Laporan PPD 2

download Laporan PPD 2

of 27

Transcript of Laporan PPD 2

BAGIAN IHASIL PEMBINAAN KELUARGAPPD FK Unud Ke 66

1

BAGIAN I

LAPORAN HASIL PEMBINAAN KELUARGAI. LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN1. Keluarga I Wayan Ada

I.1 Data Demografi Keluarga Binaan

No Nama 1 2 3 4 Wayan Ada Ni Wayan Dadi Luh Suardani Kadek Sukaningsih

JK L P P P

Umur 30 th 27 th 4 th 4 bl

Hubungan KK Istri Anak Anak

Pendidikan SD -

Pekerjaan Buruh Slip Kayu IRT -

2. Keluarga Nengah Togog

No Nama 1 2 3 4 5 6 I Nengah Togog Ni Wayan Sumanti Ni Wayan Suryani I Made Denianta I Wayan Daging Ni Wayan Sudarni

JK L P P L L P

Umur 24 th 20 th 4 th 9 bl 65 th 61 th

Hubungan KK Istri Anak Anak Ayah Ibu

Pendidikan SMU SD SD SD

Pekerjaan Petani IRT Petani Petani

3. Keluarga I Wayan Cindra

No 1 2 3 4

Nama I Wayan Cindra Ni Wayan Madri Arisanti Ni Luh Nengah Renge

JK Umur L P P P 34 th 23 th 5 bl 72 th

Hubungan Pendidikan Pekerjaan KK Istri Anak Ibu SMA SD Petani Petani IRT

I.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan Ketiga keluarga binaan penulis merupakan rumah tangga miskin (RTM) yang berada di Banjar Sekardadi, Desa Sekardadi, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Di

2

Banjar Sekardadi sendiri terdapat empat puluh empat RTM berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kelihan Banjar tersebut. Keluarga I Wayan Ada Berdasarkan data pada kepala desa, keluarga Wayan Ada termasuk dalam keluarga miskin. Penghasilan keluarga ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan berasal dari KK (Wayan Ada) sebagai buruh slip kayu. Menurut pengakuannya, penghasilan hariannya sebesar Rp 10.000,00. Pak Ada bekerja setiap hari. Istri KK (Ni Wayan Dadi) tidak bekerja. Berikut uraian pengeluaran keluarga Wayan Ada setiap bulan: 1. Makan a. Beras 100.000,00 b. Lauk-pauk 2. Listrik, air, bahan bakar a. Listrik b. Air c. Minyak tanah 30.000,00 3. Lain-lain a. Lain-lain Jumlah Keluarga I Nengah Togog Berdasarkan data pada kepala desa, keluarga Nengah Togog termasuk dalam keluarga miskin. Penghasilan keluarga ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan berasal dari KK (Nengah Togog), ayah KK (I Wayan Daging) dan ibu KK (Ni Wayan Sudani) sebagai petani jeruk. Mereka menggarap kebun jeruk milik orang lain. Menurut pengakuannya, penghasilan hariannya sebesar Rp 10.000,00 per orang. Mereka bekerja setiap hari. Istri KK (Ni Wayan Sumanti) tidak bekerja. Berikut uraian pengeluaran keluarga Nengah Togog setiap bulan: 1. Makan Rp 50.000,00 Rp 300.000,00 Rp 20.000,00 Rp Rp 100.000,00 Rp

3

a. Beras 300.000,00 b. Lauk-pauk 2. Listrik, air, bahan bakar a. Listrik b. Air c. Minyak tanah 50.000,00 d. Bensin 3. Lain-lain a. Lain-lain Jumlah

Rp Rp 200.000,00 Rp 50.000,00 Rp Rp Rp 100.000 Rp 50.000,00 Rp 750.000,00

Secara umum, dilihat dari besarnya penghasilan dan pengeluaran, masih ada uang yang dapat ditabung. Dengan penghasilan keluarga sekitar Rp.900.000,00 sebulan dan pengeluaran sekitar Rp.750.000,00 sebulan, sisanya ditabung.

Keluarga I Wayan Cindra Berdasarkan data pada kepala desa, keluarga I Wayan Cindra termasuk dalam keluarga miskin. Penghasilan keluarga ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan berasal dari KK (I Wayan Cindra) dan istri KK (Ni Wayan Madri)sebagai petani jeruk. Mereka menggarap kebun jeruk milik sendiri seluas 3,5 hektar. Menurut pengakuan mereka, penghasilan mereka tergantung musim panen, yang datang tiap 6 bulan. Kalau diperkirakan, penghasilannya mereka berdua kira-kira 900.000 perbulan. Ibu KK (Ni Nengah Renge) tidak bekerja. Berikut uraian pengeluaran keluarga I Wayan Sudi setiap bulan: 1. Makan a. Beras b. Lauk-pauk 2. Listrik, air, bahan bakar a. Listrik b. Air c. Bensin 3. Lain-lain4

Rp 300.000,00 Rp 250.000,00 Rp 50.000,00 Rp 30.000,00 Rp 120.000,00

a. Lain-lain Jumlah

Rp 50.000,00 Rp 750.000,00

Secara umum, dilihat dari besarnya penghasilan dan pengeluaran, masih ada uang yang dapat ditabung. Dengan penghasilan keluarga sekitar Rp 900.000,00 sebulan dan pengeluaran sekitar Rp.750.000,00 sebulan, sisanya ditabung.

