Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan ...

18
Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... I

Transcript of Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan ...

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... I

Tim Penyusun:Lidya Christin Sinaga

Faudzan FarhanaPandu Prayoga

Pusat Penelitian PolitikLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2Politik-LIPI)

Jakarta, 2020

Policy Paper

PENDEKATAN KEAMANAN INSANI DALAM MEWUJUDKAN SOLIDARITAS DAN KERJA SAMA

ASEAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Diterbitkan oleh:Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2 Politik-LIPI)Gedung Widya Graha LIPI, Lt. III & XIJl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIATlp. / fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI

Desain pra cetak: Prayogoiv + 12 hlm; 21 x 29,7 cm | Cetakan I, September 2020

ISBN: 978-602-5991-54-7

Policy Paper

PENDEKATAN KEAMANAN INSANI DALAM MEWUJUDKAN SOLIDARITAS DAN KERJA SAMA ASEAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Tim Penyusun:

Lidya Christin Sinaga Faudzan Farhana Pandu Prayoga

ASEAN di Tengah Pandemi COVID-19 ......................... 1 Momentum Penguatan Solidaritas dan Kerja sama

ASEAN: Peran dan Kepentingan Indonesia .................. 5

Rekomendasi ............................................................................. 11

Daftar Referensi ....................................................................... 12

DAFTAR ISI

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... 1

Policy Paper

... penyebaran COVID-19 di seantero wilayah ASEAN merupakan wujud nyata terkoneksinya ASEAN

sebagai sebuah kawasan.

Pendekatan Keamanan Insani Dalam Mewujudkan Solidaritas dan Kerja Sama

ASEAN DI Tengah Pandemi COVID-19

A. ASEAN di Tengah Pandemi COVID-19

Masifnya penyebaran COVID-19 di seantero wilayah ASEAN

merupakan wujud nyata terkoneksinya ASEAN sebagai sebuah kawasan. Tidak hanya konektivitas barang, tetapi juga konektivitas orang melalui lalu lintas kerja, pendidikan, wisata, dan tujuan lainnya. Keterhubungan ini dalam situasi normal merupakan bentuk keberhasilan ASEAN dalam membangun sebuah komunitas, namun dalam situasi pandemi, menjadi sebuah kondisi yang perlu disikapi dengan hati-hati. Karakteristik penyebaran COVID-19 yang bergantung pada interaksi antar manusia membuat pengambilan kebijakan yang dibuat oleh satu negara anggota akan sangat memengaruhi negara lain. Dampak ini tidak hanya memengaruhi kondisi kesehatan publik namun terutama juga kondisi ekonomi, tidak hanya bagi negara yang membuat kebijakan, namun juga negara-negara

tetangganya. Dengan demikian, kerja sama dan solidaritas di antara negara-negara ASEAN menjadi sangat krusial untuk menjaga agar kawasan ini tidak terdampak secara masif dari segi jumlah penduduk yang terinfeksi maupun dari segi ekonomi yang melemah seiring dengan pelemahan ekonomi global.

Bahkan sebelum adanya penetapan pandemi, ASEAN telah melakukan sejumlah respons. Dokumen “Chairman’s Statement on ASEAN Collective Response to the

Outbreak of Coronavirus Disease 2019” telah dikeluarkan oleh para pemimpin ASEAN pada 14 Februari 2020. Dokumen ini menunjukkan komitmen para pemimpin ASEAN untuk menempatkan COVID-19 sebagai prioritas yang perlu ditanggulangi bersama. Selanjutnya, pertemuan badan-badan sektoral, yang dipimpin oleh para Menteri Kesehatan, Menteri Pertahanan, Menteri Perekonomian, dan Menteri-menteri lainnya dari seluruh negara anggota ASEAN

2 Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ...

Hingga lima bulan pasca-ditetapkan

sebagai pandemi global, tercatat kasus terbanyak

ditemukan di Filipina, disusul Indonesia, dan

Singapura. Untuk kasus kematian, Indonesia

menduduki posisi teratas.

diadakan untuk melaksanakan komitmen para pemimpin ASEAN.

