Prasarat Petro Acara2
-
Upload
yopi-rachmana -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Prasarat Petro Acara2
http://kataloggeografi.blogspot.com/2014/09/siklus-batuan.htmlSiklus Batuan
Siklus batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sadimen, batuan sadimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi magma kembali
Transisi ke bekuKetika batu didorong jauh di bawah permukaan bumi, mereka dapat melebur menjadi magma . Jika kondisi tidak lagi ada untuk magma untuk tetap dalam keadaan cair, maka akan mendinginkan dan mengeras menjadi batuan beku. Sebuah batu yang dingin dalam bumi disebut mengganggu atau plutonik dan akan mendinginkan sangat lambat, menghasilkan tekstur yang kasar. Sebagai hasil dari vulkanik aktivitas, magma (yang disebut lava saat mencapai permukaan bumi) mungkin dingin sangat cepat ketika berada di permukaan bumi terkena atmosfer dan disebut ekstrusif batuan vulkanik atau. Ini batuan halus dan kadang-kadang dingin sangat cepat sehingga tidak ada kristal dapat membentuk dan menghasilkan alami kaca , seperti obsidian . Salah satu dari tiga jenis utama dari batuan (batuan beku, sedimen, dan metamorf) dapat melebur menjadi magma dan dingin ke batuan beku.
Pasca-vulkanik perubahan
Batuan beku massa asal tidak cepat didinginkan daripada mereka mulai berubah. Gas-gas dengan mana magma dibebankan secara perlahan hilang, aliran lava sering tetap panas dan mengepul selama bertahun-tahun. Gas-gas ini menyerang komponen batuan dan mineral deposito baru dalam rongga dan celah. Para zeolit sebagian besar asal ini. Bahkan sebelum ini "pasca-vulkanik" proses telah berhenti, dekomposisi atmosfer atau pelapukan dimulai sebagai mineral komponen batuan vulkanik beku dan tidak stabil di bawah kondisi permukaan atmosfer. Hujan, salju, asam karbonat , oksigen dan agen lainnya beroperasi terus menerus, dan tidak berhenti sampai seluruh massa telah runtuh ke bawah dan sebagian besar bahan-bahan yang telah diselesaikan menjadi produk baru atau terbawa dalam larutan air. Dalam klasifikasi batuan perubahan sekunder umumnya dianggap tidak penting: batuan diklasifikasikan dan digambarkan seolah-olah mereka idealnya segar, meskipun hal ini jarang terjadi di alam.
Sekunder perubahanPerubahan epigenetik (proses sekunder) dapat diatur di bawah sejumlah judul, masing-masing yang khas dari kelompok batuan atau mineral pembentuk batuan, meskipun biasanya lebih dari satu perubahan akan ditemukan berlangsung di batu yang sama. silisifikasi , penggantian mineral silika kristal atau kripto-kristal, yang paling umum di felsic batuan, seperti riolit , tetapi juga ditemukan pada ular, dll Kaolinization adalah dekomposisi dari feldspar , yang merupakan mineral yang paling umum di beku batu, ke kaolin (bersama dengan kuarsa dan lainnya mineral lempung ), yang terbaik adalah ditunjukkan oleh granit dan syenites . serpentinisasi adalah perubahan olivin ke serpentin (dengan magnetit ), ini khas dari peridotites , namun terjadi di sebagian besar mafik batuan . Dalam uralitization sekunder hornblende menggantikan augit , ini terjadi sangat umum di diabases , chloritization adalah perubahan augit (biotit atau hornblende) untuk klorit , dan terlihat di diabases banyak, batuan diorit dan greenstones . Epidotization terjadi juga di batuan dari kelompok ini, dan terdiri dalam pengembangan epidot dari biotit, hornblende, augit atau plagioklas feldspar.
Transisi ke malihanIni berlian adalah mineral dari dalam batuan beku atau metamorf yang terbentuk pada suhu tinggi dan tekanan. Rocks terkena suhu tinggi dan tekanan dapat berubah secara fisik atau kimia untuk membentuk batuan yang berbeda, yang disebut metamorfik. Metamorfosis Daerah mengacu pada efek pada massa batuan besar di daerah yang luas, biasanya
dikaitkan dengan peristiwa bangunan gunung dalam sabuk orogenic . Batuan ini biasanya menunjukkan band yang berbeda berbeda mineralogi dan warna, yang disebut foliation . Jenis lain utama dari metamorfosis disebabkan ketika tubuh batuan datang ke dalam kontak dengan intrusi batuan beku yang memanas ini batu negara sekitarnya. Ini kontak metamorfosis menghasilkan sebuah batu yang diubah dan kembali mengkristal oleh panas yang ekstrim dari magma dan / atau dengan penambahan cairan dari magma yang menambahkan bahan kimia ke batuan sekitarnya ( metasomatism ). Setiap jenis yang sudah ada batuan dapat dimodifikasi oleh proses metamorfosis.
