POA Ispa Perbaikan

40
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam GBHN dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Dikecamatan Lubuk kilangan pada semester pertama tahun 2010 ispa merupakan penyakit terbanyak yaitu 51 % dari totas pasien yang berkunjung ke balai pengobatan. GRAFIK 10 PENYAKIT TERBANYAK PUSKESMAS LUBUK KILANGAN SEMESTER I 2010 1

description

kesmas

Transcript of POA Ispa Perbaikan

Page 1: POA Ispa Perbaikan

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam GBHN dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan.

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Dikecamatan Lubuk kilangan pada semester pertama tahun 2010 ispa merupakan penyakit terbanyak yaitu 51 % dari totas pasien yang berkunjung ke balai pengobatan.

GRAFIK 10 PENYAKIT TERBANYAK PUSKESMAS LUBUK KILANGAN SEMESTER I 2010

1

Page 2: POA Ispa Perbaikan

Beberapa ISPA dapat menyebabkan KLB dengan angka mortalitas dan

morbiditas yang tinggi, sehingga menyebabkan kondisi darurat pada kesehatan

masyarakat dan menjadi masalah internasional. Langkah-langkah perlindungan

lainnya diindikasikan untuk ISPA yang berpotensi menjadi KLB seperti SARS,

flu burung pada manusia, atau patogen lain yang belum diketahui pola

penyebarannya.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang

terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.

40-60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh

kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30%. Kematian yang terbesar

umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2

bulan.Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang berobat dalam

keadaan berat dan sering disertai penyulit dan kurang gizi.

Pada semester pertama tahun 2010 dilubuk kilangan terdapat 3042 pasien

ispa,yang terbanyak adalah di Bandar buat yaitu 219 pasien.

KASUS ISPA DIDAERAH LUBUK KILANGAN

Didaerah Lubuk kilangan banyak terdapat industri seperti semen padang dan

terdapat jalan raya yang dilalu kendaraan-kendaraan pabrik yang menghasilkan

asap pabrik dan asap kendaraan yang mempengaruhi kejadian ispa di lubuk

kilangan.

2

Page 3: POA Ispa Perbaikan

Selain itu status gizi anak di lubuk kilangan

Berdasarkan alasan diatas maka kami mengangkatkan makalah ini dengan

judul “ Upaya Penurunan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan”.

I.2 Perumusan Masalah

Apa faktor yang menyebabkan tingginya kejadian ISPA di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan?

Bagaimana upaya penurunan kejadian ISPA di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan?

I.3 Tujuan Penulisan

Mengidentifikasi masalah yang terdapat pada Puskesmas Lubuk

Kilangan.

Menemukan prioritas masalah yang terdapat pada Puskesmas Lubuk

Kilangan.

Mengidentifikasi masalah tingginya kejadia ISPA di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan.

Mencari alternatif solusi untuk menurunkan kejadian ISPA di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

aMenentukan Plan of action dari masalah tingginya kejadian ISPA di

wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

I.4 Manfaat Penulisan

Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas Lubuk Kilangan

sehingga dapat dijadikan sebagai solusi alternative dalam menurunkan

kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Sebagai bahan pembelajaran bagi dokter muda dalam menerangkan

problem solving cycle.

3

Page 4: POA Ispa Perbaikan

BAB II

II.1 Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah

Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7

kelurahan dengan luas:

a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2

b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2

c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2

d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2

e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2

f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2

g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2

Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok

c. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk

Kabung

4

Gambar 2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

Page 5: POA Ispa Perbaikan

II.2 Kondisi Demografi

Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 43.532 Jiwa yang terdiri dari

10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Bandar Buat : 11.172 jiwa dan 2.743 KK

b. Kelurahan Padang Besi : 6.211 jiwa dan 1.610 KK

c. Kelurahan Indarung : 10.669 jiwa dan 2.632 KK

d. Kelurahan Koto Lalang : 6.378 jiwa dan 1.550 KK

e. Kelurahan Batu Gadang : 5.828 jiwa dan 1.489 KK

f. Kelurahan Baringin : 1.226 jiwa dan 244 KK

g. Kelurahan Tarantang : 2.048 jiwa dan 439 KK

a. Sarana Kesehatan

Puskesmas Lubuk Kilangan memiliki sarana:

Puskesmas Induk : 1 Unit

Puskesmas Pembantu : 3 Unit

- Pustu Indarung

- Pustu Batu Gadang

- Pustu Baringin

Rumah Sakit PT Semen Padang : 1 Unit

Puskesmas Keliling : 1 Unit

II.3 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk

a. Kondisi Sosial dan Budaya

Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku Minang, juga ada suku

lainnya, yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas agama yang dianut masyarakatnya adalah

Islam( 43.451 Jiwa) dan Kristen dan Katolik (80 Jiwa).

b. Kondisi Ekonomi

Mata pencaharian penduduk umumnya adalah pegawai negeri, swasta, buruh, dan tani.

