POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

20
1 Universitas Indonesia POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREERSTUDI KASUS TERHADAP EMPAT INDIVIDU FARIDA NAWAFIA DALHAR SUSANTO PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK [email protected] ABSTRAK Fenomena perpindahan rumah yang dialami oleh individu cukup menarik untuk dibahas. Dari fenomena tersebut, kita dapat mengetahui apa itu housing career dan bagaimana pola perpindahan rumah / mobilitas perumahan (residential mobility) yang dialami oleh individu. Dengan melengkapi pemahaman melalui studi kasus yang terdiri dari empat individu yang telah berusia lebih dari lima puluh tahun sebagai narasumber, maka kita akan lebih memahami topik ini. Hasil studi kasus ini kemudian akan menunjukkan bagaimana pola perpindahan rumah itu terjadi pada seorang individu dan rumah-rumah apa saja yang terlibat dalam perpindahan ini. Kata kunci: Mobilitas; Housing Career ABSTRACT The mobility phenomenon experienced by an individual is quite interesting to discuss. From this phenomenon, we can find out what housing career is and how the patterns of residential mobility are experienced by the individual. With a complete understanding through case study of four individuals who aged more than fifty years old as a resource, then we will better understand this topic. The case study results will show how the pattern of mobility occurs in an individual and what houses involved in this mobility are. Keywords: Mobility; Housing Career 1. PENDAHULUAN Menurut Martin Heidegger, sebuah bangunan tempat tinggal belum tentu merupakan dwelling. Dalam bukunya Poetry, Language, and Thought, Heidegger (1975) menyebutkan fourfold atau yang saya sebut dengan empat unsur dalam dwelling, antara lain earth, sky, divinities, dan mortals yang sangat erat kaitannya dengan rumah atau tempat tinggal. Selama manusia hidup, keempat unsur ini akan terus dijaga dan dipelihara guna mendapatkan dwelling yang diinginkan. Seperti halnya tanaman yang dijaga dan dirawat agar ia tumbuh dengan baik sesuai dengan keinginan si penanam. Kehidupan di dunia ini tak lepas dari aktivitas manusia. Menurut Hannah Arrendt (1998), aktivitas yang dilakukan manusia disebut dengan Vita Activa. Arrendt juga menambahkan bahwa ada tiga aktivitas dasar manusia, antara lain labor, work, dan action. Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Transcript of POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

Page 1: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

1 Universitas Indonesia

POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER”

STUDI KASUS TERHADAP EMPAT INDIVIDU

FARIDA NAWAFIA

DALHAR SUSANTO

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

[email protected]

ABSTRAK

Fenomena perpindahan rumah yang dialami oleh individu cukup menarik untuk dibahas. Dari fenomena tersebut,

kita dapat mengetahui apa itu housing career dan bagaimana pola perpindahan rumah / mobilitas perumahan

(residential mobility) yang dialami oleh individu. Dengan melengkapi pemahaman melalui studi kasus yang

terdiri dari empat individu yang telah berusia lebih dari lima puluh tahun sebagai narasumber, maka kita akan

lebih memahami topik ini. Hasil studi kasus ini kemudian akan menunjukkan bagaimana pola perpindahan

rumah itu terjadi pada seorang individu dan rumah-rumah apa saja yang terlibat dalam perpindahan ini.

Kata kunci: Mobilitas; Housing Career

ABSTRACT

The mobility phenomenon experienced by an individual is quite interesting to discuss. From this phenomenon,

we can find out what housing career is and how the patterns of residential mobility are experienced by the

individual. With a complete understanding through case study of four individuals who aged more than fifty years

old as a resource, then we will better understand this topic. The case study results will show how the pattern of

mobility occurs in an individual and what houses involved in this mobility are.

Keywords: Mobility; Housing Career

1. PENDAHULUAN

Menurut Martin Heidegger, sebuah bangunan tempat tinggal belum tentu merupakan

dwelling. Dalam bukunya “Poetry, Language, and Thought”, Heidegger (1975) menyebutkan

fourfold atau yang saya sebut dengan empat unsur dalam dwelling, antara lain earth, sky,

divinities, dan mortals yang sangat erat kaitannya dengan rumah atau tempat tinggal. Selama

manusia hidup, keempat unsur ini akan terus dijaga dan dipelihara guna mendapatkan

dwelling yang diinginkan. Seperti halnya tanaman yang dijaga dan dirawat agar ia tumbuh

dengan baik sesuai dengan keinginan si penanam.

Kehidupan di dunia ini tak lepas dari aktivitas manusia. Menurut Hannah Arrendt

(1998), aktivitas yang dilakukan manusia disebut dengan Vita Activa. Arrendt juga

menambahkan bahwa ada tiga aktivitas dasar manusia, antara lain labor, work, dan action.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 2: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

2 Universitas Indonesia

Aktivitas ini yang kemudian juga memengaruhi kehidupan manusia khususnya yang

berhubungan dengan dwelling dan tempat tinggal. Hal itu disebabkan rumah atau tempat

tinggal juga merupakan sebuah tempat bagi aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Rumah sebagai tempat tinggal mempunyai peran yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Rumah mempunyai fungsi sekaligus makna bagi setiap pemiliknya.

Setiap penghuni berusaha membuat rumahnya bermakna untuk ia tinggali sehingga rumah

mempunyai makna yang berbeda sesuai penghuninya masing-masing.

Pada zaman modern seperti sekarang ini, perpindahan rumah kerap kali terjadi

khususnya di kota-kota besar. Hal itu dapat terjadi dengan berbagai macam latar belakang.

