L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK...

56
1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komisi XI DPR RI merupakan salah satu Alat Kelengkapan DPR RI yang salah satu tugasnya membidangi Keuangan Negara dan Perbankan. Saat ini, Komisi XI DPR RI diberi mandat oleh DPR RI untuk melakukan penyusunan RUU tentang Bank Indonesia. Perubahan terhadap Undang-Undang Bank Indonesia ini telah masuk dalam Program Legislasi Nasional Prioritas Tahun 2015 yang diusulkan oleh Komisi XI DPR RI, dengan judul “RUU tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia” Sesuai dengan keputusan Rapat Internal Komisi XI DPR RI tanggal 26 Agustus 2015 serta sebagai bagian dari proses penyusunan terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Bank Indonesia telah disepakati bahwa Panja RUU Bank Indonesia Komisi XI DPR RI melakukan kunjungan teknis ke negara Republik Turki pada tanggal 17 November sampai dengan 22 November 2015. Anggota Panja RUU Bank Indonesia Komisi XI DPR RI akan melakukan pertemuan dengan Parlemen, Otoritas Pengawas Sistem Keuangan, Bank Sentral, dan pelaku industri keuangan di negara yang dikunjungi guna bertukar pikiran mengenai sistem Bank Sentral dan pengawasan jasa keuangan, khususnya terkait dengan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Bank Indonesia. Republik Turki telah dipilih sebagai tujuan kunjungan kerja karena beberapa alasan. Pertama, Turki dan Indonesia termasuk dalam kategori emerging markets yang menghadapi tantangan dan peluang sama dari pasar keuangan global. Arus modal global dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan sistem keuangan di negara berkembang dan sering mengancam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini bermanfaat untuk belajar bagaimana Bank Sentral Turki bersama dengan otoritas keuangan lainnya berhasil

Transcript of L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK...

Page 1: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

1

L A P O R A N

KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI

KE REPUBLIK TURKI

17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Komisi XI DPR RI merupakan salah satu Alat Kelengkapan DPR RI yang salah satu

tugasnya membidangi Keuangan Negara dan Perbankan. Saat ini, Komisi XI DPR RI

diberi mandat oleh DPR RI untuk melakukan penyusunan RUU tentang Bank Indonesia.

Perubahan terhadap Undang-Undang Bank Indonesia ini telah masuk dalam Program

Legislasi Nasional Prioritas Tahun 2015 yang diusulkan oleh Komisi XI DPR RI, dengan

judul “RUU tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank

Indonesia”

Sesuai dengan keputusan Rapat Internal Komisi XI DPR RI tanggal 26 Agustus 2015

serta sebagai bagian dari proses penyusunan terhadap Rancangan Undang-Undang

tentang Bank Indonesia telah disepakati bahwa Panja RUU Bank Indonesia Komisi XI

DPR RI melakukan kunjungan teknis ke negara Republik Turki pada tanggal 17

November sampai dengan 22 November 2015. Anggota Panja RUU Bank Indonesia

Komisi XI DPR RI akan melakukan pertemuan dengan Parlemen, Otoritas Pengawas

Sistem Keuangan, Bank Sentral, dan pelaku industri keuangan di negara yang dikunjungi

guna bertukar pikiran mengenai sistem Bank Sentral dan pengawasan jasa keuangan,

khususnya terkait dengan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Bank

Indonesia.

Republik Turki telah dipilih sebagai tujuan kunjungan kerja karena beberapa alasan.

Pertama, Turki dan Indonesia termasuk dalam kategori emerging markets yang

menghadapi tantangan dan peluang sama dari pasar keuangan global. Arus modal global

dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan sistem keuangan di negara berkembang dan

sering mengancam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini bermanfaat untuk belajar

bagaimana Bank Sentral Turki bersama dengan otoritas keuangan lainnya berhasil

Page 2: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

2

mengatasi risiko dan kerapuhan stabilitas sistem keuangan dan untuk menjaga kondisi

ekonomi.

Kedua, Turki mengadopsi pendekatan hampir mirip dengan yang ada di Indonesia dengan

memisahkan fungsi pengawasan perbankan dari Bank Sentral. Oleh karena itu, akan

sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang peran Bank Sentral Turki dan

bagaimana memastikan pertukaran informasi, kerjasama dan koordinasi antar lembaga.

Undang-Undang Bank Sentral Republik Turki No. 1211 yang disahkan pada tanggal 14

Januari 1970, memberikan perubahan signifikan dalam status hukum dan struktur

organisasi serta wewenang dan tugas dari Bank Sentral. Undang-Undang tersebut

memberikan penguatan terhadap tugas Bank Sentral, dimana kontrol Bank Sentral atas

instrumen kebijakan moneter baik secara langsung maupun tidak langsung telah

meningkat. Selain itu ditetapkan bahwa Pemerintah pada saat mengambil langkah-

langkah terkait keuangan dan kredit harus meminta pendapat dari Bank Sentral.

Perkembangan penting lainnya pada periode tahun 1980-an adalah amandemen Undang

Undang Bank Sentral Republik Turki yang dilakukan pada tahun 1983 telah mengizinkan

Bank Sentral untuk mengelola emas nasional dan cadangan devisa secara efektif.

Selanjutnya, terdapat aturan yang ditambahkan ke dalam Undang Undang yang

menyatakan bahwa Bank Sentral wajib melaksanakan fungsi utamanya seiring dengan

persyaratan utama perekonomian serta untuk memastikan stabilitas harga.

Pada awal proses transformasi struktural, perubahan signifikan telah dibuat dalam

Undang Undang Bank Sentral pada tanggal 25 April 2001. Yang paling menonjol dari

perubahan ini adalah dimasukkannya sebuah aturan yang menyatakan bahwa tujuan

utama dari Bank Sentral harus mencapai dan mempertahankan stabilitas harga. Dalam

konteks ini, Undang Undang menetapkan bahwa Bank Sentral akan menentukan, atas

kebijakannya sendiri, kebijakan moneter yang akan diimplementasikan serta alat

kebijakan moneter yang akan digunakan. Oleh karena itu, Bank Sentral dapat

mengunakan instrumen moneter tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Undang

Undang tersebut juga menyatakan bahwa bahwa Bank Sentral akan mendukung kebijakan

pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja dari Pemerintah, asalkan tidak bertentangan

dengan tujuan stabilitas harga.

Page 3: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

3

B. DASAR HUKUM

Dasar hukum yang mendasari dilaksanakannya kunjungan kerja tersebut adalah:

1. Pasal 145 ayat (3) Peraturan Tata Tertib DPR RI, yang menyatakan bahwa

“Komisi, gabungan komisi, Badan Legislasi, Panitia Khusus, atau Badan

Anggaran dapat mengadakan kunjungan kerja ke luar negeri dengan dukungan

anggaran DPR dan persetujuan pimpinan DPR”.

2. Keputusan Rapat Intern Panitia Kerja RUU tentang Bank Indonesia tanggal 26

Agustus 2015.

C. SUSUNAN DELEGASI

Adapun susunan delegasi yang melaksanakan kunjungan kerja adalah sebagai berikut:

No No.Angg NAMA ANGGOTA FRAKSI KETERANGAN

1. 463 H. JON ERIZAL, SE., MBA. F. PAN KETUA DELEGASI

2. 185 PROF. DR. HENDRAWAN SUPRATIKNO F. PDIP ANGGOTA

3. 195 IR. ANDREAS EDDY SUSETYO, MM F.PDIP ANGGOTA

4. 320 EDISON BETAUBUN, SH., MH. F. GOLKAR ANGGOTA

5. 458 H. MUSLIM AYUB, SH, MM. F.PAN ANGGOTA

6. 68 HADI ZAINAL ABIDIN, M.Pd., MM., M.HP. F. PKB ANGGOTA

7. 116 DR. H. ZULKIEFLIMANSYAH, SE., M.Sc. F. PKS ANGGOTA

8. 519 H. DONY AHMAD MUNIR, ST., MM. F. PPP ANGGOTA

9. - JOKO SUROSO SEK. DELEGASI -

10. - SURURI AFIF SEK. DELEGASI -

11. - SYAFRIZAL SYAIFUL SEK DELEGASI

Anggota Panja RUU Bank Indonesia dalam kunjungan teknis ke Republik Turki

didampingi oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Bapak Erwin Rijanto, Deputi

Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan Bapak Boedi Armanto, Staf

Ahli Kementerian Keuangan Bapak Andin Hadianto, Anggota Komisioner Lembaga

Penjamin Simpanan Ibu Destry Damayanti.

Page 4: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

4

D. WAKTU PELAKSANAAN

Pelaksanaan kunjungan teknis ke Republik Turki dilaksanakan pada tanggal 17

November sampai dengan 22 November 2015 sesuai dengan jadwal yang telah disepakati

bersama.

E. KOORDINASI DENGAN KBRI ANKARA DAN KJRI ISTAMBUL

Dalam rangka mendukung kelancaran kegiatan kunjungan teknis, kami

melakukan koordinasi yang intensif dengan pihak KBRI Ankara dan KJRI Istambul

karena acara pertemuan dilakukan di Ankara dan Istambul. Pihak KBRI dan KJRI cukup

akomodatif dan memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, mulai dari

korespondensi dengan institusi yang akan dikunjungi, protokoler acara, dan penunjukan

staf pendamping selama kegiatan berlangsung. Kami juga berkesempatan bertemu dengan

Duta Besar Republik Turki, Bapak Wardana di Ankara.

F. JADUAL ACARA

No W A K T U A C A R A KETERANGAN

1. SELASA, 17 NOV 2015 JAKARTA

18.00 WIB Anggota Delegasi berada di Bandara SOEKARNO HATTA

terminal 2D

20.35 WIB Delegasi meninggalkan tanah air menuju Ankara – Turki

dengan Turkish Air TK 57 / TK 2122

2. RABU, 18 NOV 2015 ANKARA

07.40 Delegasi tiba di Ankara dng Turkish Air TK 2122 dijemput

oleh staf Kedutaan Besar Turki

08.10 Delegasi menuju WYNDHAM HOTEL

14.30 – SELESAI Pertemuan dengan Minitry of Finance Turki

MALAM Pertemuan dengan KBRI

3. KAMIS, 19 NOV 2015 ANKARA

09.30 – SELESAI Pertemuan dengan Banking Regulation and Supervision

Agency (BRSA)

11.30 – 13.30 Pertemuan dengan Bank Sentral Republik Turki (TCMB)

19.05 – 20.25 Berangkat ke Istanbul Turkish Air TK 2167

21.00 Delegasi menuju CONDRAD BOSPHORUS HTL

Page 5: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

5

No W A K T U A C A R A KETERANGAN

4. JUM’AT, 20 NOV 2015 ISTANBUL

SIANG Pertemuan dengan Savings Deposit Insurance Fund (TMSF)

5. SABTU, 21 NOV 2015 ISTANBUL

PAGI – SELESAI Internal meeting

SIANG CHECK OUT HTL

6. MINGGU, 22 NOV 2015 ISTANBUL

01.20 Anggota Delegasi kembali ke tanah air dengan Turkish Air

TK 56

G. MAKSUD DAN TUJUAN

Kunjungan Kerja ini dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan secara langsung

mengenai pengalaman Negara Republik Turki dalam pengaturan sistem Bank Sentral.

Adapun tujuan utama dari Panja RUU Bank Indonesia Komisi XI DPR berkunjung ke

Turki adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari negara lain dalam mengatur Bank

Sentral.

2. Melihat dari dekat pola yang dibangun oleh negara lain terkait mekanisme

koordinasi antar bank sentral dengan otoritas pengawas lembaga keuangan

termasuk dengan otoritas fiskal

3. Memahami kebijakan negara lain dalam mendesain dan menerapkan konsep

kelembagaan bank sentral khususnya dalam konteks bank sentral modern

4. Mempelajari kebijakan yang berhubungan dengan fungsi bank sentral sebagai

lender of the last resort sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945.

5. Mendapatkan pengalaman dari negara yang dikunjungi dalam pengaturan bank

sentral serta instrument yang digunakan oleh negara lain dalan melaksanakan

kewenangan dan tanggungjawab dari bank sentral.

6. Berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan negara yang dikunjungi dalam rangka

menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik khususnya terkait bank sentral.

Page 6: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

6

H. KEGUNAAN DAN OUTPUT

Kegunaan dari kunjungan kerja ini adalah:

1. Panitia Kerja RUU Bank Indonesia dapat memperoleh materi pembanding dalam

penyusunan RUU tentang Bank Indonesia;

2. Panitia Kerja RUU Bank Indonesia dapat memperolah masukan terkait dengan tugas

dan wewenang Bank Sentral, pengelolaan devisa, pengembangan pasar uang termasuk

mata uang asing, hubungan antar otoritas dan koordinasi antar otoritas.

3. Mempererat kerjasama antara Indonesia dengan Negara Republik Turki khususnya

dalam bidang ekonomi dan keuangan.

II. PERTEMUAN DENGAN OTORITAS REPUBLIK TURKI

Dalam kunjungan yang dilakukan dari tanggal 17 November sampai dengan 22 November

2015, anggota Panja RUU Bank Indonesia berkesempatan melakukan pertemuan dengan

beberapa otoritas pengatur dan pengawas sistem keuangan di Republik Turki. Adapun

informasi yang didapat oleh para anggota Panja RUU Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

A. UNDERSECRETARIAT OF TREASURY (TURKISH TREASURY)

Dalam Pertemuan dengan Turkish Treasury delegasi diterima oleh Mr. Hakki Haratas yang

merupakan Deputi Direktur Jenderal Public Finance Kementerian Keuangan dan Mr. M.

Alper Batur sebagai Kepala Departemen beserta jajarannya. Presentasi yang dilakukan oleh

Mr. Hakki Haratas terdiri dari tiga bagian yaitu Fungsi dan Tugas dari Turkish Treasury,

Peran dari Treasury dalam Manajemen Keuangan Publik dan Koordinasi antara Kementerian

Keuangan dan Bank Sentral.

