[PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

29
Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya 1 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam hidupnya manusia mengalami berbagai tahap perkembangan, mulai dari lahir sampai tua. Salah satu tahap perkembangan yang dialami adalah masa remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Berbagai perkembangan yang dialami pada masa remaja diantaranya, perkembangan fisik, perkembangan kognitif serta perkembangan sosioemosional. Semua perkembangan ini memiliki pengaruh pada diri mereka sendiri. Sebagai contoh, perubahan fisik pada masa ini akan mempengaruhi kondisi mental mereka. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap ini sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang pada masa remaja. Pada tahap perkembangan ini, anak sudah mulai mampu untuk mencari pemecahan atau solusi atas masalah yang mereka hadapi. Mereka tidak lagi harus selalu bergantung pada orang tua mereka lagi. Mereka akan mencoba semua kemungkinan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah mereka. Mereka sudah mampu memahami berbagai macam aspek pada suatu persoalan yang dapat diselesaikan sekaligus, tidak lagi satu per satu seperti anak pada masa konkrit operasional. Remaja dapat memasuki dunianya dengan berbagai kemungkinan dan kebebasan untuk berpikir sendiri. Pada tahap perkembangan ini, anak akan berusaha untuk menemukan jati diri mereka sendiri. Mereka sudah bisa menentukan suatu keputusan yang tepat dan sesuai dengan hati nurani mereka. Mereka biasanya sudah bisa membedakan mana hal baik yang harus dilakukan dan mana hal buruk yang harus dijauhi. Mereka akan sulit terbawa arus mengikuti apa yang dianggap baik atau buruk oleh masyarakat, tetapi bisa menentukan sendiri mana hal baik dan mana hal buruk, dengan syarat mereka sudah menemukan jati dirinya sendiri. Mereka akan memiliki sebuah prinsip hidup sendiri untuk melakukan interaksi sosial dengan masyarakat. Hal ini merupakan hal yang sangat penting, karena mereka merupakan generasi penerus yang memiliki posisi kunci dalam masyarakat

Transcript of [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Page 1: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

1 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam hidupnya manusia mengalami berbagai tahap perkembangan, mulai

dari lahir sampai tua. Salah satu tahap perkembangan yang dialami adalah masa

remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.

Berbagai perkembangan yang dialami pada masa remaja diantaranya,

perkembangan fisik, perkembangan kognitif serta perkembangan

sosioemosional. Semua perkembangan ini memiliki pengaruh pada diri mereka

sendiri. Sebagai contoh, perubahan fisik pada masa ini akan mempengaruhi

kondisi mental mereka. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap ini sangat

mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang pada masa remaja.

Pada tahap perkembangan ini, anak sudah mulai mampu untuk mencari

pemecahan atau solusi atas masalah yang mereka hadapi. Mereka tidak lagi

harus selalu bergantung pada orang tua mereka lagi. Mereka akan mencoba

semua kemungkinan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

mereka. Mereka sudah mampu memahami berbagai macam aspek pada suatu

persoalan yang dapat diselesaikan sekaligus, tidak lagi satu per satu seperti anak

pada masa konkrit operasional. Remaja dapat memasuki dunianya dengan

berbagai kemungkinan dan kebebasan untuk berpikir sendiri.

Pada tahap perkembangan ini, anak akan berusaha untuk menemukan jati

diri mereka sendiri. Mereka sudah bisa menentukan suatu keputusan yang tepat

dan sesuai dengan hati nurani mereka. Mereka biasanya sudah bisa membedakan

mana hal baik yang harus dilakukan dan mana hal buruk yang harus dijauhi.

Mereka akan sulit terbawa arus mengikuti apa yang dianggap baik atau buruk

oleh masyarakat, tetapi bisa menentukan sendiri mana hal baik dan mana hal

buruk, dengan syarat mereka sudah menemukan jati dirinya sendiri. Mereka

akan memiliki sebuah prinsip hidup sendiri untuk melakukan interaksi sosial

dengan masyarakat. Hal ini merupakan hal yang sangat penting, karena mereka

merupakan generasi penerus yang memiliki posisi kunci dalam masyarakat

Page 2: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

2 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

dimasa mendatang. Untuk mengkaji lebih lanjut tentang pemahaman materi ini,

maka disusunlah makalah yang berjudul “Perkembangan Sosioemosional

Remaja (SMP dan SMA) dan Implikasinya dalam Praktik Pendidikan”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana implikasi perkembangan fisik anak selama masa SMP dan SMA

(remaja) dalam praktik pendidikan?

2. Bagaimana implikasi perkembangan kognitif anak selama masa SMP dan

SMA (remaja) dalam praktik pendidikan?

3. Bagaimana perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan

SMA (remaja)?

4. Bagaimana implikasi perkembangan sosioemosional anak selama masa

SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis implikasi perkembangan fisik anak selama masa SMP dan

SMA (remaja) dalam praktik pendidikan.

2. Menganalisis implikasi perkembangan kognitif anak selama masa SMP dan

SMA (remaja) dalam praktik pendidikan.

3. Menganalisis perkembangan sosioemosional anak selama masa SMP dan

SMA (remaja).

4. Menganalisis implikasi perkembangan sosioemosional anak selama masa

SMP dan SMA (remaja) dalam praktik pendidikan.

1.4 MANFAAT

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

Bagi Individu,

1. Mengetahui lebih mendalam mengenai materi Perkembangan Peserta Didik

khususnya mengenai implikasi perkembangan fisik dan kognitif anak

Page 3: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

3 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

selama masa SMP dan SMA serta perkembangan sosioemosional anak

selama masa SMP dan SMA.

Bagi Mahasiswa,

1. Memberikan suatu pengetahuan mengenai implikasi perkembangan fisik dan

kognitif anak selama masa SMP dan SMA serta perkembangan

sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA.

2. Menambah modul pembelajaran mengenai mata kuliah Perkembangan

Peserta Didik.

Bagi Masyarakat,

1. Memberikan suatu informasi mengenai implikasi perkembangan fisik dan

kognitif anak selama masa SMP dan SMA serta perkembangan

sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA.

