Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

38
Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 1 Position Papers URGENSI PERUBAHAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN GRATIS DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT “Menuju Pendidikan Gratis Yang Berkualitas dan Berkelanjutan” Penulis: Syahrul Mustofa Dwi Arie Santo Deni Wanputra LEGITIMID KSB Atas Dukungan TIFA FOUNDATION JAKARTA TAHUN 2011

description

pentingnya perubahan perbup pendidikan gratis di ksb

Transcript of Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Page 1: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 1

Position Papers

URGENSI PERUBAHAN

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

GRATIS

DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

“Menuju Pendidikan Gratis Yang Berkualitas

dan Berkelanjutan”

Penulis: Syahrul Mustofa

Dwi Arie Santo

Deni Wanputra

LEGITIMID KSB

Atas Dukungan TIFA FOUNDATION JAKARTA

TAHUN

2011

Page 2: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 2

POSITION PAPERS

URGENSI PERUBAHAN PERATURAN BUPATI

NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIDIKAN

GRATIS DI KSB1

Oleh : (Syahrul Mustofa, Deni Wanputra, Dwi Arie Santo)2

1. Latar Belakang

Sejak tanggal 1 januari 2006, Pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa

Barat telah menetapkan program pendidikan gratis untuk seluruh penduduk

KSB, mulai dari tingkat TK/RA hingga tingkat SMA/MA sederajat. Kebijakan

tersebut tertuang dalam Peraturan Bupati Nomor 11 tahun 2006 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan gratis. Program ini kemudian

disambut bahagia oleh masyarakat, dukungan yang begitu luas dari

masyarakat KSB atas kebijakan program pendidikan gratis, telah

menghantarkan kepercayaan dan keyakinan pemerintah daerah bahwa apa

yang dilakukan pemerintah daerah KSB selama ini adalah sesuatu yang

memang ditunggu-tunggu masyarakat.

Manfaat program pendidikan gratis bukan sekedar telah membantu

meringankan beban ekonomi masyarakat melainkan juga telah mendorong

munculnya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan

meningkat Indeks Pembangunan Manusia yang tercermin dari

meningkatnya derajat pendidikan masyarakat, berkurangnya angka putus

sekolah, serta meningkatnya jenjang pendidikan masyarakat KSB. Melalui

program pendidikan gratis pula, akhirnya pemerintah daerah KSB berhasil

meraih sejumlah prestasi dan predikat baik dari pemerintah pusat maupun

dunia internasional serta menjadi salah satu kabupaten percontohan di NTB.

Namun, dibalik sederatan cerita keberhasilan program pendidikan

gratis, tidak pula kita bisa pungkiri bahkan sederatan permasalahan dan

kendala menghantui perjalanan program pendidikan gratis. Salah satu yang

1 Position disusun sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang kebijakan di daerah

(Pemda dan DPRD) dan para stakeholders yang memiliki kepedulian terhadap kepastian dan keberlanjutan program pendidikan gratis yang berkualitas di masa mendatang

2 Penulis adalah para peneliti pada Lembaga Penelitian dan Advokasi Masyarakat Desa (LEGITIMID) KSB email :[email protected]

Page 3: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 3

banyak mendapat sorotan adalah terkait buruknya mutu/kualitas

pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari agenda dari tujuan kebijakan

pendidikan gratis itu sendiri sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati

Nomor 11 tahun 2006 yang secara prinsip ditujukan hanya pada peningkatan

akses, yakni membuka kesempatan atau akses yang seluas-luasnya kepada

masyarakat agar anak usia sekolah dapat mengikuti pendidikan mulai dari

pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah. Sementara persoalan

mutu atau kualitas pendidikan belum menjadi agenda atau tujuan dari

penyelenggaraan program pendidikan gratis. Maka, sangat wajar, jika pada

masa sekarang dan mendatang, arah dan tujuan program pendidikan gratis

ditujukan pada aspek peningkatan mutu/kualitas. Hal ini sejalan dengan

tuntutan masyarakat dan perkembangan pendidikan.

Dari aspek keterjangkauan cakupan dan materi, dari hasil kajian

LEGITIMID yang didukung Tifa Foundation menunjukkan bahwa cakupan

materi yang diatur dalam perbup saat ini ternyata belum dapat menjangkau

perkembangan kebijakan pendidikan. Masih banyaknya aspek yang belum

diatur dalam perbup nomor 11 tahun 2006, dan dalam implementasinya

ditemukan muncul berbagai permasalahan, diantaranya adalah mengenai

persyaratan penerimanaan, menurunnya motivasi belajar siswa, buruknya

kualitas proses belajar, pengelolaan anggaran pendidikan yang tidak

transparan, partisipatif dan akuntabel, ketidakjelasan mekanisme kerja dan

berbagai persoalan lainnya.

Berbagai kendala tersebut disebabkan karena buruknya kualitas perbup

nomor 11 tahun 20006. Kondisi ini menjadi mafhum, karena memang

Perbup pendidikan gratis yang diberlakukan pada tahun 2006 sarat dengan

kepentingan dan kemelut politik yang berkepanjangan sebagai konsekuensi

dari pilkada 2005. Oleh karena itu, sangat wajar jika perbup pendidikan

gratis yang menjadi dasar penyelenggaraan program pendidikan gratis saat

ini tidak mengatur secara komprehensif dan sistematis. Bahkan, secara

teknis perundang-undangan sangat jauh dari kesempurnaan.

Sayangnya, sampai saat ini Pemerintah Daerah KSB belum melakukan

evaluasi terhadap perbup nomor 11 tahun 2006. Sehingga berbagai persoalan

dilapangan yang selama ini berkembang terus menerus berlangsung dari

Page 4: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 4

tahun ke tahun dan menjadi pemicu buruknya kinerja para pelaksana

pendidikan.

Beranjak dari berbagai persoalan itulah, maka LEGITIMID bekerjasama

dengan TIFA Foundation pada tanggal 15 November 2010 menandatangi

Mou untuk melakukan advokasi kebijakan di sector pendidikan gratis. Salah

satu agenda kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan kajian secara

partisipatif—yakni survey kepuasaan warga terhadap program pendidikan

gratis, yang dilaksanakan di 8 kecamatan. Survey ini melibatkan para murid

dan orang tua murid, termasuk Dewan Pendidikan dan para pemangku

kepentingan lainnya. Survey ini dilakukan selain untuk mengetahui

sejauhmanakah penilaian warga terhadap program pendidikan gratis

dimaksudkan pula sebagai sarana untuk dapat memastikan apakah

permasalahan yang dihadapi dalam program pendidikan gratis adalah

disebabkan buruknya proses dan substansi perbup ataukah disebebkan

karena faktor lainnya.

Untuk itu, pada tahun anggaran 2011 lembaga penelitian dan

advokasi masyarakat sumbawa barat (Legitimid) menggagas satu kajian

penyusunan scalling-up kebijakan program pendidikan gratis sebagai usaha

untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan program

pendidikan gratis yang telah berlangsung selama ini. Kajian dilakukan dalam

bentuk penyusunan naskah akademik dan perumusan awal rancangan

peraturan daerah sebagai bahan bagi pemerintah daerah, DPRD dan para

pemangku kepentingan pendidikan untuk merumuskan dan membahas lebih

lanjut mengenai program pendidikan gratis di masa mendatang.

2. Tujuan dan Landasan Perubahan

Mengapa kita perlu untuk melakukan revisi terhadap Peraturan Bupati

Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Program Pendidikan Gratis? Apa

tujuannya?

Page 5: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 5

2.1. Tujuan Revisi Perbup :

Berikut ini adalah alasan dan tujuan dari revisi Perbup ;

1. Memperbaiki berbagai kelemahan dari Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun

2006 terkait dengan konsep kebijakan Program Pendidikan Gratis,

ketidakjelasan pengaturan dalam berbagai aspek penyelenggaraan

program pendidikan gratis. Selama ini, praktek penyelenggaraan program

pendidikan gratis di Kabupaten Sumbawa Barat merujuk pada landasan

hukum berupa Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2006. Sementara

materi atau substansi Peraturan Bupati yang berlaku saat ini belum

sepenuhnya dapat menjamin terwujudnya peningkatan terhadap mutu

atau kualitas pendidikan dan menjamin adanya keberlanjutan progran

pendidikan gratis dimasa mendatang. Hal ini disebabkan materi yang

terkandung dalam Peraturan Bupati memiliki banyak kelemahan (daftar

list identifikasi permasalahan perbup terlampir).

2. Akibat ketidakjelasan atau buruknya materi dalam Perbup Nomor 11

Tahun 2006, pada akhirnya berdampak pada para pihak (para pemangku

kepentingan pendidikan) kesulitan dalam memahami dan melaksanakan

program pendidikan gratis secara optimal. Permsalahan lainnya yang

dihadapai dari program pendidikan gratis adalah menyangkut sistem

pembiayaan ; (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan

mekanisme pertanggungjawaban), penerapan standar pendidikan

nasional, standar pelayanan pendidikan gratis dan ketentuan lainnya

yang selama ini masih jauh dari harapan sehingga program pendidikan

gratis pada akhirnya masih terbatas pada pencapaian tujuan akses dan

belum mampu menjangkau pada ketercapaian mutu pendidikan yang

berkualitas.

3. Begitu kompleksnya berbagai persoalan yang dihadapai dalam

pelaksanaan program pendidikan gratis yang berlangsung selama ini telah

memuncul konsekeunsi logis berupa banyaknya berbagai keluhan dan

kritik dari masyarakat atas pelaksanaan program pendidikan gratis, dan

issue yang paling banyak mendapatkan sorotan public adalah terkait

dengan buruknya mutu pendidikan gratis.

4. Revisi perbup Nomor 11 tahun 2006 dilakukan untuk memperjelas

berbagai aspek penyelenggaraan pendidikan gratis yang selama ini belum

diatur dengan jelas dalam Peraturan Bupati. Misalnya, mengenai kriteria

Page 6: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 6

dan persyaratan peserta program dan sekolah, materi dan tatacara

verifikasi, evaluasi program, pemantauan dan pengawasan pelaksanaan

program, peran para pihak, partisipasi masyarakat, dan sebagainya.

Berbagaipengaturan tentang hal tersebut belum cukup jelas sehingga

cenderung tidak efektif dan tidak mampu menjawab dinamika dalam

pelayanan pendidikan gratis yang berkembang sangat cepat dan

kompleks.

5. Disamping itu,tujuan dari revisi ini dilakukan pula untuk menambahkan

beberapa pengaturan baru yang selama ini belum tercakup dalam

Peraturan Bupati, namun sangat penting untuk mempercepat

keberhasilan program pendidikan gratis untuk mewujudkan

pembangunan pendidikan yangberkualitas, dan mampu meningkatkan

derajat pendidikan masyarakat. Beberapa pengaturan terkait dengan hal

itu diantaranya adalah mengenai kriteria dan persyarataan penerima

program, standar pelayanan pendidikan gratis, asas-asas pelayanan, hak-

hak warga untuk berpartisipasi dalam program pendidikan gratis, hak-

hak warga menyampaikan keluhan, akuntabiltas pengelolaan program

dan anggaran, belum diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun

2006. Sedangkan berbagai hal tersebut sangat strategis dalam

menjamin terwujudnya program pendidikan gratis yang efektif dan

berkualitas.

