PP Kelompok

10

Click here to load reader

description

tugas kelompok orde baru

Transcript of PP Kelompok

Page 1: PP Kelompok

Nama : Tomi Setianto NPM. 170110130021 / A

Arief Nurhastiana NPM. 170110130041 / A

Muhammad Haekal NPM. 170110130091 / A

Review Perencanaan Pembangungan

Orde Lama

Pada mulanya, pembangunan di Indonesia pada masa orde lama bertujuan

membentuk sebuah masyarakat sosialis Indonesia yang berdasarkan pancasila.

Sosialisme Indonesia adalah suatu ajaran dan gerakan tentang tata masyarakat yang

adil dan makmur berdasarkan pancasila. Dalam anggaran belanja dan rencana

DEPERNAS tahun 1961, seluruh anggaran negara diperuntungkan sebagai alat

pembentuk masyarakat sosialis Indonesia. Anggaran tersebut dibagi menjadi dua,

yaitu anggaran pendapatan dan belanja rutin dan anggaran untuk pembangunan yang

mana disediakan uang sebesar 30 miliar.

Pembangunan tersebut pun bertahap, dari tahun 1961 – 1969 yang mencakup

335 proyek pembangunan terkonsentrasi dalam 8 macam-macam bidang seperti

bidang agama, penelitian kesejahteraan rakyat, pemerintahan, kemanan, pertahanan

dan lain-lain. Rencana pembangunan DEPERNAS berisikan tripola, yaitu pola proyek

pembangunan, pola penjelasan pembangunan, pola pembiayaan pembangunan, yang

meletakan dasar-dasar bagi dua rangakain kesatuan pembangunan, yakni rohaniah

dan jasmaniah. Syarat pokok pembangunan rohaniah adalah menegakkan kembali

kepribadian dan kebudayaan Indonesia yang berdasarkan semangat demokrasi -

ekonomi terpimpin dan gotong royong. Lalu syarat ajaran pokok untuk pembangunan

tata perekonomian nasional adalah pembebasan berjuta-juta kaum tani dan rakyat

pada umumnya dari pengaruh kolonialisme, imperialism, feodalisme dan kapitalisme.

Masyarakat sosialis Indonesia pun menjadi cita-cita bangsa. Seperti yang

digambarkan oleh DEPERNAS bahwa cita-cita tentang masyarakat sosialis Indonesia

menggambarkan suatu masyarakat, yang tertib, aman tentram dan sejahtera, dimana

orang-orangnya ramah-tamah, berjiwa kekeluargaan dan bersemangat gotong-royong

serta berkesadaran bekerja. DEPERNAS juga merumuskan mengenai manusia

sosialis, politik dan ekonomi sosialis. Tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan

pancasila adalah tuntutan amanat penderitaan rakyat Indonesia yang mana

merupakan suatu amanat tentang penderitaan dari segenap rakyat Indonesia seperti

Page 2: PP Kelompok

diakibatkan oleh keganasan dan kezaliman imperalisme, kolonialisme dan feodalisme

yang telah lamanya melakukan penghisapan, penjajahan, perbudakan, penistaan dan

pengekangan yang menimbulkan berbagai masalah di Indonesia.

Dalam keanggotaan DEPERNAS, keanggotaannya terdiri dari golongan-

golongan karya khusus, baik dari karya angkatan bersenjata, buruh, tani, pengusaha

nasional, alim ulama dan sebagainya. Anggota-anggota DEPERNAS adalah putra-putri

revolusi dan putra-putra rakyat yang mengutamakan keanggotaanya untuk golongan-

golongan karya yang berakar dimasyarakat dan ditengah-tengah rakyat, tanpa

mengabaikan nasehat dan pendapat para ahli dan para expert. Dan hasil karya

DEPERNAS bersifat sosialistis yang mana mencerminkan kesatuan bulat sesuai

dengan pancasila yang mana sebagai alat pemersatu bagi seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila adalah aliran sosialisme, hal tersebut terkandung dalam pembukaan

UUD 1945 alinea ke-4. Yang salah satunya menyatakan penjajahan di dunia harus

dihapuskan, secara jelas hal itu mengutuk kolonialisme. Juga dalam alinea ke-2 yang

dimaksud adalah pergerakan rakat yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia yang

mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang negara Indonesia yang

merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Juga pancasila merupakan aliran

sosialisme tertuang dalam keseluruhan 37 pasal dari UUD 45 terutama di bagian pasal

33 yang salah satunya berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasar atas azas kekeluargaan”. Juga terbukti dalam pidato Presiden Soekarno

dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 di Gedung Pejambon Jakarta yang mana

peristiwa tersebut melahirkan Pancasila.

