Petro Lapangan Kulon Progo.docx

31
PRAKTIKUM PETROLOGI LAPANGAN DESA DEGAN, KEC.KALI BAWANG KAB. KULON PROGO YOGYAKARTA OLEH 1. REYNALDO SITUMORANG 2. NUR AIDA GALUH SEKAR ASRI 3. YULIANA SARUMI 4. SCOLASTIKA FEBRIANA LAURENZA TUDE 5. GEOVANI SANDRA MANIBUY 6. SETYA WIBAWA 7. HIRONIMUS FUTUNANEMBU 8. BUDI HARYANTO 9. ADI SYAFRIANSYAH SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

Transcript of Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Page 1: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

PRAKTIKUM PETROLOGI LAPANGAN

DESA DEGAN, KEC.KALI BAWANG KAB. KULON PROGO

YOGYAKARTA

OLEH

1. REYNALDO SITUMORANG

2. NUR AIDA GALUH SEKAR ASRI

3. YULIANA SARUMI

4. SCOLASTIKA FEBRIANA LAURENZA TUDE

5. GEOVANI SANDRA MANIBUY

6. SETYA WIBAWA

7. HIRONIMUS FUTUNANEMBU

8. BUDI HARYANTO

9. ADI SYAFRIANSYAH

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

Jl. Babarsari, Catur Tunggal Depok, Sleman, Yogyakarta 55281

Telp.(0274) 485390, 487540, 486986 Fax. (0274) 487249

HOME PAGE: http://www.sttnas.ac.id E-mail : [email protected]

Page 2: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah

Praktikum Petrologi berjudul Petrologi Lapangan Desa Degan, Kec.Kali Bawang

Kab. Kulon Progo Yogyakarta “

Dengan ini penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan tersusun

dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih Penulis

sampaikan kepada :

1. Allah Yang Maha pengasih atas segala hikmat dan kekuatan yang

diberikan kepada penulis dalam pembuatan Tugas ini.

2. Dr.Hill Gendoet Hartono, S.T. selaku dosen mata kuliah petrologi

STTNAS Yogyakarta.

3. Para asisten dosen yang telah membantu dalam praktikum.

4. Kakak pembimbing lapangan

5. Orang Tua tercinta yang mana telah membantu kami dalam segi

material maupun dalam segi motivasi selama dalam penyusunan

Tugas ini.

6. Teman-teman jabiger seperjuangan yang selalu meMberikan

motivasi dan dorongan.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan,

oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan tugas Makalah ini.

Akhir kata, Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam

penyusunan Tugas Makalah ini terdapat banyak kesalahan. Semoga Laporan ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penulis Makalah ini dan pada umumnya bagi

para pembaca.

Yogyakarta, Mei 2015

Page 3: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Penulis

Page 4: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata",

"alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur,

sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.

Orang yang mempelajari geologi disebut geolog. Mereka telah membantu

dalam menentukan umur bumi yang diperkirakan sekitar 4.5 miliar (4.5x109)

tahun, dan menentukan bahwa kulit bumi terpecah menjadi lempeng tektonik

yang bergerak di atas mantel yang setengah cair (astenosfir) melalui proses yang

sering disebut tektonik lempeng. Geolog membantu menemukan dan mengatur

sumber daya alam yang ada di bumi, seperti minyak bumi, batu bara, dan juga

metal seperti besi, tembaga, dan uranium serta mineral lainnya yang memiliki

nilai ekonomi, seperti asbestos, perlit, mika, fosfat, zeolit, tanah liat, pumis,

kuarsa, dan silika, dan juga elemen lainnya seperti belerang, klorin, dan helium.

Astrogeologi adalah aplikasi ilmu geologi tentang planet lainnya dalam

tata surya (solar sistem). Namun istilah khusus lainnya seperti selenology

(pelajaran tentang bulan), areologi (pelajaran tentang planet Mars), dll, juga

dipakai.

