Potensi Senyawa Antifungal Jamur Basidiomycota...
Transcript of Potensi Senyawa Antifungal Jamur Basidiomycota...
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 843Banjarbaru, 20 Juli 2016
Potensi Senyawa Antifungal Jamur Basidiomycota IndigenusDAS Kahayan untuk Mengendalikan Fusarium oxysporum f.sp.Cubense
Rahmawati Budi Mulyani1, Adrianson Agus Djaya1 dan Patricia Erosa Putir2
1Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya2Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis jamur Basidiomycota yang memiliki aktivitasantifungal dan mampu menghambat perkembangan koloni pathogen F.o. cubense secara in vitro.Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis jamur makro Basidiomycota menghasilkansenyawa antifungal yang ditunjukkan adanya aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhankoloni patogen F. o. cubense dengan efektivitas penghambatan tertinggi terdapat pada Phellinussp. (53,80%), diikuti oleh Trametes sp 7 (39,92%). Sedangkan pada jenis lain efektivitasnyaberada di bawah 30% dan efektivitas penghambatan terendah sebesar 3,46 % terdapat pada jenisPolyporus xanthopus.
Kata Kunci : Basidiomycota, Antifungal, Penyakit Layu Fusarium
Pendahuluan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan di Provinsi Kalimantan Tengah merupakan
kawasan ekologi yang khas berupa hutan hujan tropika, yang sebagian besar didominasi oleh hutan
rawa gambut dengan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Salah satu jenis
mikroorganisme yang banyak ditemukan di kawasan hutan tersebut adalah jamur-jamur makro
filum Basidiomycota.
Jamur makro Basidiomycota, mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan,
mengandung senyawa antikanker atau antitumor, senyawa antimikroba, dan senyawa aktif lainnya
serta mengandung senyawa aromatik untuk industri makanan dan minyak esensial untuk industri
kosmetik.
Istilah senyawa antimikroba didefinisikan lebih luas yaitu semua substansi baik yang
berasal dari alam maupun sintetik yang mempunyai toksisitas selektif terhadap satu atau beberapa
mikroorganisme tujuan, tetapi mempunyai toksisitas cukup lemah terhadap inang manusia, hewan
atau tumbuhan. Lebih dari 10.000 senyawa antimikroba asal alam telah diisolasi dari organisme
yang sangat beragam, 15 persen di antaranya berasal dari cendawan/jamur. Senyawa antimikroba
tersebut dapat diisolasi dari tubuh buah, miselium maupun filtrat kulturnya. Molekul dan
aktivitasnya juga sangat beragam, beberapa spesies dari genus Lentinus seperti L. edodes, L.
trabeum, L. adhaerens, L. squarrosulus, L. cajor-caju, L. cladopus dan L. torulosus diketahui
dapat menghasilkan senyawa antimikroba yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antifungi,
antivirus, antitumor, immunostimulan, dan antiaggregant. Spesies jamur lainnya yang juga
menghasilkan senyawa antimikroba adalah Lentinula edodes, Ganoderma lucidum, dan G.
applanatum (Sudirman,2004).
Beberapa senyawa antifungi dan antibakteria telah berhasil diisolasi dari jamur makro
Basidiomiset di antaranya adalah pleuromutilin, mucidin, aegeritin, hedcenols, enokipodin C dan
D. Senyawa antibakteri ditemukan pula dari eksopolisakarida jamur makro seperti lentinan dari
Lentinus edodes, schizophyllan dari Schizophyllum commune dan polisakarida kureha dari
Trametes versicolor (Demir dan Yamac, 2008).
844 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi PertanianBanjarbaru, 20 Juli 2016
Spesies-spesies jamur yang menghasilkan senyawa antimikroba tersebut umum dijumpai
pada habitat hutan hujan tropis, dan tidak menutup kemungkinan spesies lainnya yang belum
teridentifikasi mempunyai kemampuan pula menghasilkan senyawa antimikroba. Mulyani et al
(2009) mengidentifikasi 73 jenis dari 41 famili jamur makro filum Basidiomycota yang terdapat
pada berbagai habitat DAS Kahayan dan beberapa di antaranya memiliki potensi sebagai penghasil
senyawa antifungal. Senyawa antifungal tersebut masih harus diekstraksi dan diuji kemampuannya
dalam menghambat pertumbuhan patogen Fusarium oxysporum f.sp. cubense, penyebab penyakit
layu pisang. Identifikasi senyawa bioaktif alami tersebut sangat diperlukan sebagai sumbangan
pengetahuan di bidang fitopatologi khususnya pada pengendalian patogen yang lebih ramah
lingkungan, dalam upaya mendukung kedaulatan pangan yang berjekanjutan.