Setelah COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi global oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus (special summit) ASEAN terkait perkembangan pandemi COVID-19 diadakan pada 14 April 2020. Dilakukan secara virtual, KTT yang diikuti kepala pemerintahan sepuluh negara ASEAN diselenggarakan di bawah kepemimpinan Vietnam selaku Ketua ASEAN tahun ini. KTT Khusus semacam ini bukan suatu hal yang baru mengingat hal yang sama juga dilakukan ketika merebaknya virus SARS tahun 2003. Pada hari yang sama, KTT ini kemudian dilanjutkan dengan KTT ASEAN Plus Three (APT), yaitu tiga mitra ASEAN di Asia Timur, meliputi Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan untuk membahas hal yang sama. KTT Khusus ini menghasilkan suatu deklarasi bersama yang salah satunya menegaskan kembali komitmen “untuk bertindak secara bersama dan dengan

tegas mengendalikan penyebaran penyakit sambil memitigasi dampak buruknya terhadap mata pencaharian, masyarakat dan ekonomi kita.”

Namun demikian, dalam perkembangannya komitmen untuk bertindak secara bersama di antara negara-negara anggota ASEAN tidak bisa dengan mudah dilaksanakan. Salah satu penyebabnya adalah tingkat infeksi virus yang sangat variatif di antara negara anggota ASEAN. Hingga lima bulan pasca-ditetapkan sebagai pandemi global, tercatat kasus terbanyak ditemukan di Filipina, disusul Indonesia, dan Singapura. Sementara Indonesia menduduki posisi tertinggi jumlah kasus kematian mencapai lebih dari 5.000 jiwa, tercatat dua negara nihil angka kematian akibat COVID-19, yaitu Laos, dan Kamboja. Situasi yang berbeda-beda ini membuat sebuah kebijakan generik di ASEAN menjadi tidak mungkin dapat diterapkan.

Selain itu, negara-negara anggota ASEAN juga dihadapkan pada pilihan untuk membuat kebijakan yang berbeda-beda untuk mengatasi dampak sosial-ekonomi dari pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. Beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam mulai membuka perbatasan mereka dan melanjutkan penerbangan komersial di bawah aturan yang ketat protokol kesehatan, sebagai langkah mendobrak kelesuan ekonomi domestik. Sementara itu, sejumlah negara masih berjuang melandaikan kurva kasus terkonfirmasi di wilayahnya. Belum lagi ketidakpastian global yang ditimbulkan dari upaya penemuan vaksin dan

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... 3

skema distribusinya, yang juga menjadi perhatian di tingkat regional.

Pandemi COVID-19 ini pada akhirnya menyibak realitas adanya kesenjangan yang tinggi di antara negara ASEAN terkait dua aspek utama, yaitu kesehatan publik dan ketahanan ekonomi. Dari situasi pandemi COVID-19 di ASEAN yang sangat bervariasi ini, hal penting yang harus digarisbawahi adalah apa yang bisa dilakukan oleh ASEAN dalam konteks “aksi bersama” sebagai sebuah komunitas ASEAN.

Pernyataan bersama pemimpin ASEAN tentu harus diikuti langkah konkret dan terukur dengan secara jelas menyasar elemen komunitas yang terdampak. Akan tetapi menjadi kritik bagi sejumlah dokumen yang dihasilkan di level ASEAN bahwa langkah konkret dan terukur bagi komunitas terdampak ini belum tercermin di dalam dokumen-dokumen yang ada. Padahal, dalam framework Sharing and Caring Community serta People-centered and People-oriented

ASEAN, ada cukup banyak isu yang bisa disentuh oleh komitmen bersama ini dalam konteks pandemi. Salah satunya adalah isu perlindungan dan pemenuhan hak tenaga migran intra-ASEAN yang jumlahnya mencapai 6,5 juta orang di ASEAN (96% dari jumlah total pekerja migran di ASEAN) (The World Bank, 2017). Jumlah tenaga migran intra-ASEAN yang tidak sedikit, ketergantungan mereka atas situasi perekonomian di ASEAN, serta mobilitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kebijakan lintas batas antar-negara, membuat tenaga migran merupakan bagian dari komunitas ASEAN yang terdampak langsung oleh pandemi di kawasan. Pernyataan para pemimpin yang justru tidak menyertakan komunitas yang terdampak di dalamnya menjadi paradoks dengan upaya ASEAN untuk menjadi relevan bagi masyarakatnya selama ini.

