Bab II Pembahasan Ppd

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makalah ini menyusun berbagai masalah atau pengertian yang berada di mata kuliah perkembangan peserta didik yang membahas suatu topik yang patut kita diskusikan ataupun kita presentasikan di mata kuliah ini. Makalah ini membahas tentang topik sosioemosional yang menyorot lebih detil kami membahas emosional anak- anak, sebab kita sebagai calon orang tua kita harus mengerti emosional anak itu agar kelak nanti kalau sudah waktunya kita menjadi orang tua tidak akan kaget ataupun canggung terhadap tingkah laku anak kita semisal anak kita sedang menangis menangisnya karena apa, dan bagaimna cara kita untuk mendiamkan anak kita agar tidak menangis lagi, sebab tangisan anak itu bermacam-macam dan berbagai suara yang berbeda-beda. Seperti itulah landasan makalah ini mengapa kami mengambil sosioemosional anak-anak. Agar kita faham dan mengerti apa yang ada dalam diri anak, sebab tanpa adanya itu maka kita tidak akan tau tentang apa yang dialami oleh anak tersebut. Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa kita jadikan suatu pelajaran,motivasi atau pengalaman tentang emosional anak-anak B. Rumusan Masalah Makalah ini menyusun berbagai rumusan masalah yang akan di bahas, antara lain: 1. Perkembangan sosio-emosional siswa SD dan SMP? 2. Bentuk tingkah laku sosial pada siswa SD dan SMP? 1

description

PPD

Transcript of Bab II Pembahasan Ppd

Page 1: Bab II Pembahasan Ppd

BAB IPENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Makalah ini menyusun berbagai masalah atau pengertian yang berada di mata kuliah perkembangan peserta didik yang membahas suatu topik yang patut kita diskusikan ataupun kita presentasikan di mata kuliah ini. Makalah ini membahas tentang topik sosioemosional yang menyorot lebih detil kami membahas emosional anak-anak, sebab kita sebagai calon orang tua kita harus mengerti emosional anak itu agar kelak nanti kalau sudah waktunya kita menjadi orang tua tidak akan kaget ataupun canggung terhadap tingkah laku anak kita semisal anak kita sedang menangis menangisnya karena apa, dan bagaimna cara kita untuk mendiamkan anak kita agar tidak menangis lagi, sebab tangisan anak itu bermacam-macam dan berbagai suara yang berbeda-beda.

Seperti itulah landasan makalah ini mengapa kami mengambil sosioemosional anak-anak. Agar kita faham dan mengerti apa yang ada dalam diri anak, sebab tanpa adanya itu maka kita tidak akan tau tentang apa yang dialami oleh anak tersebut. Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa kita jadikan suatu pelajaran,motivasi atau pengalaman tentang emosional anak-anak

B.       Rumusan Masalah

Makalah ini menyusun berbagai rumusan masalah yang akan di bahas, antara lain:

1.      Perkembangan sosio-emosional siswa SD dan SMP?2.      Bentuk tingkah laku sosial pada siswa SD dan SMP?

1

Page 2: Bab II Pembahasan Ppd

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Sosioemosional Siswa SD

Menurut Loree sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu anak melatih kepekaan d i r i n y a t e r h a d a p a n r a n g s a n g a n – r angsangan sosial t e r u t a m a t e k a n a n – tekanan dan tuntutan kehidupan serta belajar bergaul dengan bertingkah laku seperti orang lain didalam lingkungan sosial. Dan arti dari Emosi adalah Suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan atau pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Jadi perkembangan sosioemosional adalah perkembangan individu dalam suatu keadaan yaitu berupa kepekaan perasaan atau fikiran dalam kehidupan sosial, sehingga individu tersebut dapat diterima dalam lingkungan sosial. Dan dimasa pertengahan dan akhir kanak kanak ialah periode perkembangan yang merentang dari usia sampai 7 - 11 tahun, yang kira - kira setara pada masa - masa sekolah dasar. Dan pada periode ini seringkali disebut periode sekolah dasar.Ketrampilan - ketrampilan fundamendal seperti membaca,menulis,berhitung telah dikuasai oleh anak – anak. Disini prestasi menjadi hal yang paling sentral bagi anak, terutama pengendalian diri mulai meningkat pada diri anak – anak. Bagi anak usia ini, orang tua tetap merupakan pemberi pengaruh yang penting dalam perkembangan kehidupan mereka, namun pertumbuhan mereka juga dibentuk oleh rangkaian teman - teman yang berada di sekeliling mereka. Pada periode ini, anak –anak mulai mengembangkan keinginannya untuk membuat berbagai hal, dan tidak hanya sekedar membuatnya, keingintahuan mereka yang kuat adalah untuk mengetahui dan memahami.

