

Merajut Asa Membangun Kota, (Depok : Pokja Wartawan Depok, 2005), h. 8

Page 33: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Usulan menjadikan Depok sebuah Kota Administratif akhirnya terwujud

setelah pemerintah mengeluarkan PP No. 41 Tahun 1981 tentang Pembentukan Kota

Administratif.23

Tanggal 18 Maret 1982 peresmian perubahan status itupun dilakukan

oleh Menteri Dalam Negeri yang saat itu dijabat Amir Machmud.

Depok sejak saat itu resmi menjadi wilayah Administratif yang membawahi

tiga Kecamatan dengan luas areal 6.794 hektar. Ketiga Kecamatan itu antara lain ;

Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sukmajaya. Wilayah itu

kemudian ditambah dengan empat desa dari Kecamatan Cimanggis, dan dua desa dari

Kecamatan Cibinong.

Bila dispesipikasi ketiga Kecamatan tersebut terbagi dua puluh desa, dengan

pembagian sebagai berikut :

1. Kecamatan Pancoran Mas, meliputi :

a. Desa Depok

b. Desa Depok Jaya

c. Desa Pancoran Mas

d. Desa Mampang

e. Desa Rangkapan Jaya

f. Desa Rangkapan Jaya Baru

2. Kecamatan Sukmajaya, meliputi :

a. Desa Abadijaya

b. Desa Mekarjaya

23 Buana, H. Barul Kamal Membangun Kota, h. 23

Page 34: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

c. Desa Baktijaya

d. Desa Sukmajaya

e. Desa Sukamaju

f. Desa Cisalak

g. Desa Kelurahan Kalibaru

h. Desa Kalimulya

i. Desa Jatimulya

j. Desa Kelurahan Cibinong

3. Kecamatan Beji, meliputi :

a. Desa Beji

b. Desa Beji Timur

c. Desa Kemirimuka

d. Desa Pondok Cina

e. Desa Kukusan

f. Desa Tanah Baru

Secara Administratif Depok berbatasan dengan :

1. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Jagakarsa Propinsi

DKI Jakarta

2. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede

Kabupaten Bogor

3. Bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Sawangan Kabupaten

Bogor

Page 35: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

4. Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Cimanggis

Kabupaten Bogor.24

Depok menjadi wilayah Administratif selama tujuh belas tahun. Dalam kurun

waktu yang cukup panjang itu, Depok mengalami enam kali pergantian walikota,

adalah sebagai berikut:

1. Drs. Moch. Rukasah Suradimadja (1982-1984)

2. Drs. H. M. I. Tamdjid (1984-1988)

3. Drs. H. Abdul Wachyan (1988-1991)

4. Drs. H. Moch. Masduki (1991-1992)

5. Drs. H. Sofyan Safari Hamim (1992-1996)

6. Drs. H Badrul Kamal (1997-1999)

Dilihat dari priodesasi kepemimpinan di atas mengisyaratkan begitu

demokratisnya kehidupan politik di Depok saat itu. Ini bisa dilihat dari tidak adanya

pemimpin (walikota) yang menjabat dalam tempo yang sangat lama atau menjadi

penguasa tunggal, hal yang berbeda terbalik bila kita lihat pada tataran politik

nasional dimana Soeharto menjadi penguasa selama 32 tahun.

Selama tujuh belas tahun keenam walikota tersebut mengawal dan

mengupayakan pembangunan bagi Depok dengan segala keterbatasannya, mengingat

posisinya yang masih di bawah bayang-bayang Kabupaten Bogor. Ketergantungan

Depok terhadap kebijakan yang datangnya dari atas dalam hal ini Kabupaten Bogor

24 Imbas dari pemekaran Depok menjadi Kotamadya, daerah-daerah yang tadinya berbatasan

dengan Kotif Depok dalam perkembangan berikutnya masuk ke dalam wilayah Depok (Kotamadya).

Perbatasan ini mengalami perubahan ketika Depok berstatus Kotamadya.

Page 36: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Pusat dan Propinsi telah menyulitkan

Depok untuk berkembang. Ditambah lagi lemahnya perhatian Pemerintah Kabupaten

mengingat Depok terlalu jauh dari pusat pemerintahan kota Bogor. Belum lagi

ditambah adanya kewajiban menyetor uang kepada Pemerintah Kabupaten dan

Propinsi yang pemanfaatannya tergantung kepada kebijakan keduanya, semakin

membuat Depok tak berkutik. Bayangkan bila PAD Depok yang hanya sebesar Rp.

11,4 miliar saat itu masih harus berbagi dengan Kabupaten Bogor dan

penggunaannya masih diatur oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Ini jelas

menggambarkan bahwa pertumbuhan Depok sangat tergantung pada kebijakan

Pemerintah Kabupaten Bogor.25

D. Terbentuknya Depok sebagai Kotamadya

Terbentuknya Depok menjadi Kota seperti sekarang ini pada dasarnya tidak

terlepas dari pesatnya perkembangan dan tuntutan masyarakatnya yang mendesak

agar Depok menjadi sebuah Kotamadya. Disisi lain Pemda Bogor bersama Pemda

Propinsi Jawa Barat juga memperhatikan perkembangan tersebut yang kemudian

mengusulkan kepada Pemerintah Pusat dan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

Kemudian dengan memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana tertuang

dalam Surat Keputusan DPRD Kabupaten Bogor Nomor 135/SK,DPRD/03/1994

25 Buana, H. Barul Kamal Membangun, h. 3

Page 37: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

tepatnya 16 Mei 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat

II Depok dan Keputusan DPRD Propinsi Jawa Barat 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep,

Dewan DPRD.06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah

Tingkat II Depok, maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah Administratif

baru ditetapkan berdasarkan UU No. 15 Tahun 1999, tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Depok yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999.26

Pada tanggal 27 April akhirnya Depok resmi menjadi Kotamadya yang proses

peresmiannya berbarengan dengan pelantikan Drs. H. Badrul Kamal sebagai Pejabat

Wali Kota Madya Daerah Tingkat II Depok yang pertama, pada waktu itu beliau

menjabat Walikota Administratif Depok.

Akibat statusnya yang berubah, wilayah Depok diperluas ke Kabupaten Bogor

lainnya. Depok yang pada awalnya hanya terdiri dari tiga Kecamatan, yaitu;

Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Beji, dan Kecamatan Sukmajaya. Kemudian

diperluas (dimekarkan) menjadi enam Kecamatan, dimana wilayah Kecamatan Limo,

Kecamatan Cimanggis, dan Kecamatan Sawangan masuk kewilayah Kotamadya

Depok. Ditambah beberapa desa yang masuk wilayah Kecamatan Bojong Gede

diantaranya ; Desa Bojong Pondok Terong, Ratujaya, Pondok Jaya, Cipayung, dan

Cipayung Jaya. Dengan demikian, setelah statusnya berubah menjadi Kotamadya,

wilayah Depok terdiri dari enam Kecamatan, enam puluh tiga Kelurahan, 772 RW,

26 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa Membangun Kota, (Depok : Pokja Wartawan

Depok, 2005), h. 9

Page 38: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

3.850 RT serta 218.095 Rumah Tangga, dengan luas wilayah sekitar 207.006 Km2.27

Dari pejelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa perubahan status yang

terjadi pada Kota Depok melalui jalan yang panjang. Proses yang terjadi pun

menuntut kesabaran dan penantian yang tidak sebentar. Banyak energi yang terkuras

disini, mungkin karena itu pulalah Depok semakin mematangkan diri dalam

menghadapi perubahan status Kota yang tadinya Kotif menjadi Kotamadya (Kota).

Proses politiknya yang terbilang berbelit-belit kemungkinan disebabkan oleh

proses birokrasi yang berlaku di Indonesia. Banyaknya tahapan yang mesti dilalui

menyebabkan proses perubahan itupun menjadi lama. Maka tak heran bila kemudian

Badrul Kamal selaku walikota Administratif Depok saat itu bersama tokoh

masyarakat yang ada harus berpeluh keringat menggapainya. Badrul pun kemudian

aktif melobi Gubernur Jawa Barat dan Pemda Bogor serta DPRD Bogor, sementara

para tokoh berusaha meyakinkan DPR dan eksekitif (pemerintah). Akhirnya

perjuangan pun mendapatkan hasil maksimal setelah Mendagri Syarwan Hamid

menetapkan peningkatan status Depok bersama sejumlah daerah lainnya. Pengesahan

Depok menjadi Kotamadya yang kemudian disebut Kota dilaksanakan di Plaza

Departemen Dalam Negeri pada tanggal 27 April 1999.28

Kemudian berdasarkan UU No. 15 tahun 1999 wilayah Kota Depok meliputi

wilayah Administratif Depok yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya

ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Bogor, yaitu :

27 Rusdi Nurdiansyah dkk, Depok Merajut Asa, h. 9 28 Buana, H. Barul Kamal Membangun, h. 26

Page 39: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

1. Kecamatan Cimanggis, meliputi :

a. Kelurahan Cilangkap

b. Desa Pasir Gunung Selatan

c. Desa Tugu

d. Desa Mekarsari

e. Desa Cisalak Pasar

f. Desa Curug

g. Desa Hajarmukti

h. Desa Sukatani

i. Desa Sukamaju Baru

j. Desa Jatijajar

k. Desa Tapos

l. Desa Cimpaeun

m. Desa Luwinanggung

2. Kecamatan Sawangan, meliputi :

a. Desa Sawangan

b. Desa Sawangan Baru

c. Desa Cinangka

d. Desa Kedaung

e. Desa Serua

f. Desa Pondok Petir

g. Desa Curug

Page 40: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

h. Desa Bojongsari

i. Desa Bojongsari Baru

j. Desa Duren Seribu

k. Desa Duren Mekar

l. Desa Pengasinan

m. Desa Bedahan

n. Desa Pasir Putih

3. Kecamatan Limo, meliputi :

a. Desa Limo

b. Desa Meruyung

c. Desa Cinere

d. Desa Gandul

e. Desa Pangkalan Jati

f. Desa Pangkalan Jati Baru

g. Desa Kerukut

h. Desa Grogol

Selain mendapatkan tambahan tiga Kecamatan seperti yang telah disebutkan

di atas, Depok mendapatkan tambahan lima desa yang semula masuk wilayah

Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Lima desa tersebut adalah Cipayung

Jaya, Ratu Jaya, Pondok Terong, dan Pondok Jaya. Kelima desa tersebut dimasukkan

Page 41: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

kedalam wilayah Kecamatan Pancoran Mas. Kini, setelah lima tahun lebih berjalan,

status desa tersebut meningkat menjadi kelurahan.29

Dari penjelasan di atas jelaslah kiranya bahwa terbentuknya Kota Depok tidak

lepas dari kebijakan yang sifatnya skala nasional. Dimana pada saat yang bersamaan

dan sesudahnya (tahun-tahun berikutnya) hampir semua daerah menuntut

diberlakukannya hak otonom di daerah mereka.