5

Page 6: POA Ispa Perbaikan

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks dan

heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap lokasi di

sepanjang saluran nafas (WHO, 1986).

ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka

kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia.

Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap

bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Adapun yang termasuk ISPA

adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis, bronkhitis akut, brokhiolitis, dan pneumonia

Morbiditas dan mortalitas

Insiden ISPA anak di negara berkembang maupun negara yang telah maju tidak berbeda,

tetapi jumlah angka kesakitan di negara berkembang lebih banyak (WHO, 1992). Berbagai

laporan menyatakan bahwa ISPA anak merupakan penyakit yang paling sering pada anak,

mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan 30% pada anak usia 5-12 tahun.

Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan dibandingkan pada

balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah perkotaan akan mengalami ISPA

sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode (WHO,

1992).

ISPA merupakan penyakit yang utama dari layanan rawat jalan meliputi 25-40% balita

yang berobat, dan ISPA pula yang merupakan penyebab rawat inap balita di rumah sakit sekitar

30-35% dari seluruh balita yang dirawat inap.

Angka kematian yang tinggi karena ISPA khususnya pneumonia masih merupakan

masalah di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. WHO (1992) memperkirakan 12,9

juta balita meninggal dunia karena ISPA terutama pneumonia.

Penyebab

6

Page 7: POA Ispa Perbaikan

Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih dari 90% untuk

ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1984).

Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine disebutkan bahwa penyakit infeksi saluran

nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring

hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hampir

50% diakibatkan oleh bakteri di mana Streptococcus Pneumonia adalah yang bertanggung jawab

untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan Stafilococcus Aureus dan H. Influenza sekitar 10-20%

Faktor resiko

Menurut WHO (1992) beberapa faktor yang telah diketahui mempengaruhi pneumonia

dan kematian ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap,

defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang

banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain.

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah sebagai

berikut:

1. Faktor host (diri)

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun,

terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia

muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al, 2003).

b. Jenis kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan adanya

perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka

kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Koch et al,

2003)

c. Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal, kedua

keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan predisposisi yang lainnya

7

Page 8: POA Ispa Perbaikan

(Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga

menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah satu

determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.

. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya

tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk

mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.

f. Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama

kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber

zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis

membentuk sistem biologis.

ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel

imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas (William and Phelan, 1994).

2. Faktor lingkungan

a. Rumah

Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung

yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna

untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu

(WHO, 1989).

Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA

daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di Denmark (Koch et al, 2003).

b. Kepadatan hunian (crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat

diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan

bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.

c. Status sosioekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah

mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak

ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang

bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status sosioekonomi (Darmawan,1995).

8

Page 9: POA Ispa Perbaikan

d. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan terkena

ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari

penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok

(Koch et al, 2003)

e. Polusi udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain

adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik

maupun kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan

Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan saluran

pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan antara mereka yang tinggal di

wilayah pencemaran udara tinggi dengan siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara

rendah di Jakarta. Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau

insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah pencemaran

udara. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah

dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang

untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara

sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA.

Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti

yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Mishra, 2003).

III.3. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam

(chest indrawing).

2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa

tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis

tergolong bukan pneumonia (4).

9

Page 10: POA Ispa Perbaikan

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.

Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2

bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian

bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu

60 kali per menit atau lebih.

2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding

dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian

bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam

keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan

adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit

atau lebih.

3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian

bawah dan tidak ada napas cepat.

III.6 Manifestasi Klinis

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan

gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat

dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin

meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang

lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan

tidak menjadi lebih berat. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan

tanda-tanda laboratoris.1,3

Tanda-tanda klinis

10

Page 11: POA Ispa Perbaikan

1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding

thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir

dan wheezing.

