Trade policy

37
TRADE POLICY A. Definisi Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dmaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.Bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negri, maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain : 1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan 2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara kenegara lainnya melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah. 3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan sebagainya. B. Manfaat Melakukan Perdagangan Internasional Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tetntu akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut. Manfaat tersebut antara lain : 1

Transcript of Trade policy

Page 1: Trade policy

TRADE POLICY

A. Definisi Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dmaksud

dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah

suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.Bila dibandingkan

dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negri, maka perdagangan internasional sangatlah

rumit dan kompleks. Kerumitan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain :

1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan

2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara kenegara lainnya melalui bermacam

peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-

masing pemerintah.

3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata uang,

taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan sebagainya.

B. Manfaat Melakukan Perdagangan Internasional

Setiap negara yang melakukan perdagangan dengan negara lain tetntu akan memperoleh

manfaat bagi negara tersebut. Manfaat tersebut antara lain :

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara.

Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan IPTEK

dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi

kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negri adalah untuk memperoleh keuntungan yang

diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang

yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik

1

Page 2: Trade policy

apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negri.Sebagai contoh :

Amerika Serikat dan Jepang mempunyai kemampuan untuk memproduksi kain. Akan

tetapi, Jepang dapat memproduksi dengan lebih efesien dari Amerika Serikat. Dalam

keadaan seperti ini, untuk mempertinggi keefisienan penggunaan faktor-faktor produksi,

Amerika Serikat perlu mengurangi produksi kainnya dan mengimpor barang tersebut dari

Jepang. Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap negara dapat

memperoleh keuntungan sebagai berikut

a. Faktor-faktor produksi yang dimiliki setiap negara dapat digunakan dengan lebih

efesien.

b. Setiap negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi dalam

negri.

3. Memperluas Pasar dan Menambah Keuntungan

Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan

maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan

turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha

dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk

tersebut keluar negri.

4. Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi

yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih moderen.

C. Sebab –sebab Terjadinya Perdagangan Internasional

Setiap negara dalam kehidupan di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan

negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk

perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional.

Beberapa aladan yang menyebabkan terjadinya perdagangan antar negara (perdagangan

internasional) antara lain :

2

Page 3: Trade policy

1. Revolusi Informasi dan Transportasi

Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian sistem berbasis

komputer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan satelit serta digitalisasi

pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi serta masih banyak lagi.

2. Interdependensi Kebutuhan

Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-masing aspek, bisa

di tinjau dari sumber daya alam, manusia, serta teknologi. Kesemuanya itu akan berdampak

pada ketergantungan antara negara yang satu dengan yang lainnya.

3. Liberalisasi Ekonomi

Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerjasama memiliki implikasi

bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan berinteraksi melalui

perdagangan antar negara.

4. Asas Keunggulan Komparatif

Keunikan suatu negara tercermin dari apa yang dimiliki oleh negara tersebut yang tidak

dimiliki oleh negara lain. Hal ini akan membuat negara memiliki keunggulan yang dapat

diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi negara tersebut.

5. Kebutuhan Devisa

Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu

negara. Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan

devisa yang digunakan dalammelakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah

pemasukan dari perdagangan internasional.

D. Kebijakan Perdagangan

HAMBATAN TARIF:

Tarif

Bentuk hambatan oerdagangan yang paling penting atau menonjol secara historis. Tarif

merupakan bentuk kebijkan perdagangan yang paling tus dan secara tradisional telah digunakan

sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Tarif dibedakan menjadi 2 macam, yakini

3

Page 4: Trade policy

a. Tarif impor (import tarif)

Tarif impor yakni pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara

lain

b. Tarif Ekspor (export tarif)

Tarif yang merupakan pajak untuk suatu komoditi yang dieskpor.

Ditinjau dari mekanisme perhitungannya, ada beberap jenis tarif,diantaranya

a. Tarif spesifik (specific tarif)

Tarif yang dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor (mislanya, pungutan

3 dolar untuk setiap barel minyak)

b. Tarif ad valorem

Pajak yang dikenakan berdasarkan angka presentasi tertentu dari nilai atau barang-barang

yang diimpor (misalnya, suatu negara memungut tarif 25 persen atas nilai atau harga dari

setiap komodiit yang diimpor)

c. Tarif gabungan (compound tarif)

Tarif yang merupakan gabungan dari keduanyanya.

Peran tarif dinegara-negara industri telah menurun dalam era modern , tepatnya sejak

berakhirnya Perang Dunia Kedua, khususnya untuk sektor manufaktur , karena pemerintah dari

berbagai negara lebih suka dan terbiasa melindungi industri-industri domestik dengan

memberlakukan berbagai macam dan bentuk hambatan non tarif. Tingkat tarif rata-rata kurang

dari 5 persen. Meskipun demikian, pemaham tarif ini amat penting untuk memahami kebijakan

–kebijakan perdagangan. Apalagi, tarif untuk sektor pertanian masih cukup tinggi (padahal

sektor ini juga diproteksi melalui hambatan-hambatan nontarif)

ANALISIS KESEIMBANGAN PARSIAL TERHADAP TARIF

Analisis Keseimbangan parsial merupakan instrument analisis yang paling sesuai untuk

mempelajari kasus pemberlakuan tarif oleh sebuah negara kecil serta kaitannya dengan output

industri domestik yang relatif kecil.

