PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

49
MAKALAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI D-1 Perpajakan TAHUN 2011/2012 SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA Jl. Bintaro Utama Sektor V, Tangerang SelatanTelepon : (021) 7361654-58Faksimili: (021) 7361653 Disusun oleh : Ahmad Fauzi (3) Beni Amsyari (10) Doan Wiro Pasaribu (17) Mikail Katma Zakaria (24) Dosen : Dr. Richard Eddy Tampubolon, S.E., A.K., M.BA., M.M. Forum diskusi Bisnis Online , Bisnis Investasi : http://hyiptalk.indonesianforum.net/ ProfitClicking Bisnis Luar biasa : http://profitclicking.com/?r=Ug8SfeYDDR

description

Forum diskusi Bisnis Online , Bisnis Investasi : http://hyiptalk.indonesianforum.netProfitClicking Bisnis Luar biasa : http://profitclicking.com/?r=Ug8SfeYDDRhttp://doan-pasaribu.blogspot.com

Transcript of PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Page 1: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

MAKALAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

D-1 Perpajakan

TAHUN 2011/2012

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

Jl. Bintaro Utama Sektor V, Tangerang SelatanTelepon : (021) 7361654-58Faksimili:

(021) 7361653

Disusun oleh :

Ahmad Fauzi (3)Beni Amsyari (10)Doan Wiro Pasaribu (17)Mikail Katma Zakaria (24)Rizka Restu Fawzy (31)

Dosen :

Dr. Richard Eddy Tampubolon, S.E., A.K., M.BA., M.M.

Forum diskusi Bisnis Online , Bisnis Investasi : http://hyiptalk.indonesianforum.net/ProfitClicking Bisnis Luar biasa : http://profitclicking.com/?r=Ug8SfeYDDR http://doan-pasaribu.blogspot.com

Page 2: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................................

Bab 1. Objek PPN yang PPNnya dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan......................................................................

A. PPN ATAS PENYERAHAN PRODUK REKAMAN SUARA......................................................1

B. PPN ATAS PENYERAHAN HASIL TEMBAKAU............................................................................................................

C. PENGENAAN PPN ATAS BAHAN BAKAR MINYAK..................................................................................................

Bab 2. Penyerahan Jasa Biro Perjalanan atau Pariwisata....................................................................................................

Bab 3. Ekpor BKP dan JKP di dalam daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak.............................................................

A. Dasar Hukum : Pasal 4 UU PPN NO 42 TAHUN 2009, mengatur bahwa :.........................19

B. Batasan Kegiatan dan Jenis JKP yang atas ekspornya dikenakan PPN 0%..........................20

C. Saat terutangnya PPN dan Pemberitahuan Ekspor JKP........................................................21

D. PPN atas Penyerahan JKP Lain ke WP LN..........................................................................21

Bab 4. Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang Dilakukan oleh Pengusaha..................................................................................................................................................

1. BARANG KENA PAJAK...................................................................................................23

2. JASA KENA PAJAK...........................................................................................................25

3. PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK........................................................................26

4. PENYERAHAN JASA KENA PAJAK...............................................................................28

5. DAERAH PABEAN............................................................................................................28

6. KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN.......................................................................29

Daftar Pustaka....................................................................................................................................................................

Page 3: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Bab 1. Objek PPN yang PPNnya dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Ada beberapa  produk berupa  barang  kena pajak yang  secara  “teoritis”  harga

sampai   ke   konsumen   akhir   sudah   diketahui   pada   wilayah   pabrikan.   Untuk   jenis

barang   kena   pajak   yang   demikian   diatur   pengenaan   PPN-nya   tidak   mengikuti

ketentuan   umum   dengan   mekanisme   pengkreditan   tetapi   ditetapkan   PPN

terutangnya   pada   wilayah   pabrikan   dan   tidak   dikenakan   PPN   lagi   pada   stage

berikutnya.Ini merupakan penyimpangan dari karakter PPN sebagai jenis pajak yang

pemungutannya menggunakan multi stage tax.

Pengenaan  PPN  dengan  karakteristik  demikian  yaitu  dikenakan  sekali  pada

jalur produksi diterapkan pada:

Penyerahan Produk Rekaman Suara

Penyerahan Hasil Tembakau

Penyerahan Bahan Bakar Minyak

A. PPN ATAS PENYERAHAN PRODUK REKAMAN SUARA

1. Dasar Hukum

Pengenaan PPN   atas   penyerahan produk   rekaman suara   diatur   dalam

Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  174/KMK.03/2004  tanggal  2  April  2004.  Yang

dimaksud   dengan   Produk   Rekaman   Suara   adalah   semua   produk   rekaman   suara

yang   dibuat   di  atas   media   rekaman,   seperti  pita   kaset,   Compact   Disc   (CD),   dan

Video Compact Disc (VCD), Laser Disc (LD), Digital Versatile Disc (DVD), dan media

rekaman   lain,   yang   berisi   rekaman   suara   atau   rekaman   suara   beserta   tayangan

gambar.   Pemungutan   dan   pelunasan   Pajak   Pertambahan   Nilai   Atas   penyerahan

Produk Rekaman Suara dilakukan dengan menggunakan Stiker Lunas PPN.

Sebagai peraturan pelaksanaannya telah diterbitkan Keputusan Direktur

Jendera   Pajak   Nomor   KEP-81/PJ./2004   tentang   Pajak   Pertambahan   Nilai   Atas

Penyerahan  Produk  Rekaman  Suara  dan  telah  dilakukan  perubahan  kedua  dengan

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-4/PJ/2008.

1

Page 4: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

2. Objek PPN

Meskipun  dalam  peraturan  pelaksanaan  dikatakan  bahwa  Atas  penyerahan

Produk  Rekaman  Suara  terutang  Pajak  Pertambahan  Nilai.  Namun  lebih  tepat  lagi

apabila   dinyatakan   bahwa   Pajak   Pertambahan   Nilai   dikenakan   atas   penyerahan

Produk   Rekaman  Suara  oleh   Produsen   Produk  Rekaman  Suara.  Yang   dimaksud

dengan  Produsen  Produk  Rekaman  Suara  adalah  orang  pribadi  atau  badan  yang

memproduksi  atau   menghasilkan   produk   rekaman   suara.   Dengan  demikian   maka

apabila  penyerahan  produk  rekaman  suara  tersebut  bukan  oleh  produsen  produk

rekaman suara menjadi tidak terutang PPN.

3. Pengelompokan produk rekaman suara

1) Kaset isi jenis A adalah produk rekaman suara di atas pita kaset yang berisi:

a. lagu  berbahasa  Indonesia  dan  yang  berisi  lagu  campuran  yang  berbahasa

Indonesia  dan  berbahasa  daerah,  yang  seluruh  pencipta  dan  penyanyinya

warga negara Indonesia; atau

b. lagu instrumentalia yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia.

2) Kaset isi jenis B adalah produk rekaman suara di atas pita kaset yang berisi:

a. lagu  berbahasa  asing  dan  yang  berisi  lagu  campuran  yang  berbahasa  asing

dan berbahasa Indonesia/Daerah, selain lagu keagamaan; atau

b. lagu yang satu atau lebih penciptanya atau penyanyinya warga negara asing;

atau

c. lagu instrumentalia yang satu atau lebih penciptanya warga negara asing.

3) Kaset isi jenis C adalah produk rekaman suara di atas pita kaset yang berisi:

a. lagu yang seluruhnya berbahasa daerah yang seluruh pencipta dan

penyanyinya warga negara Indonesia; atau

b. rekaman   cerita,   lawak,   wayang,  dan   rekaman   yang   sejenis   lainnya   dalam

bahasa Indonesia/Daerah; atau

c. suara burung dan suara hewan lainnya; atau

d. lagu keagamaan.