Kata "geologi" pertama kali digunakan oleh Jean-André Deluc dalam

tahun 1778 dan diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh Horace-Bénédict de

Saussure pada tahun 1779.

Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai

batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan

tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal

dari kata Bahasa Yunanipetra, yang berarti "batu".

Page 5: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan

beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu

lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.

Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan

sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung

partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).

Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari

batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang

bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan

kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan,

suhu, atau keduanya)

Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis,

dan analisis kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli

petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam

penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data

termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.

Petrologi eksperimental menggunakan perlengkapan tekanan tinggi, suhu

tinggi untuk menyelidiki geokimia dan hubungan fase dari material alami dan

sintetis pada tekanan dan suhu yang ditinggikan. Percobaan tersebut khususnya

berguna utuk menyelidiki batuan pada kerak bagian atas dan mantel bagian atas

yang jarang bertahan dalam perjalanan kepermukaan pada kondisi asli.

Page 6: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Litologi apa yang terdapat di daerah pengamatan ?

2. Digunakan untuk apa Lahan di sekitar daerah penelitian.

3.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1. Memberikan gambaran secara terperinci mengenai litologi daerah Degan,

Kulon Progo Yogyakarta.

2. Meneliti Tata guna Lahan di Daerah Degan Kulon Progo Yogyakarta.

1.4 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini kami lakukan dengan cara observasi daerah pengamatan desa

Degan Kec.Kali Bawang Kab.Kulon Progo secara langsung.

1.5 LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH

Lokasi di Kecamatan Kali Bawang, mencakup daerah Pendoworejo, Purwosari, dan daerah Banjararum dengan batas geografis ?????. Yakni LP 1 di dusun Degan, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo dengan letak geografis lintang 7044’1” dan bujur 110012’17,5” , LP 2 di dusun????? Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo dengan letak geografis lintang 7044’21,8”dan bujur 110012’51,4”, dan LP 3 di dusun Klepo,????? Kalibawang, Kulon Progo dengan letak geografis lintang 7044’1”dan bujur 110012’17,5”.

1.6 MATERI YANG DI TELITI

1. Geomorfologi Regional

Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah dibagi menjadi 3 zona, yaitu :

1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan

Page 7: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi

3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato

Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948). Daerah ini merupakan daerah uplift yang memebentuk dome yang luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32 km yang melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong Dome.

Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu :

A. Satuan Pegunungan Kulon Progo

Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara 100 – 1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar 150 – 160. Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari utara ke selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah dan tegalan.

B. Satuan Perbukitan Sentolo

Satuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran yang sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 – 150 meter diatas permukaan air laut dengan besar kelerengan rata – rata 15 0. Di wilayah ini, satuan perbukitan Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.

C. Satuan Teras Progo

Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo dan disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan Nanggulan dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo

D. Satuan Dataran Alluvial

Page 8: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur, daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan untuk pemukiman dan lahan persawahan.

E. Satuan Dataran Pantai

a. Subsatuan Gumuk Pasir

Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di sepanjang pantai selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan, batuan tersebut menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan aktivitas angin, material tersebut diendapkan di dataran pantai dan membentuk gumuk – gumuk pasir.

b. Subsatuan Dataran Alluvial Pantai

Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan gumuk pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal dari subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan ini tidak dijumpai gumuk - gumuk pasir sehingga digunakan untuk persawahan dan pemukiman penduduk.

2. Stratigrafi Regional

Menurut Sujanto dan Ruskamil (1975) daerah Kulon Progo merupakan tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan Kebumen di bagian barat dan Yogyakarta di bagian timur, yang didasarkan pada pembagian tektofisiografi wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Yang mencirikan tinggian Kulon Progo yaitu banyaknya gunung api purba yang timbul dan tumbuh di atas batuan paleogen, dan ditutupi oleh batuan karbonat dan napal yang berumur neogen.