4

Page 5: Trade policy

Px($)SX

HJG

A C

E

M

N

B

DX

SF + T

SF

X

Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif

Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pemberlakuan tarif terhadap keseimbangan parsial ,

dapat dilihat pada gambar 8.1

Sumber : Salvatore, 1996

Keterangan :

Pada gambar diatas, diilustrasikan merupakan negara kecil dan industrinya menghasilkan

komoditi X juga kecil.

Dx adalah kurva permintaan dan Sx melambangkan kurva penawaran komoditi X di negara

tersebut.

Titik E, menyatakan jika negara kecil ini tidak melakukan perdagangan internasional maka

keseimbangan terjadi di titik E yang merupakan perpotongan antara Dx dan Sx.

Jika negara melakukan hubungan perdagangan internasional, maka akan menikmati harga

yang jauh lebih murah yakni sebesar SF (sebelum tarif) sehingga konsumsi meningkat sebesat

garis AB.

AC merupakan garis produksi domestik, dan CB melambangkan garis impor.

SF merupakan garis putus-putus horizontal yang melambangkan kurva penawaran komoditi

X dari luar negeri yang elasttis tak terbatas untuk negara tersebut. Artinya bahwa pasar

internasional sanggup memasok komoditi X sebanyak mungkin kepada negara kecil

bedasarkan hargaa dunia yang berlaku.

5

E

Page 6: Trade policy

Px($)

E

H

BDX

X

G Q

A K NL Z W

X3X2X1

P1

P2

P3

PX ($)

SX

V U

C

J

G

XX1 X2

Garis (SF+T) yang merupakan kurva penawaran komoditi X dari luar negeri yang baru

setelah diberlakukan tarif. Dengan memberlakukan tarif ad valorem terhadap komoditi X

yang diimpor, maka harga yang diterima sebesar garis yang ada pada SF +T,sedangkan harga

bagi konsumen didunia tidak berubah.Maka konsumen akan menurunkan tingkat konsumsi

sebesar garis GH,dengan komposisi GJ sebagai produk domestik, sedangkan JH sebagai

komoditi impor dari negara lain.

Dampak pemberlakuan tarif terhadap konsumsi , yakni berkurangnya konsumsi domestik

akibat pengenaan tarif ad valorem sebesar BN

Dampak pengenaan tarif terhadap produksi, yakni terjadi peningkatan produk domestik

akibat adanya tarif sebesar CM

Dampak pengenaan tarif terhadap perdagangan, yakni impor menurun sebesar (BN +CM)

Dampak pengenaan tarif terhadap penerimaan pemerintah, terciptanya masukan bagi

pemerintah untuk uni komoditi X yang diimpor sebesar (MJHN).

Dampak konsumsi (consumption effect), akan semakin besar. Dikarenakan semakin elastic

Dx maka kenaikan harga komoditi X sebanyak SF

Dampak produksi (production effect), semakin elastic Sx maka semakin besar dampaknya

yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditi X sebagai akibat dari pengenaan tarif.

Dampak pendapatan, pemberlakukan tarif akan mengurangi impor sehingga memperkecil

dampak pendapatan bagi pemerintah.

Dampak Pemberlakukan Tarif Terhadap Surplus Produsen dan Konsumen

Gambar dampak pemberlakuan tarif terhadap Surplus Produsen dan Surplus Konsumen:

Sumber: Salvatore, 1996

6

Page 7: Trade policy

Keterangan:

Kenaikan harga komoditi X dari harga P1 menjai P2, yang diakibatkan oleh pemberlakuan

tarif oleh pemerintah terhadap barang-barang impor,maka akan menurunkan surplus

konsumen dan meningkatkan surplus produsen.

Surplus konsumen, mengukur besar kecilnya keuntungan konsumen dari pembelian, yang

merupakan selisih antara harga yang sebenarnya dibayarkan dengan tingkat harga yang

sanggup dibayarkan

Surplus produsen, merupakan konsep yang sekilas (analog)surplus konsumen.

Pada gambar sebelah kiri, surplus konsumen berkurang sebesar AGHN akibat pemberlakuan

tarif

Sebelum diberlakukan tarif, konsumen menyerap komoditi sebanyak di titik B dengan harga

P1. Jumlah secara actual yang dibayarkan konsumen sama dengan jumlah yang dibayarkan

untuk memperoleh unit terakhir dari komoditi. Jika harga meningkat, maka konsumen

bersedia membayar mahal pada unit komoditi tersebut sampai seluruhnya habis.

Setelah tarif diberlakukan terhadap barang-barang impor, harga komoditi X mengalami

kenaikan, yakni dari P1 menjadi P2. Sehingga pembelian akan komoditi menurun, dan

konsumen harus membayar sebesar OGHZ. Sehingga surplus konsume berkurang dari ARB

menjadi GRH. Total surplus konsumennya akibat pemberlakuan tarif sebesar AGBH.

Pada panel kanan, surplus produsen bersumber dari pemberlakuan tarif sebesar AGJC.

Pada tarif belum dikenakan pajak, semula produsen domestik berada pada OAVC. Setelah

diberlakukan tarif, komoditi X mengalami kenaikan dari P1 menjadi P2

Produsen meningkatkan produksi sehingga memperoleh sebesar OGJU, peningkatan

pendapatan sebesar (AGJC +VCJU).