4) Compact  Disc  jenis  CD.1  adalah  produk  rekaman  suara  di  atas  compact  disc

yang berisi:

a. lagu  berbahasa  Indonesia  dan  yang  berisi  lagu  campuran  yang  berbahasa

Indonesia  dan  berbahasa  daerah,  yang  seluruh  pencipta  dan  penyanyinya

warga negara Indonesia; atau

b. lagu instrumentalia yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia; atau

c. lagu keagamaan.

2

Page 5: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

5) Compact  Disc  jenis  CD.2  adalah  produk  rekaman  suara  di  atas  compact  disc

yang berisi:

a. lagu  berbahasa  asing  dan  yang  berisi  lagu  campuran  yang  berbahasa  asing

dan berbahasa Indonesia/Daerah, selain lagu keagamaan; atau

b. lagu yang satu atau lebih penciptanya atau penyanyinya warga negara asing;

atau

c. lagu instrumentalia yang satu atau lebih penciptanya warga negara asing.

6) Video  Compact  Disc  jenis  VCDK.1  adalah  produk  rekaman  suara  di  atas,  video

compact  disc  dengan  harga  jual  eceran  di  atas  Rp10.000,-  (sepuluh  ribu  rupiah)

yang berisi:

a. lagu  berbahasa  Indonesia  dan  yang  berisi  lagu  campuran  yang  berbahasa

Indonesia  dan  berbahasa  daerah  beserta  tayangan  gambar  (Video  Compact

Disc Karaoke), yang seluruh pencipta dan penyanyinya warga negara

Indonesia; atau

b. lagu  instrumentalia  beserta  tayangan gambar  (Video  Compact  Disc  Karaoke)

yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia; atau

c. lagu keagamaan beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke).

7) Video  Compact  Disc  jenis  VCDK.2  adalah  produk  rekaman  suara  di  atas  video

compact disc yang berisi:

8) lagu berbahasa  asing dan  yang berisi  lagu  campuran  yang  berbahasa asing  dan

berbahasa   Indonesia/daerah   beserta   tayangan   gambar   (Video   Compact   Disc

Karaoke), selain lagu keagamaan; atau

a. lagu beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke) yang satu atau

lebih penciptanya atau penyanyinya warga negara asing; atau

b. lagu  instrumentalia  beserta  tayangan gambar  (Video  Compact  Disc  Karaoke)

yang satu atau lebih penciptanya warga negara asing.

9) Video  Compact  Disk  jenis  VCDK.  Ekonomis  adalah  produk  rekaman  suara  di

atas  video  compact  disc  dengan  harga  jual  eceran  sampai  dengan  Rp10.000,-

(sepuluh ribu rupiah) yang berisi:

a. lagu  berbahasa  Indonesia  dan  yang  berisi  lagu  campuran  yang  berbahasa

Indonesia  dan  berbahasa  daerah  beserta  tayangan  gambar  (Video  Compact

Disc Karaoke), yang seluruh pencipta dan penyanyinya warga negara

Indonesia; atau

b. lagu  instrumentalia  beserta  tayangan gambar  (Video  Compact  Disc  Karaoke)

yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia; atau

c. lagu keagamaan beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke).

3

Page 6: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

4. Mekanisme Pelunasan

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan Produk Rekaman

Suara:

a. Kaset isi jenis A

b. Kaset isi jenis B

c. Kaset isi jenis C

d. Compact disc jenis CD.1

e. Compact disc jenis CD.2

f. Video compact disc jenis VCDK.1

g. Video compact disc jenis VCDK.2

h. Video compact disc jenis VCDK. Ekonomis

dipungut oleh Produsen rekaman suara dan disetor dengan cara penebusan Stiker

Lunas PPN.

5. Dasar Pengenaan Pajak dan PPN terutang

Dasar  Pengenaan  Pajak  untuk  menghitung  Pajak  Pertambahan  Nilai  yang

terutang atas penyerahan produk rekaman suara adalah Harga Jual Rata-rata.

1) Harga Jual Rata-rata adalah:

a. Rp8.000,- (delapan ribu rupiah) per buah untuk kaset isi jenis A;

b. Rp16.000,- (enam belas ribu rupiah) per buah untuk kaset isi jenis B;

c. Rp7.500,- (tujuh ribu lima ratus rupiah) per buah untuk kaset isi jenis C;

d. Rp20.000,- (dua puluh ribu rupiah) per buah untuk Compact disc jenis CD.1;

e. Rp48.000,-  (empat  puluh  delapan  ribu  rupiah)  per  buah  untuk  Compact  disc

jenis CD.2;

f. Rp18.000,-  (delapan  belas  ribu  rupiah)  per  buah  untuk  Video  compact  disc

jenis VCDK.1;

g. Rp50.000,-  (lima  puluh  ribu  rupiah)  per  buah  untuk  Video  compact  disc  jenis

VCDK.2;

h. Rp10.000,-  (sepuluh  ribu  rupiah)  per  buah  untuk  Video  compact  disc  jenis

VCDK. Ekonomis.

120 | P a g e

4

Page 7: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

2) Pajak  Pertambahan  Nilai  yang  terutang  adalah  sebesar  10%  (sepuluh  persen)

dari Harga Jual Rata-rata, yaitu sebesar :

a. Rp800,- (delapan ratus rupiah) per buah untuk kaset isi jenis A;

b. Rp1.600,- (seribu enam ratus rupiah) per buah untuk kaset isi jenis B;

c. Rp750,- (tujuh ratus lima puluh rupiah) per buah untuk kaset isi jenis C;

d. Rp2.000,- (dua ribu rupiah) per buah untuk Compact disc jenis CD.1;

e. Rp4.800,-  (empat  ribu  delapan  ratus  rupiah)  per  buah  untuk  Compact  disc

jenis CD.2;

f. Rp1.800,-  (seribu  delapan  ratus  rupiah)  per  buah  untuk  Video  compact  disc

jenis VCDK.1;

g. Rp5.000,-   (lima ribu rupiah)   per   buah untuk   Video compact   disc   jenis

VCDK.2;

h. Rp1.000,-  (seribu  rupiah)  per  buah  untuk  Video  compact  disc  Jenis  VCDK.

Ekonomis.

3) Dalam setiap Harga Jual Rata-rata telah termasuk nilai tambah atas

penyaluran/keagenan/pengecer produk rekaman suara.

6. Pengukuhan PKP

o   Produsen   produk   rekaman   suara   wajib   melaporkan   usahanya   ke   Kantor

Pelayanan   Pajak   yang   wilayah   kerjanya   meliputi   tempat   kedudukan   atau

tempat  kegiatan  usaha  produsen  rekaman  suara  untuk  dikukuhkan  menjadi

Pengusaha Kena Pajak.

o   Penyalur   atau   agen   atau   sejenisnya   seperti   outlet   atau   pengecer   yang

semata-mata hanya menyerahkan produk rekaman suara yang telah dibubuhi

stiker tanda lunas PPN, tidak perlu lagi dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena

Pajak karena dalam penentuan Dasar Pengenaan Pajak telah diperhitungkan

nilai tambah atas penyaluran/keagenan/pengecer produk rekaman suara.