Dalam stratigrafi regional mengenai daerah fieldtrip, dibahas umur batuan berdasarkan batuan penyusunnya, untuk itu perlu diketahui sistem umur batuan penyusun tersebut. Sistem tersebut antara lain :

1. Sistem eosenBatuan yang menyusun sistem ini adalah batu pasir, lempung, napal, napal pasiran, batu gamping, serta banyak kandungan fosil foraminifera maupun moluska. Sistem eosen ini disebut “Nanggulan group”. Tipe dari sistem ini misalnya di desa Kalisongo, Nanggulan

Page 9: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Kulon Progo, yang secara keseluruhannya tebalnya mencapai 300 m. Tipe ini dibagi lagi menjadi empat yaitu “Yogyakarta beds”, “Discoclyina”, “Axiena Beds” dan Napal Globirena, yang masing - masing sistem ini tersusun oleh batu pasir, napal, napal pasiran, lignit dan lempung. Di sebelah timur ”Nanggulan group” ini berkembang facies gamping yang kemudian dikenal sebagai gamping eosen yang mengandung fosil foraminifera, colenterata, dan moluska.

2. Sistem oligosen – miosenSistem oligosen – miosen terjadi ketika kegiatan vulkanisme yang memuncak dari Gunung Menoreh, Gunung Gadjah, dan Gunung Ijo yang berupa letusan dan dikeluarkannya material – material piroklastik dari kecil sampai balok yang berdiameter lebih dari 2 meter. Kemudian material ini disebut formasi andesit tua, karena material vulkanik tersebut bersifat andesitik, dan terbentuk sebagai lava andesit dan tuff andesit. Sedang pada sistem eosen, diendapkan pada lingkungan laut dekat pantai yang kemudian mengalami pengangkatan dan perlipatan yang dilanjutkan dengan penyusutan air laut. Bila dari hal tersebut, maka sistem oligosen – miosen dengan formasi andesit tuanya tidak selaras dengan sistem eosen yang ada dibawahnya. Diperkirakan ketebalan istem ini 600 m. Formasi andesit tua ini membentuk daerah perbukitan dengan puncak – puncak miring.

3. Sistem miosenSetelah pengendapan formasi andesit tua daerah ini mengalami penggenangan air laut, sehingga formasi ini ditutupi oleh formasi yang lebih muda secara tidak selaras. Fase pengendapan ini berkembang dengan batuan penyusunnya terdiri dari batu gamping reef, napal, tuff breksi, batu pasir, batu gamping globirena dan lignit yang kemudian disebut formasi jonggrangan, selain itu juga berkembang formasi sentolo yang formasinya terdiri dari batu gamping, napal dan batu gamping konglomeratan. Formasi Sentolo sering dijumpai kedudukannya diatas formasi Jonggrangan. Formasi Jonggrangan dan formasi Sentolo sama – sama banyak mengandung fosil foraminifera yang beumur burdigalian – miosen. Formasi – formasi tersebut memilik ipersebaran yang luas dan pada umumnya membentuk daerah perbukitan dengan puncak yang relative bulat. Diakhir kala pleistosen daerah ini mengalami pengangkatan dan pada kuarter terbentuk endapan fluviatil dan vulkanik dimana pembentukan tersebut berlangsung terus – menerus hingga sekarang yang letaknya tidak selaras diatas formasi yang terbentuk sebelumnya.

Page 10: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Berdasarkan system umur yang ditentukan oleh penyusun batuan stratigrafi regional menurut Wartono Rahardjo dkk (1977), Wirahadikusumah (1989), dan Mac Donald dan partners (1984), daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 formasi, yaitu :

a. Formasi NanggulanFormasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo. Formasin Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu:1. Axinea Beds

Formasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari abut pasir, dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.