Page 4: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

4 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 IMPLIKASI PERKEMBANGAN FISIK ANAK SELAMA MASA SMP

DAN SMA (REMAJA) DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Pertumbuhan fisik remaja membawa berbagai implikasi dalam dunia

pendidikan. Implikasi tersebut antara lain:

a. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendorong pertumbuhan fisik

remaja secara normal.

b. Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi anak didik.

c. Mengadakan jam-jam olahraga bagi anak-anak (Suma, 2006: 33).

Guna lebih memahami implikasi ini secara lebih mendalam, maka

diberikan penjelasan sebagai berikut:

Sarana dan Prasarana

Faktor sarana dan prasarana tidak boleh dikesampingkan dalam

pendidikan. Dengan kata lain, jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan

pada peserta didik. Sebagai contoh: tempat duduk yang kurang sesuai serta

ruangan yang relatif gelap, terlalu sempit akan menimbulkan gangguan

kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan yang baik mengkehendaki agar tempat

duduk anak dan meja dapat diatur sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Artinya antara anak SMP dan SMA pastilah diatur dengan komposisi berbeda.

Dalam realitanya, secara fisik anak SMA memerlukan ruang (untuk duduk) lebih

besar jika dibandingkan dengan anak SMP. Apalagi jika dibandingkan dengan

peserta didk di jenjang SD. Dalam hal ini, ruangan kelas yang bersih, terang, dan

cukup luas, serta kedisiplinan yang tidak kaku juga merupakan sesuatu yang

perlu diperhatikan. Kedisiplinan yang tidak kaku artinya dapat memberikan

keleluasaan bagi para peserta didik.

Waktu Istirahat

Dalam kegiatan belajar, para peserta didik pastilah mengalami rasa lelah.

Guna menghilangkan rasa lelah tersebut (mengumpulkan tenaga baru), istirahat

Page 5: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

5 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

sangat diperlukan. Belajar terus-menerus tanpa memperhatikan waktu untuk

istirahat akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Pada hakikatnya, dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan

pengaturan waktu yang tepat bagi peserta didik. Hal ini berlandaskan pada suatu

istilah dalam belajar, yaitu: “biorama” (Ali dan Asrori, 2009: 23). Biorama

berarti kemampuan peserta didik dalam hal berkonsentrasi akan sangat

dipengaruhi oleh irama stamina biologis pada peserta didik itu sendiri.

Berlandaskan pada konsep biorama tersebut maka didapatlah rumus pengaturan

belajar, yaitu: “lima kali dua lebih baik daripada dua kali lima”. Pernyataan

tersebut berarti belajar dengan frekuensi lima kali yang masing-masing

berlangsung selama dua jam, hasilnya akan lebih baik jika dibandingkan dengan

belajar sebanyak dua kali yang masing-masing berlangsung selama lima jam.

Hal tersebut jelas berpengaruh pada stamina peserta didik untuk berkonsentrasi

dalam belajar.

Diadakannya Jam-Jam Olahraga bagi Para Siswa

Olahraga sangatlah penting bagi kesehatan tubuh. Sesuai istilah “mensana

in corporesano”, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Inilah yang

menjadi alasan bahwa olahraga itu merupakan salah satu aspek penting dalam

kegiatan pembelajaran. Olahraga yang dijadwalkan secara teratur oleh pihak

sekolah berarti pertumbuhan fisik peserta didik akan memperoleh stimulus yang

teratur pula. Dapat juga diwujudkan dengan adanya jam-jam olahraga bagi

peserta didik baik didalam jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran. Jam

olahraga diluar jam pelajaran seperti: kegiatan ekstrakurikuler, kelompok

olahraga, bela diri, dan lain sebagainya.

2.2 IMPLIKASI PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK SELAMA MASA

SMP DAN SMA (REMAJA) DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Menurut teori Piaget, periode operasi fomal merupakan tingkat puncak

perkembangan struktur kognitif. Karakteristiknya adalah anak remaja mampu

berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat

menggunakan penalaran ilmiah serta dapat menerima pandangan orang lain.

Page 6: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

6 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Perkembangan kognitif remaja membawa implikasi pada penyelenggaraan

pendidikan terutama pada proses belajar mengajar. Sekolah harus

mengembangkan model-model pembelajaran yang dapat memupuk

berkembangnya potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, sesuai

dengan perbedaan masing-masing (Suma, 2006: 41). Penciptaan kondisi

lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kemampuan kognitif anak yang

didalamnya menyangkut keamanan psikologis dan kebebasan psikologis

merupakan faktor yang sangat penting. Ali dan Asrori (2004) menguraikan

bahwa sejumlah kondisi psikologis merupakan kondisi yang perlu

dikembangkan agar peserta didik aman secara psikologis dan mampu

mengembangkan kemampuan kognitifnya. Kondisi psikologis tersebut antara

lain:

Pendidik dapat menerima peserta didik secara positif, sebagaimana adanya

tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannnya. Serta memberi

kepercayaan pada peserta didik bahwa ia baik dan mampu.

Pendidik wajib menciptakan suasana dengan kondisi peserta didik tidak

merasa terlalu dinilai oleh orang lain.

Pendidik memberi pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran,

perasaan, dan perilaku peserta didik. Serta dapat menempatkan diri dalam

situasi peserta didik (melihat dari sudut pandang peserta didik).

Memberikan suasana pedagogis yang aman bagi peserta didik untuk

mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga ia terbiasa berani untuk

mengembangkan pemikirannya. Pendidik berusaha mengemukakan

keterbukaan, kehangatan, dan kekonkretan.

Piaget mengemukakan bahwa aktivitas merupakan unsur pokok dalam

pengembangan kognitif. Artinya pengalaman belajar yang aktif akan

berkontribusi maksimal (besar) pada perkembangan kognitif anak. Sementara

itu, pengalaman belajar yang pasif akan berkontribusi minimal (kecil) pada

perkembangan kognitif anak.

Model Pendidikan yang aktif merupakan sebuah model yang tidak

menunggu sampai peserta didik siap sendiri. Akan tetapi, pihak sekolahlah

Page 7: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

7 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

(pendidik) yang mengatur lingkungan belajar peserta didik. Sedemikan rupa

sehingga dapat memberi kesempatan maksimal kepada peserta didik untuk

berinteraksi dan mengeksplorasi segala kemampuan yang ia miliki (Arifin, 2008:

1).

