praktikum biofarmasetika
-
Upload
novi-candradewi -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of praktikum biofarmasetika
-
7/23/2019 praktikum biofarmasetika
1/4
Asam salisilat merupakan asam lemah. Untuk obat yang bersifat elektrolit lemah,
baik asam maupun basa lemah, laju penghantaran obat dipengaruhi oleh besarnya derajat
ionisasi. Bagian yang terionisasi akan memiliki muatan sehingga akan lebih mudah larut
dalam air dari pada bagian obat yang tidak terionisasi. Sedangkan bagian yang tidak
terionisasi atau berada dalam bentuk molekulnya akan lebih mudah larut dalam lipid dan
dapat menembus lipid membran dengan lebih mudah, karena membran sel lebih
permeabel terhadap bentuk obat yang tidak terionkan daripada bentuk terionkan.
Terjadinya ionisasi dipengaruhi oleh pKa obat (senyawa dan juga p! medium. Besarnya
perbandingan bagian yang terion dan yang tidak terion (dalam bentuk molekul dapat
diprediksi dengan persamaan Handerson Hasselbach. Untuk obat yang bersifat asam
lemah, persamaan Handerson Hasselbach yang dipakai adalah "
p! # pKa $ log
%ari hasil perhitungan dengan persamaan di atas, untuk p! &,' ternyata diperoleh
perbandingan obat yang terion per obat yang tak terion sebesar &,)*.&+', sedangkan
untuk p! -, diperoleh perbandingan sebesar /,/**0&+1. 2enurut persamaan Handerson
Hasselbach, Asam salisilat pada p! -, akan lebih banyak berada dalam bentuk
terionisasi atau larut dalam air, sedangkan untuk bisa berdifusi melalui membran lipid(usus, obat harus berada dalam bentuk molekulnya (bentuk tak terion, sehingga obat
dapat menembus membran lipid menuju sirkulasi darah. 3ada p! &,' Asam salisilat akan
lebih banyak berada dalam bentuk molekulnya sehingga obat akan lebih mudah berdifusi
melalui membran usus. 4adi, menurut persamaan Handerson Hasselbach, pada p!
yang lebih asam (pada per5obaan ini p! &,', asam salisilat lebih banyak dalam bentuk
molekulnya sehingga asam salisilat akan lebih mudah berdifusi melalui membran lipid
usus daripada p! yang lebih tinggi (pada per5obaan ini p! -,. Se5ara teoritis, jumlah
asam salisilat yang diabsorpsi per total luas usus halus pada p! &,' lebih banyak
dibandingkan pada p! -,. Sehingga dapat disimpulkan se5ara teori absorpsi asam
salisilat pada medium p! &,' (diasumsikan sebagai organ lambung lebih besar
dibandingkan pada medium p! -, (diasumsikan sebagai organ usus halus.
-
7/23/2019 praktikum biofarmasetika
2/4
3ada per5obaan, pengambilan data dilakukan oleh dua kelompok, kelompok kami
melakukan per5obaan dengan p! medium &,', dan kelompok ' golongan 666 melakukan
per5obaan dengan p! medium -,. Setiap per5obaan dilakukan replikasi ' kali. Untuk
mengetahui jumlah obat yang diabsorpsi dilakukan dengan mengukur absorbansi dari
sampel, yaitu 5airan serosal yang diambil setiap & menit. Absorbansi yang terukur dalam
per5obaan ini adalah asam salisilat dalam bentuk molekulnya karena yang diukur adalah
5airan serosal di mana obat yang berada di 5airan mukosal telah berdifusi melalui
membran usus menuju 5airan serosal. %ari hasil per5obaan, diperoleh jumlah obat
kumulatif yang terabsorpsi selama 1 menit pada p! &,' untuk tikus & adalah +,+'))& mg
dan untuk tikus ' adalah +,+'&) mg. Sedangkan jumlah obat kumulatif yang terabsorpsi
selama + menit pada p! -, untuk tikus & adalah ,&/-+ mg dan untuk tikus ' adalah
',+-/-/ mg. 3erbedaan lamanya sampling adalah dikarenakan kurangnya waktu pada
saat praktikum akibat terhambat kendala pengkondisian alat dan hewan uji pada awal
praktikum, sehingga kelompok kami hanya mengambil sampel sebanyak / kali (1
menit. %ari hasil tersebut terlihat bahwa jumlah asam salisilat yang diabsorpsi di
lingkungan asam (p! &,' lebih sedikit daripada asam salisilat yang diabsorpsi di
lingkungan basa (p! -,. !al ini tidak sesuai dengan teori dimana obat yang bersifat
asam lemah seharusnya akan lebih mudah diabsorpsi di lingkungan asam, karena dalam
lingkungan asam, asam lemah yang terionisasi akan membentuk bagian tak terion lebih
banyak daripada bagian terion sehingga akan lebih banyak yang dapat menembus
membran sel menuju sirkulasi darah.