2. Yogyakarta bedsFormasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.

3. Discocyclina bedsFormasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta beds denagn ketebalan sekitar 200m. Terdiri dari batu napal yang terinteklasi dengan batu gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada discocyclina beds adalah discocyclina.

b. Formasi Andesit TuaFormasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur oligosen – miosen.

c. Formasi JonggranganFormasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian

Page 11: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

atasnya terdiri dari batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan gastropoda.

d. Formasi SentoloFormasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar miosen bawah sampai pleistosen.

Sedang menurut Van Bemellen (1977) Pegunungan Kulon Progo dikelompokkan menjadi beberapa formasi berdasarkan batuan penyusunnya. Formasi tersebut dimulai dari yang paling tua yaitu sebagai berikut :

a. Formasi NanggulanFormasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir, sisipan lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300 m. berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat umur formasi nanggulan sekitar eosen tengah sampai oligosen atas. Formasi ini tersingkap di daerah Kali Puru dan Kali Sogo di bagian timur Kali Progo. Formasi Nanggulan dibagi menjadi 3, yaitu

1. Axinea BedsFormasi paling bawah dengan ketebalan lapisan sekitar 40 m, terdiri dari abut pasir, dan batu lempung dengan sisipan lignit yang semuanya berfasies litoral, axiena bed ini memiliki banyak fosil pelecypoda.

2. Yogyakarta bedsFormasi yang berada di atas axiena beds ini diendapkan secara selaras denagn ketebalan sekitar 60 m. terdiri dari batu lempung ynag mengkonkresi nodule, napal, batu lempung, dan batu pasir. Yogyakarta beds mengandung banyak fosil poraminifera besar dan gastropoda.

3. Discocyclina bedsFormasi paling atas ini juga diendapkan secara selaras diatas Yogyakarta beds denagn ketebalan sekitar 200m. Terdiri dari batu napal yang terinteklasi dengan batu gamping dan tuff vulakanik, kemudian terinterklasi lagi dnegan batuan arkose. Fosil yang terdapat pada discocyclina beds adalah discocyclina.

Page 12: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

b. Formasi Andesit TuaFormasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff, tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini formasi ini berumur oligosen – miosen.

c. Formasi JonggranganFormasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi, batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya terdiri dari batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak selaras dengan formasi andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan gastropoda.

d. Formasi SentoloFormasi Sentolo ini mempunyai batuan penyusun berupa batu pasir napalan dan batu gamping, dan pada bagian bawahnya terdiri dari napal tuffan. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m. Letak formasi initak selaras dengan formasi jonggrangan. Formasi Sentolo ini berumur sekitar miosen bawah sampai pleistosen

e. Forasi Alluvial dan gumuk pasirFormasi ini iendapan secara tidak selaras terhadap lapisan batuan yang umurnya lebih tua. Litologi formasi ini adalah batu apsr vulkanik merapi yang juga disebut formasi Yogyakarta. Endapan gumuk pasir terdiri dari pasir – pasir baik yang halus maupun yang kasar, sedangkan endapan alluvialnya terdiri dari batuan sediment yang berukuran pasir, kerikir, lanau dan lempung secara berselang – seling.

Dari seluruh daerah Kulon Progo, pegunungan Kulon Progo sendiri termasuk dalam formasi Andesit tua. Formasi ini mempunyai litologi yang penyusunnya berupa breksi andesit, aglomerat, lapili, tuff, dan sisipan aliran lava andesit. Dari penelitian yang dilakukan Purmaningsih (1974) didapat beberapa fosil plankton seperti Globogerina Caperoensis bolii, Globigeria Yeguaensis” weinzeierl dan applin dan Globigerina Bulloides blow. Fosil tersebut menunjukka batuan berumur Oligosen atas. Karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada bagian terbawah gunung berumur eosin bawah, maka oleh Van bemellen andesit tua diperkirakan berumur oligosen atas sampai miosen bawah dengan ketebalan 660 m.

