Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

18
Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________ LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 11 Position Papers URGENSI PERUBAHAN KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS YANG BERKUALITAS DAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT Penulis: Syahrul Mustofa Dwi Arie Santo Deni Wanputra LEGITIMID KSB Atas Dukungan TIFA FOUNDATION JAKARTA TAHUN 2011

description

urgensi perubahan kebijakan kesehatan gratis di ksb

Transcript of Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Page 1: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 11

Position Papers

URGENSI PERUBAHAN KEBIJAKAN PELAYANAN

KESEHATAN GRATIS YANG BERKUALITAS DAN

BERKELANJUTAN

DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Penulis: Syahrul Mustofa

Dwi Arie Santo

Deni Wanputra

LEGITIMID KSB

Atas Dukungan TIFA FOUNDATION JAKARTA

TAHUN

2011

Page 2: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 12

Position Papers

Menuju Pelayanan Kesehatan Gratis Yang Berkualitas dan

Berkelanjutan di Kabupaten Sumbawa Barat1

Oleh :

Syahrul Mustofa,

Deni Wanputra, dan Dewi Arie Santo2

Position papers ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal

tentang fakta dilapangan bagaimana impelementasi Perbup Nomor 9 Tahun

2006 tentang pelayanan kesehatan dan pengobatan gratis di Puskesmas dan

Jaringannya yang dijamin oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat

serta mencoba mengidentifikasi beberapa permasalahan atau kelemahan- yang

ada dalam perbup—sebagai bahan pijakan awal diskursus untuk menemukan

model kebijakan kesehatan gratis yang efektif, dan menjamin adanya

peningkatan kualitas dan berkelanjutan dimasa mendatang. Tulisan ini

mengungkap secara singkat temuan-temuan yang ada dilapangan, harapan dan

tututan yang muncul dilapangan.

A. Permasalahan dan Tantangan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan

Program Kesehatan Gratis

1). Penerima Program Kesehatan Gratis Terbatas

Jika beranjak dari Perbup Nomor 9 tahun 2006, dalam pasal, Pasal 3 ayat (1)

menyebutkan bahwa “sasaran pelayanan kesehatan/pengobatan gratis di

Kabupaten Sumbawa Barat adalah semua penduduk Kabupaten Sumbawa

Barat yang belum memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yakni

masyarakat yang tidak ditanggung oleh PJPK-MM, PT. ASKES, JAMSOSTEK,

dan Jaminan Asuransi lainnya”.

Beranjak dari pasal tersebut maka jelas bahwa sesungguhnya kelompok

penerima sasaran dari program layanan kesehatan gratis adalah terbatas pada

penduduk KSB yang tidak/belum memiliki asuransi kesehatan. Artinga

pula tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam memberikan pembiayaan

kesehatan gratis terbatas, kepada penduduk KSB, tidak semua pendudukan

dapat menerima pelayanan kesehatan gratis. Yang berhak menerima program

ini hanya pendidikan yang belum memiliki asuransi kesehatan.

1 Position papers ini ditulis sebagai bahan pertimbangan Pemda dan DPRD untuk melakukan

perubahan kebijakan program pelayanan kesehatan gratis serta sebagai bahan diskusi dengan kelompok strategis untuk mendorong lahirnya kebijakan pendidikan gratis yang berkualitas dan berkelanjutan di masa mendatang

2 Penulis adalah peneliti pada Lembaga Penelitian dan Advokasi Masyarakat Desa (LEGITIMID) Kabupaten Sumbawa Barat NTB, email:[email protected] atau [email protected]

Page 3: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 13

Persoalannya kemudian adalah apakah Pemerintah Daerah memiliki

data dan informasi yang valid, siapa sajakah penduduk KSB yang belum

memiliki jaminan asuransi kesehatan tersebut? Atau data mengenai siapa

sajakah penduduk yang telah memiliki asuransi. Data dan informasi mengenai

penduduk “berasuransi” kesehatan patut kita ragukan tersedia di daerah.

Pasalnya problem kependudukan selama ini menjadi persoalan klasik.

Jangankan data yang seperti itu, data penduduk miskin atau data pemilih saja—

selama ini selalui menjadi masalah dan tidak pernah berakhir.

Ketentuan ini sangat sulit untuk dapat dilaksanakan jika hanya

mengandalkan data dari Puskemas dan jaringannya. Karena disamping bukan

merupakan tugas dari para petugas kesehatan—mereka dihadapkan dengan

banyaknya warga yang meminta pelayanan ksehatan—terlebih lagi sejak

diberlakukannya program kesehatan gratis. Seluruh pelayanan kesehatan di

masing-masing Puskesmas dan jaringannya terus meningkat dari tahun ke

tahun. Masyarakat saat ini, sedikit saja kena “pilek” atau flu ringan sudah

datang ke puskemas untuk berobat. Perilaku ini tidak salah—bahkan, sangat

baik karena masyarakat semakin menyadari dan rasional terhadap kesehatan.

Jika sebelumnya, masyarakat mendahulukan dukun sebagai pertolongan

pertama jika menderita sakit, sekarang dokter menjadi pilihan pertama mereka.

Persoalannya kemudian adalah jumlah tenaga kesehatan yang ada saat

ini masih sangat terbatas, dengan meningkatnya jumlah pasien—para petugas

kesehatan semakin terbebani—karena volume pekerjaan yang meningkat.

Sementara disisilain, tunjangan dan pendapatan para petugas kesehatan

menurun. Inilah salah satu yang menyebabkan banyaknya para petugas

kesehatan yang mengeluh dengan adanya program kesehatan gratis. Bahkan,

banyak diantara mereka yang menginginkan—agar kebijakan kesehatan

dikembalikan seperti semula (membayar).

Dalam presfektif yang lain muncul wacana agar sasaran program

pelayanan kesehatan gratis, dibatasi hanya kepada kelompok masyarakat miskin

saja, tidak seluruh warga KSB. Dengan kebijakan pembatasan ini—diharapkan

dapat dilakukan realokasi anggaran kesehatan untuk peningkatan mutu

sekaligus menjamin ketersediaan anggaran untuk keberlanjutan program.

