Perbedaan Senyawa Organik Dan Senyawa Anorganik

21
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK A. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah ; 1. Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut 2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan Anorganik B. LANDASAN TEORI Pada awal perkembangan ilmu kimia, kimia organik didefinisikan sebagai kimia yang datang dari benda hidup. Namun pada saat ini, kimia organik telah didefinisikan sebagai kimia senyawa karbon. Definisi ini pun tidak terlalu tepat, karena beberapa senyawa karbon seperti karbon dioksida, natrium karbonat dan kalium sianida dianggap sebagai senyawa anorganik. Namun demikian, definisi ini dapat diterima sebab semua senyawa organik mengandung karbon. Karbon adalah suatu

description

materi tentang perbedaan senyawa organik dan anorganik

Transcript of Perbedaan Senyawa Organik Dan Senyawa Anorganik

PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIKA. TUJUANTujuan dari percobaan ini adalah ;1. Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik danAnorganik

B. LANDASAN TEORIPada awal perkembangan ilmu kimia, kimia organik didefinisikan sebagai kimia yang datang dari benda hidup. Namun pada saat ini, kimia organik telah didefinisikan sebagai kimia senyawa karbon. Definisi ini pun tidak terlalu tepat, karena beberapa senyawa karbon seperti karbon dioksida, natrium karbonat dan kalium sianida dianggap sebagai senyawa anorganik. Namun demikian, definisi ini dapat diterima sebab semua senyawa organik mengandung karbon. Karbon adalah suatu unsur yang dapat terikat dengan atom karbon lain dan terhadap unsur-unsur lain menurut berbagai macam cara, yang menuju ke berbagai macam senyawa dalam jumlah yang hampir tidak terhingga banyaknya. Senyawa-senyawa ini bervariasi dalam kekompleksan dari gas alam dan gas lainnya, sampai ke asam nukleat yang rumit, yaitu pengemban kode genetik dalam kehidupan (Fessenden,1982). Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah suatu senyawa yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogenj, atau fosfor. Pada awalnya senyawa karbon ini secara tidak langsung menunjukan hubungannya dengan sistem kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak mempunyai hubungan dengan sistem kehidupan. Misalnya urea yang merupakan senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin. Urea dapat dibuat dengan cara menguapkan garam amonium sianat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Siswoyo, 2009).Senyawa organik seperti telah disebutkan, dulunya dianggap hanya melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai tenaga gaib dalam proses sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1828, seorang kimiawan Jerman, Frederich Wohler memanaskan ammoniumsianat (senyawa anorganik) dan diperoleh senyawa urea yang merupakan senyawaorganik (Petrucci, 1987).Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah dapat diartikan sebagai semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Tompodung, 2009). Bahan organik merupakan unsur yang penting dalam tanah. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sifat fisik berupa pembentukan agregat tanah dan sifat kimia berupa penyedia hara mikro. Sifat biologi berupa sumber energi dan makanan mikroorganisme. Bahan organik sangat berva-riasi tergantung pada bahan dasar pembentuknya. Bahan organik dapat berasal dari sisa tanaman, sisa hewan, ataupun sisa industri (Hatta, 2011).Hasil perombakan bahan organik yang berperan penting dalam perbaikan sifat-sifat tanah adalah fraksi terhumifikasi dikenal pula sebagai humus atau senyawa humat. Senyawa organik ini berperan dalam memperbaiki kualitas sifat kimia tanah seperti KTK dan sifat fisik tanah seperti agregasi (Dariah dan Nurida, 2011). Zat organik dibagi menjadi 2, yaitu zat organik aromatis yang merupakan senyawa organik beraroma, secara kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya benzene, toluene, dan zat organik non-aromatis merupakan senyawa organik yang tidak beraroma dan secara kimia tidak mempunyai ikatan rantai yang melingkar, misalnya etana, etanol dan formalin (M. Hidayati dan Yusrin, 2010). Bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral jika dibakar akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik (Arifin, 2008). Arsen adalah elemen yang tersebar luas dimana-mana dengan sifat seperti mineral. Senyawa arsen sangat kompleks dan berbeda antara arsen bentuk organic dan bentuk anorganik. Senyawa arsen anorganik yang terpenting adalah arsen trioksida (As2O3 atau As4O6). Arsen trioksida sangat cepat larut dalam asam klorida dan alkalis. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal. Ikatan karbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH lingkungan dan berpotensi teroksidasi. Beberapa senyawa methylarsenic sebagaimana di dan trimethylarsenes terjadi secara alami, karena merupakan hasil dari aktivitas biologik (Sukar, 2003). Penggunaan pupuk anorganik yang digunakan secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya akumulasi zat kimia yang menimbulkan kondisi tanah yang semula sehat menjadi tanah yang tidak sehat seperti struktur tanah yang terdegradasi dan beracun bagi tanaman. Sedangkan bahan organik mempunyai fungsi luas dalam memperbaiki kondisi fisik, kimia maupun biologi tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah berpengaruh baik terhadap tanah karena dapat meningkatkan kembali kandungan humus, menghindari terjadinya pencemaran lingkungan, mengurangi laju pengurangan hara yang terikut bersama bahan panenan dan erosi serta dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (Setyowati dkk., 2009).

