p&p Ruu Keantariksaan Final

17
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ---- PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEANTARIKSAAN I. PENDAHULUAN Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai salah satu penyelenggara kekuasaan legislasi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22D ayat (2), jo Pasal 24 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta memperhatikan Peraturan 1

Transcript of p&p Ruu Keantariksaan Final

Page 1: p&p Ruu Keantariksaan Final

DEWAN PERWAKILAN DAERAHREPUBLIK INDONESIA

----

PANDANGAN DAN PENDAPAT

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG KEANTARIKSAAN

I. PENDAHULUAN

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sebagai salah satu

penyelenggara kekuasaan legislasi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22D ayat (2), jo Pasal

24 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta memperhatikan Peraturan Tata

Tertib DPD RI, maka pada hari ini tanggal ……………….. DPD RI menyampaikan

Pandangan dan Pendapat terhadap RUU tentang Keantariksaan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).

Pembangunan sektor Keantariksaan haruslah ditempatkan dalam kerangka

filosofis bahwa batas antara ruang udara dan antariksa merupakan wilayah dan

1

Page 2: p&p Ruu Keantariksaan Final

sumberdaya negara indonesia, sebagaimana termaktub dalam Pasal 33 UUD 1945

yang mengamanahkan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Pengembangan keantariksaan adalah bagian dari tehnologi

pengembangan sumberdaya alam indonesia yang harus di optimalkan untuk

kemakmuran rakyat. Dengan RUU ini DPD RI berharap dapat mendorong

percepatan penguasaan dan pengembangan tehnologi guna mengatasi

Ketertinggalan Indonesia dari Negara lainnya yang dulunya memulai tehnologi

keantariksaan relatif sama seperti China,India, Korea, dan Brazil dalam semua

aspek penyelenggaraan keantariksaan seperti teknologi, penguasaan ilmu

pengetahuan, politik, hukum.

Dalam penerapan di dunia internasional pun prinsip Traktat Antariksa

1967 tersebut faktanya diinterpretasikan berbeda oleh negara-negara maju sesuai

dengan kepentingannya, meskipun terdapat prinsip hukum non-appropriation

(tidak dapat dimiliki) terhadap wilayah antariksa yang tertuang dalam Pasal II

Traktat Antariksa 1967. Berdasarkan hal tersebut RUU ini diharapkan secara tegas

memberikan perlindungan lebiih bagi kepentingan nasional dalam

penyelenggaraan keantariksaan. Termasuk dalam penyelenggaraan keantariksaan

dalam tujuan-tujuan pertahanan dan keamanan, dalam konteks kedaulatan negara

dan wilayah teritorial Indonesia.

2

Page 3: p&p Ruu Keantariksaan Final

II. PANDANGAN DAN PENDAPAT UMUM

A. Pandangan dan Pendapat Umum terhadap RUU tentang Keantariksaan

Setelah melakukan kajian dan pembahasan secara komprehensif

terhadap RUU tentang Keantariksaan yang diusulkan oleh DPR RI, maka DPD

RI menyampaikan pokok-pokok pandangan sebagai berikut:

1. DPD RI berpandangan bahwa RUU merupakan penegasan dari

komitement bangsa Indonesia untuk mengakui bahwa ruang angkasa

merupakan ruang bersama seluruh bangsa di dunia sehingga ruang

angkasa didedikasikan untuk mengayomi kepentingan bersama (common

interest), wilayah kemanusiaan (province of all mankind), dan warisan

bersama umat manusia (common heritage of mankind). Prinsip

kebersamaan atas ruang angkasa tersebut sesuai prinsip hukum

internasional yang tertuang dalam Traktat Antariksa 1967.

2. Bahwa pengakuan ruang akasa sebagai ruang bersama untuk

kepentingan bersama dan kemanusiaan tersebut dengan tetap perlunya

pengaturan untuk melindungi kepentingan nasional mengenai status

antariksa dan pengembangan tehnologi keantariksan. Utamanya untuk

mengantisipasi resiko/dampak tehnologi keantariksaan serta

penyalahgunaanya bagi kepentingan nasional.