Transisi ke sedimenBatuan yang tersingkap ke atmosfer yang tidak stabil dan bervariasi tunduk pada proses pelapukan dan erosi . Pelapukan dan erosi memecahkan batu asli ke dalam fragmen yang lebih kecil dan membawa pergi bahan terlarut. Bahan ini terfragmentasi terakumulasi dan dimakamkan oleh bahan tambahan. Sementara butir individu pasir masih anggota dari kelas batuan itu terbentuk dari, batu yang terdiri dari biji-bijian seperti menyatu bersama adalah sedimen. Batuan sedimen dapat dibentuk dari lithification dari fragmen kecil terkubur ( klastik batuan sedimen), akumulasi dan lithification bahan yang dihasilkan oleh hidup organisme ( biogenik batuan sedimen - fosil ), atau bahan kimia lithification diendapkan dari larutan mineral bantalan karena evaporasi ( endapan batuan sedimen). Batuan klastik dapat terbentuk dari fragmen rusak terpisah dari batuan yang lebih besar dari jenis apa pun, karena proses seperti erosi atau dari bahan organik, seperti sisa-sisa tanaman. Biogenik dan endapan batuan terbentuk dari pengendapan mineral dari bahan kimia terlarut dari semua jenis batuan lainnya.
http://dapurtambang.blogspot.com/2014/06/2-langkah-klasifikasi-batuan-beku.html2 Langkah Klasifikasi Batuan Beku Intrusif dan Batuan Beku EkstrusifOLEH RARUDIN AS
TUESDAY, 24 JUNE 2014
Bagikan :
Batu Andesit adalah jenis batuan beku yang berasal dari produk gunung
api. Batu Andesit ini dapat dibagi dua jenis berdasarkan tempat
terbentuknya. Batuan Andesit pertama adalah batuan beku yang
membeku atau terbentuknya didalam tanah, sedangkan batuan andesit
kedua pembekuannya terjadi dipermukaan yang sering disebut lafa. Batu
Andesit yang berada di Baleendah ini merupakan jenis batuan beku lafa
yang mempunyai struktur batuan columnar jointing (struktur tiang).
KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN GENETIK (TEMPAT TERJADINYA)
1. Batuan beku Intrusif
Batuan beku Intrusif ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga
disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku
intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat
lambat(dapat sampai jutaan tahun),memungkinkan tumbuhnya kristal-
kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku
intrusif. Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran
yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.
Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi batuan beku
intrusi dalam dan batuan beku intrusi permukaan. berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur
tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan. yaitu:
1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan
batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan
massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak
berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma
pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km
panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan
penelitian singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit
antara 20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang
menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang sebesar
dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat mendorong batuan
yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan ke
atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada
proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-
fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma yang naik,
sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi
dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua magma terlarut dan
mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen batuan yang
berada dalam tubuh magma yang sudah membeku dinamakan
Xenolith.
2. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock
merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
3. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,
sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur
(perlapisan) batuan yang diterobosnya.
4. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang
menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya
kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-
sisinya sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan
Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun
gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.
2. Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral
lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
http://dapurtambang.blogspot.com/2014/06/proses-terjadinya-batuan-beku-komposisi.html
Proses Terjadinya Batuan Beku: Komposisi Struktur dan TeksturOLEH RARUDIN AS
SUNDAY, 22 JUNE 2014
Bagikan :
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan
magma gunung berapi yang mengeras dengan atau tanpa proses
kritalisasi yang berada bawah permukaan bumi yang disebut sebagai
batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan
ekstrutif. igneus (dibaca ignis) adalah bahasa latin dari batuan beku
yang berati api.
Batuan beku instrusif (biasa disebut instrusi atau plutonik) adalah batuan
beku yang berubah menjadi kristal dari sebuah lelehan magma dibawah
permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawah tanah sebelum
mereka mencapai permukaan bumi disebut dengan nama pluton. Nama
Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia bawah tanah.
Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi pada
proses keluarnya magma ke permukaan bumi kemudian menjadi lava atau
meledak secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai
batuan.
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang
sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini :
penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi.
Terdapat 700 lebih tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan
sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan
kerak bumi.