Menjadi relevan dalam situasi krisis seperti ini merupakan batu ujian tersendiri bagi ASEAN. Apalagi melihat data bahwa seluruh negara ASEAN

Tabel.1 Jumlah Kasus dan Kematian akibat COVID-19 di ASEAN

Sumber: ASEAN Biodiaspora Virtual Centre (ABVC) as of 10 August 2020, 2 PM (GMT+8)

4 Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ...

Indonesia dapat menggunakan pandemi

ini untuk mengambil peran dengan

mengedepankan pendekatan keamanan

insani (human security). Rekam jejak Indonesia mendorong pemajuan

prinsip demokrasi HAM di kawasan dapat

menjadi modal utama

terpapar dengan wabah global ini. Namun, situasi yang dihadapi ASEAN di tengah pandemi global COVID-19 harus dipandang sebagai momentum penguatan solidaritas, terutama dalam menjembatani kondisi kesenjangan pemenuhan kesehatan publik dan pemulihan ekonomi di antara negara ASEAN. Pandemi COVID-19 ini tidak seharusnya menghilangkan atau justru mengurangi fokus ASEAN sebagai sebuah komunitas yang berorientasi dan berfokus pada warga. Pandemi ini merupakan momentum penguatan solidaritas dan kerja sama ASEAN. Pandemi bisa menjadi agenda regional utama yang patut didorong mengingat tingkat kerentanannya yang semakin tinggi di waktu-waktu yang akan datang.

Indonesia dapat menggunakan pandemi ini untuk mengambil peran dengan mengedepankan pendekatan keamanan insani (human security).

Rekam jejak Indonesia mendorong pemajuan prinsip demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) di kawasan dapat menjadi modal utama bagi Indonesia agar ASEAN memberi perhatian secara serius terhadap isu pandemi, baik secara institusional, mencakup pendanaan dan sumber daya, serta substansial. Pendekatan human security telah terdapat dalam ASEAN Socio-Cultural Community Plan of Action, meskipun muncul dalam konteks keamanan dan ketahanan pangan. Dalam konteks krisis kesehatan seperti pandemi COVID-19 ini, pendekatan keamanan insani penting diadopsi dan menjadi pendekatan utama bagi ASEAN, alih-alih pendekatan keamanan yang state-centric. Sehingga, coping mechanism yang dirumuskan di level regional bisa efektif meminimalisir risiko, korban jiwa, dan dampak sosial-ekonomi. Pendekatan ini sekaligus juga membantu perwujudan cita-cita menuju people-centered dan people-oriented ASEAN. Sebagaimana Piagam ASEAN dimulai dengan menyebut: “ Kami masyarakat kawasan Asosiasi Asia Tenggara sebagaimana diwakilkan oleh kepala negara dan kepala pemerintahan negara anggota….”. Paling tidak secara simbolis hal ini merupakan upaya untuk menempatkan masyarakat lebih dahulu dari pemerintah, dan sekaligus menerapkan pola pikir untuk menempatkan masyarakat di depan.

Dalam konteks demikian, policy paper ini disusun untuk mengajukan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan agar Indonesia dalam kapasitasnya sebagai sebuah negara dan dalam konteks keanggotaannya

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... 5

... pandemi ini harus menjadi momentum penting yang mendorong ASEAN untuk bekerja bersama sebagai suatu komunitas. Sekaligus mendorong negara anggota, termasuk Indonesia untuk membenahi tata kelola pemerintahan ...

di ASEAN dapat berperan aktif dan mengajukan sejumlah inisiatif sesuai kapasitas nasionalnya untuk menggiring tata regional menuju situasi pasca-pandemi yang diharapkan tetap berjalan dalam solidaritas dan kerja sama yang responsif.