Struktur Organisasi dari Undersecretariat of Treasury terdiri dari 3 orang Deputi dan 7 orang

Direktur Jenderal yang dapat dilihat pada struktur organisasi di bawah ini

Page 7: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

7

Fungsi utama dari Turkish Treasury dilakukan oleh Direktorat Jenderal di bawah ini, yaitu:

1. Directorate General of Public Finance

2. Directorate General of Foreign Economic Relations

3. Directorate General of State owned Enterprises

4. Directorate General of Economic Research

5. Directorate General of Financial Sector Relations and Exchange

6. Directorate General of State Aids

7. Directorate General of Insurance

1. Directorate General of Public Finance, Direktorat ini mempunyai tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Pengelolaan Utang yang penerbitan dilakukan di Pasar Domestik

b. Cash Management

c. Manajemen Risiko yang terdiri dari Risiko Kredit, Risiko Fiskal, Risiko Operasional,

dan Kewajiban Kontinjensi.

d. Melakukan kegiatan Back Office terkait dengan Utang Negara yang terdiri dari

kegiatan membayar cicilan utang, manajemen piutang, akuntansi, statistik dan

pelaporan.

2. Directorate General of Foreign Economic Relations, Direktorat ini mempunyai tanggung

jawab sebagai berikut:

Page 8: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

8

a. Pengelolaan Utang Luar Negeri yang penerbitannya dilakukan di Pasar Modal

Internasional dan Pembiayaan Proyek dari sumber eksternal atau luar negeri

b. Melakukan hubungan dengan Organisasi Internasional seperti IMF, Islamic

Development Bank, Bank Dunia

c. Melakukan hubungan dengan organisasi G-20

d. Melakukan hubungan dengan organisasi bi-lateral

e. Melakukan hubungan dengan Uni Eropa

3. Directorate General of State Owned Enterprises, Direktorat ini mempunyai tanggung

jawab sebagai berikut:

a. Fungsi kepemilikan BUMN

b. Mempersiapkan Investasi Tahunan dan Program Pembiayaan BUMN dengan

Kementerian Pembangunan dan Monitoring

c. Memastikan fungsi efisien dan efektif dari BUMN

4. Directorate General of Economic Research, Direktorat ini mempunyai tanggung jawab

sebagai berikut:

a. Monitoring dan analisis perkembangan ekonomi makro di luar negeri dan dalam

negeri dan melaporkan kepada Undersecretariat of Treasury.

b. Melakukan riset ekonomi, mempersiapkan catatan dan makalah

5. Directorate General of Financial Sector Relations and Exchange, Direktorat ini

mempunyai tanggung jawab sebagai berikut:

a. Meregulasi prinsip-prinsip Kebijakan Bursa

b. Sebagai Sekretariat dari Komite Stabilitas Keuangan

c. Melakukan Koordinasi sistemik Group Risk Assessment

d. Kesadaran akan Keuangan, kesadaran finansial dan melindungi keuangan konsumen

e. Memperkenalkan dan mengembangkan pedoman untuk Bisnis

f. Memerangi pencucian uang dan pendanaan teroris

Page 9: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

9

6. Directorate General of State Aids, Direktorat ini mempunyai tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Bertindak sebagai sekretariat yang melakukan monitoring terhadap bantuan negara

dan sebagai Dewan Pengawasan

b. Memantau dan mengevaluasi bantuan negara dan melaporkan kepada Dewan

c. Mempersiapkan dan menerapkan undang-undang tentang bantuan negara sejalan

dengan legislasi Uni Eropa

d. Menyampaikan laporan tahunan kepada Komisi Eropa mengenai bantuan negara

7. Directorate General of Insurance, Direktorat ini mempunyai tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Menyiapkan undang-undang tentang asuransi dan undang-undang tentang pensiun

swasta serta mengimplementasikannya

b. Mengambil langkah untuk mengembangkan sektor asuransi baik untuk perusahaan

dan untuk konsumen

c. Melakukan pemantauan terhadap sektor asuransi dan mempersiapkan laporan tahunan

d. Memberikan persetujuan , perizinan, likuidasi, merger dan akuisisi

Sektor Asuransi dimasukan sebagai salah satu fungsi dalam Turkish Treasury karena

Undersecretariat berusaha untuk menjaga perkembangan dan stabilitas Sektor Asuransi dan

Sistem Pensiun Swasta di Turki untuk membuat sektor asuransi lebih efektif, adil, handal dan

stabil bagi kepentingan dan perlindungan pemegang polis. Sedangkan pasar modal

merupakan fungsi dari otoritas lain atau tidak berada di bawah Kementerian Keuangan tetapi

langsung di bawah Perdana Menteri. Sektor keuangan di negara Republik Turki, 90%

didominasi olek sektor perbankan.

PERAN DARI TURKISH TREASURY (PERBENDAHARAAN) DALAM

PENGELOLAAN KEUANGAN PUBLIK.

Dalam Siklus Pengelolaan Keuangan Publik, Pengelolaan keuangan publik dimulai dari MTP

atau Medium Term Programme yang disiapkan oleh Ministry of Development dan MTFP atau

Medium Term Fiscal Plan yang disiapkan oleh Ministry of Finance. Berdasarkan kedua

dokumen tersebut, Pemerintah Republik Turki menyiapkan APBN nya disekitar pertengahan

bulan Oktober. Setelah APBN tersebut dibahas dan disetujui oleh Parlemen, maka

Page 10: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

10

pengelolaan pendapatan dan belanja Pemerintah dilakukan oleh Ministry of Finance.

Kebijakan fiskal dikoordinasikan antara Ministry of Finance dan Turkish Treasury. Ministry

of Finance yang mengumpulkan pajak sedangkan Turkish Treasury yang mengelola uang

hasil pajak tersebut. Jika pendapatan negara yang bersumber dari pajak tidak mencukupi

untuk membiayai belanja negara maka Turkish Treasury yang akan mencari pendanaannya.

Oleh karena itu, pengelolaan kas dan hutang dilakukan oleh Turkish Treasury. Setelah proses

tersebut maka dilakukan Final Account dan reporting, Audit dan evaluasi serta jika

dibutuhkan bisa dilakukan revisi terhadap kebijakan.

Siklus Pengelolaan Keuangan Publik dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

SEKILAS SEKTOR PUBLIK

Menurut Standar Internasional, sektor publik harus dibagi menjadi dua kategori. Kategori

pertama adalah Pemerintahan secara umum dan kategori kedua adalah Badan Usaha Milik

Negara. Kategori Pemerintahan secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu:

1. Anggaran belanja lembaga umum

Yang termasuk dalam kategori ini adalah semua Kementerian yang ada, dimana

Kementerian tersebut tidak memiliki pendapatan. Seluruh pengeluaran Kementerian

yang ada dibiayai dengan pajak-pajak.

Page 11: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

11

2. Anggaran belanja lembaga khusus

Yang termasuk dalam kategori ini adalah Perguruan Tinggi atau Universitas dan

lembaga administrasi lainnya. Lembaga khusus ini memiliki pendapatan namun tidak

siknifikan.

3. Badan Otoritas dan Regulator

Yang termasuk dalam kategori ini adalah Pasar modal, Perbankan, IT / Telco, Pasar

energi, dan lain-lain. Badan ini memiliki pendapatan sehingga dapat membiayai

aktifitas usahanya. Jika pendapatannya melebihi dari anggaran operasionalnya maka

kelebihannya diberikan kepada negara melalui Turkish Treasury.

4. Lembaga Jaminan Sosial (Social Security Instituiton)

Yang termasuk dalam kategori ini adalah lembaga Jaminan Sosial, dan Agen

Pekerjaan.

5. Pemerintah Lokal

Yang termasuk dalam kategori ini adalah Pemerintah Kota dan Provinsi.

Turkish Treasury bertanggungjawab dalam pembiayaan anggaran kelima institusi

pemerintah tersebut diatas.

Sedangkan kategori kedua yang terpisah dari Pemerintah terdiri dari Bank Umum dan

BUMN, Dana anggaran tambahan, dana bergulir dan institusi lainnya. Peran dari BUMN

terhadap ekonomi di negara Republik Turki cukup besar khususnya sektor energi. Salah satu

BUMN listrik yang memonopoli produksi, transmisi, distribusi listrik memiliki dampak yang

besar tehadap ekonomi negara Republik Turki. Selain perusahaan listrik, Bandara Turki juga

dioperasikan dengan cara monopoli oleh BUMN. Pengelolaaan sektor publik tersebut dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 12: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

12

ARUS KAS DARI TURKISH TREASURY

Arus Kas dari Turkish Treasury dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Arus kas dimulai dari Spesial Budget dimana jika terjadi defisit, maka Turkish Treasury Cash

Management Department (CMD) akan melakukan pembiayaan terhadap Special Budget

tersebut, hal tersebut juga dilakukan kepada lembaga Jaminan Sosial (Social Security).

Sedangkan surplus yang berasal dari Badan Otoritas dan Regulator akan diberikan kepada

Page 13: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

13

Turkish Treasury CMD. Turkish Treasury CMD juga berkewajiban untuk mentransfer dana

yang berasal dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Lokal dan Extra budgetary funds.

Bank umum dan BUMN akan memberikan bagian laba dalam bentuk deviden kepada negara

melalui Turkish Treasury CMD, sebaliknya apabila Bank umum dan BUMN membutuhkan

tambahan modal, maka akan diberikan melalui Turkish Treasury CMD.

Dalam hal hasil yang didapat dari pinjaman baru untuk menutupi defisit APBN negara

Republik Turki, Debt Management Department (DMD) akan memberikan hasil pinjaman

tersebut kepada Turkish Treasury CMD. Sedangkan untuk pembayaran pokok pinjaman dan

bunga pinjaman tersebut, Turkish Treasury CMD lah akan membayarkannya melalui DMD.

Pendapatan yang berasal dari hasil privatisasi juga diberikan kepada Turkish Treasury CMD,

selain itu juga pendapatan pajak yang mencapai 90% dari total pendapatan negara ditranfer

ke akun bank milik Turkish Treasury yang ada di Bank Sentral. Belanja yang dialokasikan

dalam General Budget akan dibiayai oleh Turkish Treasury CMD.

KOORDINASI ANTARA BANK SENTRAL DAN KEMENTERIAN KEUANGAN

Turkish Treasury dan Kementerian Keuangan di negara Republik Turki merupakan otoritas

yang berbeda secara fungsi namun sederat. Kedua otoritas tersebut mempunyai fungsi yang

berbeda dimana Kementerian Keuangan bertanggungjawab hanya pada penarikan pajak-pajak

sedangkan Turkish Treasury bertanggungjawab dalam melakukan transfer dana kepada

lembaga pemerintah. Kedua otoritas tersebut melaporkan kegiatannya secara langsung

kepada Perdana Menteri.

Turkish Treasury memiliki saham mayoritas di Bank Sentral Republik Turki. Saham

mayoritas yang dimiliki oleh Turkish Treasury adalah 55,12%, sisanya dimiliki oleh kalangan

perbankan di Turki. Berdasarkan undang-undang yang berlaku di Republik Turki, jumlah

saham yang dimiliki oleh Turkish Treasury di Bank Sentral tidak boleh kurang dari 51%.

Direktorat Jenderal BUMN (DG of State-owned Enterprises) yang bertanggungjawab

terhadap fungsi pemegang saham di Bank Sentral. Bank Sentral Republik Turki melakukan

pembayaran dividen yang merupakan salah satu pendapatan negara kepada Direktorat

Jenderal BUMN. Walaupun Turkish Treasury merupakan pemegang saham pengendali di

Bank Sentral Republik Turki, namun demikian Bank Sentral Republik Turki merupakan

lembaga yang independen berdasarkan Undang-Undang Bank Sentral Turki. Gubernur Bank

Page 14: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

14

Sentral tidak dipilih oleh Turkish Treasury tapi dipilih oleh Dewan Menteri atau Council of

Minister. Dewan Menteri terdiri dari seluruh Menteri yang ada di negara Republik Turki dan

diketuai oleh Perdana Menteri.

Turkish Treasury memiliki akun bank di Bank Sentral yang merupakan Treasury Single

Account (TSA) dan digunakan untuk berbagai macam tujuan. Pajak-pajak yang ditarik oleh

Kementerian Keuangan ditranfer ke rekening TSA tersebut sedangkan seluruh pengeluaran

juga dilakukan melalui akun TSA tersebut. Rekening Bank lain digunakan untuk melakukan

pembayaran utang dan penerimaan sebelum disatukan atau dikumpulkan pada TSA. Bank

Sentral Republik Turki dapat menggunakan Ziraat Bank sebagai Bank Koresponden.

Penggunaan dari TSA tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dimana TSA digunakan

untuk tujuan yang berbeda-beda:

REMUNERASI DANA CADANGAN TURKISH TREASURY

Tujuan dari dana cadangan tersebut adalah untuk mengurangi jumlah idle cash atau apabila

imbal hasil yang ditempatkan di Bank Sentral tidak mencukupi. Rekening Turkish Lira (TL)

dibayarkan setiap minggu sedangkan rekening Mata Uang Asing (FX) dibayarkan setiap

bulan dengan mengacu kepada harga pasar. Sedangkan sisa rekening TL dan rekening FX

Page 15: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

15

dibayarkan secara harian di bawah harga pasar. Turkish Treasury membayar biaya transaksi

kepada Bank Sentral dan Ziraat Bank untuk aktifitas operasi perbankan.

Berdasarkan Undang-Undang Bank Sentral, lelang obligasi negara dilakukan oleh Bank

Sentral. Sebagai agen fiskal, selama lelang obligasi berlangsung, Bank Sentral

mengumpulkan seluruh penawaran dan agunan tunai, mengirim kompilasi data lelang yang

terdiri dari harga penawaran, jumlah nominal, dan lain sebagainya kepada Turkish Treasury

melalui sistem elektronik. Turkish Treasury yang memutuskan jumlah pinjaman dan Bank

Sentral yang mensosialisasikan hasilnya kepada masyarakat. Setelah pemenang lelang

ditentukan, Bank Sentral akan mentransfer obligasi tersebut kepada pemenang lelang berikut

pemenuhan pembayaran.