Sebagai sebuah kesimpulan sementara dapat penulis nyatakan bahwa

perubahan status Depok dari kedudukan sebagai kota administrative yang disingkat

Kotif menjadi kotamadya atau yang sering juga disebut kota, Depok menuju kepada

arah pembangunan yang positif. Sebagai buktinya dapat kita lihat bagaimana

pembangunan di sepanjang jalan margonda.

29 Buana, H. Barul Kamal Membangun, h. 30

Page 42: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

A. Konsep Otonomi Daerah

Ketika bola reformasi bergulir dan ketika sistem politik Negara berubah

secara mendasar serta dalam rangka menghadapi tuntutan globalisasi yang syarat

akan berbagai perubahan, tidak ada cara lain bagi pemerintah daerah untuk tetap

survive, eksis pada abad 21 ini. Selain harus berbenah diri mereka juga (Pemda) harus

akomodatif terhadap perubahan dan perkembangan. Daerah harus mampu

menyerasikan gerak langkah organisasi Pemda dengan tuntutan organisasi dan

manajemen masa depan.

Tuntutan reformasi yang diusung oleh masyarakat dimana mahasiswa berada

pada barisan terdepan menuntut dilakukannya reformasi total sebagai koreksi

terhadap berbagai kelemahan dalam penyelenggaraan pemerintahan masa Orde Baru.

Isu-isu demokratisasi pemerintahan ternyata bukan hanya mampu melengserkan

rezim Soeharto namun juga berimbas pada terbukanya “Kran Air” yang selama ini

tersumbat atau bahkan sengaja disumbat.

Kebebasan berpendapat dan beraspirasi seakan-akan tak mau lagi dikekang,

sehingga terkesan reformasi telah “menetaskan benih-benih kebablasan” mengingat

begitu pariatifnya masyarakat memaknai arti reformasi dan kebebasan itu sendiri.

Terlepas dari fenomena sejarah tersebut, bergulirnya era reformasi yang

ditandai dengan jatuhnya kekuasaan rezim Soeharto, ternyata berdampak cara

Page 43: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

pandang para aparatur pemerintahan kita akan bagaimana jalannya pemerintahan

selama ini. Terutama hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah yang selama

ini bersifat sentralistik.

Gagasan Otonomi pun semakin mendapat perhatian dan menjadi bahasan

yang cukup menyita perhatian. Hal ini semakin diperkuat dengan banyaknya tuntutan

yang datangnya dari daerah yang menginginkan wilayahnya mendapat hak otonom.

Bergesernya sistem sentralistik menjadi desentralisasi disebut-sebut sebagai arus

balik kekuasaan pusat ke daerah.30

Dalam Kamus Ilmiah Populer kata “Otonom” berarti “badan” (Daerah) yang

mendapat hak otonomi. Sementara “Otonomi” sendiri mengandung arti mengurus diri

(rumah tangga) sendiri ; pelaksanaan pemerintahan sendiri.31

Dalam literature Belanda “Otonomi” searti dengan Zelfregering yang berarti

pemerintahan sendiri, yang oleh Van Vollenhoven dibagi menjadi Zelfwetgeving

(membuat undang-undang sendiri), Zelfuitvoering (melaksanakan sendiri),

Zelfrechtspraak (mengadili sendiri), dan Zelfpolitie (memerintah sendiri).

Otonomi atau Autonomy berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu;

“autos” yang berarti “sendiri/self” dan “nomous” yang berarti “hukum atau

peraturan” yag berarti : memberi aturan sendiri pemerintahan sendiri; atau hak untuk

30 S. H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Dearah, (Jakarta : Pustaka Sinar

harapan, 1999), h. 2 31 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, 1994) 3 Liat William L. Reece, Dictionary of Philosophy and Religion : Eastern and Western

Though, Exponded Edition, (New York : Humanity Books, 1996), h. 54, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Cet. I, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 58

Page 44: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

memerintah sendiri.32

Secara etimologi otonomi adalah kemampuan untuk membuat

keputusan sendiri tentang apa yang hendak dilakukan terlepas dari pengaruh orang

lain, atau mengungkapkan apa yang ingin diperbuat.33

Secara terminology, otonomi berarti : perasaan bebas;34

sering pula digunakan

untuk menyebut; hak untuk menentukan sendiri dalam kebebasan moral dan

pemikiran religius; atau hak memerintah sendiri (Self Government) bagian dari suatu

kota, negara atau bangsa.35

Dalam konteks pendidikan, otonomi dapat diartikan ; hak untuk mengatur dan

mengelola sendiri secara bebas dan bertanggungjawab akan manajemen pendidikan

yang dilaksanakan.

Sementara itu dalam konteks otonomi daerah, otonomi yaitu memberikan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara

proporsional, yang diwujudkan dengan Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan

Sumber Daya Nasional serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, sesuai

dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan

serta potensi dan keaneka ragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka

NKRI.36

Dalam kaitannya dengan politik dan pemerintahan, Otonomi Daerah berarti

self government atau condition of living under one’s own lows. Artinya Otonomi

4 Baca John Sinclair (Ed), Collins COBUIL English Language Dictionary, Cet. 6, (London :

Collins, 1990), h. 85

34 Baca Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, Cet. 2, Terj. Tim Redaksi, (Jakarta :

LP3ES, 1985), h. 16 35 Reece, Pendidikan Kaum Tertindas, h. 16 36 Baca UU Otonomi 1999, Cet. 4 (Jakarta : Restu Agung, 2001), h. 11, Baca juga UU

Otonomi yang telah direvisi Tahun 2004

Page 45: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency yang bersifat self

government yang diatur dan diurus oleh own laws.37

Dapat diartikan juga bahwa

Otonomi Daerah adalah “Hak wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku”. Sedangkan Daerah Otonom adalah “Kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI (Negara

Kesatuan Republik Indonesia) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.38

Berangkat dari pemahaman di atas, maka pada hakekatnya otonomi daerah

adalah:

1. Hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah

2. Dalam kebebasan menjalankan hak mengurus rumah tangga sendiri,

daerah tidak dapat menjalankan hak dan wewenang otonominya itu di luar

batas-batas wilayahnya

3. Daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mengurus rumah

tangga daerah lain

4. Otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain baik secara vertikal

maupun horizontal karena daerah memiliki actual independence39

37 Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan, h. 33 38 Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan, h. 27 39 Actual Independence maksudnya daerah otonom bersifat self government, self sufficiency

outhority, dan self regulation to its laws and affairs dari daerah lainnya baik secara vertical maupun

secara horizontal

Page 46: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Adapun maksud dan tujuan otonomi daerah sebagai salah satu bentuk

desentralisasi pemerintahan, pada hakikatnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan

bangsa secara keseluruhan. melalui pemberian, pelimpahan, dan penyerahan sebagian

tugas atau wewenang oleh pusat ke daerah diharapkan upaya pemerintah

mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih baik, lebih adil dan lebih makmur akan

mudah terealisasikan. Dalam konteks ke Indonesiaan maksud dan tujuan pemberian

otonomi daerah secara tegas telah digariskan dalam GBHN yang berorientasi pada

pembangunan. Pembangunan disini maksudnya pembangunan dalam arti luas yang

meliputi segala aspek kehidupan dan penghidupan. Dari sinilah muncul semacam

kewajiban bagi daerah untuk ikut melancarkan pembangunan sebagai sarana bagi

tercapainya kesejahteraan rakyat, yang diterima dan dilaksanakan dengan penuh

tanggung jawab

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah setidak-tidaknya meliputi empat

aspek sebagai berikut ; aspek politik, aspek manajemen pemerintahan, aspek

kemasyarakatan, dan aspek ekonomi pembangunan.40

Aspek politik maksudnya untuk mengikutsertakan, menyalurkan aspirasi dan

inspirasi masyarakat di lapisan bawah baik untuk kepentingan daerah maupun untuk

kepentingan nasional dalam rangka proses pembangunan demokratisasi. Aspek

manajemen pemerintahan maksudnya untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna

penyelenggaraan pemerintahan, terlebih pada pemberian pelayanan terhadap

masyarakat yang salah satu upayanya dengan memperluas jenis-jenis pelayanan di

40 S. H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, (Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan, 1999), h. 36

Page 47: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

berbagai bidang kebutuhan masyarakat. Aspek kemasyarakatan maksudnya, untuk

meningkatkan partisipasi serta menumbuhkan kemandirian masyarakat di daerah

sehingga tidak terlalu bergantung pada pemberian pemerintah (pusat). Salah satu cara

yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan pemberdayaan (empowerment) pada

masyarakat. Aspek ekonomi pembangunan maksudnya, untuk melancarkan

pelaksanaan program pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, daerah mempunyai hak-hak berupa

mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya (pemerintahannya), memilih

pimpinan daerah, mengelola aparatur daerah, mengelola kekayaan daerah, mengatur

pajak daerah dan retribusi daerah, mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber

daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerahnya, mendapatkan sumber-

sumber pendapatan yang berada di daerah, dan mendapatkan hak-hak lainnya yang

diatur dalam perundang-undangan.41

Adapun kewajiban-kewajiban daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan

otonomi meliputi ; melindungi masyarakat, menjaga persatuan-kesatuan dan

kerukunan nasional serta keutuhan NKRI; meningkatkan kualitas hidup masyarakat;

mengembangkan kehidupan demokrasi; mewujudkan keadilan dan pemerataan;

meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; menyediakan fasilitas pelayanan

kesehatan; menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

mengembangkan sistem jaminan sosial; menyusun perencanaan dan tata ruang

41 Wiyono dan Isworo, Kewarganegaraan, (Jakarta : Ganeca Exact, 2007), h. 23

Page 48: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

daerah; mengembangkan sumber produktif daerah; melestarikan lingkungan hidup;

mengelola administrasi kependudukan; melestarikan nilai-nilai sosial budaya;

menentukan dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan

kewenangannya; kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

Dalam menyelenggarakan pemerintahan di era otonomi daerah seperti

sekarang ini, pada prinsipnya berpedoman pada asas-asas umum penyelenggaraan

Negara, yaitu: asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan Negara, asas

kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas

akuntabilitas, asas efisiensi dan asas efektivitas.42

Selain itu, kaitannya dengan lancarnya roda pemerintahan, dalam

penyelenggaraannya, pemerintah menggunakan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan

tugas perbantuan yang tentunya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku Asas desentralisasi adalah penyerahan kewenangan pemerintahan dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom (kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat)

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pusat ke

daerah dalam hal ini kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu. Adapun asas tugas perbantuan adalah penugasan

dari pemerintah (Pusat) kepada daerah dan/atau desa dari pemerintahan provinsi

42 Wiyono dan Isworo, Kewarganegaraan, h. 22

Page 49: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada

desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam menyelenggarakan pemerintahan

daerah, pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas perbantuan.