C. ALAT DAN BAHAN1. AlatAlat yang digunakan pada percobaan ini adalah Botol semprot Cawan porselin Filler Gegep Gelas kimia 50 ml Hot plate Kawat Lilin pH meter Pipet tetes Pipet ukur Tabung reaksi

2. BahanBahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Aqua (air es) Etanol Kloroform (CHCl3) Larutan AgNO3 Gula Garam Urea HCl

D. PROSEDUR KERJA1. Tes unsur - unsur dengan pembakaran senyawa organika. UreaUnsur - unsur yang dideteksi dengan basa kuat dan pemanasan senyawa organik

Dimasukkan kedalam gelas kimia 100 ml Ditambahkan air Diaduk hingga homogen Diukur dengan pHmeter Diamati Hasil Pengamatan = . . . ?b. Tes beilstein

Kawat Tembaga Dipanaskan ujungnya di atas api lilin Dicelupkan dalam 4 gelas kimia masing-masing larutan gula, garam, HCl dan Kloroform Diamati perubahan yang terjadi

Hasil Pengamatan = ?

2. Perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganika. GaramGulaPerbedaan sifat karena pemanasan

Dimasukkan kedalam cawan krus secukupnya Dipanaskan diatas hot plate Diamati perubahan yang terjadi

Hasil Pengamatan = . . . ? Hasil Pengamatan = . . . ?

b. Perbedaan dalam ionisasi KloroformNaCl

Dimasukkan secukupnya kedalam tabung reaksi Ditambahkan AgNO3 secukupnya Diamati perubahan yang terjadi

Hasil Pengamatan = . . . ? Hasil Pengamatan = . . . ?

E. HASIL PENGAMATAN1. Tes unsur unsur dengan pembakaran senyawa organika. Unsur unsur yang dideteksi dengan basa kuat dan pemanasan senyawa organikNo.PerlakuanHasil

1. Urea + air, diaduk hingga homogen, diukur dengan pHmeter pH = 7, 89

b. Tes beilsteinNo.PerlakuanHasil

1. Kawat tembaga dipanaskan diatas api, dicelupkan dalam larutan gulaTerbentuk gelembung

2.Kawat tembaga dipanaskan diatas api, dicelupkan dalam larutan garamTidak terbentuk gelembung

3.Kawat tembaga dipanaskan diatas api, dicelupkan dalam larutan HClTidak terbentuk gelembung

4.Kawat tembaga dipanaskan diatas api, dicelupkan dalam larutan kloroformTerbentuk sedikit gelembung

2. Perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik a. Perbedaan sifat karena pemanasanNo.PerlakuanHasil

1. Gula dalam cawan krus dipanaskan diatas hot plateGula meleleh dan berwarna coklat

2.Garam dalam cawan krus dipanaskan diatas hot plateTidak terjadi perubahan

b. Perbedaan dalam ionisasiNo.PerlakuanHasil

1. Larutan AgNO3 + NaClLarutan berwarna putih, ada endapan

2.Larutan AgNO3 + KloroformLarutan bening, terbentuk 2 lapisan

F. PEMBAHASANPada umumnya, golongan senyawa organik dan senyawa anorganik mempunyai karakteristik yang menandakan perbedaan pada kedua golongan senyawa tersebut. Ada beberapa sifat fisika maupun kimia yang memberikan deskripsi dalam suatu senyawa termasuk dalam senyawa organik ataupun senyawa anorganik, seperti keadaan saat pemanasan, konduktivitas, ionisasi serta kelarutan masing-masing.Senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon, selain itu juga terdapat unsur hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S) dan pospor (P). Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Senyawa organik banyak terkandung didalam jasad hidup, dan sangat lama dipercayai bahwa senyawa organik tidak bisa disintesis di laboratorium. Kini pernyataan tersebut tidak benar, setelah wohler berhasil mensintesis senyawa organik amonium sianat membentuk urea. Senyawa organik dan senyawa anorganik mempunyai ciri masing-masing yang menandakan perbedaan keduanya. Perbedaan-perbedaan itu antara lain sebagai berikut senyawa organik mempunyai warna yang cerah dan beraneka ragam sedangkan senyawa anorganik warna yang dimilikinya tidak terlalu beraneka ragam, senyawa organik mempunyai titik lebur rendah (dibawah 400C) bahkan sering kali mengalami dekomposisi karena panas sedangkan senyawa anorganik memiliki titik lebur yang tinggi umumnya di atas 500C, senyawa organik yang berasal dari alam tersusun dari beberapa unsur saja sedangkan senyawa anorganik unsur-unsur penyusunnya beraneka ragam, senyawa organik kelarutannya dalam air pada umumnya kecil sedangkan senyawa anorganik pada umumnya mudah larut dalam air, serta senyawa organik umumnya memiliki ikatan kovalen sedangkan senyawa anorganik memiliki ikatan ion. Pada tes pemanasan senyawa organik dengan larutan urea, kita mengukur pH larutan dengan alat pH meter. Ini bertujuan agar kita mengetahui apakah ia merupakan senyawa organik atau anorganik. Berdasarkan pengukuran yang sudah dilakukan, dapat diketahui pH larutan urea sebesar 7,89. Ini menunjukkan bahwa urea merupakan senyawa organik karena pH nya berkisar angka 7. Perbedaan antara senyawa organik dan anorganik dapat. dilakukan berbagai uji identifikasi antara lain uji pembakaran, tes Beilstein dan tes ionisasi. Pada pengamatan untuk membedakan senyawa organik dan organik melalui perbedaan sifat karena pemanasan, dipakai gula dan garam sebagai sampelnya dimana glukosa dan garam dapur dipanaskan. Pada glukosa mengalami perubahan warna yang tadinya warna putih menjadi warna coklat itu bertanda bahwa gulkosa dapat terbakar sedangkan pada NaCl tidak dapat terbakar, karena tidak ada perubahan yang terjadi. Jadi, dapat diketahui bahwa gula merupakan senyawa organik, sedangkan garam merupakan senyawa anorganik. Prinsip dasar dari tes Beilstein adalah mencelupkan kawat yang kemudian akan dibakar lalu dicelupkan kedalam larutan senyawa yang akan diuji. Dengan membakar kawat tersebut lalu dicelup kedalam larutan kloroform, maka warna kawat akan berwarna jingga dan terbentuk gelembung. Hal ini sama dengan kawat yang dicelupkan dalam larutan gula juga terbentuk gelembung. Kemudian kawat tersebut dibakar lagi kemudian dicelupkan kedalam larutan HCl, maka kawat akan berubah menjadi warna orange tetapi tidak terbentuk gelembung namun muncul asap. Selanjutnya kawat yang sama dibakar lagi lalu dicelupkan kedalam NaCl, dengan tercelupnya kawat pada NaCl tidak terbentuk gelembung tetapi muncul asap seperti HCl dan Dengan demikian dapat diketahui bahwa HCl dan NaCl merupakan senyawa anorganik, sedangkan Kloroform dan gula merupakan senyawa organik. Tes ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya unsur H dalam larutan dimana akan terjadi gelembung gas jika senyawa tersebut termasuk senyawa organik. Telah diketahui bahwa senyawa ini mengandung unsur C, H, O dan N. Tes ionisasi cara kerjanya yaitu dengan menempatkan masing-masing 2 ml larutan NaCl dan kloroform pada tabung reaksi yang berbeda, selanjutnya pada kedua tabung reaksi tersebut ditambahkan 3 tetes larutan AgNO3. Pada masing-masing uji identifikasi, diamati perubahan yang terjadi. Hasil pengamatan pada tes ionisasi menunjukkan terbentuknya endapan putih ketika NaCl ditambahkan AgNO3 dan terbentuk 2 lapisan saat kloroform (CHCl3) ditambahkan AgNO3. Pembentukan 2 lapisan ini karena adanya perbedaan sifat kepolaran antara kloroform dan AgNO3, dimana kloroform merupakan senyawa yang bersifat non polar yang disebabkan tidak adanya elektron bebas dalam molekulnya, sehingga tidak dapat dilarutkan oleh AgNO3 yang sifatnya polar. Hal ini sesuai dengan prinsip like dissolve like bahwa suatu larutan akan larut jika dilarutkan ke dalam pelarut yang sifatnya sama, yang berarti senyawa yang bersifat non polar akan dapat larut pada senyawa non polar juga, sehingga kloroform tidak larut pada AgNO3. G. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa1. Tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa organic dan senyawa anorganik antara lain uji pembakaran, tes Beilstein dan uji perbedaan ionisasi.2. Perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik antara lain senyawa organik memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah menguap sedangkan senyawa anorganik sebaliknya, senyawa organik bersifat non elektrolit sedangkan senyawa anorganik bersifat elektrolit atau dapat menghantarkan listrik.