Pada dasarnya, secara konseptual pembatasan kelompok sasaran

program sebagaimana tertuang dalam Perbup sudah relative baik. Persoalan

sekatang adalah bagaimana Pemerintah memfasilitasi dan memperbaiki system

data kependudukan—karena persoalan ini berangkat dari buruknya system

kependudukan. Dilapangan masih banyak warga masyarakat yang memiliki KTP

ganda, tidak memiliki KTP dan sebagainya. Untuk itu, maka Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil seyogyanya—berperan aktif dalam melakukan

pendataan penduduk, khususnya terkait dengan persyaratan kepesertaan

pelayanan kesehatan gratis. Dinas Kesehatan akan sulit untuk dapat

melaksanakan kebijakan pelayanan kesehatan gratis yang bersifat terbatas. Jika

system data kependudukan masih buruk.

Page 4: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 14

Rekomendasi Perubahan

Beranjak dari permasalahan di atas, maka, kedepan apabila pemerintah

daerah tetap memberlakukan pelayanan kesehatan gratis, hanya untuk

penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan, maka beberapa

persyaratan yang perlu dipenuhi pemerintah daerah; pertama, pemerintah

daerah perlu melakukan pendataan penduduk dan membangun sistem

informasi tentang data warga yang belum memiliki asuransi, pemerintah daerah

untuk itu dapat menjalin kerjasama dengan Pemerintahan Desa/Kelurahan

setempat melalui program SIOS (Sistem Infomrasi Orang Susah) dalam PBRT

(Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga) Pemerintah Daerah dapat

memasukkan atau mengintegrasikan kegiatan tersebut kedalam PBRT.

Kedua, pemerintah daerah perlu melakukan koordinasi dan kerjasama

kepada perusahaan swasta/negara asuransi atau dinas terkait yang telah

menyediakan jasa asuransi, atau kepada perusahaan-perusahaan yang

menjalankan program Jamsostek. Data dan informasi dari perusahaan tersebut

menjadi data dan informasi yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah,

khususnya para petugas medis di masing-masing puskesmas dan jaringannya

untuk melakukan pengecekan dan validasi data pemegang asuransi yang

berkunjung ke masing-masing puskesmas dan jaringannya.

Ketiga, untuk menghindari terjadinya tumpang tindih, dan

memudahkan pengawasan, puskesmas dan jaringannya yang memberikan

program pelayanan kesehatan gratis mengumumkan secara terbuka, misalnya

memasang daftar nama pemegang asuransi di papan informasi yang ada di

masing-masing puskemas, sehingga publik dapat mengetahui pula, siapa

sajakah yang telah memiliki asuransi.

Keempat, untuk mencegah dan mengurangi terjadinya manipulasi

data yang dikarenakan perilaku “nakal” atau penyalahgunaan kekuasaan para

petugas medis di puskesmas dan jaringannya dan atau instansi terkait lainnya,

maka pemerintah daerah dapat memberilakukan adanya sanksi administratif

maupun sanksi pidana kepada para petugas medis yang tidak menjalankan

aturan tersebut. Disisilain, harus pula dibarengi dengan adanya pemberian

reward bagi mereka yang berperilaku dan berprestasi kerja baik.

Persoalan pendataan dan validasi data, memang tidak semudah yang

dibayangkan, untuk mendukung program ini, maka pemerintah daerah perlu

melibatkan para stakeholders, khususnyaadalah mereka yang ada di

desa/kelurahan, lebih khusus adalah para Ketua RT. Peran pemerintah adalah

pas aspek supervisi, seperti ; menyusun pedoman pelaksanaan dan pedoman

teknis, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap para ketua RT dan

para petugas pendata dan lain sebagainya.

Data-data yang telah terkumpul dari masing-masing desa (RT) wajib

diolah oleh Pemerintah Daerah, instansi terkait, sebagai bahan untuk sistem

informasi dan database penerima layanan kesehatan gratis. Apabila data dan

Page 5: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 15

informasi ini sudah dimiliki dan dikembangkan oleh pemerintah daerah, maka

pemerintah daerah dapat dengan mudah untuk menghitung, misalnya berapa

jumlah penduduk KSB yang belum memiliki asuransi kesehatan, berapa kali

rata-rata mereka ke Puskesmas dan jaringannya, dan pada akhirnya pemerintah

daerah dapat menghitung berapa jumlah pembiayaan ideal untuk pelayanan

kesehatan gratis/orang bagi penduduk KSB yang belum memiliki asuransi.

2). Perbaikan Mekanisme dan Prosedur Persyaratan Pelayanan

Kesehatan Gratus

Sesuai dengan materi Perbup No 9 Tahun 2006, maka untuk dapat

memperoleh pelayanan program kesehatan gratis, maka Penduduk KSB yang

belum memiliki asuransi kesehatan tersebut diberikan Kartu Tanda Pengobatan

Gratis atau disingkat dengan KTPG. Kartu tersebut diterbitkan oleh Dinas

Kesehatan, dan selama ini baru dua kali diterbitkan, yakni pada tahun 2006-

20073. Setelah itu, tidak ada lagi dan setiap orang kemudian dapat memperoleh

pelayanan kesehatan gratis, karena untuk memperoleh pelayanan kesehatan

gratis di Puskesmas dan jaringannya hanya dengan bukti KTP KSB, bahkan di

sejumlah Puskesmas dan jaringannya, beberapa petugas medis, tidak

melakukan pendataan dan pengecekan pasien yang berkunjung di puskesmas

dan jaringannya.

Kelemahan dari Perbup Nomor 9 Tahun 2006, terkait dengan

persyaratan ini adalah karena di dalam Perbup tersebut tidak diatur secara jelas

dan rinci, apasajakah syarat-syarat yang harus dipenuhi setiap penduduk KSB

yang belum memiliki asuransi kesehatan untuk dapat memperoleh KTPG.