Dengan adanya lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar, maka

proses pembelajaran yang aktif akan terjadi. Hal ini akan menstimulus

peserta didik untuk maju ke taraf/tahap berikutnya. Dalam hal ini pendidik

hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak berada

ditangannya. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pendidik antara

lain:

Menciptakan interaksi yang baik (hubungan akrab) dengan peserta didik.

Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog (sharing)

dengan beberapa orang yang ahli dan berpengalaman dalam berbagai bidang

ilmu pengetahuan. Hal ini akan sangat menunjang perkembangan

intelektual/kognitif anak.

Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik peserta didik baik melalui

kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup. Hal ini berperan

penting dalam perkembangan berpikir peserta didik.

Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik baik melalui media massa

(mass media), maupun media cetak. Dapat diterapkan dengan cara

menyediakan situasi yang memungkinkan peserta didik berpendapat atau

mengemukakan ide-idenya. Beberapa contohnya adalah melibatkan peserta

didik dalam kegiatan karya tulis, jurnalistik, dan kegiatan sejenis lainnya. Hal

ini juga besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual/kognitif peserta

didik.

Setiap pendidik hendaknya mengetahui dan memahami isi dari setiap

tingkat perkembangan kognitif peserta didiknya, sehingga dapat mengambil

tindakan dan keputusan pedagogis yang tepat (Suma, 2006: 42). Artinya

pendidik wajib menyesuaikan program-program pendidikannya dengan

kebutuhan peserta didik, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

Page 8: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

8 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

tersebut. Semua ini bertujuan agar peserta didik memahami pengalaman belajar

yang diterimanya.

Jika ditinjau dari konsep Piaget, maka akan didapat penjelasan sebagai

berikut: sesungguhnya, teori Piaget berfokus membahas kognitif atau

intelektual. Dimana perkembangan intelektual erat kaitannya dengan belajar,

sehingga perkembangan intelektual ini dapat dijadkan landasan untuk

memahami belajar. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku

yang terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap.

Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar,

yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan. Skema adalah struktur

kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap

lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Adaptasi tersebut

terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi.

Selanjutnya, asimilasi itu merupakan suatu proses kognitif, dengan asimilasi

seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema

yang ada atau tingkah laku yang ada. Sementara itu, akomodasi dapat diartikan

sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan

akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan

yang menyangkut pikiran. Dengan kata lain, tindakan kognitif menyangkut

tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan. Piaget

menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram

berikut:

Page 9: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

9 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau peserta didik yang

sudah memiliki pengalaman yang khas. Hal ini berarti peserta didik sudah

memiliki sejumlah skema (pandangan) yang khas. Selanjutnya, pada suatu

keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (benda,

peristiwa, gagasan) pada pikirannya terjadi pemilahan melalui memori. Dalam

memori anak terdapat 2 kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:

Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah

ada dalam pikiran anak.

Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema

yang ada dalam pikiran anak.

Kedua hal di atas merupakan kejadian asimilasi.

Berdasarkan diagram di atas, kejadian kesesuaian yang sempurna itu

merupakan penguatan terhadap skema (pandangan) yang sudah ada. Stimulus

yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skema

(pandangan) yang ada. Dengan kata lain, terjadi semacam gangguan mental atau

PENGUATAN

KESESUAIAN

YANG LEBIH

BAIK

PENGALAMAN

BARU (BENDA,

KEGIATAN,

GAGASAN)

PEMILAHAN AWAL

(DENGAN

MENGINGAT)

SESUAI

TIDAK

SESUAI

KERESAHAN

JALAN

BUNTU AKOMODASI

gambar 2.2.1

interpretasi perkembangan kognitif

(sumber:

http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piage

t-dan-teorinya/)

Page 10: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

10 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian, kebingungan,

kekesalan, dan lain sebagainya. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak

mempunyai 2 pilihan, yaitu:

Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau

menyerah dan tidak berbuat apa (jalan buntu).

Memberi tanggapan terhadap stimulus baru, baik berupa tanggapan secara

fisik maupun mental. Jika ini dilakukan, anak akan mengubah

pandangannya (skema) sebagai akibat dari tindakan mental yang

dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.

2.3 PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL ANAK

SELAMA MASA SMP DAN SMA (REMAJA)

Tahap operasi formal pada masa SMP dan SMA salah satunya adalah

perkembangan sosioemosional remaja. Perkembangan manusia telah

mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang sejak mereka bayi ke

masa dewasa melalui beberapa jenjang. Perkembangan sosioemosional

merupakan hubungan dua makna yaitu ”sosial” yang berarti hubungan dengan

orang sekitar dan ”emosi” yang berarti berhubungan dengan kejiwaan yang

diekspresikan melalui tawa, senyum, kemarahan.

a. Perkembangan Sosial Remaja

Pengertian Hubungan Sosial

Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang

di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya (Anna

Alisyahbana, dkk., 1984 dalam Ali dan Asrori, 2004: 85). Hubungan sosial ini

juga menyangkut penyesuian diri terhadap lingkungan, seperti menaati peraturan

yang ada di masyarakat dan membangun komitmen bersama dalam suatu

kelompok atau organisasi yang diikutinya.

Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin

tahu terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Hubungan sosial ini

mula-mula dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih

luas lagi ke lingkungan sekolah, kemudian dilanjutkan lagi ke lingkungan

Page 11: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

11 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

masyarakat. Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah

cara melakukan hubungan sosial secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya.

Kesulitan untuk melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya baik di

sekolah maupun di masyarakat sangat mungkin terjadi. Hal ini bisa disebabkan

karena pola asuh yang salah dari orang tua. Jika orang tua melakukan pola asuh

yang terlalu ketat pada anak, akan menyebabkan timbulnya rasa takut yang

berlebihan pada anak sehingga tidak berani untuk mengambil inisiatif, tidak

berani untuk mengambil keputusan, yang pada akhirnya tidak bisa memilih

teman yang dianggap sesuai. Situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh

orang tua seperti ini, pada umumnya masih diperbaiki oleh orang tua itu sendiri,

tetapi situasi pergaulan dengan teman sebayanya cenderung sulit untuk

diperbaiki (Sunarto, 1998 dalam Ali dan Asrori, 2004: 85). Anak yang

dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang terlalu ketat akan kesulitan untuk

beradaptasi dengan situasi yang dianggap dapat menimbulkan konflik pada

dirinya. Ada dua kemungkinan dampak negatif yang akan muncul dari pola asuh

seperti ini, yaitu munculnya rasa rendah diri yang akan tetap melekat pada

dirinya atau anak itu akan melampiaskan emosi yang terpendam dalam dirinya

pada orang lain dengan berbuat yang berlebih-lebihan.

