Praktikum Alkalinitas kelompok 3

download Praktikum Alkalinitas kelompok 3

of 20

description

dhbdfndfndf

Transcript of Praktikum Alkalinitas kelompok 3

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKetergantungan makhluk hidup akan air, merupakan alasan bahwa sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik generasi sekarang maupun yang akan datang. Selain kuantitas, kualitas air juga sangat penting, yang mencakup aspek fisik, kimia dan biologi. Kualitas mempengaruhi ketersediaan air, baik untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, rekreasi, pertanian, industri, dan pemanfaatan lainnya.Kualitas air merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi suatu perairan yang dijadikan sebagai tempat budidaya. Dengan kualitas air yang baik, produktifitas dan kesuburan perairan akan lebih baik dan menjanjikan untuk memperoleh hasil yang lebih baik pula. Kualitas air yang di perlukan yaitu adanya pH yang cukup. Salah satu faktor kimia dari kualitas air tersebut adalah Alkalinitas.Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembuffferan dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm. Melihat pentingnya peran alkalinitas dalam perairan, maka di laksanakan praktikum untuk mengetahui kadar alkalinitas yang baik dan buruk dalam perairan.

B. Tujuan PraktikumPraktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar alkalinitas Phenolphthalein dan alkalinitas total dalam sampel air sumur gali daerah LPPU, Tembalang.

C. Manfaat Praktikum1. Mahasiswa mampu mengetahui kadar alkalinitas phenolphthalein dan alkalinitas total dalam sampel air sumur gali daerah LPPU, Tembalang.2. Mahasiswa mampu menganalisis kualitas air sumur gali daerah LPPU, Tembalang.3. Mahasiswa mampu membandingkan air sumur gali daerah LPPU, Tembalang dengan baku mutu yang sesuai (PP No.82 Tahun 2001; Permenkes No. 492 Tahun 2010).

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian AlkalinitasAlkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas anion air yang dapat menetralkan kation hidrogen serta sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat.10Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembuffferan dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.2Alkalinitas merupakan gambaran dari kapasitas air untuk menetralkan asam atau yang lebih kenal dengan nama ANC (Acid Neutralizing Capacity). Selain itu, alkalinitas juga didefinisikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) yang menetralkan perubahan pH perairan yang sering terjadi.1

B. Peraturan yang Berkaitan dengan AlkalinitasNilai alkalinitas berkisar antara 30-500 mg/l. Nilai alkalinitas di perairan berkisar antara 5 hingga ratusan mg/l. Nilai alkalinitas yang alami pada perairan adalah 400 mg/l. Perairan dengan nilai >40 mg/l disebut sadah, sedangkan perairan dengan nilai 500 Tidak dapat dimanfaatkanAlkalinitas rendah, kematian mungkin terjadi, CO2 rendah, ph bervariasi, dan perairan kurang produktifAlkalinitas sedang, ph bervariasi, CO2 sedang, produktivitas sedangStabil, produktivitas rendah, ikan terancam

Sumber : Aquarina Limbong, 2008Kapasitas air untuk menetralkan asam, atau biasa juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Perairan.mengandung alkalinitas 20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion. Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi. 14