Pancasila juga secara tegas menyatakan anti kolonialisme, imperialisme dan

kapitalisme. Kolonialisme sendiri merupakan rangkaian nafsu bangsa untuk

menaklukan bangsa lain dibidang politik, sosial-ekonomi dan kebudayaan yang mana

seperti yang kita ketahui bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan perikemanusiaan.

Kolonialisme sendiri pada awalnya disebabkan oleh kapitalisme yang bersumber dari

negera-negara eropa barat yang pada akhirnya menjadi gerakan imperialis dan

kolonialis.

Dari hasil kolonialisme dan imperialisme di Indonesia, terlihat dampaknya yaitu

pada negara Indonesia yaitu kemelaratan dan kemiskinan umum. Maka dari itu

perjuangan kemerdekaan nasional melawan kolonialisme dan imperialisme adalah

Page 3: PP Kelompok

pada hakikatnya merupakan langkah awal dalam perjuangan membangun masyarakat

sosialis Indonesia.

Orde Baru

Masa “Orde Baru”, istilah yang dipakai untuk membedakannya dengan masa

“Orde Lama”. Istilah Orde Baru ini muncul setelah tumbangnya masa pemerintahan

Bung Karno. Masa Orde Baru, masa periode 1966-1998 menjadi masa di mana

penggunaan istilah “Pembangunan” menjadi sangat populer. Secara Garis besar,

ketika membahas pemerintahan orde baru, maka kita dapat langsung menghubngkan

atau menyangkutpautkan dengan pertumbuhan ekonomi, swasembada pangan, dan

berbagai peristiwa, kebijakan, maupun data-data yang kental dengan suasana

pembangunan

Masa Orde Baru adalah masa di mana Pembangunan Ekonomi terjadi di

Indonesia, ini terjadi karena keterpurukan ekonomi orde sebelumnya. Saat permulaan

Orde Baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi

nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan

negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pada masa awal Orde Baru ini, bisa

dikatakan pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat, mulai dari pendapatan

perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur, dll. Pemerintah gencar gencarnya

melakukan pembangunan ekonomi.

Masa Orde baru ini juga merupakan masa di mana menjadi kesempatan bagi

para kapitalis, kreditor dan investor asing untuk kembali ke Indonesia dengan dalih

“Pembangunan”. Soeharto pada akhir tahun 1966 mencoba mengambil langkah untuk

menangani keterpurukan ekonomi dan mengembalikan stabilitas ekonomi pada saat itu

pada saat itu dengan mencoba meyakinkan kembali para kreditor untuk mengatasi

krisis fiskal dan moneter pemerintah. Ini menjadi kesempatan bagi Amerika yang pada

saat itu diperintah oleh Johson.

Ketika Pemerintah Johnson mulai memodali rezim Soeharto, Pemerintah

mencanagkan tugas-tugas rezim itu dalam wacana modernisasi militer. Dengan

meruntuhkan PKI serta memperkuat genggaman pada kekuasaan, tentara

menyingkirkan hambatan utama yang menghalangi langkah-langkah keras yang

dipandang perlu oleh Washington untuk memulihkan kembali ekonomi dan

memunculkan angkatan bersenjata sebagai kekuatan dominan politik di Indonesia.

Page 4: PP Kelompok

Strategi Pemerintahan Johnson yang terbatas memaksa dia bekerja sama

dengan sekutu-sekutu AS untuk berbagai beban bantuan. Washington meminta IMF,

Bank Dunia, dan Bank Pembanguna Asia (ADB) sebagai mitra pembangunan dan

stabilitasi Indonesia. IMF dan Bank Dunia memberikan pinjaman utang luar negeri

kepada Indonesia untuk melaksanakan pembangunan.

Kembalinya para Investor Asing ke Indonesia untuk mengeksploitasi sumber

daya Indonesia khususnya industri nasional, minyak, industri bahan baku, tambang

guna memuaskan kelompok-kelompok elite yang mendominasi pemerintah (politisi,

pegawai negeri, militer dan pebisnis) dan para kapitalis dengan dalih “pembangunan”.

Pada bulan April 1967, beberapa minggu setelah dilantik sebagai Pejabat

Presiden RI, Jendral Soeharto memberikan ijin kepada sebuah perusahaan

pertambangan Amerika Serikat, Freeport Sulphur untuk melakukan exploitasi

pertambangan tembaga di gunung Ertsberg, yang terletak di Kabupaten Fakfak,

Propinsi Irian Barat, Payung hukum formal bagi Freeport untuk beroperasi di Indonesia

adalah Undang-undang No 1 tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, yang

disahkan pada tanggal 10 Januari 1967.