KOORDINASI ANTARA TURKISH TREASURY DENGAN BANK SENTRAL

REPUBLIK TURKI

Koordinasi dilakukan dengan mengadakan pertemuaan atau rapat setiap bulan dengan pihak

Bank Sentral. Adapun topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut terkait dengan :

1. Perkembangan terkini dalam kebijakan fiskal, anggaran, Perkembangan program

pinjaman, dan

2. Perkembangan terkini terkait pengelolaan likuiditas

KOMITE STABILITAS KEUANGAN

Kerangka pengaturan dan pengawasan

Lembaga keuangan di negara Republik Turki dalam hal pengaturan dan pengawasan terlihat

sangat semi fragmented. Pengawasan dan pengaturan dibagi menjadi empat institusi yang

berbeda yaitu:

1. Undersecretariat of Treasury membawahi: Keuangan Publik, Perusahaan Asuransi,

Dana Pensiun Swasta, Reasuransi, Exchange Offices

2. Banking Regulation and Supervision Agency membawahi: Bank, Perusahaan Anjak

Piutang, Perusahaan Leasing, Perusahaan Keuangan Konsumen, Perusahaan Aset

Manajemen, Institusi Pembayaran, Perusahaan E- money

3. Bank Sentral membawahi: Sistem Pembayaran dan Settlement, Pasar Uang,

Manajemen Cadangan (Reserve Management)

Page 16: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

16

4. Capital Market Board of Turkey membawahi: Institusi Perantara, Perusahaan yang

tercatat di Bursa, Takasbank (kustodian), Trust, Pasar Saham, Trade Repositories

Kerjasama dan Koordinasi antar otoritas keuangan di negara Republik Turki dilakukan dalam

Komite Stabilitas Keuangan (FSC). Komite tersebut diketuai oleh Menteri yang bertugas di

Undersecretariat of Treasury. Komite Stabilitas keuangan didirikan pada tanggal 8 Juni

2011. Komite Stabilitas Keuangan berada di bawah kepemimpinan Wakil Perdana Menteri

Bidang Ekonomi dan Keuangan dan bertanggung jawab kepada Undersecretariat of Treasury,

yang terdiri dari:

1. Undersecretariat of Treasury

2. Gubernur Bank Sentral Republik Turki

3. Ketua Banking Regulation and Supervision Agency

4. Ketua Capital Markets Board of Turkey

5. Ketua Savings Deposit Insurance Fund

Dalam kondisi tidak adanya Menteri, maka anggota komite yang ditunjuk oleh Menteri akan

melakukan rapat. Dalam hal pertemuan yang dilakukan oleh Komite akan melakukan

pembahasan terkait dengan topik khusus, maka Menteri lain dan eksekutif pemerintah akan

diundang oleh Wakil Perdana Menteri.

JARING PENGAMAN KEUANGAN

Lembaga-lembaga dan organisasi yang membentuk Jaring Pengaman Keuangan di negara

Republik Turki terdiri dari Undersecretariat of Treasury, Bank Sentral Republik Turki,

Banking Regulation dan Supervision Agency, Capital Markets Board of Turkey, Savings

Deposit Insurance Fund. Lembaga tersebut bekerja sama dan berbagi informasi melalui

platform kerja yang dibentuk dalam kerangka hukum yang relevan. Platform pertama adalah

Komite Stabilitas Keuangan yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Pasal 4 UU tentang

Organisasi dan Tugas Undersecretariat of Treasury pada tanggal 9 Desember 1994, UU No

4059 tentang penilaian bersama risiko sistemik oleh lembaga anggota Jaring Pengaman

Keuangan, dan untuk mengidentifikasi tindakan pencegahan yang harus diambil.

Page 17: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

17

Sesuai dengan ketentuan Pasal 145 UU No. 6362 tentang Pasar Modal yang berlaku sejak

tanggal 30 Desember 2012 dan Pasal 4 UU No. 28513 tentang Organisasi dan Tugas

Undersecretariat of Treasury yang telah diubah menjadi UU No. 4059 disebutkan bahwa

dalam hal terdapat pembangunan yang bersifat negatif serta mempengaruhi seluruh sistem

keuangan dimana dalam penentuan kejadian tersebut dilakukan oleh Komite Stabilitas

Keuangan, maka Dewan Menteri berhak untuk mengambil tindakan pencegahan dan semua

lembaga dan organisasi yang relevan memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk

melaksanakan tindakan pencegahan langsung.

Peraturan lain dalam kerjasama antarorganisasi dan komunikasi terdapat di Pasal 98 UU

Perbankan. Berdasarkan UU tersebut, BRSA, Undersecretariat of Treasury, State Planning

Organization, SDIF dan Bank Sentral saling berkonsultasi dan bertukar informasi terkait

bidang tugas mereka, dan informasi yang tersimpan pada database yang ada di BRSA

diberikan secara rahasia kepada Bank Sentral dan SDIF.

Selanjutnya, dalam Pasal 99 UU yang sama, Komisi Sektor Keuangan dibentuk yang terdiri

dari BRSA, Kementerian Keuangan, Undersecretariat of Treasury, Bank Sentral, CMB, SDIF,

Turkish Competition Authority, State Planning Organization, Istanbul Gold Exchange, ISE,

TURKDEX dan Asosiasi Lembaga Perantara Pasar Modal, dimana masing-masing otoritas

diberikan perwakilan dalam komisi tersebut. Komisi melakukan rapat paling sedikit dua kali

setahun untuk memastikan kepercayaan, stabilitas dan pertumbuhan di pasar keuangan,

memungkinkan pertukaran informasi, kerjasama dan koordinasi antar organisasi, membuat

proposal kebijakan bersama dan opini negara tentang masa depan sektor keuangan.

Platform lainnya adalah Komite Koordinasi yang dibentuk berdasarkan Pasal 100 UU

Perbankan dalam upaya untuk memastikan pertukaran informasi tentang kondisi umum

sektor perbankan, langkah-langkah yang akan diambil setelah dilakukan pemeriksaan

terhadap deposito nasabah, dan pertukaran data pada institusi kredit sebagai dasar dalam

perhitungan premi asuransi berbasis risiko. Komite Koordinasi ini mengadakan rapat paling

sedikit sekali dalam tiga bulan.

Tujuan dibentuknya Komite Stabilitas Keuangan (FSC) adalah untuk:

1. Melakukan identifikasi dan mengurangi risiko sistemik yang muncul,

Page 18: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

18

2. Melakukan Koordinasi kebijakan antar otoritas

3. Mengintegrasikan perspektif mikro dan makroprudensial yang lebih baik antar

lembaga.

4. Memperingatkan instansi terkait tentang risiko sistemik dan mengikuti praktik yang

relevan mengenai usulan kebijakan.

5. Mengumpulkan semua data dan informasi dalam konteks tugas masing-masing

lembaga, dan mengkoordinasikan kebijakan dan implementasi di antara lembaga-

lembaga.

Untuk lebih memperkuat dan mendukung FSC, subkelompok yang lebih teknis, yaitu

Kelompok Pengkajian Risiko Sistemik (SRAG) dibentuk untuk:

1. Menunjukkan potensi daerah risiko sistemik;

2. Mengingatkan FSC tentang potensi risiko sistemik,

3. Meningkatkan koordinasi antara lembaga-lembaga untuk respon yang tepat waktu dan

konsisten dalam konteks ini.

B. BANKING REGULATION AND SUPERVISION AGENCY (BRSA)

Dalam Pertemuan dengan Banking Regulation and Suprvision Agency delegasi diterima oleh

Mr. Mete Bumin beserta jajaran yang berasal dari Strategy Development Department BRSA

di kantor pusat BRSA yang berlokasi di Ankara Turki. Dalam pertemuan tersebut dijelaskan

mengenai Regulasi Perbankan dan Otoritas Pengawas, Sektor Perbankan, serta sistem

perbankan di Turki.

Banking Regulation and Supervision Agency (BRSA), adalah satu-satunya otoritas yang

melaksanakan pengawasan sektor perbankan di negara Republik Turki. Selain melakukan

pengawasan sektor perbankan, BRSA juga bertanggung jawab melakukan pengaturan dan

pengawasan perusahaan leasing, anjak piutang dan perusahaan pembiayaan serta induk

perusahaan keuangan, perusahaan manajemen aset, institusi pembayaran dan institusi uang

elektronik.

BRSA didirikan pada bulan Agustus 2000 dengan status badan hukum publik dan memiliki

otonomi dalam hal administratif dan keuangan. Otonomi tersebut akibat dari perubahan

Page 19: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

19

kebijakan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan dan memastikan mekanisme

pengambilan keputusan yang independen.

Sebelum pembentukan BRSA di negara Turki, dua otoritas yang melakukan pengaturan dan

pengawasan di sektor perbankan dalah Undersecretariat of Treasury dan Bank Sentral

Republik Turki. Kantor pusat BRSA berada di Ankara dan memiliki kantor di Istanbul dengan

staff berjumlah 576.

Sebagai badan hukum publik, independensi BRSA telah memberikan otonomi dalam tiga

bidang utama:

1. Otonomi dalam hal kebijakan dan pengawasan

BRSA secara independen melakukan dan menggunakan tugas pengaturan dan pengawasan

dan hak yang ditugaskan penuh oleh undang-undang yang berlaku, di bawah tanggung

jawab sendiri. Keputusan dari BRSA tidak akan diaudit untuk kepentingan kepatuhan.

Tidak ada otoritas ataupun perorangan yang dapat memberikan instruksi dan perintah

untuk mempengaruhi keputusan BRSA.

2. Otonomi dalam hal administrasi BRSA

BRSA akan mempekerjakan pegawai dengan jumlah yang memadai sesuai dengan

kualifikasi yang dibutuhkan dalam efesiensi pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

3. Otonomi dalam menggunakan sumber daya keuangan

BRSA secara independen menggunakan sumber daya keuangan yang telah dialokasikan

dalam kerangka prinsip-prinsip dan prosedur yang telah ditetapkan dalam Undang-

Undang Perbankan. Anggaran BRSA berasal dari iuran yang dikumpulkan dari lembaga

keuangan yang diawasi oleh BRSA.

DEWAN PENGATURAN SEKTOR PERBANKAN DAN BADAN PENGAWASAN

Dewan Pengaturan dan Pengawasan Perbankan adalah suatu badan yang melakukan

pengambilan keputusan di BRSA. Dewan tersebut terdiri dari tujuh anggota, termasuk satu

ketua dan satu ketua kedua. Ketua Dewan adalah ketua BRSA.

Para anggotanya ditunjuk oleh Dewan Menteri dan memiliki minimal 10 tahun pengalaman

setelah menyelesaikan gelar sarjana atau yang telah bekerja sebagai anggota staf pengajar

Page 20: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

20

dalam disiplin ilmu tertentu minimal 10 tahun. Minimal salah satu anggota harus lulusan

fakultas hukum dan seseorang harus telah bekerja sebagai wakil ketua, unit pelayanan

manajer atau staf profesional di BRSA. Dewan Menteri menunjuk salah satu anggota sebagai

ketua dan anggota lain sebagai ketua kedua. Penunjukan Keputusan Dewan Menteri

diterbitkan dalam Berita Resmi. Masa jabatan ketua Dewan dan anggota selama lima tahun.

Para anggota Dewan BRSA yang masa jabatannya telah berakhir dapat diangkat kembali

untuk satu kali masa jabatan. Setiap ketua atau anggota yang ditunjuk tersebut dapat diangkat

kembali untuk satu kali masa jabatan. Ketua atau anggota dewan tidak dapat diberhentikan

sebelum berakhirnya masa jabatannya.

BRSA tidak hanya bertanggung jawab dalam memberikan ijin atau lisensi tetapi juga

melakukan pengawasan terhadap bank-bank, kantor perwakilan bank asing, lembaga

keuangan non-bank (factoring, leasing dan pembiayaan), perusahaan induk keuangan,

perusahaan manajemen aset, lembaga pembayaran dan lembaga uang elektronik. Selain itu,

BRSA memiliki kewenangan audit independen, rating, penilaian (valuation) dan perusahaan

outsourcing yang akan memberikan pelayanan kepada lembaga yang diawasi oleh BRSA,

serta perusahaan induk keuangan.

Beberapa perusahaan keuangan yang diawasi oleh BRSA:

Sistem keuangan di Republik Turki didominasi oleh sektor perbankan, yang mewakili sekitar

60 sampai 90 persen dari total aset sektor keuangan. Perusahaan-perusahaan industri

keuangan lainnya, seperti perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan, dan

perusahaan efek, hanya memiliki saham kecil di pasar keuangan.

Sector Number of

Institution

Banks 52

Representative Offices of Foreign Banks 48

Factoring Companies 69

Leasing Companies 29

Financing Companies 13

Financial Holding Companies 3

Asset Management Companies 13

Payment Institutions 5

Electronic Money Institutions 3

Page 21: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

21

Sistem perbankan di Republik Turki mendominasi sistem keuangan dengan jumlah saham

sekitar 85%. Jumlah bank yang beroperasi di Republik Turki menurun secara signifikan sejak

terjadinya krisis keuangan pada tahun 2001 sebagai akibat dari konsolidasi sektor perbankan

melalui merger, akuisisi, dan likuidasi. Oleh karena itu, jumlah bank yang melakukan

aktifitas usahanya menurun dari 85 bank pada tahun 2000 menjadi 50 bank pada tahun 2006.

BRSA DAN STRUKTUR KELEMBAGAAN SISTEM KEUANGAN

Sebelum terjadinya Krisis Keuangan Global

Karakteristik Sistem Keuangan Sebelum Terjadinya Krisis Keuangan Global

1. Rendahnya Intermediasi keuangan,

2. Sistem keuangan yang sangat rapuh

3. Sistem perbankan di Republik Turki secara keseluruhan telah mengalami pelemahan

secara struktural yang disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Modal dasar yang tidak memadai

Struktur Perbankan yang kecil dan terfragmentasi

Dominasi bank pemerintah di sektor perbankan

Kualitas aset yang lemah (kredit terkonsentrasi, kelompok perbankan dan

risiko yang terkonsentrasi, ketidaksesuaian antara pinjaman dan ketentuan)

Paparan ekstrim dan kerapuhan terhadap risiko pasar (maturity mismatch, FX

posisi terbuka)

Sistem pengendalian internal yang tidak memadai, manajemen risiko dan tata

kelola perusahaan

Kurangnya transparansi

Pada bulan Mei 2000, di negara Republik Turki dimulailah Program restrukturisasi sektor

perbankan. Adapun program restrukturisasi tersebut adalah dengan melakukan:

Reformasi bank - bank milik Pemerintah

Resolusi terhadap bank yang mengalami kebangkrutan

Penguatan terhadap bank - bank swasta

Peningkatkan terhadap Kerangka Kebijakan dan Pengawasan

Page 22: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

22

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh otoritas keuangan di negara Republik Turki

adalah sebagai berikut:

Konsolidasi sektor perbankan.

Peningkatan merger dan akuisisi terhadap bank - bank bermasalah.