Otonomi daerah yang merupakan pemberian hak otonomi kepada daerah,

memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dengan memperhatikan aspek

demokratis, keadilan, pemerataan, potensi, dan keanekaragaman daerah.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan

bertanggung jawab.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada

kabupaten dan kota, sedangkan otonomi daerah provinsi merupakan

otonomi yang terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara

sehingga tetap terjaga hubungan antara pusat dan daerah secara serasi dan

seimbang.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian

daerah otonom sehingga tidak ada lagi wilayah administrasi di dalam

pemerintahan kabupaten atau kota.

f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan fungsi legislatif

daerah ataupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.

Page 50: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

g. Pelaksanaan otonomi daerah harus berdasarkan Kriteria eksternalitas,

akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan

antarsusunan pemerintah.43

B. Dasar Penerapannya

Otonomi daerah merupakan salah satu pilar penyelenggaraan demokrasi.

Formulasi kebijakan Otda yang mengacu pada prinsip-prinsip good and clean

governance, aspiratif, berkeadilan dan menghargai pluralisme merupakan instrument

penting bagi tujuan-tujua nasional untuk memajukan daerah, mensejahterakan

masyarakatnya, serta menguatkan integrasi nasional.

Meskipun banyak kekurangan disana-sini, kebijakan Otda pada era reformasi

sekarang ini yang dilaksanakan oleh pemerintah 5 tahun belakang pada prinsipnya

mengacu pada UU No.22 dan UU No.25 tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi

UU No.32 dan UU No.33 tahun 2004.

Menurut UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud

dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.44

Selaras dengan Peraturan Perundang-undangan di atas, terdapat pula Peraturan

Perundangan-undangan lainnya sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah, antara

lain sebagai berikut :

1. Pasal 18 UUD 1945

43 Wiyono dan Isworo, Kewarganegaraan, h. 22 44 Liat UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Page 51: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Menyatakan bahwa NKRI dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan di bagi atas

Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota itu

mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Pemerintahan daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan.

2. Pasal 18A UUD 1945

Menyatakan bahwa hubungan wewenang antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten dan Kota atau antara Provinsi dan

Kabupaten dan Kota, diatur undang-undang dengan memperhatikan

kekhususan dan keragaman daerah.

3. Pasal 18B UUD 1945

Menyatakan bahwa Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan

pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan bersifat istimewa yang diatur

dengan undang-undang.45

4. UU No.8 tahun 2005

Tentang Penerapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.3 tahun 2005

tentang Perubahan atas UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menjadi Undang-undang

5. Ketetapan MPR RI No.VI/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam

Penyelenggaraan Otonomi Daerah.

45 Lihat UUD 1945 yang telah di amandemen

Page 52: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Dari pemaparan di atas dapat kita nyatakan bahwa otonomi daerah merupakan

kemandirian daerah untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan

melaksanakan pembangunan di daerah

Kemandirian disini maksudnya adalah kemampuan daerah untuk mengelola

dan mengembangkan potensi, baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya

manusia. Ini tentunya harus dilakukan secara optimal tanpa bergantung pada daerah

lain dalam kerangka NKRI. Oleh. Karena itu, pelaksanaan otonomi daerah hendaknya

mendorong dan memberdayakan masyarakat, meningkatkan peran serta masyarakat,

menumbuhkan peranserta masyarakat dan kreatifitas masyarakat, dan

mengembangkan peran dan fungsi DPRD.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

yaitu ; adanya kemampuan dibidang ekonomi yang cukup memadai, adanya sumber

daya manusia yang handal, memiliki sumber daya alam yang memadai, adanya

dukungan dibidang pertahanan dan keamanan daerah. Hal-hal ini penting untuk

diperhatikan karena sejatinya otonomi daerah memberikan kesempatan pada daerah-

daerah untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki sebagai kesinambungan

pembangunan nasional.

Otonomi bukan sekedar pelimpahan wewenang yang karenanya justru daerah

otonom menjadi terpuruk akibat kurang siapnya daerah lantaran aspek-aspek di atas

kurang diperhatikan

Disamping itu, kurang, siapnya mental pemerintah daerah dan masyarakatnya

dalam mengemban amanah otonomi daerah yang diidamkan oleh bangsa Indonesia

Page 53: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

secara keseluruhan akan memunculkan berbagai permasalahan yang justru malah

membebani masyarakat di daerah.

C. Dinamika Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia

Kondisi pemerintahan daerah yang ada sekarang pada dasarnya terbentuk

melalui perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Oleh sebab itu tidaklah bijak jika

kita meninggalkan aspek histories tersebut dalam kajian ini.

Mengutip pendapat Sarundjajang, paradigma pemerintahan daerah di

Indonesia selama ini dapat dirumuskan sebagai berikut; Paradigma Pertama antara

kurun waktu tahun 1903-1922 ditandai dengan adanya pengakuan Pemerintahan

Daerah dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda. Paradigma Kedua antara kurun

waktu tahun 1922-1942 Desentralisasi Versi Kolonial. Paradigma Ketiga antara

kurun waktu tahun 1942-1959, merupakan pase pencarian bentuk desentralisasi

menuju demokrasi. Paradigma Keempat antara kurun waktu tahun 1959-1974,

merupakan masa dimana terjadinya desentralisasi yang dipaksakan. Paradigma

Kelima – ORBA – ketika masa berlakunya UU No.15 Tahun 1974 tentang Otonomi

Terbatas dan kecenderungan Sentralistik dalam pelaksanaannya. Paradigma Keenam

– Era Reformasi saat ini – masa berlakunya UU No.22 Tahun 1999 yang kemudian

Page 54: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004 yang oleh Sarundjajang disebut-sebut

sebagai arus balik kekuasaan pusat ke daerah.46

Berdasarkan sejarah, perkembangan otonomi daerah di Indonesia secara garis

besar bisa dibagi menjadi empat periode, antara lain; Periode I, Periode Kolonial,

Periode II, Periode Kemerdekaan (ORLA), Periode III, Periode ORBA, Periode IV,

Periode Reformasi (sekarang).

Lahirnya ‘Reglement’ (Staatsblad 1855 No. 2) yang mengatur tentang

pemerintah daerah dalam sistem pemerintahan Hindia Belanda bukanlah atas dasar

asas desentralisasi seperti yang kita kenal sekarang ini, yaitu memberikan hak otonom

pada daerah-daerah koloni saat itu. Namun, selajur dengan politik penjajahan pada

umumnya, pemerintah Kolonial semula hanya melaksanakan asas dekonsentrasi.

Dengan begitu, pengaturan tentang sistem politik daerah masa itu masih bersifat

sentralisasi, sehingga peranan pemerintahan Pangreh Praja atau sering disebut sebagai

Pamong Praja memegang posisi yang sangat menentukan.47

Otonomi masa kolonial berlandaskan pada hukum adat yang secara yuridis

mencapai titik kulminasinya setelah ditetapkan politik etis (etische politic) atau

“Politik Balas Budi” yang dicanangkan oleh orang-orang Belanda yang progresif,

sebagai reaksi terhadap Culture Stetsel yang berdampak pada timbulnya pemerasan

46 S. H. Sarundajang, Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah, (Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan, 1999), h. 4 47 Soehino, Perkembangan Pemerintahan Daerah, (Yogyakarta : Liberty, 1983), h. 5

Page 55: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

tenaga rakyat Indonesia dalam peristiwa penanaman paksa tanaman keras (culture)

yang memberikan kerugian begitu besar bagi pemerintahan Belanda.48

Oleh sebab itulah, Pemerintah Hindia Belanda melakukan perubahan dalam

ketatanegaraannya dengan menjalankan sistem pemerintahan yang lebih intensif dan

disemangati dengan tujuan pokok untuk mengimbangi gerakan kebangsaan yang

dipelopori oleh kaum cendikiawan bangsa Indonesia, dimana mereka adalah para

orang Hindia Belanda terpelajar hasil didikan Sekolah Belanda. Ketika itu pemerintah

Belanda menempatkan beberapa cendikiawan Hindia Belanda tersebut kebeberapa

instansi pemerintahan lokal di beberapa daerah untuk menjadi pejabat setempat. Yang

tanpa disadari oleh mereka sebenarnya hal tersebut menjadi senjata boomerang bagi

Belanda.

Decentralisatiewet 1903 adalah produk kemudian yang dihasil Belanda

berkaitan dengan sistem pemerintahan daerahnya. Berdasarkan kebijakan ini bisa

diartikan bahwa Belanda mencoba mendasarkan pemerintahan daerahnya atas asas

desentralisasi yang tentunya versi kolonial. Sejak diberlakukannya UU Desentralisasi

yang ada saat itu, wilayah Hindia Belanda terlihat terbagi menjadi dua jenis otonomi

daerah, yaitu yang berdasarkan pada hukum asli Indonesia dan otonomi daerah yang

berdasarkan Decentralisatiewet 1903.

Pada prinsipnya jauh sebelum Penjajah menguasai kepulauan Indonesia

sebagai wilayah administratif, kerajaan lama di Indonesia masih memiliki wewenang

administratif dalam memerintah wilayah teritorial yang berada di bawah pengaruh

48 B. Hestu Handoyo, Otonomi Daerah : Titik Berat Otonomi dan Urusan Rumah Tangga

Daerah, (Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 1998), Cet. Ke-1, h. 46

Page 56: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

kekuasaan mereka. Namun, pemerintah kerajaan-kerajaan tersebut tetap terikat oleh

sebuah perjanjian yang selanjutnya disebut “Kontrak Politik”.

Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Indonesia dibagi kedalam tiga teritori

kekuasaan militer, yaitu Sumatra berada di bawah kekuasaan Kepala Pasukan

Angkatan Darat (KPAD) yang berada di Bukit Tinggi. Kemudian Jawa yang

berkedudukan di Jakarta. Sedangkan kepulauan selebihnya berada di bawah

kekuasaan Kepala Pasukan Angkatan Laut di Makasar.49

Dengan demikian dapat kita pahami bahwa pada zaman kolonial (Jepang)

implementasi dari asas desentralisasi kaitannya dengan otonomi daerah tidak

memunculkan “daerah otonom”. Para kolonialis (Jepang) bahkan kerap kali

mengeluarkan kebijakan deviasi yang menyesatkan untuk menyelubungi sikap

jajahan atas nama pemerintah daerah menurut versinya masing-masing. Masih

menurut Sujatmo, bahwa selama kependudukan Jepang, pengaturan asas

desentralisasi semakin kabur.

Pada prinsipnya kebijakan dan aturan yang diambil atau diterapkan oleh

pejajah hanyalah bersifat kamuflase. Mereka sengaja mengeluarkan peraturan

perundang-undangan yang terus menyudutkan bangsa Indonesia demi

melanggengkan kekuasaan di Indonesia. Kaum kolonial memasang ikatan yang

menjerat hak warga Indonesia pada setiap sendi kehidupan bernegara.

Pada era berikutnya yaitu pada masa kemerdekaan (Orde Lama) dimana

kekuasan berada ditangan Soekarno, paling tidak terdapat beberapa kali perubahan

49 Sujatmo, Otonomi Daerah yang Nyata dan Bertanggungjawab, (Jakarta : Ghalia

Inodonesia, 1984), Cet. Ke-2, h. 138-139

Page 57: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

kebijakan tentang pengaturan daerah-daerah dalam sistem pemerintahan kita kala itu.

Di mulai dengan UU No.1 tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional, maka

Indonesia telah mengawali komitmennya tentang arti negara kesatuan dalam format

negara-bangsa. Karena UU ini masih bersifat sederhana dan minim penjabarannya,

selang tiga tahun kemudian lahirlah UU No. 22 tahun 1948 tentang Pemerintahan

Daerah.

UU No.22 tahun 1948 tersebut merupakan penghapusan perbedaan antara

pemerintahan di pulau Jawa-Madura dan di luar Jawa-Madura. Namun sangat

disayangkan, UU tersebut dianggap gagal dalam pemberlakuannya karena instabilitas

politik nasional yang disebabkan Agresi Militer Belanda di tahun yang sama.50

Seiring berubahnya politik-kekuasaan negara dari Negara Kesatuan Republik

Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat, ada satu hal yang menarik dari proses

pergantian peraturan pemerintahan daerah. Sementara issue federalistik Indonesia

bergulir, proses untuk kembali kepada semangat UUD 1945, terbitlah UU Negara

Indonesia Timur No.44 tahun 1950.

Tepat setelah sistem politik negara kembali berdasarkan UUD 1945 yang

selaras dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka asas federalisme yang baru seumur

jagung, kandas sudah. Efeknya dari hal tersebut adalah lahirnya kebijakan berupa

Penetapan Presiden yang tertuang dalam UU No.6 tahun 1959 yang disusul dengan

PenPres No.5 tahun 1960 setahun kemudian. Namun, kedua UU tersebut sangat

50 Inu Kencana Syafie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Jakarta : Dunia Pustaka Jaya,

1996), Cet. Ke-1, h. 10

Page 58: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

menonjolkan sifat sentralistik dari kepemimpinan Soekarno yang otoritarian dengan

Demokrasi Terpimpinnya.51

Soekarno di penghujung kekuasaannya mengganti kebijakannya kembali

dengan mengeluarkan UU No.18 tahun 1965 untuk mengatur lebih lanjut permasalah

otonomi daerah. Namun integritas isi UU tersebut secara substantif tidak memiliki

nilai lebih dari peraturan-peraturan sebelumnya. Kendati terdapat sedikit perubahan

dalam hal bentuk dan susunan pemerintahan daerah serta wewenangnya.52

Dalam

pengaplikasiannya UU ini terbentur kasus G 30 S/PKI yang terjadi di tahun yang

sama.53

Kemudian pada masa Orde Baru , pemberlakuan UU No.5 tahun 1974

mengenai pokok-pokok pemerintahan daerah dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pemberian otonomi kepada daerah harus menunjang

aspirasi perjuangan rakyat, yakni memperkokoh negara kesatuan

dan mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat;

2. Pemberian otonomi kepada daerah harus merupakan otonomi yang

nyata dan bertanggungjawab;

3. Asas desentralisasi dilaksanakan secara bersama-sama dengan asas

dekonsentrasi, dengan memberikan kemungkinan pula bagi

pelaksanaan asas tugas pembantuan;

51 H. Syaukani dkk, Otonomi Daerah : Dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2002), h. 107-108 52 H. Syaukani dkk, Otonomi Daerah : Dalam Negara Kesatuan, h. 112 53 B. Hestu Cipto Hardoyo, Otonomi Daerah dan Urusan-urusan Rumah tangga; Daerah-

daerah Pokok Pikiran Menuju Reformasi Hukum di Bidang Pemerintahan Daerah, (Jakarta :

Universitas Atma Jaya, 1998), Cet. Ke-1, h. 61

Page 59: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

4. Pemberian otonomi kepada daerah mengutamakan aspek keserasian

dengan tujuan, disamping aspek pendemokrasian;

5. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk

meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

pemerintahan di daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan

dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan

pembinaan politik dan kesatuan bangsa.54

Asas desentralisasi yang coba diterapkan pada prinsipnya adalah sentralisasi

yang dibungkus dengan dekonsentrasi. Sehingga prinsip-prinsip “otonomi yang riil

dan seluas-luasnya” diganti oleh UU No.5 tahun 1974 menjadi prinsip-prinsip

“otonomi yang nyata dan bertanggungjawab”. Sementara itu dalam penjelasan UU

tersebut dijelaskan bahwa istilah “seluas-luasnya” dianggap dapat membahayakan

keutuhan negara kesatuan.55

Banyak kalangan yang menilai bahwa penerapan otonomi daerah di Indonesia

semakin memasung kreatifitas daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri

dan bersahaja. Terkesan daerah diperas hasil sumber dayanya untuk kepentingan

pemerintah pusat. Lebih jauh lagi , UU No.5 tahun 1974 – menekankan konsentrasi

daerah untuk mewujudkan pembangunan berskala global. Pemerintah melalui UU

54 Sujatmo, Otonomi Yang Nyata dan Bertanggungjawab, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990),

Cet. Ke-2, h. 11 55 H. Syaukani dkk, Otonomi Daerah : Dalam Negara Kesatuan, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2002), h. 143

Page 60: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

tersebut menekankan bahwa prinsip “otonomi lebih merupakan kewajiban bukan

hak”.56

Dengan satu kebijakan tersebut, Seoharto bersama rezim orde barunya

“memelihara” dan “mengupayakan” kesejahteraan daerah-saerah di seluruh pelosok

nusantara. Padahal, dinamika problematika daerah sudah “gerah dan jemu” dengan

aturan tersebut, sehingga munculnya berbagai permasalahan yang semakin kompleks,

tidak sebatas ekonomi pembangunan saja, bahkan ikut tercerabutnya daya nalar

kehidupan sosial budaya masyarakat selaku manusia beradab.

Dalam tiga dekade tersebut, pembahasan otonomi daerah bisa dibilang hanya

berkutat pada satu “cara main” saja yang sifatnya sempit sementara permasalahan

akibat ketimpangan pusat dan daerah begitu beragam. Sangat jelas sekali, mandulnya

efektifitas kinerja daerah dan jajaran pemerintahannya disebabkan oleh

sentralistiknya pemerintahan Orde Baru dalam memperhatikan dan memperdulikan

nasib daerah-daerah di Indonesia.

Kemudian bebicara tentang era reformasi yang ditandai dengan lengsernya

Seoharto dari tampuk kursi kekuasaannya selama 32 tahun pada 1998. Beralihnya

kepemimpinan ketangan Bj. Habibie, pelaksanaan otonomi belum mendapatkan titik

cerah, bahakan pada masanya terjadi peristiwa referendum bagi rakyat Timor-Timur

untuk memilih antara tetap atau lepas dari NKRI. Ide dan proses referendum tersebut

pun menjadi polemik bangsa yang menjadi perhatian banyak kalangan.

56 Lihat Penjelasan UU No.5 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

Page 61: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

“Bercerainya” Timor-Timur dari kekuasaan Indonesia, juga terjadi pada masa

kekuasaan Bj. Habibie. Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No.22 tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah, yang dilengkapi dengan UU No.25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah.57

Kemudian keduanya direvisi

menjadi UU No.32 dan 33 tahun 2004 yang sampai detik ini dipakai oleh pemerintah

dalam mengatur pemerintahan daerah.

D. Kebijakan – kebijakan Tentang Otonomi Daerah Depok

Adapun berbagai kebijakan tentang otonomi daerah kota Depok adalah

sebagai berikut :

a. Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I jawa Barat No. 31

Tahun 1990 tentang Pola Induk Pengembangan Wilayah Jawa Barat Dalam

Jangka Panjang (20-30 tahun).

b. Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 650/555-

Pem/1993 tanggal 17 Februari 1993 dan Surat Edaran Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Barat No. 130/4334-Otda/1993 tanggal 11 November 1993

tentang Persiapan Peningkatan Status Kota Administratif Cilegon, Bekasi,

Depok dan Tasikmalaya menjadi Kotamadya Tingkat II.

c. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor No.

