POLICY BRIEF - ekon

8
POLICY BRIEF PELATIHAN KEPEMIMPINAN NASIONAL TK. II ANGKATAN XXIV TAHUN 2019 Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Sebagai Penggerak Ekonomi Desa : Empat Pilar Transformasi Menuju BUM Desa yang Sehat, Berdaya Saing dan Inovatif Foto

Transcript of POLICY BRIEF - ekon

Page 1: POLICY BRIEF - ekon

POLICY BRIEF

PELATIHAN

KEPEMIMPINAN

NASIONAL TK. II

ANGKATAN XXIV

TAHUN 2019

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

Sebagai Penggerak Ekonomi Desa :

Empat Pilar Transformasi Menuju BUM Desa

yang Sehat, Berdaya Saing dan Inovatif

Foto

Page 2: POLICY BRIEF - ekon

2

OUTLINE

RINGKASAN EKSEKUTIF

ANALISIS SINGKAT PERMASALAHAN

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

PENGELOLA BUM DESA

PENINGKATAN SKALA BISNIS BUM DESA DENGAN MODEL BISNIS

PENGELOLAAN PRODUK UNGGULAN DESA BERBASIS MARKETPLACE

PENGUATAN DAN KELEMBAGAAN DAN KERJASAMA

BUM DESA DENGAN PIHAK KETIGA

PENINGKATAN TATA KELOLA BUM DESA

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ketidakpastian ekonomi global yang masih cukup tinggi, menuntut Pemerintah untuk mengoptimalkan

potensi sumber-sumber pertumbuhan yang berasal dari domestik. Salah satu potensi besar yang bisa

dioptimalkan adalah desa. Beberapa kunci untuk mengoptimalkan peran desa, diantaranya peningkatan

kapasitas, produktifitas, nilai tambah ekonomi pedesaan. Apabila ini dilakukan dengan baik maka pendapatan,

daya beli, dan konsumsi masyarakat (pedesaan) meningkat. Peningkatan daya beli ini diharapkan dapat

menkompensasi pelambatan pertumbuhan yang berasal dari faktor global.

Dalam konteks ini, BUM Desa sebagai salah satu instrumen penggerak ekonomi desa mempunyai peran

yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk mewujudkan peran tersebut perlu dilakukan beberapa kebijakan,

yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola BUM Desa, Peningkatan Tata Kelola BUM Desa yang

disinkronkan dengan peningkatan skala bisnis BUM Desa melalui pengembangan model pengelolaan produk

unggulan desa berbasis market place serta penguatan kerja sama BUM Desa. Dengan perbaikan kempat hal ini

diharapkan BUM Desa dapat menjadi unit usaha desa yang sehat (secara keuangan), berdaya saing dan inovatif.

Page 3: POLICY BRIEF - ekon

3

ANALISIS SINGKAT PERMASALAHAN

Ketidakpastian ekonomi global, salah satunya berasal dari eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, telah berimbas langsung menekan volume perdagangan dunia. Akibatnya, pertumbuhan, ekonomi hampir semua negara mengalami kontraksi. Beberapa negara, seperti Turky, bahkan telah tumbuh negatif nyaris diambang resesi dan berpotensi menjalar ke banyak negara. Sebagai suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, Indonesia tentu terkena dampak dari ketidakpastian global tersebut.

Untuk memitigasi risiko tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan, diantaranya mengoptimalkan potensi sumber-sumber pertumbuhan yang berasal dari domestik. Potensi dan sumber pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih sangat besar. Secara netto ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap eksternal relatif kecil, kurang dari 20%.

Salah satu potensi besar yang bisa dioptimalkan adalah desa, secara umum dengan menggunakan indikator dana desa yang dialokasikan oleh APBN, ditahun 2019 paling tidak terdapat sekitar Rp72 triliun uang yang berputar di Desa. Jumlah tersebut sangat cukup untuk menggerakkan kekuatan ekonomi seluruh pedesaan. Beberapa kunci untuk mengoptimalkan peran desa, diantaranya peningkatan kapasitas, produktifitas, nilai tambah ekonomi pedesaan, seperti pengolahan pasca panen, penciptaan produk unggulan desa, atau pengembangan wisata. Apabila ini dilakukan dengan baik maka pendapatan, daya beli, dan konsumsi masyarakat (pedesaan) meningkat. Peningkatan daya beli ini diharapkan dapat mengompensasi pelambatan pertumbuhan yang berasal dari faktor global.