Saya mendeskripsikan perpindahan seseorang dalam dua tipe latar belakang, yaitu latar

belakang positif dan negatif. Latar belakang positif terjadi karena adanya peningkatan

kesejahteraan kehidupan, dalam hal ini bisa jadi karena faktor ekonomi atau peningkatan

luasan rumah karena kebutuhan ruang atau penambahan anggota keluarga baru. Latar

belakang negatif bisa terjadi karena adanya persoalan atau permasalahan yang terjadi di

rumah atau lingkungan sekitar rumah, misalnya pengusiran atau faktor keamanan.

Selanjutnya, kondisi perpindahan rumah pun banyak macamnya. Bukan hanya pindah

dari satu rumah ke rumah lain karena memang memiliki atau menyewa satu rumah, tetapi

perpindahan rumah bisa saja terjadi pada orang-orang yang memang mempunyai banyak

rumah. Artinya perpindahan rumah bukan hanya meninggalkan rumah yang lama dan tidak

lagi memilikinya, tetapi bisa saja seseorang menempati sebuah rumah sedangkan ia

mempunyai rumah yang lain yang berstatus miliknya sendiri.

Perpindahan rumah juga terkait dengan dengan status kepemilikan rumah. Sebuah

rumah belum tentu ditempati atau dihuni oleh sang pemilik rumah. Status rumah bisa saja

merupakan rumah sewa maupun milik sendiri. Untuk orang yang belum mampu membeli

rumah, biasanya mereka menyewa rumah dan ini bisa terjadi beberapa kali. Dalam konteks

ini, perpindahan rumah berakhir ketika orang sudah mampu membeli dan memiliki rumah.

Setelah perpindahan, rumah yang akan ditempati mempunyai peningkatan atau bahkan

bisa saja penurunan dari rumah yang ditempati sebelumnya. Hal ini biasanya diukur secara

kualitatif, misalnya dari harga, luasan, atau bagus tidaknya rumah itu. Peningkatan rumah bisa

dilihat dari lebih mahal, luas, dan bagusnya rumah tersebut, sedangkan penurunan rumah

sebaliknya.

Fenomena ini sangat menarik untuk dibahas, sebab perpindahan rumah merupakan

sebuah cara yang dilakukan manusia untuk mendapatkan fungsi dan makna rumah yang

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 3: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

3 Universitas Indonesia

sesuai dengan kondisi dirinya. Untuk mengetahui pola mobilitas perumahan yang dialami

oleh individu, maka skripsi ini akan membahas topik sekitar housing career.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas pada skripsi ini,

yaitu apa itu housing career dan bagaimana pola mobilitas perumahan (residential mobility)

yang dipelajari dalam housing career yang dialami oleh individu sehingga secara umum kita

dapat mengetahui apa itu housing career dan bagaimana pola mobilitas perumahan

(residential mobility) yang dialami oleh individu.

2. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Daur Hidup Manusia

Tabel 2.1. Teori Daur Hidup Manusia oleh Erikson

Sumber: www.intropsych.com

Pada tabel di atas, kita dapat mengelompokkan rentang usia dalam tiga tahapan, yaitu masa

anak-anak, masa transisi, dan masa dewasa. Infancy, early childhood, play age, dan school

age adalah masa dimana seseorang masih berada dalam rentang usia anak-anak. Sedangkan

adolescence dan early adulthood adalah masa dimana seseorang dapat dikatakan dalam

rentang usia transisi. Selanjutnya, adulthood dan old age dapat dikategorikan dalam rentang

usia dewasa.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 4: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

4 Universitas Indonesia

2.2. Tipologi Rumah

Berikut ini adalah gambaran tipologi untuk perumahan dengan kepadatan menengah.1

1. Attached Housing

Gambar 2.1. Attached Housing

Sumber : A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Attached housing adalah tipologi yang dibuat dari dua unit bangunan yang saling

bersebelahan dengan satu dinding dan biasanya menggambarkan pencerminan. Ruang

terbuka terdiri dari bagian depan dan belakang. Row housing atau perumahan yang

berbaris adalah salah satu bentuk attached housing yang bentuk masing-masing unitnya

sama atau seragam, dibangun menyamping satu sama lain dengan dua dinding yang

saling berbagi. Perumahan ini dapat dibuat bertingkat baik ke atas maupun ke bawah

apabila berada di sebuah bukit untuk membuat view atau orientasi yang baik. Selama

abad ke-19, penyelesaian perumahan dengan kepadatan yang tinggi di Afrika Selatan

adalah dengan menyediakan bentuk attached / semi-detached ini, dengan bentuk unit

berbaris dan tingkat dua, ditambah pula dengan pertokoan di depan di bagian jalan yang

menciptakan suasana yang hidup dan pedestrian yang ramah lingkungan.

2. Maisonettes

Gambar2.2. Maisonettes

Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

1 A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 5: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

5 Universitas Indonesia

Maisonettes adalah blok-blok kecil dari flat atau apartemen dengan empat, enam, atau

delapan unit. Maisonettes adalah tipologi yang baik untuk kepadatan yang tinggi dengan

ketinggian yang rendah dan dapat mencapai unit dengan angka yang maksimum.

Maisonettes yang berada di atas lantai dasar dapat dicapai pada serambi terbuka yang

bersifat umum. Tipologi ini menyediakan kesempatan yang baik untuk memperkenalkan

perkembangan perumahan dengan kepadatan yang tinggi dalam jumlah yang kecil di

daerah pinggir kota dimana tanah yang sempit tersedia.