7. Penebusan Stiker Lunas PPN

o   Pajak  Pertambahan  Nilai  yang  terutang  atas  penyerahan  Produk  Rekaman

Suara   dipungut   oleh   Produsen   rekaman   suara   dan   disetor   dengan   cara

penebusan Stiker Lunas PPN;

o   Penebusan stiker lunas PPN dilakukan dengan pembayaran dan atau dengan

memperhitungkan Pajak Masukan;

o   Pembayaran untuk penebusan   stiker lunas PPN dilakukan dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak.

5

Page 8: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

o   Pajak   Masukan   yang   dapat   diperhitungkan   untuk   penebusan   stiker   lunas

PPN adalah Pajak Masukan atas :

a. pembayaran royalty;

b. pembayaran pencetakan label; meliputi pembayaran untuk:

1) pencetakan cover rekaman suara;

2) pembelian kotak pembungkus rekaman suara;

3) pembelian sampul pembungkus rekaman suara.

c. pembayaran biaya perekaman;

d. pembelian kaset kosong;

e. pembelian atau pembuatan master rekaman suara; dan

f. pembayaran   jasa   periklanan   pada   televisi,   radio,   majalah,   dan   surat

kabar.

Pajak  Masukan  lainnya  selain  tersebut  di  atas  dapat  dikreditkan  sepanjang

memenuhi ketentuan umum Pajak Pertambahan Nilai.

o   Pajak   Masukan   yang   belum   diperhitungkan   untuk   penebusan   stiker   lunas

PPN  dapat  diperhitungkan  untuk  penebusan   stiker  lunas  PPN  pada  Masa

Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak

yang   bersangkutan  sepanjang  belum  dikreditkan   atau  dibebankan   sebagai

biaya.

o   Pajak   Masukan   yang   telah   dikreditkan   dalam   Surat   Pemberitahuan   Masa

PPN  tidak  dapat  diperhitungkan  untuk  menebus  stiker  lunas  PPN,  walaupun

melalui mekanisme pembetulan Surat Pemberitahuan Masa PPN yang

bersangkutan.

o   Dalam  hal  jumlah  nilai  stiker  lunas  PPN  yang  diminta  lebih  besar  dari  jumlah

Pajak  Masukan  yang  diperhitungkan  maka  jumlah  Pajak  Pertambahan  Nilai

yang kurang dibayar tersebut harus disetor tunai ke kas Negara.

Tata cara penebusan  dan penatausahaan  stiker  lunas  PPN  atas penyerahan produk

rekaman suara adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Keputusan

Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-81/PJ./2004.

122 | P a g 

6

Page 9: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

8. Produk rekaman suara yang dikecualikan dari ketentuan ini

o   Pajak   Pertambahan   Nilai  yang   terutang   atas   penyerahan  produk   rekaman

suara berupa:

a. Produk rekaman suara yang berisi materi buku pelajaran umum,

pelajaran bahasa, atau pelajaran agama;

b. Laser disc karaoke (LD.K);

c. Digital versatile disc karaoke (DVD.K);

dipungut   dan  disetor  sesuai  dengan   ketentuan   umum  Pajak   Pertambahan

Nilai.

o   Dasar  Pengenaan  Pajak  untuk  menghitung  Pajak  Pertambahan  Nilai  yang

terutang  atas  penyerahan  produk  rekaman  suara  dimaksud  adalah  sebesar

Harga Jual.

9. Contoh Pengisian SPT Masa PPN Produsen Rekaman Suara

Bulan  Maret  2007  PKP  “M”  menebus  stiker  kaset  jenis  A  sebanyak  100  ribu

keping  senilai  Rp80  juta  dengan  menggunakan  Faktur  Pajak  Masukan  senilai  Rp50

juta dan dengan setoran tunai (SSP) senilai Rp30 juta.

Pajak Masukan diterima pada bulan Februari 2007 adalah:

-   pembayaran biaya rekam kaset kosong senilai   Rp35 juta (untuk menebus stiker)

-   pencetakan label senilai Rp5 juta (untuk menebus stiker)

-   pembayaran iklan Rp10 juta (untuk menebus stiker)

-   sewa gedung Rp6 juta (dikreditkan)

Penyerahan kaset ini dalam bulan Maret 2007 senilai Rp500 juta.

Tidak ada kompensasi kelebihan PPN pada Masa pajak Februari 2007.

Pengisian   SPT   Masa   PPN   Masa   Pajak   Maret   2007   adalah   sebagai   berikut   :

Lampiran I – Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM (Formulir 1107 A)

Butir II - Penyerahan Dalam Negeri Dengan Faktur Pajak

-  kolom  DPP  (Rupiah)  diisi  Rp800  juta  (penyerahan  RP500  juta  tidak

diperhatikan)

- kolom PPN (Rupiah) diisi Rp80 juta

Butir IV Penyerahan yang PPN dan PPnBM-nya harus dipungut sendiri, kolom

DPP  (Rupiah)  diisi  dengan  Rp800  juta  dan  kolom  PPN  (Rupiah)  diisi

dengan Rp80 juta.

7

Page 10: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Lampiran 2 – Daftar Pajak Masukan dan PPn BM (Formulir 1107 B)

Butir I   Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan dan PPn BM

1. Bagi PKP yang tidak menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM

B.   Perolehan BKP/JKP dari Dalam Negeri

Kolom DPP (Rupiah) dan PPN (Rupiah) diisi dengan nilai :

- Pembayaran  biaya   rekam  kaset   kosong,   yaitu  DPP  350   juta  dan  PPN

Rp35 juta

- Pencetakan label, yaitu DPP Rp50 juta dan PPN Rp10 juta; dan

- Pembayaran iklan, yaitu DPP Rp100 juta dan PPN Rp10 juta; dan

- Sewa gedung, yaitu DPP Rp60 juta dan PPN Rp6 juta.

Item  jumlah  diisi  dengan  DPP  sebesar Rp560  juta  (Rp350  juta  +  Rp50  juta  +

Rp100 juta + Rp60 juta) dan PPN sebesar Rp56 juta.

C.   Jumlah (I.1.A+I.1.B), kolom DPP diisi dengan Rp560 juta dan kolom PPN diisi

dengan Rp56 juta.

Catatan :

Pajak   Masukan   dalam   contoh   ini   merupakan   Pajak   Masukan   yang   perolehannya

dilakukan   dalam   Masa   Pajak   yang   tidak   sama.   Pengisian   di   Lampiran   2   masih

diperbolehkan karena belum melewati batas waktu 3 bulan setelah berakhirnya Masa

Pajak  yang  bersangkutan,  sepanjang  belum  dibebankan  sebagai  biaya  dan  belum

dilakukan pemeriksaan.

Induk SPT Masa PPN (Formulir 1107)

Butir II Penghitungan PPN Kurang Bayar/Lebih Bayar

A - Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri, diisi Rp80 juta

B - PPN Disetor Dimuka Dalam Masa Pajak Yang Sama, diisi Rp30 juta

C - Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan, diisi 56 juta

D- PPN  yang  kurang  atau  (lebih)  bayar,  diisi  Lebih  Bayar  Rp6  juta(Rp80

juta – Rp30 juta – 56 juta)

124 | P a 

8

Page 11: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

B. PPN ATAS PENYERAHAN HASIL TEMBAKAU

1.  Dasar Hukum

Dasar   hukum   yang   berlaku   yang   mengatur   mekanisme   pengenaan   PPN

untuk   penyerahan   hasil   tembakau   adalah   Keputusan   Menteri   Keuangan   Nomor

62/KMK.03/2002 tanggal 26 Februari 2002 tentang Dasar Perhitungan, Pemungutan

danPenyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Hasil Tembakau.