VCJU, merupakan biaya produksi yang merupakan surplus produsen. Dengan mengenakan

tarif secara tidak langsung pemerintah member subsidi produksi bagi pada produsen

domestik.

7

Page 8: Trade policy

y

X

B

F

G

H

A

E

III

II

PF=2

PF=1

Tarif dan Ekonomi Welfare

a. Pemberlakuan Tarif di Negara Kecil

Ketika sebuah negara kecil memberlakuka tarif terhadap barang-barang impor, tidak akan

mempengaruhi harga-harga barang itu di pasar internasional. Yang berubah adalah harga barang

tersebut dipasar domestik, sehingga pihak yang berdampak pada implikasi kebijakan tersebut

adalah konsumen dan produsen dinegara yang bersangkutan.

Walaupun setiap produsen dan konsumen menghadapi kenaikan harga komoditi impor

meningkat sebesar tarif yang dikenakan, harganya bagi perekonomian negara kecil adalah

konstan secara keseluruhan, karena kenaikan harga tersebut diimbangi oleh penerimaan pajak

pemerintah.

Divergensi antara harga komoditi impor yang dihadapi oleh para produsen dan konsumen

domestik dengan harga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan , disajikan oleh grafik

dibawah ini

sumber : Salvatore, 1996

8

H’

Page 9: Trade policy

Keterangan :

Diasumsikan negara ini sebuah negara yang kaya akan sumber daya modal (capital) sehingga

hanya memproduksi komoditi Y yang bersifat padat modal dan mengekspornya untuk

mengimpor komoditi X yang tidak diproduksinya karena kelangkaan faktor produksi tenaga

kerja (Komoditi X bersifat padat-karya).

Jika Px/Py = 1 dipasar dunia, sedangkan negara ini terlalu kecil untuk mempengaruhi harga

dunia atau harga yang berlalu untuk produk di pasar internasional sehingga negara ini

memproduksi di titik B.

Pada kondisi perdagangan bebas, negara ini akan mengkonsumsi dan mengekspor komoditi

Y di titik E yakni pada kurva indiferen III

Jika pemerintah mengenakan tarif ad valorem, maka harga komoditi Y bagi produsen dan

konsumen meningkat menjadi Px/Py=2,sedangkan harga komoditi X bagi perekonomian

negara secara keseluruhan dan pasar dunia tidak berubah (Px/Py=1).

Pada harga Px/Py=2 para produsen akan didorong untuk berproduksi di titik F, dimana garis

harga nya adalag PF= 2. Hal ini berarti, dengan diberlakukan tarif impor akan menghasilkan

lebih banyak komoditi X dan mengurangi produksi komoditi Y

Pada perdagangan bebas, FG adalah sebagai pengimbang ekspor negara, akan terjadi impor

sebanyak GH’, yang terbagi atas GH terarah pada konsumen, HH’ akan menjadi pendapatan

pajak pemerintah yang bersumber dari penghematan tarif ad valorem terhadap komoditi X

yang diimpor.

Kurva indeferen II, menyatakan setiap konsumen akan dihadapkan pada tingkat harga yang

sudah dibebani tarif, yakni Px/Py = 2. Namun, Karen apemerintah meredistribusikan

pendapatan yang diperoleh dari tarif ad valorem dalam bentuk konsumsi publik atau

pengeluaran pajak domestik maka kurva indeferen II akan berada pada garis PW=1. Sehingga

tingkat konsumsi baru tercipta di titik H’.

Dengan bergesernya produksi di titik F dan konsumsi di titik H’ akibat diberlakukannya tarif,

hal ini menunjukan bahwa negara tersebut mengalami kemerosotan.

Kesimpulan dari uraian diatas adalah:

1. Dengan adanya tarif tingkat kesejahteraan negara yang bersangkutan menjadi lebih rendah

dibandingkan dengan dimasa perdagangan bebas. Hal ini terbukti dengan bergesernya

9

Page 10: Trade policy

konsumsi dari titik E ke titik H’ yang terletak pada kurva indiferen yang lebih rendah

daripada sebelumnya.

2. Terjadinya penurunan kesejahteran, yang disebabkan oleh:

(a) Perekonomian tidak lagi berproduksi pada tiitk yang memaksimumkan nilai pendapatan

dan harga dunia

(b) Konsumen tidak lagi berkonsumsi pada kurva indiferen tertinggi yang memaksimukan

kesejahteraan

Penurunan kesejahteraan terjadi karena kegiatan produksi yang tidak efisien, yang

merupakan kondisi :

(a) Padanan keseimbangan umum dari kerugian akibat produksi (production distortion loss)

(b) Kerugian akibat konsumsi yang tidak efisien (consumption distortion loss)

3. Volume perdagangan mengalami kemerosotan dengan adanya tarif. Volume serta nilai-nilai

ekspor dan impor sama-sama turun setelah dilaksanakannya pengenaan tarif dibandingkan

saat terjadi perdagangan bebas.