3. Courtyard Housing

Gambar 2.3.Courtyard Housing

Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Courtyard housing adalah perumahan dengan halaman. Perumahan ini adalah salah satu

bentuk tempat tinggal tertua. Perumahan ini terdiri dari unit perumahan attached yang

disusun mengelilingi ruang terbuka atau courtyard. Karena dikelilingi oleh bangunan,

makan courtyard ini bersifat semi-courtyard yang menimbulkan perasaan aman dan

privat. Pintu depan perumahan ini biasanya terbuka langsung menuju courtyard dan pintu

belakang dapat dibuka melalui lorong atau jalan kecil.

4. Flats

Gambar 2.4. Flats

Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 6: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

6 Universitas Indonesia

Bentuk perumahan ini biasanya terdiri dari tiga sampai empat lantai dengan

menggunakan tangga atau berjalan ke atas. Perumahan seperti ini sering digunakan

untuk kepadatan menengah dan perumahan dengan ketinggian yang rendah. Empat lantai

adalah jumlah lantai maksimal yang pembangunannya ditentukan oleh tangga. Unit-unit

ini biasanya diakses melalui tangga yang bersifat umum. Tiga lantai adalah pertimbangan

ketinggian maksimum untuk kesehatan orang tua dan anak-anak, namun adapula faktor

lain yang menentukan empat tingkat/lantai menjadi batas maksimum ketinggian

perumahan ini, yaitu biaya efisien, kesempurnaan konstruksi, dan kemanan kebakaran.

5. Hybrid Housing

Gambar 2.5. Hybrid Housing

Sumber: A Development Action Group Publication Issue 9. Volume 1. 2010

Hybrid housing biasa disebut dengan cluster housing dan menunjukkan gabungan unit-

unit, dengan susunan bentuk yang bervariasi, disusun mengelilingi ruang komunal.

Menurut Richard Utermann, cluster housing adalah "yang paling mendasar dan bertahan

dari tempat tinggal manusia". Tipe dasar cluster housing adalah row dan terrace houses,

town houses, flats, maisonettes, dan courtyard houses.

6. Rooms

Rooms adalah bentuk tipologi dengan variasi ruangan yang dapat disewakan oleh

pemerintah, perusahaan, atau keluarga. Ruangan cenderung terdiri dari bentuk yang

bervariasi, mulai dari gaya asrama mahasiswa sampai asrama formal hingga pondok

backyard.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 7: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

7 Universitas Indonesia

2.3. Housing Career

Housing career adalah “longer-view study of an individual or family residential mobility

pattern” (Skobba, 2008). Dari pernyataan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa

housing career mempelajari pola mobilitas perumahan. Arti pola dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia2 adalah sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Dari definisi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pola merupakan sebuah bentuk yang tetap yang dapat dirumuskan

menjadi sebuah cara kerja dalam mempelajari sesuatu. Arti mobilitas dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia3 adalah gerakan berpindah-pindah, sedangkan definisi dari bidang

antropologi, mobilitas adalah gerak perubahan atau perpindahan penduduk dari tempat yang

satu ke tempat yang lain. Dari definisi tersebut, mobilitas perumahan dapat pula kita sebut

dengan perpindahan perumahan. Maksud dari perpindahan perumahan adalah perpindahan

rumah yang dialami oleh seseorang atau keluarga.

Perpindahan rumah adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk menemukan

rumah yang tepat dan sesuai dengan kondisi kehidupannya yang kerap kali berubah-ubah.

Rossi (1980) menjelaskan fenomena mobilitas perumahan sebagai “a process in the housing

market that occurs as families and households form, grow, and decline in size and

eventually.” Perpindahan rumah merupakan bentuk apresiasi keadaan suatu keluarga yang

berubah-ubah. Perpindahan dapat terjadi bukan hanya karena peningkatan kondisi kehidupan

suatu keluarga, melainkan juga karena penurunan kondisi keluarga tersebut.

In the normal operation of the housing market, the mismatch of housing and

households is seen as a critical driver in the mobility behavior of households (Rossi

1955, 1980; Hanushek and Quigley 1978).

Dari pernyataan di atas kita dapat memahami bahwa perilaku keluarga dalam

mobilitas dapat terjadi karena adanya ketidaksebandingan rumah dengan suatu keluarga.

Ketidaksebandingan itu dapat dilihat dalam beberapa variabel. Variabel tersebut menurut

Bourne dkk. antara lain tenure, penghasilan, dan usia.

Analyses that report the matching of households by tenure, household income, and

age of household for a particular urban area or country indicate considerable

variability (Bourne 1981; Murie, Niner, and Watson 1976; Priemus 1978; Van der

Schaar 1979).

2 http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 8: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

8 Universitas Indonesia

2.3.1. Daur Hidup Manusia dan Vita Activa dalam Housing Career

Kata career dalam housing career itu sendiri dapat berarti riwayat kerja. Jika dilihat

dalam sebuah daur hidup, suatu career dapat dirumuskan seperti halnya daur hidup manusia

secara umum dalam pola perpindahan sosial. Pola perpindahan sosial manusia dalam career

tergambarkan seperti pola bawah, menengah, atas, kemudian akan turun lagi ke bawah.

Apabila dianalogikan dalam pekerjaan, hal itu dapat terlihat seperti halnya karyawan,

kemudian naik menjadi manager, kemudian naik lagi menjadi direktur, dan pada akhirnya

akan berakhir sebagai pensiunan atau berhenti bekerja.

Sedangkan pola perpindahan pada perumahan tergambar pada housing career.