I.3 Rumusan Masalah pada Keluarga Binaan Keluarga I Wayan Ada Dalam keluarga ini, yang bermasalah dalam kesehatan adalah anak sulung KK yang menderita asma. Ia menderita asma sejak kecil. Ia sempat memeriksakan diri ke RSUD Bangli dan dinyatakan menderita asma yang menurut spesialis anak saat. Yang menjadi masalah adalah bahwa anaknya sering kambuhkambuhan apabila cuaca dingin dan di tempat yang banyak debunya. Sedangkan kalau dilihat lingkungan fisik rumah KK, terlihat agak berdebu, dan jarang dibersihkan Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana memberikan KIE kepada I Wayan Ada dan istri selaku orang tua penderita, sehingga lebih bisa menjaga kebersihan rumah terutama mencegah agar tidak banyak terdapat debu dan sarang laba-laba. Keluarga I Nengah Togog Dalam keluarga ini, yang memiliki masalah kesehatan adalah istri KK yaitu Ni Wayan Sudani. Ia mengalami gangguan pendengaran sejak sekitar 3 bulan yang lalu. Awalnya, ia menderita demam dan flu. Setelah itu, ia merasakan telinga kanannya sakit namun tidak berdarah. Ia tidak memeriksakan diri ke dokter. Beberapa minggu kemudian, keluar cairan bening dari telinga kanannya yang diikuti dengan keluarnya cairan kental berwarna kuning dan bau yang sampai saat ini masih cukup sering terjadi meskipun cairan yang keluar tidak banyak. Sampai saat ini, ia hanya pernah berobat ke bidan dan diberi tetes telinga. Alasannya tidak memeriksakan diri ke rumah sakit adalah karena masalah biaya. Padahal, keluarga ini termasuk dalam KK miskin. Seharusnya, mereka mengurus kartu miskin sehingga dapat meringankan biaya dalam berobat.

5

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana memberikan KIE kepada Ni Wayan Sudani dan keluarganya agar ia mau mengurus kartu miskin dan memeriksakan diri ke rumah sakit?

Keluarga I Wayan Cindra Dalam keluarga ini, masalah kesehatan terdapat pada KK sendiri yaitu menderita kencing manis. Perilaku penderita yang sering makan berlebihan diduga menyebabkan penyakit ini. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana memberikan KIE kepada I Wayan Cindra agar ia mau lebih mengontrol pola makannya untuk mencegah komplikasi lebih lanjut?

II. KEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN II.1 Promosi Kesehatan Keluarga I Wayan Ada Pada keluarga ini, diberikan KIE kepada I Wayan Ada dan istrinya untuk lebih sering membersihkan rumah dan menyiram halaman agar debu dan sarang labalaba hilang. Saat membersihkan rumah, pilihlah waktu saat anak pertama mereka tidak ada di rumah Keluarga I Nengah Togog Pada keluarga ini, diberikan KIE kepada Ni Wayan Sudani untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Namun, karena alasannya adalah masalah biaya, pada awalnya diberikan KIE kepada keluarga ini untuk mengurus kartu miskin (keluarga ini termasuk dalam keluarga miskin) sehingga dapat meringankan biaya pengobatan, dalam hal ini untuk Ni Wayan Sudani. Keluarga I Wayan Cindra Pada keluarga ini, diberikan KIE kepada I Wayan Cindra, agar lebih mengatur pola makannya dan kepada keluarganya agar memberi semangat dan mengatur menu makanan yang cocok untuk I Wayan Cindra sehingga dapat menghindari

6

terjadinya komplikasi lebih lanjut yang dapat meningkatkan biaya pengobatan dan pengobatan jadi lebih sulit.