Penurunan proporsi pemilikan saham pemerintah dan bank - bank yang

dimiliki oleh Saving Deposit Insurance Fund (SDIF).

Penghapusan efek distorsi dari bank bangkrut dan bank - bank milik

Pemerintah pada tingkat suku bunga.

Pengurangan risiko keuangan pada tingkat yang dapat dikelola.

Memperkuat struktur modal.

Peningkatan transparansi dalam laporan keuangan.

Peningkatan kerangka peraturan dan pengawasan.

Perubahan peraturan perbankan sebelum terjadinya krisis global difokuskan pada isu-isu di

bawah ini:

Risiko sistemik dibuat dalam pasal terpisah dalam UU Perbankan no 5411

pasal 72.

Koordinasi dan Kerjasama secara eksplisit disebutkan dalam pasal 98, 99,

dan 100.

KONDISI SETELAH KRISIS EKONOMI GLOBAL

Sekilas tentang Struktur Pasar Keuangan Turki

1. Money Market : CBRT, Treasury ,TBA,SDIF

2. Bank : Banks, BRSA (Act Nr. 5411), SDIF

3. Non Bank : BRSA (Act Nr. 6361), AFI, AMCs

4. Asuransi dan Dana Pensiun : Teasury MoF

5. Capital Market : CMB, BIST

KERJASAMA DAN KOORDINASI

Dalam hal kerjasama dan koordinasi antar lembaga di negara Republik Turki terdapat

kerjasama baik secara formal maupun informal dalam hal kerjasama dan berbagi informasi

Page 23: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

23

antara semua otoritas domestik dengan tanggung jawab atas kesehatan sistem keuangan.

Kerjasama dan koordinasi tersebut dalam bentuk:

1. Komite Stabilitas Keuangan

2. Sytemic Risk Assessment Group

3. Komisi Sektor Keuangan

4. Komite Koordinasi

MASALAH-MASALAH YANG TIMBUL PASCA KRISIS GLOBAL

Berdasarkan pengalaman di negara Republik Turki maka dapat dikelompok beberapa

kebijakan makroprudensial yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang diantaranya

melakukan pembatasan dalam bidang:

1. Kredit:

Batasan rasio LTV (Loan to Value)

Batasan rasio DTI (Debt to Income)

Batas pinjaman mata uang asing

Batas terhadap pertumbuhan kredit (mikro and makro basis)

2. Likuiditas:

Batas posisi mata uang asing

Batas ketidaksesuaian jatuh tempo (Maturity mismatch)

Reserve Requirements

Rasio pendanaan inti

3. Permodalan dan hutang

Siklus penyangga modal (Cyclical capital buffers)

Membedakan bobot resiko (Differentiating risk weights)

Rasio hutang kotor (Gross leverage ratio)

Dynamic Provisioning

Batas dari distribusi keuntungan

Tabel di bawah ini adalah beberapa kebijakan Makroprudensial yang telah dilaksanakan oleh

otoritas di negara Republik Turki.

Page 24: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

24

Periode tahun 2006-2009

Tanggal Alat/Regulasi Keterangan

Mei 2006 Capital Buffer Target CAR

Juni 2006 Liquidity Adequacy

Ratio

Regulasi BRSA untuk Turkish Lira (TL) dan Likuiditas mata uang asing (FX)

berdasarkan jatuh tempo mingguan dan bulanan

Oct. 2008

Cyclical Capital

Buffer Pembatasan terhadap distribusi keuntungan bank

Mark to market

leverage

Bank-bank diberikan satu kali kesempatan untuk mengklasifikasi sekuritasnya

berdasarkan trading book

Jan. 2009

RWA leverage

Bank-bank diberikan ijin untuk mereklasifikasi masalah kredit dalam kondisi

tertentu (diperpanjang untuk termin berikutnya pada bulan Maret 2010)

Beberapa aset FX-indexed dan kewajiban (passiva) dianggap sebagai FX

Liquidity Reserve Requirement

Mencabut larangan pinjaman FX untuk perusahaan yang tidak menghasilkan

FX dalam kondisi tertentu. Melarang konsumen untuk menerima pinjaman

dalam FX

Periode Tahun 2010 - 2011

Tanggal Alat/Regulasi Keterangan

Maret

2010 Provisions

Untuk bank-bank dengan CAR lebih tinggi dari 16%, General provision

(modal pelengkap menurut Basel Accord 1) akan diturunkan sampai dengan

Maret 2011

Dec 2010 LtV Untuk pinjaman KPR

April 2011

Implied Credit

Growth

Reference

Bank Sentral mengumumkan plafon pertumbuhan kredit untuk menyesuaikan

volume kredit FX (untuk 2011 dan 2013 % 25)

Page 25: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

25

June 2011

(Risk-Weighted

Assets) RWA /

Cap. Buffer

Meningkatkan RWA untuk tujuan pinjaman atau kredit umum

Provision

Meningkatkan provision untuk tujuan pinjaman atau kredit umum

Ini juga berlaku terhadap komposisi portofolio kredit yang diberikan bank

(pangsa kredit konsumen> 20%) + rasio NPL dari kredit konsumer> 8%)

Ceiling on

Credit Card

Limit Increase

Tidak ada peningkatan pagu bagi pemegang kartu kredit yang melakukan

pembayaran sebesar ½ dari saldo kartu kredit selama lebih dari 3 bulan dan

tidak ada penarikan uang dari kartu kredit

Limits on cash

advance from

CCs

Batas pengambilan uang dari kartu kredit

August

2011

Tambahan biaya

dana

Sejak tahun 2012, tambahan penyangga modal untuk maturity mismatch

Sept. 2011

CAR

Minimum CAR 12% untuk bank dengan kepemilikan negara yang berdaulat

krisis. (bank dalam negeri CDS spread, bank dalam negeri CDS spread, EBA

hasil stress test, Debt / GDP, dll)

Biaya Dana Pembayaran asuransi tabungan yang tinggi bagi bank besar

Periode Tahun 2013

Tanggal Alat/Regulasi Keterangan

April

2013 LtV

Mencabut aturan LTV bagi perumahan komersial

Oct.

2013 DtI (Debt to Income)

Minimum Pembayaran: Limit kartu kredit <15.000 TL adalah 30% dari saldo,

15.000 <batas kartu kredit <20.000 adalah 35% dari saldo Limit Kartu Kredit>

20.000 adalah 40% dari saldo

dan untuk Kartu Kredit baru dikeluarkan selama satu tahun tidak kurang dari

40.

DTI untuk KK yang baru dikeluarkan mulai dari 1000 TL.

(informasi lain juga digunakan untuk menentukan DTI)

Page 26: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

26

Limits on number of

installments and

maturity

Pembelian dengan CC, pembayaran tidak dapat dibagi menjadi lebih dari 9

kali angsuran. Untuk transaksi telekomunikasi, elektronik, perhiasan, makanan

dan bahan bakar dengan CC pembayarannya tidak dapat diangsur.

Pinjaman konsumen max. jatuh tempo 36 bulan (kecuali Perumahan), kredit

kendaraan 48 bulan

Expenditure limitation

LTV untuk kredit kendaraan bermotor (harga mobil penumpang kurang dari

50.000 TL, LTV adalah 75%, harga kendaraan> 50.000 TL pertama 50.000 TL

70%, di atas jumlah ini 50%)

LtV KPR LtV 75%.

Provision

Untuk Kartu Kredit Perorangan dan over draft, provision naik dari 1% menjadi

4%, tarif provisi turun khusus untuk pinjaman ekspor dan UMKM

Capital (RWA) RISK-

WEIGHTED ASSETS

Untuk kendaraan bermotor dan kartu kredit bobot resiko telah ditingkatkan

KERJASAMA INTERNASIONAL DAN KEBIJAKAN BASEL II DAN III.

Republik Turki merupakan salah satu negara yang menjadi anggota dari G20 dan akan

menjadi pemimpin pada termin Desember 2014. Republik Turki selain menjadi salah satu

anggota G20 juga menjadi anggota Bank for International Settlements (BIS) dan Financial

Stability Board (FSB).

BASEL II dan BASEL III

Terkait dengan kebijakan Basel II dan III, negara Republik Turki telah melaksanakan lima

peraturan secara efektif oleh BRSA sejak bulan Juli 2012. Sedangkan terkait dengan

konvergensi peraturan Basel III, BRSA telah membuat kemajuan substansial dimana status

Turki sebagian besar sudah compliant atau memenuhi persyaratan dengan Basel III, yang

terdiri dari:

Rasio Likuiditas,

Melengkapi risk-based capital requirement dengan leverage ratio,

Cakupan Kredit (resiko kredit counter party),

Modal penyangga,

Meningkatkan kualitas, konsistensi dan transparansi dari modal dasar.

Page 27: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

27

Data-data di bawah ini merupakan data yang terkait dengan kondisi perbankan yang diawasi

oleh BRSA di negara Republik Turki:

1. Gambaran Umum Perbankan di Negara Republik Turki

Number of Banks 52

Deposit 34

Investment & Development 13

Participation 5

Number of Branches 12.298

Number of Personnel 218.341

Total Assets 1.994.159million TL 859.552million USD

Shares of Ownership based on Total Assets (%)

Government 31,0

Private 50,2

Foreign 18,8

Global Presence 149 (37 different countires)

Subsidiaries 56

Branches 83

Representative Offices 10

2. Jumlah Bank

Inst

itut

ion

Number of Branches Number of personnel Market

Share

(%,Asset)Domestic Abroad total Domestic Abroad Total

Deposit Banks 31 8,767 70 8,837 148,450 687 149,137 89,8

State Deposit Banks 3 3,407 33 3,440 53,123 181 53,304 27,1

Private Deposit Banks 10 5,360 37 5,397 95,327 506 95,833 48,1

Foreign Deposit Banks 18 0 0 0 0 0 0 13,7

Development and Investment Banks 13 40 0 40 5,360 0 5,360 3,9

SDIF 2 2,260 11 2,271 43,914 94 44,008 0,0

Participation Banks 4 1,005 4 1,009 17,326 59 17,385 6,1

total 50 12,072 85 12,157 215,050 840 215,890 100,0

Page 28: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

28

3. Neraca Sektor Perbankan

Million TL Million $ % share

2013 2014Q2 2013 2014Q2 2013 2014Q2

Total Assets 1,732,401 1,830,296 811,695 861,965 100.0 100.0

Loans 1,047,410 1,123,946 490,751 529,314 60.5 61.4

- Consumer Loans 332,164 337,511 155,631 158,948 19.2 18.4

NPLs 29,622 37,719 13,879 17,763 1.7 2.1

Securities Portfolio 286,731 291,300 134,344 137,186 16.6 15.9

Deposits 945,770 975,085 443,129 459,209 54.6 53.3

Foreign Funding 138,236 143,339 64,769 67,504 8.0 7.8

-Sec. & Synd. 27,638 28,775 12,949 13,551 1.6 1.6

Com. Bonds 60,576 71,431 28,382 33,640 3.5 3.9

Equity 193,724 214,623 90,767 101,075 11.2 11.7

P/L (period) 24,664 12,528 11,556 5,900 1.4 0.7

Derivatives 552,937 555,993 259,072 261,841 31.9 30.4

4. Rasio

2012 2013 2014/07

NPL/Total Loans 2.9 2.7 2.8

CAR 17.9 15.3 16.3

LtD 106.1 114.1 117.2

ROA 1.8 1.6 10.4

ROE 15.7 14.2 12.9

NIM 4.1 3.7 3.4

Tier I Cap. / T.Assets 9.8 8.1 8.5

Leverege Ratio 8.2 7.7 8.3

Consumer Loans/Savings Dep. 61.4 64.5 61.3

Consumer Loans/GDP 20.2 22.8 22.6

Household liab. / GDP 21.2 23.1 n.a.

Household liab. / Household Disp. Income 48.9 55.2 n.a.

5. Komposisi Aset Perbankan di Negara Republik Turki

9,6 9,58,2 7,4 7,6 6,7 7,6 7,5 7,3 6,8 6,8 7,2 7,5 6,7 6,8 7,2

23,4 22,6 22,3 21,2 19,7 19,5 19,0 17,9 17,517,4 17,1 16,6 16,5 15,9 15,4 15,2

56,1 56,6 57,9 57,7 58,0 58,4 58,4 60,3 60,1 60,5 61,1 60,5 60,2 61,4 61,5 62,2

4,6 4,5 4,3 4,6 5,1 5,2 4,6 4,4 4,5 4,3 4,2 4,7 4,7 4,5 4,8 4,7

4,1 4,5 5,0 6,8 7,3 7,8 8,1 7,6 8,6 8,9 8,8 9,0 8,8 9,2 9,3 8,6

2,2 2,2 2,3 2,3 2,4 2,4 2,4 2,2 2,0 2,1 2,1 2,1 2,2 2,2 2,1 2,2

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Liquid Assets Securities Loans Other Required Reserves Subsidiaries and Fixed Assets

Page 29: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

29

6. Komposisi Kewajiban (Liabilities) Perbankan di Negara Republik Turki

57,1 56,7 56,4 56,4 56,3 55,3 54,8 54,7 54,6 53,4 53,3 52,9 52,8

13,8 13,2 13,7 13,2 12,7 13,7 13,7 13,9 14,7 14,3 14,2 14,6 14,7

8,0 7,9 7,1 6,8 5,8 6,4 7,6 7,1 6,9 7,8 6,9 6,9 6,9

7,8 7,9 7,9 8,1 9,1 8,4 8,5 9,6 9,2 9,8 10,0 9,9 9,5

11,9 12,5 12,5 12,9 13,3 13,0 12,1 11,4 11,2 11,2 11,7 11,4 11,6

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Deposits Payables to Banks Repo Fundings Securities Issued (Net) Other Shareholder's Equity

7. Komposisi Pinjaman atau kredit Perbankan di Negara Republik Turki

Retail30,8%

SME25,8%

Corporate43,4%

Composition of LoansDecember 2014

Mortgage; 35,6

Car Finance; 1,9General Purpose+Other;

42,0

Credit Cards ; 20,6

Composition of Retail Loans - 06.02.2015

Page 30: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

30

8. Indikator Utama Perbankan Negara Republik Turki

Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14

1 NPL RATIO 2,7 2,9 2,7 2,8

2 CAPITAL ADEQUACY RATIO 16,6 17,9 15,3 16,3

3 LOAN TO DEPOSIT RATIO 101,0 106,1 114,1 121,6

4 ROA 1,7 1,8 1,6 1,3

5 ROE 15,5 15,6 14,2 12,2

6 NET INTEREST MARGIN (*) 3,5 4,1 3,7 3,5

7 TOTAL ASSETS / GDP 93,8 96,7 107,3 123,5

9. Gambaran Umum Sistem Keuangan di Negara Republik Turki

Billion TL 2014 2013 2014

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Share USD GDP Share GDP Share