Housing career tergambarkan dalam beberapa perspektif. Apabila kita melihat dari segi

fungsi dan kegiatan di dalam rumah, maka pola perpindahan rumah akan terlihat sebagai

kegiatan dalam Vita Activa (Hannah Arendt, 1998), yaitu labor, work, dan action.

2.3.2. Housing Tenure

Dalam perspektif tenure, pola perpindahan perumahan juga dapat terlihat dalam housing

career. Housing tenure dapat dikatakan sebagai status rumah terhadap penghuni rumah.

Kendig (1990) menggunakan kiasan tangga sebagai langkah peningkatan untuk

mengidentifikasi enam langkah kemajuan housing tenure, antara lain:

1. Living with parents

2. Public tenant

3. Private tenant

4. First-time buyer

5. Second-time buyer

6. Outright owner

Dari pendapat Kendig ini kita dapat menyimpulkan bahwa peningkatan housing

tenure adalah ketika seseorang berpindah dari menumpang menjadi menyewa, kemudian

dari menyewa ia mampu membeli, hingga akhirnya ia memiliki rumah. Penyewaan rumah

pun ada macam dan peningkatannya, mulai dari penyewaan umum, hingga penyewaan

privat, Sama halnya dengan menyewa, pembelian untuk masuk ke dalam tahap kepemilikan

rumah ada di dalam peningkatan housing tenure, yaitu mencicil dan akan meningkat apabila

ia sudah mampu membayar secara langsung (cash). Menurut Kendig (1990), pola ini

dipengaruhi oleh perubahan struktur keluarga dan pekerjaan dari anggota keluarga.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 9: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

9 Universitas Indonesia

2.3.3. Lokasi

Adapula perspektif perpindahan perumahan dari segi lokasi, Concord (1984) juga

menjelaskan apabila kawasan urban dibagi menjadi pusat kota dan bagian pinggir kota,

aliran terbesar adalah dalam lingkaran pusat kota atau dalam lingkaran pinggir kota itu

sendiri. Sedangkan aliran yang sedikit lebih kecil terjadi dari pusat kota ke pinggir kota, dan

bahkan dari pinggir kota ke pusat kota (Hiltner and Smith, 1974).

Mobilitas intraurban adalah sebuah perhatian khusus karena meliputi bagian terbesar

perpindahan, dan hal ini dibagi dalam empat tipe: pusat kota ke pusat kota; pusat kota ke

pinggir kota; pinggir kota ke pusat kota; dan pinggir kota ke pinggir kota (Concord, 1984).

Movers within the central city tend characteristically to be lower income

individuals, often widow living alone, who are likely to be out of the labor force

(e.g., Lawton, 1965; Lapkopp, 1980).

The quite small flow of individuals from the suburbs to the central city usually has

low income and high probability of being unemployed and widowed (Golant, 1972).

Pendapat Lawton (1965) dan Lapkopp (1980) di atas menjelaskan bahwa ada hubungan

perpindahan antara lokasi perpindahan, faktor ekonomi, tipe keluarga, dan status pekerjaan

seseorang. Mereka mengambil kesimpulan bahwa seseorang yang berpindah di dalam pusat

kota mempunyai karakteristik yang cenderung berpenghasilan lebih rendah, atau seringkali

merupakan janda yang tinggal sendiri, yang mungkin sudah tidak lagi bekerja di pusat kota

tersebut. Selain itu, Golant (1972) juga menambahkan bahwa ada cukup banyak alur

perpindahan individu dari pinggir kota ke pusat kota yang biasanya dikarenakan pendapatan

yang rendah dan kemungkinan untuk menganggur dan menjadi janda.

Perpindahan yang dilakukan dengan jarak yang jauh, menurut Goldscheider (1996),

cenderung dilakukan oleh individu yang lebih muda, mempunyai pendidikan dan

pemasukan yang lebih tinggi, dan kecil kemungkinannya untuk dapat bekerja dan berstatus

janda dibanding orang yang lebih tua.

Dua tipe perpindahan (dalam pusat kota dan pinggir kota) menunjukkan pola yang

sama: secara spesifik, apabila pendapatan pasif rendah dan kepala rumah tangga tidak

bekerja, perpindahan pada bagian lingkaran pusat kota atau pinggir kota lebih sedikit

dibanding perpindahan dari bagian pusat kota ke pinggir kota atau sebaliknya (Concord,

1984).

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 10: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

10 Universitas Indonesia

2.3.4. Usia

Pada orang tua, khususnya yang berumur lebih dari lima puluh tahun, Concord

(1984) berpendapat bahwa urutan umum mobilitas perumahan bagi orang tua adalah

mengidentifikasi karakter individu atau rumah tangga sebagai sebuah makna yang dapat

membedakan tipe perpindahan dan tipe orang yang berpindah kemudian menyediakan dasar

untuk menjelaskan pola migrasi yang diamati.

Usia erat kaitannya dengan daur hidup manusia (infancy, early childhood, play age,

adolescence, early adulthood, adulthood, dan old age) dan berpengaruh pada perpindahan.

Usia ini akan berhubungan dengan kondisi individu dan kondisi rumah individu tersebut.

2.3.5. Status Perkawinan

Dari segi perkawinan, Concord membagi menjadi menjadi (1) rumah tangga yang

terdiri dari suami-isteri; (2) perempuan yang tinggal sendiri; (3) kepala rumah tangga

wanita, yang tinggal dengan orang lain, (4) laki-laki yang tinggal sendiri; (5) kepala rumah

tangga laki-laki, yang tinggal dengan orang lain.

Because differences in household types indicate variations in life course

experiences, there may be variations in patterns of residential mobility depending

on type of household (Stapleton, 1979).