Dalam konteks ini, BUM Desa sebagai salah satu instrumen penggerak ekonomi desa mempunyai peran yang sangat penting. Dalam simulasi sederhana yang dilakukan oleh Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, apabila diasumsikan dari jumlah desa yang ada sebesar 74.910 Desa terbentuk 70.000 BUM Desa dan masing masing BUM Desa diasumsikan memiliki profit minimal Rp1 milyar/per tahun, maka nilai perputaran uang yang tercipta dari profit tersebut mencapai Rp70 triliun/per tahun. Suatu jumlah yang sangat besar. Namun demikian didalam implementasinya masih butuh kerja keras untuk mewujudkan hal tersebut. Berdasarkan data Kementerian Desa dan PDT, saat ini baru 45.944 BUM Desa yang tervalidasi di situs Kemendesa dan PDT, dan dari jumlah tersebut hanya 36.607 BUM Desa yang telah aktif beroperasi.

Dari hasil visitasi di empat Desa yang berbeda maupun hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya secara nasional oleh Kementerian Keuangan, terdapat beberapa tantangan yang harus diselesaikan untuk mewujudkan peran BUM Desa sebagai penggerak ekonomi desa, yaitu : lemahnya kapasitas sumber daya manusia, tata kelola yang masih perlu ditingkatkan, pemilihan bidang usaha yang masih perlu disinkronkan dengan potensi/kebutuhan masyarakat desa maupun pemanfaatan perkembangan teknologi serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan kerja sama.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki hal-hal tersebut perlu dilakukan beberapa kebijakan, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola BUM Desa, Peningkatan Tata Kelola BUM Desa yang disinkronkan dengan peningkatan skala bisnis BUM Desa melalui pengembangan model pengelolaan produk unggulan desa berbasis market place serta penguatan kerja sama BUM Desa. Dengan perbaikan kempat hal ini diharapkan BUM Desa dapat menjadi unit usaha desa yang sehat (secara keuangan), berdaya saing dan inovatif.

Foto Foto

Page 4: POLICY BRIEF - ekon

4

Di dalam pendoman pengelolaan BUM Desa yang dituangkan di dalam Permendes dan PDT Nomor 14 tahun 2014 terdapat beberapa tugas yang harus dilakukan oleh pengelola BUM Desa maupun persyaratan menjadi pengelola BUM Desa, yaitu: memiliki jiwa wirausaha, sementara kompetensi yang dibutuhkan disebutkan juga misalnya keahlian di dalam mengurus pencatatan dan administrasi usaha serta fungsi operasional bidang usaha.

Berdasarkan hasil visitasi di empat BUM Desa maupun referensi penelitian yang lebih luas, beberapa tantangan yang ditemukan diantaranya, yaitu : i. Keterbatasan kapasitas sumber daya manusia di desa

untuk mengelola dan mengembangan BUM Desa yang akuntabel dan berkinerja baik.

ii. Kapasitas SDM yang belum memadai tersebut, mencakup keahlian kewirausahaan maupun keahlian teknis untuk melaksanakan pencatatan dan administrasi usaha sesuai praktek yang berlaku, misalnya dalam hal penyusunan laporan keuangan dan laporan hasil usaha.

PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA

MANUSIA PENGELOLA BUM DESA

Tantangan

Beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut di atas diantaranya: i. Memperbaiki regulasi yang mengatur tentang proporsi pemanfaatan dana desa agar dapat dialokasikan secara cukup

bagi pengembangan sumber daya manusia. Alokasi ini nantinya dapat digunakan untuk pelatihan kewirasusahaan bagi masyarakat desa.

ii. Memasukan kinerja pengelolaan BUM Desa sebagai salah satu kinerja Desa (sebagai salah satu dasar alokasi dana desa)

iii. Mengoptimalkan peran Bupati/Walikota sebagai pembina pengembangan manajemen dan sumber daya manusia pengelola BUM Desa, antara lain fasilitasi pengelolan BUM Desa di wilayahnya untuk dapat mengakses sarana pelatihan kewirausahaan (khususnya kewirausahaan di era ekonomi digital) yang biasanya disediakan oleh perusahaan e-commerce maupun penyiapan program pendampingan yang berkelanjutan.