6. Agenda revisi pendidikan gratis sesungguhnya sejalan dengan visi KSB

sebagai Kabupaten Percontohan. Maka dalam rangka untuk memperkuat

inovasi dari kebijakan program pendidikan gratis, perlu dilakukan upaya

yang kreatif dan inovatif dalam melahirkan kebijakan di daerah. Sejauh

ini upaya untuk mendorong lahirnya kebijakan yang lebih inovatif masih

minim dilakukan oleh Pemda maupun DPRD—untuk berani dan

berinisiatif mengambil langkah-langkah dan terobosan-terobosan baru

yang lebih konstruktif dan inovatif dalam mendorong program

pendidikan gratis yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, maka Legitimid

atas dukungan Tifa Foundation berinsiatif untuk melakukan advokasi

kebijakan pada sector pendidikan dengan mendorong lahirnya sebuah

payung hukum program pendidikan gratis yang diharapkan bukan hanya

untuk memberikan landasan hukum yang kuat terhadap pelaksanaan

program pendidikan gratis, melainkan adalah dimaksudkan untuk

Page 7: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 7

mendorong adanya perbaikan kualitas program pendidikan gratis dan

mutu pendidikan gratis di KSB;

7. Melalui Revisi Perbup ini diharapkan dapat memberikan kepastian atas

keberlanjutan program pendidikan gratis dimasa mendatang. Mengingat,

landasan hukum program pendidikan gratis yang ada saat ini masih

dalam bentuk Perbup. Dilihat dari aspek politis, keberadaan Perbup lebih

mencerminkan pada bentuk komitmen dari Bupati KSB semata,

sementara itu, disisilain kekuasaan dan keberlangsungan kekuasaan

Bupati KSB saat ini telah memasuki periode kedua dan akan berakhir

pada tahun 2015—yang berartipula pada aspek keberlanjutan program

program pendidikan gratis yang berlangsung saat ini akan terancam

keberlanjutkannya. Padahal, program pendidikan gratis—adalah satu

satunya program yang langsung dirasakan memiliki manfaat dan dampak

bagi masyarakat KSB—dan telah memperoleh dukungan luas dari

masyarakat.

8. Dengan adanya revisi Perbup ini diharapkan dapat mendorong terjadinya

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan

meningkatnya kualitas pendidikan di KSB.

4. Alasan/Landasan Perubahan

Secara umum ada tiga landasan utama dari penyempurnaan peraturan

bupati ini ; Pertama, adalah alasan dan landasan filosofis Secara

filosofis, pembentukan peraturan daerah tentang penyelenggaraan

program pendidikan gratis adalah untuk memberikan jaminan dan

kepastian atas keberlanjutan program pendidikan gratis di KSB dimasa

mendatang. Pembentukan perda juga untuk memberikan payung hukum

dan landasan bagi pemerintah daerah untuk melanjutkan inovasi yang

telah dilaksanakan selama ini. Program pendidikan gratis, perlu untuk

dipertahankan dan terus dikembangkan karena ; (1) merupakan praktek

best practices dari desentralisasi di Indonesia. (2) Program pendidikan

gratis mampu untuk mengurangi angka putus sekolah, meningkatkan

angka partisipasi kasar maupun angka partisipasi murni pendidikan (APK

dan APM), meningkatkan sumber daya manusia (IPM meningkat),

meningkatkan kecerdasan masyarakat, mengurangi beban ekonomi

masyarakat, serta mampu mendorong terwujudnya kesejahteraan

Page 8: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 8

masyarakat. (3) program pendidikan gratis adalah instrumen penting

untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan cita cita daerah, mewujudkan

masyarakat yang cerdas, sejahtera dana sarana menju peradaban yang

fitrah.

Penyelenggaraan pendidikan gratis adalah merupakan bentuk investasi

jangka panjang yang tak ternilai harganya dimasa mendatang untuk

kemajuan pembangunan KSB. Oleh karena itu dibutuhkan regulasi untuk

mendukung program pendidikan gratis. Kedua adalah alasan dan

landasan yuridis. Secara yuridis landasan pembentukan peraturan

daerah ini adalah untuk melaksanakan ; pertama, amanah pembukaan

UUD 1945 alinia 4 (empat), yang intinya negara berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan manah

pasal 28C ayat (1) UUD 1945 (amandemen), pasal 31 ayat (1), 31 ayat (2)

dan 31 ayat (4) yang intinya negara berkewajiban dan rakyat berhak untuk

memeproleh pendidikan.

Kedua, adalah amanah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan Pemerintah Daerah

wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi

setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun,

Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar, yang

intinya menegaskan bahwa setiap warga negara wajib belajar hingga 9

tahun dan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah menjamin

terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar

tanpa memungut biaya.

Ketiga adalah oleh karena Pemerintah daerah telah menetapkan

Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 23 Tahun 2008

Tentang Program Wajib Belajar 12 Tahun di Kabupaten Sumbawa Barat

(Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2008 Nomor 23,

Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 90),

maka konsekuensi atas penetapan kebijakan tersebut, Pemerintah

Daerah berkewajiban untuk mendanai program wajib belajar 12 tahun.

Keempat, secara yuridis kedudukan perbup nomor 11 tahun 2006

tentang pedoman pelaksaaan program pendidikan gratis sebagai payung

hukum sekaligus landasan penyelenggaraan program pendidikan gratis di

KSB sudah kurang relevan lagi untuk digunakan.

Page 9: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 9

Kelima, Perubahan perbup ini perlu dilakukan oleh karena

kedudukan perbup yang secara hierarkhis hukum adalah merupakan

peraturan paling rendah disisilain masa jabatan Bupati dan wakil bupati

akan berakhir pada tahun 2015 menjadi sangat rentan, program

pendidikan gratis potensial terancam berakhir manakala Bupati dan wakil

bupati pada periode selanjutnya tidak memiliki komitmen dan politicall

will yang sama dan kuat untuk melanjutkan program pendidikan gratis.

Keenam, oleh karena telah terjadi berbagai erubahan peraturan

perundang-undangan baru yang dilahirkan oleh pemerintah pusat maka

perlu pemeritah daerah untuk melakukan penyesuaian kebijakannya

dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku saat ini

Keenam, oleh karena peraturan bupati sebagai pedoman

penyelenggaraan program pendidikan gratis memiliki beberapa

kekurangan (tidka komprehensif) mengatur berbagai hal, serta dalam

implementasinya banyak menimbulkan kendala/permasalahan, karena

itu maka perlu dilakukan perubahan.

Lasan dan landasan Sosiopolitis. Secara politik, perubahan

perbup perlu dilakukan karena situasi politik yang mengkehendaki masa

jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah berakhir pada tahun

2015, sehingga untuk menjamin keberlangsungan program pendidikan

gratis dibutuhkan peraturan daerah agar lebih memiliki kekuatan dan

jaminan keberlanjutan. Secara politis, hubungan esekutif dan legislatif

yang berlangsung saat ini cukup harmonis, sehingga berpotensi usulan

perubahan dapat diterima, dan dengan ditetapkannya pelaksanaan

program pendidikan gratis secara politis dan hukum akan mengikat

lembaga legsilatif.

Secara sosial, program pendidikan gratis merupakan program

sosial yang didukung oleh sebagian besar masyarakat, karena manfaat

dan dampaknya sangat besar bagi masyarakat. Kebijakan program

pendidikan gratis telah membantu untuk meringankan beban ekonomi

masyarakat, meningkatkan akses pendidikan bagi seluruh warga usia

sekolah, mengurangi angka putus sekolah, meningkatkan SDM

masyarakat dan pada akhirnya program pendidikan gratis dapat

mengurangi tingkat kemiskinan disatu sisi pada waktu bersamaam

mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program

pendidikan gratis sangat dibutuhkan di masa mendatang, dan untuk

Page 10: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 10

menjamin kepastian dan keberlanjutan program pendidikan gratis, maka

perlu adanya peraturan daerah tentang program pendidikan gratis

sebagai landasan penyelenggaraan program.

5. Arah Perubahan Revisi Perbup Pendidikan Gratis

1) Landasan Penyelenggaraan Program Pendidikan Gratis

Landasan pelaksanaan program pendidikan gratis di KSB adalah

berdasarkan Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 11 Tahun 2006

Tentang Program Pendidikan Gratis di Kabupaten Sumbawa Barat,

peraturan ini ditetapkan pada tanggal 2 Mei 2006 dan diberlaku surut mulai

sejak tanggal 1 januari 2006.

Bila melihat latar belakang sejarah, lahirnya Perbup maka tidak lepas

dari dinamika dan konstelasi politik pasca pilkada langsung 2005. Kondisi

DPRD terfragmentasi, relasi eksekutif dengan legislatif kurang berjalan

harmonis, sebagian anggota DPRD KSB periode 1999-2004 menolak rencana

kebijakan program pendidikan gratis. Rancangan peraturan daerah yang

disiapkan oleh Pemerintah Daerah “terpental” karena belum saatnya KSB

menerapkan kebijakan pendidikan gratis , karena sebagai Kabupaten baru

terbentuk pada akhir tahun 2003, KSB membutuhkan banyak anggaran

untuk melaksanakan program khususnya pembangunan infrastuktur daerah.

Kebijakan pendidikan gratis, bukan merupakan agenda prioritas

pembangunan daerah tahun 2006.

Oleh karena, tidak adanya dukungan politik dari legislative saat itu,

maka kebijakan program pendidikan gratis akhirnya ditetapkan melalui

Peraturan Bupati.

Landasan Perbup Memiliki Kelemahan

Secara konseptual- hireraki perundang-undangan, kedudukan

Peraturan Bupati berada pada tingkat paling rendah karena itu, jaminan

kepastian dan keberkelanjutan program masih sangat rentan. Ancaman

terhentinya program pendidikan gratis cukup potensial dengan landasan

hukum Perbup. Akibat lainnya adalah : (a) Potensi peluang untuk dapat

dibatalkan perbup masih terbuka lebar karena kedudukannya (perbup) yang

Page 11: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 11

paling rendah dalam hierarkis perundang-undangan sehingga perbup sesuai

asas perundang-undangan, tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang

lebih tinggi (b) tidak adanya jaminan kepastian dan keberlanjutan terhadap

penyelenggraan program pendidikan gratis yang berkualitas dimasa

mendatang, karena perbup hanya mencerminkan komitmen dan tanggung

jawab politik yang terbatas pada lingkup Bupati, bukan merupakan cermin

dari komitmen politik dan tanggung jawab bersama seluruh pihak,

khususnya DPRD. Ancaman terhadap terhentinya program pendidikan

gratis akan sangat terbuka lebar untuk dihilangkan atau dihapuskan ketika

pada akhir masa jabatan Bupati 2015, dan Kepala Daerah terpilih nantinya

tidak memiliki komitmen yang sama untuk melanjutkan program pendidikan

gratis, maka dapat dipastikan pula pada tahun 2015, program pendidikan

gratis yang selama ini dilaksanakan dapat berakhir ditengah jalan. Dan

tentu, hal ini akan menjadi persoalan sosial baru di masyarakat di masa

mendatang.

Arah Penyempurnaan Perubahan Landasan Program Pendidikan

Gratis di Masa Mendatang

Bentuk produk hukum yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program

pendidikan gratis dimasa mendatang adalah Peraturan Daerah. Mengapa

dibutuhkan perda, oleh karena ; (1) PERDA merupakan salah satu jenis

Peraturan Perundang-undangan dan merupakan bagian dari sistem hukum

nasional yang berdasarkan Pancasila. Dan pada saat ini mempunyai

kedudukan yang sangat strategis karena diberikan landasan konstitusional

yang jelas sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan

“Pemerintahan Daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan”.