II.2 Partisipasi Keluarga Binaan dalam Kegiatan Keluarga I Wayan Ada Ketika diberikan KIE kepada I Wayan Ada dan istri tentang pentingnya membersihkan lingkungan rumah mereka terutama dari debu dan sarang labalaba, mereka mendengarkan dengan seksama dan berjanji akan lebih memperhatikan kebersihan lingkungan demi kesehatan anak mereka. Keluarga I Nengah Togog Ketika diberikan KIE kepada Ni Wayan Sudani dan suaminya agar mau mengurus kartu miskin, tampak mereka mendengarkan dengan antusias dan berjanji akan menghubungi kepala desanya untuk mengurus persyaratan yang diperlukan. Keluarga I Wayan Cindra Ketika diberikan KIE kepada seluruh anggota keluarga KK tentang pentingnya pengaturan diet untuk penderita diabetes, tampak mereka mendengarkan dan sesekali bertanya. III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN Keluarga I Wayan Ada Saat kunjungan yang kedua dan selanjutnya, tampak lingkungan rumah I Wayan Ada lebih bersih dan rapi. Debu dan sarang laba-laba sudah terlihat sangat berkurang, halaman juga sudah terlihat baru saja disiram. Keluarga I Nengah Togog Saat kunjungan yang berikutnya, Ni Wayan Sudani mengatakan bahwa ia sudah mengurus kartu miskin ke kantor kepala desa, namun belum sempat digunakan untuk ke rumah sakit, barulah setelah kunjungan yang ketiga, Ni Wayan Sudani sudah memakainya untuk berobat ke RSUD Bangli, dan dikatakan ia mengalami infeksi telinga yang sudah lama. Keluarga I Wayan Cindra Setelah diberikan KIE pada kunjungan pertama, pada kunjungan kedua, tampak I Wayan Cindra sudah mulai mengatur pola dietnya, ini terbukti saat saya

7

disuguhkan teh, I Wayan Cindra hanya meminum air putih saja. Istrinya juga mengatakan gula sudah dibatasi untuk minuman I Wayan Cindra. Hanya untuk makanan I Wayan Cindra masih sulit mengontrol nafsu makannya. IV. KESIMPULAN DAN SARAN IV.1 Kesimpulan Keluarga I Wayan Ada Tampak kesadaran untuk mencegah daripada mengobati pada keluarga I Wayan Ada. Disini setelah diberikan KIE tentang bagaimana menghindari faktor pencetus dari penyakit anaknya, tampak I Wayan Ada dan istri sangat antusias mempraktekkannya, dan mereka tampaknya mengerti bahwa dengan mencegah tentunya biaya untuk kesehatan dapat dikurangi. Keluarga I Nengah Togog Dengan pemberian informasi yang tepat untuk keluarga I Nengah Togog dapat memberikan solusi untuk kesulitan keuangannya dalam berobat, disini tampak keluarga I Nengah Togog mau berusaha untuk mendapatkan pengobatan yang tepat untuk Ni Wayan Sudani ke rumah sakit. Keluarga I Wayan Cindra Walaupun I Wayan Cindra belum mampu mengontrol nafsu makannya, setidaknya ia telah berusaha mengikuti pola diet untuk penderita diabetes, ini terbukti dari tidak menambahkan gula setiap minum teh ataupun minuman lainnya. Penderita juga sudah berhenti merokok dan minum kopi, dan lebih memperbanyak minum air putih. IV.2 Saran

Keluarga I Wayan Ada Saran yang dapat diberikan yaitu agar tetap mempertahankan kesadaran untuk mencegah daripada mengobati, dan kegiatan dalam membersihkan rumah agar lebih ditingkatkan lagi. Keluarga I Nengah Togog Saran yang dapat diberikan yaitu agar Ni Wayan Sudani tetap rajin kontrol ke RSUD Bangli,agar penyakitnya dapat disembuhkan total.

8

Keluarga I Wayan Cindra Saran yang dapat diberikan yaitu agar I Wayan Cindra lebih mengatur pola dietnya, sehingga dapat mendekati diet yang ideal bagi penderita diabetes, dan dengan diet yang ideal, tentunya gula darah dapat terkontrol dan komplikasi penyakit diabetes dapat diminimalisasi sebanyak mungkin.

9

BAGIAN IIPENANGGULANGA N KASUS DIABETES MELLITUS DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGAPPD FK Unud Ke 66

BAGIAN II

10

PENANGGULANGAN KASUS DIABETES MELLITUS DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGAI. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Kasus Identitas Penderita Nama Umur Pekerjaan Pendidikan Status Agama Alamat : I Wayan Cindra : 34 tahun : Petani : SMA : Menikah : Hindu : Banjar Sekardadi, Desa Sekardadi, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Profil Keluarga Penderita No 1 2 3 4 Nama I Wayan Cindra Ni Wayan Madri Arisanti Ni Luh Nengah Renge JK L P P P Umur 34 th 23 th 5 bl 72 th Hubungan Pendidikan KK Istri Anak Ibu SMA SD Pekerjaan Petani Petani IRT

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku Bangsa : Bali

I.2 Riwayat Kasus Penderita awalnya mengeluh rasa panas, nyeri pada anggota gerak, lemah, hingga tidak mampu berjalan. Sebelumnya penderita mengaku sering buang air kecil pada malam hari hingga mencapai 4 botol besar air mineral, makan dan minum dikatakan kuat. Penderita awalnya gemuk, dengan berat badan 90 Kg turun menjadi 65 Kg dalam waktu 3 bulan.