Sehingga, dapat disimpulkan pada negara kecil, semakin tinggi tarif yang dikenakan pada

suatu komoditi , maka semakin besar kerugian yang akan timbul.

b. Pemberlakuan Tarif di Negara Besar

Dampak-dampak keseimbangan parsial dari pemberlakuan tarif dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Keterangan :

SH adalah kurva penawaran domestik dinegara besar untuk komoditi X

SF adalah kurva penawaran komoditi X dari negara lain atau kurva ekspor bagi negara besar.

SH+F adalah keseluruhan kurva penawaran komoditi X yang dihadapi oleh negara besar.

Diperoleh dengan menjumlahkan kurva domestik dengan kurva penawaran negara lain untuk

komoditi X

Liat panel D, garis DH adalah kurva permintaan domestik untuk komoditi X yang

berpotongan dnegan SH+F. Perpotongan tersebut terjadi di titik B pada harga P2 dan X4.Jumlah

10

Page 11: Trade policy

X nya adalah sebesar garis AB (sebanyak AC dipasok oleh produsen domestik,sedangkan CB

disediakan oleh produsen negara lain)

Jika diberlakukan tarif impor ad valorem sebesar 50 persen (t) terhadap komoditi X, maka

total kurva penawaran akan bergeser ke kiri menjadi SH+F+T. Maka DH berpotongan dengan

SH+F+T dititik H pada harga P3 dan di X3 sejumlah garis GH (sebesar GJ dipasok oleh produsen

domestik, sedangkan JH diimpor)

Jumlah bidang segi empat a+b+c+d menunjukan berkurangnya surplus konsumen yang

diakibatkan oleh pemberlakukan tarif.

Nilai a merupakan kenaikan rente atau surplus produsen yang diterim oleh para pengusaha

domestik; c merupakan pendapatan ratif yang diterima oleh pemerintah negara besar dari

konsumen domestik, dan b+d merupakan biaya proteksi yang harus ditanggung oleh

perekonomian negara besar secara keseluruhan.

IKMN=e , merupakan pemasukan tambahan pemerintah negara besar dari para eksportir

asing.

Keuntungan nettor yang diterima oleh negara besar akibat dari pemberlakuan tarif adalah

sebesar (e-b-d). Selain itu, juga akan membaiknya nilai tukar perdagangan.

Pemberlakuan tarif oleh pemerintah negara besar akan menurunkan volume perdagangan,

namun dalam waktu bersamaan akan meningkatkan nilai tukar perdagangan (term of trade).

Volume perdagangan cenderung akan menurunkan kesejahteraan negara besar secara

keseluruhan, dan disisi lain dengan meningkatnya nilai tukar akan mampu meningkatkan

kesejahteraan. Meningkat atau menurunnya kesejahteraan negara besar tersebut ditentukan

kekuatan mana yang lebih unggul, yakni apakah kekuatan positif dari perbaikan nilai tukar

perdagangan atau kekuatan negatif yang diakibatkan oleh kemerosotan volume perdagangan

11

Page 12: Trade policy

P1

P2

P1

P2

P3

X1 X2 X3 X4

Panel A Panel B Panel C

Panel D

Px($) Px($) Px($)

SH+F

SFSH

X X X

Kurva Penawaran Domestik Atas Komoditi XKurva Penawaran Ekspor Negara Lain Atas Komoditi XTotal Kurva Penawaran Komoditi X (domestik dan negara lain)

Px($)

X

SH

SH+F

SH+F+T

T=50%

E

H

BNMC

JG

A

IK

a b c

e

d

Sumber: Salvatore, 1996

TARIF OPTIMUM

Tarif Optimum adalah tingkat tarif yang dapat memaksimalkan manfaat netto yang

bersumber dari perbaikan nilai tukar perdagangan sehingga dapat melunturkan dampak negarif

yang diakibatkan oleh berkurangnya volume perdagangan.

Jika sebuah negara besar dari perdagangan besar dan memberlakukan tarif, maka sampai

batas tertentu kesejahteraanya akan meningkat hingga ke titik maksimal sehingga disebut tarif

optimum. Dan jika ditambah ataupun dikurangi maka tarif tersebut tidak akan optimum lagi.

12

Page 13: Trade policy

E

Pw=1

Pw=0.625

2

1

2*E*

E**

1*

Y

X

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar Tarif Optimum dan Pembalasan Tarif

Sumber : Salvatore, 1996

Keterangan :

Garis 1 dan 2 merupakan kurva penawaran pada saat perdagangan bebas.

Titik E pada saat keadaan ekuilibrium, dengan harga dunia atau Pw= 1.

Jika negara memberlakukan tarif impor makan kurva penawara bergeser menjadi 2*. Maka

tercipta ekulibrium bari di titik E* yang merupakan perpotonganta antara kurva penawaran

2* dan 1 pada harga duni di Pw =0.625.Sehingga nilai tukar negara lain yang menjadi mitra

dagang akan merosot , sedangkan negara ini akan mengalami kenaikan nilai tukar.

Adanya tarif optimum yang terkait dengan kurva penawaran 2* tidak hanya menunjukan

peningkatan kesejahteraan negara yng bersumber dari membaiknya nilai tukar melainkan

tingkat kesejahteraan tertinggi dapat dicapai melalui pemberlakukan tarif.