Rekomendasi Kebijakan

Rujukan

PILAR 1

Foto

Page 5: POLICY BRIEF - ekon

5

PENINGKATAN TATA KELOLA BUM DESA

Beberapa klausul yang menjadi dasar dalam pelaksanaan tata kelola BUM Desa dapat dirujuk pada beberapa pasal di dalam Permendes dan PDT No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, yaitu (i) pasal 12 ayat (3) mengenai kewajiban penyusunan laporan oleh pelaksana operasional, (ii) pasal 25 mengenai strategi pengelolaan BUM Desa diantaranya mempertimbangkan sosialisasi dan pembelajaran mengenai BUM Desa, BUM Desa merupakan salah satu pokok bahasan di dalam musyawarah desa. Serta (iii), di dalam pasal 31 mengenai pertanggungjawaban juga diatur mengenai peran kepala desa dan Badan Musyawarah Desa serta Musyawarah Desa di dalam pengawasan, pembinaan dan pertanggungjawaban.

Tan

tan

gan

Dari uraian di atas, menurut kami aspek tata kelola desa perlu diperkuat dengan memberikan pedoman pengaturan yang lebih jelas dan rinci mengenai sistem pengelolaan keuangan BUM Desa, antara lain memberikan pedoman mengenai antara lain: metode pencatatan, bentuk dan jenis pelaporan keuangan yang harus diselesaikan.

Untuk mengatasi beberapa tantangan tersebut di atas beberapa perlu dilakukan, yaitu: i. Melakukan revisi atas Permendes dan PDT Nomor 4 Tahun 2015, dengan mengatur lebih rinci dan jelas mengenai sistem

pengelolaan keuangan BUM Desa. Beberapa ketentuan yang belum dimuat di dalam Permedes dan PDT Nomor 4 tahun 2015, antara lain : prinsip-prinsip dasar pengelolaan keuangan BUM Desa, Bentuk dan jenis laporan. Hal-hal ini hemat kami perlu diatur di dalam revisi Permendes dan PDT yang baru.

ii. Dengan segala keterbatasan yang ada pada khususnya dalam SDM pengelola keuangan BUM Desa, perlu didorong penyusunan MoU antara Kemendes dan PDT dengan BPKP, yang memuat skema kerja sama antara Kementerian Desa dan PDT dengan BPKP. Skema kerja sama paling tidak memuat beberapa hal, antara lain pendampingan dan pemanfaatan aplikasi SIA BUM Desa yang dimiliki oleh BPKP. SIA BUM Desa merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh BPKP dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan BUM Desa. Fitur-fitur yang ada di dalam aplikasi sudah dibuat lebih sederhana dan user fiendly, sehingga diharapkan tidak menyelulitkan pengelola BUM Desa di dalam menggunakannya. Dengan demikian peningkatan akuntabilitas BUM Desa dapat dilakukan tanpa menyulitkan pengelola BUM Desa.

iii. Peningkatan partisipasi masyarakat dan lembaga kemasyarakatan Desa melalui Mekanisme Musyawarah Desa, baik di sisi Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

Rekomendasi Kebijakan

PILAR 2

Foto Foto

Namun demikian beberapa fakta dilapangan menunjukan beberapa hal sebagai berikut: a) Informasi mengenai BUM Desa masih relatif terbatas pada anggota masyarakat tertentu, khususnya yang mempunyai

hubungan keluarga dengan petinggi desa. Begitu juga dengan lembaga lain yang ada di Desa seperti LKMD dan BPD belum sepenuhnya terinformasi secara memadai mengenai pengelolaan BUM Desa.

b) Perencanaan, Pengelolaan dan Pelaporan keuangan dan kegiatan belum dilakukan dengan optimal, beberapa fakta yang ditemukan diantaranya pencatatan dan pelaporan masih dilakukan secara manual, proyeksi dan analisis laporan keuangan belum dilakukan secara memadai. Begitu juga analisis kelayakan usaha sebagai dasar pemilihan bidang usaha belum dilakukan berdasarkan praktek-praktek bisnis yang berlaku umum.

c) Sistem pengawasan /pengendalian kinerja masih perlu ditingkatkan kualitasnya d) Belum dilakukan pencatatan, sertifikasi, dan atau pengalihan aset dari barang milik negara menjadi barang milik

daerah atau menjadi aset desa dengan sebagaimana mestinya.

R

uju

kan

Page 6: POLICY BRIEF - ekon

6

PENINGKATAN SKALA BISNIS BUM DESA DENGAN MODEL BISNIS

PENGELOLAAN PRODUK UNGGULAN DESA BERBASIS MARKETPLACE

PILAR 3

Pengaturan mengenai bidang usaha yang dapat dijalani

oleh BUM Desa dapat dilihat pada Pasal 19 sd Pasal 24 Permen Desa dan PDT Nomor 4/2015 tentang klasifikasi Jenis usaha BUM Desa, berdasarkan pasal-pasal tersebut BUM Desa diarahkan pada beragam bidang usaha, yaitu bisnis sosial (social business), bisnis penyewaan (renting), usaha perantara (brokering), bisnis yang berproduksi dan/atau berdagang (trading) barang-barang tertentu, serta bisnis keuangan (financial business) yang memenuhi kebutuhan usaha-usaha skala mikro.