Berdasarkan UU No.10 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan serta hierarkhi perundang-undangan

kedudukan Perda di atas Peraturan Bupati. Berdasarkan UU No 32 Tahun

2004 pasal 146 ayat (1) menjelaskan bahwa Materi muatan Peraturan

Kepala Daerah adalah materi untuk melaksanakan Peraturan

Daerah atau atas kuasa peraturan perundang-undangan. Jadi

beranjak dari ketentuan tersebut akan lebih tepat, jika Program Pendidikan

Gratis ditetapkan melalui Peraturan Daerah, dan terhadap materi yang

Page 12: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 12

memerlukan peraturan lebih lanjt/aturan pelaskaaan diatur dalam Peraturan

Bupati dan Keputusan Bupati.

Konsekeunsi lainnya jika ditetapkannya melalui melalui perda, maka

komitmen untuk melaksanakan program pendidikan gratis bukan hanya

semata dari Bupati melainkan pula DPRD—sehingga Bupati dan DPRD

sama-sama bertanggung jawab untuk memastikan keberlanjutan terhadap

program pendidikan gratis.

2). Pertimbangan Hukum Dalam Perbup Tidak Relevan Dengan

Perkembangan Kebijakan Pendidikan Saat ini

Dasar pertimbangan hukum (dasar mengingat) dalam peraturan

Bupati Nomor 11 Tahun 2006 tidak memasukkan lembara negara/daerah

dan tambahan negara dari setiap peraturan yang dicantumkan dalam

Perbup. Padahal, Lembaran Daerah/Negara harus dicantumkan dalam

penulisan dasar mengingat karena lembaran daerah/Negara menyangkut

keberlakuan dan keabsahan produk hukum. Kedua, dasar hukum yang

dijadikan alas pertimbangan dasar mengingat juga banyak yang tidak

memeiliki keterterkaitan langsung dengan materi pendidikan. Sebagai besar

dasar pertimbangan mengingat dalam Peraturan Bupati Nomor 11 tahun

2006, sudah kurang tidak relevan lagi dijadikan alas perbup karena telah

terjadi berbagai perubahan kebijakan peraturan perundang-undangan

baru—untuk itu, maka Peraturan tersebut perlu disesuaikan dengan

perkembangan kebijakaan atau peraturan perundang-undangan yang

berkembang dan berlaku saat ini.

Arah Penyempurnaan Kebijakan

Perubahan Peraturan Bupati—menjadi Peraturan Daerah diarahkan pada

perubahan dan penyempurnaan terhadap landasan hukum (dasar mengigat)

untuk merespons dan mengakomodir sejumlah peraturan baru terkait

dengan penyelenggaraan pendidikan diantaranya; Peraturan Pemerintah 74

Tahun 2008 tentang Guru, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan

Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar; Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan,

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang pelayanan Publik dan

beberapa peraturan terkait lainnya—perlu untuk dimasukkan kedalam dasar

mengingat.

Page 13: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 13

3). Jangkauan dan Cakupan Materi Peraturan Bupati masih bersifat

terbatas

Secara umum materi Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2006 masih

banyak terdapat kelemahan. Kelemahan tersebut adalah mengenai cakupan

dan ketidakjelasan materi yang diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 11

Tahun 2006. Secara rinci Peraturan Bupati terdiri dari 7 Bab dengan jumlah

pasal sebanyak 26 pasal yang mengatur tentang ketentuan umum, tujuan

dan sasaran, para pihak terkait dan tugas fungsi, penggunaan pembiaayan

program, mekanisme pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan, pendataan

dan pelaporan. Dari hasil kajian terhadap muatan materi peraturan bupati

serta kalimat perundang-undangan yang digunakan dalam perumusan pasal

demi pasal terdapat beberapa kelemahan antara lain, sebagai berikut ini:

No Pasal Subtansi yang

diatur Kelemahan

1 Pasal 3 Sasaran Penerima Program Pendidikan Gratis

a. Tidak mengatur syarat dan perlengkapan persyaratan yang harus dipenuhi oleh penerima program pendidikan gratis

b. Tidak mengatur mekanisme dan format verifikasi serta petunjuk teknis atau pedoman bagi sekolah-sekolah untuk melakukan verifikasi

2 Pasal 4 dan pasal 5

Para Pihak Terkait dan Tugas Fungsi

a. Tidak ada petunjuk pelaksana maupun petunjuk teknis dari para pihak untuk melaksanakan tugas fungsinya, cakupan dan batasan lingkup tugas dan fungsi, hak dan kewajiban para pihak, sanksi dan sebagainya.

b. Uraian tugas yang dijabarkan dalam perbup lebih kepada uraian fungsi dari tupoksi masing-masing dinas/badan yang berlaku selama ini yang “tanpa” diatur dalam perbup pun memang melaksanakan fungsi tersebut.

c. Tentang Unit Pengaduan Masyarakat (UPM), tidak jelas kedudukannya dimana, personil, mekanisme dan tata kerja, hak dan kewajiban dan lain sebagainya, tidak diatur dalam perbup, dan hingga saat ini tidak ada petunjuk teknis maupun petunjuk pelaksana

Page 14: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 14

mengenai UPM

3 Pasal 19 Penggunaan Pembiayaan Progran

a. Perbup tidak mengatur prinsip-prinsip pengelolaan biaya pendidikan, mekanisme pengelolaan, hak dan kewajiban dalam pembiayaan dan sebagainya

b. tidak ada petunjuk teknis maupun petunjuk pelaksana terkait dengan pembiayaan program

4 Pasal 20 s.d. pasal 24

Mekanisme pelaksanaan

a. perbup tidak mengatur secara jelas mekanisme pelaksanaan apasajakah yang perlu diatur dalam perbup

b. perbup hanya mengatur mengenai verifikasi peserta penerima program pendidikan dan tidak ada petujuk pelaksanaan lebih lanjut, seperti pemutakhiran data dan verifikasi, syarat-syarat pengajuan pencairan keuangan, pertanggungjawaban, dan lain sebagainya

c. ketidakjelasan tentang evaluasi pelaksanaan program pendidikan gratis yang dikaitkan dengan GSP dilaksankan oleh Dinas pendidikan dan Dinas Kehutanan, pertanian dan Ketahanan pangan

d. ketidakjelasan pengaturan mengenai pembentukan Tim

e. ketiadaan juklak dan juknis dari pelaksanaan, termasuk format pelaporan program

5 Pasal 25 s.d. pasal 26

Pemantauan dan Pengawasan

a. ketidakjelasan pihak-pihak terkait dalam melakukan pemantauan pelaksanaan program

b. tidak diatur secara jelas pemantauan apakah yang dilakukan oleh masih-masing pihak terkait, bagaimanakah mekanisme pemantauan yang dilakukan, format pemantauan dan sebagainya.

6 Pasal 27 Pendataan dan Pelaporan

a. tidak adan petunjuk teknis dan pelaksana mengenai pendataan dan pelaporan

b. tidak jelas diatur tentang pendataan dan pelaporan, misalnya siapa yang mendata, mengelola data, mendokumentasikan data, hak

Page 15: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 15

dan kewajiban, format pendataan, mekanisme pendataan dan sebagainya. Begitupun mengenai pelaporan pelaksanaan program, tidak ada standar pelaksanaan pelaporan program untuk masing-masing sekolah sebagai acuan bagi sekolah untuk menyusun laporan pelaksanaan program

4). Tidak adanya Petunjuk Pelaksana dan Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Perbup

Merujuk pada materi Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2006,

maka sesungguhnya dibutuhkan berbagai aturan pelaksanaan, baik

berupa petunjuk pelaksana maupun petunjuk teknis. Namun, Peraturan

Bupati yang ada saat ini (Perbup Nomor 11 tahun 2006), ternyata adalah

merupakan Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Gratis. Entah

darimana dasar rujukannya—yang pasti jika perbup itu dimaksukan

adalah sebagi juklak program pendidikan gratis, maka sudah sepatutnya

perbup dapat dijadikan sebagai pegangan dan dapat memberikan

gambaran secara komprehensif dan sistematis, termasuk pengaturan para

impelemnting agency ataupun rule oncuupation atau pihak-pihak yang

dituju dari peraturan tersebut.

Dilihat dari aspek susbstansi yang diatur dalam Peraturan Bupati

nampak ketidaksesuaian, pedoman apa sesungguhnya yang diatur dalam

Perbup itu sendiri, apakah pedoman perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, pengawasan, akuntabilitas dalam program pendidikan

gratis ataukah apa? Begitupun mengenai kelompok sasaran yang dituju

dari pedoman tersebut s. Pedoman untuk siapa? Karena seluruh pihak

yang dituju begitu luas dan cakupan mengenai tugas, fungsi, hak dan

kewajiban masing-masing pihak yang dituju dari aturan tersebut tidak

jelas. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika dalam pelaksanaanya,

menimbulkan banyak penafsiran dan kebingungan, bahkan aturan

tersebut sesungguhnya tidak mampu untuk mengjangkau apa yang

diinginkan oleh Bupati.

Secara yuridis, jika Perbup adalah Pedoman (juklak), maka tentu

ada peraturan diatasnya. Karena pada dasarnya pedoman ini adalah

untuk melaksanakan aturan/kebijakan diatasnya. Jadi memang terkesan

agak aneh dan timpang. Dalam praktek, peraturan bupati yang dijadikan

pedoman sangat simpang siur. Dari hasil kajian, persoalan ini tidak lepas

dari paradigma perancang peraturan dalam memahami legislative

Page 16: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 16

drafting. Untuk dapat melaksanakan Perbup Nomor 11 Tahun 2006

dengan efektif, maka setidaknya jika merujuk pada materi yang ada dalam

perbup, masih membutuhkan peraturan lebih lanjut yang perlu

dijabarkan dalam bentuk petunjuk pelaksana dan ataupun petunjuk

teknis, sehingga para pihak yang dituju baik impelemnting agency (badan

pelaksana) maupun role accupation (para pihak yang dituju dalam

peraturan) dapat melaksanakan sesuai dengan peraturan.

Beberapa masalah kurang efektifnya perbup, karena cakupan dan

materi yang diatur yang dimaksudkan sebagai pedoman program, tidak

cukup komprehensif dan sistematik. Dan jika merujuk pada perbup

tersebut, maka terdapat beberapa peraturan pelaksaan yang perlu diatur

lebih lanjut, antara lain adalah meliputi ;

a. juklak dan juknis tentang pendataan dan verifikasi penerima

program pendidikan gratis

b. petunjuk teknis pelaksanaan persyaratan dan kelengkapan

persyaratan penerima program pendidikan gratis

c. juklak dan juknis tentang pembentukan Tim dan Tata Kerja Tim

d. juklak dan juknis pelaporan program pendidikan gratis

e. juklak dan juknis tentang pemantauan dan pengawasan program

pendidikan gratis untuk para pihak terkait

f. juklak dan juknis pembentukan Unit Pengaduan Masyarakat dan

Tata Kerja Unit Pengaduan Masyarakat

g. Juklak dan juknis Pelaporan Program Pendidikan Gratis.

h. Juklak dan Juknis Tata Cara Pengelolaan Anggaran, prosedur dan

Mekanisme Pengelolaan Anggaran untuk masing-masing sekolah

i. Juklak dan juknis Pelaporan program dan ;

j. Juklak dan juknis mengenai para pihak dan fungsi masing-masing

para pihak dalam pelaksanaan program pendidikan gratis.