11

Riwayat penyakit dahulu. Penderita mengaku baru pertama kali mengalami keluhan tersebut. Riwayat pengobatan. Awalnya penderita mengobati nyeri kakinya ke bidan, oleh bidan ia diberi pil dan disuntik setiap 3-4 hari sekali bila kambuh. Hal ini sudah berlangsung sejak kurang lebih 1 tahun. Kemudian penderita berobat ke dokter umum di Klungkung sekitar 2,5 bulan yang lalu, dan dikatakan menderita asam urat. Penderita lalu berobat ke Gianyar 20 hari yang lalu, disana ia menjalani pemeriksaan lab, dan dikatakan menderita diabetes mellitus, di RS Gianyar penderita dirawat selama sepuluh hari. Sesuai anjuran dokter, penderita disarankan untuk kontrol setiap satu minggu. Riwayat penyakit dalam keluarga. Penderita mengaku tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan penyakit serupa dengan penderita. Riwayat sosial. Penderita mengatakan bahwa dirinya dulu merupakan orang yang gemuk. Berat badannya pernah mencapai sembilan puluh kilogram. Sebelum sakit penderita mempunyai kebiasaan merokok hingga dua bungkus sehari. Minumminuman beralkohol hanya kadang-kadang saja saat ada kegiatan. Pemeriksaan Fisik Status Present Tensi Nadi Respirasi Temp. axila TB BB Kepala Thorax Abdomen Ekstremitas : 120/70 mmHg : 80 kali/menit : 20 kali/menit : 36,8 0C : 170 cm : 65 kg : Mata : anemia -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor THT : kesan tenang : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur Po : ves +/+, rh -/-, wh -/: distensi -, bising usus + normal : oedem - / - , hangat + / + -/+/+

Status General

12

Pemeriksaan Penunjang Tgl 2-4-2008 3-5-2008 Diagnosis Diabetes mellitus Pengobatan Ketoprofen Colchicine 2x50 mg 3x0,5 mg GDS 200 mg/dl GDS 168 mg/dl

Mixtard 30 novolet inj. 2x sehari (pagi 8 unit dan sore 6 unit) II. ANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS II.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga binaan tinggal dalam satu pekarangan seluas kurang lebih 5 are yang terletak agak masuk dari tepi jalan. Dalam satu pekarangan terdapat tiga bangunan utama yang terletak di sebelah timur, utara dan barat, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 tempat penyimpanan air, 1 kandang sapi dan sanggah di sebelah utara. Keluarga binaan menempati bangunan di sebelah barat, sedangkan ayah dan ibu KK tidur di bangunan sebelah timur. Bangunan-bangunan utama sudah permanen, tembok bercat merah muda, atap rumah sebagian dari genteng dan sebagian seng, lantai rumah sebagian sudah dikeramik, sisanya menggunakan tegel biasa. Kondisi tembok dan lantai terlihat bersih. Penerangan dan ventilasi masih kurang karena tampak jendela jarang dibuka dan tampak berdebu. Dapur kk sebelumnya bukan bangunan permanen, yaitu dari bedeg dan atapnya seng, namun karena cuaca yang kurang bagus, dapur tersebut mengalami kerusakan, sehingga saat ini dapur kk dipindahkan sementara ke kamar. Kondisi bagian dalam dapur sebelumnya tampak gelap dan bedegnya tertutup jelaga berwarna hitam yang jarang dibersihkan. Peralatan masak pun tampak sudah lama dan hitam. Sehari-hari keluarga KK memasak menggunakan kayu bakar dan kompor gas. Penerangan dan ventilasi dapur juga kurang karena hanya ada satu jendela dan pintu yang sempit. Dapur yang sekarang yang terletak di dalam kamar KK, terlihat sangat kotor, bumbu dapur terlihat berserakan diantara kamar KK. Kamar mandi hanya ada satu, terletak di belakang tempat penyimpanan air dan pintunya menghadap ke utara. Jalan menuju kamar mandi terbuat dari semen yang13