CBRT 113.5 110.0 128.5 146.2 202.0 265.9 281.9 8.8 121.6 17.0 18.1

BIST(Market Cap.) 182.0 350.8 472.6 381.2 552.9 505.9 627.4 19.7 270.5 32.4 40.2

Banks 732.5 834.0 1,006.0 1,217.6 1,370.7 1,732.4 1,994.2 62.6 860.0 110.9 127.7

Leasing 17.1 14.6 15.7 18.6 20.2 28.5 32.6 1.0 14.1 1.8 2.1

Factoring 7.8 10.4 14.5 15.7 18.1 21.8 26.4 0.8 11.4 1.4 1.7

Con. Finance Co. 4.7 4.5 6.0 8.9 11.6 16.0 20.3 0.6 8.7 1.0 1.3

AMCs 0.4 0.4 0.7 0.9 1.4 1.9 2.6 0.1 1.1 0.1 0.2

FHC's 5.0 4.9 5.1 5.5 n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

Credit Guarantee Fund 0.1 0.1 0.1 0.2 n.a n.a n.a n.a n.a n.a n.a

Insurance Comp. 26.5 31.8 35.1 39.9 50.8 62.4 72.7 2.3 31.3 4.0 4.7

Re-insurance Comp. 1.4 1.6 1.6 1.6 1.8 1.8 2.0 0.1 0.9 0.1 0.1

Brokarage Firms 4.2 5.2 7.5 9.6 11.4 14.0 14.1 0.4 6.1 0.9 0.9

Mutual Funds 0.6 0.7 0.8 0.7 0.7 0.5 0.4 0.0 0.2 0.0 0.0

Real Estate Inv. Funds 4.3 4.7 17.2 18.7 24.0 37.6 41.4 1.3 17.9 2.4 2.7

Private Equity Inv. Funds 0.1 0.2 0.2 0.6 0.7 0.8 n.a n.a n.a n.a n.a

Portfolio man. Funds 0.3 0.4 0.5 0.5 0.6 0.6 0.8 0.0 0.4 0.0 0.1

Sec. Mutual Funds 24.0 29.6 33.2 30.2 30.7 30.5 33.3 1.0 14.4 2.0 2.1

Pension Funds. 6.0 9.1 12.0 14.1 20.3 26.2 37.8 1.2 16.3 1.7 2.4

TOTAL 1,130.5 1,413.0 1,757.3 1,910.7 2,317.9 2,746.7 3,187.9 100.0 1,374.7 175.9 204.2

TOTAL-less CBRT 1,017.0 1,303.0 1,628.8 1,764.5 2,115.9 2,480.9 2,906.0 91.2 1,253.2 158.9 186.1

TOTAL-less CBRT+BIST 835.0 952.2 1,156.2 1,383.3 1,563.0 1,974.9 2,278.6 71.5 982.6 126.5 145.9

Banks / Fin. Intermedia. 87.7 87.6 87.0 88.0 87.7 87.7 87.5

C. CENTRAL BANK REPUBLIC OF TURKEY (CBRT)

Dalam Pertemuan dengan Bank Sentral Republik Turki delegasi diterima oleh Mr. Erdem

Başçı, yang merupakan Gubernur Bank Sentral beserta jajarannya. Dalam pertemuan

tersebut, Gubernur Bank Sentral berkesempatan menjelaskan sistem Kebanksentralan di

Republik Turki. Adapun presentasi dilakukan oleh Mrs. Şebnem ÖZBEK UYGUN sebagai

Senior Legal Counsel dengan topik Kelembagaan dan Kerangka Hukum Bank Sentral

Republik Turki. Sedangkan presentasi terkait Hubungan dan Koordinasi antara Bank Sentral

Page 31: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

31

dengan Otoritas Lainnya dilakukan oleh Mr. C. Murat BAYKAL yang juga sebagai Senior

Legal Counsel di Bank Sentral Republik Turki.

KELEMBAGAAN DAN KERANGKA HUKUM BANK SENTRAL REPUBLIK

TURKI

Bank Sentral Republik Turki (CBRT) didirikan pada tahun 1930. Didirikan sebagai

perusahaan saham gabungan (joint-stock company) pemegang saham dari CBRT adalah

Turkish Treasury sebesar 55,12%, perbankan, lembaga komersial, badan hukum dan

perorangan.

UU yang pertama bagi Bank Sentral Republik Turki atau CBRT adalah UU No.1715 yang

berlaku sejak tanggal 30 Juni 1930. Pada saat ini, UU tersebut telah diubah menjadi UU

No.1211 Tahun 1970 yang berlaku saat ini. UU Nomor 1211 tentang Bank Sentral Republik

Turki, yang disahkan pada tanggal 14 Januari 1970 telah memberikan perubahan signifikan

dalam status hukum dan struktur organisasi serta wewenang dan tugas dari Bank Sentral. UU

tersebut memberikan penguatan terhadap tugas Bank Sentral, dimana kontrol Bank Sentral

atas instrumen kebijakan moneter baik secara langsung maupun tidak langsung telah

meningkat. Selain itu ditetapkan bahwa Pemerintah pada saat mengambil langkah-langkah

terkait keuangan dan kredit harus meminta pendapat dari Bank Sentral.

Badan Pengatur yang ada di dalam Bank Sentral Republik Turki terdiri dari:

1. Majelis Umum

2. Dewan

3. Komite Kebijakan Moneter

4. Komite Audit

5. Kantor Gubernur

6. Komite Eksekutif

1. Majelis Umum (General Assembly)

Merupakan satu badan dari CBRT yang ada akibat dari sifat saham gabungan yang

melakukan rapat dengan para pemegang saham yang diadakan pada tiap bulan April. Badan

ini dipimpin oleh Gubernur Bank Sentral. Tugas pokok dan wewenang dari Majelis Umum

yaitu: memeriksa laporan tahunan yang disampaikan oleh Komite Audit Dewan, memeriksa

Page 32: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

32

dan menyetujui neraca, dan laporan laba rugi dari CBRT, membela anggota Dewan dan

Komite Audit, memilih anggota Dewan dan Komite Audit.

2. Dewan

Badan Pengatur yang melakukan pengambilan keputusan, yang memenuhi kewajiban yang

sama dari dewan eksekutif dari perusahaan. Dewan memiliki kewenangan penuh dan kontrol

atas CBRT yang anggotanya terdiri dari Gubernur dan enam anggota dipilih oleh Majelis

Umum serta dipimpin oleh Gubernur. Dewan ini melakukan rapat minimal sebulan sekali

dimana masa jabatan anggota dewan adalah tiga tahun. Fungsi dari Dewan adalah melakukan

semua tugas dan kekuasaan CBRT yang tidak ditugaskan kepada Majelis Umum, Komite

Kebijakan Moneter dan Komite Eksekutif.

3. Komite Kebijakan Moneter

Komite ini terdiri dari Gubernur, Wakil Gubernur, anggota Dewan dan anggota yang ditunjuk

oleh keputusan bersama yang dipimpin oleh Gubernur. Komite mengadakan rapat minimal

satu kali dalam sebulan dimana Kementerian Keuangan dapat hadir dalam pertemuan yang

diadakan oleh Komite Kebijakan Moneter dalam kapasitas non-voting. Tugas dan wewenang

Komite Kebijakan Moneter adalah: menentukan prinsip-prinsip dan strategi kebijakan

moneter dalam rangka mempertahankan stabilitas harga, menentukan target inflasi bersama

dengan Pemerintah, memberikan informasi kepada publik dan kepada Pemerintah dengan

pembuatan laporan terkait sasaran kebijakan moneter dan implementasinya, mengambil

tindakan yang diperlukan untuk melindungi nilai tukar Lira Turki dan menetapkan rezim nilai

tukar bersama-sama dengan Pemerintah.

4. Komite Audit

Terdiri dari empat anggota yang dipilih oleh Majelis Umum. Tugas dan wewenang dari

Komite Audit adalah mengawasi semua operasi dan rekening CBRT serta membuat laporan

kepada Majelis Umum.

5. Kantor Gubernur

Terdiri dari:

o Gubernur sebagai pejabat eksekutif yang menjadi Kepala dari CBRT.

Gubernur CBRT ditunjuk oleh Dewan Menteri untuk jangka waktu lima tahun.

Page 33: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

33

Tugas dari Gubernur adalah mengelola dan mewakili CBRT, mengeksekusi

keputusan Dewan dan Komite Kebijakan Moneter Dewan.

o Wakil Gubernur yang terdiri atas empat Wakil Gubernur yang ditugaskan

dalam membantu tugas-tugas yang dibebankan kepada Gubernur CBRT. Wakil

Gubernur CBRT ditunjuk oleh keputusan bersama untuk jangka waktu lima

tahun.

6. Komite Eksekultif

Terdiri dari Wakil Gubernur di bawah kepemimpinan Gubernur CBRT. Tugas dari Komite

Eksekutif adalah menyiapkan proposal untuk diajukan kepada Dewan, memastikan

koordinasi dalam operasi CBRT, dan mengambil keputusan tentang semua masalah di mana

otoritas telah didelegasikan oleh Dewan.

Tujuan utama dari CBRT adalah untuk menjaga stabilitas harga. CBRT mendukung

pertumbuhan dan lapangan kerja kebijakan Pemerintah tanpa mengurangi tujuan utamanya.

CBRT menentukan kebijakan moneter dan instrumen kebijakan moneter atas dasar diskresi

CBRT. CBRT memiliki otonomi mutlak dalam menjalankan kekuasaan pelaksanaan tugas

yang diberikan kepadanya dan dengan tanggung jawabnya sendiri.

Tugas dari CBRT adalah

Melaksanakan operasi pasar terbuka,

Melindungi nilai tukar domestik dan internasional dari Lira Turki,

Menentukan prosedur dan prinsip-prinsip giro wajib minimum dan kebutuhan

likuiditas, dan melakukan rediskonto serta advance operation.

Mengelola cadangan emas dan valuta asing milik negara

Mengatur volume dan sirkulasi Lira Turki, menetapkan sistem pembayaran, transfer

surat berharga dan setelmen, untuk memastikan operasi tanpa gangguan dan

pengawasan sistem didirikan dan dibentuk dan untuk membuat peraturan yang

diperlukan, untuk menentukan metode dan instrumen termasuk lingkungan elektronik

yang akan digunakan untuk pembayaran

Memantau pasar keuangan

Page 34: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

34

Mengambil tindakan pencegahan untuk meningkatkan stabilitas di sistem keuangan

dan untuk mengambil langkah-langkah pengaturan sehubungan dengan uang dan

pasar valuta asing

Menentukan persyaratan dan jenis deposito dan partisipasi rekening bank

Wewenang dari CBRT adalah:

Mengeluarkan uang kertas di dalam negeri

Menentukan target inflasi bersama dengan Pemerintah

Sebagai lender of last resort, untuk melaksanakan operasi memperpanjang kredit

untuk perbankan

Meminta dan mengumpulkan informasi statistik dari bank dan lembaga keuangan

lainnya dalam rangka mengawasi pasar keuangan

Tugas pokok dari CBRT dalam menjaga stabilitas keuangan seperti yang dimandatkan oleh

UU adalah mengambil tindakan pencegahan untuk meningkatkan stabilitas di sistem

keuangan dan untuk mengambil langkah-langkah pengaturan terkait dengan uang dan pasar

valuta asing. Dalam UU, korelasi antara stabilitas harga dan stabilitas keuangan dapat dilihat

dalam hal tujuan utama dari CBRT yaitu stabilitas harga di dalam negeri, sedangkan stabilitas

keuangan menjadi tujuan tambahan dari CBRT.

CBRT menggunakan alat struktural dan siklus untuk melakukan stabilitas keuangan. Yang

terdiri dari:

GWM berdasarkan jatuh tempo digunakan untuk mengurangi maturity mismatch

antara aktiva dan kewajiban milik sektor perbankan.

GWM berbasis leverage yang bertujuan untuk menahan hutang bank.

Mekanisme pilihan cadangan atau Reserve Options Mechanism berfungsi sebagai

penstabil otomatis terhadap arus modal.

Tarif Renumerasi diterapkan terhadap Turki Lira dan diperlukan cadangan berbeda

untuk dukungan lebih lanjut bagi kewajiban inti (deposito dan ekuitas) dalam rangka

memacu pertumbuhan yang seimbang dan tabungan domestik.

CBRT memonitor kerentanan sistem keuangan, menilai risiko yang mungkin

menyebabkan ketidakstabilan dengan perspektif ekonomi makro.

Page 35: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

35

Stabilitas keuangan tidak dapat dicapai hanya oleh satu lembaga sehingga membutuhkan

kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait. Pasal 167 dari Konstitusi Republik Turki

menyatakan bahwa Negara harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan dan

mempromosikan operasional yang bagus dan teratur terhadap uang, kredit, modal, barang

dan layanan pasar.

Gambar dibawah ini menunjukan tugas dari masing-masing otoritas keuangan di negara

Republik Turki

CBRT• Implementation of monetary policy and exchange rate regime to

achieve price stability and financial stability, management and oversight of payment and settlement systems

BRSA• Supervision of all banks, financial holding companies, leasing

companies, factoring companies and consumer finance companies, and regulations regarding their activities

UT• Public finance, implementation of fiscal policy, and supervision

and regulation of insurance companies

CMB • Supervision and regulation of securities brokers

SDIF • Protecting the rights and interests of deposit holders, and resolution of banks

Komite Stabilitas Keuangan dibentuk pada bulan Juni 2011 terdiri dari Wakil Kementerian

Keuangan, Presiden BRSA, Dewan Pasar Modal dan SDIF bersama dengan Gubernur CBRT.

Komite ini diketuai oleh Menteri dimana Undersecretariat of Treasury melaporkan tugas-

tugasnya yang dalam prakteknya adalah Wakil Perdana Menteri.

Tugas dari Komite Stabilitas Keuangan adalah:

Membangun tindakan pencegahan yang diperlukan dan saran kebijakan untuk

menentukan, memantau dan mengurangi risiko sistemik yang dapat menyebar ke

seluruh sistem keuangan.