Karakteristik perkembangan sosial remaja.

Ada beberapa karakteristik yang menonjol dari perkembangan sosial

remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan Pergaulan

Hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan pada masa

remaja (SMP dan SMA). Mereka berusaha untuk melakukan hubungan sosial

dengan orang lain atau mencari pergaulan karena menyadari akan kesunyian.

Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan

dorongan pergaulan untuk menemukan kemampuan kemandiriannya. Langeveld

berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja

disertai kesadaran sosial psikologis yang mendalam yang kemudian

menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan

suatu bentuk sendiri atau kemandiriannya (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984: 152

Page 12: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

12 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

dalam Ali dan Asrori, 2004: 91). Mereka sadar bahwa tanpa melakukan interaksi

dengan orang lain, mereka akan kesepian dan tidak mampu menjalani hidup

sendirian. Dengan melakukan interaksi dengan orang lain, mereka akan

menyadari kelebihan dan kekurangan diri mereka sendiri.

2. Adanya Upaya Memilih Nilai-Nilai Sosial

Ketika remaja menghadapi suatu nilai-nilai sosial tertentu, ada beberapa

kemungkinan yang akan dilakukan oleh remaja. Pertama mereka akan

menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang ada dan yang kedua mereka

akan tetap pada pendiriannya sendiri dengan menanggung segala akibat yang

akan terjadi. Bagi remaja yang idealis dan memiliki suatu kepercayaan terhadap

diri dan cita-citanya, mereka akan menuntut norma-norma sosial yang mutlak

sesuai dengan kepercayaannya, walaupun semua yang dicobanya gagal.

Sebaliknya, bagi remaja yang pasif, mereka cenderung akan pasrah terhadap

keadaan dan akan mengikuti norma-norma sosial yang ada. Akan tetapi, ada juga

orang yang tidak akan menuntut norma-norma sosial yang mutlak, tetapi tidak

juga menolak seluruhnya.

3. Meningkatnya Ketertarikan pada Lawan Jenis

Pada masa remaja terjadi suatu ketertarikan antar lawan jenis mereka.

Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis

mengenai dirinya. Meskipun kesadaran akan lawan jenis ini berhubungan

dengan perkembangan jasmani, tetapi sesungguhnya yang berkembang secara

dominan bukanlah kesadaran jasmani yang berlainan, melainkan tumbuhnya

ketertarikan terhadap jenis kelamin yang lain. Pada masa-masa sebelumnya,

hubungan sosial yang dilakukan tidak terlalu menghiraukan jenis kelamin, tetapi

pada masa remaja hubungan sosial dihiasi perhatian terhadap lawan jenisnya.

Keinginan untuk membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dapat

dipandang sebagai suatu yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian (Ali

dan Asrori, 2004: 92). Hal ini dapat dilihat dari perilaku remaja seperti

berpacaran atau berkencan dengan lawan jenisnya.

Page 13: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

13 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

4. Kecenderung untuk Mulai Memilih Karier Tertentu.

Menurut Kuhlen, ketika sudah memasuki masa remaja, mulai tampak

kecenderungan mereka untuk memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan

karier tersebut masih mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984

dalam Ali dan Asrori, 2004: 92). Mereka sudah bisa memikirkan suatu pekerjaan

yang akan ditekuni pada masa depannya. Walaupun terkadang mereka dapat

memilih lebih dari satu karier, namun umumnya satu karierlah yang akan

ditekuninya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak pada Masa

Remaja (SMP dan SMA)

Proses sosialisasi remaja dilakukan pada tiga lingkungan, yaitu lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dalam proses

perkembangan sosial, remaja dengan sendirinya mempelajari proses penyesuaian

diri dengan ketiga lingkungan tersebut. Perkembangan sosial individu sangat

tergantung dengan kemampuanya untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya serta kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

Pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat

pada perkembangan sosial remaja yaitu: (Ali dan Asrori, 2004)

1. Lingkungan Keluarga

Di dalam lingkungan keluarga, remaja akan mendapatkan berbagai

kebutuhan untuk perkembangan sosialnya, seperti rasa aman, dihargai, disayangi

dan kebebasan untuk menyatakan diri. Dalam hal ini, remaja mendapat

pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan yang lain selama hal

teersebut tidak berlebihan dan sesuai dengan kemampuan orang tuanya. Selain

itu, yang lebih penting adalah keluarga harus mampu memberikan perlindungan,

menjauhkan ketegangan dan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah

yang dihadapi oleh remaja.

Dalam perkembangan sosialnya, remaja sangat membutuhkan iklim

kehidupan keluarga yang kondusif. Iklim kehidupan keluarga yang kondusif itu

mengandung tiga unsur, yaitu: (Ali dan Asrori, 2004)

a. Karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dengan keluarga lainnya

Page 14: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

14 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

b. Karakteristik khas itu dapat memengaruhi perilaku individu dalam keluarga

itu

c. Unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan

individu dalam keluarga tersebut

d. Aspek penting yang dapat memengaruhi perilaku remaja adalah interaksi

antar anggota keluarganya. Perkembangan sosial remaja akan dipengaruhi

oleh harmonis tidaknya interaksi antar anggota keluarganya.

Ketidakharmonisan suatu keluarga akan menjadi penghambat untuk

perkembangan sosial remaja.