Selain lingkup materi peraturan yang belum cukup komprehensif

untuk mendukung pelaksanaan program pendidikan gratis berjalan

efektif, dari aspek teknis kalimat perundang-undangan yang dirumuskan

dalam pasal-pasal juga masih menimbulkan ketidakjelasan dan

berpotensi terjadi multitafsir dan kondisi ini telah menimbulkan

permasalahan dalam pelaksanaan program.

Arah Perubahan/Penyempurnaan

Beranjak dari permasalahan diatas, maka arah perubahan

penyempurnaan Peraturan Bupati—Penyusunan Peraturan daerah yang

dituju adalah penyempurnaan terhadap judul dan materi peraturan,

Page 17: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 17

penyempurnaan terhadap kalimat peraturan, penyempurnaan terhadap

sistematika materi, dan beberapa permasalahan lainnya agar lebih

komprehensif dan sistematis.

5). Minimnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Program

Pendidikan Gratis

Pemahaman masyarakat terhadap program pendidikan gratis

ternyata masih sangat minim dan masih sangat beragam. Bahkan,

sebagian besar masyarakat tidak mengetahui materi apasajakah yang

diatur dalam Perbup Nomor 11 Tahun 2006. Masyarakat tahu ada

program pendidikan gratis dari mendengar di “deker” atau informasi dari

para guru, teman, atau warga-warga yang ada dikampung yang

membicarakan tentang program pendidikan gratis. Rendah pengetahuan

masyarakat karena sejak awal dalam proses penyusunan Peraturan

tersebut keterlibatan masyarakat sangat rendah, bahkan sama sekali tidak

terlibat. Peraturan Bupati disusun ‘sendiri” oleh bagian hukum, tanpa ada

proses konsultasi publik secara luas dan terbuka.

Kurangnya sosiliasi ini menurut pemda muncul karena saat proses

penyusunan kebijakan keadaan atau situasi dalam “genting”. Ketika itu

ada penolakan dari DPRD--hubungan eksekutif dan legislatif tidak

berjalan harmonis, akibat kemelutt politik pilkada 2005 yang masih

meninggalkan sederatan persoalan, dan Bupati terpilih ketika itu

mendapat penolakan—pilkada dianggap curang dan Bupati terpilih oleh

sebagain kalangan dianggap tidak memiliki legitimisi.

Saat ini kondisi KSB relative kondusif, namun hingga saat ini

upaya sosialiasiterhadap perbup secara langsung yang dilakukan oleh

pemerintah daerah c.q. Bagian Hukum maupun DPRD sangat minim.

Hanya sebagian kecil kalangan yang dapat mengakses Perbup Nomor 11

tahun 2005—bahkan beberapa aparat birokrasi masih memandang

produk hukum tersebut sebagai “rahasia Negara”. Tidaklah

mengherankan, jika pada akhirnya pula para tenaga pendidik yang ada di

setiap sekolah tidak mengetahui pula secara komprehensif dari perbup

pendidikan gratis, sebagain besar mereka mengaku belum menerima dan

membaca perbup.

Kondisi inilah yang mendorong pada kahirnya dimasyarakat

program pendidikan gratis dimaknai sebagai program gratis sekolah,

seluruh biaya pendidikan mulai dari A sampai Z menjadi tanggungjawab

pemerintah daerah. Bagi sekolah yang kesulitan pendanaan, maka

Page 18: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 18

menjadi sangat sulit untuk dapat menarik dana sumbangan dari

masyarakat, seperti misalnya dana untuk kegiatan ekstrakurikuler, biaya

kursus/jam tambahan mengajar diluar sekolah, dan sebagainya. Padahal

pada sisilain, anggaran yang disediakan dari program pendidikan gratis

selama ini masih sangat terbatas dan seringkali terlambat.

Arah Perubahan

Untuk mengatasi beberapa kelemahan/kendala sebagaimana

diatas, maka arah perubahan yang perlu dilakukan, menurut hemat kami

adalah ; pertama, perlu adanya pelibatan masyarakat dalam proses

pembentukan peraturan daerah (revisi perbup), sejak awal pemerintah

daerah c.q. bagian hukum dan DPRD perlu mengajak masyarakat—

rancangan peraturan daerah sudah saatnya untuk didisitribusikan

kepada masyarakat, khsusunya adalah sekolah (tenaga pendidik) dan para

orang tua/wali. Pemerintah harus bersikap terbuka untuk menerima

saran dan masukan dari masyarakat terhadap rancangan peraturan

daerah yang akan dibahas dan ditetapkan.

Kedua, mengenai jumlah pembiayaan program pendidikan untuk

membiayai operasional sekolah mulai dari TK/RA s.d. SMA/MA/SMK

perlu dilakukan penyesuaian dan pengkajian secara mendalam dan

dilakukan evaluasi secara terus menerus, karena pembiayaan operasional

sekolah sangat tergantung dengan dinamika pasar, fluktuasi harga, dan

faktor lainnya, pada setiap akhir tahun perlu dilakukan evaluasi dan

penyesuaian terhadap biaya operasional sekolah. Mengenai jumlah

pembiayaan operasional ini dapat dicantumkan dalam peraturan daerah

dan atau dapat pula dicantumkan secara khusus dalam bentuk surat

keputusan penetapan biaya operasional sekolah/tahun.

6). Masyarakat Memerlukan Jaminan Kepastian dan

Keberlanjutan Program Pendidikan Gratis

Program pendidikan gratis sangat dibutuhkan masyarakat,

terutama masyarakat miskin-- untuk itu, perlu dipertahankan dan

dilanjutkan di masa mendatang. Oleh karena program pendidikan gratis

dirasakan memiliki dampak dan manfaat langsung. Melalui program ini

selain membantu mengurangi beban atau biaya pendidikan yang selama

Page 19: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 19

ini ditanggung oleh orang tua/wali murid juga dapat mendorong derajat

pendidikan masyarakat kearah yang lebih baik.

Saat ini mulai muncul keraguan sekaligus kecemasan akan

keberlanjutan program pendidikan gratis, karena Bupati saat ini telah dua

kali menjabat dan akan berakhir masanya pada tahun 2015. Pertanyaan

yang banyak muncul dikalangan masyarakat saat ini adalah “apakah

program pendidikan gratis nanti akan tetap ada dan dilanjutkan oleh

Bupati yang akan datang?

Kekhawatiran ini sangat wajar karena program pendidikan gratis

saat ini hanya—ditetapkan melalui Peraturan Bupati nomor 11 tahun

2006. Tuntutan atas kepastian dan keberlangsungan program pendidikan

gratis diharapkan pula dapat direspon oleh DPRD sebagai lembaga

perawakilan rakyat, dan sejauh ini politicall will DPRD terhadap

masyarakat untuk melanjutkan program pendidikan gratis masih sangat

lemah, bahkan terkesan DPRD menegasikan persoalan dan tuntutan

masyarakat yang berkembang

Arah perubahan

Scalling-up perbup untuk menjadi Perda adalah salah satu cara

sekaligus usaha untuk menjamin kepastian dan kebrelanjutan terhadap

program pendidikan gratis. Dorongan perlu pembentukan perda selain

untuk menyempurnakan beberapa kelamahan perbup adalah

dimaksudkan untuk mendoroong komitmen bersama seluruh

stakeholders did aerah, khususnya DPRD untuk tetap melanjutkan

program pendidikan gratis. Scalling-up ini juga sebagai upaya untuk

“mengikat” DPRD agar sebagai lembaga perwakilan rakyat turut

bertanggungjawab untuk memperjuangkan aspirasi yang berkembang

dimasyarakat. Bertanggung jawab untuk mengalokasikan anggaran

program pendidikan gartis serta sebagai upaya untuk menaikkan derajat

hierarkhi produk hukum pengaturan program pendidikan gratis yang

sebelumnya masih dalam bentuk perbup menjadi peraturan daerah.

Arah perubahan yang penting pula yang perlu dipersiapkan saat ini

adalah membangun sistem pendidikan gratis yang efektif, komprehensig

dan sistematis. Sehingga, jika sistem program pendidikan gratis telah

terbangun, maka diharapkan melalui sistem yang terbangun ini mampu

untuk menjaga/mengawal Bupati dan Wakil Bupati maupun DPRD untuk

mengikuti sistem tersebut. Untuk itupula, maka segala aspek regulasi

yang bersifat mengikat untuk kesempurnaan produk hukum—program

Page 20: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 20

pendidikan gratis perlu dirumuskan dan ditetapkan sejak sekarang.

Dengan berbagai instrumen hukum yang mengikat itupula diharapkan

akan muncul komitmen dan politicall will yang sama Bupati dan Wakil

bupati di masa mendatang yang terpilih dengan Bupati yang ada saat ini.

7). Pendidikan Gratis Yang Bermutu Dimasa Mendatang

Sebagaian besar masyarakat mengakui, program pendidikan gratis

yang berlangsung saat ini telah membuka akses-- untuk dapat mengikuti

proses pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Pendidikan gratis,

telah mendorong motivasi dan memberikan asa baru—untuk mencapai

pendidikan yang tinggi.

Ketercapaian tujuan program pendidikan gratis pada aspek

ketersediaan dan keterjangkauan sudah cukup berhasil Indikasi ini

tercermin dari Angka Partisipasi Murni dan angka Partisipasi Kasar yang

terus mengalami perbaikan, disamping meningkatnya posisi Indeks

Pembangunan Masyarakat (IPM) KSB yang sebelumnya berada pada

posisi ke 7 dari 10 kabupaten/Kota di NTB naik menjadi peringkat ke 3.

Kedepan, , tujuan program pendidikan gratis diharapkan tidak lagi

sebatas pada ketersediaan akses melainkan harus merambah pada

peningkatan mutu/kualitas pendidikan karena mutu pendidikan yang

masih relative buruk.Memang, dikalangan masyarakat graaa roots

persoalan mutu pendidikan, bukan peroslan utama namun bukan berarti

hak warga miskin untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas harus

dibatasi dengan pendidikan gratis.

Masyarakat pada lapisan grass roots juga berharap program

pendidikan gratis dimasa mendatang, tidak lagi sebatas pada biaya

“pembebasan biaya” SPP, melainkan pula harus dapat menjangkau biaya

lainnya seperti ; biaya baju, buku, sepatu, transportasi dan sebagainya,

karena biaya inilah yang dirasakan masih mahal.

Atas dasar itulah, maka dimasa mendatang dibutuhkan adanya

reformulasi ulang terhadap sasaran kebijakan pemberian dana program

pendidikan gratis. formulasi kebijakan baru program pendidikan gratis

haruslah dapat mengutamakan terlebih dahulu kebutuhan dan

kepentingan masyarakat miskin.