Setiap tahap perkembangan emosional anak memiliki karakteristik yang berbeda yang mempengaruhi bagaimana anak bereaksi pada pengalaman yang mereka hadapi. Pengetahuan akan tahap-tahap perkembangan ini dapat menolong kita untuk berinteraksi dengan anak-anak dengan cara yang terbaik yang dapat menunjang perkembangan emosional mereka yang sehat, dan dapat memperlengkapi kita untuk menciptakan suatu hubungan yang hangat dan

2

Page 3: Bab II Pembahasan Ppd

konsisten dengan anak. Dengan cara yang sama, mengetahui bahwa anak usia 7-11 tahun (primary age- children) mendefinisikan harga dirinya dengan apa yang mereka percaya dapat mereka ketahui dan lakukan, maka kita akan menyediakan aktifitas/kegiatan yang menunjang bagi anak usia ini sehingga mereka menagalami pencapaian penguasaan dan pemenuhan perkembangannya. Tolak Ukur Perkembangan Emosi Anak usia 7 – 11 tahun :

Cenderung aktif, lebih yakin dan ramah dalam bergaul, tegas Tertarik dan senang dengan hal-hal yang baru, seperti :

keterampilan baru atau pelajaran baru

Menunjukkan ketegasan, dan jika diberi kesempatan dapat menjadi bertahan (defensif) serta berbantah (argumentatif)

Lebih mandiri, tetapi sewaktu-waktu mungkin merasa tidak aman Menolak untuk mengekspresikan kebutuhan akan kasih sayang

dan persetujuan Mampu mengekspresikan bermacam jenis emosi Mampu mengenali campuran emosi

Menjelang masuk SD, anak telah mengembangkan keterampilan berpikir, bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah, keluarga, dan taman kanak-kanaknya. Selama duduk di kelas SD, anak mulai percaya diri, tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka dewasa. Mereka merasa ”Saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu”, karenanya tahap ini disebut tahap ”I can Do It My Self”. Mereka dimungkinkan untuk diberi suatu tugas.

Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kecil SD. Mereka dapat meluangkan waktu lebih banyak untuk tugas-tugas yang mereka sukai, dan seringkali mereka dengan senang hati mengerjakannya. Dan juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dalam kelompok, dan bertindak menurut cara-cara yang dapat diterima di lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Dan Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan oranglain.

Dan sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Terjadi perubahan-perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka.Di kelas besar SD, anak laki-laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional serius. Teman menjadi lebih penting daripada sebelumnya.

3

Page 4: Bab II Pembahasan Ppd

B. Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial pada AnakMelalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan orang tua, anggota

keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial, diantaranya sebagai berikut.1.      Pembangkangan (Negativisme)

Pembangkangan yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada kira-kira usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usai tiga tahun. Berkembangnya tingkah laku negativisme pada usia ini dipandang pada usia yang wajar. Setelah usia empat tahun, biasanya tingkah laku ini mulai menurun. Antara usia empat dan enam tahun, sukap membangkang/melawan secara fisik beralih menjadi sikap melawan secara verbal (menggunakan kata-kata). Sikap orang tua terhadap tingkah laku melawan pada usia ini, seyogiyanya tidak memandangnya sebagi pertanda bahwa anak itu anak nakal, keras kepala, tolol atau sebutan lainnya yang negatif. Dalam hal ini, sebaiknya orang tua mau memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent” (ketergantungan) ke posisi “independent” (bersikap mandiri). Tingkah laku melawan merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.2.      Agresi (aggression)