Berdasarkan hasil visitasi yang

dilakukan serta referensi hasil penelitian dari Kementerian keuangan, bidang usaha yang dipilih masih sejalan dengan pengaturan tersebut. Namun apabila dikaitkan dengan kesesuaian antara bidang usaha dengan potensi desa hasilnya cukup beragam. Pada BUM Desa yang dikunjungi di Kab Jepara, terdapat kecocokan antara bidang usaha yang dipilih oleh BUM Desa, yaitu usaha permebelan begitu juga dengan Bidang Usaha pada BUM Desa di Kab. Karo, yaitu perkebunan bunga. Hasil yang berbeda ditemukan pada sample BUM Desa yang dikunjungi di Kab Deli Serdang dan Kab. Kendala.

Dalam analisis yang melibatkan sample yang lebih luas, skala nasional yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan, terdapat indikasi ketidakselarasan antara jenis usaha BUM Desa yang dibangun dengan kebutuhan masyarakat. Bidang usaha yang dijalani oleh BUM Desa lebih banyak ke bidang penyewaan, sementara berdasarkan survey yang sama kebutuhan masyarakat desa lebih kepada pendanaan/akses modal yang mudah dan murah serta sektor perdagangan. Kesamaan dari hasil penelitian maupun hasil visitasi adalah adanya kebutuhan untuk pengembangan skala usaha BUM Desa melalui berbagai inovasi.

Rujukan

Tantangan

Page 7: POLICY BRIEF - ekon

7

Beberapa kebijakan yang dapat didorong di dalam pengembangan dan peningkatan skala usaha BUM Desa adalah sebagai berikut: i. Mendorong implementasi Bisnis Model Pengelolaan Produk Unggulan Desa melalui Market Place. Salah satu inovasi yang berpotensi untuk diterapkan dalam pengembangan skala usaha adalah pemanfaatan Bisnis

Model Pengelolaan Produk Unggulan melalui Market Place. Secara ringkas, model bisnis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

PENINGKATAN SKALA BISNIS BUM DESA DENGAN MODEL BISNIS

PENGELOLAAN PRODUK UNGGULAN DESA BERBASIS MARKETPLACE (2)

(2)

PILAR 3

Untuk mengawal implementasi dari skema tersebut, BUM Desa dapat memanfaatkan Nota Kesepahamam antara Kementerian Desa dan PDT, Tokopedia dan Perguruan Tinggi. Cakupan ruang lingkup dari MoU tersebut, antara lain: pemanfaatan Tokopedia Corner dan Tokopedia Centre. Masing-masing dapat dipergunakan untuk ruang pelatihan kewirausahaan di era ekonomi digital (digital literacy) dan Media pemasaran secara digital dari berbagai produk BUM Desa yang ada di seluruh Indonesia. Implementasi bisnis model produk unggulan berbasis market place dapat juga dilihat dalam kerja sama antara Pemprov Jawa Barat dengan Tokopedia, kerja sama ini merupakan suatu hal yang dapat direplikasi di Provinsi atau Kabupaten yang lain. Bentuk kerja sama tersebut, antara lain dalam bentuk: Desa Digital, dan pemberdayaan petani sayur dan buah di Jawa Barat. Desa Digital meliputi promosi potensi unggulan daerah, pemasaran produk hasil program ‘One Village One Company’, penguatan kelembagaan BUM Desa dan perluasan akses pemberdayaan masyarakat desa melalui Tokopedia Center.

ii. Sosialisasi Bisnis Model dan MOU sebagai bagian dari strategi marketing sektor publik Dua hal ini apabila dapat disosialisasikan dengan baik oleh Kementerian Desa dan PDT serta Dinas Pemberdayaan

Masyarakat Pemerintah Kabupaten akan sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha BUM Desa. Dengan adanya sosialisasi yang baik, bentuk kerja sama antara pemerintah daerah dalam pengembangan BUM Desa, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Jawa Barat dapat terus didorong. Dengan demikian akan meningkatkan peran BUM Desa sesuai tujuannya, yaitu menjadi penggerak ekonomi desa.