Petunjuk   pelaksana   dari   ketentuan   ini  adalah   Keputusan   Direktur   Jenderal  Pajak

Nomor KEP-103/PJ./2002 tanggal 28 Februari 2002. Ketentuan baru ini mulai

diberlakukan pada 1 Maret 2002 menggantikan Keputusan Menteri keuangan Nomor

605/KMK.04/1990.

2.  Objek Pajak

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas;

-   penyerahan hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh Pengusaha Pabrik

hasil tembakau; atau

-   hasil tembakau yang dibuat di luar negeri oleh importir hasil tembakau

Hasil   tembakau   adalah   hasil   tembakau   sebagaimana   dimaksud   dalam   Undang

undang  Nomor  11  Tahun  1995  tentang  Cukai,  yang  meliputi  sigaret,  cerutu,  rokok

daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya dengan tidak

mengindahkan  digunakan  atau  tidak  bahan  pengganti  atau  bahan  pembantu  dalam

pembuatannya.

Pengusaha  Pabrik  hasil  tembakau  adalah  badan  hukum  atau  orang  pribadi

yang   mengusahakan   pabrik   hasil   tembakau   dan   memenuhi   persyaratan   sebagai

Pengusaha  Pabrik  sebagaimana  dimaksud  dalam  Undang-undang  Nomor  11  Tahun

1995 tentang Cukai.

3.  PPN Terutang

9

PPN Terutang = 8,4% X Harga Jual Eceran

Page 12: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

o Pajak   Pertambahan   Nilai   yang   dikenakan   atas   penyerahan   hasil   tembakau

dihitung dengan menerapkan tarif efektif dikalikan dengan Harga Jual Eceran.125 | P 

g

o Besarnya tarif efektif ditetapkan sebesar 8,4% (delapan koma empat persen).

o Harga  Jual  Eceran  adalah  harga  penyerahan  kepada  konsumen  akhir  yang  di

dalamnya sudah termasuk Cukai dan Pajak Pertambahan Nilai.

o Harga   Jual   Eceran   hasil   tembakau   atas   penyerahan   hasil   tembakau   yang

diberikan  secara  cuma-cuma kepada  karyawan pabrik  adalah  sebesar  50%  dari

o Harga   Jual  Eceran   hasil  tembakau  untuk   jenis  dan   merek   yang   sama,   yang

dijual untuk umum.

o Harga   Jual   Eceran   hasil   tembakau   atas   penyerahan   hasil   tembakau   yang

diberikan   secara   cuma-cuma   kepada   pihak   ketiga   adalah   sebesar   75%   dari

o Harga   Jual  Eceran   hasil  tembakau  untuk   jenis  dan   merek   yang   sama,   yang

dijual untuk umum.

4.  Mekanisme pelunasan

o Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan hasil tembakau

dipungut  oleh  Pengusaha  Pabrik  hasil  tembakau  atau  Importir  hasil  tembakau

dan  disetorkan  ke  Kas  Negara  dengan  memakai  formulir  Surat  Setoran  Pajak

yang bentuknya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak,bersamaan dengan saat

pembayaran Cukai atas pemesanan Pita Cukai hasil tembakau;

o Pajak Pertambahan  Nilai atas  impor dan atau perolehan Barang Kena  Pajak dan

atau  Jasa  Kena  Pajak  yang  mempunyai  hubungan  langsung  dengan  kegiatan

usaha dapat diperhitungkan  dengan Pajak  Pertambahan Nilai  yang  harus disetor

pada   saat   pembayaran   Cukai   atas   penebusan   pita   cukai   pada   Masa   Pajak

berikutnya.

o Atas  impor  hasil  tembakau  yang  dibuat  di  luar  negeri  yang  telah  dilunasi  Pajak

Pertambahan Nilainya tidak lagi dikenakan Pajak Pertambahan Nilai Impor.

o Dalam  hal  pembayaran  Cukai  hasil  tembakau  lebih  awal  dari  saat  jatuh  tempo

baik sebagian maupun seluruhnya, bersamaan pula dilunasi jumlah Pajak

Pertambahan Nilai yang sebanding dengan Cukai yang dibayar.

10

Page 13: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

o Untuk  menetapkan  jumlah  yang  disetor,  Pengusaha  Pabrik  hasil  tembakau  dan

Importir hasil tembakau dapat memperhitungkan:

1. Kelebihan Pajak Masukan yang diperhitungkan dalam SPT Masa PPN MasaPajak seb

elum masa dilakukan penebusan,

2. Nilai Pajak Pertambahan Nilai atas pita cukai yang dikembalikan.

o Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pengawasan pelaksanaan

penyetoran pajak bersamaan dengan pengawasan pembayaran Cukainya.

o Dalam  hal  terdapat   pengembalian   cukai,   maka  atas  Pajak   Pertambahan   Nilai

yang  telah  dibayar  yang  besarnya  sebanding  dengan  Cukai  yang  dikembalikan,

diperhitungkan dengan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai pada saat

pembayaran Cukai atas pemesanan pita cukai berikutnya.

o Dalam   hal   Pengusaha   Pabrik   hasil   tembakau   atau   Importir   hasil   tembakau

menghentikan  kegiatan usahanya dan  tidak  lagi melakukan penebusan pita

cukai,   maka   kelebihan   pembayaran   Pajak   Pertambahan   Nilai   dapat   diajukan

permohonan pengembalian.

5.  Hanya dikenakan pada wilayah pabrikan

Dalam  Keputusan  Direktur  Jenderal  Pajak  Nomor  KEP-103/PJ./2002  diatur

bahwa  bagi  Pedagang  Besar,  Agen,  Penyalur  Utama,  dan  Pedagang  Eceran,  yang

semata-mata melakukan penyerahan hasil tembakau, tidak perlu dikukuhkan

sebagai  Pengusaha  Kena  Pajak.Ini  menunjukkan  bahwa  PPN  atas  hasil  tembakau

sudah  selesai  dilunasi  pada  wilayah  pabrikan.  Namun  demikian  apabila  Pedagang

Besar, Agen,Penyalur Utama,dan Pedagang Eceran tersebut melakukan

penyerahan BKP selain hasil tembakau atau melakukan penyerahan JKP maka tetap

wajib   melaporkan   usahanya   untuk   dikukuhkan   sebagai   Pengusaha   Kena   Pajak

sesuai ketentuan umum.

6.  Ketentuan PPN Atas penyerahan Jasa Makloon

11

Page 14: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

- Jasa  Makloon  produksi  hasil  tembakau  adalah  kegiatan  pemberian  jasa  dalam

rangka  menghasilkan  hasil  tembakau  karena  pesanan  atau  permintaan  dengan

bahan dan atas petunjuk dari Pengusaha Pabrik hasil tembakau;

- Jasa Makloon produksi hasil tembakau yang diserahkan oleh Mitra Produksi

kepada Pengusaha Pabrik hasil tembakau merupakan Jasa Kena Pajak.

- Mitra   Produksi   harus   dikukuhkan   sebagai   Pengusaha   Kena   Pajak   sepanjang

tidak tergolong sebagai Pengusaha Kecil.

- PPN   yang   terutang   atas   penyerahan   Jasa   Makloon   produksi   hasil   tembakau

adalah 10% x imbalan Jasa Makloon produksi hasil tembakau.

- Imbalan   Jasa   Makloon   produksi   hasil   tembakau   adalah   Nilai   berupa   uang,t

ermasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh Mitra Produksikaren

a penyerahan Jasa Makloon produksi hasil tembakau.