Agresi yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (vebal). Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustrasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan/keinginannya) yang dialaminya. Agresi ini mewujud dalam perilaku menyerang, seperti: memukul, mencubit, menendang, menggigit, marah-marah dan mencaci maki. Orang tua yang menghukum anak yang agresif, menyebabkan meningkatnya agresivitas anak. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua berusaha untuk mereduksi, mengurangi agresivitas anak tersebut dengan cara mengalihkan perhatian/keinginan anak, memberikan mainan atau sesuatu yang diinginkannya (sepanjang tidak membahayakan keselamatannya), atau upaya lain yang bisa meredam agresivitas anak tersebut.3.      Berselisih/bertengkar (quarreling)

Berselisih/bertengkar terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap dan perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya.4.      Menggoda (teasing)

Menggoda yaitu sebagai bentuk lain dari tingkah laku agresif. Menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata

4

Page 5: Bab II Pembahasan Ppd

ejekan atau cemoohan), sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang disekitarnya.5.      Persaingan (rivarly)

Persaingan yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong (distimulasi) oleh orang lain. Sikap persaingan ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan untuk prestise dan pada usia enam tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan lebih baik.6.      Kerjasama (cooperation)

Kerjasama yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerjasamanya, mereka masih kuat sikap “self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai menampakkan sikap kerjasamanya dengan anak lain. Pada usia enam atau tujuh tahun, sikap kerja sama ini sudah berkembang dengan lebih baik lagi. Pada usia ini anak mau bekerja kelompok dengan teman-temannya.7.      Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior)

Tingkah laku berkuasa yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasi situasi sosial, mendominasi atau bersikap “bussiness.” Wujud dari tingkah lauk ini, seperti: meminta, menyuruh, dan mengancam atau memaksa orang lain untuk memenuhi kebutuhan dirinya.

8.      Mementingkan diri sendiri (selfishness)Mementingkan diri sendiri yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest

atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah.9.      Simpati (sympathy)

Simpati yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengurangi sikap “selfish”-nya dan dia mulai mengembangkan sikap sosialnya, dalam hal ini rasa simpati terhadap orang lain.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orang tua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orang tua yang kasar; sering memarahi; acuh tak acuh; tidak memberikan bimbingan; teladan; penagajaran; atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapakan norma-norma, baik agama maupun tatakrama/budi pekerti;cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti : bersifat minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois/selfish, senang

5

Page 6: Bab II Pembahasan Ppd

mengisolasi diri/menyendiri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa, dan kurang mempedulikan norma dalam berperilaku.

C. Perkembangan Sosioemosional Siswa SMPTahap operasi formal pada masa SMP salah satunya adalah perkembangan

sosioemosional remaja. Perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang sejak mereka bayi ke masa dewasa melalui beberapa jenjang. Perkembangan sosioemosional merupakan hubungan dua makna yaitu ”sosial” yang berarti hubungan dengan orang sekitar dan ”emosi” yang berarti berhubungan dengan kejiwaan yang diekspresikan melalui tawa, senyum, kemarahan.

D. Perkembangan Sosial Remaja

Pengertian Hubungan Sosial

Hubungan sosial adalah cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang di sekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya (Anna Alisyahbana, dkk., 1984 dalam Ali dan Asrori, 2004: 85). Hubungan sosial ini juga menyangkut penyesuian diri terhadap lingkungan, seperti menaati peraturan yang ada di masyarakat dan membangun komitmen bersama dalam suatu kelompok atau organisasi yang diikutinya.Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya. Hubungan sosial ini mula-mula dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, kemudian dilanjutkan lagi ke lingkungan

masyarakat. Dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara melakukan hubungan sosial secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya.Kesulitan untuk melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya baik di sekolah maupun di masyarakat sangat mungkin terjadi. Hal ini bisa disebabkan karena pola asuh yang salah dari orang tua. Jika orang tua melakukan pola asuh yang terlalu ketat pada anak, akan menyebabkan timbulnya rasa takut yang berlebihan pada anak sehingga tidak berani untuk mengambil inisiatif, tidak berani untuk mengambil keputusan, yang pada akhirnya tidak bisa memilih teman yang dianggap sesuai. Situasi kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua seperti ini, pada umumnya masih diperbaiki oleh orang tua itu sendiri, tetapi situasi pergaulan dengan teman sebayanya cenderung sulit untuk diperbaiki (Sunarto, 1998 dalam Ali dan Asrori, 2004: 85). Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang terlalu ketat akan kesulitan untuk