Beberapa ahli geologis seperti Turner dan Verhoogen tahun 1960, F.F
Groun Tahun 1947,Takeda Tahun 1970, mendefenisikan magma sebagai
cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki
temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500
derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di
kerak bumi bagian bawah. Dalam magma teredapat bahan-bahan yang
terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas (antara lain air, co2,
chlorine, fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat
bergerak, dan non-volatile / non gas yang merupakan pembentuk mineral
yang umumnya terdapat pada batuan beku. Dalam perjalanan menuju
bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral pun
akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran.
STRUKTUR BATUAN BEKU
Sebagian besar struktur batuan beku hanya dapat dilihat di lapangan saja,
berikut dibawah beberapa struktur batuan beku.
- Pillow lava atau lava bantal
yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk
struktur seperti bantal.
- Skoria
yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
- Xenolitis
yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain
yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-
struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau
rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint
(kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
- Joint struktur
merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
- Masif
yaitu jika tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya
fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
- Vesikuler
yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas
pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan
arah yang teratur.
KOMPOSISI MINERAL PADA BATUAN BEKU
Cara menentukan kandungan mineral pada batuan beku, dapat dilakukan
dengan menggunakan indeks warna dari batuan kristal. Berdasarkan
warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu mineral Felsik dan Mineral Mafik.
- Mineral felsik, merupakan mineral yang berwarna terang, terutama
terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
- Mineral mafik, merupakan mineral yang berwarna gelap, terutama biotit,
piroksen, amphibol dan olivin.
Berdasarkan cara terjadinya, kadungan SiO2 dan indeks warna batuan
beku dapat diklasifikan. Sehingga dapat ditentukan nama batuan yang
berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama.
Menurut Rosenbusch (1877-1976) Klasifikasi batuan beku berdasarkan
cara terjadinya dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
- Effusive rock, merupakan batuan beku yang terbentuk di permukaan.
- Dike rock, merupakan batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
- Deep seated rock, merupakan batuan beku yang jauh di dalam bumi.
Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan
effusive disebut batuan vulkanik.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962),
antara lain :
- Batuan beku asam, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 lebih
dari 66%. Contohnya adalah riolit.
- Batuan beku intermediate, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2
antara 52% – 66%. Contohnya adalah dasit.
- Batuan beku basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2 antara
45% – 52%. Contohnya adalah andesit.
- Batuan beku ultra basa, batuan beku yang memiliki kandungan SiO2
kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.
Klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J. Shand,
1943, antara lain :
- Batuan beku Leucoctaris rock, jika mengandung kurang dari 30% mineral
mafik.
- Batuan beku Mesococtik rock, jika mengandung 30% – 60% mineral
mafik.
- Batuan beku Melanocractik rock, jika mengandung lebih dari 60%
mineral mafik.
Sedangkan klasifikasi batuan beku berdasarkan indeks warna menurut S.J.
Ellis (1948) antara lain sebagai berikut :
Batuan beku Holofelsic, batuan beku dengan indeks warna kurang dari
10%.
Batuan beku Felsic, batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Batuan beku Mafelsic, batuan beku dengan indeks warna 40% sampai
70%.
Batuan Beku Mafik, batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
TEKSTUR PADA BATUAN BEKU
Tekstur batuan beku secara umum ditentukan oleh tiga hal
utama, yaitu kritalinitas, Granularitas dan Bentuk Kristal. Mari kita bahas
ketiga hal penting tersebut satu persatu.
1. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada
waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya
digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan
yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan
kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya
berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika
pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan
tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka
kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas
derajat kristalisasi, yaitu:
- Holokristalin, Holokristalin adalah batuan beku dimana semuanya
tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan
plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
- Hipokristalin, Hipokristalin adalah apabila sebagian batuan terdiri dari
massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
- Holohialin, Holohialin adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari
massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian),
dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
2, Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan
beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a. Fanerik atau fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan kasat mata. Kristal-
kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
- Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
- Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
- Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
- Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
b. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan
dengan kasat mata sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan
dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Dalam analisis mikroskopis dibedakan menjadi tiga yaitu :
- Mikrokristalin, Jika mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
- Kriptokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk
diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar
antara 0,01 – 0,002 mm.
- Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan
sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi
dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
- Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
- Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
- Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
- Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
- Equidimensional, jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
- Tabular, jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
yang lain.
- Prismitik, jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.
- Irregular, jika bentuk kristal tidak teratur.
Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai
hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam
suatu batuan. hubungan antar kritak dapat dibagi menjadi beberapa jenis
antara lain sebagai berikut :
- Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk
batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya,
maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
- Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
- Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
- Inequigranular, yaitu jika ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang
lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.