Concord (1984) juga menyimpulkan bahwa kemungkinan terbesar rumah tangga yang

lebih muda dan telah menikah pindah dari pusat kota berasal dari usia mereka dan dari

status pernikahan mereka. Kelompok ini mempunyai kemungkinan pindah yang lebih besar

dari pusat kota ke pinggir kota daripada tipe rumah tangga yang lain.

Menurut Concord (1984), perempuan yang tinggal sendiri lebih mengutamakan lokasi

pekerjaan. Level pendidikan yang lebih tinggi mengurangi kemungkinan mobilitas

perpindahan bagi perempuan yang lebih tua yang tinggal sendiri ketika mereka mempunyai

sedikit atau tidak ada efek kemungkinan pindah seperti berumah tangga. Hal ini

mengindikasikan faktor-faktor selektif seperti halnya pendidikan dan status perkawinan

yang sangat berpengaruh untuk pasangan rumah tangga dan perempuan yang tinggal

sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa perempuan yang tinggal sendiri mempunyai pola yang

berbeda dalam mobilitas apabila dibandingkan dengan tipe rumah tangga yang lain

(Concord, 1984).

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 11: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

11 Universitas Indonesia

2.3.6. Kondisi Ekonomi

Menurut Concord (1984), orang yang berpindah dari pinggir kota ke pusat kota,

diklasifikasikan ke dalam dua tipe. Concord menjelaskan tipe yang pertama sebagai orang

yang memiliki pendapatan yang rendah dan tidak bekerja sehingga dapat dipertimbangkan

bahwa tidak ada sumber finansial yang berarti atau cukup.

Tipe yang lain menurut Concord (1984), mempunyai jumlah pendapatan yang lebih

tinggi dengan pekerjaannya itu dan diklasifikasikan sebagai orang yang memiliki sumber

finansial yang lebih besar. Tipe yang pertama mempunyai pilihan lebih sedikit dan

cenderung mencari harga rumah yang lebih murah. Tipe yang kedua mempunyai perbedaan

yang kontras dengan tipe pertama, mempunyai lebih banyak pendapatan/pemasukan, dan

mungkin mempunyai kontrol yang lebih pada perpindahan dan pilihan rumah mereka.

(Concord, 1984).

Concord (1984) menyatakan bahwa usia dan status tenaga kerja mempunyai

hubungan kesatuan yang paling kuat dengan mobilitas dan tipe perpindahan itu menjadi

paling penting jika kepala rumah tangga mempunyai perkerjaan, dan menjadi kurang

penting jika kepala rumah tangga tidak mempunyai perkerjaan.

On the economic side, labor force participation, type and amount of income, and

education are the selective factors cited by the majority of authors (Murphy, 1979;

Wiseman and Roseman, 1979).

3. METODE PENELITIAN

Metode penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif dengan studi literatur

seperti buku referensi, makalah, jurnal, dan sumber-sumber internet. Tulisan ini juga

dilengkapi dengan studi kasus untuk lebih memahami topik yang dibahas. Studi kasus

dilakukan pada beberapa individu dan membandingkan perpindahan rumah yang telah mereka

alami.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 12: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

12 Universitas Indonesia

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Bapak A

Gambar 4.1. Analisis Pola Perpindahan Rumah Bapak A

Sumber: Ilustrasi Pribadi

Selama 59 tahun hidupnya, Bapak A telah mengalami enam kali perpindahan. Namun

dalam enam perpindahan itu Bapak A hanya mengalami empat tahap perpindahan. Tahap

perpindahan Bapak A antara lain:

1. Tahap pertama ada di saat Bapak A hidup menumpang di rumah orang tua dan pamannya.

Saat menumpang, Bapak A berusia 0-16 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak hingga

transisi (infancy, early childhood, play age, school age, adolescence). Pada tahap ini pula,

Bapak A belum bekerja (masih sekolah), belum mempunyai pendapatan sendiri, dan belum

menikah.

2. Tahap kedua ada di saat Bapak A tinggal di tempat kerja (mess). Saat itu Bapak A berusia

16-32 tahun dan masuk ke dalam fase transisi hingga dewasa (adolescence, early

adulthood dan adulthood). Pada tahap ini pula, Bapak A sudah bekerja, mempunyai

pendapatan sendiri, namun belum menikah.

3. Tahap ketiga ada di saat Bapak A mempunyai rumah sendiri. Saat itu Bapak A berusia 32-

57 tahun dan masuk ke dalam tahap dewasa (adulthood). Kepemilikan rumah terjadi

sebanyak dua kali. Pada rumah pertama yang dimiliki sendiri oleh Bapak A, Bapak A

masih bekerja pada saat itu, sedangkan rumah kedua, Bapak A sudah tidak bekerja. Pada

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 13: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

13 Universitas Indonesia

tahap ini pula, Bapak A sudah menikah dan mempunyai dua orang anak yang ikut tinggal

bersamanya.

4. Tahap keempat ada di saat Bapak A tinggal di rumah orang lain. Saat itu Bapak A berusia

57-59 tahun dan masuk ke dalam tahap dewasa (adulthood). Bapak A diminta menempati

rumah tersebut oleh sang pemilik. Pada tahap ini Bapak A sudah tidak bekerja dan masih

menikah.

Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada

keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap

perpindahan yang dilakukan oleh Bapak A.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah Bapak A

secara sederhana dapat terlihat dari perpindahan rumah yang terjadi karena orang tua Bapak A

meninggal dunia, perpindahan terjadi dari menumpang orang tua menjadi menumpang paman.