Kurva penawaran 1* merupakan bentuk pembalasan dari negara mitra akibat pemberlakuan

tarif yang dilakukan oleh negara domestik. Adanya tawar-menawar antara 1* dan 2*

sehingga terbentuk ekuilibrium di titik E**. Akibatnya nilai tukar negara mitra membaik

sedangkan negara domestik menjadi lebih rendah. Dan pada titik tersebut semua keuntungan

perdagangan telah hilang.

Negara kecil tidak dapat mencapai tarif optimum, karena tarif yang diberlakukan oleh

negara kecil akan membawa akibat berupa kemerosotan nilai tukar perdagangan yang disertai

13

Page 14: Trade policy

dnegan menurunya volume perdagangan, sehingga tidak meningkatkan kesejahteraan negara

kecil.Pada negara besar, tarif hanya akan meningkat jika tidak ada pembalasan dari negara mitra

dagangannya.

EFFECTIVE RATE OF PROTECTION

Tingkat proteksi efektif (effective rate of protection),dihitung atas dasar nilai tambah

domestik, atau keuntungan dari proses-proses manufaktur yang berlangsung di dalam negeri

yang akan jauh melampaui tingkat tarif nominal (dihitung atas dasar harga komoditi final atau

sesudah kena pajak)

Nilai tambah domestik (domestik value added),adalah final komoditi dikurangi biaya

impor barang-barang input untuk keperluan produksi komoditi dalam negeri.

Tingkat proteksi penting bagi para produsen, pembuat kebijakan, dna para pelaku ekonomi ,

karena tingkat proteksi yang menunjukan berapa banyak proteksi yang diberikan pemerintah

bagi proses manufaktur domestik dama menghadapi tekanan persaingan produk impor sejenis.

Besarnya proteksi biasanya dikaitkan dnegan besarnya angka tarif itu sendiri:

(a) Jika tarifnya berbentuk pajak ad valorem yang besarnya proporsiona

(b) l terhadap nilai impor, maka tingkat tarif itu mengukur besarnya proteksi.

(c) Jika jenis tarifnya adalah spesifik, maka dengan membagi tarif dan harga netto setelah tarif

akan menghasilkan angka sama dengan tarif ad valorem

Ada 2 masalah yang harus diperhitungkan dalam menghitung tingkat proteksi,

diantaranya:

(a) Jika asumsi negara kecil bukan merupakan pertimbangan yang akurat, maka sebagian

dampak tarif akan menurunkan harga ekspor dan sebagian lagi akan meningkatkan harga-

harga domestik.

(b) Tarif menimbulkan dampak yang berbeda di setiap tahapan produksi suatu barang.

14

Page 15: Trade policy

Tingkat proteksi efekti dapat diukur dengan cara:

g=t−a i t i

t−a i

Dimana :

g = tingkat proteksi efektif bagi produsen komoditi final

t = tingkat tarif nominal yang dibebankan kepasa konsumen komoditi final

ai = rasio biaya komoditi input impor terhadap harga komoditi final dalam kondisi bebas

tarif

ti =tingkat tarif nominal tehradap komoditi input yang diimpor.

Hubungan antara tingkat proteksi efektif (g) dna tarif nominal (t) terhadap komoditi final

sebagai berikut:

1. Jika ai = 0, maka g = t

2. Berapun nilai ai dan ti , semakin besar tingkat tarif nominal (t), akan semakin besar tingkat

proteksi efektifnya (g)

3. Pada nilai berapun untuk t dan ti, semakin besar ai, semakin besar nilai g

4. Nilai g akan lebih besar (sama dengan, lebih kecil) dari t, jika nilai ti lebih kecil (sama

dengan atau lebih besar)dari t.

5. Apabila aiti lebih bedar dari t , maka tingkat proteksi efektifnya menjadi negatif

Konsep tingkat proteksi efektif dapat memperkirakan kadar proteksi sesungguhnya yang

diberikan pemeritah kepada para produsen domestik melalui pemberlakukan tarif, agar lebih

mudah menghadapi tekanan persaingan dari produk luar negeri.

Hambatan Non-Tarif

KUOTA IMPOR

Kuota impor adalah suatu pembatasan terhadap jumlah impor yang diizinkan oleh suatu

negara setiap tahunnya. Dengan cara pemerintah mengeluarkan sejumlah lisensi impor yang shad

an terbatas serta melarang impor tanpa lisensi.

15

Page 16: Trade policy

P0

P1 P1

P0

Sd+Q

Sd

X

d

c

b

Px ($)

S0 S1

Dd

D1 D2

Pw

Pw

Q=Kuota

c

b +d

Dm = Dd-Sd

M0Q

kuota

PW + Q

Pw

Panel APanel B

Ada beberapa alasan lebih sering digunakannya kuota daripada tarif untuk membatasi impor:

1. Untuk memastikan agar peningkatan pengeluaran impor yang lebih lanjur bisa dihentikan

apabila persaingan diluar negeri semakin meningkat.

2. Banyak negara berada pada posisi persaingan yang lemah dan melemahnya nilai tukar dan

pemerintah mencoba melaksanakan ketentuan-ketentuan untuk memperbaiki neraca

pembayaran, ketentuan kuota akan membatas jumlah yang diimpor.

Hubungan Kuota dan Tarif dengan Persaingan

Gambar. Efek kuota impor dalam kondisi bersaing

Sumber : Kindleberger, dkk. 1990

Keterangan:

Pada panel A, Kouta telah mendorong produsen dalam negeri untuk meningkatkan produksi

dari S0 ke S1, membebani negara sebesar bidang b. Biaya marginal naik menjadi P1.