Metodologi
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta UPR.
Ektraksitubuhbuahjamurdilaksanakan di Laboratorium Dasar MIPA Analitik ULM
Banjarmasin.Bahan yang digunakan antara lain 23 sampelekstrak kasar tubuh buah jamur, media
PDA, metanol untuk analisis, alkohol 70%, spiritus, kertas saring Whatman No. 4. Alat yang
digunakan antara lain otoklaf, shaker, laminar air flow, rotavor, blender, corong Buchner, bor
gabus, cawan petri, labu erlenmeyer, danmikropipet.
Pembuatan ekstrak senyawa antifungal mengikuti metode Sudirman (2004).Sebanyak 23
jenis jamur Basidiomycota (dipilih dari koleksi penelitian Tahun I) yang akan diuji aktivitas
antifungalnya terhadap jamur patogen F. o. cubense. Senyawa antifungal diekstraksi dari tubuh
buah jamur yang sudah dikeringkan dalam oven pada suhu 35oC. Tubuh buah kering dihaluskan
dengan menggunakan blender,selanjutnya dimaserasi tiga kali dengan metanol(konsentrasi 10%)
masing-masing sebanyak 100 ml/50g tepung tubuh buah. Hasil ekstraksi dipisahkan dengan cara
disaring menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring Whatman No. 4. Larutan hasil
ekstrak dipekatkan dalam kondisi vakum dengan rotary evaporator, pada suhu air bak 35oC pada
tekanan 337 mbar, kemudian dikeringudarakan dengan kompresor udara. Ekstrak kering
kemudian dilarutkan kembali dengan metanol untuk mendapatkan senyawa antimikroba.
Ekstrak kasar tubuh buah jamur yang diperoleh selanjutnya diuji aktivitasnya terhadap
jamur patogen F. o. cubense(koleksi Laboratorium Jurusan BDP Faperta UPR) yang
telahdiremajakan kembali pada media PDA. Isolat yang digunakan untuk pengujian berumur 7
hari. Isolat dengan diameter 7 mm diambil menggunakan bor gabus, dan diletakkan pada cawan
Petri berisi media PDA. Ekstrak masing-masing sebanyak 100 µl diteteskan pada cakram kertas
berdiameter 7 mm, kemudian disinari dengan sinar UV selama 15 menit. Metanol yang tidak
mengandung ekstrak digunakan sebagai kontrol. Pada tiap-tiap cawan Petri diletakkan masing-
masing potongan biakan F.o.cubense dan cakram kertas ekstrak senyawa antifungal. Cawan
diinkubasikan selama 3-4 jam pada suhu 10oC sebelum diinkubasi selama 5 hari pada suhu ruang.
Aktivitas senyawa antifungal ditentukan dengan mengukur diameter zona bening yang terbentuk di
sekitar caram kertas dan dinyatakan sebagai penghambatan pertumbuhan setelah dikoreksi dengan
diameter cakram kertas. Sebagai kontrol pada cawan Petri yang lain hanya diletakkan potongan
biakan dan cakram kertas yang hanya mengandung metanol (Gambar 1).
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 845Banjarbaru, 20 Juli 2016
A : patogen F.o.cubense
B : cakram kertas senyawa
antifungal
C : zona hambatan
Gambar 1. Pengujian aktivitas senyawa antifungal dari jamur Basidiomycota
Hasil dan Pembahasan
Produksi dan ekstraksi senyawa antifungal
Jenis jamur yang diuji aktivitas senyawa antifungalnya ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan famili jamur makro yang diuji aktivitas antifungal
Kode Ekstrak Jenis jamur makro FamiliE1 Fomitopsis sp. PolyporaceaeE2 Fomes sp. PolyporaceaeE3 Trametes sp 1. PolyporaceaeE4 Xylaria sp. XylariaceaeE5 Microporus sp. PolyporaceaeE6 Trametes pubescens sp. PolyporaceaeE7 Phellinus sp. PhellinaceaeE8 Daedaleopsis sp. PolyporaceaeE9 Ganoderma sp. GanodermataceaeE10 Albatrellus sp. ScutigeraceaeE11 Trametes sp 2. PolyporaceaeE12 Trametes versicolor PolyporaceaeE13 Stereum sp. StereaceaeE14 Stereopsis sp. PodochyphaceaeE15 Pycnoporus sp. PolyporaceaeE16 Coriolus sp. PolyporaceaeE17 Hydrelium sp. PolyporaceaeE18 Oligoporus sp. PolyporaceaeE19 Peziza sp. PezizaceaeE20 Rigidoporus sp. PolyporaceaeE21 Schizophyllum sp. SchyzophyllaceaeE22 Polyporus xanthopus sp. PolyporaceaeE23 Clavaria sp. Clavariaceae
Berdasarkan Tabel 1, jamur makro yang diuji didominasi oleh famili Polyporaceae (13
jenis, 56,5%), sedangkan famili lainnya masing-masing hanya satu jenis (4,5%).