2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac

arrest.

3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil

bendung, kejang dan coma.

4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris yang ditemukan yaitu hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosia baik

secara metabolik atau repsiratorik.1,3

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak

golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya

menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran

menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.1,3

III.7 Penatalaksanaan ISPA

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus

batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup promosi dan pencegahan termasuk petunjuk tentang pemberian

makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA

(4). Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :3

III.7.1 Pengobatan pada ISPA

1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri

oksigen dan sebagainya.

2. Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika

terjadi alergi atau tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.

11

Page 12: POA Ispa Perbaikan

3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk

batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung

zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya

bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.1

III.7.2 Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

• Immunisasi.

• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.1

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.

• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

• Immunisasi.1

III.7.3 Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala

Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.4

Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat

pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader

akan sangat membantu menemukan kasus-kasus pneumonia yang perlu mendapat pengobatan

antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke rumah

sakit. 4,1

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut : 5

1. Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan

tenaga yang tersedia.

12

Page 13: POA Ispa Perbaikan

2. Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus

ISPA kepada perawat atau paramedis.

3. Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan

tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah

sakit bila dianggap perlu.

4. Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.

5. Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang

mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta

tindakan penunjang di rumah,

6. Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang

mengobati penderita penyakit ISPA,

7. Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan

penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

8. Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan pemberantasan

penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk

aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.

Paramedis Puskesmas pembantu

1. Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.

2. Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti

pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

3. Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

4. Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

5. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan dengan

pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.5

Kader kesehatan

1. Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak

berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

2. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan

pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu

dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.5

13

Page 14: POA Ispa Perbaikan

BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan

staf puskesmas dan menganalisis laporan tahunan puskesmas. Beberapa potensi masalah yang

berhasil diidentifikasi di puskesmas Lubuk Kilangan adalah:

1. Rendahnya partisipasi masyarakat ke posyandu

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta diskusi

dengan pemegang program, pencapaian D/S di posyandu bayi masih rendah di banding target

yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kota Padang. Jumlah sasaran yang ditetapkan DKK

adalah sebesar 904 bayi (65%) sedangkan angka pencapaian D/S bayi di Puskesmas lubuk

Kilangan tahun 2009 adalah 555 bayi (56%). Dari data ini didapatkan kesenjangan sebesar 9 %.

Tabel 1. Hasil Pencapaian program PROMKES Tahun 2009

NO URAIAN PENCAPAIAN (%)

TARGET (%)KESENJANGAN (%)

1 D/S 56 65 -9

2PENYULUHAN DALAM GEDUNG 96 100 -4

3PENYULUHAN LUAR GEDUNG 93 100 -7

4PEMBENTUKKAN DESA SIAGA 4 KEL 7 KEL -3 KEL

5 POSYANDU AKTIF 41 (100%) 41 (100%) -

6POSYANDU LANSIA AKTIF 11 BUAH 7 BUAH +4

7 KADER AKTIF 87 90 -3

8 JUMLAH TOGA 28 - -

9 JUMLAH POD - - -

14

Page 15: POA Ispa Perbaikan

2. Rendahnya cakupan penemuan TB Paru (CDR= Case Detection Rate) di kecamatan Lubuk

Kilangan

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta diskusi

dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas, pencapaian CDR TB Paru masih jauh di

bawah target yaitu sebesar 22% (15 orang), sedangkan target sasaran CDR TB Paru yang

ditetapkan Dinas Kesehatan Kota yaitu sebesar 70 % (68 orang). Dengan demikian didapatkan

kesenjangan yang cukup jauh yaitu sebesar 48%.

Tabel 2. Data CDR TB Paru di Puskesmas Lubuk Kilangan 2008-2009

NO Kinerja Puskesmas Target /

Sasaran

% Hasil

Pencapaian

% Kesenjangan

A TB Paru

1. Angka Penemuan

BTA + 2008

68 70 13 19 -51

2. Angka Penemuan

BTA + 2009

68 70 15 22 -48

3. Masih rendahnya pencapaian target pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Lubuk Kilangan

Pada tahun 2009, dari laporan tahunan bagian KIA di Puskesmas Lubuk Kilangan,

didapatkan angka pemberian ASI Eksklusif yang rendah, yakni hanya 79,7 % sedangkan target

pemberian ASI eksklusif adalah 100%. Dari data tersebut didapatkan kesenjangan sebanyak

33,8%.