Konsumen rugi sebesar bidang d.

Bidanga c atau tambahan harga atas impor yang diijinkan, merupakan redistribusi internal

dari konsumen kepada pemilik lisensi.

16

Page 17: Trade policy

d

P0

P1

P2

S2

b Kuota= M1

Px Kurva permintaan total dalam negeri

Kurva permintaan monopolisKurva biaya marginal produsen dalam negeri

Kerugian bersih nasional= bidang b + d ditambah daerah yang bergaris akibat kekuatan monopolis

Kurva penerimaan marginal

kuantitas

Bidang b dan d adalah kerugian nasional bersih yaitu tarif yang menyebabkan sejumlah

impor yang sama dengan kuota.

Kuota akan kelihatan buruk daripada tarif , jika pada kondisi:

(1) Apabila kuota menciptakan kekuatan monopoli

(2) Apabila lisensi impor dialokasikan secara tidak efisien

Hubungan antara Kuota dan Tarif dengan Kekuatan Monopoli

Gambar. Dengan Kuota, Produsen dalam negeri menjadi seorang monopolis

Sumber : Kindleberger, dkk. 1990

Keterangan:

Kuota mengijinkan impor sebesar M1. Kuota hanya menguntungkan produsen dalam negeri

yang hanya satu-satunya dibandingkan penetapan tarif.Produsen dalam negeri akan menaikan

harga lebih tinggi sehingga membatasi keluarannya pada keadaan biaya marginal sama

dengan penerimaan marginal

17

Page 18: Trade policy

MR

Qt Qt QM Dt Dt

PW+T

Pw

P

Q

D

MC

Harga yang lebih tinggi dari P2 dihadapkan pada tingkat produksi dalam negeri yang terbatas

yaitu S2. Akibatnya kuota menyebabkan keluaran dalam negeri lebih rendah , dan harga

didalam negeri lebih tinggi, melebihi harga penetapan tarif

Apabila monopoli didalam negeri diciptakan oleh kuota, maka secara keseluruhan akan

menimbulkan kerugian.

Bidang b dan d menunjukan beban masyarakat akbiat pengurangn impor. Dan kekuatan

monopoli baru sebesar bidang yang di arsir.

Keseluruhan dari bidang tersebut adalah hilangnya kesempatan bagi konsumen untuk

membeli, mengurangi yang dapat dicapai oleh negara dibandingkan nilaipemeblian tambahan

bagi para konsumen.

Dengan menahan produksi di S2 dan impor di M1, maka kuota dan impor membatasi

konsumen untuk menikmati yang dapat dibeli pada harga P2, meskipun biaya marginal untuk

memperoleh produk tambahan sama rendahnya dengan kurva biaya marginal atau harga

dunia.

Monopolis dan Tarif

Dampak tarif adalah meningkatkan harga semaksimum mungkin yang dapat dikenakan

oleh industri domestik.

Gambar. Monopolis dilindungi oleh tarif (Krugman, 2003)

Keterangan :

jika tarif spesifik sebesar t dikenakan atas impor, makan industri domestik dapat menetapkan

Pw+t. Namun indusrtri ini tetap tidak dapat dengan bebas menaikkan harga ke tingkat harga

monopolis, karena konsumen masih beralih kepada impor jika harga meningkat diatas harga

dunia ditambah tarif.

18

Page 19: Trade policy

Qq

MRqDq

D

MC

Q

Pw

Pq

P

Monopolis menetapkan harga sama dengan biaya marginal pada Qt. Tarif meningkatkan

harga domestik dan juga output industri domestik,sedangkan permintaan turun ke D t Karena

impor turun

Industri domestik tetap memproduksi dalam jumlah yang sama jika merupakan perusahaan

persaingan sempurna

Monopolis dan Kuota Impor

Gambar monopolis dilindugi oleh kuota impor

Sumber : Krugman , 2003

Keterangan :

Pemerintah menetapkan pembatasan impor, membatasi kuantitas pada tingkat yang tetap Q.

Jika monopolis mengenakan harga diatas Pw, akan kehilangan seluruh penjualannya.

Sebaliknya, jika menjual pada permintaan domestik pada tingkat harga tersebut, maka terjadi

minus impor yang diperbolehkan.Permintaan yang dihadapi monopolis adalah permintaan

domestik minus impor yang diperolehkan

Dq adalah kurva permintaan, yang paralel dengan kurva permintaan D, Dq adalah kurva

permintaan marginal MRq. Perusahaan yang diproteksi oleh kuota impor memaksimumkan

keuntungan dengan menetapkan biaya marginal sama dengan penerimaan marginal yang

baru, dan memproduksi di Qq dengan harga Pq(Karena itu lisensi impor untuk 1 unit barang

akan menghasilkan rente sebesar Pq-Pw.

19

Page 20: Trade policy

Pq

Pw+t

Pw

P

Q

Qq Qt

DQMRQ

D

MC

Tarif dengan kuota impor

Gambar. Membandingkan tarif dengan kuota

Sumber : Krugman,2003

Keterangan :

Tingkat tarif t mengakibatkan tingkat impor Q.