- Apabila Mitra Produksi   menghasilkan   hasil   tembakau   karena   pesanan atau

permintaan, dengan bahan  baku dari Mitra Produksi yang bersangkutan, dan

pengerjaannya   atas   petunjuk   Pengusaha   Pabrik   hasil   tembakau   maka   atas

penyerahan  hasil  tembakau  kepada  Pengusaha  Pabrik  hasil  tembakau  terutang

Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% dari Harga Jual.

- Harga  Jual  adalah  nilai  berupa  uang,  termasuk  semua  biaya  yang  diminta  atau

seharusnya  diminta  oleh  penjual  karena  penyerahan  Barang  Kena  Pajak,  tidak

termasuk   Pajak   Pertambahan   Nilai   yang   dipungut   dan   potongan   harga   yan

g dicantumkan dalam Faktur Pajak.

7.  Contoh Pengisian SPT

Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau Dalam Negeri “A” dalam Masa Pajak April

2007 melakukan kegiatan sebagai berikut:

- Tanggal   27 April 2007 menebus pita cukai pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

dengan  nilai  penyerahan (total  HJE) sebesar Rp12 Miliar, sehingga nilai

PPN   yang terutang sebesar Rp1.008 juta (8,4 % x Rp12 Miliar).

- Kelebihan PPN Masa Pajak Maret 2007 berdasarkan SPT Masa PPN Masa Pajak

Maret 2007 yang telah dilaporkan pada tanggal 20 April 2007 sebesar Rp100 juta

- Setoran tunai pada saat penebusan pita cukai sebesar Rp908 juta dengan SSP.

12

Page 15: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

- Membeli  bahan-bahan baku/pembantu  produksi dalam negeri dengan membayar

Pajak Masukannya sebesar Rp450 juta selama Masa Pajak April 2007.

- Melakukan  impor  mesin produksi dari luar negeri dengan  membayar  PPN Impor

sebesar Rp150 juta.

- Menjual hasil produksi rokok sebesar Rp9,5 miliar selama Masa Pajak April 2007.

- Tidak ada pita cukai yang dikembalikan.

Penghitungan   PPN   Masa   Pajak   April   2007   :

Pajak Keluaran Masa Pajak April 2007 Rp1.008.000.000,-

Kompensasi PPN Masa Pajak Maret 2007 Rp   100.000.000,-

PPN disetor dimuka dalam Masa Pajak April 2007 Rp 908.000.000,-   (SSP)

Pajak Masukan Dalam Negeri pada Masa Pajak April 2007 Rp 450.000.000,-

Pajak Masukan Impor pada Masa Pajak April 2007      Rp   150.000.000,-

Rp600.000.000,-

Diperhitungkan dalam penebusan pita cukai pada

Masa Pajak April 2007

Rp - ,-

Dikompensasi ke Masa Pajak Mei 2007 Rp   600.000.000,-

Pengisian   SPT   Masa   PPN   Masa   Pajak   April   2007   sebagai   berikut   :

Lampiran 1 - Daftar Pajak Keluaran dan PPn BM (Formulir 1107A)

Butir II   Penyerahan Dalam Negeri Dengan Faktur Pajak

o Kolom DPP (Rupiah) diisi Rp12 M

o Kolom PPN (Rupiah) diisi Rp1.008 juta

Butir  IV  Penyerahan  yang  PPN  dan  PPnBM-nya  harus  dipungut  sendiri,  kolom  DPP

(Rupiah)   diisi   dengan   Rp12M dan  kolom PPN (Rupiah) diisi dengan Rp1.008 juta.

Lampiran 2 - Daftar Pajak Masukan dan PPn BM (Formulir 1107 B)

Butir I   Pajak Masukan Yang Dapat Dikreditkan dan PPn BM

1. Bagi PKP yang tidak menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan PM

A. Impor BKP dan Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari LDP serta

Pemanfaatan JKP dari LDP

13

Page 16: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Kolom DPP (Rupiah) diisi dengan Rp1.500 juta dan kolom PPN (Rupiah) diisi

dengan Rp150 juta

B. Perolehan BKP/JKP dari  Dalam Negeri,  kolom DPP (Rupiah) diisi  dengan

Rp4.500 juta dan kolom PPN (Rupiah) diisi dengan Rp450 juta.

C. Jumlah  (I.1.  A  +  I.1.B),  kolom  DPP (Rupiah) diisi dengan Rp6.000 juta dan

kolom PPN diisi dengan Rp600 juta

3. Pajak Masukan Lainnya

A. Kompensasi  Kelebihan  PPN  Masa  Pajak  Sebelumnya,  kolom  PPN  (Rupiah)

diisi dengan Rp100 juta.

B. Jumlah (I.3.A + I.3.B-I.3.C) , kolom PPN (Rupiah) diisi dengan Rp100 juta.

4.  Jumlah  Pajak  Masukan  yang  Dapat  Diperhitungkan,  kolom  PPN  (Rupiah)

sesuai rumus diisi dengan Rp700 juta.

Induk SPT Masa PPN (Formulir 1107)

Butir II Penghitungan PPN Kurang Bayar/Lebih Bayar

A. Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri, diisi Rp1.008 juta

B. PPN Disetor Dimuka Dalam Masa Pajak Yang Sama, diisi Rp908 juta

C. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan, diisi Rp700 juta

D. PPN  yang  kurang  atau  (lebih)  dibayar,  diisi  Lebih  bayarRp600  juta  (Rp1.008

juta- Rp908 juta – Rp700 juta)

Catatan:

1.  Penjualan   rokok   sebesar   Rp9,5   miliar   tidak   diperhatikan   karena   Lampiran   I   –

Daftar  Pajak  Keluaran  dan  PPn  BM  (Formulir  1107  A)  butir  II  diisi  sesuai  dengan

penyerahan yang dihitung berdasarkan nilai PPN atas penebusan pita cukai, yaitu

Rp12 Miliar.

2.  PPN  yang  disetor  di  muka  dalam  Masa  Pajak  yang  sama  dihitung  dari  Rp1.008

juta dikurangi Rp100 juta (Kompensasi kelebihan PPN bulan lalu) = Rp908 juta.

3.  Kelebihan PPN Masa Pajak April 2007 sebesar Rp600 juta yang dilaporkan dalam

SPT  Masa  PPN  Masa  Pajak  April  2007  dapat  diperhitungkan  dengan  PPN  yang

harus  dibayar  pada  saat  penebusan  pita  cukai  Masa  Pajak  Mei  2007  atau  Masa

Pajak berikutnya.

14

Page 17: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

C. PENGENAAN PPN ATAS BAHAN BAKAR MINYAK1.  Dasar Hukum

Dasar hukum yang dipakai sebagai acuan pengenaan PPN untuk

penyerahan BBM adalah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 409a/KMK.04/1990

tentang  Tata  Cara Pemungutan  Pembayaran  dan  Pelaporan PPN atas Penyerahan

Bahan Bakar Minyak, Bukan Bahan Bakar Minyak, Produk Lain dan Pelayanan Jasa

oleh PERTAMINA.

2.  Objek Pajak

Atas penyerahan BBM, Bukan BBM, Produk Lain dan pelayanan jasa oleh PERTAMINA

terutang Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10% dari Harga Jual/Penggantian.

Untuk  setiap penyerahan BBM,  Bukan BBM,  Produk Lain dan Pelayanan Jasa.

PERTAMINA diwajibkan menerbitkan Faktur Pajak dan atau Faktur Nota Bon

Penyerahan.