B. Momentum Penguatan Solidaritas dan Kerja Sama ASEAN: Peran dan Kepentingan IndonesiaResolusi Majelis Umum PBB 66/290 mendefinisikan keamanan insani sebagai pendekatan yang bertujuan mengidentifikasi dan mengatasi tantangan yang bersifat luas dan lintas sektoral terhadap kelangsungan hidup, penghidupan, dan martabat rakyat di masing-masing negara. Dengan demikian, pendekatan ini mencakup respon yang komprehensif, spesifik berdasarkan konteks, berorientasi preventif, dan people-centered (UN, 2012).

Pendekatan keamanan insani dapat diterapkan sebagai berikut:

1. Mengubah pola koordinasi menjadi integrasi

2. Mempromosikan kerja sama multi-stakeholder

3. Lokalisasi agenda nasional dan internasional dengan prinsip “leaves no one behind”

4. Fokus pada pencegahan dan ketahanan

Dengan demikian, ada lima hal yang perlu menjadi perhatian bagi Pemerintah Indonesia dalam upaya

mengambil peran dalam penguatan solidaritas dan kerja sama ASEAN sekaligus juga menjamin pencapaian kepentingan nasionalnya di kawasan, yaitu:

1. Penguatan kepemimpinan Indonesia di ASEAN

Dua dekade terakhir, ASEAN dihadapkan pada tantangan isu kesehatan publik global. Mulai dari Ebola, SARS, MERS, dan COVID-19, semua menjadi perhatian karena tidak dapat terelakkan dari sifat globalisasi itu sendiri. Jeda antara satu wabah dengan lainnya kini menjadi semakin pendek, dan tentu menjadi tren yang harus diantisipasi ke depannya. Sehingga, pandemi ini harus menjadi momentum penting yang mendorong ASEAN untuk bekerja bersama sebagai suatu komunitas. Sekaligus mendorong negara anggota, termasuk Indonesia, untuk membenahi tata kelola pemerintahan yang mendukung bagi kerja sama regional.

6 Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ...

Indonesia justru tidak memanfaatkan

momentum untuk memegang

kepemimpinan di salah satu mekanisme yang

dibangun. Oleh karena itu, bisa dipahami

jika kemudian di level pemerintah Indonesia

sendiri belum cukup memiliki pemahaman yang komprehensif ...

Pandemi COVID-19 merupakan bencana non-alam atau tepatnya bencana kesehatan, yang tentu memerlukan penanganan yang berbeda dengan bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, dan lainnya. Selama ini respons utama untuk bencana alam berada di bawah ASEAN Humanitarian Assistance (AHA) Centre. Namun dengan karakter bencana yang berbeda, saat ini, mekanisme ASEAN dalam penanganan COVID-19 berada di bawah koordinasi ASEAN Health Sector dengan susunan sebagai berikut (ASEAN Secretariat News, 2020):

a. ASEAN Plus Three SOM Meeting for Health Development (APT SOMHD) dipimpin oleh Kamboja.

b. ASEAN Public Health Emergency Operations Centre (PHEOC) Network dipimpin oleh Malaysia.

c. ASEAN Plus Three Field Epidemiology Training Network

(APT FETN) saat ini diketuai oleh Malaysia dan dikoordinasikan oleh Thailand.

d. ASEAN BioDiaspora Virtual Centre for big data analytics and visualization (ABVC) dipimpin oleh Filipina.

e. ASEAN Risk Assessment and Risk Communication Centre (ARARC) dipimpin oleh Malaysia.

f. Public health laboratories network di bawah ruang lingkup ASEAN Health Cluster 2 on Responding to All Hazards and Emerging Threats.

g. Regional Public Health Laboratories Network (RPHL) yang dipimpin oleh Thailand melalui platform Global Health Security Agenda.

Dari mekanisme di atas, terlihat bahwa Indonesia justru tidak memanfaatkan momentum untuk memegang kepemimpinan di salah satu mekanisme yang dibangun. Oleh karena itu, bisa dipahami jika kemudian di level pemerintah Indonesia sendiri belum cukup memiliki pemahaman yang komprehensif untuk mengetahui sejauh mana perkembangan penanganan COVID-19 di level regional dan cenderung lebih terfokus pada upaya individual dalam pencarian vaksin melalui mekanisme bilateral. Mengambil peran dalam mekanisme kawasan, di satu sisi, merupakan tanggung jawab yang berat, namun di sisi lain juga memberikan akses untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif terkait situasi di kawasan. Momentum yang tidak dimanfaatkan

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... 7

Dalam keadaan absennya global governance leadership, kerja sama regional merupakan pengaturan yang paling reliable, meskipun juga menjadi tantangan konkrit bagi ASEAN ...

ini yang mengakibatkan ada rantai pengetahuan yang terputus dari level regional ke pemerintahan domestik Indonesia yang justru kontraproduktif dengan upaya Indonesia dalam meningkatkan perannya di kawasan.