Page 13: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

3. Struktur Geologi Regional

Struktur ini dapat dikenali dengan adanya kenampakan pegunungan yang dikelilingi oleh dataran alluvial. Secara umum struktur geologi yang bekerja adalah sebagai berikut :

1. Struktur DomeMenurut Van Bemellen (1948), pegunungan Kulon Progo secara keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai diameter 32 km mengarah NE – SW dan 20 km mengarah SE – NW. Puncak kubah lonjong ini berupa satu dataran yang luas disebut jonggrangan plateu. Kubah ini memanjang dari utara ke selatan dan terpotong dibagian utaranya oleh sesar yang berarah tenggara – barat laut dan tertimbun oleh dataran magelang, sehingga sering disebut oblong dome. Pemotongan ini menandai karakter tektonik dari zona selatan jawa menuju zona tengah jawa. Bentuk kubah tersebut adalah akibat selama pleistosen, di daerah mempunyai puncak yang relative datar dan sayap – sayap yang miring dan terjal. Dalam kompleks pegunungan Kulon Progo khususnya pada lower burdigalian terjadai penurunan cekungan sampai di bawah permukaan laut yang menyebabkan terbentuknya sinklin pada kaki selatan pegunungan Menoreh dan sesar dengan arah timur – barat yang memisahkan gunung Menoreh denagn vulkan gunung Gadjah. Pada akhir miosen daerah Kulon Progo merupakan dataran rendah dan pada puncak Menoreh membentang pegunungan sisa dengan ketinggian sekitar 400 m. secara keseluruhan kompleks pegunungan Kulon Progo terkubahkan selama pleistosen yang menyebabkan terbentuknya sesar radial yang memotong breksi gunung ijo dan Formasi Sentolo, serta sesar yang memotong batu gamping Jonggrangan. Pada bagian tenggara kubah terbentuk graben rendah.

2. UnconformityDi daerah Kulon Progo terdapat kenampakan ketidakselarasan (disconformity) antar formasi penyusun Kulon Progo. Kenampakan telah dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi andesit tua yang diendapkan tidak selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit Tua, dan formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Jonggrangan.

Page 14: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

BAB II

ISI

2.1 HASIL ANALISA

Hari /Tanggal : Kamis 14-05-2015 Cuaca :Cerah

Waktu :11:30 WIB Lokasi :Degan 2,

LP IKoordinat Lintang : 7044’1”

Bujur :110012’17,5”

Strike/Dip : N 400 E / 350

Slope : 200

Jenis Batuan : Batuan Sedimen

PEMERIAN

Warna

Segar :Abu-abu

Lapuk :Coklat

Tekstur :Klastik

Struktur :Berlapis

Komposisi Mineral :Mineral Lempung

Ciri Khas :Berlapis

Nama Batuan :Batulempung

Genesis : Type utama batu lempung menurut terjadinya terdiri dari lempung residu dan lempung letakan ( sedimen) , lempung residu adalah sejenis lempung yang terbentuk karena proses pelapukan (autrasi ) batuan beku dan ditemukan di sekitar batuan induknya. Kemudia material lempung ini mengalami proses diagenesa sehingga membentuk batulempung.????????

Page 15: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

PEMERIAN

Warna

Segar :Abu-abu

Lapuk :Coklat Muda

Tekstur :Klastik

Struktur :Berlapis

Komposisi Mineral :Mineral Pasir

Ciri Khas :Berlapis

Nama Batuan :Batupasir

Genesis : Batupasir terbentuk ketika pasir jatuh dan terendapkan pada bagian offshore dari delta sungai, tetapi gurun pasir dan pantai dapat membentuk perlapisan batu pasir apabila di kaji dalam rekam geologi. Batu pasir biasanya tidak mengandung fosil-fosil, sebab energi yang terdapat pada lingkungan ketika lapisan-lapisan pasir terbentuk tidak mendukung untuk terpeliharanya fosil-fosil tersebut. Sebagai pemandangan dan pembentuk batuan, batu pasir penuh dengan karakter, warna yang khas dan cepat terawetkan.