Pola asuh dari orang tua juga sangat memengaruhi perkembangan sosial

remaja. Ada tiga jenis pola asuh orang tua dalam bimbingan terhadap remaja,

yaitu: (Hoffman, 1989 dalam Ali dan Asrori, 2004)

a. Pola Asuh Bina Kasih

Dengan pola asuh bina kasih, orang tua mendidik dan membimbing

anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang logis kepada anaknya

terhadap setiap pengambilan keputusan yang diambil untuk anaknya. Dengan

cara seperti ini, anak akan mengerti dengan maksud dan tujuan orang tuanya atas

perlakuan yang didapatkannya. Dengan demikian, anak akan dapat

mengembangkan pemikirannya untuk mengikuti atau tidak keputusan yang

diambil oleh orang tuanya.

b. Pola Asuh Unjuk Kuasa

Dengan pola asuh unjuk kuasa, orang tua dalam mendidik anaknya

senantiasa memaksakan kehendaknya agar dipatuhi dan dituruti oleh anaknya,

walaupun anak tersebut tidak dapat menerima keputusan yang diambil oleh

orang tuanya. Dengan cara seperti ini, anak akan merasa terkekang. Anak tidak

dapat mengemukakan perasaan dan emosi dalam dirinya, sehingga akan terus

terpendam. Hal ini dapat berakibat buruk karena anak akan terus merasa rendah

diri karena tidak bisa melakukan apa-apa atau mereka akan melampiaskan emosi

yang terpendam dalam dirinya tersebut di luar lingkungan keluarganya, misalnya

kepada teman-temannya.

Page 15: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

15 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

c. Pola Asuh Lepas Kasih

Dengan pola asuh lepas kasih, orang tua dalam mendidik anaknya

senantiasa menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak mengikuti

kehendak orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau mengikuti kehendak orang

tuanya maka mereka akan kembali mendapatkan cinta kasih dari orang tuanya.

Dengan cara seperti ini, anak akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu bebas

mengambil keputusan sendiri namun tanpa cinta kasih orang tua, atau

mendapatkan cinta kasih orang tua namun harus mengikuti kehendak orang tua.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan perluasan lingkungan social remaja dalam proses

sosialisasi. Sekolah mrupakan salah satu lingkungan dimana remaja hidup dalam

kesehariannya. Para pendidik dan teman-teman sekolahnya membentuk suatu

sistem yang kemudian menjadi sebuah lingkungan norma bagi dirinya. Anak

tidak akan merasa kesulitan untuk menyesuaikan dirinya jika tidak ada

pertentangan. Namun jika ada pertentangan antar kelompok di sekolah, anak

akan menyesuaikan dirinya dengan kelompok yang dapat menerima dirinya

dengan baik. Selama membangun hubungan sosialnya, ada empat tahap proses

penyesuian diri yang harus dilalui oleh anak, yaitu: (Ali dan Asrori, 2004)

a. Anak dituntut untuk tidak merugikan orang lain serta menghargai dan

menghormati hak orang lain.

b. Anak dididik untuk menaati peraturan dan menyesuaikan diri dengan

norma-norma kelompok.

c. Anak dituntut untuk lebih dewasa dalam melakukan interaksi social

berdasarkan asas saling memberi dan menerima.

d. Anak dituntut untuk memahami orang lain.

Selama proses penyesuaian diri ini anak mungkin saja akan menghadapi

konflik yang dapat menghambat proses sosialisasinya. Untuk mencegah konflik

atau masalah-masalah yang akan timbul, lingkungan sekolah dituntut untuk

menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan sosial

remaja. Kodusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan sosial

Page 16: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

16 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

remaja tercemin dari interaksi antara guru dengan siswanya, siswa dengan siswa,

serta interaksi seluruh warga sekolahnya.

Kualitas guru juga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan

sosial remaja. Guru harus bisa membuat suatu pelajaran menarik minat peserta

didik, sebab sering peserta menganggap suatu pelajaran itu tidak bermanfaat.

Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Artinya, selain

menyampaikan pelajaran untuk mentransfer pengetahuan kepada peserta didik,

seorang guru juga harus mampu membina para peserta didik menjadi manusia

dewasa yang bertanggung jawab.

3. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan ketiga yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial

remaja adalah lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan masyarkat, remaja

dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi mereka belum diberikan kesempatan

atau peran penuh seperti orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah

yang penting, remaja sering diabaikan karena dianggap belum mampu. Hal ini

dapat menimbulkan kekecewaan pada remaja dan bisa menjadi penghambat

perkembangan sosial remaja.

Iklim kehidupan masyarakat yang kondusif sangat diharapkan untuk

perkembangan sosial masyarakat. Untuk itu, keteladanan dan kekonsistenan nilai

dan norma dalam masyarakat menjadi sangat penting.

b. Pengertian Emosi

Jiwa manusia merupakan satu kesatuan yang saling bersinergi satu sama

lain yang menciptakan suatu keadaan kepribadian yang seimbang. Jika kita

berbicara tentang kepribadian yang seimbang, setiap individu memiliki hal yang

mempengaruhi terhadap kepribadian yaitu kestabilan emosi.

Istilah "emosi" berasal dari bahasa Perancis amouvoir, atau dalam bahasa

Latin e-movere (e = luar; movere = bergerak) yang berarti perasaan yang

bergerak ke luar. Definisi yang umum untuk kata "emosi" adalah reaksi atau

perasaan yang intens terhadap seseorang atau sesuatu kejadian.

Emosi pada diri individu berperan penting dalam penciptaan kepribadian

dan perjalanan kehidupan seorang manusia, sehingga jika dikaji dari sisi

Page 17: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

17 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

psikologis manusia, maka akan muncul suatu keadaan dimana peran emosi ini

sangat berpengaruh dalam segala hal kehidupan manusia. Penyebabnya adalah

manusia merupakan makhluk yang mempunyai perasaan, hati nurani dan

kepekaan terhadap peristiwa yang dialami secara emosional yang

membedakannya dengan makhluk lainnya.

Emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi

teoritis yang berbeda-beda. Adapun beberapa pengertian emosi antara lain:

i. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pengertian emosi adalah

luapan perasaan yang berkembang dan surut pada waktu singkat.

ii. Definisi secara psikologi menyatakan bahwa emosi sebagai warna afektif

seseorang yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan

mental dan fisik yang berwujud sebagai suatu tingkah laku yang tampak.

iii. William James

iv. Chaplin (1989)

Mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi

rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu

perubahan yang jelas pada tubuh (Khodijah, 2006

dalam

http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.ht

ml).