Permasalahan lainnya adalah mengenai kartu yang dijadikan dasar untuk dapat

memberikan pelayanan kesehatan gratis yang simpang siur, tidak tegas dan

inkonsisten. Jika memang, pemerintah daerah memberlakukan KTPG sebagai

basis untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan

jaringannya, maka terhadap penduduk yang tidak memiliki KTPG, seyogyanya

tidak diberikan layanan kesehatan gratis.

Rekomendasi Perubahan

Beranjak dari permasalahan di atas, maka ada beberapa materi perbup

yang perlu disempurnakan. Pertama, pemerintah daerah perlu untuk

memperjelas dan merinci, mengenai persyaratan untuk dapat menerima KTPG,

karena dalam Perbup tidak diatur, rujukan untuk dapat diterbitkannya KTPG

hanya terbatas pada lingkup persyaratan Penduduk KSB dan belum memiliki

asuransi kesehatan. Kedua, perlu diatur mengenai jenis dan bentuk KTPG,

termasuk masa berlakunya KTPG. Ketiga, mekanisme pengelolaan KTPG,

termasuk instansi yang memiliki otoritas untuk menerbitkan KTPG. Keempat,

untuk memberikan kepastian terhadap pelayanan kesehatan, maka pemerintah

3 Dinas kesehatan tidak lagi meneribitkan KTPG setelah terjadi banjir tahun 2007

Page 6: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 16

daerah untuk memastikan dan memutuskan identitas persyaratan manakah

yang digunakan bagi setiap penduduk yang akan menerima pelayanan

kesehatan gratis. Dalam konteks inipula, penting untuk memastikan masa

transisi, berapa lama penggunaan KTP, Sertifikat GSP, dan identitas lainnya

dapat digunakan sepanjang belum diterbitkannya KTPG, termasuk

mempertegas, apabila KTPG telah diterbitkan, maka identitas lainnya untuk

dinyatakan tidak berlaku atau digunakan untuk memperoleh pelayanan

kesehatan gratis.

3). Pentingnya peningkatan mutu/kualitas dan keberlanjutan

pelayanan kesehatan gratis.

Secara umum tujuan pelayanan kesehatan/pengobatan gratis adalah

untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan pada seluruh masyarakat

Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan secara khusus adalah ; pertama,

meningkatkan akses kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat

untuk pelayanan kesehatan dasar; kedua, meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dasar; ketiga, mengurangi keterlambatan rujukan dari desa ke

Puskesmas4.

Dalam perbup No.9 Tahun 2006, titik tekan dari tujuan program

pelayanan kesehatan gratis adalah peningkatan akses pelayanan kesehatan

dasar serta mengurangi keterlambatan rujukan dari desa ke Puskesmas.

Meskipun dicantumkan pula mengenai peningkatan mutu pelayanan kesehatan

dasar. Akan tetapi, selama kurun waktu 2006 s.d. 2011, alokasi anggaran

kesehatan dalam APBD masih terbatas pada bagaimana masyarakat dapat

memperoleh akses. Tujuan penyelenggaraan kesehatan gratis jika merujuk pada

pencapain akses semata, maka dapat dikatakan pemerintah daerah berhasil.

Masalah yang berkembang saat ini dan mendatang adalah bagaimana pelayanan

kesehatan gratis, tidak sekedar untuk dapat memenuhi akses pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, tetapi bagaimana pemerintah daerah dan instansi

terkait yang memberikan layanan kesehatan gratis dapat menjamin adanya

pelayanan yang bermutu dan berkualitas, serta berkelanjutan.

Rekomendasi Perubahan

Beranjak dari permasalahan diatas, maka perlu ada perubahan. Perubahan

tersebut diarahkan pada; pertama, orientasi tujuan penyelenggaran

pelayananan kesehatan gratis, dari penyediaan akses menuju pada akses yang

bermutu/berkualitas serta berkelanjutan. Kedua, untuk menjamin adanya

keberlanjutan program pelayanan kesehatan gratis, maka dibutuhkan adanya

komitmen politik dari lembaga legislatif dan eksekutif yang dituangkan dalam

peraturan daerah. Saat ini, secara politik dan hukum, keberlanjutan

penyelenggaraan kesehatan gratis, kondisi masih berada dalam “ancaman”

4 Pasal 2

Page 7: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 17

karena dasar penyelenggaraan program yang hanya didasarkan pada peraturan

bupati. Sehingga dikhawatirkan, setelah masa jabatan bupati berakhir, berakhir

pula program pelayanan kesehatan gratis. Hadirnya peraturan daerah tentang

pelayanan kesehatan gratis, selain menyempurnakan berbagai materi yang ada

dalam Perbup No.9 tahun 2006, juga dimaksudkan untuk memperkokoh

landasan pelaksanaan program pelayanan kesehatan gratis di masa mendatang.

4). Keterbatasan obat-obatan dan rendahnya kualitas obat

Persoalan keterbatasan ketersediaan obat dan mutu obat yang

berkualitas adalah perosalan yang paling banyak disoroti dan dikeluhkan

masyarakat, mutu kualitas obat dinilai masyarakat masih sangat rendah.

Sementara disisi lain, jika, masyarakat ingin mendapatkan obat yang

bermutu/berkualitas, dapat diperoleh dari resep dokter atau apotik yang

ditunjuk dokter, dan untuk mendapatkan obat tersebut, meraka harus

membayar mahal. Oleh karena tidak mampu, terpaksa mereka tetap bertahan

dengan obat generik yang telah disediakan oleh pemerintah daerah secara

gratis, meskipun obat tersebut tidak mujarab, untuk menyebuhkan penyakit

yang dideritanya. Daripada membeli obat yang berkualitas namun mahal, lebih

baik menggunakan obat generik gratis yang diberikan meskipun tidak memiliki

dampak atau pengaruh atas kesembuhan pasien.

Atas dasar itu, maka, dimasa mendatang Pemerintah Daerah perlu

untuk memberikan subsidi untuk penyediaan obat-obatan yang

bermutu/berkalitas, khususnya bagi pasien warga miskin.