Selain itu, perpindahan rumah terjadi karena Bapak A bekerja dan tempat tinggalnya pindah

ke tempat kerja. Dari fase anak-anak hingga dewasa, Bapak A tinggal menumpang di rumah

orang tua atau paman, sedangkan memiliki rumah sendiri saat dewasa, telah menikah, dan

mempunyai pekerjaan serta pendapatan sendiri. Selain itu, Bapak A juga akan mengalami

perpindahan apabila kondisi rumahnya tidak stabil, seperti halnya banjir. Ketika sudah tidak

bekerja dan pendapatan keluarga berkurang, Bapak A mengalami penurunan tenure dari

memiliki rumah sendiri menjadi menumpang di rumah orang lain. Secara umum, kondisi

rumah yang ditempati Bapak A cukup bagus dengan luas 90-188m2, kecuali saat bekerja dan

tinggal di kapal tempat bekerja.

Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Bapak B

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 14: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

14 Universitas Indonesia

Keterangan:

Rumah Bapak B ke:

1. ±54m2, penghuni 4 orang

2. ±400m2, penghuni 5 orang

3. Rumah petak, penghuni 5 orang

4. ±96m2, penghuni 6 orang

5. Rumah baru di dalam komplek perumahan, penghuni 7 orang

6. ±200m2, penghuni 9 orang

7. ±42m2, penghuni 7 orang

8. Kamar 3x6m, penghuni 2 orang

9. Kamar 3x3m, penghuni 2 orang

10. Kamar 3x3m, penghuni 1 orang

11. ±600m2, penghuni 7 orang

12. Kamar 3x3m, penghuni 1 orang

13. ±700m2, penghuni 4 orang

14. ±600m2, penghuni 7 orang

15. Tipe 54, penghuni 8 orang

16. ±250m2, penghuni 5 orang

Gambar 4.2. Analisis Pola Perpindahan Rumah Bapak B

Sumber: Ilustrasi Pribadi

Selama 56 tahun hidupnya, Bapak B telah mengalami enam belas kali perpindahan.

Namun dalam enam belas perpindahan itu, Bapak B hanya mengalami empat tahap

perpindahan. Tahap perpindahan Bapak B antara lain:

1. Tahap pertama ada di saat Bapak B hidup menumpang di rumah orang tua, dan pamannya,

serta menyewa kamar kost dengan biaya dari orang tuanya. Saat menumpang, Bapak B

berusia 0-28 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak, transisi, hingga dewasa (infancy,

early childhood, play age, school age, adolescence, early adulthood, dan adulthood). Pada

tahap ini pula, Bapak B sudah mulai bekerja dan mempunyai pendapatan sendiri di rumah

terakhir ia menumpang, namun belum menikah.

2. Tahap kedua ada di saat Bapak B menyewa rumah atau kamar kost dari hasil

pendapatannya sendiri. Saat itu Bapak B berusia 28-29 tahun dan sudah masuk ke dalam

fase dewasa (adulthood). Pada tahap ini pula, Bapak B masih bekerja dan belum menikah.

3. Tahap ketiga ada di saat Bapak B kembali menumpang di rumah mertua dan pamannya.

Pada tahap ini, Bapak B berusia 29-39 tahun dan masuk ke dalam fase dewasa (adulthood).

Pada tahap ini Bapak B masih bekerja dan sudah menikah.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 15: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

15 Universitas Indonesia

4. Tahap keempat ada di saat Bapak B memiliki rumah sendiri. Pada tahap ini Bapak B beusia

39-56 tahun dan berada dalam fase dewasa (adulthood). Bapak B masih bekerja dan masih

menikah serta mempunyai 3 orang anak.

Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada

keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap

perpindahan yang dilakukan oleh Bapak A.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah Bapak B

secara sederhana terlihat selain dari faktor atau kondisi individu sendiri, juga karena orang tua

yang sering berpindah karena pekerjaan saat Bapak B masih kecil. Bapak B akan menumpang

di rumah orang tua ketika berada dalam fase anak-anak, belum bekerja, dan belum menikah.

Namun ketika Bapak B sudah mulai besar dan memasuki fase usia remaja, ada keinginan dari

Bapak B untuk tinggal di kota-kota lain, meskipun kehidupan tergantung dari uang kiriman

orang tua. Bapak B mempunyai rumah sendiri ketika Bapak B sudah menikah dan dalam fase

usia dewasa. Ketika mempunyai rumah sendiri, terjadi peningkatan kondisi rumah misalnya

dari luas rumah. Lokasi rumah baik di pusat atau pinggir kota berasal dari lokasi rumah orang

tua/saudara/mertua yang ditumpangi, jarak dari tempat sekolah/kuliah, serta jarak dari tempat

kerja. Rumah yang disewa rata-rata adalah kategori rooms yang ditempati satu hingga dua

orang.

Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Ibu C

Gambar 4.3. Analisis Pola Perpindahan Rumah Ibu C

Sumber: Ilustrasi Pribadi

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 16: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

16 Universitas Indonesia

Selama 53 tahun hidupnya, Ibu C telah mengalami tujuh kali perpindahan. Namun

dalam tujuh perpindahan itu, Ibu C hanya mengalami tiga tahap perpindahan. Tahap

perpindahan Ibu C antara lain:

1. Tahap pertama ada di saat Ibu C hidup menumpang di rumah orang tuanya. Saat

menumpang, Ibu C berusia 0-31 tahun dan masuk ke dalam fase anak-anak, transisi, hingga

dewasa (infancy, early childhood, play age, school age, adolescence, early adulthood, dan

adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu C sudah bekerja dan mempunyai pendapatan sendiri,

namun Ibu C belum menikah.