6

Page 7: Bab II Pembahasan Ppd

beradaptasi dengan situasi yang dianggap dapat menimbulkan konflik pada dirinya. Ada dua kemungkinan dampak negatif yang akan muncul dari pola asuh seperti ini, yaitu munculnya rasa rendah diri yang akan tetap melekat pada dirinya atau anak itu akan melampiaskan emosi yang terpendam dalam dirinya pada orang lain dengan berbuat yang berlebih-lebihan.

Karakteristik perkembangan sosial remaja.

Ada beberapa karakteristik yang menonjol dari perkembangan sosial remaja, yaitu sebagai berikut:1. Berkembangnya Kesadaran akan Kesunyian dan Dorongan akan Pergaulan

Hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan pada masa remaja SMP. Mereka berusaha untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain atau mencari pergaulan karena menyadari akan kesunyian. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan kemampuan kemandiriannya. Langeveld berpendapat bahwa kemiskinan akan hubungan atau perasaan kesunyian remaja disertai kesadaran sosial psikologis yang mendalam yang kemudian menimbulkan dorongan yang kuat akan pentingnya pergaulan untuk menemukan suatu bentuk sendiri atau kemandiriannya (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984: 152 dalam Ali dan Asrori, 2004: 91). Mereka sadar bahwa tanpa melakukan interaksi dengan orang lain, mereka akan kesepian dan tidak mampu menjalani hidup sendirian. Dengan melakukan interaksi dengan orang lain, mereka akan menyadari kelebihan dan kekurangan diri mereka sendiri.2. Adanya Upaya Memilih Nilai-Nilai Sosial

Ketika remaja menghadapi suatu nilai-nilai sosial tertentu, ada beberapa kemungkinan yang akan dilakukan oleh remaja. Pertama mereka akan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai sosial yang ada dan yang kedua mereka akan tetap pada pendiriannya sendiri dengan menanggung segala akibat yang akan terjadi. Bagi remaja yang idealis dan memiliki suatu kepercayaan terhadap diri dan cita-citanya, mereka akan menuntut norma-norma sosial yang mutlak sesuai dengan kepercayaannya, walaupun semua yang dicobanya gagal. Sebaliknya, bagi remaja yang pasif, mereka cenderung akan pasrah terhadap keadaan dan akan mengikuti norma-norma sosial yang ada. Akan tetapi, ada juga orang yang tidak akan menuntut norma-norma sosial yang mutlak, tetapi tidak juga menolak seluruhnya.3. Meningkatnya Ketertarikan pada Lawan Jenis

Pada masa remaja terjadi suatu ketertarikan antar lawan jenis mereka. Remaja sangat sadar akan dirinya tentang bagaimana pandangan lawan jenis

7

Page 8: Bab II Pembahasan Ppd

mengenai dirinya. Meskipun kesadaran akan lawan jenis ini berhubungan dengan perkembangan jasmani, tetapi sesungguhnya yang berkembang secara dominan bukanlah kesadaran jasmani yang berlainan, melainkan tumbuhnya ketertarikan terhadap jenis kelamin yang lain. Pada masa-masa sebelumnya, hubungan sosial yang dilakukan tidak terlalu menghiraukan jenis kelamin, tetapi pada masa remaja hubungan sosial dihiasi perhatian terhadap lawan jenisnya. Keinginan untuk membangun hubungan sosial dengan jenis kelamin lain dapat dipandang sebagai suatu yang berpangkal pada kesadaran akan kesunyian (Ali dan Asrori, 2004: 92). Hal ini dapat dilihat dari perilaku remaja seperti berpacaran atau berkencan dengan lawan jenisnya.