Rekomendasi Kebijakan

Sumber : Kementerian Desa dan PDT

Page 8: POLICY BRIEF - ekon

8

PENGUATAN DAN KELEMBAGAAN DAN

KERJASAMA BUM DESA DENGAN PIHAK KETIGA

PILAR 4

Pengaturan mengenai bentuk kerja sama yang dapat dilakukan oleh BUM Desa diatur di dalam pasal 28 dan 29 dan 30 Permendes dan PDT Nomor 4 Tahun 2015, dalam pasal pasal tersebut terutama mengatur mengenai kerja sama BUM Desa antardesa. Sementara pengaturan mengenai bentuk kerja sama antar lini usaha hanya diatur dengan merujuk pada peraturan terkait Perseroan Terbatas dan Lembaga Keuangan Mikro.

Sebagaimana diuraikan di atas, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi oleh BUM Desa, baik yang berasal dari

kuantitas dan kualitas SDM dan pengembangan bidang usaha. Tantangan tersebut menurut hemat kami dapat diatasi dengan memanfaatkan peluang kerja sama dengan para pihak yang terkait, baik lembaga pendidikan maupun pelaku usaha. Berdasarkan hasil visitasi di BUM Desa Kabupaten Deli Serdang, pengembangan BUM Desa dapat dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan, Pengembang yang lokasi berada disekitar BUM Desa.

Dari Keempat BUM Desa yang dikunjungi belum juga memanfaatkan peluang yang berasal dari program pelatihan kewirausahaan serta pengambangan pasar ber basis market place yang disediakan oleh beberapa perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce. Apabila dilihat secara empiris, peluang pasar dari kerja sama ini sangat besar (berdasarkan data empiris salah satu pelaku E-commerce), misalnya: populasi yang dapat dijangkau paling tidak sebesar 90 juta orang, meningkatkan akses pasar melalui penyebaran mencapai 96% kabupaten/kota di seluruh Indonesia atau 97% dari seluruh kecamatan yang ada di Indonesia, kesesuain dengan skala BUM Desa dimana 94% dari penjual adalah skala usaha mikro (di bawah Rp100 juta per tahun), penjualan dapat meningkat sekitar 22%. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan/pedoman yang kuat bagi landasan kerja sama dengan pihak ketiga.

Belum adanya benang merah yang kuat antara RPJMN, RPJMD dan RPJM Desa merupakan salah satu tantangan dalam pengembangan BUM Desa. Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan desa yang memunculkan peran strategis BUM Desa di dalam menggerakkan ekonomi desa, perlu lebih disinkronkan dengan pencapaian target sasaran/indikator kinerja RPJMD maupun RPJMN.

Rekomendasi kebijakan untuk menindaklanjuti tantangan di atas adalah sebagai berikut: Melakukan revisi atas Permendes dan PDT Nomor 4 Tahun 2015, dengan mengatur lebih rinci dan jelas mengenai pedoman/pengaturan kerja sama dengan pihak ketiga. Beberapa ketentuan yang perlu dimuat di dalam revisi Permendes dan PDT Nomor 4 tahun 2015, antara lain : cakupan kerja sama dengan pihak ketiga, pihak ketiga yang dapat menjadi mitra BUM Desa, jenis kerja sama serta objek kerja sama. Peningkatan sinkronisasi RPJM Desa, RPJMD dan RPJMN melalui pendampingan yang cukup dari Kementerian/Lembaga/pemerintah daerah yang bersifat lintas sektor. Beberapa Kementerian/Lembaga/pemerintah daerah yang perlu dilibatkan, yaitu perangkat daerah (OPD) seperti, Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda), Inspektorat, serta SKPD yang lainnya maupun Bappenas serta BPKP. Disamping hal-hal tersebut diatas, untuk percepatan pengembangan BUM Desa perlu dibentuk Forum OPD (Organisasi Perangkat Daerah) pembina BUM Desa serta pembinaan dan pengembangan BUM Desa menjadi program dan kegiatan dalam Forum CSR Daerah.

Rujukan

Tantangan

Rekomendasi Kebijakan

DAFTAR

PU

STAK

A • Badan Kebijakan Fiskal. 2015. “Kajian Dana Desa : Analisis Empiris Badan Usaha Milik Desa, Kesempatan Kerja, dan Infrastruktur pada

Seribu Desa di Indonesia”

• Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. 2019. “Optimalisasi Peran BUM Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa”. Materi ajar Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingat II Angkatan XXIV.

• Wahyuni, Astri. 2019. “Tokopedia: Satu Dekade Mewujudkan Pemerataan Ekonomi di Indonesia”. Bahan disampaikan pada FGD yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Foto

Foto