3. DPD RI berpandangan bahwa semangat penyelenggaraan keantariksaan

yang meliputi penguasaan teknologi keantariksaan, pemanfaatan

3

Page 4: p&p Ruu Keantariksaan Final

teknologi keantariksaan, peluncuran wahana antariksa, penelitian

keantariksaan, dan jenis kegiatan lain dalam RUU kurang memberikan

arah yang tegas kepada pemanfaatan bagi sebesar-besarnya kemakuran

rakyat. Untuk itu DPD RI berharap RUU ini memberikan panduan

penyelenggaraan keantariksaan untuk tujuan dan bagian dari upaya

meningkatkan kesejahteraan, dan mendukung pertahanan dan integritas

NKRI.

4. DPD RI berpandangan bahwa semangat penyelenggaraan keantariksaan

perlu mempertimbangkan unsur sumberdaya manusia, mengingat dalam

hal penginderaan jauh kedepan sertifikasi dan kompetensi SDM

penginderaan jauh menjajdi syarat yang mutlak bagi penyelenggara

maupun pengguna teknologi penginderaan jauh.

B. Tentang BAB, Pasal dan Muatan Materi Rancangan Undang-Undang

1. DPD RI berpandangan bahwa definisi Antariksaan sebagaimana diatur

dalam pasal 1 angka 1 perlu diperbaiki menjadi: antariksa adalah ruang

yang terdapat diluar udara yang mengelilingi dan melingkupi, termasuk

bulan dan benda-benda langit lainya. Perubahan beserta isinya untuk

menghindari pengertian bahwa isinya termasuk satelit roket dan objek

bumi lain yang telah di orbitkan di ruang angkasa.

4

Page 5: p&p Ruu Keantariksaan Final

2. DPD RI berpandangan bahwa definisi ruang udara sebagaimana diatur

dalam pasal 1 angka 3 perlu diperbaiki menjadi: ruang udara adalah

ruang di atmosfir yang mengelilingi dan melingkupi seluruh permukaan

bumi yang mengandung gas-gas yang memungkinkan suatu pesawat

dapat terbang dengan menggunakan reaksi udara yang batas

ketinggiannya sesuai hukum internasional.

3. DPD RI berpandangan bahwa pengaturan Rencana Induk Keantariksaan

sebagaimana diatur dalam Pasal 12. Yang menyatakan Rencana Induk

keantariksaan disusun dalam rentang waktu 25 tahun dan pada ayat 6

dibuka kemungkinan untuk ditinjau 5 tahun sekali, namun pada ayat

tersebut masih dimungkinkan adanya peninjauan sesuai kebutuhan.

Pengaturan yang saling melemahkan mengenai jangka waktu peninjauan

dengan tidak diberi limitasi tidak memberikan kepastian hukum.

Perubahan atas perencanaan memang harus terbuka atas kondisi yang

berkembang diluar prediksi, namun kondisi-kondisi apa yang disebut

sebagai sesuai kebutuhan tersebut harus juga dilimitasi secara tegas agar

terdapat kepastian. Dengan penambahan penjelasan pasal.

4. DPD RI berpandangan bahwa dalam pasal 14 huruf c kata “ untuk tujuan

militer atau tujuan lainya yang mencelakakan ...”, diubah menjadi “untuk

tujuan militer, termasuk menempatkan instalasi militer, pertahanan

militer serta melakukan percobaan senjata militer apapun.”

5

Page 6: p&p Ruu Keantariksaan Final

Menyesuaikan dengan article 4 space traety 1967 yang telah diratifikasi

dengan UU 16 tahun 2002.

5. DPD RI berpandangan bahwa dalam Pasal 23 diantara ayat (1) dan (2)

perlu ditambahkan 1 ayat baru yaitu:

(2) Penyelenggara selain pemerintah yang melakukan kegiatan

pengindraan jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

melakukan kegiatan yang merugikan pertahanan dan keamanan.