Keterangan:

a. Bahan  Bakar  Minyak  (BBM),  adalah  hasil  produksi  pemurnian  dan  pengolahan

minyak  bumi  yang  dihasilkan  atau  di  impor,  disalurkan  dan  dijual  PERTAMIN

yang  terdiri  dari  Avigas,  Avtur,  Bensin  Super,  Bensin  Premium,  Minyak  Tanah,

Minyak Solar, Minyak Diesel dan Minyak Bakar;

b. Bukan  Bahan  Bakar  Minyak  (Bukan  BBM)  adalah  hasil  produksi  pemurnian dan

pengolahan  minyak  bumi  yang  bukan  merupakan  BBM,  yang  dihasilkan  atau  di

impor, disalurkan dan dijual oleh PERTAMINA, antara lain Elpiji, Pelumas, Aspal,

Lilin (Wax) Flintkote dan hasil Petrokimia hulu lainnya;

c. Produk lain adalah Produk PERTAMINA lainnya selain produk sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b;

d. Pelayanan  Jasa  adalah  semua  jasa  yang  diserahkan  oleh  PERTAMINA  kepada

pihak   manapun   yang   berhubungan   dengan   kegiatan   utamanya   menghasilkan

BBM, bukan BBM dan Produk lain sebagaimana dimaksud dalam huruf  a, b, dan c,

maupun penyediaan jasa-jasalainnya   yang   berdasarkan   Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 1988 tentang Pajak Pertambahan Nilai.

3.  Mekanisme pemungutan PPN

15

Page 18: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

a. Pemungutan   Pajak   Pertambahan   Nilai   yang   terutang   sebagai  Pajak   Keluaran

atas  penyerahan  dan  pemakaian  sendiri  BBM  dilaksanakan  secara  terpusat  diKantor PE

RTAMINA;

b. Pemungutan   Pajak   Pertambahan   Nilai   yang   terutang   sebagai  Pajak   Keluaran

atas  penyerahan  Bukan  BBM,  Produk  Lain  dan  Jasa  Kena  Pajak  dilaksanakan

oleh Unit/Daerah Operasi PERTAMINA yang melakukan penyerahan;

c. Pemakaian   sendiri   BBM   yang   berasal   dari   dan   dialirkan   langsung   ke   kilang

pengolahan/   pemurnian   BBM   dan   pemakaian   sendiri   Jasa   Kena   Pajak   tidak

diperhitungkan Pajak Pertambahan Nilainya.

4.  Pengkreditan Pajak Masukan

a. Pajak  Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Kantor  Pusat  PERTAMINA dan  atau

Unit/ Daerah Operasi  PERTAMINA untuk  impor   dan atau pembelian   Barang

Kena  Pajak  dan  atau  perolehan  Jasa  Kena  Pajak  dan  atau  pemakaian  sendiri

Barang Kena Pajak yang mempunyai hubungan langsung dengan proses produksi

(pengolahan/pengadaan), distribusi (angkutan) pemasaran dan

manajemen   merupakan   Pajak   Masukan  yang  dapat  dikreditkan  dengan   Pajak

Keluaran;

b. Pengkreditan   Pajak   Masukan   dilaksanakan   secara   terpusat   di   Kantor   Pusat

PERTAMINA;

5.  PenjelasanSE-10/PJ.51/1993 terkait   dengan   Harga BBM   yang   ditetapkan

berdasarkan keputusan Presiden.

a. Oleh   karena   harga   BBM   yang   telah   ditentukan   dalam   Keputusan   Pr

esiden merupakan haraga jual kepada konsumen akhir, maka PPN sudah

termasuk dalam harga jual tersebut dan dengan demikian PPN dihitung 10/110

X haraga jual ;

b. Mengingat  harga  yang  sudah  ditetapkan  tersebut  sudah  termasuk  PPN  sa

mpai pada tingkat konsumen akhir dan PPN yang terutang sudah dikenakan

pada saat penyerahan dari PERTAMINA, maka bagi pengusaha lain selain

PERTAMINA tidak perlu mengenakan PPN lagi atas produk-produk tersebut

16

Page 19: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

dan bagi pengusaha yang dalam kegiatannya hanya semata-mata menyerahkan

produk BBM seperti tersebut diatas, selain PERTAMINA tidak perlu

dikukuhkan menjadi PKP. Sedangkan bagi pengusaha yang dalam usahanya

selain menyerahkan BBM sebagaimana tersebut di atas juga menyerahkan

BKP/JKP lainnya seperti minyak pelumas, minyak rem, air accu dan

sebagainya tetap harus dikukuhkan menjadi PKP sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Bab 2. Penyerahan Jasa Biro Perjalanan atau Pariwisata

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 75/PMK.03/2010 untuk Jasa Biro

Perjalanan menggunakan Nilai Lain yaitu pada pasal 2 huruf k : untuk penyerahan jasa

biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah

tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

Dalam SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 130/PJ.53/1996 Dalam Pasal

3 ayat (1) huruf g Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas, Dasar penetapan Nilai Lain

untuk penyerahan jasa biro perjalanan/pariwisata adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah

tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih. Sehingga penyerahan jasa biro

perjalanan/pariwisata adalah sebesar 10 % (tarif PPN) x 10 (Nilai Lain) % x jumlah tagihan

atau jumlah yang seharusnya ditagih, sehingga tarif efektifnya adalah 1 % x jumlah tagihan

atau jumlah yang seharusnya ditagih

Untuk lebih jelasnya diberikan contoh sebagai berikut :

Harga tiket dari perusahaan penerbangan Rp. 436.000,00

PPN atas penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri Rp. 43.600,00

PSC + IW Rp. 16.400,00

------------------ +

Jumlah yang seharusnya ditagih Rp. 496.000,00

PPN atas penyerahan jasa biro perjalanan/pariwisata :

10% x 10% x Rp. 496.000,0 Rp. 4.960,00

------------------ +

Jumlah yang harus dibayar oleh penerima jasa biro -

Perjalanan/pariwisata Rp. 500.960,00

17

Page 20: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan pasal 4 nomor 75/PMK.03/2010, bagi PKP yang

menggunakan nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak dengan bidang usaha Jasa Biro

Perjalanan seluruh PPN sehubungan dengan perolehan BKP atau JKP dalam rangka

menjalankan kegiatan usahanya melakukan penyerahan kena pajak, merupakan Pajak

Masukan yang tidak dapat dikreditkan.

Pajak Masukan yang berkenaan dengan pajak yang terutang tidak dapat dikreditkan karena

dalam Nilai Lain telah diperhitungkan Pajak Masukan dari Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

Kena Pajak yang bersangkutan.

18

Page 21: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Bab 3. Ekpor BKP dan JKP di dalam daerah Pabean oleh Pengusaha Kena

Pajak

A. Dasar Hukum :Pasal 4 UU PPN NO 42 TAHUN 2009, mengatur bahwa :

“(1).  Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha;

b. impor Barang Kena Pajak;

c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

Pengusaha;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam

Daerah Pabean;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan

h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

(2) Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya

dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan”.

Sedangkan mengenai Tarif PPN diatur dalam pasal 7 UU PPN baru sbb :

“(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

(2)  Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

a. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; dan

c. ekspor Jasa Kena Pajak. “

Penjelasan Pasal 7 ayat (2) UU PPN menegaskan bahwa :

19

Page 22: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

“Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak di

dalam Daerah Pabean. Oleh karena itu,

1. Barang Kena Pajak Berwujud yang diekspor;

2. Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari dalam Daerah Pabean yang dimanfaatkan di

luar Daerah Pabean; atau

3. Jasa Kena Pajak yang diekspor termasuk Jasa Kena Pajak yang diserahkan oleh

Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak

atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari  pemesan di

luar Daerah Pabean,

dikenai Pajak Pertambahan Nilai dengan tarif 0% (nol persen).