5). Jenis Pelayanan Yang Banyak dikeluhkan masyarakat

5.1. Pelayanan Gawat Darurat dan Operasi Minor

Pertama; sebagian besar masyarakat menilai unit pelayanan gawat

darurat yang diberikan petugas medis di masing-masing kecamatan masih

rendah, beberapa kasus yang membutuhkan penanganan cepat, seperti korban

kecelakaan lalu lintas lamban untuk direspons. Salah satu penyebabnya adalah

karena terbatasnya jumlah dokter di masing-masing kecamatan, dan terkadang

dokter atau petugas medis di Puskesmas tersebut pada saat penanganan korban

kecelakaan tidak berada di tempat.

Kedua; terbatasnya sarana dan prasarana pendukung, termasuk

kendaraan operasional untuk pasien (ambulance) ditambah dengan kelakuakn

sejumlah “oknum” di puskesmas yang menggunakan kendaraan dinas

operasional ambulance untuk kegiatan lainnya. Ketiga, keterbatasan SDM, di

beberapa Puskesmas, seperti Puskesmas Taliwang sarana dan prasarana,

khsusunya alat-alat kesehatan yang bertekhnologi tinggi yang disediakan Pemda

, ternyata tidak mampu untuk dioperasionalisasikan secara optimal, sehingga

penanganan pasien tetap melalui rujuk ke RSUD Sumbawa atau RSUD Mataram

dan atau Rumah sakit lainnya.

5.2. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap Tingkat Pertama

Page 8: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 18

Permasalahan yang dihadapi atau dikeluhkan masyarakat, khususnya

pasien/keluarga yang mendampingi pasien, adalah menyangkut ketersediaan

petugas media yang sangat terbatas, khususnya adalah dokter yang merawat

pasien, umumnya adalah Dokter umum, dan seringkali mereka tidak berada

ditempat,

Beberapa fakta lapangan ditemukan, antara lain ; pelayanan kesehatan

pada pasien rawat inap umumnya dilakukan oleh perawat, sementara dokter

yang memiliki kompetensi, tidak berada ditempat, karena sejumlah Dokter yang

bertugas di Puskesmas, jua membuka praktek di rumah atau tempat praktek,

sebagian besar praktek tersebut dilakukan pada malam hari, sehingga pasien

yang membutuhkan pertolongan, tidak langsung dapat memperoleh pelayanan,

mereka harus menunggu hingga praktek dokter selesai.

Oleh karena pelayanan kesehatan/pengobatan diberikan oleh Perawat,

yang belum memiliki kompetensi atau kapasitas memadai, maka potensi untuk

terjadinya mal-praktek pun potensial terjadi. Sejumlah kasus, terjadi pasien

meninggal dalam perjalanan menuju RSUD, salah satunya adalah kasus Ibu

melahirkan yang terjadi di Puskesmas Taliwang. Diduga, kasus ini terjadi

karena kesalam perawat dalam melakukan diagnosis penyangkit dan

keterlambatan dalam penanganan pasien. Disamping itu, terkait dengan

pelayanan rawat inap, tantangan yang dihadapi adalah menyangkut

keterbatasan keresediaan ruangan untuk rawat inap pasien yang terjadi

dibeberapa puskesmas.

Rekomendasi Perubahan

Beranjak dari permasalahan di atas, maka ada 4 (empat) agenda utama yang

perlu dilakukan perbaikan terkait dengan perbaikan pelayanan kesehatan bagi

pasien rawat inap. Pertama, pemerintah daerah perlu melakukan menyediaan

dan penambahan jumlah dokter, khususnya dokter sepesialis di masing-masing

kecamatan. Kedua, perlu ada upaya peningkatan kapasitas,khususnya bagi

para perawat puskesmas yang menangani pasien rawat inap. Ketiga, perlu

adanya sanksi yang tegas terhadap para dokter yang membolos atai

meninggalkan jadwal waktu pekerjaannya di Puskesmas. Perlu, dibutuhkan

adanya upaya peningkatan sarana dan prasarana, khususnya adalah ruang

wawat inap di masing-masing puskesmas.

6. Pelayanan Rujukan dari Puskesmas ke RSUD mendorong biaya

kesehatan yang tinggi

Rujuk Pasien ke RSUD Sumbawa, RSUD Mataram dan Rumah Sakit lainnya

sebagai “lahan” bisnis. Praktek rujuk merujuk, banyak sekali terjadi dan terus

meningkat, alasan rujuk dari masing-masing puskesmas sangat beragam, mulai

dari persoalan ketersediaan, dokter, peralatan kesehatan, hingga alasan di

puskemas A lebih baik daripada puskemas B.

Page 9: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 19

Jika merujuk pada semangat dan tujuan rujuk, adalah untuk

memudahkan pasien. Pelayanan rujuk, antara lain meliputi; rujuk dari

Desa ke Puskesmas, dan antar Puskesmas dalam wilayah Kabupaten

Sumbawa Barat. Sedangkan, rujuk ke RSUD Sumbawa, seperti; RSUD

Mataram atau RSUD Sumbawa, atau Rumah Sakit lainnya tidak diatur

dalam Perbup, dan biasanya dibebankan atau ditanggung sendiri oleh

pasien.

Persoalan sekaligus tantangan sekarang adalah tingginya angkat

rujuk ke RSUD mataram dan Sumbawa, karena daerah KSB belum

memiliki RSUD sendiri. Tingginya jumlah pasie yang dirujuk, telah

menimbulkan reaksi dari masyarakat, biaya tinggi, waktu, jarak tempuh

dan sebagainya menjadi pemicu utamanya. Kondisi ini sangat

memberatkan masyarakat, khususnya mereka yang tidak mampu.