15

Page 16: POA Ispa Perbaikan

Tabel 3. Hasil Pencapaian Program KIA Tahun 2009

NO KINERJA SASARANTARGET (%)

HASIL / PENCAPAIAN

%KESENJANGAN

1 ANC 995   968 97.2 + 2.2%

  K1 995 95 897 90.1 + 0.1 %

  K4 994 90 199 20  

2 RESTI 995 20 773 85.5 + 1.5 %

3 NEONATUS 904 84 826 87.4 + 2.4 %

4 PERSALINAN 945 85 2701 149.3  

5

IBU

MENYUSUI 1088  100110

6.1  

6

ASI

EKSKLUSIF 1088 100 721

66,2 33.8 %

4. Tingginya angka Total Goiter Rate (TGR) di kecamatan Lubuk Kilangan

Dalam laporan pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Garam Yodium (GAKY) serta

diskusi dengan pemegang program gizi , diketahui bahwa kecamatan Lubuk Kilangan

mempunyai angka TGR yang cukup besar, yaitu sebesar 29,9%. Dimana angka tersebut

mempunyai makna bahwa daerah tersebut termasuk kedalam daerah endemik sedang.

Demikian juga data yang didapatkan dari pemeriksaan garam yang mengandung iodium

dengan menggunakan iodina test, hasilnya menunjukan bahwa sebanyak 87,1 % yang

menggunakan garam beryodium, sedangkan yang tidak menggunakan garam beryodium sebesar

12,9 %.

Tabel 4. Data Survey Pemetaan GAKY Kota Padang

TGR menurut Kecamatan Tahun 2009

Kecamatan Total Goiter Rate

2006 2009

Padang Barat 25,5 17,3

16

Page 17: POA Ispa Perbaikan

Nanggalo 21,4 12,5

Bungus Tel. Kabung 44,5 13,6

Padang Utara 19,2 30,1

Koto Tangah 40,0 14,2

Padang Selatan 27,9 26,4

Kuranji 32,1 37,5

Padang Timur 19,6 16,7

Pauh 20,1 26,9

Lubuk Kilangan 14,8 29,9

Lubuk Begalung 25,2 23,8

Kota Padang 26,4 21,4

Tabel 5. Pemakaian garam yang mengandung Yodium dengan Iodina Test Menurut Kelurahan di

Kecamatan Lubuk Kilangan

Kelurahan Garam + Mengandung Yodium (%)

Indarung 20

Koto Lalang 96

Bandar Buat 93,75

Batu Gadang 56,25

Padang Besi 87,5

Tarantang 100

Baringin 100

Kecamatan Lubuk Kilangan 87,1

5. Tingginya angka kejadian ISPA di puskesmas Lubuk Kilangan

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009 serta diskusi

dengan pemegang program dan pimpinan puskesmas, jumlah penderita ISPA di BP & KIA

masih merupakan penyakit terbanyak. Dalam laporan tahunan puskesmas tahun 2009, angka

17

Page 18: POA Ispa Perbaikan

kejadian ISPA di puskesmas Lubuk Kilangan adalah 2901. Sedangkan jumlah angka kejadian

ISPA dari laporan triwulan I Puskesmas tahun 2010 adalah 2089. Angka ini terlihat semakin

meningkat dari sebelumnya.

IV.2 Penentuan Prioritas Masalah

Adanya beberapa masalah yang ditemukan di puskesmas Lubuk Kilangan harus

ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Upaya

yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan teknik scoring

sebagai berikut:

1. Urgency (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan )

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

2. Kemungkinan Intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

3. Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

Nilai 3 : cukup mahal

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

18

Page 19: POA Ispa Perbaikan

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 6. Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan

Kriteria Urgency Intervensi Biaya Mutu Total Ranking

1. Rendahnya

partisipasi

masyarakat ke

posyandu

3 2 4 2 11 V

2.Rendahnya cakupan

penemuan TB Paru

(CDR= Case

Detection Rate) di

kecamatan Lubuk

Kilangan

4 2 3 3 12 IV

3. Masih rendahnya

pencapaian target

pemberian ASI

Eksklusif di

puskesmas Lubuk

Kilangan

4 3 3 4 14 III

4. Tingginya angka

Total Goiter Rate

(TGR) di kecamatan

Lubuk Kilangan

5 3 4 4 16 I

19

Page 20: POA Ispa Perbaikan

5. Tingginya angka

kejadian ISPA di

puskesmas Lubuk

Kilangan

4 3 4 4 15 II

Berdasarkan penilaian prioritas masalah di atas, didapatkan masalah dengan nilai

tertinggi yaitu tingginya angka kejadian goiter di kecamatan Lubuk Kilangan. Selanjutnya urutan

kedua yaitu tingginya angka kejadian ISPA di Puskesmas Lubuk Kilangan. Untuk itu, kami

mencoba mengangkat permasalahan tingginya angka kejadian ISPA ini sebagai topik POA.

IV.3 Analisis Sebab Akibat Masalah

Angka kejadian ISPA di Puskesmas Lubuk Kilangan menempati urutan tertinggi diantara

penyakit-penyakit lain. Hal ini terlihat dari data laporan tahunan puskesmas tahun 2009 dan

laporan triwulan I puskesmas tahun 2010.

Tabel 7. Laporan tahunan puskesmas tahun 2009

No Penyakit Jumlah

1 Ispa 2901

2 Peny.Kulit lainnya 472

3 Diare 366

4 Gastritis 345

5 Rematik 226

6 Kel.Refraksi 216

7 Peny.pilpa dan jaringan peripikal 208

8 Infeksi bawah kulit 191

9 Hipertensi 81

10 Konjungtivitis 79

Tabel 8. Laporan triwulan I tahun 2010 puskesmas lubuk kilangan

20

Page 21: POA Ispa Perbaikan

No Penyakit Jumlah

1 Ispa 2089

2 Gastritis 446

3 Pen. Pulpa & peripikal 406

4 Rematik 390

5 Peny. kulit lainnya 375

6 Diare 215

7 Peny.kulit infeksi 201

8 Peny.rongga mulut & kelenjar ludah 167

9 Scabies 148

10 Hipertensi 87

Berdasarkan penilaian prioritas dan data diatas, kami menganggap perlunya upaya

penurunan angka kejadian ISPA di puskesmas Lubuk Kilangan. Pada tahap awal, dilakukan

wawancara dengan pemegang program ISPA mengenai tingginya kejadian ISPA di Puskesmas

Lubuk Kilangan. Dari hasil wawancara dan catatan laporan tahunan, penyebab tingginya

kejadian ISPA tersebut, antara lain :

1. Manusia

Kurangnya pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam melindungi diri dari

resiko terkena ISPA.

Kebiasaan merokok dalam masyarakat tinggi.

Anggapan masyarakat bahwa ISPA adalah penyakit yang biasa dan belum pernah

ada laporan tentang kematian ISPA di Puskesmas.

Kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan anak-anaknya.

2. Material

Kurangnya sarana (media) penyampaian informasi mengenai ISPA dan cara

pencegahan seperti poster, leaflet, spanduk di pos pelayanan kesehatan

(Puskesmas induk, Puskesmas pembantu, Posyandu) dan di tempat-tempat umum

21

Page 22: POA Ispa Perbaikan

( halte, sekolah, pasar). Hal ini berdasarkan wawancara dengan pemegang

program dan bagian promosi kesehatan bahwa tidak mencukupinya pembagian

poster, leaflet, spanduk dari Dinas Kesehatan Kota ke puskesmas dan pelayanan

kesehatan lain.

3. Metode

Jadwal penyuluhan ISPA yang belum teratur. Berdasarkan wawancara dengan

pemegang program dan bagian Promosi Kesehatan bahwa belum ada waktu yang

rutin untuk penyuluhan ISPA.

4. Lingkungan

Daerah lubuk kilangan merupakan kawasan industri pabrik semen

Polusi udara tinggi karena banyaknya asap kendaraan bermotor dan pabrik.

Berdasarkan wawancara dengan petugas Puskesmas dan masyarakat bahwa

penyaringan dari pabrik di matikan pada malam hari. Hal ini terlihat dari tebalnya

debu di atap rumah- rumah penduduk.