cukup licin karena terdapat air menggenang di sekitarnya. Bangunan kamar mandi sudah dibangun permanen dengan tembok semen dan atap semen. Dalam kamar mandi terdapat satu bak mandi kecil yang tampak jarang dikuras sehingga tampak dasar bak mandi yang kecoklatan. Lantai kamar mandi terbuat dari semen. Sumber air untuk mandi adalah dari air yang dibeli kemudian disimpan di tempat penyimpan air dan penerangannya berupa sebuah lampu kecil berwarna kuning. Dari dalam kamar mandi tercium sedikit bau tidak sedap. Tempat penyimpanan air terletak disebelah timur di depan kamar mandi. Ukurannya kira-kira 2x4 meter, dan terdapat mesin penyedot air yang dialirkan ke kamar mandi. Airnya didapatkan dari membeli di pemasok setiap dua minggunya yaitu sebanyak 1 truk. Harganya 150 ribu/truk. Kamar tidur KK terletak di Bangunan sebelah barat. Kamar seluas 3 x 4 meter tersebut temboknya dicat merah muda, namun tampak lusuh. Didalamnya terdapat satu kasur spring bed dan satu lemari. Sprei di atas kasur tampak lusuh dan acakacakan. Menurut istri KK mereka mengganti sprei setiap 1 bulan sekali. Penerangan di dalam kamar berupa sebuah lampu kuning yang remang-remang. Jendela kamar tampak berdebu dan sulit dibuka karena kayunya memuai. Korden yang menutupi jendela juga tampak lusuh dan berdebu. Ventilasi yang ada hanya dua lubang yang ada di atas pintu kamar, itupun tampak sangat berdebu. Di dalam kamar terdapat dapur darurat sehingga kondisi kamar sangat kotor dan berbau. Dua kamar tidur lain yang ada di bangunan di sebelah timur berukuran 2 x 2 meter, juga tampak suram dan berdebu. Di dalam masing-masing kamar terdapat 1 kasur kapuk yang spreinya juga tampak berantakan. Pekarangan rumah masih terbuat dari tanah dan batu-batuan. Pekarangan ini tampak kurang terawat. Di samping bangunan rumah KK, terdapat kandang sapi yang berisi 3 sapi. Beberapa tanaman hias tampak menghiasi halaman rumah keluarga binaan, namun tidak tampak adanya tanaman obat disana. Sumber penerangan berasal dari PLN dan sumber air berasal dari tempat penyimpanan air. Airnya berasal dari pemasok yang dibeli tiap dua minggunya. Air ini digunakan untuk mandi, memasak dan sebagai air minum. Tempat penyimpanan air tampak tertutup seng, dan airnya dialirkan ke kamar mandi dan dapur dengan pompa air. Sampah yang ada biasanya dikumpulkan kemudian dibakar. Tidak tampak sampah yang dibiarkan bertebaran di halaman rumah dan sekitarnya.14

Lingkungan rumah secara umumnya terlihat bersih. II.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga binaan termasuk kelas sosial ekonomi menengah. Bapak I Wayan Cindra, sebagai kepala keluarga binaan bekerja sebagai petani jeruk untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam satu bulan penghasilan yang diperolehnya berkisar antara 900 ribu hingga satu juta rupiah. Uang yang didapat tersebut tergantung dari jumlah panen jeruk dan kolnya. Dalam pekerjaannya tersebut, KK dibantu oleh istrinya. Keluarga ini memiliki satu buah sepeda motor untuk kepentingan transportasi. Harta lain yang dimiliki adalah sebuah televisi 14 inch, sebuah vcd player dan tiga ekor sapi. Untuk keperluan bulanan keluarga binaan menghabiskan kurang lebih 750 ribu rupiah. Sebagian besar pengeluaran ini adalah untuk makanan dan biaya kesehatan. Menurut istri KK uang yang mereka dapatkan tiap bulan masih dapat mencukupi kebutuhan pokok mereka. Tapi untuk bisa menyediakan daging sebagai lauk sehari-hari dirasakan masih berat. Daging, biasanya ayam, hanya tersedia 1 minggu tiga kali. Sehari-hari mereka makan sayur, tahu, tempe, telor dengan nasi. Keluarga bapak Wayan Cindra memasak makanan biasanya sekali sehari. Rata-rata anggota keluarga makan 3x sehari. Dikutip dari buku terapi gizi dan diet rumah sakit diketahui tiap gelas nasi (100gr) mengandung 175 kalori, 4 gr protein, dan 40 gr karbohidrat. Tiap satu potong sedang ikan asin (6x5x4) mengandung 95 kalori, 10 gram protein, dan 6 gram lemak. Kubis dan daun sawi mengandung sedikit kalori, protein, dan karbohidrat. Daun ketela dan buncis untuk tiap gelas sayur yang dimasak mengandung 5 kalori, 3 gram protein, 10 gram karbohidrat). Tiap dua potong sedang tempe (4x6x1) biasanya mengandung 80 kalori, 8 gram karbohidrat, 6 gram protein, dan 3 gram lemak. Jika dikumulasikan dengan menu standar setiap hari keluarga ini memperoleh 606,67 kalori tiap kali makan atau kurang lebih 1820 kalori per hari. Berikut ditampilkan rincian menu standar pada keluarga bapak Wayan Tabeng. No 1 2 3 4 Jenis makanan Nasi Ikan asin Daun ketela, kubis Tempe Takaran 2 gelas 1 potong sedang 1 gelas sayur 1 potong sedang Kalori 466,67 95 5 4015