Arah perubahan Yang dibutuhkan

Page 21: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 21

Salah satu kelemahan dari Peraturan Bupati Nomor 11 tahun 2006

adalah tidak diaturnya mengenai standar pendidikan gratis. Persoalan

lainnya adalah rendahnya kapasitas dan profesionalisme guru, masih

terbatasanya sarana dan prasarana sekolah, dan faktor-faktor lainnya

yang menyebabkan mutu pendidikan rendah. Perubahan revisi perbup

diarahkan pada upaya perbaikan terhadap standar pendidikan dan dalam

pemberian pelayanan mengacu pada UU.No.25 tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik. Sedangkan terkait dengan jumlah dan alokasi

pemberian dana pendidikan yang tidak seragam perlu dilakukan kajian

dan diatur secara khusus dalam surat keputusan atau ketetapan tentang

besarnya proporsi anggaran bagi setiap peserta/siswa.

8). Rendahnya Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana

Pendidikan Gratis

Selama ini dana program pendidikan gratis untuk siswa, tidak

diberikan langsung kepada siswa melainkan kepada sekolah. Sejumlah

kalangan menilai bahwa pemberian dana ke sekolah potensial terjadi

penyimpangan, karena selama ini tidak ada keterbukaan informasi dan

pertanggungjawaban publik terhadap pengelolaan dana program

pendidikan gratis. Disamping itu, juga berpotensi terjadi manipulasi

terhadap jumlah data siswa. Terkait dengan itu, ada sebagian kecil

kalangan masyarakat yang menginginkan agar pemberian dana

pendidikan gratis diberikan secara langsung berupa uang tunai kepada

para penerima (siswa), dengan alasan dana tersebut adalah merupakan

hak penerima program, karena itu siswa atau orang tua siswalah yang

memiliki otoritas langsung untuk mengelolanya, bukan sekolah.

Keinginan sebagian kalangan ini, justeru banyak yang ditolak oleh

masyarakat, khususnya dari para tenaga pendidik. Mekanisme

pemberian dan pengelolaan dana langsung kepada masing-masing

sekolah sudah tepat, karena dengan langsung sekoolah yang menerima

dapat memberikan jaminan, dana pendidikan gratis yang diberikan oleh

pemerintah daerah sesuai peruntukkanya ; membebaskan biaya

operasinal siswa. Karena justeru, jika diberikan langsung dalam bentuk

uang tunai kepada masing-masing siswa/orang tua siswa/wali dapat

digunakan siswa/orang tua siswa/wali untuk keperluan belanja yang

lainnya sehingga siswa pada akhirnya terkendala untuk mambayar uang

sekolah.

Page 22: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 22

Dari aspek pemberian dana pendidikan gratis kepada sekolah-

sekolah sudah cukup tepat. Persoalannya sekarang adalah bagaimana

pemerintah daerah, masyarakat dan DPRD dapat mendorong adanya

transparansi dan akuntabilitas dari masing-masing sekolah penerima

program pendidikan gratis, agar dana program pendidikan gratis dapat

diakses publik dan dipertanggungjawabkan serta tidak disalahgunakan.

Khususnya, terhadap sekolah swasta, karena pertanggungjawaban

sekolah swasta tergolong rendah dan pada sekolah swasta tidak ada

larangan khusus dari pemerintah daerah untuk menarik dana-dana dari

siswa atau orang tua siswa, sehingga dapat terjadi doubel acount

anggaran. Disatu sisi sekolah tersebut menerima program dana

pendidikan gratis, juga mereka menerima dana-dana dari siswa atau

orang tua murid melalui kebijakan di yayasan tersebut.

Arah Perubahan

Transparansi pengelolaan anggaran pendidikan di masing-masing

sekolah harus dibangun di masing-masing sekolah, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan atas program. Sekolah

harus membuka akses dan menyampaikan secara terbuka terhadap para

pemangku kepentingan yang ad di sekolah, seperti Komite Sekolah,

Dewan Pendidikan, orang tua siswa/wali, dan kepada siswa. Kegiatan

yang dilakukan misalnya dengan memasang papan informasi mengenai

dana program pendidikan gratis, mengundang para orang tua/wali untuk

mensosialisasikan anggaran yang diterima sekolah dari program

pendidikan gratis, mempublikasikan secara terbuka laporan penggunaan

anggaran pendidikan gratis dan lain sebagainya. Pertanggungjawaban

pengelolaan anggaran pendidikan gratis, tidak lagi sebatas penyampaian

pelaporan sekolah kepada Dinas, melainkan pertanggungjawaban harus

pula disampaikan kepada Komite Sekolah, Dewan Pendidikan dan para

orang tua/wali siswa.

9). Menurunnya Partisipasi dan Tanggung Jawab Orang Tua/Wali

dan Siswa

Salah satu masalah yang muncul sejak diberlakukannya program

pendidikan gratis adalah adanya kecendrungan menurunnya partisipasi

dan tanggungjawab orang tua/wali siswa dalam memotivasi, mengawasi

dan membina anaknya (siswa), bahkan sebagian orang tua, semakin

kurang peduli terhadap perkembangan dan kemajuan siswa. Mereka

merasa oleh karena sekolah sudah gratis, maka berarti tanggungjawab

Page 23: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 23

orang tua terhadap pembiayaan sekolah sudah menjadi tanggung jawab

pemerintah, karena sudah menjadi tanggungjawab pemerintah, maka

kewajiban orang tua sudah tidak ada lagi, dan karena itu pula, jika ada

anak siswa yang tidak naik kelas atau malas belajar tidak ada implikasinya

terhadap orang tua/wali, karena orang tua tidak dirugikan, toh meskipun

tidak naik kelas atau malas belajar dana pendidikan gratis tetap berjalan

dan siswa tetap menerima program pendidikan gratis.

Dampak dari minimnya partisipasi dan tanggungjawab orang tua

terhadap siswa berpengaruh terhadap beban tugas dan fungsi para

tenaga pendidik yang semakin meningkat, para tenaga pendidik, pada

akhirnya harus membuat sejumlah kebijakan yang lebih kreatif dan ketat

dalam pengawasan dan pembinaan siswa agar para siswa yang ada di

masing-masing sekolah tetap menjalankan proses pembelajaran di

sekolah dengan baik. Disamping , motivasi dan tanggungjawab dari para

siswa itu sendiri yang juga cenderung menurun.

Ada beberapa faktor munculnya masalah di atas ; pertama,

karena kurangnya pemahaman orang tua dan siswa terhadap tujuan

program pendidikan gratis, bahkan siswa rata-rata belum tahu dan

pernah membaca Perbup Nomor 11 Tahun 2006 (khususnya siswa SMP

dan SMA). Sehingga sebagian siswa salah mensalahtafsirkan semangat

dan tujuan dari program pendidikan gratis. Sehingga program

pendidikan gratis, dimaknai sebagai hilangnya beban dan tanggungjawab

mereka sebagai siswa kepada orang tua, guru dan sekolah—mereka

merasa tidak perlu lagi untuk terus belajar dan meningkatkan

prestasinya. Karena toh, jikalaupun pada akhirnya mereka gagal, orang

tua mereka tidak dirugikan karena tidak ada biaya yang dikeluarkan,

segala tanggungjawab kembali kepada sekolah dan pemerintah daerah.

Arah Perubahan

Salah satu penyebab masalah di atas adalah karena di dalam

Perbup Nomor 11 Tahun 2006 tidak mengatur pembatasan waktu dan

jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk membiaya

siswa di masing-masing jenjang, misalnya ; terkait dengan jenjang

pendidikan di SMP adalah 3 tahun. Disamping itu adalah tidak adanya

sanksi kepada siswa atau orang tua, misalnya sanksi berupa “pemutusan”

dana bantuan pendidikan gratis apanila siswa/anak tersebut tidak naik

kelas atau malas atau melanggar peraturan tata tertib yang ada di sekolah.

Ketiadaan mekanisme tersebut menjadi salah satu pemicu minimnya

Page 24: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 24

tingkat partisipasi dan tanggung jawab orang tua/wali murid untuk

mendukung upaya pencapaian program pendidikan gratis, termasuk

peningkatan mutu/kualitas pendidikan.

Oleh sebab itu, maka dalam revisi Perbup saat ini perlu

dirumuskan adanya ketentuan pembatasan waktu dan jumlah

pembiayaan pada setiap jenjang pendidikan serta sanksi terhadap siswa.

Pembatsan waktu disesuaikan dengan masa jenjang pendidikan yang

harus ditempuh, jika pendidikan SMP atau SMA, normalnya ditempuh

selama 3 tahun, maka selama hanya 3 tahun itulah kewajiban pembiayaan

pendidikan yang ditanggung pemerintah daerah dalam program

pendidikan gratis. Sedangkan terkait dengan sanksi adalah berupa

pemutusan atau pencabutan pemberian dana program pendidikan gratis,

misalnya apabila masa poendidikan SMA adalah 3 tahun, kemudian

ternyata ditempuh oleh siswa bersangkutan selama 5 tahun, maka 2 tahun

kelebih masa waktu tersebut pembiayaannya menjadi tanggung jawab

orang tua/wali siswa bersangkutan.

Kedua pemerintah daerah melalui sekolah-sekolah perlu

meningkatkan sosialiasi terhadap program pendidikan gratis. Sosialiasi

tersebut, bukan hanya ditujukan kepada Komite Sekolah atau Orang

Tua/Wali siswa, melainkan pula harus ditujukan langsung kepada para

siswa penerima program pendidikan gratis khususnya kepada siswa

SMP/Tsanawiyah dan SMA/SMK/Aliyah agar para siswa dapat

memahami secara komprehensif terhadap program pendidikan gratis,

dan mereka dapat berpartiispasi dan bertanggungjawab pula terhadap

keberhasilan pelaksanaan program pendidikan gratis, karena

keberhasilan program pendidikan gratis tergantung pula dari tingkat

partisipasi siswa terhadap program.

10). Masih Terbatasnya Sarana dan Prasana Pendukung Sekolah

Untuk Melahirkan Pendidikan Gratis Yang bermutu

Persoalan keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan untuk

dapat menunjang pendidikan gratis yang berkualitas dirasakan masih

menjadi kendala yang dihadapai oleh sebagaian besar sekolah dari

seluruh jenjang satuan pendidikan, mulai dari TK s.d. SMA/sederajat.

Karena program pendidikan gratis yang diberikan oleh Pemerintah

daerah terbatas pada subsidi untuk biaya operasional pendidikan di

masing-masing sekolah. Dukungan tersebut dirasakan sekolah belum

cukup untuk dapat pendidikan yang berkualitas. Beberapa permasalahan

Page 25: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 25

yang banyak ditemukan di masing-masing sekolah adalah terkait dengan

sarana dan prasana alat peraga, alat bermain, laboratorium,

perpustakaan, komputer dan sarana pendukung lainnya.

Bahkan, sekolah yang sedang menuju pada sekolah standar

nasional, seperti SMAN I Taliwang dan SMPN I Taliwang, sarana dan

prasarana disekolah tersebut belum memenuhi standar yang

dipersyaratkan sebagai standar sekolah nasional. Sarana dan prasarana

yang dirasakan belum belum cukup mendukung dan memadai antara lain

seperti fasilitas komputer yang masih terbatas begitupun dengan fasilitas

laboratorium IPA dan IPS yang belum memenuhi standar sekolah

nasional.