Fakta di atas mengindikasi adanya pemerintahan korporasi antara pemerintah

Soegarto dengan para Kapitalis Asing. Antara Freeport dan UU PMA 1967 ini memang

hubungannya sangat erat, kait-mengkait dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. UU

PMA ini bisa jadi bukan hanya merupakan Undang-undang yang menguntungkan bagi

para kapitalis asing.

Dan bahkan menurut seorang penulis Amerika, Bradley R. Simpson, UU PMA

1967 ini sejak awal perancangannya, telah melibatkan pihak asing, Amerika Serikat

khususnya, dalam merumuskan, menyusun dan mengkoreksi pasal-demi pasal sampai

pada saat pengesahannya. Inilah salah satu di balik pertumbuhan ekonomi yang pesat

di rezim Soeharto.

Kebijakan pemerintah Soeharto dalam pembangunan nasional khususnya

dalam Ekonomi, memunculkan gagasan Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Struktur

perekonomian selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah

sentralistis. Dalam struktur ekonomi yang sentralistik, pembuatan keputusan lebih

banyak ditetapkan pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintah.

Page 5: PP Kelompok

Namun pertumbuhan ekonomi yang pesat itu, berlangsung di bawah

pemerintahan Orde Baru yang sentralistik, otoriter, dan semakin represif. Pemimpin

dengan menjalankan pemerintahan semacam itu sering berdalih, bahwa pembangunan

ekonomi tidak mungkin berlangsung baik dalam suasana yang kacau dan partai-partai

politik umumnya saling ribut, hanya memikirkan politik dan tidak memikirkan

kepentingan nasional.

Reformasi

Liberalisasi yang paling radikal dalam bidang regulasi di bidang investasi pada

orde reformasi adalah dibentuknya UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(UUPM) menggantikan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 1968 dan

UU PMA tahun 1967. UUPM bertujuan untuk mempermudah investor asing untuk

berinvestasi di Indonesia yang mengakibatkan dominasi asing semakin menguat.

Banyak aktor internasional yang mempengaruhi UUPM di Indonesia, seperti WTO,

IMF, Bank Dunia, dan ADB karena Indonesia menerima bantuan dana dari mereka.

Akibatnya, aktor-aktor tersebut memberi persyaratan dengan meminta kepada

pemerintah Indonesia agar memudahkan dan memperlancar proses liberalisasi

ekonomi, khususnya liberalisasi investasi. Keterlibatan aktor-aktor internasional ini

dalam memberikan bantuan hanya baik di awal saja, karena meningkatkan

pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Akibat

liberalisasi ekonomi melalui UUPM dan aturan investasi dari produk reformasi, banyak

sektor strategis dari berbagai bidang di Indonesia seperti perbankan, energi, dan migas

dikuasai oleh investor asing karena liberalisasi, dan juga para aktor internasional tadi

mendesak aturan-aturan investasi yang pro asing, serta adanya komitmen liberalisasi

dari Indonesia karena tergabung dalam anggota WTO yang akan membuat kedaulatan

ekonomi Indonesia semakin hilang.

Pemerintah Orde Reformasi melalui UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak

dan Gas Bumi kini berusaha meningkatkan investasi swasta maupun asing untuk

masuk ke dalam usaha industri migas di tanah air yang mengakibatkan posisi

Pertamina jauh lebih powerless ( yang semula terintegrasi dari hulu hingga ke hilir) dan

pelemahan secara sistematis (secara kewenangan, penguasaan terhadap ladang-

ladang minyak dan kemampuan produksi). Banyak yang menilai UU Migas ini sangat

liberal karena berisi norma-norma neoliberal yang ditetapkan dalam IMF yang tertuang

dalam LoI. Kehadiran UU Migas telah menggeser peran monopolistik Pertamina,

melalui UU Migas baru ini juga Pertamina harus bersaing dengan perusahaan lain

Page 6: PP Kelompok

untuk mendapat wilayah eksploitasi migas di rumahnya. Kini banyak perusahaan asing

yang menguasai Minyak dan Gas Bumi di Indonesia, seperti Total, Conocco Philips,

Exxon Mobil, dll sehingga Pertamina kekurangan stok untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Perancangan UU Migas yang liberal ini banyak dipengaruhi negara lain,

khususnya Amerika Serikat (lewat lembaga donor yakni USAID) sebagai negara

superpower dunia yang memiliki banyak kepentingan. Di negara tujuan tempat pihak

asing melakukan investasi, mereka banyak mempengaruhi para pembuat kebijakan

sehingga banyak kebijakan di Indonesia yang menguntungkan kepentingan pihak

asing daripada kepentingan masyarakat umum. Implikasi nyata dari UU Migas adalah

Indonesia harus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.