Total Kalori

606,67

Bila ada anggota keluarga yang sakit, mereka membawanya ke bidan. Biaya yang dikeluarkan cukup terjangkau, yaitu 10.000 15.000 rupiah, sudah termasuk obat. Namun KK mengatakan bila memang harus membawa anggota keluarganya yang sakit ke rumah sakit, beliau tetap akan berusaha menyediakan biayanya. Dari segi ekonomi sebenarnya keluarga binaan cukup mampu untuk menyediakan makanan yang bergizi cukup bagi keperluan seharian. Namun kurangnya pengetahuan tentang makanan apa saja yang bergizi, dan untuk KK yang menderita DM tampaknya diabaikan hal ini. II.3 Aspek Sosial BudayaKeluarga Bapak I Wayan Cindra cukup aktif dalam kegiatan banjar. Ia selalu menghadiri bila ada upacara adat atau acara ngaben di banjarnya. Setiap hari mereka mebanten canang setiap sore. Selain itu setiap hari keluarga binaan mengerjakan pekerjaan masing-masing secara rutin. Bapak I Wayan Cindra dan istrinya mulai bekerja dari jam 9 pagi sampai kurang lebih jam 5 sore.

Kebutuhan dapur diperoleh dari membeli di pasar atau di pedagang sayur keliling dan memetik di kebun, yang kemudian dimasak oleh istri KK. Keluarga binaan mengkonsumsi makanan dua kali sehari. Pagi hari, biasanya mereka minum kopi atau teh dan jajanan. Perkecualian ada pada Bapak I Wayan Cindra di mana beliau sekarang sudah tidak mengkonsumsi makanan yang manis dan minuman seperti teh dan kopi diminum tanpa gula. Setiap kali makan biasanya hanya tersedia satu atau dua macam lauk. Keluarga binaan terbiasa untuk makan dengan tangan dan juga menggunakan sendok. II.4 Aspek Sosial PsikologisReaksi emosional yang timbul pada orang dengan diabetes : Sikap menyangkal Sikap ini dapat diatasi dengan membangun rasa percaya diri Ada 3 faktor penting : Pengetahuan / pengertian mengenai diabetes Ketrampilan / kemampuan menangani diabetes dari hari ke hari. Kemampuan untuk mengendalikan emosi. Obsesi : taat yang berlebihan 16

Marah, frustrasi, takut, depresi, ansietas / kecemasan

III. RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSINYA III.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga Selain penyakit diabetes mellitus yang dialami oleh KK (I Wayan Cindra), anggota keluarga lainnya juga memiliki permasalahan kesehatan lainnya. Istrinya kadangkadang mengalami sesak nafas, yang menurut dokter dikatakan menderita asma. 3.1.1 Kelahiran keluarga binaan Status persalinan pada anggota keluarga binaan khususnya pada keturunan kepala keluarga dan istri yaitu Lahirnya Ni Luh Arisanti pada tanggal 3 Maret 2008. 3.1.2 Status gizi keluarga binaan Penentuan status gizi pada keluarga binaan dapat ditentuan melalui pemeriksaan antropometri. Berbagai cara pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi. Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan adalah dengan menghitung Indeks Mass Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) dan Rumus Brocca. Cara lain yang dapat dilakukan dengan kebutuhan.1. Body Mass Index / IMT

BB (kg) = ________kg/ m2 TB (m)2 Tabel 1. Status Gizi Berdasarkan BMI5 BMI = Nilai Standar Under Weight Normal Weight Over Weight Obese Perempuan < 18,5 18,5 22,9 23 25 > 25 Laki-laki < 20 20 24,9 25 27 > 27

2. Berdasarkan rumus Brocca

Berat Badan Ideal = (TB 100) 10% ( TB 100) = .......% Nilai Standar :a. Under Weight b. Normal Weight c. Over Weight d. Obese

= < 90% BB Ideal = 90 110% BB Ideal = 110 120% BB Ideal = > 120% BB Ideal

17

Berikut ini adalah data hasil pemeriksaan antopometri keluarga binaan berdasarkan Indeks Mass Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). No Nama Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) BMI 1 Wayan Cindra 65 165 23,8 2 Wayan Madri 48 155 20,81 3 Ni Luh Srisanti 8 60 22,2 4 Nengah Renge 43 145 20,45 Berdasarkan atas pengukuran antropometri tersebut di atas, kemudian binaan tergolong dalam gizi normal. 3.1.3 Latar belakang penyakit atau penyebab timbulnya berbagai penyakit Beberapa jenis penyakit dan perilaku atau usaha yang dilakukan oleh keluarga binaan dalam memperoleh kesembuhan selama enam bulan terakhir adalah sebagai berikut.a. Penyakit Influenza/Pilek dan Batuk