2. Pendekatan Komprehensif vs Pembentukan Lembaga/Mekanisme Baru

Dalam keadaan absennya global governance leadership, kerja sama regional merupakan pengaturan yang paling reliable, meskipun juga menjadi tantangan konkrit bagi ASEAN untuk menunjukkan kepemimpinannya sekaligus memperkuat upaya-upaya multilateral menghadapi pandemi. Bagaimanapun juga harus diakui, publik lebih banyak disuguhkan dengan upaya-upaya nyata dalam bentuk bantuan bilateral daripada multilateral di tengah pandemi ini. Contohnya jika membandingkan antara bantuan yang diberikan oleh ASEAN-US berupa bantuan tenaga ahli dalam penanggulangan COVID-19 dan bantuan dana senilai 35,3 juta USD, dengan output bersama para pemimpin ASEAN yang hanya berupa dokumen pernyataan bersama yang bahkan tidak menyinggung komunitas terdampak langsung sebagai salah satu prioritas dalam penanggulangan COVID-19.

Salah satu inisiatif yang muncul berdasarkan hasil KTT dan KTT APT adalah pembentukan ASEAN COVID-19 Response Fund dan ASEAN Center for Infectious Diseases. Inisiatif ini pada dasarnya baik, namun belajar dari pengalaman ASEAN selama ini, inisiatif pembentukan badan baru

seperti ini seringkali tidak menjawab persoalan substansial di level negara anggota. Selain karena prosesnya pasti akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, efektivitasnya jelas akan sangat bergantung pada soal dana dan keinginan politik masing-masing negara anggota. Ada faktor ekonomi-politik yang membentuk hubungan negara dan masyarakat di negara anggota yang seringkali menjadi tantangan badan multilateral dalam mengelola ancaman keamanan nontradisional di kawasan seperti ini. Hal ini dapat dilihat pada pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Animal Health and Zoonoses (ACCAHZ) yang sejak disepakati tahun 2011 dan ditandatangani tahun 2016, masih menunggu tindaklanjut dari Indonesia untuk mengimplementasikannya ke dalam mekanisme nasionalnya. Padahal, di satu sisi, signifikansi mekanisme semacam ACCAHZ ini akan semakin penting di hari-hari ke depan sebagai kerangka kerja sama untuk memberantas hewan menular dan zoonosis di wilayah Asia Tenggara di tengah interface kesehatan hewan dan manusia di kawasan ini.

8 Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ...

Alih-alih membentuk lembaga atau

mekanisme baru untuk setiap persoalan yang

muncul, Indonesia perlu mendorong ASEAN

untuk memaksimalkan fungsi mekanisme dan

lembaga yang sudah ada.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia sudah mempunyai mekanisme untuk mengimplementasikan komitmennya di level ASEAN dalam mekanisme nasional berdasarkan Pasal 3 dan 4 Peraturan Presiden No. 53 Tahun 2020 tentang Sekretariat Nasional Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Setnas ASEAN).

Sudah waktunya bagi ASEAN untuk memikirkan suatu kerangka pemulihan secara komprehensif bagi Komunitas ASEAN. Alih-alih membentuk lembaga atau mekanisme baru untuk setiap persoalan yang muncul, Indonesia perlu mendorong ASEAN untuk memaksimalkan fungsi mekanisme dan lembaga yang sudah ada. Dengan demikian, mekanisme tersebut diharapkan dapat berkembang dengan berkontribusi secara holistik, pragmatis, dan berkelanjutan serta melibatkan sektor swasta, masyarakat sipil, dan mitra-mitra eksternal ASEAN. Terutama di isu kesehatan publik dan pemulihan ekonomi bila dikontekskan dalam pandemi COVID-19 saat ini.

Aksi lanjutan menerjemahkan sejumlah kesepakatan regional yang telah dibuat dalam KTT khusus mengenai pandemi COVID-19 tentu ditunggu oleh berbagai elemen Komunitas ASEAN. Mekanisme konsultasi menjadi salah satu indikator relevansi ASEAN dalam konteks penanganan COVID-19 di kawasan. Hasil KTT Khusus telah menyebutkan pentingnya pertukaran informasi dan best practices di antara sesama anggota ASEAN. Hal ini sejalan dengan tujuan yang termaktub dalam ASEAN Socio-Cultural Community Plan of Action, salah satunya telah menaruh perhatian khusus pada upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya (termasuk SARS dan Avian Influenza) antara lain melalui berbagi pengalaman dan praktik terbaik serta sistem pengawasan. Realisasinya di Indonesia dapat diwujudkan melalui arahan yang jelas dari Presiden untuk memaksimalkan fungsi-fungsi Setnas ASEAN.

3. Penguatan Kapasitas Kawasan dalam Penanganan COVID-19

Tidak kalah pentingnya dari perumusan mekanisme dan agenda kerangka pemulihan (post-pandemic recovery) di atas adalah penerapan dan koordinasi di lapangan. Langkah-langkah ini disebut ketahanan kawasan yang harus dikawal oleh Indonesia agar menjadi perhatian bersama. Dengan demikian tagline “ASEAN Cohesive Journey to Resilience” di hari jadi ke-53 ASEAN di tahun 2020 dapat direalisasikan.

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... 9

... sebagaimana ketahanan regional adalah puncak dari ketahanan nasional, maka ketahanan kawasan ASEAN secara keseluruhan dalam konteks penanganan pandemi COVID-19 juga akan sangat ditentukan oleh ketahanan negara anggota.

Kapasitas kawasan diupayakan dalam tujuannya menghadirkan ketahanan kawasan guna memenuhi hak warga seperti kesejahteraan dan keamanan insani. Koordinasi dan implementasi dalam meningkatkan peran serta negara anggota dalam peningkatan kapasitas kawasan sangat diperlukan dalam meminimalisir kehilangan jiwa dan materiil. Namun demikian, sebagaimana ketahanan regional adalah puncak dari ketahanan nasional, maka ketahanan kawasan ASEAN secara keseluruhan dalam konteks penanganan pandemi COVID-19 ini juga akan sangat ditentukan oleh ketahanan negara anggota. Untuk itu, ASEAN dalam semangat solidaritas komunitas tentu harus mendorong dan berkontribusi positif bagi peningkatan kapasitas negara secara individu.

Dalam konteks demikian, salah satu upaya utama yang harus menjadi perhatian adalah dengan menyediakan vaksin yang ampuh sekaligus adil bagi seluruh pihak. Terlebih, pandemi COVID-19 ini masih sulit diprediksi kapan akan berakhir. Sehingga, vaksin bisa menjadi jalan keluar yang dapat diandalkan untuk menghentikan pandemi. Dengan kehadiran vaksin, masyarakat diharapkan akan merasa aman untuk melakukan aktivitas produksi dan konsumsi yang berujung pada pergerakan ekonomi nasional dan pada akhirnya berpengaruh terhadap ekonomi regional dan global.

Langkah Indonesia untuk fokus menjamin ketersediaan vaksin bagi warga negaranya merupakan satu langkah visioner yang baik, namun

demikian tidak lantas membuat Indonesia bergerak sendiri tanpa mendorong upaya bersama di ASEAN. Bagaimana pun juga, upaya individu tidak akan cukup efektif menanggulangi pandemi yang bersifat masif dan menyeluruh seperti COVID-19 ini. Sehingga, bekerja bersama dengan negara-negara tetangga di ASEAN dalam konteks pandemi ini bukan suatu pilihan melainkan sebuah keharusan.