Dalam Dictionary of Psychology

mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang

terangsang dari organism mencangkup perubahan-

perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya

dari perubahan perilaku

(http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.

html).

Page 18: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

18 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

v. Daniel Goleman (1995)

vi. Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan memiliki emosi yang matang,

yaitu:

1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang

emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat

diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental

yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial

2. Pemahaman diri, individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak

kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai

dengan harapan masyarakat.

3. Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha

menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan

bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut

(http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.html).

vii. Menurut Kartono (1988)

Kematangan emosi adalah suatu kedewasaan dari segi emosional dalam

artian individu tidak lagi terombang ambing oleh motif kekanak- kanakan

(http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.html).

.

Daniel Goleman merupakan seorang pakar

kecerdasan emosional. Daniel menyatakan bahwa

pengertian emosi merujuk pada makna yang paling

harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary

yakni sebagai setiap kegiatan atau pergolakan

pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang

hebat dan meluap-luap. Daniel Goleman juga

menyatakan emosi merupakan suatu keadaan

biologis dan psikologis dan serangkaian

kecenderungan untuk bertindak (Ali dan Asrori,

2009: 62).

Page 19: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

19 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

viii. Menurut pandangan Skinner (1977)

Esensi kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa

seseorang mampu memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam

balas dendam dalam kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak

mudah berubah pendirian (http://yoezronbloon.blogspot.com

/2010/02/emosi.html).

ix. Menurut James & Lange

Emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan

individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira

(http://yoezronbloon.blogspot.com/2010/02/emosi.html).

x. Menurut Lindsley

Emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan

syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan

syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu

yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.

Dari beberapa pengertian emosi, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah

suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan

fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan

untuk meletus. Emosi seringkali disamakan dengan perasaan, namun keduanya

dapat dibedakan. Emosi bersifat lebih intens dibanding dengan perasaan,

sehingga perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas

dibandingkan perasaan (http://yoezronbloon.blogspot.com /2010/02/emosi.html).

Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian, yaitu:

1. Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan

perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta,

sayang, senang, gembira, kagum, dan sebagainya.

2. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang

menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya

adalah sedih, marah, benci, takut, dan sebagainya.

Page 20: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

20 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Bentuk-Bentuk Emosi

Seorang ahli Psikologi, Daniel Goleman mengemukakan bentuk-bentuk

emosi sebagai berikut:

a. Amarah

Sifat amarah seorang individu meliputi brutal, mengamuk, benci, marah

besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung,

bermusuhan, dan tindak kekerasan.

b. Kesedihan

Perasaan sedih meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.

c. Rasa Takut

Rasa takut meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut

sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia.

d. Kenikmatan

Kenikmatan meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang,

terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi,

girang, senang sekali, dan mania.

e. Cinta

Cinta meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.

f. Terkejut

Terkejut meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.

g. Jengkel

Jengkel meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau

muntah.

h. Malu

Malu meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan

hati hancur lebur (Ali dan Asrori, 2009 :63).

Teori-teori yang menjelaskan hubungan antara emosi dan tingkah laku,

antara lain:

Page 21: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

21 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

a. Teori Sentral

Teori Sentral dikemukakan oleh Walter B. Canon. Menurut teori ini gejala

kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami

oleh individu. Dengan kata lain emosilah yang menimbulkan tingkah laku, dan

bukan sebaliknya.

b. Teori Peripheral

Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange. Teori ini berbanding

terbalik dengan Teori Sentral. Menurut teori ini Tingkah laku yang

menimbulkan emosi, dan bukan sebaliknya.

c. Teori Kepribadian

Menurut teori ini, emosi meliputi perubahan-perubahan jasmani dimana

suatu aktivitas pribadi dimana pribadi tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan.

d. Teori Kedaruratan Emosi

Teori ini dikemukakan oleh Cannon. Menurut teori ini emosi berhubungan

dengan motivasi. Apabila seseorang termotivasi maka akan terangsang secara

emosional untuk melakukan suatu kegiatan dengan intensitas tinggi. (Ali dan

Asrori, 2009: 67)

Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa

dewasa. Pada masa ini umumnya berlangsung sekitar umur 13 sampai umur 18

tahun, dimana pada masa ini anak umumnya masuk pada masa menengah.

Pada masa ini, remaja disebut sebagai masa peralihan antara masa anak-

anak dan masa dewasa. Conny Semiawan, mengibaratkan: “terlalu besar untuk

serbet, terlalu kecil untuk taplak meja”, yang artinya sudah bukan anak-anak

lagi, namun juga belum dewasa. (Ali dan Asrori, 2009: 67)

Secara garis besar masa remaja dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu:

a. Periode Praremaja

Pada periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria

dengan remaja wanita. Namun, pada remaja wanita biasanya memperlihatkan

penambahan berat badan dengan cepat sehingga seringkali merasa gemuk.

Page 22: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

22 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Selain itu, emosi remaja pada periode ini seringkali meledak-ledak (berlebihan)

seperti mudah tersinggung dan cengeng namun juga cepat merasa senang.

b. Periode Remaja Awal

Pada periode ini terjadi perubahan fungsi alat kelamin. Hal tersebut

menyebabkan remaja cenderung menyendiri sehingga merasa terasingkan dan

kurang perhatian dari orang lain. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit

sehingga cepat merasa marah. Perilaku seperti ini terjadi karena adanya

kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang-

kadang tidak wajar.

c. Periode Remaja Tengah

Pada masa ini, tanggung jawab hidup harus semakin ditingkatkan.

Tanggung jawab tidak hanya datang dari dirinya sendiri, orang tua ataupun

keluarganya, namun tuntutan tanggung jawab dari masyarakat juga datang pada

remaja. Pada masa ini, remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik

dan disebut buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai

yang dianggap baik, benar, dan pantas diterapkan dikalangan mereka sendiri.

d. Periode Remaja akhir

Pada periode ini remaja sering menganggap jika diri mereka sudah dewasa

dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin

dewasa. Orang tua atau bahkan masyarakat mulai memberikan kepercayaan-

kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Remaja juga memilih cara-cara

hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua

atau bahkan masyarakat (Ali dan Asrori, 2009: 67-68).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja

1. Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat

cepat dari anggota-anggota tubuh. Hal ini menyebabkan postur tubuh tidak

seimbang. Hormon-hormon tertentu juga mulai berperan sejalan dengan

perkembangan alat kelamin, sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam

tubuh remaja dan sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan

emosinya (Ali dan Asrori, 2009: 69).