Butiran dari kuarsa di dalam batu pasir tersemen bersama dengan silika (yang secara kimiawi sama dengan kuarsa), atau kalisium karbonat atau oksida besi. Warna coklat dan belang pada batu pasir di sebabkan sejumlah kecil dari mineral-mineral besi.

Page 16: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Hari /Tanggal : Kamis 14-05-2015 Cuaca :Cerah

Waktu :14:30 Lokasi :Tempel

LP IIKoordinat Lintang : 7044’21,8”

Bujur :110012’51,4”

Slope : 160

Jenis Batuan : Batuan Beku

PEMERIAN

Warna

Segar :Hitam

Lapuk :Abu-abu

Tekstur

Granularitas :Afanitik-Porfiritik

Kristalinitas :Holokristalin

Keseragaman Butir :Inegranular

Bentuk Kristal :Subhedral

Struktur :Masif

Komposisi Mineral : Muskovit, Biotit,

Nama mineral : Muskovit Persentase :

Warna :Bening/putih Kilap : Kaca

Bentuk :Berlembar Ukuran :

Cerat :Putih Kekerasan : 2-2,5

Belahan :1 arah Sistem Kristal : Monoklin

Page 17: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Nama mineral :Biotit Persentase :

Warna :Hitam, Coklat, Hijau tua Kilap :

Bentuk : Ukuran :

Cerat : Kekerasan :

Belahan : Sistem Kristal :

Ciri Khas : Berstruktur masif

Nama Batuan : Andesit

Genesis : Merupakan batuan beku baik batuan beku intrusi dangkal dan batuan beku ekstrusi aliran lava sehingga terbentuk baik diatas permukaan bumi maupun diterbentudalam pool magma “subvolcanic Intrusion”. Dilihat dari ukuran kristal yang terbentuk bila adanya kristal yang kasar maupun halus (ada kedua-keduanya) maka mencirikan batuan bertekstur Porfiritik. Sedangkan bila dominan kristal halus maka mencirikan batuan bertekstur Afanitik. Adapun warna pada batuan bila berwarna abu-abu mengindikasi bahwa komposisi magama pada batuan tersebut adalah bersifat intermediet.

Page 18: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

Hari /Tanggal : Kamis 14-05-2015 Cuaca :Cerah

Waktu :11:30 Lokasi :Klepo

LP IIIKoordinat Lintang : 7044’1”

Bujur :110012’17,5”

Strike/Dip : N 400 E / 350

Slope : 200

Jenis Batuan : Batuan Sedimen

PEMERIAN

Warna

Segar :Abu-abu

Lapuk :Coklat

Tekstur :Klastik

Struktur :

Komposisi Mineral :

Ciri Khas : Mineral Menyudut

Nama Batuan :Breksi

Genesis :

Page 19: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

2.2 PEMBAHASAN

Setelah melakukan observasi lapangan yang terletak di Kulon Progo,

Kalibawang tepatnya daerah Banjararum dan Sekitarnya, adapun hasil observasi

yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 dan 14 Mei 2015, menemukan 3 spot/

tempat yang masing-masing diberi nama LP 1, LP 2, dan LP 3.

2.2.1. LP 1

LP 1 terletak di dusun degan 2, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo

dengan letak geografis / koordinat lintang : 7044’1” dan bujur: 110012’17,5”.

Adapun litologi batuan yang didapatkan disana yakni jenis batuan sedimen yakni

batupasir dan batulempung. Aspek geomorfologi yang ditemukan disana yakni

Aspek GeomorfologiVegetasi pohon coklat,Pohon Jati, persawahan.

Tata Lahan Jembatan,lahan pertanian,Topografi Dataran rendah

Kemiringan / Slope 22°S/D N 40°E/35°

Struktur Geologi KekarSDA Cocok untuk daerah persawahan

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di LP 1 degan

2, Banjararum, Kalibawang, Kulon Progo, dapat dikatakan masuk kedalam

formasi Nanggulan yang telah diteliti oleh penilitian sebelumnya yaitu Van

Bemellen (1948) dimana Pegunungan Kulon Progo dikelompokkan menjadi

beberapa formasi berdasarkan batuan penyusunnya.