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alkalinitas1. Titik pengambilan sampelPraktikan kurang memperhatikan titik pengambilan sampel yang seharusnya, yakni pada daerah hulu/sumber alamiah, daerah pemanfaatan air sungai, daerah potensial kontaminasi, pertemuan dua sungai (masuknya anak sungai), atau hilir/muara (pasang-surut). 152. Waktu dan cara pengambilan sampel serta titrasiPengambilan sampel tidak diisi penuh ke wadah yang digunakan. Hal ini bisa memungkinkan oksigen masuk kedalam wadah yang digunakan dan ikut kontak dengan bahan-bahan yang terkandung pada sampel sehingga dapat mempengaruhi hasil sampel yang diteliti. 15CO2 akan mempengaruhi alkalinitas suatu sampel yang terbuka terhadap udara. CO32-/HCO3-/CO2 yang terlarut dalam sampel akan mencari keseimbangan baru, akibat CO2 udara yang masuk atau CO2 larutan yang keluar lewat permukaan tersebut, namun efek perubahan baru tampak setelah setengah jam. Setiap kegiatan yang bisa memperluas permukaan air, seperti kocokan, adukan, penyaringan juga dapat mempercepat perubahan tersebut, sehingga titrasi harus selesai dalam waktu singkat ( 5 menit). Saat penyimpanan sampel seharusnya pada suhu rendah yaitu antara 1-50 C dan ini tidak dilakukan oleh praktikan.153. Kurang telitinya dalam pembacaan buretPembacaan skala pada buret haruslah teliti, serta posisi mata harus sejajar dengan posisi skala pada buret. 154. Kurang murninya bahan-bahan yang dipakaiBahan-bahan dan indikator yang digunakan harus benar-benar terjaga kemurniannya, tidak terkontaminasi oleh zat lain. Wadah tempat penyimpanannya harus tertutup rapat dan dijauhkan dari pemanasan langsung seperti sinar matahari. 15

5. Kurang telitinya saat melakukan titrasiTitrasi seharusnya dilakukan setetes demi setetes hingga terjadi perubahan warna pada larutan. Setelah terjadi perubahan warna, proses titrasi harus dihentikan karena titik ekuivalen telah tercapai. 15 6. Wadah yang digunakan untuk mengambil sampelWadah untuk menampung sampel tidak dihomogenkan terlebih dahulu dengan air sampel saat pengambilan sampel. Hal ini memungkinkan bahan-bahan yang sebelumnya memang sudah ada pada wadah yang digunakan bergabung dengan sampel. Padahal seharusnya, tidak ada bahan-bahan lain yang terkandung dalam air sampel selain yang berasal dari air sungai tersebut. 157. Indikator PPIndikator PP yang digunakan sepertinya kurang layak karena setelah ditetesi pada beberapa sampel yang berbeda, sampel tidak juga menunjukkan perubahan warna. 15

D. Dampak Lingkungan dan KesehatanAlkalinitas tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatan. Somealkalinity is helpful in decreasing the corrosion of pipe and solder.Alkalinitas sangat membantu dalam mengurangi korosi pipa dan solder. Corrosion Korosi can release materials like copper or lead into the water.dapat melepaskan bahan seperti tembaga atau timbal ke dalam air. Alkalinitas yang tinggi juga akan membuat air memiliki rasa asam. 1Kandungan alkalinitas yang rendah, akan berdampak negatif pada produktifitas suatu organisme seperti akan mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan untuk kelangsungan hidupnya serta akan memepengaruhi kuantitas kadar parameter lainya diantaranya CO2, pH dan parameter lainnya.2 Penyebab yang mempengaruhi terjadinya penurunan pH salah satunya yaitu terhadap bahan organik dimana akibat pH yang kurang stabil maka konsentrasi total alkalinitas juga akan terpengaruh. Hal ini disebabkan karena pada keadaan asam banyak tersedia ion hidrogen bebas yang kemudian hidrogen bebas tersebut akan membentuk senyawa asam dengan mengikat basa-basa bebas seperti karbonat maupun bikarbonat yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas air, akibatnya menurunkan konsentrasi total alkalinitas1BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

A. Waktu PraktikumPraktikum dilaksanakan pada hari Selasa,5 Mei 2015 pukul 13.00 WIB s/d selesai.B. Tempat PraktikumPraktikum dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Gedung D Lantai 3.C. Alat1. Erlenmeyer2. Buret 3. Pipet tetes4. Gelas Ukur5. Corong6. Statif/PenyanggaD. Bahan1. Asam sulfat 0,02 N2. Indikator Metil Orange3. Indikator Phenolphtalein4. Aquadest5. Sampel air sumur gali daerah LPPU, TembalangE. SamplingPengambilan air dilakukan di sumur gali Daerah LPPU, Tembalang melalui kran air. Dan diwadahi menggunakan botol bekas 1,5 liter yang telah dicuci sebelumnya dengan air sumur tersebut. Kemudian botol tersebut diisi dengan penuh lalu ditutup cepat guna menghindari kontak langsung dengan udara. Pengambilan dilakukan 3 jam sebelum praktikum dimulai yaitu pukul 10.00 WIB