Tarif mengakibaykan produksi domestik sebesar Qt dan harga domestik Pw+t.

Kuota mengakibatkan tingkat produksi yang lebih rendah , Wq, dan harga yang lebih tinggi

Pq.

Jika dilindungi oleh tarif, perusahaan monopoli domestik berprilaku sebagaimana

menghadapi persaingan sempurna, berbeda jika dengan kuota impor. Karen akuota impor

memberikan proteksi mutlak, tidak peduli pada harga domestik, impor tidak akan melebihi

tingkat kuota.

SUBSIDI EKSPOR

20

Page 21: Trade policy

Dx

Px ($)

J’

M’

H’

G’

A’

N’

B’

E

C’

d’

c’b’Sxa’

X

P1

P0

X1 X2 X3 X4

Subsidi ekspor adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan

bantuan subsidi kepada para eksportit atau calon eksportir nasiona, atau pemberian pinjaman

bantuan berbunga rendah kepada para pengimpor asing dalam rangka memacu ekspor suatu

negara (Salvatore, 1996)

Pemerintah memberi subsidi ekspor dalam berbagai cara, diantaranya :

(1) menggunakan uang untuk pembayaran pajak untuk memberikan pinjaman dengan bunga

yang rendah kepada para eksportir atau kepada para pelanggan di luar negeri.

(2) Pemerintah ikut serta mengeluarkan biaya promosi langsung atas nama para eksportit ,

mengiklankan produk-produknya diluar negeri dan menyediakan informasi mengenai

kemungkinan pasar ekspor.

Subsidi ekspor dapat dianalisis secara grafis, yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar. Dampak Keseimbangan Parsia Dari Pemberian Subsidi Ekspor

Sumber : Salvatore, 1996

Keterangan:

21

Page 22: Trade policy

Dx dan Sx masing kurva permintaan dan kurva penawaran untuk negara 2 da komoditi X.

Pada perdagangan bebas, negara berada pada harga dunia di P0 untuk komoditi X. Negara

akan memproduksi X sebesar AC sebanyak X3, dimana konsumsi sendiri sebesar A’B’,

sedangkan sisanya diekspor B’C’.

Bila berada di titik E, maka negara 2 akan menjadi pengekspor bukan pengimpor.

Diasumsikan sebagai negara kecil. Pemerintah memebrikan subsidi sehingga harga yang

diterima produsen domestik meningkat menjadi P1, dan negara akan meningkatkan produksi

sebesar G’J’ dalam rangka memanfaatkan harga yang lebih tinggi.

Tingkat konsumsi menurun menjadi G’H’,sedangkan ekspornya ditingkatkan menjadi H’J’.

Sehingga kenaikan komoditi X mengutungkan para produsen domestik, namun merugikan

konsumen. Secara keseluruha perekonomian negara akan rugi Karen aharus menanggung

biaya subsidi.

Kerugian yang dialami konsumen domestik sebesar luas bidang a’+b’, sedangkan

keuntungan yang diterima produsen sebesar a’+b'+c’. Kerugian pemerintah sebesar

b’+c’+d’.

Biaya proteksi yang harus ditanggung oleh negara akibat penambahan produksi komoditi X

adalah seluas bidang segitiga B’H’N=b’ dan C’J’M’=d’

DUMPING

Dumping adalah ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh dibawah pasaran, atau

penjualan asuatu komoditi ke luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan

dengan harga penjualan domestiknya.

Dumping diklasifikasikan menjadi 3 golonganya, yakni:

a. Dumping terus-menerus atau praktek “banting harga”, (diskriminasi harga internasional)

adalah kecenderungan terus-menerus dari sebuah perusahaan monopolis domestik untuk

memaksimalkan total keuntungannya dengan menjual suatu komoditi dengan harga yang

lebih tinggi di pasaran domestik, sedangkan harga untuk dipasar diluar negeri lebih murah.

b. Diskriminasi harga yang bersifat predator (predatory dumping) adalah praktek penjualan

domestik dibawah harga atau dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga

22

Page 23: Trade policy

X1 X2 X3

E

Pasar Dalam Negeri Pasar Luar NegeriTotal Pasar

Px ($)

Px ($)

Px ($)

MRd

Dd MR1

D1

MC

X X X

P0 P0 P0

P3

P2

domestiknya. Proses dumping ini hanya berlaku sementera, namun diskriminasi harganya

sangat tajam sehinnga mampu mematikan pesaingnya.

c. Dumping sporadic (sporadic dumping) adalah penjualan suatu komoditi bawah harga atau

penjualan komoditi itu ke luar negeru dengan harga yang sedikit lebih murah dibandingkan

dengan harga domestik

Tindakan pembatasan perdagangan yang bertujuan melindungi industri-indusri domestik

dari tekanan persaingan yang tidak jujur dari pihak luar negeri. Tindakan restriksi tersebut dapat

berupa pemberlakuan pajak tambahan anti-dumping (anti-dumping duties) agar harga produk

yang murah tersebut dapat meningkat sehingga tidak merugikan produk-produk lain yang sejenis

Berikut ini secara grafis dumping yang dilakukan secara terus menerus

Gambar. Diskriminasi Harga Internasional

Sumber : Salvatore, 1996

Keterangan :

∑ MR adalah penjumlahan horizontal atas kurva pendapatan marginal dalam pasar

domestik (MRD)dan kurva pendapatan marginal di pasar luar negeri (MRf)

Titik E merupakan perpotongan antara kurva MC dan ∑ MR. Berarti bahwa monopolis

domestik akan menjual komoditi X sebanyak X3 untuk memaksimalkan keuntungan.