Interprestasi Normal Normal Normal Normal dilanjutkan

dengan pengukuran BMI maka diperoleh hasil bahwa saat ini status gisi keluarga

Penderita Gejala Persepsi

: KK, Istri KK,anak KK : hidung tersumbat, sering bersin, keluar sekret dari hidung, dan batuk kering. : cuaca yang dingin, aktifitas yang berlebihan serta kurangnya waktu istirahat sehingga menyebabkan tubuh menjadi lelah dan lemah serta mudah menjadi sakit.

b. Penyakit Asma

Penderita Gejala Persepsi Penderita Gejala Persepsi III.2

: Istri KK : rewel, nafas tersengal-sengal, bunyi ngik-ngik : cuaca yang dingin menyebabkan alergi kumat : KK : Kesemutan, banyak makan, banyak kencing : Terlalu banyak makan/ kegemukan

c. Penyakit Kencing Manis

Persepsi Keluarga tentang Konsep Sehat-Sakit

Konsep sehat-sakit menurut keluarga penderita sangatlah sederhana. Menurut mereka sehat artinya segar bugar, mampu melakukan pekerjaan sehari-hari dan tidak gila (sakit jiwa). Sedangkan sakit merupakan kebalikan dari keadaan sehat, seperti lemas, tidak bertenaga, tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari serta tidak ada gangguan mental.

18

Persepsi keluarga tentang penyebab suatu penyakit tidaklah berpatokan secara penuh pada kepercayaan yang didapatkan secara turun menurun. Keluarga tidak hanya memikirkan penyebab penyakit yang bersifat spiritual tetapi juga sudah berpikir ke arah medis (modern). Jadi mereka menerapkan kedua teori, yaitu: tradisional dan modern. Kepercayaan mereka pada ilmu kedokteran (medis) dapat dilihat bahwa pada kejadian sakit seperti diungkapkan di atas. Dengan persepsi ke arah medis (ilmu kedokteran modern) maka kecurigaan akan orang lain yang menyakiti kita dengan menggunakan ilmu hitam (suatu kepercayaan warga Bali bahwa seseorang bisa menyakiti orang lain dengan ilmu hitam yang bersifat mistik, misalnya: seperti tenung, santet, dan lainnya) akan berkurang. III.3 Solusi Masalah Kesehatan III.3.1 Proses kesehatan Pemilihan pelayanan kesehatan di keluarga penderita tentunya didahului oleh proses pengambilan keputusan. Pada kasus penyakit Diabetes Mellitus yang diderita oleh Bapak I Wayan Cindra, pemilihan pelayanan kesehatan secara medis berdasarkan atas kemauannya sendiri tanpa dipengaruhi oleh anggota keluarga lainnya. Awalnya, sekitar Agustus 2007 penderita datang ke bidan desa untuk mengobati nyeri kakinya. Keluhan membaik dengan obat yang diberikan, namun masih sering kambuhkambuhan. Penderita pun datang ke dokter praktek swasta. Keluhan membaik, namun tidak hilang. Akhirnya penderita disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dan sempat dirawat di rumah sakit selama 10 hari. Jika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya diobati sendiri dulu. Pengobatan yang dilakukan dapat bersifat tradisional atau membeli obat bebas di pasaran. Jika tidak mampu diatasi barulah dibawa ke bidan desa atau dokter. Mengusahakan kesembuhan dengan mendatangi balihan belum pernah dilakukan oleh anggota keluarga binaan. Dalam mengusahakan pertolongan untuk anggota keluarga yang sakit tentunya ada faktor-faktor yang menjadi pertimbangan. Dalam mencari pertolongan medis yang menjadi pertimbangan adalah faktor kualitas pelayanan dan keyakinan akan keampuhan obat farmasi. Faktor biaya yang murah, jarak, kepercayaan, dan kebiasaan menjadi pertimbangan dalam menggunakan obat tradisional. pengambilan keputusan dalam memilih pelayanan

19

III.3.2 Pemecahan keluarga Praktek kedokteran

masalah

penderita

dengan prinsip kejadian

kedokteran sakit dengan

keluarga

berupaya

mencegah

mengupayakan agar individu-individu dalam keluarga dalam kondisi sehat. Pemecahan masalah pada penderita dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut: 1. Komprehensif (Paripurna) Dalam menangani penyakit diabetes mellitus diperlukan pendekatan yang paripurna mulai dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier Pencegahan primer

Promosi kesehatan meliputi seluk beluk penyakit diabetes mellitus (faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diabetes mellitus dan usaha untuk mengurangi faktor risiko tersebut)

Proteksi spesifik meliputi alat pelindung kaki saat bekerja di kebun, seperti menggunakan sepatu boot, untuk mencegah terjadinya diabetic foot pada KK. Pencegahan sekunder (diagnosis dini dan pengobatan tepat)

Diagnosis dini, meliputi pengecekan gula darah secara rutin tiap bulan dan pemeriksaan berkala untuk mendeteksi komplikasi

minimal bila ada

Pengobatan tepat, yaitu rajin mengkonsumsi obat-obatan untuk mengontrol gula darah yang telah diberikan oleh dokter. Pencegahan tersier Membatasi ketidakmampuan, dengan memodifikasi diet dan berolahraga yang teratur sesuai dengan penderita diabetes agar tidak terjadi komplikasi

2.