F. Skema Kerja1. Alkalinitas Phenolphtalein100 ml sampel air dimasukkan ke dalam erlenmeyerDitambahkan 3 tetes indikator Phenolphtalein

Jika sampel berwarna merah jambu, dititrasi dengan H2SO4 0,02 N hingga warna hilang

Kebutuhan asam yang digunakan dicatat

Gambar 2.1. Skema Kerja Alkalinitas Phenolphtalein

2. Alkalinitas Total

Sampel yang telah ditetesi 3 tetes Phenolphtalein, ditambahkan 3 tetes indikator Metil Orange

Dititrasi menggunakan H2SO4 0,02 N dengan buret hingga terjadi perubahan warna menjadi jingga

Gambar 2.2. Skema Kerja Alkalinitas Total

G. Rumus Perhitungan1. Alkalinitas Phenolphtalein

Keterangan :A = ml H2SO4B = Normalitas H2SO4C = ml sampel50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3

2. Alkalinitas Total

Keterangan :A = ml H2SO4B= Normalitas H2SO4C = ml sampelD = ml H2SO4 (untuk alkalinitas total)50,4= berat molekul/2 dari CaCO3

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan PerhitunganSetelah dilakukan percobaan menggunakan sampel air sumur gali daerah LPPU, Tembalang, dihasilkan :1. Alkalinitas PhenolphtaleinSetelah memasukkan 100 ml sampel ke dalam Erlenmeyer dan kemudian ditambahkan 3 tetes indicator Phenolphtalein kemudian ditambah 10 tetes indikator Phenolphthalein hasil yang terlihat adalah sampel tidak mengalami perubahan warna.

Keterangan :A = ml H2SO4B = Normalitas H2SO4C = ml sampel50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3

Perhitungan :

= 0 mg/L Nilai Alkalinitas PP = 0

Gambar 3.1 Sampel Air ditetesi indikator PP (tidak terjadi perubahan warna)2. Alkalinitas TotalSetelah ditambahkan 10 tetes Metil Orange pada sampel air yang mengandung larutan PP terlihat sampel berubah menjadi orange, kemudian setelah dititrasi dengan 0,02 N H2SO4 mengalami perubahan warna menjadi berwarna merah sebanyak 10,6 ml

Keterangan :A = ml H2SO4B= Normalitas H2SO4C = ml sampelD = ml H2SO4 (untuk alkalinitas total)50,4= berat molekul/2 dari CaCO3

Perhitungan :

= 0 mg/L Perubahan warna tidak sesuai dengan teori, jadi untuk nilai Alkalinitas Total = 0

Gambar 3.2 Sampel yang ditetesi MO di titrasi 0,02 N H2SO4 (menjadi merah)

B. PembahasanPada praktikum kali ini, dilakukan pengujian alkalinitas dengan menggunakan sampel yang berasal dari sumur artesis. Pengujian alkalinitas kali ini untuk mengetahui alkalinitas phenolphthalein dan alkalinitas total dengan menggunakan indikator Phenolphthalein (PP) dan Methyl Orange (MO). Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), dan hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), posfat (HPO42-dan H2PO4-), sulfida (HS-), dan ammonia (NH3) juga memberikan kontribusi terhadap alkalinitas. Namun, pembentuk alkalinitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat, dan hidroksida. Diantara ketiga ion tersebut, bikarbonat paling banyak terdapat pada perairan alami. 1Alkalinitas ditetapkan melalui titrasi asam basa. Asam kuat seperti asam sulfat dan asam klorida (H2SO4 dan HCl) menetralkan zat zat alkalinitas yang merupakan zat basa sampai titik akhir titrasi kira kira pada pH 8,3 dan pH 4,5.Titik akhir ini dapat di tentukan oleh 1 :1. Jenis indikator yang di pilih dimana warnanya berubah ubah pada pH titik akhir titrasi.2. Perubahan warna pada titrasi asam basa memperlihatkan titik akhir titrasi/titik ekuivalensiDalam memilih suatu asam untuk digunakan dalam suatu larutan standart hendaknya diperhatikan faktor faktor berikut :1. Asam itu haruslah kuat, artinya sangat terdisosiasi2. Asam itu tidak mudah menguap3. Larutan asam itu harus stabil4. Garam dari asam itu haruslah dapat larut5. Asam itu tak boleh merupakan pengoksid yang cukup kuat sehingga merusak senyawaan organik yang digunakan sebagai indicator Asam klorida dan asam sulfat digunakan paling banyak untuk larutan standart.2