Formasi Nanggulan mempunyai penyusun yang terdiri dari batu pasir, sisipan

lignit, napal pasiran dan batu lempungan dengan konkresi limonit, batu gamping

dan tuff, kaya akan fosil foraminifera dan moluska dengan ketebalan 300 m.

berdasarkan penelitian tentang umur batuannya didapat umur formasi nanggulan

sekitar eosen tengah sampai oligosen atas.

Page 20: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

2.2.2. LP 2

LP 2 terletak di Gunung Mujil dusun Tempel, Pendoworejo, Kalibawang, Kulon Progo dengan letak geografis / koordinat lintang : 7044’21,8” dan bujur: 110012’51,4”. Adapun litologi batuan yang didapatkan disana yakni jenis batuan sedimen yakni batupasir dan batulempung. Lingkup geomorfologi yang ditemukan disana yakni

Aspek GeomorfologiVegetasi Pohon jati,pohon kelapa

Tata Lahan SelokanTopografi Pegunungan

Kemiringan / Slope 16°S/D -

Struktur Geologi -SDA Cocok untuk bahan bangunan

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di LP 2 di

Gunung Mujil dusun Tempel, Pendoworejo, Kalibawang, Kulon Progo, dapat

dikatakan masuk kedalam Formasi Andesit Tua yang telah diteliti oleh penilitian

sebelumnya yaitu Van Bemellen (1948) dimana Pegunungan Kulon Progo

dikelompokkan menjadi beberapa formasi berdasarkan batuan penyusunnya.

Formasi ini mempunyai batuan penyusun berupa breksi andesit, lapili tuff,

tuff, breksi lapisi , Aglomerat, dan aliran lava serta batu pasir vulkanik yang

tersingkap di daerah kulon progo. Formasi ini diendapkan secara tidak selaras

dengan formasi nanggulan dengan ketebalan 660 m. Diperkirakan formasi ini

formasi ini berumur oligosen – miosen.

Page 21: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

2.2.3. LP 3

LP 3 terletak di dusun Klepo, Purwosari, Kalibawang, Kulon Progo dengan letak geografis / koordinat lintang : 7043’26” dan bujur: 110011’15”. Adapun litologi batuan yang didapatkan disana yakni jenis batuan sedimen yakni batupasir dan batulempung. Lingkup geomorfologi yang ditemukan disana yakni

Aspek GeomorfologiVegetasi Pohon jati,pohon kuweni,pohojn coklat

Tata Lahan PerkebunanTopografi pegunungan

Kemiringan / Slope 16°S/D -

Struktur Geologi -SDA Batuan breksi untuk bangunan

Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di LP 3 di

dusun Klepo, Purwosari, Kalibawang, Kulon Progo, dapat dikatakan masuk

kedalam Formasi Jonggrangan yang telah diteliti oleh penilitian sebelumnya yaitu

Van Bemellen (1948) dimana Pegunungan Kulon Progo dikelompokkan menjadi

beberapa formasi berdasarkan batuan penyusunnya.

Formasi ini mempunyai batuan penyusun yang berupa tufa, napal, breksi,

batu lempung dengan sisipan lignit didalamnya, sedangkan pada bagian atasnya

terdiri dari batu gamping kelabu bioherm diselingi dengan napal dan batu

gamping berlapis. Ketebalan formasi ini 2540 meter. Letak formasi ini tidak

selaras dengan formasi andesit tua. Formasi jonggrangan ini diperkirakan berumur

miosen. Fosil yang terdapat pada formasi ini ialah poraminifera, pelecypoda dan

gastropoda.

Page 22: Petro Lapangan Kulon Progo.docx

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN