Trade policy
-
Upload
dyah-suryaningrum -
Category
Documents
-
view
1.847 -
download
6
Transcript of Trade policy
TRADE POLICY
A. Definisi Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dmaksud
dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah
suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.Bila dibandingkan
dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negri, maka perdagangan internasional sangatlah
rumit dan kompleks. Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain :
1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan
2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara kenegara lainnya melalui bermacam
peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-
masing pemerintah.
3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang,
taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan sebagainya.
B. Manfaat Melakukan Perdagangan Internasional
Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tetntu akan memperoleh
manfaat bagi negara tersebut. Manfaat tersebut antara lain :
1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara.
Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan IPTEK
dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi
kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negri adalah untuk memperoleh keuntungan yang
diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang
yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik
1
apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negri.Sebagai contoh :
Amerika Serikat dan Jepang mempunyai kemampuan untuk memproduksi kain. Akan
tetapi, Jepang dapat memproduksi dengan lebih efesien dari Amerika Serikat. Dalam
keadaan seperti ini, untuk mempertinggi keefisienan penggunaan faktor-faktor produksi,
Amerika Serikat perlu mengurangi produksi kainnya dan mengimpor barang tersebut dari
Jepang. Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat
memperoleh keuntungan sebagai berikut
a. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan lebih
efesien.
b. Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi dalam
negri.
3. Memperluas Pasar dan Menambah Keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan
maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan
turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha
dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk
tersebut keluar negri.
4. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi
yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih moderen.
C. Sebab –sebab Terjadinya Perdagangan Internasional
Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan
negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk
perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional.
Beberapa aladan yang menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara (perdagangan
internasional) antara lain :
2
1. Revolusi Informasi dan Transportasi
Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem berbasis
komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi
pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi serta masih banyak lagi.
2. Interdependensi Kebutuhan
Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing aspek, bisa
di tinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Kesemuanya itu akan berdampak
pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lainnya.
3. Liberalisasi Ekonomi
Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerjasama memiliki implikasi
bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi melalui
perdagangan antar negara.
4. Asas Keunggulan Komparatif
Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang tidak
dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang dapat
diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut.
5. Kebutuhan Devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu
negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan
devisa yang digunakan dalammelakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah
pemasukan dari perdagangan internasional.
D. Kebijakan Perdagangan
HAMBATAN TARIF:
Tarif
Bentuk hambatan oerdagangan yang paling penting atau menonjol secara historis. Tarif
merupakan bentuk kebijkan perdagangan yang paling tus dan secara tradisional telah digunakan
sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Tarif dibedakan menjadi 2 macam, yakini
3
a. Tarif impor (import tarif)
Tarif impor yakni pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara
lain
b. Tarif Ekspor (export tarif)
Tarif yang merupakan pajak untuk suatu komoditi yang dieskpor.
Ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada beberap jenis tarif,diantaranya
a. Tarif spesifik (specific tarif)
Tarif yang dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor (mislanya, pungutan
3 dolar untuk setiap barel minyak)
b. Tarif ad valorem
Pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentasi tertentu dari nilai atau barang-barang
yang diimpor (misalnya, suatu negara memungut tarif 25 persen atas nilai atau harga dari
setiap komodiit yang diimpor)
c. Tarif gabungan (compound tarif)
Tarif yang merupakan gabungan dari keduanyanya.
Peran tarif dinegara-negara industri telah menurun dalam era modern , tepatnya sejak
berakhirnya Perang Dunia Kedua, khususnya untuk sektor manufaktur , karena pemerintah dari
berbagai negara lebih suka dan terbiasa melindungi industri-industri domestik dengan
memberlakukan berbagai macam dan bentuk hambatan non tarif. Tingkat tarif rata-rata kurang
dari 5 persen. Meskipun demikian, pemaham tarif ini amat penting untuk memahami kebijakan
–kebijakan perdagangan. Apalagi, tarif untuk sektor pertanian masih cukup tinggi (padahal
sektor ini juga diproteksi melalui hambatan-hambatan nontarif)
ANALISIS KESEIMBANGAN PARSIAL TERHADAP TARIF
Analisis Keseimbangan parsial merupakan instrument analisis yang paling sesuai untuk
mempelajari kasus pemberlakuan tarif oleh sebuah negara kecil serta kaitannya dengan output
industri domestik yang relatif kecil.
4
Px($)SX
HJG
A C
E
M
N
B
DX
SF + T
SF
X
Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pemberlakuan tarif terhadap keseimbangan parsial ,
dapat dilihat pada gambar 8.1
Sumber : Salvatore, 1996
Keterangan :
Pada gambar diatas, diilustrasikan merupakan negara kecil dan industrinya menghasilkan
komoditi X juga kecil.
Dx adalah kurva permintaan dan Sx melambangkan kurva penawaran komoditi X di negara
tersebut.
Titik E, menyatakan jika negara kecil ini tidak melakukan perdagangan internasional maka
keseimbangan terjadi di titik E yang merupakan perpotongan antara Dx dan Sx.
Jika negara melakukan hubungan perdagangan internasional, maka akan menikmati harga
yang jauh lebih murah yakni sebesar SF (sebelum tarif) sehingga konsumsi meningkat sebesat
garis AB.
AC merupakan garis produksi domestik, dan CB melambangkan garis impor.
SF merupakan garis putus-putus horizontal yang melambangkan kurva penawaran komoditi
X dari luar negeri yang elasttis tak terbatas untuk negara tersebut. Artinya bahwa pasar
internasional sanggup memasok komoditi X sebanyak mungkin kepada negara kecil
bedasarkan hargaa dunia yang berlaku.
5
E
Px($)
E
H
BDX
X
G Q
A K NL Z W
X3X2X1
P1
P2
P3
PX ($)
SX
V U
C
J
G
XX1 X2
Garis (SF+T) yang merupakan kurva penawaran komoditi X dari luar negeri yang baru
setelah diberlakukan tarif. Dengan memberlakukan tarif ad valorem terhadap komoditi X
yang diimpor, maka harga yang diterima sebesar garis yang ada pada SF +T,sedangkan harga
bagi konsumen didunia tidak berubah.Maka konsumen akan menurunkan tingkat konsumsi
sebesar garis GH,dengan komposisi GJ sebagai produk domestik, sedangkan JH sebagai
komoditi impor dari negara lain.
Dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi , yakni berkurangnya konsumsi domestik
akibat pengenaan tarif ad valorem sebesar BN
Dampak pengenaan tarif terhadap produksi, yakni terjadi peningkatan produk domestik
akibat adanya tarif sebesar CM
Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan, yakni impor menurun sebesar (BN +CM)
Dampak pengenaan tarif terhadap penerimaan pemerintah, terciptanya masukan bagi
pemerintah untuk uni komoditi X yang diimpor sebesar (MJHN).
Dampak konsumsi (consumption effect), akan semakin besar. Dikarenakan semakin elastic
Dx maka kenaikan harga komoditi X sebanyak SF
Dampak produksi (production effect), semakin elastic Sx maka semakin besar dampaknya
yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditi X sebagai akibat dari pengenaan tarif.
Dampak pendapatan, pemberlakukan tarif akan mengurangi impor sehingga memperkecil
dampak pendapatan bagi pemerintah.
Dampak Pemberlakukan Tarif Terhadap Surplus Produsen dan Konsumen
Gambar dampak pemberlakuan tarif terhadap Surplus Produsen dan Surplus Konsumen:
Sumber: Salvatore, 1996
6
Keterangan:
Kenaikan harga komoditi X dari harga P1 menjai P2, yang diakibatkan oleh pemberlakuan
tarif oleh pemerintah terhadap barang-barang impor,maka akan menurunkan surplus
konsumen dan meningkatkan surplus produsen.
Surplus konsumen, mengukur besar kecilnya keuntungan konsumen dari pembelian, yang
merupakan selisih antara harga yang sebenarnya dibayarkan dengan tingkat harga yang
sanggup dibayarkan
Surplus produsen, merupakan konsep yang sekilas (analog)surplus konsumen.
Pada gambar sebelah kiri, surplus konsumen berkurang sebesar AGHN akibat pemberlakuan
tarif
Sebelum diberlakukan tarif, konsumen menyerap komoditi sebanyak di titik B dengan harga
P1. Jumlah secara actual yang dibayarkan konsumen sama dengan jumlah yang dibayarkan
untuk memperoleh unit terakhir dari komoditi. Jika harga meningkat, maka konsumen
bersedia membayar mahal pada unit komoditi tersebut sampai seluruhnya habis.
Setelah tarif diberlakukan terhadap barang-barang impor, harga komoditi X mengalami
kenaikan, yakni dari P1 menjadi P2. Sehingga pembelian akan komoditi menurun, dan
konsumen harus membayar sebesar OGHZ. Sehingga surplus konsume berkurang dari ARB
menjadi GRH. Total surplus konsumennya akibat pemberlakuan tarif sebesar AGBH.
Pada panel kanan, surplus produsen bersumber dari pemberlakuan tarif sebesar AGJC.
Pada tarif belum dikenakan pajak, semula produsen domestik berada pada OAVC. Setelah
diberlakukan tarif, komoditi X mengalami kenaikan dari P1 menjadi P2
Produsen meningkatkan produksi sehingga memperoleh sebesar OGJU, peningkatan
pendapatan sebesar (AGJC +VCJU).
VCJU, merupakan biaya produksi yang merupakan surplus produsen. Dengan mengenakan
tarif secara tidak langsung pemerintah member subsidi produksi bagi pada produsen
domestik.
7
y
X
B
F
G
H
A
E
III
II
PF=2
PF=1
Tarif dan Ekonomi Welfare
a. Pemberlakuan Tarif di Negara Kecil
Ketika sebuah negara kecil memberlakuka tarif terhadap barang-barang impor, tidak akan
mempengaruhi harga-harga barang itu di pasar internasional. Yang berubah adalah harga barang
tersebut dipasar domestik, sehingga pihak yang berdampak pada implikasi kebijakan tersebut
adalah konsumen dan produsen dinegara yang bersangkutan.
Walaupun setiap produsen dan konsumen menghadapi kenaikan harga komoditi impor
meningkat sebesar tarif yang dikenakan, harganya bagi perekonomian negara kecil adalah
konstan secara keseluruhan, karena kenaikan harga tersebut diimbangi oleh penerimaan pajak
pemerintah.
Divergensi antara harga komoditi impor yang dihadapi oleh para produsen dan konsumen
domestik dengan harga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan , disajikan oleh grafik
dibawah ini
sumber : Salvatore, 1996
8
H’
Keterangan :
Diasumsikan negara ini sebuah negara yang kaya akan sumber daya modal (capital) sehingga
hanya memproduksi komoditi Y yang bersifat padat modal dan mengekspornya untuk
mengimpor komoditi X yang tidak diproduksinya karena kelangkaan faktor produksi tenaga
kerja (Komoditi X bersifat padat-karya).
Jika Px/Py = 1 dipasar dunia, sedangkan negara ini terlalu kecil untuk mempengaruhi harga
dunia atau harga yang berlalu untuk produk di pasar internasional sehingga negara ini
memproduksi di titik B.
Pada kondisi perdagangan bebas, negara ini akan mengkonsumsi dan mengekspor komoditi
Y di titik E yakni pada kurva indiferen III
Jika pemerintah mengenakan tarif ad valorem, maka harga komoditi Y bagi produsen dan
konsumen meningkat menjadi Px/Py=2,sedangkan harga komoditi X bagi perekonomian
negara secara keseluruhan dan pasar dunia tidak berubah (Px/Py=1).
Pada harga Px/Py=2 para produsen akan didorong untuk berproduksi di titik F, dimana garis
harga nya adalag PF= 2. Hal ini berarti, dengan diberlakukan tarif impor akan menghasilkan
lebih banyak komoditi X dan mengurangi produksi komoditi Y
Pada perdagangan bebas, FG adalah sebagai pengimbang ekspor negara, akan terjadi impor
sebanyak GH’, yang terbagi atas GH terarah pada konsumen, HH’ akan menjadi pendapatan
pajak pemerintah yang bersumber dari penghematan tarif ad valorem terhadap komoditi X
yang diimpor.
Kurva indeferen II, menyatakan setiap konsumen akan dihadapkan pada tingkat harga yang
sudah dibebani tarif, yakni Px/Py = 2. Namun, Karen apemerintah meredistribusikan
pendapatan yang diperoleh dari tarif ad valorem dalam bentuk konsumsi publik atau
pengeluaran pajak domestik maka kurva indeferen II akan berada pada garis PW=1. Sehingga
tingkat konsumsi baru tercipta di titik H’.
Dengan bergesernya produksi di titik F dan konsumsi di titik H’ akibat diberlakukannya tarif,
hal ini menunjukan bahwa negara tersebut mengalami kemerosotan.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah:
1. Dengan adanya tarif tingkat kesejahteraan negara yang bersangkutan menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan dimasa perdagangan bebas. Hal ini terbukti dengan bergesernya
9
konsumsi dari titik E ke titik H’ yang terletak pada kurva indiferen yang lebih rendah
daripada sebelumnya.
2. Terjadinya penurunan kesejahteran, yang disebabkan oleh:
(a) Perekonomian tidak lagi berproduksi pada tiitk yang memaksimumkan nilai pendapatan
dan harga dunia
(b) Konsumen tidak lagi berkonsumsi pada kurva indiferen tertinggi yang memaksimukan
kesejahteraan
Penurunan kesejahteraan terjadi karena kegiatan produksi yang tidak efisien, yang
merupakan kondisi :
(a) Padanan keseimbangan umum dari kerugian akibat produksi (production distortion loss)
(b) Kerugian akibat konsumsi yang tidak efisien (consumption distortion loss)
3. Volume perdagangan mengalami kemerosotan dengan adanya tarif. Volume serta nilai-nilai
ekspor dan impor sama-sama turun setelah dilaksanakannya pengenaan tarif dibandingkan
saat terjadi perdagangan bebas.
Sehingga, dapat disimpulkan pada negara kecil, semakin tinggi tarif yang dikenakan pada
suatu komoditi , maka semakin besar kerugian yang akan timbul.
b. Pemberlakuan Tarif di Negara Besar
Dampak-dampak keseimbangan parsial dari pemberlakuan tarif dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Keterangan :
SH adalah kurva penawaran domestik dinegara besar untuk komoditi X
SF adalah kurva penawaran komoditi X dari negara lain atau kurva ekspor bagi negara besar.
SH+F adalah keseluruhan kurva penawaran komoditi X yang dihadapi oleh negara besar.
Diperoleh dengan menjumlahkan kurva domestik dengan kurva penawaran negara lain untuk
komoditi X
Liat panel D, garis DH adalah kurva permintaan domestik untuk komoditi X yang
berpotongan dnegan SH+F. Perpotongan tersebut terjadi di titik B pada harga P2 dan X4.Jumlah
10
X nya adalah sebesar garis AB (sebanyak AC dipasok oleh produsen domestik,sedangkan CB
disediakan oleh produsen negara lain)
Jika diberlakukan tarif impor ad valorem sebesar 50 persen (t) terhadap komoditi X, maka
total kurva penawaran akan bergeser ke kiri menjadi SH+F+T. Maka DH berpotongan dengan
SH+F+T dititik H pada harga P3 dan di X3 sejumlah garis GH (sebesar GJ dipasok oleh produsen
domestik, sedangkan JH diimpor)
Jumlah bidang segi empat a+b+c+d menunjukan berkurangnya surplus konsumen yang
diakibatkan oleh pemberlakukan tarif.
Nilai a merupakan kenaikan rente atau surplus produsen yang diterim oleh para pengusaha
domestik; c merupakan pendapatan ratif yang diterima oleh pemerintah negara besar dari
konsumen domestik, dan b+d merupakan biaya proteksi yang harus ditanggung oleh
perekonomian negara besar secara keseluruhan.
IKMN=e , merupakan pemasukan tambahan pemerintah negara besar dari para eksportir
asing.
Keuntungan nettor yang diterima oleh negara besar akibat dari pemberlakuan tarif adalah
sebesar (e-b-d). Selain itu, juga akan membaiknya nilai tukar perdagangan.
Pemberlakuan tarif oleh pemerintah negara besar akan menurunkan volume perdagangan,
namun dalam waktu bersamaan akan meningkatkan nilai tukar perdagangan (term of trade).
Volume perdagangan cenderung akan menurunkan kesejahteraan negara besar secara
keseluruhan, dan disisi lain dengan meningkatnya nilai tukar akan mampu meningkatkan
kesejahteraan. Meningkat atau menurunnya kesejahteraan negara besar tersebut ditentukan
kekuatan mana yang lebih unggul, yakni apakah kekuatan positif dari perbaikan nilai tukar
perdagangan atau kekuatan negatif yang diakibatkan oleh kemerosotan volume perdagangan
11
P1
P2
P1
P2
P3
X1 X2 X3 X4
Panel A Panel B Panel C
Panel D
Px($) Px($) Px($)
SH+F
SFSH
X X X
Kurva Penawaran Domestik Atas Komoditi XKurva Penawaran Ekspor Negara Lain Atas Komoditi XTotal Kurva Penawaran Komoditi X (domestik dan negara lain)
Px($)
X
SH
SH+F
SH+F+T
T=50%
E
H
BNMC
JG
A
IK
a b c
e
d
Sumber: Salvatore, 1996
TARIF OPTIMUM
Tarif Optimum adalah tingkat tarif yang dapat memaksimalkan manfaat netto yang
bersumber dari perbaikan nilai tukar perdagangan sehingga dapat melunturkan dampak negarif
yang diakibatkan oleh berkurangnya volume perdagangan.
Jika sebuah negara besar dari perdagangan besar dan memberlakukan tarif, maka sampai
batas tertentu kesejahteraanya akan meningkat hingga ke titik maksimal sehingga disebut tarif
optimum. Dan jika ditambah ataupun dikurangi maka tarif tersebut tidak akan optimum lagi.
12
E
Pw=1
Pw=0.625
2
1
2*E*
E**
1*
Y
X
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar Tarif Optimum dan Pembalasan Tarif
Sumber : Salvatore, 1996
Keterangan :
Garis 1 dan 2 merupakan kurva penawaran pada saat perdagangan bebas.
Titik E pada saat keadaan ekuilibrium, dengan harga dunia atau Pw= 1.
Jika negara memberlakukan tarif impor makan kurva penawara bergeser menjadi 2*. Maka
tercipta ekulibrium bari di titik E* yang merupakan perpotonganta antara kurva penawaran
2* dan 1 pada harga duni di Pw =0.625.Sehingga nilai tukar negara lain yang menjadi mitra
dagang akan merosot , sedangkan negara ini akan mengalami kenaikan nilai tukar.
Adanya tarif optimum yang terkait dengan kurva penawaran 2* tidak hanya menunjukan
peningkatan kesejahteraan negara yng bersumber dari membaiknya nilai tukar melainkan
tingkat kesejahteraan tertinggi dapat dicapai melalui pemberlakukan tarif.
Kurva penawaran 1* merupakan bentuk pembalasan dari negara mitra akibat pemberlakuan
tarif yang dilakukan oleh negara domestik. Adanya tawar-menawar antara 1* dan 2*
sehingga terbentuk ekuilibrium di titik E**. Akibatnya nilai tukar negara mitra membaik
sedangkan negara domestik menjadi lebih rendah. Dan pada titik tersebut semua keuntungan
perdagangan telah hilang.
Negara kecil tidak dapat mencapai tarif optimum, karena tarif yang diberlakukan oleh
negara kecil akan membawa akibat berupa kemerosotan nilai tukar perdagangan yang disertai
13
dnegan menurunya volume perdagangan, sehingga tidak meningkatkan kesejahteraan negara
kecil.Pada negara besar, tarif hanya akan meningkat jika tidak ada pembalasan dari negara mitra
dagangannya.
EFFECTIVE RATE OF PROTECTION
Tingkat proteksi efektif (effective rate of protection),dihitung atas dasar nilai tambah
domestik, atau keuntungan dari proses-proses manufaktur yang berlangsung di dalam negeri
yang akan jauh melampaui tingkat tarif nominal (dihitung atas dasar harga komoditi final atau
sesudah kena pajak)
Nilai tambah domestik (domestik value added),adalah final komoditi dikurangi biaya
impor barang-barang input untuk keperluan produksi komoditi dalam negeri.
Tingkat proteksi penting bagi para produsen, pembuat kebijakan, dna para pelaku ekonomi ,
karena tingkat proteksi yang menunjukan berapa banyak proteksi yang diberikan pemerintah
bagi proses manufaktur domestik dama menghadapi tekanan persaingan produk impor sejenis.
Besarnya proteksi biasanya dikaitkan dnegan besarnya angka tarif itu sendiri:
(a) Jika tarifnya berbentuk pajak ad valorem yang besarnya proporsiona
(b) l terhadap nilai impor, maka tingkat tarif itu mengukur besarnya proteksi.
(c) Jika jenis tarifnya adalah spesifik, maka dengan membagi tarif dan harga netto setelah tarif
akan menghasilkan angka sama dengan tarif ad valorem
Ada 2 masalah yang harus diperhitungkan dalam menghitung tingkat proteksi,
diantaranya:
(a) Jika asumsi negara kecil bukan merupakan pertimbangan yang akurat, maka sebagian
dampak tarif akan menurunkan harga ekspor dan sebagian lagi akan meningkatkan harga-
harga domestik.
(b) Tarif menimbulkan dampak yang berbeda di setiap tahapan produksi suatu barang.
14
Tingkat proteksi efekti dapat diukur dengan cara:
g=t−a i t i
t−a i
Dimana :
g = tingkat proteksi efektif bagi produsen komoditi final
t = tingkat tarif nominal yang dibebankan kepasa konsumen komoditi final
ai = rasio biaya komoditi input impor terhadap harga komoditi final dalam kondisi bebas
tarif
ti =tingkat tarif nominal tehradap komoditi input yang diimpor.
Hubungan antara tingkat proteksi efektif (g) dna tarif nominal (t) terhadap komoditi final
sebagai berikut:
1. Jika ai = 0, maka g = t
2. Berapun nilai ai dan ti , semakin besar tingkat tarif nominal (t), akan semakin besar tingkat
proteksi efektifnya (g)
3. Pada nilai berapun untuk t dan ti, semakin besar ai, semakin besar nilai g
4. Nilai g akan lebih besar (sama dengan, lebih kecil) dari t, jika nilai ti lebih kecil (sama
dengan atau lebih besar)dari t.
5. Apabila aiti lebih bedar dari t , maka tingkat proteksi efektifnya menjadi negatif
Konsep tingkat proteksi efektif dapat memperkirakan kadar proteksi sesungguhnya yang
diberikan pemeritah kepada para produsen domestik melalui pemberlakukan tarif, agar lebih
mudah menghadapi tekanan persaingan dari produk luar negeri.
Hambatan Non-Tarif
KUOTA IMPOR
Kuota impor adalah suatu pembatasan terhadap jumlah impor yang diizinkan oleh suatu
negara setiap tahunnya. Dengan cara pemerintah mengeluarkan sejumlah lisensi impor yang shad
an terbatas serta melarang impor tanpa lisensi.
15
P0
P1 P1
P0
Sd+Q
Sd
X
d
c
b
Px ($)
S0 S1
Dd
D1 D2
Pw
Pw
Q=Kuota
c
b +d
Dm = Dd-Sd
M0Q
kuota
PW + Q
Pw
Panel APanel B
Ada beberapa alasan lebih sering digunakannya kuota daripada tarif untuk membatasi impor:
1. Untuk memastikan agar peningkatan pengeluaran impor yang lebih lanjur bisa dihentikan
apabila persaingan diluar negeri semakin meningkat.
2. Banyak negara berada pada posisi persaingan yang lemah dan melemahnya nilai tukar dan
pemerintah mencoba melaksanakan ketentuan-ketentuan untuk memperbaiki neraca
pembayaran, ketentuan kuota akan membatas jumlah yang diimpor.
Hubungan Kuota dan Tarif dengan Persaingan
Gambar. Efek kuota impor dalam kondisi bersaing
Sumber : Kindleberger, dkk. 1990
Keterangan:
Pada panel A, Kouta telah mendorong produsen dalam negeri untuk meningkatkan produksi
dari S0 ke S1, membebani negara sebesar bidang b. Biaya marginal naik menjadi P1.
Konsumen rugi sebesar bidang d.
Bidanga c atau tambahan harga atas impor yang diijinkan, merupakan redistribusi internal
dari konsumen kepada pemilik lisensi.
16
d
P0
P1
P2
S2
b Kuota= M1
Px Kurva permintaan total dalam negeri
Kurva permintaan monopolisKurva biaya marginal produsen dalam negeri
Kerugian bersih nasional= bidang b + d ditambah daerah yang bergaris akibat kekuatan monopolis
Kurva penerimaan marginal
kuantitas
Bidang b dan d adalah kerugian nasional bersih yaitu tarif yang menyebabkan sejumlah
impor yang sama dengan kuota.
Kuota akan kelihatan buruk daripada tarif , jika pada kondisi:
(1) Apabila kuota menciptakan kekuatan monopoli
(2) Apabila lisensi impor dialokasikan secara tidak efisien
Hubungan antara Kuota dan Tarif dengan Kekuatan Monopoli
Gambar. Dengan Kuota, Produsen dalam negeri menjadi seorang monopolis
Sumber : Kindleberger, dkk. 1990
Keterangan:
Kuota mengijinkan impor sebesar M1. Kuota hanya menguntungkan produsen dalam negeri
yang hanya satu-satunya dibandingkan penetapan tarif.Produsen dalam negeri akan menaikan
harga lebih tinggi sehingga membatasi keluarannya pada keadaan biaya marginal sama
dengan penerimaan marginal
17
MR
Qt Qt QM Dt Dt
PW+T
Pw
P
Q
D
MC
Harga yang lebih tinggi dari P2 dihadapkan pada tingkat produksi dalam negeri yang terbatas
yaitu S2. Akibatnya kuota menyebabkan keluaran dalam negeri lebih rendah , dan harga
didalam negeri lebih tinggi, melebihi harga penetapan tarif
Apabila monopoli didalam negeri diciptakan oleh kuota, maka secara keseluruhan akan
menimbulkan kerugian.
Bidang b dan d menunjukan beban masyarakat akbiat pengurangn impor. Dan kekuatan
monopoli baru sebesar bidang yang di arsir.
Keseluruhan dari bidang tersebut adalah hilangnya kesempatan bagi konsumen untuk
membeli, mengurangi yang dapat dicapai oleh negara dibandingkan nilaipemeblian tambahan
bagi para konsumen.
Dengan menahan produksi di S2 dan impor di M1, maka kuota dan impor membatasi
konsumen untuk menikmati yang dapat dibeli pada harga P2, meskipun biaya marginal untuk
memperoleh produk tambahan sama rendahnya dengan kurva biaya marginal atau harga
dunia.
Monopolis dan Tarif
Dampak tarif adalah meningkatkan harga semaksimum mungkin yang dapat dikenakan
oleh industri domestik.
Gambar. Monopolis dilindungi oleh tarif (Krugman, 2003)
Keterangan :
jika tarif spesifik sebesar t dikenakan atas impor, makan industri domestik dapat menetapkan
Pw+t. Namun indusrtri ini tetap tidak dapat dengan bebas menaikkan harga ke tingkat harga
monopolis, karena konsumen masih beralih kepada impor jika harga meningkat diatas harga
dunia ditambah tarif.
18
MRqDq
D
MC
Q
Pw
Pq
P
Monopolis menetapkan harga sama dengan biaya marginal pada Qt. Tarif meningkatkan
harga domestik dan juga output industri domestik,sedangkan permintaan turun ke D t Karena
impor turun
Industri domestik tetap memproduksi dalam jumlah yang sama jika merupakan perusahaan
persaingan sempurna
Monopolis dan Kuota Impor
Gambar monopolis dilindugi oleh kuota impor
Sumber : Krugman , 2003
Keterangan :
Pemerintah menetapkan pembatasan impor, membatasi kuantitas pada tingkat yang tetap Q.
Jika monopolis mengenakan harga diatas Pw, akan kehilangan seluruh penjualannya.
Sebaliknya, jika menjual pada permintaan domestik pada tingkat harga tersebut, maka terjadi
minus impor yang diperbolehkan.Permintaan yang dihadapi monopolis adalah permintaan
domestik minus impor yang diperolehkan
Dq adalah kurva permintaan, yang paralel dengan kurva permintaan D, Dq adalah kurva
permintaan marginal MRq. Perusahaan yang diproteksi oleh kuota impor memaksimumkan
keuntungan dengan menetapkan biaya marginal sama dengan penerimaan marginal yang
baru, dan memproduksi di Qq dengan harga Pq(Karena itu lisensi impor untuk 1 unit barang
akan menghasilkan rente sebesar Pq-Pw.
19
Pq
Pw+t
Pw
P
Q
Qq Qt
DQMRQ
D
MC
Tarif dengan kuota impor
Gambar. Membandingkan tarif dengan kuota
Sumber : Krugman,2003
Keterangan :
Tingkat tarif t mengakibatkan tingkat impor Q.
Tarif mengakibaykan produksi domestik sebesar Qt dan harga domestik Pw+t.