4. Perhatian Khusus Terhadap Isu Perlindungan Tenaga Migran

Forum-forum teknis yang melibatkan Menteri Kesehatan, Menteri Keuangan, Menteri Tenaga Kerja, dan kementerian lainnya dari negara-negara ASEAN mempunyai arti penting dalam upaya mencari solusi bersama untuk sektor-sektor lintas batas yang membutuhkan perhatian. Salah satunya adalah isu pekerja migran yang terimbas secara nyata akibat pandemi ini, namun belum

10 Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ...

Besarnya jumlah pekerja migran

di antara negara intra-ASEAN, baik

legal maupun ilegal, adalah wujud nyata

keterhubungan antarnegara

ASEAN.

diberikan perhatian secara khusus pada level negara.

Besarnya jumlah pekerja migran di antara negara intra-ASEAN, baik legal maupun illegal, adalah wujud nyata keterhubungan antarnegara ASEAN. Disepakatinya ASEAN Consensus on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers tahun 2018, merupakan bukti pentingnya keberadaan pekerja migran bagi ekonomi ASEAN. Pandemi ini menjadi tantangan baru bagi perlindungan pekerja migran di ASEAN.

Di satu sisi, kebijakan pembatasan pergerakan manusia baik dalam bentuk lockdown maupun semi-lockdown telah berdampak pada para pekerja migran, terutama bagi komuter reguler dari negara asal ke negeri tempat bekerja. Kekhawatiran akan transmisi virus menghentikan mobilitas mereka. Di sisi lain, mereka juga terdampak akibat kelesuan ekonomi secara global, termasuk di kawasan ASEAN, dengan tutupnya atau tidak beroperasinya sejumlah aktivitas-aktivitas ekonomi. Banyak dari pekerja migran tersebut yang akhirnya harus pulang ke negara

asalnya, tanpa kepastian yang jelas akan dapat kembali lagi untuk bekerja. Bagi mereka yang tetap bertahan juga tak lepas dari masalah. Dengan statusnya sebagai pekerja migran, tidak semua dari mereka dapat memperoleh bantuan hidup dari pemerintah tempat mereka bekerja. Dampak terparah dialami oleh pekerja tanpa dokumen, khususnya perempuan, yang menjadi semakin rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.

5. Pelibatan Masyarakat Sipil

Berdasarkan uraian yang digambarkan di atas, pelibatan masyarakat sipil menjadi krusial dalam upaya menangani pandemi COVID-19 dan dampak sosial-ekonomi yang ditimbulkannya. Peran masyarakat sipil terbukti efisien menjangkau kebutuhan masyarakat dan mampu berperan persuasif mendorong masyarakat mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Pelibatan berbagai kelompok dalam masyarakat dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa tanggungjawab sebagai bagian dari persoalan sekaligus solusi, bukan pemerintah saja. Jejaring masyarakat sipil di ASEAN yang telah terbangun baik, dapat menjadi jembatan bagi upaya saling bertukar informasi dan best practices antarnegara.

Keterlibatan masyarakat sipil ini dapat diarahkan pada dua isu utama di tengah pandemi sebagaimana diungkapkan di awal. Pertama, dalam konteks kesehatan publik, ASEAN telah mempunyai modalitas jejaring ilmuwan di bidang kesehatan yang dapat dioptimalkan untuk mengatasi

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... 11

Indonesia perlu menunjukkan kepemimpinan di level regional dalam mekanisme yang sudah dibangun di tingkat ASEAN, dengan mengedepankan pendekatan keamanan insani.

minimnya pasokan alat kesehatan termasuk test kits yang masih mengandalkan impor. Pertukaran informasi berbasis solidaritas komunitas sangat penting ditekankan pada situasi demikian, dengan harapan dapat memberdayakan industri dalam negeri guna mengantisipasi minimnya pasokan. Selain itu, jejaring masyarakat sipil dapat dijadikan voice untuk mendorong usaha bersama memperoleh akses yang adil terhadap vaksin. Di tengah situasi global seperti hari ini, bukan tidak mungkin kompetisi memperoleh vaksin akan menjadi arena pertempuran baru bagi negara maju, negara berkembang, dan negara miskin. Dalam konteks demikian, ASEAN sudah selayaknya bergerak secara bersama menjadi suatu kekuatan daya tawar baru atas nama kawasan, daripada bergerak sendiri dan menjadi kompetitor bagi rekan se-komunitas-nya.