Mulyani et al.(2009) melaporkan dari41 famili jamur Basidiomycota yang teridentifikasi
didominasi oleh Polyporaceae. Hal ini mengindikasikan bahwa famili Polyporaceae dominan
terdapat pada wilayah hutan DAS Kahayan, umumnya habitatnya terdapat pada kayu mati dan
pepohonan sebagai jamur pelapuk kayu.
BC
A
846 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi PertanianBanjarbaru, 20 Juli 2016
Menurut Zjawiony (2004), diperkirakan 75% jamur Polypore (Aphyllophorales)
menunjukkan aktivitas antimikrobial yang kuat. Senyawa yang bersifat insektisidal dan
nematosidal, antifungal, antibakteri dan antivirus telah diisolasi dari jamur Polypore seperti
Ganoderma lucidum,G. Applanatum, Laetiporus sulphureus, dan Trametes versicolor
(Sudirman,2004).
Uji aktivitas senyawa antifungal
Hasil pengujian efektivitas antifungal ekstrak jamur Basidiomiset terhadap patogen F.o.
cubense (5 hsi) ditampilkan pada Gambar 2. Dari pengujian ekstrak kasar tubuh buah jamur
Basidiomycota tidak terlihat adanya zona hambatan yang terbentuk, sehingga pengukuran dugaan
adanya aktivitas antifungal dilakukan terhadap perkembangan diameter koloni jamur patogen
F.o.cubense. Kemampuan ekstraks dalam menghambat pertumbuhan F.o.cubense belum
maksimal karena tidak terdapat ekstrak yang mampu menghambat sampai 100%. Umur tubuh
buah dan lama penyimpanan diduga turut mempengaruhi efektivitas senyawa antimikrobial yang
dihasilkan oleh jamur makro tersebut. Walaupun demikian, Phellinus sp. (Fam.
Phellinaceae) masih mampu menunjukkan penghambatan tertinggi terhadap perkembangan koloni
F.o.cubense dengan efektivitas mencapai 53,80 %, diikuti oleh Trametes sp 7. (Fam.
Polyporaceae) sebesar 39,92 %.
Phellinus sp. yang menunjukkan efektivitas penghambatan tertinggi diduga menghasilkan
senyawa aktif yang bersifat antimikrobial. Sittiwet dan Puangpronpitag (2008) melaporkan
adanya aktivitas antibakteri dari Phellinus igniarius. Senyawa tersebut dimungkinkan dapat pula
bersifat sebagai antifungi terhadap F.o.cubense yang diuji.
Silva et al. (2009) juga melaporkan beberapa jenis jamur makro dari famili Polyporaceae
seperti Phellinus rimosus, Pycnoporus sanguineus, Datronia caperata memiliki aktivitas
farmakologi dan potensial sebagai sumber produk alami dibidang kesehatan. Hal ini disebabkan
kandungan senyawa aktif yang terdapat pada tubuh buah jamur makro tersebut. Senyawa
polifenol, flavonoids, quinon dan terpen diidentifikasi terkandung dalam ekstrak Ganoderma
lucidum dan Phellinus rimosus ( Sheena et al., 2003). Berdasarkan hal tersebut maka jamur makro
terutama famili Polyporaceae dalam penelitian ini diasumsikan pula menghasilkan senyawa
antimikroba dan potensial untuk mengendalikan penyakit layu pisang yang disebabkan oleh
F.o.cubense.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 847Banjarbaru, 20 Juli 2016
0.00
3.67
3.46
13.47
8.98
11.02
15.30
18.06
3.87
18.06
13.67
11.64
16.93
39.92
16.93
20.90
19.35
53.80
24.41
25.71
29.63
21.96
29.63
27.76
27.76
0.00 20.00 40.00 60.00
Kontrol
Clavaria sp
P. xanthopus
Schizophyllum sp
Rigidoporus sp
Peziza sp
Oligoporus sp
Hydnellum sp
Coriolus sp
Pycnoporus
Stereopsis
Stereum sp
T. versicolor
Trametes sp 7
Albatrellus sp.