4. Kecenderung untuk Mulai Memilih Karier Tertentu.

Menurut Kuhlen, ketika sudah memasuki masa remaja, mulai tampak kecenderungan mereka untuk memilih karier tertentu meskipun dalam pemilihan karier tersebut masih mengalami kesulitan (Simanjuntak dan Pasaribu, 1984 dalam Ali dan Asrori, 2004: 92). Mereka sudah bisa memikirkan suatu pekerjaan yang akan ditekuni pada masa depannya. Walaupun terkadang mereka dapat memilih lebih dari satu karier, namun umumnya satu karierlah yang akan ditekuninya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak pada Masa Remaja SMP

Proses sosialisasi remaja dilakukan pada tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dalam proses perkembangan sosial, remaja dengan sendirinya mempelajari proses penyesuaian diri dengan ketiga lingkungan tersebut. Perkembangan sosial individu sangat tergantung dengan kemampuanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat pada perkembangan sosial remaja yaitu: (Ali dan Asrori, 2004)1. Lingkungan Keluarga

Di dalam lingkungan keluarga, remaja akan mendapatkan berbagai kebutuhan untuk perkembangan sosialnya, seperti rasa aman, dihargai, disayangi dan kebebasan untuk menyatakan diri. Dalam hal ini, remaja mendapat pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan yang lain selama hal teersebut tidak berlebihan dan sesuai dengan kemampuan orang tuanya. Selain itu, yang lebih penting adalah keluarga harus mampu memberikan perlindungan, menjauhkan ketegangan dan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh remaja.Dalam perkembangan sosialnya, remaja sangat membutuhkan iklim kehidupan keluarga yang kondusif. Iklim kehidupan keluarga yang kondusif itu mengandung

8

Page 9: Bab II Pembahasan Ppd

tiga unsur, yaitu: (Ali dan Asrori, 2004)a. Karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dengan keluarga lainnya

b. Karakteristik khas itu dapat memengaruhi perilaku individu dalam keluarga ituc. Unsur kepemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan individu dalam keluarga tersebutd. Aspek penting yang dapat memengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarganya. Perkembangan sosial remaja akan dipengaruhi oleh harmonis tidaknya interaksi antar anggota keluarganya. Ketidakharmonisan suatu keluarga akan menjadi penghambat untuk perkembangan sosial remaja.Pola asuh dari orang tua juga sangat memengaruhi perkembangan sosial remaja. Ada tiga jenis pola asuh orang tua dalam bimbingan terhadap remaja, yaitu: (Hoffman, 1989 dalam Ali dan Asrori, 2004)a. Pola Asuh Bina Kasih

Dengan pola asuh bina kasih, orang tua mendidik dan membimbing anaknya dengan senantiasa memberikan penjelasan yang logis kepada anaknya terhadap setiap pengambilan keputusan yang diambil untuk anaknya. Dengan cara seperti ini, anak akan mengerti dengan maksud dan tujuan orang tuanya atas perlakuan yang didapatkannya. Dengan demikian, anak akan dapat mengembangkan pemikirannya untuk mengikuti atau tidak keputusan yang diambil oleh orang tuanya.b. Pola Asuh Unjuk Kuasa

Dengan pola asuh unjuk kuasa, orang tua dalam mendidik anaknya senantiasa memaksakan kehendaknya agar dipatuhi dan dituruti oleh anaknya, walaupun anak tersebut tidak dapat menerima keputusan yang diambil oleh orang tuanya. Dengan cara seperti ini, anak akan merasa terkekang. Anak tidak dapat mengemukakan perasaan dan emosi dalam dirinya, sehingga akan terus terpendam. Hal ini dapat berakibat buruk karena anak akan terus merasa rendah diri karena tidak bisa melakukan apa-apa atau mereka akan melampiaskan emosi yang terpendam dalam dirinya tersebut di luar lingkungan keluarganya, misalnya kepada teman-temannya.

c. Pola Asuh Lepas Kasih

Dengan pola asuh lepas kasih, orang tua dalam mendidik anaknya senantiasa menarik sementara cinta kasihnya ketika anak tidak mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi jika anak sudah mau mengikuti kehendak orang tuanya maka mereka akan kembali mendapatkan cinta kasih dari orang tuanya. Dengan cara seperti ini, anak akan dihadapkan pada dua pilihan, yaitu bebas mengambil keputusan sendiri namun tanpa cinta kasih orang tua, atau mendapatkan cinta kasih orang tua namun harus mengikuti kehendak orang tua.