Implikasi lainnya adalah banyaknya blok yang dikelola oleh selain Pertamina (pihak

asing) yaitu 120 blok dari 225 blok yang ada. Banyak pihak yang menginginkan revisi

bahkan pencabutan UU Migas ini karena dinilai menganut semangat neoliberlisme dan

adanya kepentingan asing yang besar di dalamnya.

Proses liberalisasi sektor pertanian di Indonesia melalui empat jalur yaitu

multialteral (WTO), Regional (AFTA, APEC), Bilateral, Unilateral (IMF, ADB), yang

masing-masing organisasi di dalamnya memiliki maksud tertentu untuk menguasai

Sumber Daya Alam di Indonesia. ADB (Asian Development Bank) merupakan

organisasi yang paling terlihat mempengaruhi kebijakan yang menyangkut pertanian

dengan memberi bantuan untuk mengembangkan pertanian dan strategi

pembangunan pedesaan. ADB berperan dalam absennya pembaruan Undang Undang

Pokok Agraria (UUPA No.5 Tahun 1960). ADB juga dilibatkan dalam beberapa

kegiatan RUU, seperti RUU Akuisisi dan RUU Pertanahan. Pemberian bantuan oleh

ADB ini bertujuan untuk intervensi, terutama dalam mengembangkan kerangka hukum

dan administratif untuk proyek-proyek yang menyangkut bidang pertanahan, termasuk

mengenai penggusuran dan akuisisi lahan. Dampak implementasi RUU Pertanahan ini

adalah semakin menyempitnya lahan pertanian karena konversi lahan untuk

penggunaan non-pertanian dan terancamnya kedaulatan pangan Indonesia. Serta

tidak ditujukan untuk pembaharuan agraria, tetapi untuk kepentingan investasi

asing/pembangunan infrastruktur. Hal lain yang berkaitan dengan reformasi agraria ini

adalah privatisasi sumber daya air Indonesia oleh pihak asing dan ADB salah satu

tokoh utamanya yang membiayai 21 proyek air di Indonesia sehingga ADB meminta

menaikkan tarif air (reformasi air), karena pengembangan infrastruktur sumber daya air

adalah aktivitas inti strategi ADB 2020. Privatisasi sumber daya air itu dituangkan

dalam RUU Sumber Daya Air yang diisyaratkan oleh Bank Dunia. Salah satu dampak

Page 7: PP Kelompok

diberlakukannya privatisasi sumber daya air melaui UU No. 7 Tahun 2014 adalah

merugikan para petani, karena biaya irigasi yang mahal yang didalamnya untuk dam

dan air. Kemudian di sektor kehutanan, pada tahun 2003 pemerintah mengajukan

bantuan teknis kepada ADB untuk meningkatkan produktivitas proyek tanaman

pohon/tanaman keras. Tujuan dari bantuan teknis ini adalah untuk mempersiapkan

suatu proyek investasi dengan tujuan utama meningkatkan kontribusi tanaman pohon

dalam perekonomian nasional dan mengurangi kemiskinan petani dengan

meningkatkan pendapatan petani. Pada tahun 2004 pemerintah membuat Perpu No.1

Tahun 2004 mengubah UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, dimana Perpu ini

memberikan kemungkinan kepada perusahaan tambang yang memiliki konsesi di

kawasan hutan lindung untuk melakukan eksploitasi. Liberalisasi pertanian di

Indonesia akan terus terjadi, karena tidak ada konsep sistem ekonomi yang jelas yang

didasari oleh national interest oleh para pembuat kebijakan.

Setelah era reformasi datang, bisnis ritel modern khususnya yang dikuasasi

asing di Indonesia semakin banyak terutama dengan adanya hypermarket dan

minimarket. Ada alasan liberalisasi ritel di Indonesia selain salah satu tuntutan dari LoI,

yaitu adalah menomorsatukan konsumen dengan memberikan produk yang lebih

murah dengan kualitas yang baik. Sebenarnya sudah banyak peraturan yang dibuat

untuk melindungi ritel tradisional milik masyarakat kecil (UMKM), tetapi peraturan yang

dibuat ini masih tidak efektif karena banyak dilanggar dan masih adanya keberpihakan

bukan kepada pedagang tradisional tetapi kepada investor asing yang ingin

berinvestasi ritel di Indonesia. Implikasi dari liberalisasi sektor ritel di Indonesia adalah

semakin menjamurnya ritel asing di Indonesia, seperti Giant, Circle-K, Carrefour, Lotte

Mart, Sogo, dll. Dengan semakin banyaknya ritel modern asing membuat tersingkirnya

usaha kecil ritel Indonesia yang menjadi tempat menggantungkan rakyat Indonesia

yang jumlahnya tidak sedikit, dan dengan harga dari ritel modern yang lebih rendah

dari ritel tradisional milik Indonesia membuatnya semakin tumbuh subur.