Misalnya saja, biaya pengangkutan pasien dari Puskesmas Induk ke

RSUD Sumbawa atau RSUD Mataram, untuk biaya sewa ambulance,

jika dari Puskesmas Sekongkang ke Sumbawa mencapai

Rp.1.000.000,00 s/d Rp.1.500.000,-. Belum lagi biaya di RSUD,

penginapan, dan sebagainya. Sehingga jauh lebih tinggi biaya yang harus

dikeluarkan oleh pasien dan keluarganya.

7. Korupsi dan Penyimpangan

Untuk mengatasi masalah kesulitan biaya kesehatan yang dialami

oleh pasien yang tidak mampu, maka Pemerintah Daerah telah

mengambil kebijaksanaan dengan menyediakan alokasi anggaran

khusus atau bantuan sosial kesehatan bagi warga miskin yang tidak

mampu yang dirujuk ke RSUD Mataram maupun RSUD Sumbawa,

namun, sejauh ini langkah tersebut belum cukup efektif dalam

mengatasi masalah yang dihadapi penduduk miskin KSB.

Beberapa warga (pasien) yang pernah dirujuk ke RSUD Sumbawa,

khususnya pasien warga miskin, ternyata belum mendapat perlakuan

pelayanan yang optimal, terlebih lagi yang berkualitas. Warga miskin

yang menggunakan Jamkesda, akses untuk mendapatkan obat secara

gratis, ternyata dibatasi, hanya memperoleh jenis obat-obatan tertentu

saja, disamping itu pelayanan yang diberikan para medis pun sangat

buruk.

Bantuan keluarga miskin, yang dihajatkan untuk membantu para

pasien kurang mampu, ternyata belum mampu dikelola Pemerintah

Daerah c.q. melalui Setda-Kesra KSB, ternyata banyak bantuan sosial

tersebut yang tidak sesuai sasaran. Hal ini dikarenakan kurangnya

transparansi dan akuntabilitas, khususnya mengenai sosialiasi atau

informasi bantuan sosial, kepada para keluarga miskin.

kelemahan : (a) kurangnya ketersediaan informasi/akses informasi

warga miskin, khususnya terkait dengan mekanisme pengajuan dan

pencairan dana bantuan sosial; (b) proses pengajuan dan pencairan

Page 10: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 20

bantuan memerlukan waktu yang relative lama dan prosesnya terkesan

masih birokratif. Disisilain, pada tingkat masyarakat—ada pula

masyarakat yang memanfaatkan dana ini untuk kepentingan lainnya

atau melakukan manipulasi data, misalnya, dana yang seyogya untuk

biaya kesehatan tetapi digunakan untuk keperluan/kebutuhan yang lain.

8. Manajemen Pengelolaan Program Yang Lemah

Dari aspek perencaan program dan kegiatan pelayanan

kesehatan, keterlibatan stakeholders dalam perencanaan program sangat

minim, bahkan Puskesmas dan jaringannya yang merupakan unsur

terdepan dalam pelayanan kesehatan gratis tidak dilibatkan Dinas

Kesehatan dalam penyusunan program/kegiatan dan anggaran tahunan

daerah. Pada aspek Pengendalian dan Pengawasan, program pelayanan

kesehatan dan pengobatan gratis dilakukan oleh Tim Pengawasan yang

terdiri dari; unsur inspektorat dan dinas yang meliputi Kepala

BAPPEDA, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala BPM, Tim di ketuai

langsung oleh Sekretaris Daerah. Tugas utama Tim Pengawasan adalah ;

Pertama, menerima laporan dan menindaklanjuti laporan dari

masyarakat. Kedua, melakukan penngawasan terhadap pelaksanaan

pelayanan kesehatan gratis kepada para petugas medis Puskesmas dan

jaringannya.

Tim Pengawasan, ternyata belum dapat berjalan efektif, karena

masing-masing personil maupun dinas/instansi terkait memiliki tupoksi

dan beban masing-masing, keberadaan Tim Pengawasan tidak diketahui

masyarakat, termasuk peran dan tugas Tim tersebut. Sementara

disisilain, Tim Pengawasan bersifat pasif, hanya menunggu laporan

keluhan dari Petugas Puskesmas. Meskipun, dalam rangka pengawasan

tersebut, para petugas telah diwajibkan untuk membuat laporan dan

menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan pelayanan

kesehatan gratis, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan,

laporan dan evaluasi tersebut meliputi; (a) Laporan pelaksanaan. (b)

Laporan pengawasan, dan (c) Laporan pengaduan. Namun kegiatan

tersebut memiliki banyak kelemahan seperti dalam evaluasi, proses

evaluasi pelayanan kesehatan/pengobatan gratis tidak melibatkan

partisipasi masyarakat, sehingga pemerintah daerah kurang

memperoleh feedback langsung dari pengguna layanan kesehatan

masyarakat. Padahal, masukan, saran maupun ktitik dari pengguna

layanan kepada pemda sangat diperlukan untuk mengetahui dan

memastikan permasalahan yang berkembang dilapangan sekaligus

bahan untuk melakukan perbaikan kebijakan dimasa mendatang.

Begitupun dengan pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis,

selama ini tidak pernah dipublikasikan secara kepada publik. Laporan

program dibuat oleh masing-masing Puskesmas dan jaringannya dan

Page 11: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 21

dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap bulan sebagai bahan evaluasi,

laporan tersebut, meliputi antara lain; laporan jumlah dan jenis

pelayanan kesehatan, jenis penyakit, Laporan tentang Kesehatan Ibu

dan Anak, Laporan pemakaian obat, laporan jumlah rujukan dan

kebutuhan peralatan kesehatan.

Publikasi laporan kesehatan penting bagi masyarakat, misalnya terkait

dengan laporan mengenai jumlah dan jenis penyakit, jika dapat

diketahui oleh masyarakat, dapat memahami ancaman penyakit yang

berada dilingkungganya, diharapkan kemudian masyarakat dapat

tergugah dan berpartisipasi untuk melakukan pencegahan dan

pengobatan penyakit tersebut.