DAFTAR PUSAKAArifin, Z., 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi Dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, 27 (3): 99-105.

Dariah, A. dan Nurida, N. L., 2011, Formula Pembenah Tanah Diperkaya Senyawa Humat untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Ultisols Taman Bogo, Lampung, Jurnal Tanah Dan Iklim, No. 33: 33-38.

Fessenden, 1982, Kimia Organik, Edisi ketiga Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

M., Ana Hidayati, dan Yusrin., 2010, Pegaruh Lama Waktu Simpan Pada Suhu Ruang (27-29C) Terhadap Kadar Zat Organik Pada Air Minum Isi Ulang, Prosiding Seminar Nasional UNIMUS, 2010, Semarang, Indonesia, Hal. 49-54.

Hatta, Muhammad., 2011, Aplikasi Perlakuan Permukaan Tanah Dan Jenis Bahan Organik Terhadap Indeks Pertumbuhan Tanaman Cabe Rawit, J. Floratek, Vol.6 : 18-27.

Petrucci, Ralph., 1987, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.

Setyowati, N., Nurjanah, U. dan Khorisma, R., 2009, Korelasi antara Sifat-sifat Tanah dengan Hasil Cabai Merah pada Substitusi Pupuk N-Anorganik dengan Bokasi Tusuk Konde (Wedelia trilobata L.), Akta Agrosia, 2 (12): 184-194.

Siswoyo, Riswiyanto., 2009, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta

Sukar, 2003, Sumber Dan Terjadinya Arsen di Lingkungan (Review), Jurnal Ekologi Kesehatan, 2 (2): 232-238.

Tompodung, H. M., 2009, Pengaruh Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman, Adiwidia, Edisi Desember 2009, No. 2: 12-17.