Arah perubahan

Peningkatan sarana dan prasarana merupakan masalah klasik yang

masih menjadi kendala dalam upaya peningkatan mutu/kualitas

pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu, selain memberikan dana

program operasional sekolah melalui program pendidikan gratis,

pemerintah daerah perlu mengalokasikan secara khusus dana

peningkatan sarana dan prasarana sekolah dan mendukung sekolah-

sekolah yang sedang menuju pada standar pendidikan nasional. Sekolah

standar nasional dibutuhkan sebagai percontohan sekolah di KSB—

mendorong sekolah-sekolah untuk menuju pada sekolah standar nasional

dan pada akhirnya sekolah standar internasional.

11). Perencanaan dan Pembiayaan Program bersifat Top Down

Menghambat Kreatifitas Pengembangan Sekolah

Penyusunan program dan kegiatan sekolah sangat tergantung dari

pagu yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan.

Sekolah harus menyesuaikan dengan anggaran yang ditetapkan dan

program maupun kegiatan sekolah pada akhirnya menyesuaikan dengan

anggaran yang telah dialokasikan oleh masing-masing sekolah.

Perencanaan kegiatan/program sekolah pada akhirnya banyak yang

terhambat atau tidak dapat dilaksanakan oleh masing-masing sekolah

secara efektif, karena secara prinsipil perencanaan program dan kegiatan

masing-masing sekolah tidak berdasarkan pada kebutuhan, potensi, dan

karakteristik yang dimiliki masing-masing sekolah. Pada dasarnya banyak

sekolah yang telah memiliki rencana strategis, visi dan misi serta agenda-

agenda program yang harus dilaksanakan oleh sekolah, namun menjadi

terhambat pengembangnnya karena alokasi anggaran yang diberikan

Page 26: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 26

terbatas, item jenis kegiatan yang dapat dibiayai oleh pemerintah sudha

ditetapkan.

Aspek perencanaan program dan anggaran pendidikan di masing-

masing sekolah oleh sebagian besar tenaga pendidik di masing-masing

sekolah menilai penyusunan program dan anggaran pendidikan gratis

yang berlangsung selama ini lebih bersifat top down, anggaran

pendidikan untuk masing-masing sekolah telah ditetapkan oleh Dinas

Pendidikan, dan sekolah hanya menyesuaikan dengan kebijakan dari atas.

Oleh sebab itu, sangat sulit bagi sekolah untuk dapat mengembangkan

program pengembangan disekolahnya, terlebih lagi untuk program

peningkatan mutu atau kualitas pendidikan di masing-masing sekolah.

Karena jenis program dan kegiatan dimasing-masing sekolah yang harus

disesaikan dengan rincian atau item anggaran yang telah ditetapkan oleh

Dinas Pendidikan.

Arah perubahan

Perencanaan strategis atau renstra masing-masing sekolah perlu

untuk dikembangkan di masing-masing sekolah. Renstra menjadi

kerangka acuan bagi sekolah dan Dinas Pendidikan untuk menyusun

program dan kegiatan tahunan. Pola pendekatan penyusunan anggaran

untuk program pendidikan gratis perlu disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing sekolah. Pemerintah daerah (Dinas Pendidikan) perlu

untuk melibatkan sekolah-sekolah dalam proses penyusunan anggaran,

termasuk melibatkan Dewan Pendidikan Daerah. Kajian dan evaluasi

terhadap kebutuhan masing-masing sekolah harus terus dilakukan untuk

memastikan tingkat perkembangan dan kemajuan masing-masing

sekolah. Disamping itu, sebelum menetapkan dan memberikan alokasi

anggaran kepada masing-masing sekolah Dinas Pendidikan perlu

melakukan verifikasi terhadap usulan program dan kegiatan yang

diajukan oleh masing-masing sekolah. Kebijakan alokasi anggaran untuk

operasional sekolah melalui program pendidikan gratis dapat

diberlakukan secara seragam, namun untuk pengembangan masing-

masing sekolah, pemerintah daerah perlu mempersiapkan dana khusus

yang dialokasikan untuk pengembangan sekolah—berdasarkan rencana

strategis yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. Sehingga proporsi

anggaran untuk operasional masing-masing sekolah tidak ditentukan

semata atas dasar indikator/variabel jumlah siswa yang terdaftar di

masing-masing sekolah, melainkan pula didasarkan atas basis kinerja—

yang tertuang dalam rencana strategis masing-masing sekolah, sehingga

dengan kebijakan model ini diharapkan sekolah juga menjadi kreatif

Page 27: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 27

dalam mengembangkan sekolahnya. Tidak tergantung dari kebijakan dan

anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Daerah.

12). Sasaran Penerima Program Pendidikan Gratis Untuk Semua

Sekolah Memicu Pelaku Usaha Pendidikan Untuk Mendirikan

Sekolah-Sekolah Baru.

Kebijakan pemberian dana program pendidikan gratis yang

berlaku saat ini adalah diberikan kepada seluruh siswa TK s.d. SMA dan

sederajat, baik swasta maupun sekolah negeri dan berlakupula pada

seluruh siswa, baik yang miskin maupun siswa kaya. Tidak ada

pembedaan, seluruh warga KSB memiliki hak yang sama untuk

mendapatkan pendidikan gratis.

Dalam implementasinya pendekatan sasaran pemberian dana

dengan cara seperti ini telah melahirkan persoalan antara lain adalah ;

pertama, adanya kecendrungan munculnya sekolah-sekolah swasta baru,

mulai dari tingkat PAUD hingga tingkat SMA sederajat, kemunculan

sekolah-sekolah baru ini banyak yang motivasinya lebih kepada

kepentingan usaha ‘bisnis pendidikan”. Bagi sejumlah pelaku usaha,

dengan adanya program pendidikan gratis yang berlaku secara

menyeluruh dipandang sebagai sebuah peluang atau bisnis baru yang

relatif cukup menguntungkan. Situasi ini, kemudian dimanfaatkan

dengan cara mendirikan sekolah, karena dengan sekolah baru itu, maka

sekolah tersebut dapat menerima siswa, dan dengan menerima siswa itu

maka akan memperoleh dana program pendidikan gratis. Fenomena

kecendrungan ini dapat menjadi masukan atau isyarat penting bagi

pemerintah daerah dalam rangka mengantisipasi terjadinya “ledakan

atau lonjakan” jumlah dan jenis sekolah baru di Kabupaten Sumbawa

Barat, karena memiliki konsekuensi terhadap anggaran daerah,

berpotensi anggaran pendidikan akan semakin meningkat dan semakin

banyak “tersedot” untuk mensubsidi sekolah-sekolah tersebut.

Arah perubahan

Munculnya sekolah-sekolah baru disatu sisi cukup membantu

pemerintah daerah dalam meningkatkan ketersediaan (akses) pendidikan

bagi masyarakat, namun disilain juga menjadi beban baru bagi

pemeirntah daerah karena pemerintah daerah harus pula mengalokasikan

anggaran untuk sekolah tersebut. Pemerintah daerah juga tidak bisa atau

boleh melarang orang atau Badan Hukum yang mendirikan sekolah

Page 28: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 28

karena bagian dari partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Dilema

ini menjadi tantangan tersedniri yang dihadapi pemerintah daerah dalam

program pendidikan gratis.

Munculnya sekolah baru yang kemudian memperoleh dana

program pendidikan gratis salah satu penyebabnya adalah ketiadaan

aturan yang jelas dalam peraturan Bupati Nomor 11 tahun 2006 mengenai

kualifikasi dan persyaratan sekolah penrima program pendidikan gratis.

Disamping minimnya verifikasi dan pengawasan. Kehadiran sekolah baru

juga banyak menimbulkan masalah baru dalam masyarakat, karena

banyak sekolah baru yang tidak dilengkapi dengan kelengkapan dokumen

perizinan yang memadai. Bahkan, terdapat sejumlah sekolah yang belum

memiliki legal standing yang jelas, namun pemerintah telah memberikan

dana untuk sekolah tersebut. Kondisi inipula yang menyebabkan dari

hasil pemeriksaan BPK menemukan sejumlah temuan-temuan yang

dinilai ebagai kesalahan.

Untuk itu, maka pemerintah daerah perlu untuk melakukan

perbaikan terhadap aturan main yang dijalankan dalam program

pendidikan gratis dan perlu melakukan ; pertama, evaluasi terhadap

keberadaan dan kinerja sekolah-sekolah baru diseluruh tingkatan mulai

dari PAUD hingga SMA sederajat khususnya terhadap sekolah swasta

untuk dapat memastikan apakah sekolah yang didirikan tersebut telah

memenuhi persyaratan dan kelayakan untuk menyelenggarakan

pendidikan, baik sarana dan prasarana, tenaga pendidik, legalitas sekolah

dan sebagainya.

Kedua, pemerintah daerah perlu untuk menyusun kriteria dan

persyaratan, mekanisme tata kelola dana pendidikan gratis, hak maupun

kewajiban, akuntabilitas penggunaan dana dan lain sebagainya kepada

masing-masing sekolah yang akan menerima dana pendidikan gratis,

kualifiasi sekolah yang layak dan tidak layak untuk menerima dana

pendidikan gratis perlu pula dirumuskan oleh pemerintah daerah

khususnya terhadap sekolah swasta, sehingga tidak semua sekolah

swasta, khususnya yang tidak layak untuk menerima dana pendidikan

gratis untuk menerima anggaran dari APBD daerah. Oleh sebab itu maka,

arah perubahan yang dituju dari adanya Revisi Peraturan Bupati Nomor

11 Tahun 2006 adalah diarahkan pada upaya untuk mengatasi beberapa

permasalahan diatas.

Page 29: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 29

13). Terjadi Disparitas Antara Sekolah Maju (Pavorit) Dengan

Sekolah Pinggiran (Tertinggal)

Disparitas antara sekolah maju dengan sekolah pinggiran

sesungguhnya terjadi bukan hanya pada masa sekarang atau sejak

program pendidikan gratis diberlakukan. Sebelumnya, diparitas antar

sekolah antara sekolah pavorit dengan sekolah pinggiran pun telah

terjadi. Namun, kondisi disparitas antara sekolah maju dengan sekolah

pinggiran semakin cenderung meningkat sejak diberlakukannya program

pendidikan gratis. Salah satu penyebab pemicu terjadinya kesenjangan

yang semakin jauh ini dikarenakan kebijakan program pemberian dana

pendidikan gratis menjadikan indikator atau variabel jumlah siswa

yangterdaftar disekolah menjadi salah satu variabel yang menentukan

besarnya jumlah anggaran operasional untuk masing-masing sekolah.

Kebijakan ini ternyata memiliki konsekuensi sekolah pavorit

(maju) semakin maju karena memiliki jumlah murid dan kelas yang

semakin meningkat dan anggaran yang semakin besar. Sebaliknya,

sekolah yang tertinggal, terlebih lagi sekolah baru berdiri yang

notabennya bukan sekolah pavorit cenderung akan menerima jumlah

siswa/murid dan kelas yang semakin minim sehingga anggaran program

pendidikan gratis yang diterima oleh sekolah itupun semakin terbatas.

Oleh karena, anggaran operasional yang dimiliki sekolah tertinggal sangat

terbatas, maka sulit bagi sekolah tersebut untuk dapat mengembangkan

dan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, hanya sekolah baru

tertentu saja yang berhasil dari ‘kemelut krisis” ini yang berhasil keluar

dari masalah dan berhasil mejadi sekolah pavorit, itupun sangat terbtas

jumlahnya. Minimnya anggaran yang diterima oleh sekolah tertinggal jika

terus menerus berlangsung sepanjang tahun, maka dapat dipastikan

sekolah tersebut akan mengalami “kebangkrutan” karena ketiadaan

peserta didik dan anggaran operasional sekolah.