9. Sistem Informasi Kesehatan Yang Terbatas

Sistem Informasi Kesehatan Daerah bertujuan untuk

meningkatkan akses informasi dan peningkatan pelayanan kesehatan,

khususnya terkait ketersediaan database penerima layanan kesehatan

gratis, melalui sistem informasi diharapkan Puskemas dan jaringannya

dapat mempercepat pelayanan, memperbaiki validitas peserta layanan

kesehatan dan sebagainya.

Namun, sistem informasi manajemen kesehatan daerah disingkat

SIM belum dapat berjalan optimal, beberapa kendala yang dihadapi ;

tidak tersedianya sarana dan prasarana pendukung, seperti ; hardware

perangkat computer, SDM pengelola, dan sebagian besar Puskesmas dan

jaringannya belum memiliki jaringan koneksi yang dapat

menghubungan pelayanan antar Puskesmas dan jaringannya

(networking internet). SIM baru dapat dilaksanakan di di Puskesmas

Taliwang, sedangkan 7 Puskesmas lainnya masih mengunakan sistem

manual.

10. Mekanisme Komplain Di Atas Kertas

Dari sisi semangat dalam Perbup Nomor 9 tahun 2006 telah

mengatur mekanisme pengaduan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan gratis. Tujuan diaturnya mekanisme ini adalah sebagai

umpan balik (feedback) bagi semua pihak yang terkait dalam upaya

mensukseskan kegiatan Pelayanan Kesehatan/Pengobatan Gratis,

sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat mencapai tujuan dan

memberikan manfaat sebaik-baiknya. Namun, pengaturannya belum

dijabarkan secara terperinci, dintaranya misalnya ; materi pengaduan,

lembaga yang menangani pengaduan, dan sebagainya.Meskipun, dalam

Perbup mengharuskan setiap pengaduan masyarakat harus memperoleh

penanganan dan penyelesaian secara memadai dan dalam waktu yang

secepatnya diselesaikan, namun, dalam impelementasinya penanganan

pengaduan berlarut-larut, dan tidak adan batas waktu penyelesainnya .

Page 12: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 22

Dalam rangka menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat,

sesuai pasal Perbup No.9 Tahun 2006, dibentuk Unit/Forum

penyelesaian pengaduan, keberadaanya mulai dari Tingkat Desa,

Kecamatan dan Kabupaten dengan tugas sebagai berikut;

a. Mengumpulkan, menerima dan mencatat pengaduan;

b. Mempublikasikan alamat penyampaian pengaduan, atau cara-

cara penyampaian pengaduan;

c. Pengumpulan dilakukan secara pasif maupun proaktif;

d. Pengaduan dicatat secara tertib, mencakup seluruh informasi;

dan

e. Menyelesaikan pengaduan.

Sedangkan Mekanisme penyelesaian pengaduan sebagaimana

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Penyelesaian dilakukan sesegera mungkin, sejak diketahui

terjadinya keluhan;

b. Pengaduan diselesaikan atau ditangani terlebih dahulu oleh

unit/Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang terdekat

dengan sumber pengaduan;

c. Jika ditemui kesulitan menangani dan menyelesaikan pengaduan

pada tingkat terdekat, masalah yang dikeluhkan dapat dirujuk ke

tingkat yang lebih tinggi;

d. Pengaduan akan disampaikan kepada pemerintah Kabupaten

Sumbawa Barat melalui Sekretariat Tim Program Pengobatan

Gratis.

Forum di atas sifatnya ad-hoc, sejak diberlakukannya Perbup ternyata

forum ini belum terbentuk, dan tidak ada tidak ada petunjuk pelaksana

maupun pentunjuk teknis sebagai pedoman untuk menyelesaikan

pengaduan, rencana kerja dan sebagainya.

Rekomendasi Perubahan

Beranjak dari permasalahan di atas, maka kedepan perlu ada

penyempurnaan peraturan terkait dengan forum/unit penyelesaian

pengaduan masyarakat, antara lain adalah meliputi ; (1) pengaturan

kelembagaan dan tata kerja forum. (2) penetapan keanggotaan anggota

forum. (3). Penyusunan standar operasional prosedur penanganan

pengaduan masyarakat. (4). Tatacara pengaduan masyarakat dan

lainnya. Keberadaan forum ini harus dipublikasikan secara luas kepada

masyarakat agar masyarakat dapat mengentahuinya. Pemerintah

daerah berkewajiban untuk melakukan supervisi kepada forum,

termasuk menyediakan anggaran khusus untuk penanganan

pengaduan masyarakat.

11. Tingkat Kepuasaan Masyarakat

Page 13: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 23

Dari hasil penelitian terakhir, LEGITIMID tahun 2011, tentang Indeks

Kepuasaan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan kesehatan gratis

yang dilakukan pada 8 Puskemas Kecamatan di Sumbawa Barat5,

ditemukan hasil sebagai berikut :

a. Prosedur Pelayanan.

Nilai rata rata dari unsur Prosedur layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,92 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,92 ( Mutu Pelayanan C )

artinya secara umum responden menyatakan bahwa prosedur

pelayanan pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat pada

ketiga unit layanan ialah Prosedurnya mudah (jawaban C).

b. Persyaratan Pelayanan

Nilai rata rata dari unsur persyaratan pelayanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,82 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,00 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,94. ( Mutu Pelayanan C )

Jadi Nilai yang diberikan oleh responden pada ketiga unit layanan

adalah Secara umum responden menilai bahwa terdapat kesesuaian

antara persyaratan pelayanan yang ditetapkan puskesmas di

Kabupaten Sumbawa Barat terhadap masing-masing jenis pelayanan

dengan persyaratan yang harus di berikan oleh para pasien kepada

petugas layanan.

c. Kejelasan Petugas Pelayanan

Nilai rata-rata dari unsur kejelasan petugas layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,93.( Mutu Pelayanan C )

Para responden secara umum menyatakan bahwa mereka dapat

secara jelas dalam mengetahui identitas para karyawan pada

Puskesmas di kabupaten Sumbawa Barat, baik nama maupun

jabatan mereka sebagai dokter, bidan, perawat ataupun yang lainnya

(Jawaban C). .