Page 23: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

23 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua

Pola asuh dari orang tua pada masa ini sangat bervariasi misalnya bersifat

otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang penuh dengan

cinta kasih. Pada masa ini pemberian hukuman pada anak tidak lagi dengan cara

memukul karena sesuai dengan ungkapan yang disampaikan oleh Gardner

(1992) yakni Too Big to Spank yang maknanya berarti remaja itu sudah terlalu

besar untuk dipukul. Pemberontakan yang dilakukan semata-mata untuk

menunjukan pada orang tua bahwa mereka telah bisa menjadi orang yang lebih

dewasa.

3. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya

Pada masa ini remaja memiliki ciri khas dalam berinteraksi dengan teman

sebayanya, mereka berusaha untuk melakukan aktivitas secara bersama dengan

membentuk semacam “geng”. Interaksi semacam ini biasanya memiliki

kohesivitas dan solidaritas yang cukup tinggi. Faktor yang sering menimbulkan

emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis.

Gangguan emosi akan terjadi apabila cinta dari remaja tidak terjawab atau

terjadinya pemutusan cinta secara sepihak sehingga dapat menimbulkan

kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.

4. Perubahan Pandangan Luar

Ada beberapa pandangan luar yang biasanya menyebabkan terjadinya

konflik-konflik emosional dalam diri remaja, antara lain:

Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten. Remaja yang

dianggap sudah dewasa namun tidak mendapat kebebasan penuh atau peran

yang wajar sebagaimana orang dewasa, remaja pada masa ini sering kali

dianggap masih kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja.

Dunia luar (masyarakat) masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk

remaja laki-laki atau remaja perempuan. Hal ini bisa terlihat apabila remaja

laki-laki memiliki banyak teman perempuan, remaja laki-laki dianggap

popular, namun sebaliknya apabila remaja perempuan memiliki banyak

teman laki-laki maka dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat

yang kurang baik.

Page 24: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

24 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak

bertanggung jawab, yakni mengikutsertakan remaja dalam kegiatan-

kegiatan yang merusak dirinya sendiri dan melanggar nilai-nilai moral.

5. Perubahan Interaksi dengan Sekolah

Pada masa sekolah, para guru merupakan tokoh yang sangat penting bagi

para remaja, pada posisi ini guru berada pada posisi yang sangat strategis untuk

menyampaikan materi-materi yang positif dan konstruktif. Namun, tidak jarang

terjadi suatu ancaman-ancaman dari guru kepada siswanya. Hal ini

menyebabkan bertambahnya rasa permusuhan dari diri peserta didik dan

memberikan stimulasi negatif bagi perkembangan emosi anak.

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi individu. Akan

tetapi, emosi seorang individu masih dapat dikontrol. Ada 3 jenis display rules

(cara mengontrol emosi individu), yaitu masking , modulation, dan simulation

(Ekman dan Friesen dalam Walgito, 2003: 207).

Masking : keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau

dapat menutupi emosi yang dialaminya.

Modulation : keadaan seseorang yang tidak dapat meredam secara

tuntas gejala kejasmaniannya, contoh dia menangis tapi

tidak terlalu kuat.

Simulation : orang tidak mengalami emosi tetapi seolah-olah

mengalami emosi.

Fungsi Emosi

Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk survival atau sekedar

untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga

berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energi yang memberikan

kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan

messenger atau pembawa pesan.

Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi

memberikan kekuatan pada manusia untuk membedakan dan mempertahankan

diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang,

Page 25: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

25 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam

kebersamaan dengan manusia lain.

Energizer, yaitu sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita

semangat dalam bekerja bahkan juga semangat untuk hidup. Contohnya:

perasaan cinta, dan sayang.

Emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang membuat kita

merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup.

Contohnya : perasaan sedih, dan benci.

Messenger, yaitu sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita

bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-

orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan

melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut.

Dari pemaparan tentang fungsi emosi itu sendiri, maka kita dapat tarik

suatu kejelasan bahwa emosi dalam kehidupan sangat berperan untuk menunjang

segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Penggunaan emosi yang tepat

dalam situasi yang tepat dapat memepengaruhi terhadap hasil dari aktivitas yang

dilakukan oleh manusia. Maka dari itu, patutlah kita menyadari tentang fungsi

emosi pada diri kita serta menempatkan emosi tersebut pada situasi yang tepat.

Dengan ketepatan dalam menggunakan emosi, maka akan terbentuk kiat

yang tepat dalam menghadapi suatu hal. Emosi tidaklah selalu harus diartikan

sebagai hal yang buruk untuk dilibatkan dalam sesuatu, karena emosi pada

prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang

berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai

situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk.

c. Pengertian Perkembangan Sosioemosional

Perkembangan sosioemosional merupakan hubungan antara kehidupan

sosial seorang individu dengan sifat emosinya. Manusia tumbuh dan

berkembang dalam lingkungan. Lingkungan sosial inilah yang nantinya akan

membentuk perkembangan sosioemosional seorang individu.

Pada remaja, anak-anak mengalami perubahan-perubahan yang berarti

dalam kehidupan sosial disamping kehidupan emosional mereka. Sebagian

Page 26: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

26 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak-anak pada

kelas-kelas SMP maupun SMA berupaya untuk tampak lebih dewasa. Tidak

diterima dalam kelompok dapat membawa mereka pada masalah-masalah

emosional yang serius.