Penambahan ayat baru ini untuk perlindungan kepentingan pertahanan

dan keamanan dari kegiatan pengindraan jarak jauh.

6. DPD RI berpandangan bahwa dalam Pasal 23 perlu perlu ditambahkan

mengenai penjelasan dari “stasiun bumi”, parameter stasiun bumi

antaralain terdiri atas:

a. Diameter antena;

b. Fungsi stasiun bumi;

c. Jumlah/besarnya kanal

Dalam draft RUU ini parameter tersebut perlu ditentukan agar tidak

menjadi rancu.

7. DPD RI berpandangan bahwa Pasal 24 ayat (2) mengenai tarif perolehan

data penginderaan jauh resolusi tinggi, dan pasal 25 ayat (1) dan (2)

mengenai pengolahan data penginderaan jauh, pasal 27 mengenai meta

data, mengingat saat ini telah ada regulasi Inpres No.6 tahun 2012,

6

Page 7: p&p Ruu Keantariksaan Final

mengenai Penyediaan, Penggunaan, Pengendaalian Kualitas, Pengolahan

Dan Distribusi Data Satelite Pengindraan Jauh Resolusi Tinggi,

diharapkan RUU ini nantinya menjadi payung hukum yang lebih kuat,

untuk itu ketentuan dalam RUU ini diharapkan menguatkan dengan

mengakomodasi ketentuan dalam regulasi yang telah ada.

8. DPD RI berpandangan bahwa Pasal 25 ayat (2) mengenai metode

pengolahan data tidak perlu ditetapkan karena metode bisa beragam

yang perlu diatur adalah standart tingkat kualitas hasil penginderaan

jauh dimaksud.

9. DPD RI berpandangan bahwa Pasal 26 ayat (2) huruf g mengenai jasa

pengolahan data pengideraan jauh perlu ditambahkan penejelasan pasal

mengeani rincian jasa pengolahan data penginderaan jauh untuk

memberikan kejelasan bagi masyarakat pengguna;

10. DPD RI berpandangan bahwa dalam hal penguasaan dan pengembangan

tehnologi keantariksaan, sebagaimana diatur dalam pasal 32, khususnya

pada ayat (3) diatur bahwa lembaga dapat mengikutsertakan perusahaan

nasional, sementara perusahaan nasional dimaksud dapat me-

subkontrak-kan kepada perusahaan asing, ketentuan ini hanya akan

menjadi celah bagi perusahaan proforma nasional padahal yang

substansinya adalah perusahaan asing yang mengerjakan. Dalam

pandangan DPD untuk meningkatkan kemampuan penyelenggara

7

Page 8: p&p Ruu Keantariksaan Final

keantariksaan nasional dan alih tehnologi, kerjasama dengan pihak asing

dilakukan seminimal mungkin dengan pengaturan mempekerjakan

tenaga asing pada penyelenggara nasional dan bukan bersifat

subkontrak. Keterbatasan-keterbatasan pendanaan saat ini dapat diatasi

dengan sindikasi/konsorsium BUMN.

11. DPD RI berpandangan bahwa dalam Pasal 40, perlu menambahkan syarat

yaitu:

a. operator penyelenggara harus memiliki kehandalan, kemampuan,

dan memiliki ahli atau pakar dalam kegiatan peluncuran;

b. aktifitas keantariksaan tidak akan menimbulkan ganguan keamanan

nasional Indonesia dan tidak menimbulkan ancaman langsung

terhadap ketertiban umum, keselamatan, dan kesehatan orang atau

masyarakat dan harta benda masyarakat.

Penambahan untuk perlindungan kepentingan nasional tersebut sesuai

rekomendasi UNCOPUOS.

12. DPD RI berpandangan bahwa dalam Pasal 49 ayat (4) dan ayat (5) istilah

“Bandar antariksa” diubah menjadi “sisi darat bandar antariksa”,

mengingat penentuan area bahaya sifatnya sementara pada saat

peluncuran sebelum maupun sesudah tidak perlu dinyatakan sebagai

kawasan bahaya.