d. Kedisiplinan Petugas Pelayanan

Berkaitan dengan kesungguhan petugas dalam memberikan

pelayanan yaitu kedisplinan petugas layanan, nilainya adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

5 jumlah responden keseluruhan penelitian sebanyak 390 responden, 130 orang

responden untuk unit layanan rawat jalan, 130 responden untuk unit layanan gawat darurat dan 130 responden untuk unit layanan rawat inap, dengan komposisi responden 200 orang perempuan dan 190 laki-laki. Penentuan jumlah sampel dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat mengacu pada KEPMENPAN NO: KEP/25/2/M.PAN/2004. Komponen pembiayaan/biaya tidak dimasukkan dalam survey ini karena pelayanan kesehatan tidak dipungut biaya (gratis). Pada athun 2010, LEGITIMI telah melakukan IKM dan hasil IKM tahun 2011, tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan hasil sebelumnya.

Page 14: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 24

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,93( Mutu Pelayanan C )

Berdasarkan nilai IKM diatas, dapat kita lihat pada tiga unit layanan

terkait penilaian yang berkaitan dengan konsistensi waktu kerja

apakah sesuai ketentuan yang berlaku yang menjadi point dalam

melihat kedisiplinan petugas pelayanan, para responden

memberikan nilai rata rata menyatakan bahwa kedisplinan petugas

layanan sesuai dengan ketentuan waktu yang berlaku pada

Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat (jawaban C).

e. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan

Nilai rata-rata unsur tanggung jawab petugas layanan yang diberikan

responden adalah :

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,98.( Mutu Pelayanan C )

yang berarti mereka melihat adanya kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan pada ketiga unit layanan (jawaban C).

f. Kemampuan Petugas Pelayanan

Nilai rata rata unsur kemampuan petugas layanan yang berkaitan

tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam

memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat yang

diberikan responden adalah :

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,9.( Mutu Pelayanan C )

g. Kecepatan Pelayanan

Nilai rata rata unsur kecepatan pelayanan yang berkaitan target

waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah

ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan adalah :

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,7 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap : 2,8.( Mutu Pelayanan C )

Para responden secara umum di tiga unit pelayanan menyatakan

bahwa pelayanan dilaksanakan dengan cepat (Jawaban C). .

h. Keadilan Mendapatkan Pelayanan

Nilai rata rata unsur keadilan mendapatkan pelayanan yaitu yang

berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan dengan tidak

membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani pada tiga

unit layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap : 3,0.( Mutu Pelayanan C )

Para responden secara umum menjawab bahwa pelayanan

kesehatan pada Puskesmas di Kabupeten Sumbawa Barat berjalan

dengan adil (Jawaban C).

i. Kesopanan dan Keramahan Petugas

Page 15: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 25

Nilai rata rata unsur kesopanan dan keramahan petugas pelayanan

kesehatan pada Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat pada

ketiga unit layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,9 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 3,05.( Mutu Pelayanan C )

Unsur yang berkaitan dengan sikap dan perilaku petugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah

serta saling menghargai dan menghormati tersebut pada ketiga unit

layanan dijawab dengan pernyataan responden bahwa petugas

pelayanan melayani dengan sopan dan ramah (Jawaban C).

j. Kepastian Jadwal Pelayanan

Nilai rata rata unsur Kepastian jadwal pelayanan yaitu yang

berkenaan dengan pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan

jadwal yang telah ditetapkan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 2,8 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 2,7 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,8.( Mutu Pelayanan C )

dimana para responden lebih banyak menjawab bahwa jadwal

pelayanan sering tepat (Jawaban C)

k. Kenyamanan Lingkungan

Nilai rata rata unsur kenyamanan lingkungan pada Puskesmas di

kabupaten Sumbawa Barat adalah

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat: 2,65 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 2,8.( Mutu Pelayanan C )

rata rata responden menjawab dengan nilai C pada ketiga unit

layanan.

l. Keamanan Pelayanan

Nilai rata rata unsur keamanan pelayanan adalah pada ketiga unit

layanan adalah:

Prosedur Pelayanan Unit Gawat Darurat : 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat jalan: 3,0 ( Mutu Pelayanan C )

Prosedur Pelayanan Unit Rawat Inap: 3,0.( Mutu Pelayanan C )

Pada ketiga unit layanan rata rata responden menjawab dengan

jawaban C dimana mereka menyatakan bahwa pelayanan kesehatan

pada Puskesmas di kabupaten Sumbawa Barat berjalan dalam

kondisi aman.

12. Tingkat Utilisasi Pelayanan Dasar di KSB

Tingkat utilisasi pelayanan kesehatan/pengobatan gratis pada tahun

pertama (2006) program kesehatan gratis dilaksanakan, pasie yang

Page 16: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 26

berkunjung sebanyak 82,042 atau 6,837/bulan, sebelumnya pada tahun

2005, ketika pelayanan kesehatan masih membayar, jumlah kunjungan

pasien 41.861 atau 3.488/bulan6. Namun, ketika pelayanan kesehatan

gratis diberlakukan pada tahun 2006 jumlah pasien meningkat dua kali

lipat.

Tahun 2007, jumlah pasien yang berkunjung 74,595 atau 6,216/bulan,

mengalami penurunan 7.477 atau turun 10% dari sebelumnya. Tahun

2008, jumlah kunjungan 62,218 atau 5,185/bulan atau mengalami

penurunan sebanyak 20%. Penurunan jumlah pasien terutama pada unit

pelayanan rawat jalan puskesmas dan unit pelayanan rawat jalan Pustu.

Sedangkan unit pelayanan rawat jalan Puskel, Rawat Inap dan

Poskesdes, mengalami peningkatan jumlah kunjungan.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah penurunan jumlah

mengindikasikan perbaikan kualitas/derajat kesehatan masyarakat

akibat dari program pelayanan kesehatan/pengobatan gratis ataukah

karena adanya “kekecewaan” masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

gratis.