Arah perubahan

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka pemerintah daerah perlu

untuk melakukan perubahan. Perubahan tersebut diarahkan pada

bagaimana pemerintah daerah dapat lebih memperhatikan sekolah

tertinggal dan memberikan kebijakan dan anggaran khusus bagi sekolah

tertinggal. Pemerintah juga harus melakukan evaluasi terhadap sistem

proporsi anggaran pada masing-masing sekolah, variabel jumlah murid

Page 30: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 30

perlu dipertimbangkan kembali penggunaannya terhadap sekolah

tertinggal. Harus ada variabel tertentu yang digunakan oleh pemerintah,

seperti misalnya variabel sekolah tertinggal sebagai penilaian dan

pertimbangan khusus yang dijadikan dasar untuk menentukan besarnya

biaya tambahan operasional bagi sekolah tertinggal. Karena secara

prinsipil, dalam penyelenggaraan pendidikan biaya operasional yang

harus dikeluarkan sekolah relatif sama antar sekolah tertinggal dengan

sekolah maju. Misalnya, alat tulis mengajar yang dibutuhkan untuk

melaksanakn pendidikan di sekolah.

Arah perubahan kebijakan pendidikan yang dibutuhkan dimasa

mendatang adalah bagaimana kebijakan program pendidikan gratis

mampu mengurangi terjadinya disparitas antar sekolah. Sekolah negeri

atau milik pemerintah khususnya, dapat berkembang maju secara

bersama-sama dan dapat meningkatkan mutu dan kualitasnya, serta

distribusi siswa yang merata di masing-masing sekolah, sehingga tidak

terjadi penumpukan murid dan guru pada sekolah tertentu. program

bantuan atau stimulus bagi sekolah tertinggal perlu untuk ditingkatkan

dimasa mendatang. Oleh sebab itu, arah revisi kebijakan yang ditempuh

didorong pada upaya untuk mengtasi problem disparitas antar sekolah.

14). Keterlambatan Pengucuran Anggaran ke Sekolah

Persoalan mendasar dan merupakan persoalan yang cukup krusial

dari penyelenggaraan program pendidikan gratis adalah ketiadaan

singkroninasi APBD dengan kalender pendidikan. Dua kebijakan ini,

mekanisme APBD dan Kalender Pendidikan adalah merupakan kebijakan

ditingkat pusat, yang sulit bagi daerah untuk menerobosnya. Sejak

program pendidikan gratis diberlakukan keluhan sekaligus masalah yang

banyak menjadi sorotan dari Kepala Sekolah dan Para Guru adalah terkait

dengan waktu pencairan/pengeluaran anggaran program karena antara

waktu pengeluaran anggaran dengan kalender pendidikan yang berbeda.

Hampir seluruh sekolah, baik PAUD, TK, SMP, maupun SMA/sederajat

mengalami kendala untuk menyesuaikan kebutuahan anggaran sekolah

dengan waktu pencairan anggaran.

Sebagaimana dimafhum dalam mekanisme penyusunan dan

pembahasan APBD KSB selama ini baru dapat ditetapkan pada bulan

febuari s.d. april. Sementara itu, dalam kalender pendidikan, pada bulan

januari s.d. bulan april sekolah sedang menhadapi persiapan ujian

nasional mapun ujian sekolah. Aktifitas kegiatan sekolah pada bulan ini

Page 31: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 31

(januari s.d. april) begitu tinggi, dan seiring dengan itupula sekolah

membutuhkan anggaran yang memadai. Sementara itu, pada masa ini

APBD umumnya masih dalam tahap pembahasan. APBD baru dapat

dicairkan untuk program pendidikan gratis pada bulan mei bahkan bulan

juni. Akibatnya, waktu pencairan anggaran tidak sesuai dengan waktu dan

kebutuhan masing-masing sekolah.

Persoalan lainnya yang menjadi masalah adalah masa tenggang

waktu ketika proses APBD dibahas antar DPRD dengan Pemerintah

Daerah, sekolah harus “menunggu”, dan pada masa menunggu penetapan

dan pencairan APBD inilah sebagian besar sekolah mengalami kendala

dalam melaksanakan berbagai kegiatan, karena ketiadaan dana

operasional. Padahal, disisilain sekolah dituntut untuk terus melakukan

proses belajar-mengajar, tanpa terganggu dengan pembahasan APBD.

Untuk menjaga agar proses belajar-mengajar tetap berjalan efektif,

sejumlah Kepala Sekolah, akhirnya terpaksa untuk mengisi “kekosongan”

biaya operasional sekolah, mencari pinjaman atau “berhutang” kepada

pihak tertentu. Keresahan dialami pula oleh para guru khususnya para

guru yang berstatus sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) maupun Guru

Kontrak Daerah (GKD) pada masa tenggang waktu ini, mereka harus

“berpuasa” karena tidak ada gaji atau honor untuk mereka. Padahal,

mereka harus tetap menjalankan aktifitas dan tugasnya mengajar, bagi

guru GTT dan GKD yang jaraknya jauh dari sekolah mereka harus

mengeluarkan biaya transportasi setiap hari, dan lebih parahnya lagi

adalah GTT dan GKD yang statusnya tidak memiliki rumah atau

mengontrak, mereka selain harus mengeluarkan biaya transportasi juga

harus mengeluarkan uang bulanan kos-kosan. Situasi ini cukup

memprihatinkan dan tentu dapat berdampak pada proses pembelajaran

di sekolah.

Arah perubahan

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka perlu dirumuskan

formulasi kebijakan agar dana program pendidikan gratis dengan

kalender pendidikan berjalan sinergis. Namun, oleh karena kedua

kebijakan ini adalah merupakan kebijakan yang berlaku secara umum di

tingkat pusat dan telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sulit bagi

Pemerintah Daerah untuk dapat merubahnya. Untuk itu, maka harus ada

kebijaksaan atau sebuah terobosan inovatif baru dari daerah. Terobosan

inovatif tersebut, misalnya adalah dengan cara membuat kebijakan

semacam “dana cadangan” atau “DANA ABADI SEKOLAH” untuk

Page 32: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 32

masing-masing sekolah agar pada masa tenggang waktu pembahasan

APBD, proses belajar mengajar atau operasional sekolah tidak terganggu.

Dana Abadi Sekolah adalah Dana yang diberikan oleh Pemerintah

untuk masing-masing sekolah. Dana Abadi Sekolah ini semacam deposito

yang dimiliki oleh masing-masing sekolah. Jumlahnya bervariasi sesuai

dengan kebutuhan operasional masing-masing jenjang sekolah. Misalnya

untuk sekolah SMA adalah Rp.50.000.000,- (lima puluh juta)/tahun.

Dana ini diperuntukkan sebagai dana “cadangan” digunakan pada saat

APBD belum dicairkan kepada masing-masing sekolah, setelah APBD

ditetapkan dan diberikan kepada masing-masing sekolah, maka dana

yang terpakai dari Dana Abadi Sekolah ini diganti kembali sesuai dengan

jumlah yang dikeluarkan pada tahun tersebut. Sumber dari Dana Abadi

Sekolah ini adalah berasal dari APBD. Dan dapat pula ditarik dari

sumbangan pihak ketiga dan orang tua/siswa.

15). Larangan Pungutan Tidak Dibarengi dengan Dukungan

Anggaran Yang Memadai Untuk Sekolah

Alokasi anggaran yang diberikan per siswa dari Pemda selama ini

ternyata tidak cukup untuk membangun pendidikan yang bermutu,

bahkan selama ini dari anggaran yang dialokasikan pertahun oleh Pemda

kepada masing-masing sekolah—banyak sekolah yang tidak mampu

membiayai operasional sekolahnya. Cerita tentang sejumlah kepala

sekolah yang berhutang ke “tetangga” karena anggaran sekolah tidak

cukup bukan cerita belaka. Adalah sebuah fakta lapangan yang banyak

ditemukan dan dikeluhkan sejumlah kepala sekolah mulai dari TK hingga

Sekolah Tinggi.

Dilapangan ditemukan pula ternyata tidak seluruhnya masyarakat

menolak jika ada kebijakan dari sekolah untuk memungut biaya

kegiatan/program sekolah dalan rangka peningkatan kualitas pendidikan.

Misalnya, pungutan untuk biaya pembelian fasilitas komputer siswa,

penyediaan buku-buku perpustakaan sekolah, atau kegiatan tambahan

mengajar (les) dari para guru. Beberapa orang tua/wali murid yang

memiliki kelebihan secara ekonomis, ternyata banyak pula yang tidak

keberatan jika pungutan sekolah dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan. Bahkan, banyak diantara para orang tua/siswa yang

menginginkan untuk memberikan konstribusi langsung terhadap

peningkatan mutu pendidikan disekolah. Keinginan sejumlah warga

masyarakat yang memiliki perhatian dan kepedulian serta kemampuan

Page 33: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 33

ekonomis ini tentu harus diberikan apresiasi oleh pemerintah daerah dan

sekolah.

Arah perubahan

Potensi ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan

sekolah. Misalnya melalui penggalangan dan penyaluran Dana Abadi

Sekolah (DAS). DAS ini dapat menjadi sarana atau wahana untuk

penggalangan dana partisipasi masyarakat, termasuk para alumni sekolah

yang bersangkutan yang memiliki kepedulian terhadap peningkattan

mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Secara kelembagaan,

kegiatan ini dapat dilakukan oleh Komite Sekolah di masing-masing

sekolah. Sehingga, keberadaan dan peran Komite Sekolah tetap dapat

berjalan dan tidak ternegasikan dengan adanya program pendidikan

gratis—partisipasi komite sekolah justeru semakin minim.

16). Profesionalisme Guru Rendah Melahirkan Mutu Pendidikan

Gratis Yang Buruk

Pfofesionalisme guru memiliki peran yang sangat strategis dalam

menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan. Untuk memperoleh guru

yang profesional tentu dimulai sejak proses rekrutmen Pegawai Negeri

Sipil. Seleksi dan Ujian yang dilakukan dalam penjaringan guru selain

mengacu pada ketentuan standar umum, perlu dilakukan uji kompetensi.

Uji kompetensi tersebut terkait dengan program studi yang akan

diajar/dilamar. Jika lowongan CPNS guru bahasa inggris, maka peserta

calon pegawai negeri sipil tersebut harus diuji kemampuannya secara

langsung dengan program bahasa inggris, termasuk kemampuan untuk

mengajar. Karena dari hasil evaluasi, masih banyak guru yang setelah

lulus menjadi PNS-Guru ternyata tidak memiliki kapasitas untuk

mengajar. Bahkan, banyak yang tidak mampu berbicara dihadapan siswa.

Di beberapa sekolah saat ini banyak ditemukan pula pegawai

negeri, yang sesungguhnya tidak memiliki background atau basic untuk

mengajar atau berasal dari program studi keguruan dan ilmu pendidikan,

sebagian besar adalah berasal dari akta IV (mengajar). Sehingga ada guru

yang basic pendidikannya adalah Sarjana Pertanian, kemudian mengajar

fisika dan kimia. Padahal, dari aspek kemampuan dan keilmuan yang

dimiliknya dengan program studi yang diajarkan tidak memiliki korelasi

dan kompetensi. Beberapa kasus lainnya adalah Guru yang hanya

berpendidikan SMA mengajar di Sekolah Dasar dan diangkat menjadi

Page 34: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 34

Pegawai Negeri Sipil, bahkan ada tenaga administrasi yang merangkap

pula sebagai guru dan sebagainya.