Berkesinambungan (Kontinyu)

20

Pasien dipantau tentang perkembangan penyakitnya, mulai dari awal sakit sampai pasien mendapatkan pengobatan secara tepat dan memantau komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul sehingga dapat dicegah untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

3.

Koordinatif dan Kolaboratif Keluarga. Menyarankan kepada anggota keluarga lainnya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pengobatan penderita, misalnya: dengan mengantar penderita kontrol ke puskesmas, mengawasi pola kerja dan pola makan, serta memberi dukungan pada penderita

Berkoordinasi dengan balai pengobatan dan bagian farmasi di puskesmas dalam rangka penyediaan obat DM. Kelihan dinas. Bekerjasama dengan kelihan dinas mengenai aktivitas sosial penderita, sehingga nantinya tidak ada permasalahan sosial akibat penyakit yang dialami penderita. Aktivitas sosial masih tetap dapat dilaksanakan. Kelihan dinas juga diharapkan ikut mengawasi pengobatan penderita.

4.

Mengutamakan Pencegahan Seperti telah disebutkan di atas, kami mengutamakan upaya pencegahan sesuai dengan prinsip paripurna.

5.

Family and Community Oriented Penanganan penderita DM membutuhkan peran serta keluarga dan masyarakat. Peran serta keluarga dibutuhkan dalam proses kesembuhan penderita, antara lain: pengawasan obat pengontrol gula darah, aktivitas dan nutrisi penderita, higiene personal, dan higiene lingkungan.

Dukungan masyarakat sekitar dibutuhkan untuk menghindari diskriminasi penderita dan keluarga oleh masyarakat. Penyuluhan di banjar perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang seluk beluk DM.

6.

Personal21

Dalam upaya penanggulangan diabetes mellitus, penderita dipandang sebagai manusia seutuhnya. Bukan hanya memandang penyakit yang dideritanya saja.

Dari aspek medis, pengobatan diberikan sesuai dengan anjuran dokter. Dari aspek psiko-sosial, menekankan kembali bahwa walaupun diabetes mellitus merupakan penyakit kronis, namun dapat dikendalikan dengan empat pilar pengelolaan diabetes mellitus yaitu: edukasi, latihan jasmani, perencanaan diet, dan pengobatan.

Dari segi ekonomi, Obat pengontrol gula darah dapat diperoleh di puskesmas dalam bentuk generik, sehingga tidak membebani keuangan keluarga terlalu berat.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN IV.1 Kesimpulan Faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya penyakit DM pada KK keluarga binaan adalah faktor perilaku. Dimana KK dulunya sangat gemuk yaitu berat badannya mencapai 90 kg dan suka mengkonsumsi rokok, kopi atau teh dengan kelebihan gula dan mengkonsumsi makanan yang manis yang merupakan faktor resiko terjadinya DM. Sedangkan faktor genetik tidak terlalu berpengaruh, karena tidak dijumpai riwayat penyakit DM pada keluarga binaan. IV.2 Saran Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Beberapa saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut. 1. Kebiasaan minum kopi dan teh yang manis dikurangi malah sebaiknya dihindari. 2. Menghindari makanan manis yang dapat memicu terjadinya peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah tinggi 3. Berusaha untuk menghindari stress. 4. Minum obat-obatan anti diabetes yang diberikan oleh dokter. 5. Rutin memeriksakan GDPP dan tekanan darah secara teratur setiap minggu ke Puskesmas Kintamani 6. 6. Selalu memakai sepatu sewaktu bekerja dan keluar berjalan.22

23

Lampiran 1. Lokasi Tempat Tinggal Penderita

24

Lampiran 2. Dokumentasi

Keluarga I Wayan Ada

Kamar I Wayan Ada dan keluarganya

Halaman rumah keluarga I Wayan Ada

Keluarga I Nengah Togog

25

Peliharaan I Nengah Togog

I Wayan Cindra

Istri dan anak I Wayan Cindra

Dapur di dalam kamar I Wayan Cindra

26

Tempat penyimpanan air I Wayan Cindra

Kamar mandi I Wayan Cindra

27