Membuat peringatan kepada instansi terkait mengenai risiko sistemik, dan untuk

melacak implementasi yang berkaitan dengan peringatan dini dan saran kebijakan.

Menilai manajemen risiko sistemik berencana yang disiapkan oleh instansi terkait.

Mempertahankan koordinasi di bidang manajemen risiko sistemik.

Page 36: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

36

Berkenaan dengan ruang lingkup tugas, untuk memasok segala jenis data dan

informasi dari lembaga-lembaga publik, dan untuk menjaga koordinasi kebijakan dan

implementasi antar lembaga.

Anggaran Bank Sentral Republik Turki tidak tunduk kepada UU APBN di negara Republik

Turki. Anggaran CBRT disiapkan, disetujui dan dilaksanakan secara eksklusif oleh Bank

Sentral. Hubungan antara CBRT dengan Pemerintah dikelola melalui Perdana Menteri sesuai

dengan ketentuan Pasal 4 UU No.1211. CBRT adalah penasihat keuangan dan ekonomi, agen

fiskal dan bendahara Pemerintah sesuai dengan ketetntuan Pasal 4 dan 41 UU No.1211.

Sedangkan menurut pasal 4 dan 42 UU No. 1211, CBRT memberikan pandangan kepada

Pemerintah, mengenai masalah yang diminta terkait dengan sistem keuangan.

Komite Koordinasi dengan Pemerintah terdiri dari CBRT dan Undersecretariat of Treasury.

Komite ini dimulai pada tahun 2007. Dalam melakukan koordinasi antara otoritas fiskal dan

moneter, komite ini melakukan pertemuan sebulan sekali dengan agenda yang telah

ditetapkan. Setiap lembaga memiliki mandat dan tanggung jawab sendiri dan memperkuat

pertukaran informasi, koordinasi dan kerjasama dalam hal:

Kebijakan moneter

Manajemen likuiditas

Manajemen utang publik, kebijakan pinjaman

Manajemen cadangan

Pertukaran data

Perkembangan saat ini di pasar global dan domestik

AUDIT, AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI

Audit yang dilakukan oleh CBRT terdiri dari Audit Internal dan Eksternal.

1. Audit Internal dilakukan dengan dua cara yaitu audit yang dilakukan melalui badan

pemerintah dan audit yang dilakukan didalam organisasi Bank Sentral. Audit melalui

badan pemerintah dilakukan oleh Majelis Umum sesuai dengan ketentuan Pasal 15

UU No.1211 dan oleh Komite Audit sesuai dengan ketentuan Pasal 24 UU No.1211.

Sedangkan audit dalam organisasi dilakukan oleh Departemen Audit.

2. Audit eksternal dilakukan dengan dua cara yaitu Public law natured audit dan Private

law natured audit. Public law natured audit dilakukan oleh Perdana Menteri sesuai

Page 37: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

37

dengan ketentuan Pasal 42 / I UU No.1211, Court of Accounts dan Dewan Pengawas

Negara. Sedangkan Private law natured audit dilakukan oleh lembaga audit eksternal

yang independen sesuai dengan ketetntuan Pasal 42 / II UU No.1211.

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI

Bank Sentral Republik Turki menyampaikan laporan kepada:

Dewan Menteri sebanyak dua kali setahun sesuai dengan ketentuan Pasal 42 / III UU

No.1211

Komisi Perencanaan dan Anggaran Majelis Nasional sebanyak dua kali setahun sesuai

dengan ketentuan Pasal 42 / III UU No.1211.

Laporan berkala mengenai sasaran kebijakan moneter sesuai dengan ketentuan Pasal

42 / IV Hukum No.1211.

Menyampaikan pernyataan tertulis kepada Pemerintah dan melakukan keterbukaan

informasi kepada publik dalam kasus pelanggaran atau kemungkinan pelanggaran

terhadap sasaran inflasi sesuai dengan ketentuan Pasal 42 / IV UU No.1211.

Menyampaikan neraca dan laporan laba rugi bersama dengan laporan tahunan kepada

Perdana Menteri dan dipublikasikan dalam Berita Resmi sesuai dengan ketentuan

Pasal 58 UU No.1211.

Menerbitkan buletin singkat yang menunjukkan laporan rekening pada akhir setiap

minggu dan Publikasi dalam Berita Resmi sesuai dengan ketentuan Pasal 63 UU

No.1211.

HUBUNGAN DAN KOORDINASI ANTARA BANK SENTRAL DAN OTORITAS

LAINNYA

Bank Sentral Republik Turki (CBRT) memiliki peran langsung dalam pengawasan

perbankan, namun saat ini peran tersebut dibatasi hanya melakukan pengawasan on-site

terhadap bank sebagai tugas dari CBRT dan pengawasan off-site dalam tugas pemantauan

sistem keuangan.

Fungsi dari CBRT menurut pasal 4 Undang-Undang Bank Sentral, dimana Bank Sentral

memiliki tugas dan wewenang untuk membuat dan menerapkan peraturan mengenai tugas

dan wewenang yang dipercayakan kepadanya oleh Undang-undang ini dan peraturan

Page 38: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

38

perundang-undangan, serta berwenang untuk mengawasi kepatuhan terhadap peraturan ini

dan akurasi informasi yang dikirim ke CBRT.

Oleh karena itu, Bank Sentral Republik Turki menentukan prosedur dan ketentuan

persyaratan cadangan dan kebutuhan likuiditas dengan mempertimbangkan kewajiban bank

dan lembaga keuangan lainnya yang dianggap tepat oleh CBRT. Di mana apabila persyaratan

ini tidak ditetapkan dalam waktu yang ditentukan maka, Bank Sentral Republik Turki dapat

mengenakan denda bunga untuk bagian kekurangan.

CBRT WEWENANG UNTUK MEMINTA INFORMASI, NERACA DAN LAPORAN

BANK

Berdasarkan pasal 43 Undang-Undang Bank Sentral, dalam mengumpulkan informasi

statistik, Bank Sentral dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah dan lembaga-lembaga,

Kementerian Keuangan, Badan Statistik dan otoritas dari negara lain, selain itu juga berhak

untuk mengumpulkan informasi statistik dengan lembaga-lembaga internasional. Bank

Sentral berwenang langsung meminta dan mengumpulkan, semua informasi statistik yang

berkaitan dengan sistem keuangan dan informasi statistik lainnya yang dianggap perlu untuk

pengawasan perkembangan dalam perekonomian dan neraca pembayaran, dari Perbankan,

lembaga keuangan lain dan perorangan. Pihak yang diminta informasi wajib menyampaikan

informasi ini secara akurat sesuai dengan prosedur dan prinsip-prinsip yang ditentukan oleh

Bank Sentral. Bank Sentral berwenang untuk menyelidiki dan mengawasi ketepatan

informasi ini dengan pihak terkait, dan untuk meminta informasi serta dokumen tambahan.

Bank Sentral dapat menerbitkan informasi statistik bila dianggap perlu. Namun, Bank Sentral

tidak boleh mempublikasikan atau mengungkapkan informasi statistik yang bersifat pribadi

atau mengirimkan kepada otoritas resmi manapun atau badan swasta selain kepada BRSA.

Informasi ini tidak akan digunakan untuk tujuan selain untuk tujuan statistik atau sebagai alat

bukti.

Page 39: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

39

KOORDINASI ANTARA BANK SENTRAL DAN OTORITAS LAINNYA DALAM

MENCAPAI TUJUANNYA

Otoritas keuangan Turki melakukan koordinasi dan kerjasama yang erat dalam menjaga

stabilitas keuangan. Pasal 98 UU Perbankan memberikan tugas kerjasama dengan instansi

terkait. Menurut Pasal ini, BRSA, Undersecretariat of Treasury, Kementerian Pembangunan,

SDIF dan CBRT bertukar pandangan dan informasi mengenai pelaksanaan moneter, kredit

dan kebijakan perbankan. BRSA, SDIF dan CBRT memiliki akses ke database gabungan yang

dimiliki dalam kerangka prinsip-prinsip kerahasiaan, untuk memenuhi tugas yang ditetapkan

dalam UU Perbankan.

Selain itu, badan hukum seperti Komite Stabilitas Keuangan (FSC), Komisi Sektor Keuangan

dan Komite Koordinasi meningkatkan kerja sama tersebut. Beberapa nota kesepakatan

(MoU) antara Kementerian Keuangan, BRSA, CMB, SDIF dan CBRT berkontribusi pada

koordinasi, berbagi informasi, dan kerja sama dalam rangka menjaga stabilitas keuangan,

pengawasan dan dalam mengelola risiko sistemik. Pembentukan FSC berdampak positif

dalam mempengaruhi kinerja stabilitas keuangan di CBRT.

Data / informasi manajemen kepemilikan

Data dari lembaga keuangan dikumpulkan oleh otoritas pengaturan dan pengawasan

sektor terkait.

Pada 31 Desember 2010 sebuah protokol untuk berbagi informasi dan kerjasama

ditandatangani oleh BRSA, Undersecretariat Treasury, CMB, SDIF dan Bank Sentral

Republik Turki.

Tambahan sub-protokol bilateral yang ditandatangani antara BRSA dan

Undersecretariat of Treasury; BRSA dan CMB; Undersecretariat of Treasury dan

CMB; Bank Sentral Republik Turki dan BRSA. Kebutuhan data yang muncul saat ini

saling dibagi bersama dalam prinsip-prinsip protokol ini.

Page 40: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

40

PERAN DARI CBRT DALAM REGULASI SISTEM PEMBAYARAN DAN FUNGSI

LENDER OF LAST RESORT

Peran dalam sistem pembayaran

Bank sentral memiliki kepentingan yang kuat dalam mempromosikan keselamatan

dan peningkatan efisiensi dalam sistem pembayaran sebagai bagian dari kepedulian

Bank Sentral secara keseluruhan terhadap stabilitas keuangan.

Untuk mengatasi kegagalan pasar dan upaya pencegahan terjadinya kegagalan pasar,

bank sentral terlibat dalam sistem pembayaran, kliring dan penyelesaian atau

settlements dengan cara yang berbeda. Dalam sistem tersebut, bank sentral memiliki

tujuan untuk:

o Mencegah risiko sistemik, untuk menjaga stabilitas keuangan;

o Mempromosikan efisiensi sistem pembayaran dan instrumen;

o Menjamin keamanan dan kepercayaan publik terhadap mata uang sebagai aset

pembayaran; dan

o Menjaga transmisi kebijakan moneter.

Untuk mencapai tujuan tersebut, bank sentral bertindak dalam berbagai kapasitas sebagai

berikut:

o Sebagai operator atau penyedia layanan pembayaran, bank sentral memiliki

dan mengoperasikan fasilitas menyediakan pembayaran, kliring jasa dan / atau

penyelesaian.

o Sebagai peserta atau pengguna sistem tersebut, bank sentral dapat

berpartisipasi atau menggunakan sistem yang dimiliki atau dioperasikan oleh

pihak eksternal.

o Sebagai otoritas pengawas, bank sentral mengawasi sistem pembayaran

berjalan dengan baik dan efisien.

Tidak ada standar yang jelas untuk kerangka peraturan yang seharusnya dibuat untuk

regulasi sistem pembayaran di negara Republik Turki. Terdapat model peraturan yang

berbeda dibandingkan dengan model peraturan sistem pembayaran yang lebih spesifik.

Dalam pelaksanaan mandatnya, kerangka hukum bank sentral mungkin saja belum memadai

digunakan sebagai dasar hukum yang benar-benar kuat bagi sistem pembayaran. Undang-

Page 41: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

41

Undang lain, biasanya di luar bidang bank sentral, mungkin memerlukan intervensi khusus

dari anggota parlemen untuk meningkatkan kesehatan dan efisiensi sistem pembayaran (yaitu

aturan tentang kepailitan, jaring dan pengaturan jaminan keuangan, undang-undang yang

berkaitan dengan kontrak, hubungan dengan debitur dan kreditur).

Saat ini diperlukan mandat yang lebih eksplisit dari bank sentral terhadap sistem pembayaran

yang harus tersirat dalam undang-undang sistem pembayaran tertentu. Undang-Undang harus

menetapkan mandat terhadap ruang lingkup tugas dari bank sentral secara tepat. Undang-

Undang harus memberikan dasar hukum yang memadai dalam mengawasi sistem

pembayaran yang dilakukan oleh bank sentral. Dalam hal ini, bank sentral harus lebih jelas

memisahkan tanggung jawabnya dalam mengoperasikan sistem pembayaran dan mengawasi

sistem pembayaran.

DASAR HUKUM SISTEM PEMBAYARAN

Dasar hukum terkait dengan pembayaran dan infrastruktur settlement di Turki:

o UU Bank Sentral Republik Turki (UU No.1211)

o Ketentuan mengenai operasional Sistem Pembayaran dan Perjanjian

Partisipasi

The CBRT, sebagai lender of last resort dapat, menyediakan intraday atau fasilitas kredit

harian terhadap sistem pembayaran (TIC-RTGS) sebagai agunan dalam rangka

menghilangkan masalah teknis pembayaran yang dapat menghambat fungsi dari pasar

keuangan, dan kekurangan likuiditas sementara yang dapat menyebabkan gangguan dalam

sistem pembayaran.

Dalam rangka untuk memenuhi kekurangan likuiditas sementara dan untuk mengurangi risiko

likuiditas dalam sistem pembayaran (TIC-RTGS), CBRT menyediakan fasilitas likuiditas

intraday bagi kalangan perbankan, sejak Juli 1999 dan fasilitas late liquidity window facility,

sejak Juli 2002, kedua fasilitas tersebut secara penuh memiliki jaminan.

CBRT dapat memperpanjang fasilitas kredit kepada bank-bank yang memiliki masalah

ketidakpastian dan kurangnya kepercayaan dari nasabah dalam hal percepatan penarikan dana

dan ketidakpastian serta kurangnya kepercayaan dalam sistem perbankan, dalam jumlah

untuk menutupi penarikan dana, dengan kondisi yang akan ditentukan oleh CBRT.

Page 42: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

42

Dalam hal kepailitan bank, dimana CBRT memperpanjang fasilitas kredit sesuai dengan

ketentuan ini, CBRT harus berpartisipasi terhadap aset yang berasal dari bank yang

mengalami kebangkrutan sebelum dinyatakan bangkrut (bankrupt’s estate) sebagai kreditur

istimewa atas jumlah fasilitas kredit yang diperpanjang dan kepentingan yang berkaitan

dengan hal tersebut.