Pengenaan tarif 0% (nol persen) tidak berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai. Dengan demikian, Pajak Masukan yang telah dibayar untuk perolehan Barang Kena

Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan kegiatan tersebut dapat dikreditkan”.

B. Batasan Kegiatan dan Jenis JKP yang atas ekspornya dikenakan PPN 0%.

Sesuai dengan PMK-70/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010, terhitung mulai 1 April 2010

berikut ini Batasan Kegiatan dan Jenis JKP yang atas ekspornya dikenai PPN dengan tarif 0%

:

a. Jasa Maklon yang batasan kegiatannya memenuhi syarat sbb :

1. Pemesan atau penerima JKP berada di Luar Daerah Pabean dan merupakan Wajib

Pajak Luar Negeri (WPLN) serta tidak mempunyai Bentuk Usaha Tetap (BUT) di

Indonesia,

2. Spesifikasi dan bahan disediakan oleh pemesan atau Penerima JKP,

3. Bahan adalah bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau bahan penolong/pembantu

yang akan diproses menjadi BKP yang dihasilkan,

4.Kepemilikan atas barang jadi berada pada pemesan atau penerima JKP; dan

5. Pengusaha Jasa Maklon mengirim barang hasil pekerjaannya berdasarkan

permintaan pemesan atau penerima JKP ke luar daerah Pabean.

b. Jasa Perbaikan dan perawatan yang batasan kegiatannya memenuhi syarat sbb :

20

Page 23: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

1. Jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang bergerak yang dimanfaatkan di luar

Daerah Pabean

c. Jasa Konstruksi, yaitu layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,layanan

jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan

konstruksi, yang batasan kegiatannya memenuhi syarat sbb :

2. Jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang tidak bergerak yang terletak di luar

Daerah Pabean.

C. Saat terutangnya PPN dan Pemberitahuan Ekspor JKP

Saat terutangnya PPN atas ekspor Jasa Kena Pajak adalah saat penggantian atas jasa yang

diekspor tersebut dicatat dan diakui sebagai penghasilan.

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan Ekspor Jasa Kena Pajak wajib membuat

Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak dengan formulir yang telah ditetapkan dalam

lampiran PMK-70 pada saat ekspor Jasa Kena Pajak.  Dokumen pemberitahuan Ekspor Jasa

Kena Pajak yang dilampiri dengan Invoice sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan,

berfungsi sebagai Faktur Pajak (dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan

Faktur Pajak).

Atas pengiriman barang kena pajak yang dihasilkan dari kegiatan ekspor jasa Maklon oleh

PKP eksportir Jasa Maklon tidak dilaporkan sebagai ekspor BKP dalam SPT Masa PPN.

D. PPN atas Penyerahan JKP Lain ke WP LN

Dengan diterbitkannya PMK-70 maka jelas bahwa Penyerahan JKP lain, -selain yang

telah diatur dalam PMK-70- kepada Wajib Pajak Luar Negeri tidak termasuk dalam

pengertian ekspor JKP yang merupakan obyek PPN dengan tarif 0%.

Contoh Ekspor JKP :

1. PT Wawasan yang sudah dikukuhkan sebagai PKP dengan bidang usaha riset

dan pengembangan yang berkedudukan di Jakarta, menyerahkan jasa riset

kepada PT Han Sen PLc di Seoul, Korea Selatan. Atas Penyerahan JKP ini

masuk dalam kelompok ekspor JKP

21

Page 24: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

2. PT Garmenia selaku PKP industri garmen menerima pesanan dari Garment

Singapore Ltd Coy di Singapura supaya dibuatkan 10.000 potong pakaian.

Untuk keperluan itu diserahkan bahan baku berupa tekstil dan pola kepada PT

Garmenia. Atas penyerahan jasa maklon ini, yang sebelumnya tidak dikenai

PPN atas ekspor JKP dengan tarif 0%

22

Page 25: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Bab 4. Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang Dilakukan oleh Pengusaha

Dasar Hukum Pasal 4 huruf a dan huruf c UU PPN NO 42 TAHUN 2009 terdiri atas

beberapa unsur, yaitu :

1. Barang Kena Pajak

2. Jasa Kena Pajak

3. penyerahan BKP

4. penyerahan JKP

5. Daerah Pabean

6. kegiatan usaha atau pekerjaan

7. Pengusaha Kena Pajak

1. BARANG KENA PAJAK

Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat

berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang

dikenakan pajak berdasarkan UU PPN 1984 .

Barang Kena Pajak (Psl. 1 angka 3 UU PPN 1984) dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Barang berwujud, kembali dibagi menjadi dua, yaitu :

a). Barang bergerak;

b). Barang tidak bergerak.

b. Barang tidak berwujud.

Pada dasarnya semua barang dapat dikenakan PPN kecuali UU menetapkan

sebaliknya (Psl. 4A ayat (2) 1984 jo Ps. 1-4 PP No. 144/2000).

Sesuai dengan karakter PPN yang menginginkan dirinya bersifat netral terhadap pola

produksi, pola distribusi, dan pola konsumsi, PPN memberikan perlakuan sama terhadap

semua barang yang dikonsumsi, baik barang berwujud maupun barang tidak berwujud.

Namun, faktanya hal ini tidak dapat sepenuhnya diterapkan karena adanya kriteria yang

digunakan sebagai bahan pertimbangan berikut.

23

Page 26: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

a. sejumlah barang merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi setiap anggota

masyarakat;

b. menghindari pengenaan pajak berganda, dalam hal ini yaitu apabila suatu barang

sudah dikenakan pajak oleh pemerintah daerah, pemerintah pusat tidak akan

mengenakan pajak dengan sifat yang sama terhadap barang tersebut;

c. PPN dikenakan atas penyerahan BKP yang dihitung berdasarkan jumlah yang nyata,

bukan suatu jumlah berdasarkan hasil penilaian, sperti penyerahan kertas saham tidak

mungkin dikenakan PPN karena nilai nominal dengan nilai fisiknya berbeda.

Oleh karena itu, dalam pasal 4A ayat (1) UU PPN 1984 ditentukan bahwa jenis barang

dan jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Peraturannya terdapat dalam pasal 1 sampai dengan pasal 4 PP No. 144 tahun2000

mengenai Barang Tidak Kena Pajak, yaitu :

a. Barang hasil tambang atau pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, yaitu

minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batubara sebelum diproses

menjadi briket, bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih nikel, bijih tembaga, bijih

perak dan bijih bauksit.

b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu beras,

gabah, jagung, sagu,kedelai, dan garam.

c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan

sejenisnya, baik dikonsumsi di tempat maupun tidak, kecuali katering.

d. Uang, emas batangan, dan surat berharga.

Selain barang tidak kena pajak, pemerintah juga menentukan BKP tertentu yang

bersifat strategis yang diatur dalam PP No.12 Thn.2001 Jo PP No. 46 Thn 2003 Jo PP 7

Thn. 2007 dan atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN, yang meliputi :

a. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang atau

tidak;

b. Makanan ternak, unggas, dan ikan, dan atau bahan baku untuk pembuatan makanan

ternak,unggas dan ikan;

c. Barang hasil pertanian, yaitu barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang

pertanian, perkebunan, dan kehutanan; peternakan, perburuan atau penangkapan,

maupun penangkaran; perikanan baik penangkapan maupun budidaya;

24

Page 27: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

d. Bibit atau benih dari pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran,

perikanan;

e. Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum;

f. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya diatas 6600 watt.

Untuk huruf a, b, c, dan d atas impor barang tersebut juga dibebaskan dari pengenaan

PPN.