3arameter lain yang ditentukan dalam per5obaan ini adalah Ka (tetapan ke5epatan
absorpsi, 3m (permeabilitas membran, dan lag time atau waktu tunda absorpsi sebelum
permulaan absorpsi obat orde satu. Untuk menentukan parameter tersebut, perlu dibuat
kur7a hubungan waktu dengan jumlah kumulatif obat yang diabsorpsi. %engan
menggunakan regresi linier antara waktu dengan jumlah kumulatif obat yang diabsorpsi,
pada p! &,' didapatkan persamaan garis lurus untuk tikus & adalah y # +.+++0 $ +.++)
dengan nilai Ka +,+++8menit dan untuk tikus ' adalah y # +.+++10 $ +.++*dengan nilai
Ka +,+++18menit. Sedangkan untuk p! -, persamaan garis lurus untuk tikus & adalah y #
+.+*)'0 +.&1& dengan nilai Ka +,+*)'8menit dan untuk tikus ' y # +.+/)0 +.+&+
dengan nilai Ka +,+/)8menit. %ari hasil perhitungan didapat bahwa nilai Ka untuk p!
-
7/23/2019 praktikum biofarmasetika
3/4
&,' lebih ke5il daripada nilai Ka untuk p! -,, sehingga terlihat bahwa hasil per5obaan
tidak sesuai teori, seharusnya nilai Ka untuk p! &,' lebih besar daripada nilai Ka untuk
p! -, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa absorpsi obat yang
bersifat asam lemah lebih mudah pada lingkungan asam daripada lingkungan basa.
Slope kur7a yang didapat dari regresi linier antara waktu dengan jumlah kumulatif
obat yang diabsorpsi digunakan untuk menghitung parameter 3m (3ermeabilitas dengan
rumus "
Ka # 3m . 9g
9g adalah kadar obat dalam kompartemen luar (usus pada waktu tertentu. 3ada
per5obaan ini 9g yang digunakan sebesar &,/* mg8ml (dari penimbangan asam salisilat
'- mg kemudian dilarutkan dalam '++ ml buffer phosphat p! &,' atau -,.3ermeabilitas tergantung pada sifat membran tersebut dan pada molekul obat yang
diujikan dan juga dipengaruhi oleh koefisien difusi, koefisien partisi, serta luas membran.
3ada uji in vitroini tidak dilakukan pengukuran tebal membran maupun luas permukaan
membran usus halus, luas dan tebal membran usus hewan uji diasumsikan sama. %ari
perhitungan, didapat pada p! &,' nilai 3m untuk tikus & sebesar /,'.&+15m8menit dan
untuk tikus ' sebesar ',).&+15m8menit. Sedangkan pada p! -, nilai 3m untuk tikus &
,1.&+'5m8menit dan untuk tikus ' sebesar ',+.&+'5m8menit. %ari hasil perhitungan
didapat bahwa nilai 3m untuk p! &,' lebih ke5il dibandingkan dengan pada p! -,, hasil
ini tidak sesuai teori. Se5ara teori, asam salisilat akan berada dalam bentuk tak terion
lebih banyak pada p! &,' sedangkan asam salisilat pada p! -, akan lebih banyak berada
dalam bentuk terion, sehingga seharusnya permeabilitas membran terhadap asam salisilat
akan lebih besar pada p! &,' daripada p! -, yang memungkinkan molekul obat
melewati membran untuk proses absorpsi.
3ada beberapa kasus, absorpsi obat setelah dosis tunggal per oral tidak terjadi
dengan segera, hal ini dipengaruhi oleh faktorfaktor fisiologis. 3ada per5obaan, faktor
fisiologis yang berpengaruh adalah pergerakan usus. 3enundaan waktu absorpsi sebelum
permulaan absorpsi obat orde ke satu di kenal sebagai lag time. :bat yang memiliki lag
timekurang dari & menit biasanya tidak menimbulkan masalah pada proses transport
melalui membran biologis. 3ada per5obaan diperoleh lag timeasam salisilat pada p! &,'
-
7/23/2019 praktikum biofarmasetika
4/4
untuk tikus & adalah + menit dan untuk tikus ' adalah + menit. Sedangkan lag timepada
p! -, untuk tikus & adalah &,-/ menit dan untuk tikus ' adalah +,/+ menit. Untuk p!
&,' lag timeyang dihasilkan sebenarnya bernilai negatif, namun karena nilai waktu tidak
ada yang bernilai negatif maka lag timedijadikan nol. !al ini mungkin dikarenakan oleh
jumlah obat yang terabsorbsi melewati membran usus dari 5airan mukosal menuju 5airan
serosal terlalu ke5il pada saat per5obaan dilakukan. %ari hasil terlihat bahwa semua lag
timebaik pada p! &,' maupun -, adalah kurang dari & menit, maka dapat disimpulkan
asam salisilat tidak bermasalah dalam proses transport melalui membran usus. %an se5ara
teoritis, apabila dilihat dari kelarutan obat pada membran absorpsi, lag timepada p! &,'
lebih ke5il daripada lag timep! -, karena molekul obat yang semakin mudah larut
dalam lemak akan mengalami penundaan waktu absorpsi yang semakin ke5il. !asil yang
didapat sudah sesuai teori, walaupun untuk p! &,' didapatkan nilai nol.
Ketidaksesuaian beberapa parameter yang didapat dengan teori yang ada
kemungkinan karena "&. Adanya kesalahan pada saat preparasi organ yang dapat menyebabkan kerusakan
pada 7ili usus dari hewan uji, sehingga mengurangi luas permukaan absorpsi pada
usus dan menimbulkan 7ariasi yang besar
'. 3engkondisian organ pada alat per5obaan yang kurang sesuai dengan kondisi aslinya
seperti jumlah gelembung oksigen yang dialirkan, sehingga mengakibatkan
penyimpangan hasil