Kedua, skema kenormalan baru telah diterapkan dengan relaksasi ekonomi menjadi fokus utama. Dalam situasi seperti ini, mutual trust di antara negara sekawasan penting dijaga dengan meningkatkan transparansi dan komunikasi, sehingga pemulihan ekonomi di suatu negara tidak dianggap sebagai ancaman bagi negara lain, apalagi ketika beberapa negara telah membuka pintu-pintu penerbangan internasionalnya. Penyebaran COVID-19 ini boleh dikatakan “difasilitasi” oleh globalisasi yang telah menciptakan borderless region. Dalam situasi demikian, jejaring masyarakat sipil dapat didorong untuk terus secara

lantang menyuarakan kerja sama dan solidaritas sebagai “penangkal” alternatif narrow nationalism yang mulai diciptakan negara-negara dengan membangun barriers.

C. Rekomendasi

Dengan mempertimbangkan situasi ASEAN di tengah pandemi COVID-19 dan momentum penguatan solidaritas dan kerja sama yang dihadirkan oleh pandemi ini, ada enam poin penting yang dapat didorong Indonesia dengan kepemimpinan intelektualnya di ASEAN.

Pertama, Indonesia perlu menunjukkan kepemimpinannya di level regional dalam mekanisme yang sudah dibangun di tingkat ASEAN, dengan mengedepankan pendekatan keamanan insani.

Kedua, Indonesia perlu secara aktif mendorong suatu kerangka pemulihan yang komprehensif bagi Komunitas ASEAN dengan memaksimalkan

12 Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ...

mekanisme yang sudah sejak awal dimiliki, alih-alih membentuk suatu lembaga atau mekanisme baru.

Ketiga, Indonesia perlu merumuskan implementasi pemulihan yang komprehensif untuk mendorong kapasitas kawasan salah satunya menjamin akses yang adil terhadap vaksin di ASEAN.

Keempat, Indonesia perlu mengupayakan kerja sama hingga level teknis terkait perlindungan pekerja migran di antara negara-negara ASEAN mengingat posisi mereka yang rentan akibat pandemi, namun krusial dalam pemulihan ekonomi.

Kelima, Indonesia perlu mendorong pelibatan masyarakat sipil dalam implementasi kebijakan-kebijakan di level regional mengenai penanganan COVID-19.

Keenam, Presiden perlu memastikan Sekretariat Nasional ASEAN agar berkoordinasi dengan

kementerian-kementerian teknis terkait untuk menindaklanjuti komitmen-komitmen yang telah dibuat di level ASEAN, terutama dalam upaya peningkatan kesehatan publik dan pemulihan ekonomi, termasuk urusan kesehatan hewan dan penyakit yang berasal dari hewan dan menjangkiti manusia (zoonosis). v

Daftar Referensi

ASEAN Secretariat News. ASEAN Plus Three Senior Health Officials reaffirm cooperation to stop spread of 2019-nCoV. 4 February 2020. Diakses di https://asean.org/asean-plus-three-senior-health-officials-reaffirm-cooperation-stop-spread-2019-ncov/, tanggal 19 Agustus 2020, pukul 12.05 WIB.

The United Nations. General Assembly Resolution no. 66/290 adopted by the General Assembly on 10 September 2012. 25 Oktober 2012. Diakses di https://www.un.org/en/ga/search/view_doc.asp?symbol=A/RES/66/290, tanggal 19 Agustus 2020, pukul 10.11 WIB.

The World Bank. Migrating to Opportunity: Overcoming Barriers to Labor Mobility in Southeast Asia. 7 Oktober 2017. Diakses di https://www.worldbank.org/en/region/eap/publication/migrating-to-opportunity-overcoming-barriers-to-labor-mobility-in-southeast-asia, tanggal 19 Agustus 2020, pukul 09.35 WIB.

Presiden perlu memastikan

Sekretariat Nasional ASEAN agar

berkoordinasi dengan Kementerian-

kementerian teknis terkait untuk

menindaklanjuti komitmen-komitmen yang telah dibuat di

level ASEAN.

Policy Paper - Pendekatan Keamanan Insani dalam Mewujudkan Solidaritas ... 13