Letak persoalan sesungguhnya bukan karena keterbatasan jumlah

guru yang memiliki kompetensi karena sebenarnya banyak guru di KSB

yang memiliki kompetensi di GTT atau GKD, namun karena kesempatan

yang dimiliki sangat terbatas, tidak ada akses dan jaringan ke tingkat

kekuasaan, akhirnya mereka tersingkirkan dari proses seleksi CPNS.

Rentannya praktek kolusi dan nepotisme dalam rekrutmen pegawai

diyakni banyak kelangan sebagai masalah besar yang menyebabkan

minimnya mutu pendidikan. Disamping itu upaya program untuk

peningkatan kapasitas para tenaga pendidik di sekolah masih sangat

minim.

Arah Perubahan

Beranjak dari permasalahan diatas, maka perlu dilakukan

perubahan terhadap sistem rekrutmen guru, perlu ada tambahan materi

dalam seleksi guru, yakni melakukan uji dan fit and propertes guru, untuk

memastikan bahwa calon PNS guru tersebut benar-benar memiliki

kelayakan dan kompetensi untuk mengajar, karena nasib pendidikan

tersebut sangat tergantung dari para guru. Uji kalayakan tersebut harus

dilakukan secara terbuka dan independen serta mengkedepankan

obyektivitas.

Pemerintah daerah juga perlu untuk melakukan evaluasi secara

khusus dan menyelruh terhadap para tenaga pendidik yang ada saat ini,

khususnya adalah para guru PNS dan Guru PNS yang telah memiliki

sertifikasi, apakah dengan sertifikasi yang telah dimilikinya saat ini

mencerminkan kapasitas, integritas dan profesional mengajar yang cukup

memadai ataukah sebaliknya. Disamping, melakulan peningkatan

kapasitas kepada para guru di masing-masing sekolah, khususnya guru

yang mengajar di sekolah tertinggal, perlu untuk mendapatkan perhatian

dan pengembangan program kapasitas guru agar sekolah tersebut dapat

sejajar dengan sekolah lainnya yang telah lebih dahulu maju. Sanksi

terhadap para birokrat yang melakukan KKN dalam praktek rekrutmen

CPNS guru juga perlu diberikan sanksi yang lebih berat—karena dampak

yang ditimbulkan dari praktek tersebut adalah terhadap para generasi

KSB dimasa mendatang, mereka diajar oleh para guru yang tidak

memiliki komptensi atau berkualitas.

Page 35: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 35

17). Pendidikan Bukan Sekedar Akses Tapai Harus Menjangkau

Mutu Pendidikan Yang Lebih Baik

Dari aspek pencapaian tujuan program, secara umum program

pendidikan gratis telah menunjukkan adanya perkembangan kemajauan

pencapaian. Hal ini tercermin dari meningkatkan APK (Angka Partisipasi

Kasar) dan Angka Partisipasi Murni (APM) dalam bidang pendidikan

yang terus mengalamai peningkatan dari tahun ketahun, begitupun

dengan tujuan meringankan biaya pendidikan, dan penguarangan

terhadap angka putus sekolah. Mengalami kemjuan yang signifikan sejak

diberlakukannya pendidikan gratis.

Agenda yang masih mendapat sorotan dan kritikan adalah pada

aspek mutu/kualitas pendidikan. Untuk itu, maka pada periode

pembangunan pendidikan di KSB selanjutnya yang perlu untuk mendapat

perhatian sekaligus perubahan yang harus dituju adalah pada

peningkatan mutu pendidikan. Standar Pendidikan Nasional perlu untuk

didorong dan diberlakukan pada sejumlah sekolah yang ada di KSB.

18). Buruknya Perbup dan Pentingnya Advokasi Kebijakan

Pendidikan Gratis

Berbagai permasalahan yang muncul terkait dengan pelaksanaan

program pendidikan gratis sebagaimana di atas tidak lepas dari lemahnya

regulasi yang mengatur tentang program pendidikan gratis. bahkan

sejumlah materi dalam regulasi tidak dapat berjalan efektif sebagaimana

mestinya. Beberapa substansi yang kurang efektif berjalan adalah sebagai

berikut ;

Pertama, aspek persyaratan penerima program. Secara konseptual

program pendidikan gratis dihubungkan pula dengan program gerakan

sejuta pohon atau dikenal dengan GSP3. Akan tetapi, Gerakan Sejuta

Pohon sampai hari ini belum jelas konsepsi maupun implementasinya,

serta korelasi positif antara GSP dengan Program Pendidikan Gratis.

Dinas pendidikan sebagai leading sektor pelaksana program

pendidikan gratis dan Dinas Kehutanan, Pertanian, dan Ketahanan

Pangan sebagai leading sektor dari program berjalan sendiri-sendiri,

kurangnya koordinasi dan harmoniasasi program antara Dinas

Pendidikan dan Dinas Kehutanan juga menjadi kendala. Disamping

3 GSP ditetapkan dengan Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 10 Tahun 2006

Tentang Gerakan Sejuta Pohon di Kabupaten Sumbawa Barat, Peraturan ini ditetapkan pada tanggal 2 Mei 2006.

Page 36: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 36

kendala terkait petunjuk pelaksana dan teknis pejabaran atas kebijakan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Begitupun dalam aspek evaluasi

program pendidikan dan kesehatan gratis, dalam konsep Perbup Nomor

11 Tahun 2006 dalam pasal 23 ayat (2) dikatakan bahwa evaluasi

pelaksanaan program dikaitkan dengan Gerakan Penanaman Sejuta

Pohon, dilaksanakan oleh Dinas (Pendidikan-red) bersama-sama dengan

Dinas Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan. Tidak

ada penjabaran lebih lanjut atau ketentuan lebih lanjut mengenai materi

apasajakah yang dievaluasi oleh masing-masing pihak, cakupan dan

lingkup evaluasi, indikator keberhasilan program, maupun korealasi

antara program GSP dan Program Pendidikan Gratis. Dua program

tersebut memiliki maisntream dan sesungguhnya semangat yang

berbeda. GSP sesungguhnya adalah sebuah program nasional yang

berlangsung pada tahun 2004, era pemerintahan megawati—sebagai

bentuk respons pemerintah pusat atas kesepakatan dengan para donor

asing terkait dengan upaya antisipasi pemanasan global dan perubahan

iklim yang kemudian diadopsi oleh daerah. Sejauh ini belum terlihat ada

keterpaduan antara kedua program tersebut.

Dalam Perbup Nomor 11 Tahun 2006 pasal 23 secara eksplitit

menyebutkan mengenai syarat penerima beasiswa. Bunyi pasal 23 adalah

sebagai berikut “Peserta Belajar yang dapat menerima bantuan

pendidikan dari Program adalah siswa yang terdaftar disekolahnya

masing-masing dan atau telah mempunyai sertifikat GSP”. Dalam

rumusan pasal ini, secara implisit, mencerminkan ada dua syarat dan dua

otoritas lembaga yang memiliki kewenangan untuk menentukan peserta

penerima program, yakni ; Dinas Pendidikan dengan syarat siswa yang

terdafat di sekolah dan Dinas Kehuatanan, Pertanian, perkebunan dan

Ketahanan Pangan dengan GSP. Ketidakjelasan rumusan ini, bukan

hanya membingungkan masyarakat, tetapi juga dapat membingungkan

implementing agency dari pembuat dan pelaksana aturan itu sendiri.

Kedua, kekaburan rumusan dalan perbup Nomor 11 tahun 2006

tercermin pula dalam pengaturan mengenai pemantauan. Dalam pasal 25

ayat (1) dikatakan bahwa pihak-pihak terkaitpsimaksud dalam pasal 4

wajib melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program. Ayat (2)

hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada Bupati, Dinas, Tim dan lainnya guna keberhasilan Program.

Dalam rumusan ini jelas bahwa Perbup memerintahkan kepada

pihak-pihak terkait yang meliputi ;

a. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora);

Page 37: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 37

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

c. Badan Pengeloa Keuangan Aset Daerah (BPKAD)

d. Inspektorat Daerah;

e. Dinas Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan

(DISHUPPTAN)

f. Dewan Pendidikan;

g. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM);

h. Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Dinas Pendidikan, Pemuda

dan Olahraga;

i. Sekolah/Madrasah;

j. Guru;

k. Camat;

l. Kepala Desa;

m. Orang Tua/wali Siswa dan;

n. Komite Sekolah

Untuk melakukan pemantauan terhadap program pendidikan

gratis. oleh karena perintah dalam pasal 25 adalah merupakan wajib atau

suatu keharusan, maka tentu secara hukum memiliki konsekeunsi jika

dilaksanakan akan memperoleh sanksi. Namun, perintah dalam pasal 25

tersebut tidak dibarengi dengan pengaturan terhadap sanksi. Sehingga

perintah keharusan untuk bertindak sesuai dengan pasal 25 ayat (1) tidak

memiliki kekuatan apapun karena ketiadaan atas sanksi.

Begitupun terkait dengan tugas pemantauan, oleh karena dalam

ketentuan peraturan tersebut (pasal 25 ayat 1) merupakan sebuah

keharusan untuk bertindak atau dijalankan, maka seyogyanya

implementing agency merumuskan secara jelas apa dan siapa yang

dipantau (obyek pemantauan) yang dilakukan oleh masing-masing pihak,

waktu dan prosedur pemantauan yang dijalankan, format pemantauan,

dan sebagainya. Namun dalam regulasi maupun turunannya tidak

mengatur sama sekali, sehingga seulit bagi para pihak untuk dapat

melaksanakan perintah pasal 24 ayat (1) dan (2). Bahkan menjadi

keanehan, jika Dinas (dikpora) memantau dirinya sendiri dan

melaporkannya kepada mereka sendiri (lihat pasal 24 ayat 1 dan 2).

Dari rumusan pasal-pasal yang diatur dalam Perbup Nomor 11

Tahun 2006 menunjukkan lemahnya peraturan tersebut, baik dari aspek

teknis pertimbangan, landasan yuridis yang digunakan, materi

pengaturan, maupun kalimat perundang-undangan yang digunakan.

Sehingga sangat wajar, jika impelemnting agency maupun rule ocupation

dari peratura tersebut tidak dapat dijalankan secara efektif oleh para

Page 38: Position Papers Urgensi Perbup Pendidikan Gratis

Position Papers Urgensi Perubahan Kebijakan Pendidikan Gratis 38

pihak atau dengan kata lain sulit bagi setiap orang untuk berperilaku atau

bertindak sesuai dengan yang diinginkan oleh peraturan tersebut, karena

perintah, larangan, kebolehan maupun pengaturan tentang obyek,

impelemnting agency dan rule occupation atas peraturan tersebut tidak

jelas dalam pengaturannya.

Beranjak dari permasalahan tersebut, maka perlu untuk

dilakukannya scalling-up perbup. Scalling-up perbup tersebut, bukan

hanya pada aspek penyempurnaan substansi materi pengaturan

melainkan pula adalah scalling-up kedudukan perbup untuk menjadi

sebuah perda—sebagai landasan untuk mendorong peyelenggaraaan

pendidikan yang bermutu/berkualitas di masa mendatang.