065/190/Kpts/Huk/1993 tanggal 2 Agustus 1993 tentang Pembentukan

57 Kedua UU tersebut baru diberlakukan efektif terhitung tahun 2001. Lihat I. Darmawan,

Wilayah Kerawanan Otonomi Daerah, (Jakarta : Media Indonesia, Kamis, 16 Nopember 2001)

Page 62: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Kelompok Kerja Peningkatan Status Kota Administratif menjadi

Kotamadya Daerah Tingkat II Depok.

d. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bogor menyusun Rencana Kerja

Peningkatan Status Kota Administratif Depok menjadi Pemerintah

Kotamadya Depok pada November 1993.

e. Resume studi kelayakan oleh mahasiswa UI pada Desember 1993.

Kesimpulan studi, Pembentukan Kotamadya Depok menggunakan

alternatif kedua, yaitu meliputi enam wilayah yang terdiri dari Kecamatan

Pancoran Mas, Bojong Gede, Beji, Sukmajaya, dan Limo. Kesimpulan ini

sejalan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat

No. 31 Tahun 1990.

f. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor mengajukan permohonan

persetujuan peningkatan status Kota Administratif menjadi Kotamadya

Depok kepada DPRD Kabupaten Bogor melalui surat No. 650/48 Tapem

pada Maret 1994.

g. DPRD Kabupaten Bogor pada tanggal 9 Mei 1994 mengagendakan

pembahasan usulan Bupati Bogor tersebut dalam rapat paripurna DPRD

Kabupaten Bogor pada tanggal 16 Mei 1994. Rapat paripurna menetapkan

untuk menyetujui usulan peningkatan status Kota Administratif Depok

menjadi Kotamadya Depok yang dituangkan dalam Surat Keputusan No.

135 Tahun 1994

Page 63: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

h. DPR RI menyetujui usulan pemerintah tentang peningkatan status 11 Kota

Administratif menjadi Kotamadya pada 26 Maret 1999. Kotif Depok

termasuk dalam paket ini. Hal tersebut tercantum dalam UU No. 15 Tahun

1999.

i. Bersamaan dengan keluarnya UU No. 22/1999 tentang Otonomi Daerah,

status Depok berubah menjadi Kotamadya. Keputusan Mendagri untuk

meningkatkan status kota Administratif menjadi Kotamadya dikeluarkan

pada tanggal 27 April 1999, dan kini diperingati sebagai hari jadi Kota

Depok. Bersamaan dengan itu, sebutan Kotamadya Depok berubah menjadi

Kota Depok.58

58 Rusna Djanur Buana, H. Barul Kamal Membangun Kota Depok, (Depok : Adhyssa

Promosindo, 2005), h. 27-28

Page 64: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

BAB IV

IMPLIKASI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA DEPOK

TERHADAP KEMAJUAN PEMBANGUNAN

A. Manajemen Pemerintahan

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan bab-bab sebelumnya,

kemajuan penbangunan secara signifikan di kota Depok tampak ketika Depok

mengalami perubahan status dari kota administratif (bagian dari kabupaten Bogor)

menjadi Kota Madya. Menggeliatnya pusat perbelanjaan dan bisnis sepanjang jalan

Margonda Raya (dari stasiun Depok lama – UI) adalah bukti riil dari perubahan

status.tersebut. Kendati tertalalu dini menjadikan gambaran di atas sebagai dasar bagi

penulis untuk menyatakan bahwa penerapan otonomi di Depok telah berjalan dengan

baik (untuk tidak menyatakan berhasil/sukses), tetapi cukup kiranya untuk di jadikan

bahan perbandingan bagaimana saat Depok menjadi daerah administratif dengan

status barunya yang kini disebut sebagai Kota Depok. Dari sinilah kemudian mungkin

bisa disepakati penilaian akan tingkat keberhasilan penerapan otonomi daerah di kota

Depok.

Secara fisik pembangunan Kota Depok terlihat jelas mengalami kemajuan.

Hal ini tidak lepas dari perubahan status yang di alami Depok dalam kerangka

kebijakan otonomi daerah nasional. Dengan adanya kebijakan perimbangan keuangan

daerah dan pusat yang di atur dalam UU No.33 Tahun 2004 memungkinkan bagi

Pemda setempat untuk mengambil kebijakan yang jitu dalam hal pembangunan. Dari

Page 65: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

sinilah kemudian bisa dipahami kenapa Pemda Kota Depok yang saat itu di jabat

Badrul Kamal memfokuskan kebijakan pembangunan di daerah margonda. Selain

merupakan daerah pusat pemerintahan karena kantor walikota bearada di daerah

tersebut, kemudian akses masuk ke daerah margonda pun terbilang mudah karena

lokasinya yang sangat strategis dengan didukung pasilitas trasnportasi yang memadai.

Oleh karena itu amatlah bisa dipahami jika bermunculan dan menjamurnya

bangunan-bangunan komersil seperti pusat perbelanjaan modern, restaurant, agen-

agen maskapai penerbangan, bank, perumahan, hotel atau tempat penginapan

bahakan ruko-ruko. Hal ini terjadi lantaran daerah margonda dianggap

menguntungkan secara financial sehingga menarik minat investor local maupun luar

untuk menginves modalnya di Depok. Bagi Depok keadaan ini sangat membantu

untuk melancarkan agenda pembangunan yang sudah dicanangkan. Sebagai langkah

awal dalam kerangka penerapan hak otonomi yang dimiliki Depok nampaknya

kebijakan tersebut amatlah tepat. Gam baran yang terjadi diatas merupakan bukti

bahwa Depok telah menjalankan statusnya yang baru dengan baik karena mengalami

kemajuan dalam pembangunan.

Dengan dibangunnya kantor DPRD Kota Depok di daerah Kota Kembang-

Sukmajaya dan didirikannya lembaga peradilan tingkat kota seta beberapa

infrastruktur kota lainnya yang masih berkaitan dengan penunjang keberhasilan

jalannya pemerintahan daerah, seolah-olah Depok mau menunjukan sudah sebarapa

jauh mereka mampu melewati dan melaksnakan hak otonom yang dimilikinya.

Rampungnya proyek pembangunan RSUD Depok di Sawangan yang saat ini tinggal

Page 66: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

menunggu proses peresmian saja merupakan bukti keseriusan Pemda Depok dalam

membangun dan memajukan daerahnya .

Saat ini hampir bisa dibilang seluruh wilayah yang ada di Depok sudah

tersentuh jalur dan sarana transportasi yang memadai. Angkutan Kota atau yang

lazim disebut angkot saat ini sudah semakin banyak. Sebagai contoh di daerah

kecamatan Sawangan yang dulunya belum ada rute/trayek angkutan umum (angkot)

kini sudah ada, sebut saja di sini trayek angkot D.25, D.28, D. 21 dan D. 27 yang

secara berurutan masing-masing menghubungkan wilayah; Pasir putih-Sawangan-BSI

Duren Mekar (D.25), Ciputat-Citayam (D.28), Bedahan-Arko Parung (D.21), dan

Pengasinan Arko- Kamp.Kebon, Pndk. Cabe (D.27). Disamping itu di lakukan

pengaspalan jalan serta betonisasi untuk mendukung jalur transportasi di wilayah

Depok yang tentunya berdampak pada aspek ekonomis dalam pembangunan Depok.

Kebijakan untuk mengembangkan daerah pusat pembangunan dengan

ditetapkannya Kec. Sawangan sebagai alternatif setelah sekian lama fokus di wilayah

jalan Margonda mengindikasikan bahwa Pemda Depok ingin melakukan pemerataan

pembangunan keseluruh wilayah yang termasuk dalam kekuasaan pemerintahan

Depok. Secara perlahan namun pasti sepertinya langkah tersebut membuahkan hasil.

Dengan memfokuskan wilayah Sawangan sebagai daerah permukiman ternyata

disambut baik oleh kalangan investor. Sebagai bukti disini bisa disebutkan beberapa

nama komplek perumahan yang ada di Sawangan, seperti; Telaga Golf (TG) dan

Telaga Jambu di kelurahan Sawangan, Riveria di Bedahan, Bukit Sawangan Permai

di Sawangan Baru dan Pasir putih, BSI Pengasinan, BSI Duren Mekar dan lain-lain.

Page 67: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Otonomi daerah merupakan awal kemandirian daerah dalam membangun

daerahnya. Karena di dalam otonomi daerah setiap wilayah kabupaten dan kota dapat

menyusun dan menetapkan Anggaran dan Pendapatan Daerah (APBD) secara mandiri

tanpa campur tangan dari pemerintahan yang secara struktural berada di atasnya.

Depok sebagai kota yang belum lama lahir mendapatkan keuntungan yang

luar biasa dari konsekuensi lahirnya otonomi daerah, karena dengan otonomi daerah,

kota Depok menjadi kota yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengadakan

pembangunan di kota Depok, dan dengan demikian segala hal mengenai

pembangunan yang tengah berlangsung di kota Depok dapat dikontrol dan diawasi

lebih mudah dan terarah.

A.1 Kemasyarakatan

Setelah Depok menjadi kota yang memiliki pemerintahan sendiri, maka

pembangunan fisik menjadi prioritas, hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya RSUD

(Rumah Sakit Umum Daerah) Kota Depok, dibangunnya Fly Over di jalan Nusantara

kota Depok untuk menghindari macet kendaraan yang akan melalui jalan yang

melalui rel kereta.

Hal tersebut di atas merupakan sebagian dari bukti yang dapat dilihat secara

jelas pada pembangunan secara fisik di kota Depok. Kota Depok merupakan daerah

penyanggah ibu kota yang harus mendapatkan perhatian dengan baik dari pemerintah

pusat. Dilihat dari aspek pertahanan dan keamanan ibu kota, maka perhatian berupa

pembangunan fisik sebagai bentuk dari penopang perekonomian kota Depok

Page 68: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

merupakan konsekuensi nyata yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

diberbagai bentuknya yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, dan didukung

sepenuhnya oleh pemerintahan daerah.

Pembangunan fisik sangat penting sebagai penopang pembangunan di bidang

lainnya untuk mencapai tujuan negara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum,

mencerdaskan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan Negara

merupakan awal dimana negara memposisikan diri tidak hanya sebagai otoritas

tertinggi yang dapat mengikat warga negaranya dalam mencapai cita-cita bangsa dan

Negara. Namun jauh dari itu, negara sebagai identitas rakyat yang berada di

dalamnya dapat memberikan yang terbaik untuk kemajuan negara dan

mensejahterakan rakyatnya secara bersamaan.