CBRT menyediakan dukungan penuh terhadap fasilitas likuiditas agunan kredit (bantuan

likuiditas darurat) kepada bank-bank yang tidak likuid tetapi solvent dan mengalami

ketidakpastian serta kekhawatiran mengenai kesehatan bank, dalam hal terjadi peningkatan

ketidakpastian terhadap keamanan serta kesehatan sistem perbankan .

Dasar hukum terkait dengan pembayaran dan infrastruktur settlement di Turki:

o UU Perbankan (No.5411)

o UU Pasar Modal (No.6362)

o UU Check (No.5941)

o UU Kartu Kredit dan Kartu Debit Bank dan Hukum Kartu Kredit (No.5464)

o UU Keuangan Publik dan Pengelolaan Utang (No.4749)

o Turki Commercial Code (No.6102)

UU menyatakan bahwa Bank Sentral harus diberdayakan untuk mengatur dan mengawasi

sistem dengan Juridical Personality untuk memastikan bahwa check antar cabang bank dapat

diselesaikan. Bank Sentral dapat mengalihkan wewenang ini ke bank lain yang dianggap

tepat dimana tidak terdapat kantor cabang. Pembentukan dan pengoperasian sistem kliring

diatur oleh Bank Sentral. CBRT telah menerbitkan sebuah komunike dalam Berita Resmi,

serta menentukan prinsip-prinsip dan prosedur penerbitan check, membuka rekening check

serta kliring check.

Upaya untuk membuat undang-undang sistem pembayaran yang terpisah telah dimulai pada

tahun 2008, setelah bekerja intensif selaman 5 tahun UU No: 6493 diberlakukan pada tahun

2013. Sementara Sistem Pembayaran sedang disusun, Uni Eropa Directive juga

Page 43: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

43

dipertimbangkan untuk menyelaraskan Undang-Undang Turki dengan Uni Eropa terkait

sistem pembayaran, layanan pembayaran, serta uang elektronik.

UU Sistem Pembayaran mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup UU yang mengatur prinsip-

prinsip dan prosedur dari: (a) sistem pembayaran dan settlement surat berharga, (b) Jasa

pembayaran, (c) skema uang elektronik. Kegiatan operator sistem pembayaran dan settlement

surat berharga, serta penyedia layanan pembayaran dan lembaga uang elektronik tunduk pada

ketentuan UU Sistem Pembayaran.

Dalam UU memasukan istilah layanan pembayaran, yang tidak didefinisikan dalam undang-

undang Turki sebelumnya, dan mengatur lembaga yang menyediakan layanan pembayaran,

yang tidak diklasifikasikan dengan cara apapun, dengan nama penyedia layanan pembayaran.

UU mendefinisikan lembaga uang elektronik dan lembaga pembayaran yang didirikan

berdasarkan UU Sistem Pembayaran serta termasuk dalam UU Perbankan sebagai penyedia

layanan pembayaran, menetapkan bahwa lembaga pembayaran bersedia untuk beroperasi di

bidang layanan pembayaran berdasarkan UU Sistem Pembayaran harus mendapatkan izin

dari BRSA.

Bank-bank yang beroperasi sesuai dengan UU Perbankan dan lembaga uang elektronik yang

didirikan oleh UU ini dianggap sebagai lembaga yang diizinkan untuk mengeluarkan uang

elektronik. Selebihnya dilarang terlibat dalam menerbitkan operasi uang elektronik. UU

mengatur lembaga uang elektronik yang didirikan untuk pertama kalinya dengan UU ini

harus mendapat izin dari BRSA. Namun, UU tersebut juga menetap bahwa perbankan dapat

menerbitkan uang elektronik tanpa izin dari BRSA.

Perizinan dan pengawasan lembaga pembayaran dan lembaga uang elektronik harus

dilakukan oleh BRSA. Selain itu, UU menetapkan bahwa pendapat dari Bank Sentral harus

dicari untuk pengaturan yang relevan dan mengatur bahwa BRSA dan Bank Sentral harus

bertukar pendapat dan informasi dalam prakteknya. Selain itu, telah ditetapkan bahwa

prinsip-prinsip dan prosedur mengenai operasional dan pengawasan lembaga pembayaran

dan lembaga uang elektronik akan diatur oleh peraturan yang akan dikeluarkan oleh BRSA.

Page 44: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

44

UU juga mengatur pelanggaran yang dapat dideteksi oleh Bank Sentral dan langkah-langkah

untuk diterapkan. Tergantung pada beratnya pelanggaran dalam sistem operasi, Bank Sentral

memiliki kewenangan untuk:

o Memberikan jangka waktu yang wajar bagi operator sistem pembayaran untuk

menghilangkan penyebab pelanggaran,

o Mengharuskan operator sistem pembayaran untuk menerapkan langkah-

langkah seperti jaminan atau collateral pool dan mekanisme jaminan untuk

melakukan settlement atau penyelesaian,

o Meminta peserta tertentu untuk dilarang dalam sistem pembayaran,

o Menghentikan sementara izin operasi sampai masalah teratasi,

o Mencabut izin operasi,

o Untuk sementara waktu mengambil alih pengelolaan operator sistem

pembayaran untuk memastikan kelancaran transaksi dan tidak adanya

gangguan transaksi dalam sistem.

Otoritas utama di bidang pembayaran sehubungan dengan UU Sistem Pembayaran dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

LicensingOversight/

Supervision

Payment Systems CBRT CBRT

Securities Settlement Systems

CBRT CBRT

Payment Institutions BRSA BRSA

E-Money Institutions BRSA BRSA

Keterangan:

1. CBRT = TCMB

2. BRSA = BRSA

Page 45: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

45

D. SAVING DEPOSIT INSURANCE FUND (SDIF)

Dalam Pertemuan dengan Saving Deposit Insurance Fund delegasi diterima oleh Mr. Cagri

Seyfi sebagai Department Head, Mr. Bulent Navruz sebagai Senior Fund Expert, Ms. Cigdem

Akdag sebagai Senior Fund Expert dan Ms. Evrim Apan Ceylan sebagai Senior Fund Expert.

Pertemuan dengan SDIF dilakukan di kantor SDIF yang berlokasi di Kota Istambul.

Presentasi dilakukan oleh Mr. Cagri Seyfi tentang Tinjauan Umum Sistem Asuransi

Tabungan di Turki.

Aturan hukum pertama kali yang terkait dengan perlindungan tabungan adalah Undang-

Undang tentang Perlindungan Tabungan No. 2243 tanggal 30 Mei 1933. Menurut UU ini,

deposito yang bank memiliki sebagai persyaratan cadangan (reserve requirement) di Bank

Sentral dianggap sebagai jaminan terhadap tabungan yang ada di perbankan. Setelah itu,

jumlah 40% dari tabungan yang dimiliki oleh deposan dapat diterima sebagai klaim istimewa

atas semua surat berharga yang ada di aset bank yang bersangkutan, ketentuan ini ditetapkan

dalam Undang-Undang Bank tentang No. 2999 tanggal 1 Juni 1936 yang telah diamandemen

melalui UU No. 2243, dimana dalam kasus kebangkrutan harus segera dibayarkan kepada

deposan tanpa menunggu hasil likuidasi.

Rasio tersebut meningkat menjadi 50% menurut Undang-Undang Bank No. 7129 tanggal 23

Juni 1958. Perubahan yang signifikan telah dibuat melalui Undang-Undang Bank No. 7129

oleh Undang-Undang No. 153 tanggal 1960 dan Dana Bank Likuidasi didirikan dengan

menerima atau membolehkan prinsip likuidasi bertahap bagi perbankan.

SDIF didirikan dengan Undang-Undang Bank No. 70 tanggal 22 Juli 1983, yang

membatalkan UU No. 7129. Tugas pengadministrasian dan mewakili dana diberikan kepada

Bank Sentral dengan regulasi yang disiapkan oleh Kementerian. Keputusan tentang SDIF

disahkan melalui Undang-Undang Bank No. 3182 tanggal 25 April 1985. Dengan Keputusan

Hukum No. 538 tanggal 16 Juni 1994 Dana penjaminan dibebankan dalam upaya

memperkuat dan melakukan restrukturisasi struktur keuangan dari bank bila diperlukan selain

mengasuransikan tabungan.

Undang-Undang Bank No. 4389 tanggal 18 Juni 1999 menyatakan bahwa Dana cadangan

harus diadministrasikan dan diwakili oleh BRSA. BRSA didirikan pada tanggal 23 Juni 1999

Page 46: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

46

dengan status badan hukum publik dan otonom dalam hal administrasi dan keuangan. BRSA

didirikan untuk memastikan bahwa pelaksanaan Undang-Undang harus sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku serta mengawasi dan menyimpulkan aplikasi tersebut, dan

untuk memastikan bahwa tabungan dilindungi. BRSA melaksanakan kewenangannya sesuai

dengan ketentuan dalam Undang-Undang Bank. BRSA dapat mengeluarkan peraturan dalam

batas kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang sesuai dengan pasal 03/01 UU Bank

No. 4389 dimana BRSA memulai beroperasi pada 31 Agustus 2000.

Penjaminan dana nasabah pertama kali dilakukan oleh Bank Sentral yang kemudian

dilanjutkan atau dialihkan ke BRSA. Administrasi dan representasi dari dana jaminan

memiliki badan hukum pada tahun 1983. Ketentuan tersebut ditetapkan dengan Undang-

Undang Bank No. 5020 tentang Pembuatan Amandemen Undang-Undang Bank dan

Beberapa Undang-Undang pada tanggal 26 Desember 2003. Berdasarkan Undang-Undang

tersebut, SDIF menjadi badan hukum yang terpisah dari BRSA dan mengunakan pendekatan

Risk Based Premium. Pada tahun 2005, berdasarkan Undang-Undang Bank No. 5411 dimana

SDIF mendapatkan tugas dan tanggung jawab tambahan.

Misi SDIF adalah dalam rangka memberikan kontribusi untuk keamanan dan stabilitas sistem

keuangan, menjamin deposito dan dana partisipasi serta menyelesaikan permasalahan bank

dan aset yang di transfer ke SDIF dengan cara yang paling efisien. Mandat dan kewenangan

SDIF tertuang dalam Undang-Undang Perbankan No: 5411 dan Regulasi yang diatur dalam

SDIF. Kewenangan SDIF yanga ditetapkan oleh UU, fokus pada tiga bidang Perbankan yaitu:

asuransi tabungan, Resolusi dan Pemulihan Bank

Dalam rangka melindungi kesehatan dan keselamatan sistem keuangan sekaligus melindungi

hak-hak dan manfaat dari deposan, SDIF melakukan hal-hal dibawah ini:

Menetapkan kebijakan asuransi deposito

Menjamin tabungan dan dana partisipasi

Menyelesaikan bank yang diserahkan kepada SDIF

Mengeksekusi dan menyimpulkan transaksi tindak lanjut dan koleksi piutang SDIF

Mengelola aset dan sumber daya

Page 47: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

47

Tanda tangan MoU dengan badan yang berwenang dari negara-negara lain dan

menjadi anggota organisasi keuangan, ekonomi dan profesional internasional

Meminta informasi dan dokumen dari lembaga-lembaga publik, lembaga, perorangan

dan badan hukum yang diperlukan.

Melakukan perjanjian dengan debitur dalam rangka mempertahankan efisiensi proses

pemulihan

Fungsi utama dari SDIF dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Regular PhaseResolution Phase

Post Resolution Phase

Deposit Insurance

Early Warning/ Resolution Preparation

RecoveryResolution (9+3 months)

Cost efficiency

Dalam fase reguler, SDIF melakukan fungsi asuransi tabungan dan Peringatan Dini / Resolusi

Persiapan. Dalam fase resolusi, SDIF melakukan selama 9 + 3 bulan dan pada fase setelah

resolusi, SDIF melakukan pemulihan.

Dalam melaksanakan fungsinya dalam hal asuransi tabungan, SDIF menerapkan diferensial

(risk-adjusted) premi, menghitung dan menaikkan premi, pengaturan cakupan asuransi

deposito. Sedangkan dalam hal peringatan dini, SDIF melakukan Risk monitoring dan Risk

assessment. Dalam fase resolusi, SDIF berperan dalam menangani bank gagal, melakukan

penggantian terhadap deposan yang mengasuransikan tabungannya, dan resolusi terhadap

bank gagal. Dalam fase resolusi, SDIF melakukan resolusi terhadap Non Performing Loan

dengan melakukan penjualan aset, Rescheduling, dan tindak lanjut proses hukum.

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB SDIF

Melakukan pengembalian tabungan deposan

Menghitung dan menaikkan premi

Perkiraan risiko

Menerapkan premi diferensial (risk-adjusted)

Page 48: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

48

Pemantauan risiko

Menangani bank gagal

Pemeriksaan tidak langsung (off site)

Pemeriksaan langsung (on site)

Intervensi yang berhubungan dengan bank yang menjadi anggota SDIF

STRUKTUR ORGANISASI SDIF

SDIF beroperasi sebagai badan hukum yang otonom. Dewan Dana adalah badan pembuat

keputusan SDIF dan terdiri dari tujuh anggota. Ketua Dewan Dana juga Presiden SDIF. SDIF

beroperasi secara independen dalam memenuhi mandatnya. Resolusi dari SDIF mungkin

tidak diawasi untuk kesesuaian. Tidak ada organisasi, otoritas atau orang dapat mengeluarkan

perintah atau instruksi untuk mempengaruhi keputusan Dewan. Tugas dari Presiden dan

Anggota Dewan tidak dapat dihentikan sebelum masa jabatannya.

SISTEM ASURANSI TABUNGAN DI TURKI

Gambaran umum sistem asuransi tabungan yang ada di negara Republik Turki adalah sebagai

berikut:

Manajemen memiliki Badan hukum yang otonom.

Page 49: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

49

Keanggotaan Wajib bagi semua bank yang beroperasi di Turki.

Pembayaran premi secara ex-ante dimana kontribusi dari bank peserta dilakukan

sebelum muncul bank yang dicabut izin usahanya (ex-ante) dengan melalui premi dan

penerimaan lainnya yang diakumulasikan sebagai cadangan penjaminan. Beberapa

keuntungan dari pendanaan secara ex-ante, antara lain: penjamin simpanan

mempunyai sumber dana yang aman dan likuid, proses pembayaran klaim dapat

segera dilakukan sehingga akan meningkatkan kredibilitas penjamin simpanan dan

kepercayaan masyarakat.