9

Page 10: Bab II Pembahasan Ppd

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan perluasan lingkungan social remaja dalam proses sosialisasi. Sekolah mrupakan salah satu lingkungan dimana remaja hidup dalam kesehariannya. Para pendidik dan teman-teman sekolahnya membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi sebuah lingkungan norma bagi dirinya. Anak tidak akan merasa kesulitan untuk menyesuaikan dirinya jika tidak ada pertentangan. Namun jika ada pertentangan antar kelompok di sekolah, anak akan menyesuaikan dirinya dengan kelompok yang dapat menerima dirinya dengan baik. Selama membangun hubungan sosialnya, ada empat tahap proses penyesuian diri yang harus dilalui oleh anak, yaitu: (Ali dan Asrori, 2004)a. Anak dituntut untuk tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain.b. Anak dididik untuk menaati peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok.c. Anak dituntut untuk lebih dewasa dalam melakukan interaksi social berdasarkan asas saling memberi dan menerima.d. Anak dituntut untuk memahami orang lain.

Selama proses penyesuaian diri ini anak mungkin saja akan menghadapi konflik yang dapat menghambat proses sosialisasinya. Untuk mencegah konflik atau masalah-masalah yang akan timbul, lingkungan sekolah dituntut untuk menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan sosial remaja. Kodusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan sosial remaja tercemin dari interaksi antara guru dengan siswanya, siswa dengan siswa, serta interaksi seluruh warga sekolahnya.Kualitas guru juga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan sosial remaja. Guru harus bisa membuat suatu pelajaran menarik minat peserta didik, sebab sering peserta menganggap suatu pelajaran itu tidak bermanfaat. Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Artinya, selain menyampaikan pelajaran untuk mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, seorang guru juga harus mampu membina para peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.3. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan ketiga yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial remaja adalah lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan masyarkat, remaja dianggap sudah beranjak dewasa, tetapi mereka belum diberikan kesempatan atau peran penuh seperti orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang penting, remaja sering diabaikan karena dianggap belum mampu. Hal ini dapat menimbulkan kekecewaan pada remaja dan bisa menjadi penghambat perkembangan sosial remaja.

10

Page 11: Bab II Pembahasan Ppd

Iklim kehidupan masyarakat yang kondusif sangat diharapkan untuk perkembangan sosial masyarakat. Untuk itu, keteladanan dan kekonsistenan nilai dan norma dalam masyarakat menjadi sangat pentingE. Pengertian Emosi

Jiwa manusia merupakan satu kesatuan yang saling bersinergi satu sama lain yang menciptakan suatu keadaan kepribadian yang seimbang. Jika kita berbicara tentang kepribadian yang seimbang, setiap individu memiliki hal yang mempengaruhi terhadap kepribadian yaitu kestabilan emosi.

Istilah "emosi" berasal dari bahasa Perancis amouvoir, atau dalam bahasa Latin e-movere (e = luar; movere = bergerak) yang berarti perasaan yang bergerak ke luar. Definisi yang umum untuk kata "emosi" adalah reaksi atau perasaan yang intens terhadap seseorang atau sesuatu kejadian.

Emosi pada diri individu berperan penting dalam penciptaan kepribadian dan perjalanan kehidupan seorang manusia, sehingga jika dikaji dari sisi

psikologis manusia, maka akan muncul suatu keadaan dimana peran emosi ini sangat berpengaruh dalam segala hal kehidupan manusia. Penyebabnya adalah manusia merupakan makhluk yang mempunyai perasaan, hati nurani dan kepekaan terhadap peristiwa yang dialami secara emosional yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

Bentuk-Bentuk Emosi

Seorang ahli Psikologi, Daniel Goleman mengemukakan bentuk-bentuk emosi sebagai berikut:a. Amarah

Sifat amarah seorang individu meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan tindak kekerasan.b. Kesedihan

Perasaan sedih meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.c. Rasa Takut

Rasa takut meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik, dan fobia.d. Kenikmatan

Kenikmatan meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.e. Cinta

11

Page 12: Bab II Pembahasan Ppd

Cinta meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.f. Terkejut

Terkejut meliputi terkesiap, takjub, dan terpana. g. Jengkel

Jengkel meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.h. Malu

Malu meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur (Ali dan Asrori, 2009 :63).