Setiap sektor fisik maupun nonfisik yang akan dicapai pada tujuan

pembangunan, tidak terlepas dari dukungan pembangunan fisik di suatu daerah,

begitupun pada kota Depok. Sebagai kota yang baru berkembang, Depok masih harus

berbenah diri, dengan dibangunnya berbagai sarana fisik yang dapat menunjang

berbagai sector pembangunan. Oleh karena itu, Prasarana fisik yang telah dan akan

dibangun semaksimal mungkin untuk tidak terlepas dari landasan yang dapat

menopang kehidupan masyarakat Depok.

Pembangunan mental spiritual harus seimbang dengan pembangunan fisik.

Untuk itu semua, pemerintah kota Depok telah melakukan berbagai pendekatan.

Seperti dibangunnya masjid “Baitul Kamal” yang terdapat di kompleks perkantoran

pemda Depok, secara simbolis pembangunan masjid tersebut merupakan kemajuan

Page 69: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

yang menarik dan signifikan dalam menjalankan keseimbangan antara nilai-nilai yang

bersifat materi dan religi. Selanjutnya, fenomena yang terjadi di kota Depok yang

kaitannya dengan pembangunan mental spiritual adalah pemerintah kota Depok

kerap melakukan “safari Ramadhan” pada setiap bulan suci Ramadhan, yaitu dengan

berkunjung ke masjid-masjid untuk melakukan sholat tarawih secara berjamaah,

dengan harapan ada hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan rakyat.

Pembangunan mental spiritual sangat penting untuk membina karakter dan

sisi spiritual masyarakat kota Depok. Karena perilaku seseorang sangat dipengaruhi

oleh nilai-nilai yang tertanam di dalam jiwanya. Oleh karena itu, kota Depok

merupakan kota yang berwawasan lingkungan hidup dan mengedepankan nilai-nilai

religi sebagai kota niaga dan pendidikan, hal ini yang menjadi visi kota Depok dalam

membangun kota Depok sebagai kota penyanggah ibu kota.

Di sisi lain, pemerintah kota Depok sering kali mengadakan acara dzikir

bersama di masjid Baitul Kamal dan sholat subuh berjamaah dengan kepala daerah

kota Depok. Hal ini setidaknya mencerminkan nilai-nilai spiritual yang diterapkan

sebagai bagian yang tidak bias dipisahkan dari kota Depok.

A.2 Ekonomi

Setelah kota Depok berubah status menjadi kota Depok –yang

pemerintahannya telah terpisah dari kabupaten Bogor, maka pembangunan

perekonomian kota Depok mengalami perubahan yang signifikan, yaitu berupa

kemajuan perekonomian kota Depok.

Page 70: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Kemajuan perekonomian kota Depok tidak hanya diyakini sebagai dampak

positif dari pemisahan kota administrasi pemerintahan dari kabupaten Bogor. Namun,

ini juga merupakan dampak dari regulasi yang tepat terhadap ketetapan mengenai

otonomi daerah sebagai suatu bentuk sistem pemerintahan yang harus diterapkan di

daerah-daerah. Dari sistem sentralisasi menjadi system disentralisasi.

Tabel 1. Table Perkembangan APBD 2000-2006

�FSHAPE \* MERGEFORMAT �F

Page 71: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

BAB IV

IMPLIKASI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA DEPOK

TERHADAP KEMAJUAN PEMBANGUNAN

A. Manajemen Pemerintahan

Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan bab-bab sebelumnya,

kemajuan penbangunan secara signifikan di kota Depok tampak ketika Depok

mengalami perubahan status dari kota administratif (bagian dari kabupaten Bogor)

menjadi Kota Madya. Menggeliatnya pusat perbelanjaan dan bisnis sepanjang jalan

Margonda Raya (dari stasiun Depok lama – UI) adalah bukti riil dari perubahan

status.tersebut. Kendati tertalalu dini menjadikan gambaran di atas sebagai dasar bagi

penulis untuk menyatakan bahwa penerapan otonomi di Depok telah berjalan dengan

baik (untuk tidak menyatakan berhasil/sukses), tetapi cukup kiranya untuk di jadikan

bahan perbandingan bagaimana saat Depok menjadi daerah administratif dengan

status barunya yang kini disebut sebagai Kota Depok. Dari sinilah kemudian mungkin

bisa disepakati penilaian akan tingkat keberhasilan penerapan otonomi daerah di kota

Depok.

Secara fisik pembangunan Kota Depok terlihat jelas mengalami kemajuan.

Hal ini tidak lepas dari perubahan status yang di alami Depok dalam kerangka

kebijakan otonomi daerah nasional. Dengan adanya kebijakan perimbangan keuangan

daerah dan pusat yang di atur dalam UU No.33 Tahun 2004 memungkinkan bagi

50

Page 72: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Pemda setempat untuk mengambil kebijakan yang jitu dalam hal pembangunan. Dari

sinilah kemudian bisa dipahami kenapa Pemda Kota Depok yang saat itu di jabat

Badrul Kamal memfokuskan kebijakan pembangunan di daerah margonda. Selain

merupakan daerah pusat pemerintahan karena kantor walikota bearada di daerah

tersebut, kemudian akses masuk ke daerah margonda pun terbilang mudah karena

lokasinya yang sangat strategis dengan didukung pasilitas trasnportasi yang memadai.

Oleh karena itu amatlah bisa dipahami jika bermunculan dan menjamurnya

bangunan-bangunan komersil seperti pusat perbelanjaan modern, restaurant, agen-

agen maskapai penerbangan, bank, perumahan, hotel atau tempat penginapan

bahakan ruko-ruko. Hal ini terjadi lantaran daerah margonda dianggap

menguntungkan secara financial sehingga menarik minat investor local maupun luar

untuk menginves modalnya di Depok. Bagi Depok keadaan ini sangat membantu

untuk melancarkan agenda pembangunan yang sudah dicanangkan. Sebagai langkah

awal dalam kerangka penerapan hak otonomi yang dimiliki Depok nampaknya

kebijakan tersebut amatlah tepat. Gam baran yang terjadi diatas merupakan bukti

bahwa Depok telah menjalankan statusnya yang baru dengan baik karena mengalami

kemajuan dalam pembangunan.

Dengan dibangunnya kantor DPRD Kota Depok di daerah Kota Kembang-

Sukmajaya dan didirikannya lembaga peradilan tingkat kota seta beberapa

infrastruktur kota lainnya yang masih berkaitan dengan penunjang keberhasilan

jalannya pemerintahan daerah, seolah-olah Depok mau menunjukan sudah sebarapa

jauh mereka mampu melewati dan melaksnakan hak otonom yang dimilikinya.

Page 73: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Rampungnya proyek pembangunan RSUD Depok di Sawangan yang saat ini tinggal

menunggu proses peresmian saja merupakan bukti keseriusan Pemda Depok dalam

membangun dan memajukan daerahnya .

Saat ini hampir bisa dibilang seluruh wilayah yang ada di Depok sudah

tersentuh jalur dan sarana transportasi yang memadai. Angkutan Kota atau yang

lazim disebut angkot saat ini sudah semakin banyak. Sebagai contoh di daerah

kecamatan Sawangan yang dulunya belum ada rute/trayek angkutan umum (angkot)

kini sudah ada, sebut saja di sini trayek angkot D.25, D.28, D. 21 dan D. 27 yang

secara berurutan masing-masing menghubungkan wilayah; Pasir putih-Sawangan-BSI

Duren Mekar (D.25), Ciputat-Citayam (D.28), Bedahan-Arko Parung (D.21), dan

Pengasinan Arko- Kamp.Kebon, Pndk. Cabe (D.27). Disamping itu di lakukan

pengaspalan jalan serta betonisasi untuk mendukung jalur transportasi di wilayah

Depok yang tentunya berdampak pada aspek ekonomis dalam pembangunan Depok.

Kebijakan untuk mengembangkan daerah pusat pembangunan dengan

ditetapkannya Kec. Sawangan sebagai alternatif setelah sekian lama fokus di wilayah

jalan Margonda mengindikasikan bahwa Pemda Depok ingin melakukan pemerataan

pembangunan keseluruh wilayah yang termasuk dalam kekuasaan pemerintahan

Depok. Secara perlahan namun pasti sepertinya langkah tersebut membuahkan hasil.

Dengan memfokuskan wilayah Sawangan sebagai daerah permukiman ternyata

disambut baik oleh kalangan investor. Sebagai bukti disini bisa disebutkan beberapa

nama komplek perumahan yang ada di Sawangan, seperti; Telaga Golf (TG) dan

Telaga Jambu di kelurahan Sawangan, Riveria di Bedahan, Bukit Sawangan Permai

di Sawangan Baru dan Pasir putih, BSI Pengasinan, BSI Duren Mekar dan lain-lain.

Page 74: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Otonomi daerah merupakan awal kemandirian daerah dalam membangun

daerahnya. Karena di dalam otonomi daerah setiap wilayah kabupaten dan kota dapat

menyusun dan menetapkan Anggaran dan Pendapatan Daerah (APBD) secara mandiri

tanpa campur tangan dari pemerintahan yang secara struktural berada di atasnya.

Depok sebagai kota yang belum lama lahir mendapatkan keuntungan yang

luar biasa dari konsekuensi lahirnya otonomi daerah, karena dengan otonomi daerah,

kota Depok menjadi kota yang dapat merencanakan, mengatur, dan mengadakan

pembangunan di kota Depok, dan dengan demikian segala hal mengenai

pembangunan yang tengah berlangsung di kota Depok dapat dikontrol dan diawasi

lebih mudah dan terarah.

A.1 Kemasyarakatan

Setelah Depok menjadi kota yang memiliki pemerintahan sendiri, maka

pembangunan fisik menjadi prioritas, hal ini dapat dilihat dengan terdapatnya RSUD

(Rumah Sakit Umum Daerah) Kota Depok, dibangunnya Fly Over di jalan Nusantara

kota Depok untuk menghindari macet kendaraan yang akan melalui jalan yang

melalui rel kereta.

Hal tersebut di atas merupakan sebagian dari bukti yang dapat dilihat secara

jelas pada pembangunan secara fisik di kota Depok. Kota Depok merupakan daerah

penyanggah ibu kota yang harus mendapatkan perhatian dengan baik dari pemerintah

pusat. Dilihat dari aspek pertahanan dan keamanan ibu kota, maka perhatian berupa

pembangunan fisik sebagai bentuk dari penopang perekonomian kota Depok

merupakan konsekuensi nyata yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

Page 75: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

diberbagai bentuknya yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, dan didukung

sepenuhnya oleh pemerintahan daerah.