8

Page 9: p&p Ruu Keantariksaan Final

13. DPD RI berpandangan bahwa dalam Pasal 77 ayat (1) perlu penambahan

mekanisme nasional, mengingat mengenai mekanisme penyelesaian

tuntutan ganti rugi keantariksaan yang dipergunakan dapat

menggunakan mekanisme hukum internasional dan juga hukum nasional.

14. DPD RI berpandangan bahwa dalam Pasal 83 ayat (1) tentang

kemungkinan aset keantariksaan untuk dijaminkan perlu penambahan

tidak termasuk “slot orbit”, karena slot orbit termasuk aset namun atas

nama negara sehingga tidak dapat dijaminkan.

15. DPD RI berpandangan bahwa dalam Pasal 85 perlu ditambahkan “dengan

memperhatikan pedoman internasional dalam mitigasi sampah/puing

ruang angkasa, sesuai rekomendasi UNCUPOUS 28 maret 2012.

16. DPD RI berpandangan bahwa Penjelasan umum hal 32 pada paragraf

pertama yang menyatakan antariksa terletak antara 100-110 Km diatas

tuang udara atau atmosfer bumi, padahal secara internasional belum

terdapat kesepakatan, sehingga perlu diperbaiki menjadi “secara ilmiah

antariksa dimulai sekitar 100-110km dari permukaan air laut.

17. DPD RI berpandangan bahwa Penjelasan umum hal 32 pada paragraf

pertama tentang judul konvensi perlu diperbaiki menjadi “Konvensi

Tentang Penerbangan Sipil Internasional 1944. (Convention On

International Civil Avitation, Signed Chicago 7 December 1944).

9

Page 10: p&p Ruu Keantariksaan Final

18. DPD RI berpandangan bahwa Penjelasan umum hal 33 pada paragraf ke5

setelah kalimat pertama. Perlu ditambahkan kalimat tambahan yaitu:

mengingat diatas wilayah indonesia pada lintasan khatulistiwa terdapat

geo stationary orbit (GSO) sebagai sumberdaya alam yang terbatas dan

lokasi orbit paling efisien dan efektif yang harus diupayakan selaras

dengan letak atau posisi Indonesia di lintasan khatulistiwa.

III. REKOMENDASI

Berpijak pada pandangan tersebut, DPD RI melihat bahwa RUU

Keantariksaan secara umum perlu perbaikan dan penambahan substansi

materi beberapa hal diantaranya:

1. Penyusunan RUU ini perlu disesuaikan ketentuan penulisan peraturan

perundang-undangan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan dan harmonisasi serta keselarasan dengan UU lain yang

bersinggungan erat dengan materi RUU tentang Keantariksaan ini.

2. RUU ini harus memberikan arah yang tegas untuk meningkatkatan

ketertinggalan tehnologi keantariksaan sebagai upaya mewujudkan

kesejahteraan, dan dalam keadaan bahaya untuk mendukung pertahanan

dan integritas NKRI. RUU keantariksaan ini diharapkan tidak saja

10

Page 11: p&p Ruu Keantariksaan Final

mengatur prosedur, kelembagaan penyelenggaraan keantariksaan di

Indonesia.

3. RUU ini perlu menambahkan muatan-muatan, perbaikan redaksi serta

kejelasan penormaan sebagaimana telah diuraikan dalam bagian

sebelumnya.

IV. PENUTUP

Demikianlah Pandangan dan Pendapat DPD RI tentang RUU tentang

Keantariksaan, semoga Tuhan YME senantiasa memberikan petunjuknya bagi

setiap upaya kita semua untuk kemajuan bangsa dan Negara.

Jakarta, 10 Juli 2012

PIMPINANKOMITE II DPD RI

K e t u a,

Ir. H. BAMBANG SUSILO, MM

Wakil Ketua,

INTSIAWATI AYUS, SH,.MH

Wakil Ketua,

MATHEUS S. PASIMANJEKU, SH

11