Teori-teori yang menjelaskan hubungan antara emosi dan tingkah laku, antara lain:

a. Teori Sentral

Teori Sentral dikemukakan oleh Walter B. Canon. Menurut teori ini gejala kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Dengan kata lain emosilah yang menimbulkan tingkah laku, dan bukan sebaliknya.

b. Teori Peripheral

Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange. Teori ini berbanding terbalik dengan Teori Sentral. Menurut teori ini Tingkah laku yang menimbulkan emosi, dan bukan sebaliknya.c. Teori Kepribadian

Menurut teori ini, emosi meliputi perubahan-perubahan jasmani dimana suatu aktivitas pribadi dimana pribadi tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan.d. Teori Kedaruratan Emosi

Teori ini dikemukakan oleh Cannon. Menurut teori ini emosi berhubungan dengan motivasi. Apabila seseorang termotivasi maka akan terangsang secara emosional untuk melakukan suatu kegiatan dengan intensitas tinggi. (Ali dan Asrori, 2009: 67)

Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini umumnya berlangsung sekitar umur 13 sampai umur 18 tahun, dimana pada masa ini anak umumnya masuk pada masa menengah.

Pada masa ini, remaja disebut sebagai masa peralihan antara masa anak- 12

Page 13: Bab II Pembahasan Ppd

anak dan masa dewasa. Conny Semiawan, mengibaratkan: “terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja”, yang artinya sudah bukan anak-anak lagi, namun juga belum dewasa. (Ali dan Asrori, 2009: 67)Secara garis besar masa remaja dapat dibagi menjadi empat periode, yaitu:

a. Periode Praremaja

Pada periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria dengan remaja wanita. Namun, pada remaja wanita biasanya memperlihatkan penambahan berat badan dengan cepat sehingga seringkali merasa gemuk.

Selain itu, emosi remaja pada periode ini seringkali meledak-ledak (berlebihan)

seperti mudah tersinggung dan cengeng namun juga cepat merasa senang. b. Periode Remaja Awal

Pada periode ini terjadi perubahan fungsi alat kelamin. Hal tersebut menyebabkan remaja cenderung menyendiri sehingga merasa terasingkan dan kurang perhatian dari orang lain. Kontrol terhadap dirinya bertambah sulit sehingga cepat merasa marah. Perilaku seperti ini terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang kadang- kadang tidak wajar.

c. Periode Remaja Tengah

Pada masa ini, tanggung jawab hidup harus semakin ditingkatkan. Tanggung jawab tidak hanya datang dari dirinya sendiri, orang tua ataupun keluarganya, namun tuntutan tanggung jawab dari masyarakat juga datang pada remaja. Pada masa ini, remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik dan disebut buruk. Akibatnya, remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai yang dianggap baik, benar, dan pantas diterapkan dikalangan mereka sendiri.

d. Periode Remaja akhir

Pada periode ini remaja sering menganggap jika diri mereka sudah dewasa dan mulai mampu menunjukan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Orang tua atau bahkan masyarakat mulai memberikan kepercayaan- kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Remaja juga memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap dirinya sendiri, orang tua atau bahkan masyarakat (Ali dan Asrori, 2009: 67-68).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja

13

Page 14: Bab II Pembahasan Ppd

1. Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota-anggota tubuh. Hal ini menyebabkan postur tubuh tidak seimbang. Hormon-hormon tertentu juga mulai berperan sejalan dengan perkembangan alat kelamin, sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya (Ali dan Asrori, 2009: 69).