Kuota mengakibatkan tingkat produksi yang lebih rendah , Wq, dan harga yang lebih tinggi
Pq.
Jika dilindungi oleh tarif, perusahaan monopoli domestik berprilaku sebagaimana
menghadapi persaingan sempurna, berbeda jika dengan kuota impor. Karen akuota impor
memberikan proteksi mutlak, tidak peduli pada harga domestik, impor tidak akan melebihi
tingkat kuota.
SUBSIDI EKSPOR
20
Dx
Px ($)
J’
M’
H’
G’
A’
N’
B’
E
C’
d’
c’b’Sxa’
X
P1
P0
X1 X2 X3 X4
Subsidi ekspor adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan
bantuan subsidi kepada para eksportit atau calon eksportir nasiona, atau pemberian pinjaman
bantuan berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu
negara (Salvatore, 1996)
Pemerintah memberi subsidi ekspor dalam berbagai cara, diantaranya :
(1) menggunakan uang untuk pembayaran pajak untuk memberikan pinjaman dengan bunga
yang rendah kepada para eksportir atau kepada para pelanggan di luar negeri.
(2) Pemerintah ikut serta mengeluarkan biaya promosi langsung atas nama para eksportit ,
mengiklankan produk-produknya diluar negeri dan menyediakan informasi mengenai
kemungkinan pasar ekspor.
Subsidi ekspor dapat dianalisis secara grafis, yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar. Dampak Keseimbangan Parsia Dari Pemberian Subsidi Ekspor
Sumber : Salvatore, 1996
Keterangan:
21
Dx dan Sx masing kurva permintaan dan kurva penawaran untuk negara 2 da komoditi X.
Pada perdagangan bebas, negara berada pada harga dunia di P0 untuk komoditi X. Negara
akan memproduksi X sebesar AC sebanyak X3, dimana konsumsi sendiri sebesar A’B’,
sedangkan sisanya diekspor B’C’.
Bila berada di titik E, maka negara 2 akan menjadi pengekspor bukan pengimpor.
Diasumsikan sebagai negara kecil. Pemerintah memebrikan subsidi sehingga harga yang
diterima produsen domestik meningkat menjadi P1, dan negara akan meningkatkan produksi
sebesar G’J’ dalam rangka memanfaatkan harga yang lebih tinggi.
Tingkat konsumsi menurun menjadi G’H’,sedangkan ekspornya ditingkatkan menjadi H’J’.
Sehingga kenaikan komoditi X mengutungkan para produsen domestik, namun merugikan
konsumen. Secara keseluruha perekonomian negara akan rugi Karen aharus menanggung
biaya subsidi.
Kerugian yang dialami konsumen domestik sebesar luas bidang a’+b’, sedangkan
keuntungan yang diterima produsen sebesar a’+b'+c’. Kerugian pemerintah sebesar
b’+c’+d’.
Biaya proteksi yang harus ditanggung oleh negara akibat penambahan produksi komoditi X
adalah seluas bidang segitiga B’H’N=b’ dan C’J’M’=d’
DUMPING
Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh dibawah pasaran, atau
penjualan asuatu komoditi ke luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan
dengan harga penjualan domestiknya.
Dumping diklasifikasikan menjadi 3 golonganya, yakni:
a. Dumping terus-menerus atau praktek “banting harga”, (diskriminasi harga internasional)
adalah kecenderungan terus-menerus dari sebuah perusahaan monopolis domestik untuk
memaksimalkan total keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang
lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga untuk dipasar diluar negeri lebih murah.
b. Diskriminasi harga yang bersifat predator (predatory dumping) adalah praktek penjualan
domestik dibawah harga atau dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga
22
X1 X2 X3
E
Pasar Dalam Negeri Pasar Luar NegeriTotal Pasar
Px ($)
Px ($)
Px ($)
MRd
Dd MR1
D1
MC
X X X
P0 P0 P0
P3
P2
domestiknya. Proses dumping ini hanya berlaku sementera, namun diskriminasi harganya
sangat tajam sehinnga mampu mematikan pesaingnya.
c. Dumping sporadic (sporadic dumping) adalah penjualan suatu komoditi bawah harga atau
penjualan komoditi itu ke luar negeru dengan harga yang sedikit lebih murah dibandingkan
dengan harga domestik
Tindakan pembatasan perdagangan yang bertujuan melindungi industri-indusri domestik
dari tekanan persaingan yang tidak jujur dari pihak luar negeri. Tindakan restriksi tersebut dapat
berupa pemberlakuan pajak tambahan anti-dumping (anti-dumping duties) agar harga produk
yang murah tersebut dapat meningkat sehingga tidak merugikan produk-produk lain yang sejenis
Berikut ini secara grafis dumping yang dilakukan secara terus menerus
Gambar. Diskriminasi Harga Internasional
Sumber : Salvatore, 1996
Keterangan :
∑ MR adalah penjumlahan horizontal atas kurva pendapatan marginal dalam pasar
domestik (MRD)dan kurva pendapatan marginal di pasar luar negeri (MRf)
Titik E merupakan perpotongan antara kurva MC dan ∑ MR. Berarti bahwa monopolis
domestik akan menjual komoditi X sebanyak X3 untuk memaksimalkan keuntungan.