Ganoderma, sp
Daedaleopsis sp
Phellinus sp
T. pubescens
Microporus
Xylaria sp
Trametes sp 1
Fomes sp
Fomitopsis sp
Trametes sp 1
% Penghambatan
Jenis Jamur Makro
EfektivitasPenghambatan (%)
Gambar 2. Grafik Efektivitas Penghambatan Antifungal Jamur Makro Jamur Patogen Fusarium
oxysporum cubense (5 hsi).
Jenis Fomes sp. (Fam. Polyporaceae) dan Xylaria sp. (Fam. Xylariaceae) menunjukan
efektivitas penghambatan yang sama (29,63 %), sedangkan efektivitas penghambatan terendah
yaitu sebesar 3,46 % terdapat pada jenis Polyporus xanthopus (Fam. Polyporaceae). Secara umum
beberapa jenis dari famili Polyporaceae masih memperlihatkan efektivitas penghambatan yang
lebih baik dari famili jamur makro lainnya yaitu lebih dari 20%. Fomitopsis officinalis
(Polyporaceae) diketahui mengandung senyawa aktif agaricin, Beta glucans, antibiotik
ekstraselular dan triterpenoid (www.cordycepsreishiextracts.com), sehingga jenis inipun (Tabel 2)
menunjukkan penghambatan yang lebih tinggi dari jenis lain (27,70%).
848 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi PertanianBanjarbaru, 20 Juli 2016
Menurut Zjawiony (2004), diperkirakan 75% jamur Polyporaceae (Aphyllophorales)
menunjukkan aktivitas antimikrobial yang kuat, sebagai insektisidal dan nematosidal telah
diisolasi dari jamur Polypore seperti Ganoderma lucidum, Laetiporus sulphureus, Trametes
versicolor, Grifola umbellata, Inonotus obliquus dan Wolfiporia cocos.Spesies jamur lainnya yang
juga menghasilkan senyawa antimikroba dan mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, antifungi,
antivirus, antitumor, immunostimulan, dan antiaggregant. adalah Lentinula edodes, Ganoderma
lucidum, dan G. applanatum (Sudirman,2004). Filtrat kultur dari jamur makro Pycnoporus
cinnabarinus menunjukkan efek penghambatan yang baik terhadap pertumbuhan miselium
Colletotrichum gloeosporioides dan C. miyabeanus (Imtiaj dan Taesoo, 2007). Ekstrak Pleurotus
cystidiosus menunjukkan aktivitas antifungi terhadap C. gloeosporioides (Menikpurage, et.al.,
2009). Senyawa fenolik yang dihasilkan dari ekstrak Phellinus torulosus menunjukkan aktivitas
antifungi yang lebih tinggi daripada aktivitas antibakteri (Dulger, et.al., 2005).
Senyawa antifungal dan antibakterial yang diketahui terdapat pada jamur Basidiomiset
adalah sparassol yang diisolasi dari jamur makro Sparassis crispa, pleuromutilin, mucidin,
aegeritin, hedcenols, enokipodin C dan D, lentinan dari Lentinus edodes, schizophyllan dari
Schizophyllum commune dan polisakarida kureha dari Trametes versicolor (Demir dan Yamac,
2008).
Jamur Filum Basidiomycota banyak dilaporkan dapat menghasilkan senyawa antimikroba
yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain baik cendawan,
bakteri maupun virus. Cyphellopsis anomala, penghasil antibiotik yang bersifat antifungal
terhadap Curvularia lunata, Paxilus involutus dan Suilus tomentosus yang menghambat
pertumbuhan Fusarium moniliforme, serta Lepista sordida yang menghambat Bacillus subtilis dan
F. oxysporum (Iswati, 2001).Senyawa antifungal yang diidentifikasi sebagai asam p-
hidroksibensoilformat dan asam r-p-hidroksimandelat (pisolithin A dan pisolithin B) telah diisolasi
dari media kultur cair Pisolithus arhizus dan mampu menghambat perkecambahan konidia dari
Truncatella hartigii (Kope, dkk., 1991).
Potensi jamur makro indigenus dengan indeks keragaman tinggi pada hutan hujan tropis
membuka peluang ditemukannya senyawa aktif yang bersifat sebagai antimikrobia yang sangat
bemanfaat untuk dikembangkan dalam bidang industri pestisida hayati maupun di bidang farmasi.