13. Motivasi dan Etos Kerja Petugas Kesehatan Menurun

Sejak diberlakukannya pelayanan kesehatan gratis, jumlah pasien

meningkat bila dibandingkan dengan jumlah pasien sebelum

diberlakukannya pelayanan kesehatan gratis, beban kerja petugas medis

meningkat, karena jumlah pasien meningkat 2-3 kali lipat dari

sebelumnya. Sementara itu, jumlah petugas medis masih sangat

terbatas, dan jumlah pendapatan atau tingkat kesejahteraan bagi para

petugas kesehatan mengalami penurunan, sebelum pelayanan kesehatan

digratiskan, para petugas kesehatan menerima honorarium (uang jasa

layanan) langsung dari pasien (cash), setelah pelayanan kesehatan gratis

uang tersebut tidak lagi diteroma. Motivasi kerja dan prestasi kerja para

petugas medis cenderung menurun, karena rendahnya penghargaan atas

jasa layanan yang diberikan.

Harapan petugas kesehatan, kompensasi jasa layanan medis,

sesungguhnya bukan hanya dalam bentuk finansial, dapat pula

kompensasi non finansial yaitu berupa, misalnya rumah dinas,

kendaraan dinas , peluang melanjutkan pendidikan atas biaya

pemerintah, peluang mengikuti diklat, peluang mendapat kenaikan

pangkat istimewa untuk PNS, peluang untuk diangkat menjadi pegawai

negeri bagi PTT dan sebagainya. Karena pada dasarnya seseorang yang

bekerja, mengharapkan imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya,

karena adanya upah yang sesuai dengan pekerjaannya, maka timbul pula

rasa gairah kerja yang semakin baik.

6 Pasien dimaksud adalah pasien yang menerima pelayanan dasar ; Rawat Jalan Puskesmas,

Rawat Jalan Pustu, Rawat Jalan Puskel, Rawat Inap dan Poskesdes.

Page 17: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 27

Selama ini, kompensasi yang diterima kurang sebanding dengan beban

kerja petugas medis, dan uang kompensasi dari pelayanan kesehatan

gratis diberikan pemda diberikan, setiap tiga bulan sekali, karena itu

bagi petugas medis kebijakan pelayanan kesehatan dasar ungguh tidak

menyenangkan. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan

perubahan kebijakan terkait dengan perbaikan kesejahteraan petugas

medis di Puskesmas dan jaringannya. Beberapa alasan perbaikan

kebijakan ini ; pertama, setelah kebijakan pelayanan kesehatan gratis,

pasien yang dirawat mengalami peningkatan dua kali lipat,

dibandingkan sebelumnya. Kedua, motivasi kerja petugas puskesmas,

khsusnya pelayanan dasar rawat inap menurun, karena rendahnya

pemberian insentif dan kompensasi atas jasa layanan yang diberikan,

hanya sebesar Rp.3500/malam, uang tersebut hanya dapat untuk

membeli “obat nyamuk”.

Pemerintah daerah KSB, khususnya kepada petugas puskesmas rawat

inap hendaknya di berikan kompensasi material dan non material dalam

hal ini diberikan kesempatan meningkatkan SDM dengan bantuan

tunjangan tugas belajar, diberikan kemudahan dalam kenaikan pangkat,

serta bagi pegawai yang masih berstatus PTT/honorer agar di

prioritaskan untuk dapat diangkat menjadi pegawai negeri sipil penuh.

Kebijakan Bupati tentang Pelayanan/Pengobata gratis di KSB bisa

diteruskan dengan membuat suatu modifikasi kebijakan yaitu bagi

masyarakat miskin dan yang kurang mampu silahkan untuk diberikan

pelayanan gratis tetapi bagi masyarakat yang mampu di sediakan jenis

pelayanan yang berbeda sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang

mereka miliki yaitu dengan pola pelayanan prabayar.

14. Orang Miskin Merasa Dirugikan

Diberlakukanya kebijakan pelayanan kesehatan dasar gratis pada

seluruh warga Kabupaten Sumbawa Barat, sesungguhnya merugikan

hak-hak fakir miskin, mereka yang semestinya dapat menerima layanan

kesehatan dasar gratis yang berkualitas dan berkelanjutan, akhirnya

menerima pelayanan dasar kesehatan yang serba terbatas, karena

anggaran atau pembiayaan pelayanan kesehatan tersebut dinimkati pula

oleh warga yang mampu atau mapan (ekonomi atas), yang seharusnya

membayar pelayanan kesehatan, jika masyarakat ekonomi atas

membayar kesehatan dasar, maka mereka sesungguhnya membantu

masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan gratis yang

bermutu dan berkelanjutan, karena anggaran yang dipakai oleh

kelompok masyarakat atas dari biaya kesehatan gratis tersebut dapat

direlokasi untuk dialokasikan pada penambahan mutu atau kualitas

pelayanan bagi warga miskin.

Page 18: Position Paper Kesehatan Gratis di KSB

Position Paper Urgensi Perubahan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di KSB_________________

LEGITIMID KSB Atas dukungan Tifa Foundation | Position Papers Pelayanan Kesehatan Gratis 28

Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu melakukan penyempurnaan

terhadap Perbup terkait dengan kelompok sasaran penerima pelayanan

kesehatan gratis untuk difokuskan atau diarahkan pada kelompok

masyarakat miskin, agar ; (1). Beban pembiayaan anggaran pelayanan

kesehatan gratis tidak terlalu besar bagi daerah (2). Untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan gratis yang berkualitas bagi warga

miskin. (3) adanya keadilan pembangunan dengan adanya sistem subsidi

silang antara di kaya dan dimiskin. (4). mencegah berkurangnya porsi

pembangunan kesehatan bagi masyarakat miskin di masa mendatang.

Penutup

Mudah-mudahan tulisan yang sederhana ini dapat menjadi bahan

pertimbangan para pemegang kebijakan—untuk melakukan perubahan

kebijakan program kesehatan gratis yang lebih berkualitas dan

berkelanjutan.

Team Penulis