23

Page 24: Trade policy

Dipasar internasional , monopolis akan menjual komoditi X sejumlah X2 dengan harga P2,

dan menjual di pasar domestik sebanyak X1 dengan harga P3. Monopolis menjual harga

murah di luar negeri, sedangkan di pasar domestik dengan harga yang tinggi.

Total keuntungan maksimal dapat diperoleh jika MRD= MRf.Jika tidak sama maka monopolis

perlu mengubah komposisi penjualannya.

Harga yang berlaku dipasar domestik lebih mahal dibandingkan dengan harga yang ada

dipasar internasional karena Df lebih ekasti dibandingkan Dd. Df lebih elastic dikarenakn

dipasar internasional terdapat cukup banyak produk lain yang dapat menjadi substitusi dari

komoditi X,

EKONOMI POLITIK PROTEKSIONISME, KEBIJAKAN INDUSTRI DAN

KEBIJAKAN PERDAGANGAN STRATEGIS.

Argumen-Argumen Ekstrim Pro Proteksi

Beberapa argumennya diantaranya :

(1) Pemberlakuan hambatan-hambatan perdagangan merupakan suatu hal yang wajar dan

diperlukan guna melindungi tenaga kerja domestik dari tekanan persaingan produk impor

yang menggunakan tenaga kerja murah. Selama produktivitas tenaga kerja domestik bisa

dibuat unggul daripada produktivitas tenaga kerja di negara lain, maka rendahnya upah

tenaga kerja dinegara lain tidak menjadi masalah bagi negara domestik.

(2) Perlunya diberlaklukan proteksi yang mengacu pada tarif ilmiah (scientific tarif ), adalah

tingkat tarif yang perlu diterapkan agar harga produk-produk impor sama dengan harga-harga

domestik, sehingga para produsen domestik dituntut untuk bersaing dengan produsen asing.

(3) Argument ketenagakerjaan (employment argument), mengatakan bahwa proteksi perlu

diberikan demi mengurangi pengangguran domestik

(4) Argument neraca pembayaran (balance of payment argument) menyatakan proteksi itu

perlu dilakukan demi mengatasi defidit neraca pembayaran suatu negara.

Argumen –argumen ini berkeyakinan, jika sebagian produk impor diganti dengan produk

domestik, maka dengan sendirinya devisa dapat dihemat dan akan tercipta sejumlah lapangan

kerja baru.

24

Page 25: Trade policy

Argumen Industri Bayi ( Infant Industri)

Infant bagi menyatakan bahwa proteksi perlu dilakukan dalam rangka melindungi

industri-industri domestik yang masih bayi atau baru saj tumbuh, jika tidak diberi proteksi akan

langsung mati akibat tekanan kompetisi produk-produk impor. Argumen industri bayi ini

menjelaskan bahwa setiap negara biasanya memiliki proteksi keuntungan komperatif dalam

komoditi tertentu, namun karena keterbatasan teknologi dan tingkat output pertamanya, sektor

industri menghasilkan komoditi tersebut sulit sekali berkemang.

Untuk mengatasi masalh ini, perlunya diberikan proteksi perdagangan temporer, demi

membangun dan mengembangkan sektor-sektor industri domestik yang masih sangat mudah dan

rapuh, sampai industri tersebut cukup mapan dan mampu bersaing.

Kebijakan Pedagangan Strategis

Kebijakan perdagangan strategis adalah argument yang mendukung pemberlakuan tarif.

Kebijakan ini merupakan jalan tengah untuk memadukan kekuatan perdagangan bebas dan daya

tarik proteksionisme. Menurut argument ini, sebuah negara dapat menciptakan keuntungan

komparatif melalui (pemberlakuan proteksi dagang untuk semesntara, pemberian subsidi,

pemberian keringanan pajak dan pengadaan program-program kerjasama antara pihak

pemerintah dengan sektor-sektor perusahaan tertentu) dalam bidang industri berteknologi tinggi

yang paling berpotensi menjadi andalan perekonomian secara kesleuruhan dimasa-masa

mendatang.

Kelemahan dari agrumen ini adalah dilakukannnya intervensi pemerintah guna mengatasi

kegagalan pasar ada;lah tidak dijelaskan cara-cara untuk mengetahui terjadinya kegagalan pasr.

Terdapat 2 kegagalan pasar yang cukup relevan diantaranya (1) ketidakmapuan perusahaan

dalam industri berteknologi tinggi untuk menerima keuntungan yang menjadi haknya atas

sumbangannya kepada pengetahuan produksi; (2) berkembangnya keuntungan monopoli

diindustri-industri yang bersifat oligopolistic serta sangat terkonsentrasi.

25

Page 26: Trade policy

DAFTAR PUSTAKA

Kindleberger, dkk. 1990. Ekonomi Internasional Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta

Krugman, Paul. 2003. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan (Edisi Kedua). PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Salvatore, Dominick. 1996. Ekonomi Internasional Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

26