Alkalinitas Karbonat (Phenolphthalein) dan Alkalinitas TotalPertama-tama sampel air sumur artesis dimasukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 100 ml yang kemudian ditambahkan 13 tetes indikator PP. Setelah itu larutan digoyang-goyangkan untuk menghomogenkan larutan. Setelah dihomogenkan tidak terjadi perubahan bahwa, sehingga larutan tersebut tidak dititrasi menggunakan H2SO4 0,02 N.Penentuan alkalinitas biasanya menggunakan H2SO4 0,02 N sebagai titran, Satu ml asam H2SO4 setara dengan 1 mg CaCO3. Jika larutan yang akan diukur alkalinitasnya ditambah dengan asam secara perlahan-lahan maka akan terjadi perubahan pH seperti pada gambar. Komposisi ion penyusun alkalinitas pada nilai alkalinitas total 100 mg/liter CaCO3 dan hubungannya dengan pH pada suhu air 25oC ditunjukkan pada gambar.Pada penentuan nilai alkalinitas secara titrimetri, diasumsikan bahwa titran yang berupa asam hanya akan bereaksi dengan gara-garam karbonat. Tahap awal dari penentuan alkalinitas adalah penambahan indicator phenolphthalein. Jika larutan berubah warna menjadi merah muda (pink) berarti larutan tersebut terdapat karbonat atau bikarbonat atau hidroksida.Selanjutnya dilakukan titrasi hingga warna pink tepat menghilang pada pH sekitar 8,3. Pada kondisi ini terjadi reaksi : 3H2SO4 + Ca(OH)2 CaSO4 + 2 H2OH2SO4 + 2 CaCO3 CaSO4 + Ca (HCO3)2

Gambar 3.4. Hubungan antara alkalinitas total dengan karbondioksida, karbonat, bikarbonat, dan hidroksida 4