Sistem Premi berdasarkan Risk-based premium, dimana premi ditetapkan dengan

persentase yang berbeda sesuai dengan tingkat risiko kegagalan masing-masing bank.

Jenis Tabungan yang tertanggung adalah tabungan perorangan yang ada di bank /

cabang yang beroperasi di Turki baik dengan mata uang Turkish Lira (TL) maupun

mata uang asing dan logam mulia (emas, perak, platinium, paladium).

Limit tabungan sebesar TL 100,000 atau USD 35,000 atau EUR 30,000.

Jumlah keanggotaan adalah 39 bank.

Adapun Profil keanggotaan sampai dengan 30 September 2015 adalah sebagai berikut :

Total Aset USD 787 miliar

Jumlah Total Simpanan USD 417 miliar

Jumlah tabungan yang dijamin USD 110 miliar

Dana asuransi deposito USD 6,9 miliar

Tabungan yang dijamin / Jumlah Simpanan 26,32%

Jumlah Deposan yang ditanggung / Jumlah

Deposan

91%

Rata-rata CAR 14,65%

Jumlah Bank 29

Jumlah kantor cabang 12.205

Jumlah Personil 211.834

Dana asuransi tabungan di SDIF terlihat mengalami peningkatan yang siknifikan yang

dimulai dari total USD 1,462 pada tahun 1999 meningkat menjadi USD 7,053 pada kuartal ke

Page 50: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

50

III tahun 2015. Walaupun terjadi penurunan yang juga sangat siknifikan pada tahun 2002

dimana terjadi penurunan dana asuransi tabungan dari total USD 2,741 pada tahun 2001

menjadi USD 342 pada tahun 2002, namun sampai saat ini secara total selalu mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun yang dimulai dari tahun 2002 seperti yang terlihat pada tabel

di bawah ini.

1.4622.240

2.741

342 778 1.1751.657

2.139

3.272 3.4564.304

5.113 5.234

6.549 6.767 6.905 7.053

Deposit Insurance Reserve (USD Million)

2,7 33,4

4,24,9

5,46,2

7,3

5,76,4 6,3

0,89 0,99 1 1,2 1,3 1,4 1,4 1,6 1,6 1,8 1,7

0

2

4

6

8

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015/III

Deposit Insurance Reserve/Insured Deposit(%) Deposit Insurance Reserve/Total Deposit(%)

Aspek lain dari stabilitas keuangan adalah kesadaran masyarakat terhadap asuransi tabungan

Page 51: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

51

Praktek yang baik dari SDIF terjadi pada saat krisis keuangan tahun 2000-2001 yang

membantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap asuransi simpanan dan

kepercayaan masyarakat terhadap SDIF. Selama krisis semua deposan bisa mengakses

tabungan mereka karena semua deposito diasuransikan oleh SDIF.

Pada saat krisis keuangan yang terjadi antara tahun 2000 sampai dengan 2001 jumlah bank

yang berhasil di selesaikan dan dilikuidasi berjumlah 25 Bank. 4 Bank berhasil dijual oleh

SDIF, 6 bank dilakukan merger dan dijual, 8 bank dilakukan merger dengan kondisi tidak

baik, 1 bank diubah menjadi bank publik, dan 6 bank dilikuidasi.

SDIF memiliki sebuah proyek bernama The Shelf-Cleaning Project atau proyek pembersihan

diri dilengkapi dengan arsip digital yang dibentuk sebagai kisah resolusi bank pada saat krisis

keuangan tahun 2000-2001. Dalam proyek tersebut jumlah arsip digital terdiri dari 50.995

halaman dan 4.661 dokument. Sedangkan untuk buku Resolusi bank SDIF berjumlah 20 buku

yang terdiri dari 19 buku terkait dengan 25 bank dan 1 buku metodologi pengalaman resolusi

SDIF.

JARING PENGAMAN KEUANGAN DI REPUBLIK TURKI

SDIF merupakan bagian dari Jaring Pengaman Sistem Keuangan yang ada di Republik Turki

seperti yang dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

Lender of Last Resort

Public Sources of

Funds

Deposit Insurance & Resolution

Regulation and

Supervision

F I N A N C I A L S A F E T Y N E T

FINANCIAL STABILITY

Safe and Sound Banking System

Confidence in Banking Sector

via Protection of Depositors

(CBRT)(BRSA) (Treasury) (SDIF)

Empat peserta utama dari Jaring Pengaman Keuangan di Republik Turki adalah BRSA,

CBRT, Kementerian Keuangan dan SDIF. BRSA bertanggung jawab terhadap pengaturan dan

pengawasan, CBRT berfungsi sebagai Lender of Last Resort, Kementerian Keuangan sebagai

Page 52: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

52

penyedia dana publik dan SDIF berfungsi sebagai asuransi tabungan dan resolusi terhadap

bank gagal.

KERJASAMA DAN KOORDINASI ANTARA OTORITAS DALAM JARING

PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DI REPUBLIK TURKI.

Undang Undang perbankan memberikan tanggung jawab dan kekuasaan untuk melakukan:

1. Berbagi database dan informasi dengan persetujuan memberikan data antar otoritas

dan masing-masing otoritas harus merahasiakan data yang diterima.

2. Melakukan pertemuan rutin, dimana masing-masing otoritas melakukan pertukaran

informasi dan pandangan, memberikan saran terhadap kebijakan umum serta

melakukan deteksi terhadap risiko sistemik.

3. Standing Committees, yang terdiri dari komite koordinasi, Komisi Sektor Keuangan

dan Komite Stabilitas Keuangan.

Adapun Kerangka hukum dari Jaring Pengaman Keuangan terdiri dari:

1. Komite Koordinasi, komite ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Bank No. 5411

Pasal 100 dalam rangka berbagi informasi tentang: gambaran umum dari sistem

perbankan, langkah-langkah yang harus diambil, hasil analisis Bank dapat

mempengaruhi perhitungan premi berbasis risiko, dan tabungan. Komite ini paling

sedikit melakukan pertemuan setiap empat bulan. Komite ini terdiri dari ketua dan

wakil ketua SDIF dan BRSA.

2. Komite Sistem Keuangan, komite ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Bank

Pasal 99 dalam rangka: mendiskusikan hal-hal yang dapat mempengaruhi masa depan

sektor keuangan, mengembangkan kebijakan umum dan melakukan pertemuan

sedikitnya dua kali setahun. Komite ini terdiri dari wakil-wakil dari SDIF, BRSA,

Bank Sentral Republik Turki, Turkish Treasury, dan Capital Markets Board (CMB),

dan lain sebaginya.

3. Komite Stabilitas Sistem Keuangan, komite ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Struktur dan Tugas Undersecretariat of Treasury no. 4059, Klausul tambahan 4

dalam rangka, menentukan dan memantau risiko sistemik, mengidentifikasi langkah-

langkah yang diperlukan dan usulan kebijakan untuk memitigasi risiko,

memperingatkan instansi terkait tentang risiko sistemik, mengevaluasi rencana

manajemen risiko sistemik, mengkoordinasikan manajemen risiko sistemik. Komite

Page 53: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

53

ini terdiri dari wakil-wakil dari SDIF, BRSA, TCMB, Kementerian Keuangan dan

Dewan Pasar Uang (CMB).

PROSES RESOLUSI BANK DI REPUBLIK TURKI

Proses penyelesaian dimulai dengan intervensi BRSA terhadap bank gagal. BRSA memiliki

kewenangan untuk mencabut lisensi perbankan atau mentransfer bank yang bermasalah

kepada SDIF. Dalam proses ini, jika kondisi keuangan bank memburuk, BRSA mewajibkan

bank untuk mengambil beberapa langkah-langkah dalam upaya untuk memperbaiki kondisi

keuangan bank. Menurut Undang-Undang Bank pasal 68, 69, 70 BRSA dapat memanggil

direksi bank terkait untuk mengambil langkah-langkah perbaikan kondisi keuangan,

rehabilitasi, pembatasan dengan jangka waktu yang ditentukan oleh BRSA. Dengan tetap

melakukan koordinasi mengenai perkembangan bank yang bermasalah dengan SDIF. Jika

kondisi keuangan bank tidak membaik meskipun sudah ada tindakan yang diambil, Dewan

BRSA dapat memutuskan untuk mentransfer manajemen dan kontrol bank kepada SDIF.

PROSES RESOLUSI BANK BERMASALAH

Dewan BRSA berwenang untuk memindahkan manajemen bank dan mengendalikan bank

gagal kepada SDIF beserta hak-hak pemegang saham kecuali dividen untuk tujuan

mentransfer, menjual atau penggabungan bank sepenuhnya atau sebagian. Dewan SDIF

membuat keputusan tentang apakah akan mengambil alih saham atau tidak dengan

melakukan evaluasi apakah dana sementara diperlukan untuk mendorong stabilitas keuangan

dan untuk menerapkan opsi resolusi yang paling baik dalam mencapai tujuan melakukan

resolusi bank bermasalah.

Dewan SDIF memperhitungkan kondisi keuangan bank dan biaya serta manfaat dari

mengambil alih saham bank. Proses resolusi bank bermasalah tersebut dapat dilihat dari

gambar dibawah ini, dimana SDIF melakukan atau memohon proses kebangkrutan terhadap

bank bermasalah atas nama deposan.:

Page 54: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

54

PENDANAAN BANK BERMASALAH (RESOLUTION FUND)

Sumber pendanaan berasal dari pendapatan dan pinjaman, dimana sumber dana yang berasal

dari pendapatan terdiri dari pembayaran premi asuransi, denda, biaya dari pengalihan saham

Bank dan entri ke Sistem Perbankan, dan pendapatan lain-lain, serta pendapatan dari dana

cadangan. Sedangkan sumber dana yang berasal dari pinjaman terdiri dari pinjaman dari

Kementerian Keuangan, pinjaman dari Bank Sentral, pembayaran dibayar dimuka

pembayaran premi asuransi dari perbankan.

Dana-dana yang bersumber dari pendapatan SDIF tersebut digunakan untuk anggaran

pengeluaran dan dana-dana yang berasal dari pinjaman digunakan untuk membayar nasabah

yang ditanggung oleh SDIF dan Dana Partisipasi serta untuk aktifitas resolusi bank gagal.

Dalam hal dana back up yang berasal dari pinjaman, SDIF dapat melakukan pinjaman setelah

mendapatkan otorisasi dari Kementerian Keuangan atau meminjam surat berharga

pemerintah dari Kementerian Keuangan jika dipandang perlu. Pembayaran dimuka dapat

diterima dari kalangan perbankan yaitu sebesar sampai dengan total premi asuransi yang

dibayar oleh mereka pada tahun sebelumnya, yang akan dipotong dari kewajiban premi

periode berikutnya. Dalam kasus-kasus darurat di mana sumber daya SDIF tidak dapat

memenuhi kebutuhan, Bank Sentral dapat memberikan uang muka kepada SDIF.

ASURANSI TABUNGAN DALAM KRISIS KEUANGAN GLOBAL

Stabilitas sistem keuangan Turki tidak terkena dampak negatif dari Krisis Keuangan Global

akibat reformasi keuangan yang diberlakukan setelah krisis keuangan yang terjadi pada

Page 55: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

55

tahun 2000-2001. Kewenangan SDIF dalam hal batas maksimum penjaminan simpanan dan

cakupan asuransi tabungan telah dialihkan kepada Dewan Menteri untuk sementara waktu.

Namun sampai saat ini, tidak ada keputusan yang dibuat oleh Dewan Menteri dalam rangka

meningkatkan cakupan asuransi tabungan dan batas maksimum penjaminan simpanan selama

krisis.

Pada masa krisis ekonomi global amandemen yang dibuat terhadap sistem premi berbasis

risiko atau risk based premium mencakup:

Faktor ukuran perbankan telah dimasukkan dalam sistem premi berbasis risiko

sebagai indikator tingkat risiko sistemik yang diakibatkan oleh perbankan.

Faktor risiko likuiditas tambahan seperti rata rata jatuh tempo simpanan, rasio

likuiditas dan bank-dependent liabilities ratio telah dimasukkan dalam sistem premi

berbasis risiko.

Komite Stabilitas keuangan didirikan untuk memperkuat koordinasi dan platform kerjasama

untuk manajemen krisis dan masalah risiko sistemik.

RENCANA AKSI BANK GAGAL

Rencana Aksi Bank Gagal dikembangkan oleh SDIF untuk mengambil alih manajemen bank

gagal dengan segera dan memulai proses penyelesaian secara efektif. Adapun tujuan dari

rencana aksi terhadap bank gagal adalah sebagai berikut:

Untuk menentukan langkah yang diperlukan

Untuk memprioritaskan rencana aksi tersebut

Untuk menentukan staf yang bertanggung jawab dan metode yang digunakan

Untuk meminimalkan resiko-resiko kerugian

Adapun rencana aksi bank gagal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Page 56: L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK …...1 L A P O R A N KUNJUNGAN KERJA PANJA RUU BANK INDONESIA KOMISI XI DPR RI KE REPUBLIK TURKI 17 NOVEMBER – 22 NOVEMBER 2015 I. PENDAHULUAN

56

Informs SDIF with regard to the take over

decision

PAYMENT BANK

SDIF CRISIS

COORDINATIONCENTER

BRSA

RELATED DEPARTMENTS

BANK SDIFTEAM

BANK TEAM

Meskipun Turki telah melakukan reformasi keuangan di awal tahun 2000-an, krisis

keuangan global baru-baru ini membuka area baru di mana diperlukan reformasi lebih lanjut.

Saat ini, BRSA dan SDIF sedang bekerja sama untuk menentukan kebutuhan regulasi untuk

meningkatkan intervensi dan proses penyelesaian sesuai dengan standarts internasional,

seperti FSB Key Attributes, merevisi IADI Core Principles dan EU Directives yang baru.

III. PENUTUP

Demikian laporan kunjungan teknis Panja RUU Bank Indonesia Komisi XI DPR RI ke

Republik Turki yang dapat kami sampaikan, semoga hasil kunjungan kerja ini dapat

bermanfaat dalam rangka penyusunan RUU tentang Bank Indonesia.

Ketua Delegasi Kunjungan Kerja

Panja RUU Bank Indonesia Komisi XI DPR

RI ke Republik Turki,

ttd

H. Jon Erizal, SE, MBA