2. Tahap kedua ada di saat Ibu C memiliki rumah sendiri. Saat itu Ibu C berusia 31-37 tahun

dan sudah masuk ke dalam fase dewasa (adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu C masih

bekerja dan menikah.

3. Tahap ketiga ada di saat Ibu C menyewa rumah. Pada tahap ini, Ibu C berusia 37-53 tahun

dan masuk ke dalam fase dewasa (adulthood). Penyewaan yang terjadi sebanyak lima kali

dan terdiri dari menyewa rumah, mulai dari rumah yang besar dan bagus, apartemen,

hingga rumah petak. Pada tahap ini Ibu C masih bekerja pada rumah sewanya yang

pertama kemudian berhenti bekerja pada rumah sewanya yang kedua hingga saat ini dan

menjadi Ibu Rumah Tangga, namun masih menikah dan pendapatan keluarga berasal dari

suami.

Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada

keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap

perpindahan yang dilakukan oleh Ibu C.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah yang Ibu C

secara sederhana dapat terlihat ketika belum menikah, walaupun sudah menginjak fase usia

dewasa dan bekerja, Ibu C menumpang di rumah orang tuanya. Namun ketika Ibu C sudah

menikah, maka Ibu C akan pindah rumah, hidup dengan keluarga barunya, dan memiliki

rumah sendiri. Setelah memiliki rumah sendiri, Ibu C mengalami penurunan tenure menjadi

menyewa rumah karena sudah tidak lagi merasa nyaman dengan rumah yang dimilikinya,

tetapi kondisi rumah yang disewa lebih bagus daripada rumah milik sendiri. Setelah

mengalami penurunan tenure dari milik menjadi sewa, Ibu C pun mengalami penurunan

tenure kembali dengan berkurangnya luasan rumah dan kondisi rumah, meskipun status

rumah masih rumah sewa. Penurunan tenure ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.

Selain kondisi ekonomi, lokasi pemilihan rumah juga sangat memengaruhi

perpindahan. Ibu C memerhatikan lokasi rumah yang mempunyai jarak yang dekat dengan

sekolah dan mempunyai akses yang mudah ke segala arah.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 17: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

17 Universitas Indonesia

Analisis Pola Perpindahan Rumah yang dialami oleh Ibu D

Keterangan:

Rumah Ibu D ke:

1. ±200m2, penghuni 7 orang

2. ±30m2, penghuni 3 orang

3. ±100m2, penghuni 8 orang

4. ±20m2, penghuni 3 orang

5. ±200m2, penghuni 9 orang

6. ±20m2, penghuni 4 orang

7. ±60m2, penghuni 7 orang

8. ±114m2, penghuni 8 orang

9. ±40m2, penghuni 3 orang

10. ±40m2, penghuni 2 orang

11. ±60m2, penghuni 4 orang

Gambar 4.4. Analisis Pola Perpindahan Rumah Ibu D

Sumber: Ilustrasi Pribadi

Selama 54 tahun hidupnya, Ibu D telah mengalami sebelas kali perpindahan. Namun

dalam perpindahan itu, Ibu D hanya mengalami tiga tahap perpindahan. Tahap perpindahan

Ibu D antara lain:

1. Tahap pertama ada di saat Ibu D hidup menumpang di rumah orang tuanya dan menyewa

rumah bersama suaminya. Dalam tahap ini, status menumpang dan menyewa rumah

bergerak stabil dan saling bergantian. Ibu D berusia 0-26 tahun dan masuk ke dalam fase

anak-anak, transisi, hingga dewasa (infancy, early childhood, play age, school age,

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 18: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

18 Universitas Indonesia

adolescence, early adulthood, dan adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu C sudah menikah

dan mendapatkan penghasilan dari suaminya.

2. Tahap kedua ada di saat Ibu D memiliki rumah sendiri. Saat itu Ibu D berusia 26-51 tahun

tahun dan sudah masuk ke dalam fase dewasa (adulthood). Pada tahap ini pula, Ibu D

masih menikah (mempunyai empat orang anak) dan masih mendapatkan pendapatan dari

suami.

3. Tahap ketiga ada di saat Ibu D kembali menyewa rumah dan menumpang di rumah

anaknya. Pada tahap ini, Ibu D berusia 51-54 tahun dan masuk ke dalam fase dewasa

(adulthood). Pada tahap ini, suami Ibu D telah meninggal dunia, sehingga pendapatan Ibu

D berasal dari anaknya

Seperti yang telah tergambarkan dalam tabel dan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada

keterkaitan antara kondisi orang atau individu terhadap kondisi rumah pada setiap

perpindahan yang dilakukan oleh Ibu D.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola perpindahan rumah yang

dialami oleh Ibu D secara sederhana antara lain Ibu D memiliki rumah sendiri saat sudah

menikah dan berada dalam fase usia dewasa dengan penghasilan yang cukup. Saat anak-anak

hingga remaja dan belum menikah, Ibu D menumpang di rumah orang tua. dan di masa

remaja, ketika Ibu D sudah menikah dan pindah rumah mengikuti suaminya. Namun tidak

menutup kemungkinan Ibu D kembali menumpang di rumah orang tua atau kakaknya karena

beberapa faktor, misalnya hamil tua dan kondisi rumah Ibu D yang tidak bagus. Penurunan

tenure yaitu dari memiliki rumah sendiri menjadi menyewa terjadi ketika kondisi ekonomi

melemah karena suami yang meninggal dunia dan Ibu D tidak bekerja. Dari sebelas rumah

yang pernah ditinggali Ibu D, sepuluh diantaranya berada di pinggir kota dan hanya satu yang

berada di pusat kota saat ingin dekat dengan lokasi kerja suami. Dari situ, perpindahan dalam

lingkaran pinggir kota lebih banyak terjadi dari perpindahan yang lain.