Gambar 3.5. Kurva miliiter titran yang dibutuhkan dalam titrasi penentuan alkalinitas karbonat dan alkalinitas total 5Pada persamaan reaksi 1 semua ion OH- telah mengalami konversi secara sempurna. Pada persamaan reaksi 2, setiap ion karbonat bereaksi dengan satu ion hydrogen untuk menghasilkan ion bikarbonat. Jika hampir semua ion karbonat telah di konversi maka penambahan asam ke dalam larutan, meskipun jumlahnya sedikit akan mengakibatkan penurunan nilai pH secara drastic, ditandai dengan hilangnya warna merah muda secara cepat. Hilangnya warna merah muda ini merupakan titik akhir dari penentuan alkalinitas phenolphthalein (PP). alkalinitas phenolphthalein adalah akalinitas karbonat yang meliputi karbonat dan bikarbonat 3Pada pengujian kedua untuk mengetahui kadar alkalinitas total, langkah pertama yang dilakukan adalah menambahkan 3 tetes indicator MO ke dalam larutan pertama yang telah dimasukkan indicator PP. Kemudian larutan tersebut digoyang-goyangkan untuk menghomogenkan larutan hingga larutan berwarna orange. Setelah larutan digoyang-goyangkan hingga homogen, larutan tersebut dititrasi menggunakan H2SO4 0,02 N hingga warna berubah menjadi jingga pucat, namun setelah dititrasi larutan tidak berubah warna menjadi jingga pucat melainkan tetap menjadi warna orange.Bikarbonat masih merupakan ion penyusun alkalinitas. Jadi sebenarnya konversi karbonat pada pH 8,3 ini hanya berlangsung setengahnya, sehingga perlu ditambahkan asam (titran) untuk mengkonversi bikarbonat menjadi asam karbonat. Dengan kata lain, titrasi dilanjutkan dengan bantuan indicator methyl orange. Perubahan warna akan terjadi pada pH 4,4. Reaksi yang terjadi ditunjukkan dalam persamaan reaksi 3 :H2SO4 + Ca (HCO3)2 CaSO4 + 2 H2CO3 (3)Pada persamaan reaksi (3), setiap ion bikarbonat berikatan dengan satu ion hydrogen membentuk asam karbonat. Penjumlahan dari jumlah titran yang terpakai pada penentuan nilai alkalinitas pp dengan jumlah titran pada pembentukan asam karbonat pada reaksi (3) merupakan nilai alkalinitas total.3Jika P adalah volume titran (H2SO4 0,02 N) yang dibutuhkan untuk mencapai pH 8,3 (alkalinitas karbonat) an M adalah jumlah total titran yang diperlukan untuk mencapai pH 4,5 (alkalinitas total) maka Peavy et al (1985) mengemukakan hubungan antara kedua nilai tersebut sebagai berikut 6 :Jika P = M maka penyusun alkalinitas sepenuhnya hidroksida (OH-).Jika P = M maka penyusun alkalinitas sepenuhnya karbonat (CO32-).Jika P = 0 maka penyusun alkalinitas sepenuhnya bikarbonat (HCO3-).Jika P < maka penyusun alkalinitas adalah karbonat dan bikarbonat.Jika P = > maka penyusun alkalinitas adalah hidroksida dan karbonat.Air laut mengandung borat (H4BO4-) sekitar 5%. Oleh karena itu, pada penentuan alkalinitas air laut, ion hydrogen yang berasal dari titran tidak hanya bereaksi dengan garam-garam karbonat tetapi juga dengan borat. Kondisi demikian dapat meningkatkan nilai alkalinitas. Pada perairan tawar yang tercemar, keberadaan anion organic juga dapat meningkatkan nilai alkalinitas. Ion PO43-, HPO42-, dan H2PO4- juga dapat berikatan dengan ion hydrogen dan selanjutnya meningkatkan nilai alkanitas.2Standar baku mutu untuk perairan adalah nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3 menurut PP no 82 tahun 2001. Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.6Tabel 3.1. Kualitas air berdasarkan alkalinitasAlkalinitas (mg/l)Kondisi perairan

0 10Tidak dapat dimanfaatkan

10-200Alkalinitas rendah, kematian mungkin terjadi, CO2 rendah, ph bervariasi, dan perairan kurang produktif

>500Alkalinitas sedang, ph bervariasi, CO2 sedang, produktivitas sedangStabil, produktivitas rendah, ikan terancam

(Sumber : Effendi,2003)Sehingga didapatkan hasil bahwa pada sampel air yang digunakan dalam pengujian alkanitas PP dan alkalinitas total dengan menggunakan sampel air sumur artesis memiliki kadar alkali yang rendah sehingga tidak dapat dihitung kadar yang terkandung di dalamnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam praktikum alkalinitas diantaranya :7a. Waktu dan cara pengambilan sampel serta titrasiPraktikan mengambil sampel saat siang hari dimana ketika siang hari sudah berlangsung proses fotosintesis yang dapat mempengaruhi penurunan kadar pH pada sumur artesis. CO2 akan mempengaruhi alkalinitas suatu sampel yang terbuka terhadap udara. CO32-/HCO3-/CO2 yang terlarut dalam sampel akan mencari keseimbangan baru, akibat CO2 udara yang masuk atau CO2 larutan yang keluar lewat permukaan tersebut, namun efek perubahan baru tampak setelah setengah jam. Setiap kegiatan yang bisa memperluas permukaan air, seperti kocokan, adukan, penyaringan juga dapat mempercepat perubahan tersebut, sehingga titrasi harus selesai dalam waktu singkat ( 5 menit). Saat penyimpanan sampel seharusnya pada suhu rendah yaitu antara 1-50C dan ini tidak dilakukan oleh praktikan.7b. Wadah yang digunakan untuk mengambil sampelWadah untuk menampung sampel tidak dihomogenkan terlebih dahulu dengan air sampel saat pengambilan sampel di Sungai Kaligarang. Hal ini memungkinkan bahan-bahan yang sebelumnya memang sudah ada pada wadah yang digunakan bergabung dengan sampel. Padahal seharusnya, tidak ada bahan-bahan lain yang terkandung dalam air sampel selain yang berasal dari air sungai tersebut.7