Pembangunan fisik sangat penting sebagai penopang pembangunan di bidang

lainnya untuk mencapai tujuan negara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum,

mencerdaskan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tujuan Negara

merupakan awal dimana negara memposisikan diri tidak hanya sebagai otoritas

tertinggi yang dapat mengikat warga negaranya dalam mencapai cita-cita bangsa dan

Negara. Namun jauh dari itu, negara sebagai identitas rakyat yang berada di

dalamnya dapat memberikan yang terbaik untuk kemajuan negara dan

mensejahterakan rakyatnya secara bersamaan.

Setiap sektor fisik maupun nonfisik yang akan dicapai pada tujuan

pembangunan, tidak terlepas dari dukungan pembangunan fisik di suatu daerah,

begitupun pada kota Depok. Sebagai kota yang baru berkembang, Depok masih harus

berbenah diri, dengan dibangunnya berbagai sarana fisik yang dapat menunjang

berbagai sector pembangunan. Oleh karena itu, Prasarana fisik yang telah dan akan

dibangun semaksimal mungkin untuk tidak terlepas dari landasan yang dapat

menopang kehidupan masyarakat Depok.

Pembangunan mental spiritual harus seimbang dengan pembangunan fisik.

Untuk itu semua, pemerintah kota Depok telah melakukan berbagai pendekatan.

Seperti dibangunnya masjid “Baitul Kamal” yang terdapat di kompleks perkantoran

pemda Depok, secara simbolis pembangunan masjid tersebut merupakan kemajuan

yang menarik dan signifikan dalam menjalankan keseimbangan antara nilai-nilai yang

bersifat materi dan religi. Selanjutnya, fenomena yang terjadi di kota Depok yang

Page 76: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

kaitannya dengan pembangunan mental spiritual adalah pemerintah kota Depok

kerap melakukan “safari Ramadhan” pada setiap bulan suci Ramadhan, yaitu dengan

berkunjung ke masjid-masjid untuk melakukan sholat tarawih secara berjamaah,

dengan harapan ada hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan rakyat.

Pembangunan mental spiritual sangat penting untuk membina karakter dan

sisi spiritual masyarakat kota Depok. Karena perilaku seseorang sangat dipengaruhi

oleh nilai-nilai yang tertanam di dalam jiwanya. Oleh karena itu, kota Depok

merupakan kota yang berwawasan lingkungan hidup dan mengedepankan nilai-nilai

religi sebagai kota niaga dan pendidikan, hal ini yang menjadi visi kota Depok dalam

membangun kota Depok sebagai kota penyanggah ibu kota.

Di sisi lain, pemerintah kota Depok sering kali mengadakan acara dzikir

bersama di masjid Baitul Kamal dan sholat subuh berjamaah dengan kepala daerah

kota Depok. Hal ini setidaknya mencerminkan nilai-nilai spiritual yang diterapkan

sebagai bagian yang tidak bias dipisahkan dari kota Depok.

A.2 Ekonomi

Setelah kota Depok berubah status menjadi kota Depok –yang

pemerintahannya telah terpisah dari kabupaten Bogor, maka pembangunan

perekonomian kota Depok mengalami perubahan yang signifikan, yaitu berupa

kemajuan perekonomian kota Depok.

Kemajuan perekonomian kota Depok tidak hanya diyakini sebagai dampak

positif dari pemisahan kota administrasi pemerintahan dari kabupaten Bogor. Namun,

ini juga merupakan dampak dari regulasi yang tepat terhadap ketetapan mengenai

Page 77: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

otonomi daerah sebagai suatu bentuk sistem pemerintahan yang harus diterapkan di

daerah-daerah. Dari sistem sentralisasi menjadi system disentralisasi.

Page 78: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Tabel 1. Table Perkembangan APBD 2000-2006

� Tahun 2000 sebesar Rp 13.297.480

� Tahun 2001 sebesar Rp 26.664.120

� Tahun 2002 sebesar Rp 34.501.620

� Tahun 2003 sebesar Rp 42.581.480

� Tahun 2004 sebesar Rp 54.567.010

� Tahun 2005 sebesar Rp 64.060.869

� Tahun 2006 sebesar Rp.68.631.174

Table di atas menjelaskan perkembangan APBD Depok 2000-2006

menunjukkan angka kenaikan setiap tahunnya ini menjelaskan bahwa sektor ekonomi

Depok selalu menunjukkan angka-angka positif yang berdampak terhadap

perkembangan positif APBD Depok.

0.00

10,000.00

20,000.00

30,000.00

40,000.00

50,000.00

60,000.00

70,000.00

PAD (Juta)

PAD (Juta) 13,297.48 26,664.12 34,501.62 42,581.48 54,567.01 64,060.87 68,631.17

1 2 3 4 5 6 7

Page 79: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Di bawah ini adalah APBD Depok tahun 2006 yang bisa dijadikan sebagai

pemahaman tambahan.

Page 80: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

APBD TAHUN 2006

NO

URAIAN

JUMLAH

1

PENDAPATAN

1.1

Pendapatan Asli Daerah

68.631.174.736,00

1.2

Dana Perimbangan

520.303.329.045,00

1.3

Lain-lain Pendapatan Yang Sah

3.000.000.000,00

Jumlah Pendapatan

591.934.503.781,00

2.

BELANJA

2.1

Belanja Aparatur

187.399.370.468,20

2.2

Belanja Pelayanan Publik

487.503.066.197,77

Jumlah Belanja

674.902.436.665,97

SURPLUS/(DEFISIT)

(82.967.932.884,97)

3.

PEMBIAYAAN

3.1

Penerimaan Daerah

97.885.102.084,97

3.2

Pengeluaran Daerah

14.917.169.200,00

Jumlah Pembiayaan

82.967.932.884,97

Lebih jauh di sini bisa dijelaskan bahwa PDRB per kapita pada tahun 2005

atas dasar harga konstan berkisar Rp 4.740.868,66. Laju Perubahan Ekonomi (LPE)

pada tahun sebesar 6,93%.

Page 81: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Pertumbuhan perekonomian di suatu daerah sangat berkaitan erat dengan

pembangunan infrastruktur yang berada di daerah tersebut, karena dengan demikian,

laju pertumbuhan perekonomian dapat ditingkatkan dengan

Page 82: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

memanfaatkan fasilitas yang telah dibuat untuk memenuhi kehidupan warga

masyarakat Depok.

Wilayah kota Depok yang secara geografis sangat strategis, menempatkan

kota Depok sebagai kota yang menjadi pilihan dalam berinvestasi dalam berbagai

sektor perekonomian. Di sisi lain, Depok sebagai wilayah perkotaan merupakan salah

satu hal penentu dalam mengubah pola hidup masyarakat dari sistem agraris menuju

masyarakat industri, atau yang lebih sederhana mendorong masyarakat kota Depok

untuk bergerak diberbagai sektor perekonomian seperti Usaha Kecil dan Menengah

(UKM). Ini merupakan konsekuensi logis dari dampak pembangunan. Namun yang

terpenting adalah tingkat kesejahteraan penduduk semakin meningkat, karena peluang

untuk bergerak dalam bidang perekonomian semakin besar.

A.3 Politik

Perkembangan politik kota Depok sangat mempengaruhi kebijakan yang lahir

sebagai ketetapan yang harus dijalankan oleh masyarakat Depok. Oleh karena itu,

Depok yang secara geografis memiliki pemerintahan lebih kecil ketimbang

sebelumnya −saat Depok masih menjadi bagian dari kabupaten Bogor, maka pada

saat ini Depok tengah mengalami situasi berbeda. Karena ketika isu politik mencuat

kepermukaan maka hal tersebut akan mudah menjadi isu hangat untuk

diperbincangkan oleh masyarakat. Dengan demikian, fungsi masyarakat sebagai

pengontrol kebijakan akan berjalan lebih efektif.

Perkembangan politik di suatu wilayah tidak terlepas dari tingkat pendidikan

masyarakatnya. Sehingga kepedulian masyarakat terhadap

Page 83: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

perpolitikan yang berkembang secara positif berbanding lurus dengan tingkat

pendidikan masyarakatnya. Hal ini menjadi penting, ketika masyarakat di hadapkan

kepada isu-isu global atau regional yang berdampak terhadap kemajuan

pembangunan daerah, maka kemampuan untuk mengkaji dan memahami hal tersebut

dibutuhkan kemampuan intelektual yang didukung oleh tingkat pendidikan.

Politik sebagai sarana untuk membuat kebijakan, dan legitimasi masyarakat

terhadap kebijakan yang dibuat harus menjadi perhatian bagi masyarakat59

, hal itu

tentu akan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kota Depok. Oleh karena

itu, peran masyarakat sangat penting untuk menjadi fungsi kontrol, dan berperan

sesuai fungsinya yang menempatkan masyarakat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi

dalam sistem demokrasi. Dan saat ini, perhatian dan keterlibatan masyarakat kota

Depok dalam bidang politik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pembangunan kota Depok itu sendiri.

Pemberdayaan SDM (Sumber Daya Manusia) di kota Depok merupakan hal

penting, karena ketika Depok secara infrastruktur pembangunan semakin meningkat,

maka harus diimbangi oleh sumber daya manusia yang harus memadai. Karena

dengan demikian, akan terdapat keseimbangan di berbagai bidang kehidupan.

Dengan otonomi daerah, maka Pemberdayaan SDM warga kota Depok lebih

mendapatkan apresiasi, berupa pengangkatan pegawai negeri sipil yang

59 Sukarna, Sistem Politik, Bandung: Penerbit Alumni, 1981, h. 30

Page 84: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

mayoritas adalah warga Depok itu sendiri. Kemudian jabatan-jabatan strategis dalam

pemerintahan yang perlahan-lahan telah diisi oleh individu warga Depok, hal ini bagi

masyarakat Depok merupakan kemajuan yang berarti. Karena dalam waktu yang

lama sebelumnya, warga Depok hanya berperan sebagai penonton dan obyek dari

kebijakan pembangunan yang tengah berlangsung.