Penelitian kandungan bahan aktif dan upaya perbanyakan jamur makro basidiomiset dalam skala
komersial masih sangat diperlukan.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa beberapa jenis jamur makro
Basidiomycota menghasilkan senyawa antifungal karena memiliki kemampuan menghambat
pertumbuhan jamur patogen Fusarium oxysporum cubense dengan efektivitas penghambatan
tertinggi ditunjukkan oleh Phellinus sp. (53,80%), diikuti oleh Trametes sp 7 (39,92%).
Sedangkan pada jenis lain efektivitasnya berada di bawah 30% dan efektivitas penghambatan
terendah sebesar 3,46 % terdapat pada jenis Polyporus xanthopus.
Disarankan pada penelitian sejenis untuk mendapatkan ekstrak senyawa antimikrobia agar
mempertimbangkan umur tubuh buah dan miselium jamur makro yang masih segar untuk
menghindari kerusakan kandungan senyawa tersebut. Perlu diketahui jenis senyawa antifungal
yang terdapat pada jamur makro yang mempunyai efektivitas penghambatan tinggi terhadap
F.o.cubense.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 849Banjarbaru, 20 Juli 2016
Daftar Pustaka
Demir, M.S., dan M. Yamac. 2008. Antimicrobial Activities of Basidiocarp, SubmergedMycelium and Exopolysaccharide of SomenativeBasidiomycetes Strains. J. of App.Biological Sciences 2 (3): 89-93
Dulger, B., T.B. Suerdem, D. Yesilyurt, N. Hacioglu and A. Camdeviren. 2005. Evaluation ofAntimicrobial Activity of the MacrofungusPhellinustorulosus. J. Biol. Sci. 5(4) : 436-439
Imtiaj, A and L. Taesoo. 2007. Screening of Antibacterial and Antifungal Activities from KoreanWild Mushrooms. World J. Agric. Sci. 3(3) : 316-321
Iswati, R., L.I. Sudirman, dan B. Tjahjono. 2001. Aktivitas senyawa anti Xanthomonascampestris pv. glycinesdari miselium Lentinus cladopus LC4, hlm. 136 – 140. Di dalam :Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah. 22-24 Agustus 2001. Bogor :Perhimpunan Fitopatologi Indonesia.
Kope, H.H., Y.S. Tsantrizos, J.A. Fortin, and K.K. Ogilvie. 1991. P-Hydroxybenzoylformic acidand R-p-hydroxymandelic acid, two antifungal compounds isolated from the liquidculture of ectomycorrizal fungus Pisolithusarhizus. Can. J. Microbiol. 37 (4) : 258 - 264
Menikpurage, I.P., D.T.U. Abeytunga, N.E. Jacobsen and R.L.C. Wijesundara. 2009. AnOxidized Ergosterol from PleurotuscystidiosusAvtiveAgaints Anthracnose CausingColletotrichumgloeosporioides. Mycophatologia167 : 155-162
Mulyani, R.B., A.A. Djayadan P. E. Putir. 2009.KeanekaragamanJenisdanPotensiAktivitasSenyawaJamur-JamurBasidiomycotadariWilayah DAS Kahayan Kalimantan Tengah TerhadapPatogenFusariumoxysporumf.sp.cubense. LaporanPenelitian Fundamental, LembagaPenelitian,UniversitasPalangka Raya
Seeley, Jr., H.W., P.J. VanDemark, dan J.J. Lee. 1991. Microbes in Action. Ed. Ke-4. New York: W.H. Freeman and Company.
Sheena, N., T.A. Aiith, A. Mathew dan K.K. Janardhanan. 2003. Antibacterial activity of ThreeMacrofungi, Ganoderma lucidum, Navesporus floccosa, and Phellinus rimosus occurringin South India. Amala cancer research, 41 (8). P 564-567
Silva, F., de Sa Matheus, C. Jose Fernando, P. Fernanda, L. Milena, L. Anglica, G.N. Aristoteles,Z. Mariano, R. Ricardo dan S. Milena. 2009. In Vitro Pharmacological screening ofMacrofungi Extracts from the Brazilian Northeastern region. Journal of Pharmacognosy47 (5). P 384-389
Sittiwet, C dan D. Puangpronpitag. 2008. Anti-staphylococcus aureus Activity of Phellinusigniarius Aqueous Extract. Int. J. Of Pharmacology 4 (6) : 503-505
Sudirman, L.I. 2004. Jamur budidaya penghasil senyawa antimikrob. 6 hal. Makalah PelatihanMikrobiologi Dosen PTN se Kalimantan dan Nusa Tenggara. Bogor: DepartemenBiologi FMIPA IPB.
Zjawiony, J.K. 2004. Biologically Active Compounds from Aphyllophorales (Polypore) Fungi. J.Nat. Prod. 67 (2) : 300 - 310