Faktor yang menyebabkan hasil pengujian alkalinitas 0Tidak terjadinya perubahan warna pada alkalinitas Phenolphthalein dan alkalinitas total dapat disebabkan karena bahan-bahan metal yang terkandung di dalam air terlalu kecil dan tidak menyebabkan air tersebut bersifat asam. Tinggi rendahnya suatu perubahan alkalinitas ditentukan oleh adanya faktor intensitas yaitu cahaya dan suhu. Faktor lain yang mempengaruhi nilai alkalinitas PP dan alkalinitas total 0 adalah karena pengambilan sampel dilakukan pada siang hari. Pada siang sampai sore hari total alkalinitas menurun. Hal ini disebakan karena pada siang sampai sore hari CO2 dalam air bersifat asam digunakan fitoplankton untuk proses fotosintesis. Saat CO2 digunakan untuk fotosintesis ini akan mempengaruhi kadar pH dalam air. Semakin banyak kadar CO2 yang digunakan fitoplankton untuk fotosintesis maka semakin sedikit pula pH yang ada dalam perairan tersebut. Penurunan pH ini menyebabkan kadar alkalinitas dalam sampel air artesis menjadi sangat sedikit atau bahkan tidak ada. Sebaliknya pada malam sampai pagi hari total alkalinitas meningkat, dikarenakan fitoplankton tidak aktif melakukan fotosintesis sehingga CO2 yang dihasilkan tidak terpakai.8

Dampak yang timbulkan terhadap kesehatan dan lingkunganAlkalinitas tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatan. Somealkalinity is helpful in decreasing the corrosion of pipe and solder.Alkalinitas sangat membantu dalam mengurangi korosi pipa dan solder. Corrosion Korosi can release materials like copper or lead into the water.dapat melepaskan bahan seperti tembaga atau timbal ke dalam air. Alkalinitas yang tinggi juga akan membuat air memiliki rasa asam.1Kandungan alkalinitas yang rendah, akan berdampak negatif pada produktifitas suatu organisme seperti akan mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan untuk kelangsungan hidupnya serta akan memepengaruhi kuantitas kadar parameter lainya diantaranya CO2, pH dan parameter lainnya.2 Penyebab yang mempengaruhi terjadinya penurunan pH salah satunya yaitu terhadap bahan organik dimana akibat pH yang kurang stabil maka konsentrasi total alkalinitas juga akan terpengaruh. Hal ini disebabkan karena pada keadaan asam banyak tersedia ion hidrogen bebas yang kemudian hidrogen bebas tersebut akan membentuk senyawa asam dengan mengikat basa-basa bebas seperti karbonat maupun bikarbonat yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas air, akibatnya menurunkan konsentrasi total alkalinitas.1Ikan dapat tumbuh pada kisaran alkalinitas yang tinggi, tetapi nilai 120-140 mg/l adalah optimal. Kadar alkalinitas yang sangat rendah akan mengakibatkan air kehilangan kemampuan menyangga perubahan keasaman dan pH yang berfluktuasi sangat sangat cepat sehingga dapat mengganggu kehidupan budidaya ikan. Ikan sangat sensitif terhadap kondisi kadar alkalinitas yang rendah. 16Untuk tumbuh optimal, plankton menghendaki total alkalinitas sekitar 80-120 mg/l CaCO3. Pada kisaran total alkalinitas kurang atau melebihi dari kisaran tersebut, pertumbuhan plankton terhambat. Namun, bukan berarti pertumbuhan plankton pasti optimal jika total alkalinitas air cukup. Hal ini karena masih banyak parameter kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan plankton, seperti ketersediaan CO2 dan pH. Alkalinitas dinyatakan dalam air mg/l (CaCO3), dalam air dapat bertindak sebagai Buffer (penyangga) pH, dimana pH dalam basa membentuk ion karbonat melepaskan ion karbonat yang bersifat asam sehingga menjadi netral. 16BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN1. Dari hasil praktikum alkalinitas dengan Air Sumur gali daerah LPPU, Tembalang, didapat nilai alkalinitas Phenolphtalein = 0 dan alkalinitas total = 0.2. Hasil alkalinitas Phenolphtalein ditunjukan berdasarkan keadaan air sampel setelah ditetesi dengan indikator PP tidak menunjukan adanya perubahan warna menjadi warna merah muda. Hal ini menunjukan bahwa larutan uji tidak ada alkalinitas karbonat (Phenolphtalein). Sedangkan hasil alkalinitas total ditunjukan berdasarkan keadaan air sampel setelah ditetesi indikator MO dan dititrasi dengan H2SO4 menunjukan tidak terjadi perubahan warna menjadi jingga pucat. Jadi tidak dilakukan perhitungan, dan alkalinitas totalnya = 0.3. Standar baku konsentrasi alkalinitas pada air baku menurut PP no 82 tahun 2001 yaitu 500 mg/lt. Dapat dilihat bahwa sampel Air Sumur gali daerah LPPU, Tembalang masih berada di bawah batas maksimal baku mutu.