Tingkat pendidikan masyarakat Depok kini lebih baik, hal ini di dorong oleh

perubahan hidup masyarakat yang pada awalnya memiliki pola hidup masyarakat

agraris, namun saat ini kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam menghadapi

perkembangan zaman menjadi penting bagi masyarakat kota Depok, karena

persaingan dalam memenuhi kebutuhan hidup harus ditopang oleh kemampuan

intelektual yang dapat diperoleh melalui pendidikan yang memadai.

Indeks di atas menjelaskan bahwa kurun waktu 2001-2006 pembangunan

manusia (SDM) Depok menunjukkan angka-angka progressif setiap tahunnya. Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) 78.10 nomor 3 se-Indonesia dan tertinggi se-Jawa

2001 2002 2003 2004 2005 2006

IPM

55

60

65

70

75

80

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

IPM 65.08 71.82 73.9 76.13 76.85 77.81

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Page 85: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Barat. Ini artinya kualitas manusia (masyarakat) Depok semakin

Page 86: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

membaik. Keadaan seperti ini tentu tidak lepas dari semakin membaiknya tarap

pendidikan masyarakatnya.

Di bidang pendidikan, Pemkot Depok telah merehabiltasi 512 lokal

SD/SMP/sederajat, baik itu negeri-swasta. Juga memberikan tambahan dan bantuan

operasional sekolah Rp 10.000 per siswa setiap bulan kepada seluruh siswa

SD/SMP/SMA dan sederajat, serta gratis SPP untuk SD negeri dan bebas DSP bagi

SMP/SMA negeri.

Tingkat pendidikan masyarakat Depok kini lebih baik, data menunjukkan

Angka Melek Huruf tahun 2005 berkisar 97,98%, rata-rata lama sekolah 10,61 tahun

(2005). Prestasi lainnya adalah pendidikan luar sekolah (paket A) terbaik tingkat

nasional.

Akhirnya, harapan untuk dapat berdiri sejajar dengan kota lain seperti Jakarta,

Bogor, Tangerang dan Bekasi telah memotivasi semua elemen Depok untuk terus

bekerja keras melanjutkan pembangunan dengan harapan kota ini dapat mandiri

kokoh dan menjadi kota yang akhirnya dapat dijadikan contoh. Harapan itu perlahan-

lahan sudah mulai terwujud. Walau jatuh bangun, kota Depok berhasil mencatat

beragam prestasi dalam kurun waktu dua tahun belakangan ini (Walikota Nur

Mahmudi Ismail; Warta Depok edisi 10, Maret 2008, hal 5).

Demikian beberapa gambaran tentang perjalanan Depok setelah berubah

status menjadi Kotamadya. Jelaslah kiranya bahwa perubahan status Depok memberi

pengaruh positif yang mengarah pada perbaikan dan kemajuan.

Page 87: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otonomi daerah merupakan anugerah bagi daerah yang memiliki keinginan

besar untuk memaksimalkan fungsi kewenangan pemerintahan daerah. Kewenangan

yang proporsional dan optimal dalam menggerakkan setiap sumber daya yang berada

di daerah akan menjadikan daerah memiliki kemandirian dalam membangun

daerahnya. Dengan sistem desentralisasi yang diterapkan beriringan dengan otonomi

daerah dapat menempatkan daerah sebagai inspirator penetap kebijakan

pembangunan daerah.

Pembangunan yang mengedepankan keseimbangan pusat dan daerah dengan

menempatkan daerah sebagai yang menetapkan kebijakan, maka akan menjadikan

daerah sebagai wilayah yang pembangunannya berdasarkan potensi yang berada di

daerah tersebut. Potensi-potensi dasar yang berkembang di suatu daerah sangat

berkaitan erat dengan kepentingan daerah yang berkesinambungan. Oleh karena itu,

daerah harus menjadi inspirator, regulator, dan pengontrol pembangunan yang

berlangsung di daerah.

Dengan lahirnya otonomi daerah yang didukung oleh peraturan yang

berangkat dari nilai-nilai keadilan dan kedaulatan rakyat, maka memberikan peluang

besar daerah untuk membangun daerahnya secara maksimal.

Page 88: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Depok sebagai kota yang menginjak usia ke-10 merupakan kota yang

memiliki kesempatan seperti kota-kota lain di Indonesia dalam membangun

wilayahnya. Karena dengan bergulirnya otonomi daerah sebagai bagian yang tidak

bisa dipisahkan dari kewenangan daerah yang lebih besar untuk mengatur daerahnya,

maka akan memberikan peluang untuk memberikan yang terbaik bagi kota Depok

terbuka sangat lebar.

Pembangunan kota Depok dalam berbagai sektor mengalami kemajuan yang

sangat signifikan, hal ini merupakan buah dari diterapkannya otonomi daerah,

khususnya bagi kota Depok. Karena dengan otonomi daerah dengan sistem

desentralisasi menjadikan daerah sebagai pengambil kebijakan yang dapat

menggerakkan berbagai sektor kehidupan yang dapat menopang kota Depok untuk

lebih maju.

Kota Depok yang pada awalnya kota Administratif yang terdiri dari tiga

kecamatan (kecamatan Pancoranmas, kecamatan Beji, dan kecamatan Sukmajaya),

sekarang menjadi kota madya yang telah memiliki APBD sendiri dengan diperluas

wilayahnya yang terdiri dari enam kecamatan –ditambah 3 kecamatan: kecamatan

Sawangan, kecamatan Beji, dan kecamatan Cimanggis). Dengan demikian, ruang

kota yang memungkinkan pembagian daerah peruntukkan pembangunan akan

semakin mudah, dan semakin sempurna untuk menjadi sebuah kota madya.

Berdasarkan berbagai hal yang telah dijelaskan, maka otonomi daerah yang

tengah diterapkan di kota Depok telah memberikan kontribusi positif yang sangat

besar bagi masyarakat Depok. Karena dengan otonomi daerah pemerintah kota Depok

Page 89: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

dapat merencanakan pembanguan kota Depok secara mandiri demi kepentingan kota

Depok yang berkelanjutan, dengan mengedepankan keadilan sosial demi

mewujudkan Depok yang lebih sejahtera dan berkeadilan.

Akhirnya, penulis berkesimpulan bahwa penerapan otonomi daerah di kota

Depok berimplikasi pada kemajuan pembangunan Depok. Ini dapat di lihat pada

perkembangan fisik kota Depok serta tingkat pertumbuhan ekonomi Depok.

B. Saran-saran

Dengan adanya Otonomi di Daerah Kota Depok, diharapkan pembangunan

yang berjalan bisa merata. Dalam pengertian bahwa, selama ini pembangunan hanya

terfokus di daerah Margonda Raya/atau tempat-tempat yang strategis saja, akan tetapi

pembangunan itu harus diberikan secara merata, ke seluruh Kota Depok.

Selain itu tingkat kesejahteraan masyarakat Depok harusnya, lebih

diperhatikan lagi, tak hanya itu, pendidikan, kesehatan dan masalah keamanan,

kebersihan, serta ketertiban dapat dinikmati oleh masyarakat Depok. Harus lebih

ditingkatkan lagi. Sehingga apa yang menjadi visi Kota Depok “Menuju Kota Depok

yang Melayani dan Mensejahterakan”, terlihat nyata adanya.

Page 90: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rojali, Pelaksanaan Otonomi Luas & Isu Federalisme Sebagai Satu

alternatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Abra, Syarofin, MF., Demitologisasi Politik Indonesia; Mengusung Elitisme dalam

Orde Baru, Jakarta: PT. Rosada Cindosindo, 1998.

Al-Mawardi, Abi Hasan Ali bin Muhammad bin Habib Basyir Al-Baghdadi, Al-

Ahkam Ashultoniyah, Mesir: Darul Fikri, 1970.

Ashiddiqie, Jimly, (ed), et. Al., Sumber Daya Manusia untuk Indonesia Masa Depan,

Jakarta: PT. Citra Putra Bangsa, 1997.

Ass’arie, Musa, Menggagas Revolusi Kebudayaan Tanpa Kekerasan, Yogyakarta:

LSFI, 2002.

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2000.

Dwiyanto, Agus, Teladan dan Pantangan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan dan

Otonomi Daerah, Yogyakarta: Galang Printika, 2002

Djanur, Buana Rusna, H. Badrul Kamal Membangun Kota Depok, Depok: Adyssa

Promosindo, 2005.

Hermawan, Eman, Politik Membela Yang Benar, Teori, Kritik dan Nalar,

Yogyakarta: Yayasan KLIK & DKN Garda Bangsa Jakarta, 2001.

Informasi Depok Membangun Tahun 2002

Page 91: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Ismail, Soelistyani Gani, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: Ghala Indonesia, 1998.

Kartaprawira, Rusdi, Sistem Politik Indonesia, Bandung: Sinar Baru Agesindo, 1990.

Molang, Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya, 1998.

Nasdution, AH., Pengembangan Moral Inti Pembangunan Nasional, Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1999.

Nawawi, Hadani, H. dan Mimi Martini H., Manusia Berkualitas, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 1999

Patimura, Luthfi, Manajemen Otonomi Daerah, Yogyakarta: PT. Ujung Gading

Saksi, 2001

Pokja Wartawan Depok, Depok Merajut Asa Membangun Kota, Depok: Pokja

Wartawan Depok: Adhssa Promosindo, 2005.

Sanit, Arbi, Sistem Politik Indonesia: Kesetabilan, Kekuatan Politik dan

Pembangunan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Santoso, Heru, et.al., Sari Pendidikan Pancasila; dan UUD 1945 setelah

Perubahannya, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002.

Sukarna, Sistem Politik, Bandung: Penerbit Alumni, 1981.

Tilaar, H.A.R., Kekuasaan dan Pendidikan; Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi

Kultural, Magelang: Indonesia Terra, 2003.

Tim Penyusun , Buku Pedoman Akademik FUF Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.

Ubaidillah, A., et.al., Pendidikan Kewargaan, Demokrasi HAM dan Masyarakat

Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000

Page 92: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom

Umar, Musni, DPRD di Era Otonomi Daerah: Memancang Pilar Demokrasi, Jakarta:

Insed, 2003.

Wijiyanto, Kewarganegaraan (Citizenship), Jakarta: Piranti Darma Kalokatama,

2005.

Yayasan API, Panduan Parlemen Indonesia, Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2001.

Page 93: Otonomi Daerah di Indonesia Studi Daerah Kotamadya Depokrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7499/1/FIKHAN... · Gambaran Umum tentang Otonomi Daerah ... daerah otonom