5. KESIMPULAN

Dari kajian teori serta studi kasus dan analisis yang telah dilakukan, kita dapat

mengambil kesimpulan bahwa housing career is a longer-view study of an individual or

family residential mobility pattern (Skobba, 2008). Selain itu, perpindahan rumah dalam

rentang usia 53-59 tahun dapat terjadi sebanyak 6-16 kali.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 19: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

19 Universitas Indonesia

Secara sederhana, pola perpindahan rumah yang dapat dirumuskan dari keempat

narasumber yaitu kondisi rumah seseorang dimulai dengan menumpang, baik menumpang

orang tua atau saudara. Hal ini terjadi umumnya pada fase infancy hingga adolescence.

Sebelum memiliki rumah sendiri, seseorang menyewa rumah atau menumpang terlebih

dahulu. Seseorang akan memiliki rumah sendiri ketika sudah dalam fase usia dewasa dengan

kondisi ekonomi yang mendukung dan sudah menikah. Sedangkan penurunan tenure terjadi

ketika seseorang mengalami penurunan kondisi ekonomi. Selain itu, pemilihan lokasi saat

anak-anak hingga remaja baik pinggir ataupun pusat kota, umumnya mengikuti tempat tinggal

orang tua atau jarak dari sekolah, sedangkan saat dewasa atau sudah menikah ialah dari

kondisi diri sendiri dan anggota keluarga lainnya. Dari keempat narasumber, didapat bahwa

perpindahan rumah yang berkaitan dengan lokasi terjadi paling besar dalam lingkaran pusat

kota atau lingkaran pinggir kota itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori Concord (1984) dan

Hiltner dan Smith (1974) yang menyatakan bahwa aliran kecil terjadi pada perpindahan dari

pusat kota ke pinggir kota atau sebaliknya. Selanjutnya, tipologi rumah yang ada pada

keempat narasumber didominasi oleh attached dan beberapa oleh detached housing.

Sementara itu, alasan perpindahan yang bisa diambil dari studi kasus dan analisis yang

telah dilakukan, terdiri dari:

1.Penambahan dan pengurangan anggota keluarga. Hal ini dapat terjadi pada contoh kasus

kelahiran dan meninggalnya anggota keluarga; 2. Pekerjaan. Hal ini biasanya dilakukan untuk

memudahkan seseorang bekerja, misalnya dari lokasi pekerjaan; 3. Pernikahan. Setelah

menikah, seseorang dapat mengalami perpindahan apabila pasangan suami isteri ingin hidup

mandiri dan pindah dari rumah orang tua, atau pasangan suami isteri malah tinggal bersama

orang tua atau mertua; 4. Faktor alam. Kebakaran dan banjir merupakan contoh faktor alam

yang dapat memengaruhi perpindahan; 5. Pendidikan. Seseorang pindah karena faktor

pendidikan biasanya terjadi karena lokasi pendidikan sendiri; 6. Kondisi ekonomi.

Peningkatan atau penurunan kondisi ekonomi tentunya sangat memengaruhi perpindahan

rumah; 7. Kondisi rumah. Kondisi fisik dan lingkungan memengaruhi perpindahan seseorang,

misalnya kerusakan bangunan yang membuat bangunan tersebut tidak layak ditinggali

seseorang.

Dengan demikian, banyaknya perpindahan rumah dalam rentang waktu tertentu dapat

terjadi dengan pola yang berkaitan dengan alasan perpindahan dan kondisi individu yang

kemudian memengaruhi kondisi rumah.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013

Page 20: POLA PERPINDAHAN RUMAH “HOUSING CAREER STUDI KASUS ...

20 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Arendt, Hannah. 1998. The Human Condition Second Edition. Chicago, London: The

University of Chicago Press.

Boulton, Rich. 2006. Hannah Arendt on Vita Activa.

Clark, W.A.V., Moore, Eric G. 1979. Residential Mobility and Public Policy Volume 19,

Urban Affairs Annual Review. Beverly Hills, London: Sage Publications.

Concord, Clare M. Stapleton. 1984. Intraurban Residential Mobility of the Aged. Wiley.

Erikson, Erik H. 1997. The Life Cycle Completed Extended Version. New York, London:

W.W. Norton & Company.

Gober, Patricia, dkk. 1991. Phoenix in Flux: Household Instability, Residential Mobility, and

Neighborhood Change. Taylor & Francis, Ltd.

Heidegger, Martin. 1975. Poetry, Language, Thought. New York, Hagerstown, San Fransisco,

London: Harper Colophon Books, Harper & Row Publishers.

Lee, Seong Woo, Myers, Dowell. 2003. Local Housing-Market Effects on Tenure Choice.

Springer.

Rossi, Peter H. 1980. Why Families Move 2nd

Edition. Beverly Hills, London: Sage

Publications.

Section 4: Guidelines for Sustainable Medium-Density Housing. Development Action Group.

Skobba, Kimberly Renee. The Influence of Section 8 Vouchers on The Housing Careers of

Working Poor Families. ProQuest.

2010. Issue 9, Volume 1. A Development Action Group Publication.

Pola perpindahan..., Farida Nawafia, FT UI, 2013