B. SARAN1. Perlu dilakukan ketelitian saat penggunaan alat-alat laboratorium sehingga menghasilkan hasil yang benar-benar akurat.2. Diperlukan ketelitian saat membaca konsentrasi titrasi agar tidak terjadi kesalahan pembacaan konsentrasi larutan titrasi.3. Selalu menjaga kebersihan laboratorium sebelum dan sesudah praktikum.

DAFTAR PUSTAKA1. Effendi, I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius.2. Day, R. A. and A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta. Penerbit Erlangga. Hal 394, 396-4043. Cole, G. A. 1988. Textbook of Limnologi. Third Edition. Waverland Press Inc, New York ISA.4. Sawyer, C. N.,and McCarty, P. L. 1978. Chemistry for Environment a l Engineering, Edisi ke-3. Tokyo : McGraw-Hill Kogakusha5. Peavy, Howard S et.al. 1985. Environmental Engineering. McGraw-Hill. Singapura.6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air.7. Rekayasa Air dan Limbah Cair (http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wpcontent/uploads/2010/11/.pdf) diakses tanggal 7 April 20148. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas Penyanggan (Buffer Capacity) Dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed. (http://www.bppt.go.id) diakses tanggal 7 April 20149. Kordi, K.M.G.H., dan A.B. Tancun.Pengelolaan kualitas air dalam budidaya perairan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. 2007.10. Djokosetiyanto. Jurnal Akuakultur Indonesia 4 (2) Pengaruh Alkalinitas Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Larva Ikan Patin Siam (Pangasius sp.). Jurusan Budidaya Perairan IPB. 2005.11. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.12. Achmad, R., Kimia Lingkungan. Penerbit Andi, Yogykarta. 2004.13. Rahadi, dkk. Penentuan Kualitas Air Tanah Dangkal dan Arahan Pengelolaan (Studi Kasus Kabupaten Sumenep). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 Agustus 2012 Hal 97-10 Diakses melalui (http://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/download/363/718%E2%80%8E) pada tanggal 10 April 2014 pukul 11.35 WIB.14. Aquarina L. 2008. Alkalinitas : Analisa dan Permasalahannya untuk Air Industri. (online) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13855/1/09E00361.pdf diakses pada 10 April 2014.15. Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.16. Rut Yullyn Yumame, Robert .Rompas, N. P. L. Pangemanan. Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Budidaya Perairan September 2013. Vol. 1 No. 3: 56 62. 2013

1