23
Dipasar internasional , monopolis akan menjual komoditi X sejumlah X2 dengan harga P2,
dan menjual di pasar domestik sebanyak X1 dengan harga P3. Monopolis menjual harga
murah di luar negeri, sedangkan di pasar domestik dengan harga yang tinggi.
Total keuntungan maksimal dapat diperoleh jika MRD= MRf.Jika tidak sama maka monopolis
perlu mengubah komposisi penjualannya.
Harga yang berlaku dipasar domestik lebih mahal dibandingkan dengan harga yang ada
dipasar internasional karena Df lebih ekasti dibandingkan Dd. Df lebih elastic dikarenakn
dipasar internasional terdapat cukup banyak produk lain yang dapat menjadi substitusi dari
komoditi X,
EKONOMI POLITIK PROTEKSIONISME, KEBIJAKAN INDUSTRI DAN
KEBIJAKAN PERDAGANGAN STRATEGIS.
Argumen-Argumen Ekstrim Pro Proteksi
Beberapa argumennya diantaranya :
(1) Pemberlakuan hambatan-hambatan perdagangan merupakan suatu hal yang wajar dan
diperlukan guna melindungi tenaga kerja domestik dari tekanan persaingan produk impor
yang menggunakan tenaga kerja murah. Selama produktivitas tenaga kerja domestik bisa
dibuat unggul daripada produktivitas tenaga kerja di negara lain, maka rendahnya upah
tenaga kerja dinegara lain tidak menjadi masalah bagi negara domestik.
(2) Perlunya diberlaklukan proteksi yang mengacu pada tarif ilmiah (scientific tarif ), adalah
tingkat tarif yang perlu diterapkan agar harga produk-produk impor sama dengan harga-harga
domestik, sehingga para produsen domestik dituntut untuk bersaing dengan produsen asing.
(3) Argument ketenagakerjaan (employment argument), mengatakan bahwa proteksi perlu
diberikan demi mengurangi pengangguran domestik
(4) Argument neraca pembayaran (balance of payment argument) menyatakan proteksi itu
perlu dilakukan demi mengatasi defidit neraca pembayaran suatu negara.
Argumen –argumen ini berkeyakinan, jika sebagian produk impor diganti dengan produk
domestik, maka dengan sendirinya devisa dapat dihemat dan akan tercipta sejumlah lapangan
kerja baru.
24
Argumen Industri Bayi ( Infant Industri)
Infant bagi menyatakan bahwa proteksi perlu dilakukan dalam rangka melindungi
industri-industri domestik yang masih bayi atau baru saj tumbuh, jika tidak diberi proteksi akan
langsung mati akibat tekanan kompetisi produk-produk impor. Argumen industri bayi ini
menjelaskan bahwa setiap negara biasanya memiliki proteksi keuntungan komperatif dalam
komoditi tertentu, namun karena keterbatasan teknologi dan tingkat output pertamanya, sektor
industri menghasilkan komoditi tersebut sulit sekali berkemang.
Untuk mengatasi masalh ini, perlunya diberikan proteksi perdagangan temporer, demi
membangun dan mengembangkan sektor-sektor industri domestik yang masih sangat mudah dan
rapuh, sampai industri tersebut cukup mapan dan mampu bersaing.
Kebijakan Pedagangan Strategis
Kebijakan perdagangan strategis adalah argument yang mendukung pemberlakuan tarif.
Kebijakan ini merupakan jalan tengah untuk memadukan kekuatan perdagangan bebas dan daya
tarik proteksionisme. Menurut argument ini, sebuah negara dapat menciptakan keuntungan
komparatif melalui (pemberlakuan proteksi dagang untuk semesntara, pemberian subsidi,
pemberian keringanan pajak dan pengadaan program-program kerjasama antara pihak
pemerintah dengan sektor-sektor perusahaan tertentu) dalam bidang industri berteknologi tinggi
yang paling berpotensi menjadi andalan perekonomian secara kesleuruhan dimasa-masa
mendatang.
Kelemahan dari agrumen ini adalah dilakukannnya intervensi pemerintah guna mengatasi
kegagalan pasar ada;lah tidak dijelaskan cara-cara untuk mengetahui terjadinya kegagalan pasr.
Terdapat 2 kegagalan pasar yang cukup relevan diantaranya (1) ketidakmapuan perusahaan
dalam industri berteknologi tinggi untuk menerima keuntungan yang menjadi haknya atas
sumbangannya kepada pengetahuan produksi; (2) berkembangnya keuntungan monopoli
diindustri-industri yang bersifat oligopolistic serta sangat terkonsentrasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kindleberger, dkk. 1990. Ekonomi Internasional Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta
Krugman, Paul. 2003. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan (Edisi Kedua). PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Salvatore, Dominick. 1996. Ekonomi Internasional Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
26