Pada tahap ini, remaja menganggap teman-teman lebih penting daripada

sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya ini membuat remaja

selalu mengikuti trendseter bahkan disini mereka selalu meniru apa yang

dilakukan temannya. Masa-masa sekolah menengah juga sering membawa

perubahan dalam hubungan peserta didik dengan guru mereka. Perbedaan

perkembangan sosioemosional anak pada masa sekolah dasar dengan anak pada

masa sekolah menengah adalah anak pada masa sekolah dasar, mereka dengan

mudah menerima dan bergantung pada guru. Namun, pada tahap masa SMP dan

SMA, mereka mulai membantah dan memprotes guru mereka. Hal ini terjadi

karena mereka menganggap diri mereka sudah dewasa. Sosioemosional seorang

remaja sangat bergantung pada bagaimana perkembangan sosioemosional

mereka ketika masa kanak-kanak, bila mereka mampu bersosialisasi dengan baik

maka perkembangan sosioemosional mereka baik pula. Ketika mereka

ditempatkan pada situasi formal di masyarakat, mereka tidak akan merasa

canggung lagi. Mereka menjadi terbiasa berada di depan umum, ini berarti

perkembangan sosioemosional mereka sudah dapat berjalan dengan baik.

d. Implikasinya dalam Praktik Pendidikan

Dalam proses belajar, kita tidak menyangkal bahwa peran intelegensi

berpengaruh terhadap prestasi pembelajaran. Namun, yang muncul saat ini

tingkat keberhasilan seseorang dalam pendidikan sangat difokuskan untuk

diukur secara kuantitas intelegensi yaitu dengan pengukuran Intelligence

Quotient (IQ), peran IQ diasumsikan sebagai hal utama yang berpengaruh

terhadap keberhasilan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa IQ hanyalah

merupakan pengukuran secara kuantitas mengenai tingkat intelegensi yang dapat

diukur dan bersifat konkret dan konvergen.

Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil

belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat

Page 27: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

27 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu,

pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif

pada diri pelajar (peserta didik). Untuk menciptakan emosi positif pada diri

siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan

menciptakan lingkungan belajar atau lingkungan sosial yang menyenangkan dan

dengan penciptaan kegembiraan belajar.

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola

emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Selain

keceerdasan emosi interaksi antara pelajar dengan lingkungan tempat sekolah

juga mempengaruhi proses belajar. Apabila terjadi hubungan atau interaksi yang

baik antar pelajar dengan lingkungan sosial, lingkungan masyarakat, dan

lingkungan keluarga serta emosi dari para pelajar mampu disesuaikan dengan

lingkungan sosial tersebut, tentu saja proses belajar dari pelajar akan berjalan

dengan lancar. Maka dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam proses

pendidikan, emosi lingkungan sosial sangat berperan dan perlu dilibatkan dalam

proses pembelajaran karena emosi mempunyai suatu kekuatan yang dapat

memicu kita dalam mencapai suatu prestasi belajar dan lingkungan sosial

menjadi wadah dalam menjalankan proses belajar.

Maka dengan ini sangatlah keliru jika dianggap faktor utama penentu

keberhasilan adalah IQ yang tinggi. Banyak orang yang berhasil dalam sisi

akademik namun tidak bisa melakukan apapun dengan keberhasilannya dalam

kehidupan yang nyata. Oleh karena itu, keterlibatan emosi dan keterlibatan

pelajar dalam lingkungan sosialnya sangat penting dalam segala aktivitas,

apalagi jika kita dapat mengelola emosi itu dengan tepat dalam lingkungan sosial

atau dengan kata lain cerdas dalam menggunakan emosi. Kecerdasan emosi dan

mampu berinteraksi dalam lingkungan sosial ini akan sangat berperan terhadap

keberhasilan seseorang dalam segala aspek kehidupan.

Page 28: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

28 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

a. Pertumbuhan fisik remaja membawa berbagai implikasi dalam dunia

pendidikan. Implikasi tersebut antara lain:

Menyediakan sarana dan prasarana yang mendorong pertumbuhan fisik

remaja secara normal.

Memberikan waktu istirahat yang cukup bagi anak didik.

Mengadakan jam-jam olahraga bagi anak-anak

b. Implikasi perkembangan kognitif anak selama masa SMP dan SMA dalam

praktik pendidikan adalah sebagai berikut:

Penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pengembangan

kemampuan kognitif anak yang didalamnya menyangkut keamanan

psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting.

Kondisi psikologis merupakan kondisi yang perlu dikembangkan.

Selanjutnya, pengalaman belajar yang aktif akan berkontribusi maksimal

(besar) pada perkembangan kognitif anak, begitu juga sebaliknya. Setiap

pendidik hendaknya mengetahui dan memahami isi dari setiap tingkat

perkembangan kognitif peserta didiknya, sehingga dapat mengambil tindakan

dan keputusan pedagogis yang tepat.

c. Perkembangan Sosioemosional anak selama masa SMP dan SMA adalah

sebagai berikut:

Dalam perkembangan sosioemosional terdapat kata sosioemosional,

dimana sosioemosional berasal dari dua kata, yaitu: sosial yang berarti

hubungan/interaksi dengan orang sekitar dan emosi yang berarti adalah suatu

respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis

disertai perasaan yang kuat. Jadi, Perkembangan Sosioemosional adalah

hubungan antara kehidupan sosial seorang individu dengan sifat emosinya.

Implikasinya dalam praktik pendidikan adalah sangatlah keliru jika dianggap

faktor utama penentu keberhasilan adalah IQ yang tinggi. Melainkan

Page 29: [PPD, 9] PERKEMBANGAN SOSIOEMOSIONAL REMAJA (SMP DAN SMA) DAN IMPLIKASINYA DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN

Oleh: Asnawa Dikta, Nova Riasta, dan Aristya

29 Perkembangan Anak Selama Masa SMP dan SMA

keterlibatan emosi sangat penting dalam segala aktivitas, apalagi jika kita dapat

mengelola emosi itu dengan tepat atau dengan kata lain cerdas dalam

menggunakan emosi.

3.2 SARAN

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

a. Para orang tua harus bisa menjadi panutan bagi anak, khususnya pada masa

remaja supaya perkembangan sosioemosionalnya tidak terhambat.

b. Para pendidik atau guru harus memiliki kualitas dan bisa menjadi teladan

untuk peserta didik, supaya perkembangan sosioemosional anak pada masa

remaja menjadi maksimal.

c. Masyarakat sebagai lingkungan terluas yang akan dihadapi anak pada masa

remaja harus mampu menjadi teladan yang baik, supaya perkembangan

sosioemosional remaja.