2. JASA KENA PAJAK

Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau

perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak

tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena

pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk pemesan yang dikenakan PPN

(Pasal 1 angka 5 UU PPN 1984).

Pada dasarnya setiap jasa dapat dikenakan PPN, kecuali undang-undang menetapkan

sebaliknya ( pasal 1 angka 6 jo. Pasal 4A ayat (3) UU PPN 1984).

Jasa yang tidak dikenakan PPN (pasal 4A ayat (3) UU PPN 1984 jo pasal 5 s.d pasal

16 PP. No. 144 tahun 2000), yaitu :

a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medis

Contoh: Jasa dokter umum, Jasa ahli kesehatan, Jasa rumah sakit dll.

b. Jasa di bidang pelayanan sosial

Contoh: Jasa pelayanan panti asuhan, Jasa pemadam kebakaran dll.

c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko

d. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi

Jasa di bidang perbankan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu jasa khas

perbankan yang tidak dikenakan PPN yaitu yang tidak dapat dilakukan oleh

perusahaan lain selain bank seperti jasa deposito dan tabungan. Sedangkan kelompok

yang satu lagi yaitu jasa lainnya yang dilakukan oleh perusahaan perbankan namun

dapat dilakukan oleh perusahaan lain selain bank dan dikenakan PPN seperti jasa

penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk

kepentingan pihak lain berdasarkan suatu perjanjian serta anjak piutang ,dan

menyewakan ruangan.

Jasa asuransi tidak termasuk broker asuransi.

e. Jasa di bidang keagamaan

25

Page 28: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Contoh: Jasa pelayanan rumah- rumah ibadah, Jasa pemberian khotbah atau dakwah,

dll.

f. Jasa di bidang pendidikan

g. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan

h. Jasa di bidang penyiaran radio/ televisi yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai

oleh sponsor yang bertujuan komersil.

i. Jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau, di sungai yang dilakukan oleh

pemerintah atau swasta, serta jasa angkutan udara luar negeri, termasuk jasa angkutan

dalam negeri yang menjadi bagian tak terpisahkan dari jasa angkutan luar negeri

tersebut.

j. Jasa di bidang tenaga kerja

Penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak

bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut.

k. Jasa di bidang perhotelan

Yaitu persewaan kamar termasuk tambahannya dan persewaan ruangan untuk

kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

l. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara

umum

Contoh :pemberian NPWP, pembuatan KTP, dll.

3. PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK

Dalam UU PPN 1984, pengertian penyerahan barang kena pajak diatur dalam pasal

1A ayat (1), sebagai berikut.

a. Penyerahan hak atas barang kena pajak karena suatu perjanjian

b. Pengalihan barang kena pajak oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan perjanjian

leasing

Untuk penyerahan BKP berdasar perjanjian sewa –beli, saat timbulnya objek

pajak bukan ditentukan oleh saat penyerahan hak melainkan saat pengalihan BKP.

Pengalihan BKP yaitu saat berpindahnya penguasaan BKP dari penjual kepada

pembeli.

Penyerahan karena perjanjian sewa guna usaha (leasing) adalah penyerahan yang

disebabkan oleh perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi.

26

Page 29: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

c. Penyerahan barang kena pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang

Pedagang perantara adalah orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan

usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian atau perikatan

atas dan untuk tanggungan orang lain dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu.

Juru lelang adalah juru lelang pemerintah atau yang ditunjuk oleh pemerintah. Kata

penghubung yang digunakan bagi juru lelang adalah melalui. Hal ini berarti pada saat

PKP menyerahkan BKP melalui juru lelang bukan merupakan objek pajak, objek

pajak timbul ketika juru lelang menyerahkan BKP yang dilelang kepada pemenang

lelang untuk dan atas nama PKP yang bersangkutan.

d. Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma

Pemakaian sendiri berarti BKP yang merupakan barang dagangan atau hasil

produksi digunakan untuk kepentingan PKP sendiri. Pemakaian sendiri dapat

dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu pemakaian sendiri yang bersifat konsumtif

dan pemakaian sendiri yang bersifat produktif. Pemakaian sendiri yang bersifat

produktif tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak sehingga

tidak terutang PPN. Pemberian cuma-cuma yang merupakan objek pajak adalah

pemberian cuma-cuma baik BKP produksi sendiri maupun produksi perusahaan lain.

e. Persediaan barang kena pajak dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk

diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan

Persediaan barang kena pajak dan aktiva selain barang dagangan yang masih

tersisa pada saat pembubaran perusahaan disamakan dengan pemakaian sendiri

sehingga termasuk dalam pengertian penyerahan BKP menurut undang-undang.

f. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan

penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang

Ketentuan ini merupakan akibat dari prinsip desentralisasi pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak. Dengan prinsip ini, baik kantor pusat maupun cabang dengan

nama dan dalam bentuk apapun , masing-masing dikukuhkan sebagai PKP oleh KPP

setempat.

g. Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi

Untuk penyerahan secara konsinyasi, PPN yang sudah dibayar pada waktu

BKP yang bersangkutan diserahkan untuk dititipkan dapat dikreditkan dengan Pajak

27

Page 30: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Keluaran pada Masa Pajak terjadinya penyerahan BKP yang dititipkan tersebut.

Sebaliknya, jika BKP titipan tersebut tidak laku dijual dan diputuskan untuk

dikembalikan kepada pemilik BKP, pengusaha yang menerima barang titipan tersebut

membuat “nota retur”yang diatur dalam pasal 5A.

Dalam pasal 1A ayat (1) UU PPN 1984 diberikan suatu rincian dari penyerahan

barang yang tidak termasuk kategori sebagai Penyerahan Barang Kena Pajak, yaitu :

a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana yang dimaksud dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang.

b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang.

c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan antar cabang bagi PKP yang memperoleh

izin pemusatan tempat pajak terutang dari Direktur Jenderal Pajak.

4. PENYERAHAN JASA KENA PAJAK

Berdasarkan pasal 1 angka 7 dan penjelasan pasal 4 huruf c UU PPN 1984 , termasuk

dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah :

a. setiap pemberian Jasa Kena Pajak;

b. pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak;

c. pemberian cuma-cuma Jasa Kena Pajak.

Pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak untuk tujuan produktif tidak termasuk dalam

pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak sehingga tidak dikenakan PPN.

5. DAERAH PABEAN

Daerah Pabean adalah wilayah Republik indonesia yang meliputi wilayah

darat, perairan dan ruang udara di atasnya serta tempat-tempat tertentu di Zona

Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku UU No. 10 tahun

1995 tentang kepabeanan (pasal 1 angka 1 UU PPN 1984).

Jadi yang dapat dikenakan PPN hanya penyerahan BKP/JKP yang dilakukan

dalam wilayah Republik Indonesia. Pembayaran boleh dilakukan dimana saja.

Sebaliknya jika pembayaran dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia, tetapi

penyerahan BKP/JKP dilakukan di luar negeri, atas penyerahan ini tidak dikenakan

PPN.

28

Page 31: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

6. KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAAN

Kegiatan usaha atau pekerjaan berarti dalam rangka kegiatan usaha sehari-hari

pengusaha yang bersangkutan.

 

29

Page 32: PPN yang dikenakan satu kali pada wilayah pabrikan

Daftar Pustaka

Sukardji, Untung : “Pokok Pokok Pajak Pertambahan Nilai” , PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta – 2011

http://triyani.wordpress.com/tag/bkp-tidak-berwujud/

http:// pajaktaxes.blogspot.com/

http://www.pajakonline.com/

http://ortax.com/

30