2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua

Pola asuh dari orang tua pada masa ini sangat bervariasi misalnya bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang penuh dengan cinta kasih. Pada masa ini pemberian hukuman pada anak tidak lagi dengan cara memukul karena sesuai dengan ungkapan yang disampaikan oleh Gardner (1992) yakni Too Big to Spank yang maknanya berarti remaja itu sudah terlalu besar untuk dipukul. Pemberontakan yang dilakukan semata-mata untuk menunjukan pada orang tua bahwa mereka telah bisa menjadi orang yang lebih dewasa.3. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya

Pada masa ini remaja memiliki ciri khas dalam berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka berusaha untuk melakukan aktivitas secara bersama dengan membentuk semacam “geng”. Interaksi semacam ini biasanya memiliki kohesivitas dan solidaritas yang cukup tinggi. Faktor yang sering menimbulkan emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gangguan emosi akan terjadi apabila cinta dari remaja tidak terjawab atau terjadinya pemutusan cinta secara sepihak sehingga dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.4. Perubahan Pandangan Luar

Ada beberapa pandangan luar yang biasanya menyebabkan terjadinya konflik-konflik emosional dalam diri remaja, antara lain: Sikap dunia luar terhadap remaja yang tidak konsisten. Remaja

yang dianggap sudah dewasa namun tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa, remaja pada masa ini sering kali dianggap masih kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja.

Dunia luar (masyarakat) masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki atau remaja perempuan. Hal ini bisa terlihat apabila remaja laki-laki memiliki banyak teman perempuan, remaja laki-laki dianggap popular, namun sebaliknya apabila remaja perempuan memiliki banyak teman laki-laki maka dianggap tidak baik atau bahkan mendapat

14

Page 15: Bab II Pembahasan Ppd

predikat yang kurang baik.

Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yakni mengikutsertakan remaja dalam kegiatan- kegiatan yang merusak dirinya sendiri dan melanggar nilai-nilai moral.

5. Perubahan Interaksi dengan Sekolah

Pada masa sekolah, para guru merupakan tokoh yang sangat penting bagi para remaja, pada posisi ini guru berada pada posisi yang sangat strategis untuk menyampaikan materi-materi yang positif dan konstruktif. Namun, tidak jarang terjadi suatu ancaman-ancaman dari guru kepada siswanya. Hal ini menyebabkan bertambahnya rasa permusuhan dari diri peserta didik dan memberikan stimulasi negatif bagi perkembangan emosi anak.

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi individu. Akan tetapi, emosi seorang individu masih dapat dikontrol. Ada 3 jenis display rules (cara mengontrol emosi individu), yaitu masking , modulation, dan simulation (Ekman dan Friesen dalam Walgito, 2003: 207)

Masking : keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya.

Modulation : keadaan seseorang yang tidak dapat meredam secara tuntas gejala kejasmaniannya, contoh dia menangis tapi tidak terlalu kuat.

Simulation : orang tidak mengalami emosi tetapi seolah-olah

mengalami emosi.

15

Page 16: Bab II Pembahasan Ppd

BAB III

Penutup

KesimpulanDalam perkembangan sosioemosional terdapat kata sosioemosional,

dimana sosioemosional berasal dari dua kata, yaitu: sosial yang berarti hubungan/interaksi dengan orang sekitar dan emosi yang berarti adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat. Jadi, Perkembangan Sosioemosional adalah hubungan antara kehidupan sosial seorang individu dengan sifat emosinya. Implikasinya dalam praktik pendidikan adalah sangatlah keliru jika dianggap faktor utama penentu keberhasilan adalah IQ yang tinggi. Melainkan keterlibatan emosi sangat penting dalam segala aktivitas, apalagi jika kita dapat mengelola emosi itu dengan tepat atau dengan kata lain cerdas dalam menggunakan emosi.

16

Page 17: Bab II Pembahasan Ppd

DAFTAR PUSTAKAhttps://nidhomuddin01.wordpress.com/2012/12/31/memahami-perkembangan-fisik-kognitif-dan-sosioemosional-selama-masa-sekolah-dasar/(online)diakses pada 27 Nopember 2015http://kongkoh.blogspot.co.id/2011/01/perkembangan-sosial-dan-emosional-anak.html//(online) diakses pada 27 Nopember 2015http://hartonounyhie.blogspot.co.id/2011/02/teori-perkembangan-sosial-emosional.html //(online) diakses pada 27 Nopember 2015

17

Page 18: Bab II Pembahasan Ppd

18