22

Page 23: POA Ispa Perbaikan

Untuk menunjukkan hubungan sebab akibat, maka dibuat diagram sebab akibat (diagram

tulang ikan atau diagram ischikawa) sebagai berikut :

23

Tingginya kejadian ISPA di Puskesmas Lubuk Kilangan

Lingkungan :

> Daerah lubuk kilangan merupakan

kawasan industri pabrik semen

> Polusi udara tinggi karena banyaknya

asap kendaraan bermotor dan pabrik

Metode :

Jadwal penyuluhan ISPA

yang belum teratur

Manusia :

Kurangnya pengetahuan dan tindakan

masyarakat dalam melindungi diri agar

resiko terkena ISPA berkurang

Kebiasaan merokok tinggi

Anggapan masyarakat bahwa ISPA adalah

penyakit yang biasa dan belum pernah ada

laporan tentang kematian ISPA

Material :

Kurangnya sarana (media) penyampaian

informasi mengenai ISPA dan cara

pencegahan seperti poster, leaflet,

spanduk, stiker di pos pelayanan

kesehatan dan di tempat-tempat umum

( halte, sekolah, pasar)

Page 24: POA Ispa Perbaikan

IV.4 Alternatif pemecahan masalah

1. Manusia

Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat mengenai cara melindungi diri agar resiko

terkena penyakit ISPA berkurang

Rencana :

o Melakukan penyuluhan interaktif mengenai ISPA dan cara melindungi diri agar

resiko terkena penyakit ISPA berkurang

o Membuat dan menyebarkan leaflet atau pamphlet mengenai melindungi diri agar

resiko terkena penyakit ISPA berkurang

Pelaksana : Petugas puskesmas??? (promkes n pemegang program)

Pelaksanaan : satu kali sebulan pada minggu ke dua ( bukan hari pasar).

Sasaran : Masyarakat di Kecamatan Lubuk Kilangan

Target : Masyarakat mengetahui mengenai penyakit ISPA dan cara

melindungi dirinya agar resiko terkena penyakit ini berkurang

Indikator :

Penyuluhan mengenai ISPA terlaksana 1 kali sebulan secara rutin dan lancar.

Tersedianya leaflet/ pamphlet/ poster yang menarik mengenai ISPA di setiap

tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas induk, Puskesmas Pembantu, posyandu)

di Kecamatan Lubuk Kilangan dan di tempat-tempat umum (halte, pasar,

sekolah).

2. Material

Penambahan media penyuluhan, seperti leaflet dan poster penyuluhan ISPA dan cara

melindungi diri agar resiko terkena penyakit ISPA berkurang di tempat pelayanan

kesehatan (Puskesmas induk, Puskesmas Pembantu, posyandu) di Kecamatan Lubuk

Kilangan dan di tempat-tempat umum (halte, pasar, sekolah).

Rencana :

24

Page 25: POA Ispa Perbaikan

o Pertemuan kepala Puskesmas dan Dinas kesehatan Kota tentang

penambahan penyediaan media penyuluhan.

Pelaksana : Pimpinan Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Pemegang program.

Pelaksanaan : September 2010

Sasaran : Dinas Kesehatan Kota

Target : Dinas Kesehatan Kota menyediakan penambahan media

penyuluhan seperti leaflet dan poster penyuluhan ISPA.

Indikator : Tersedianya leaflet/ pamphlet/ poster mengenai ISPA di setiap

tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas induk, Puskesmas Pembantu, posyandu) di

Kecamatan Lubuk Kilangan dan di tempat-tempat umum (halte, pasar, sekolah).

3. Metode

Jadwal penyuluhan ISPA teratur

Rencana : Membuat jadwal tetap penyuluhan ISPA

Pelaksana : Pemegang program P2P-ISPA dan bagian Promosi Kesehatan.

Pelaksanaan : satu kali sebulan

Penyuluhan dalam gedung ( hari senin minggu ke dua )

Penyuluhan di luar gedung pada minggu ke dua ( bukan hari pasar).

Sasaran : Pengunjung puskesmas dan masyarakat kecamatan Lubuk Kilangan

Target :Pengunjung puskesmas masyarakat mendapat penyuluhan mengenai ISPA

secara rutin dan teratur.

Indikator : Jadwal penyuluhan ISPA teratur dan pengunjung puskesmas serta

masyarakat mendapat penyuluhan mengenai ISPA secara rutin dan teratur.

4. Lingkungan

Mengurangi polusi udara dengan melakukan penghijauan

Rencana : Mengajak masyarakat Kecamatan Lubuk Kilangan untuk

menanam pohon di perbatasan jalan raya terutama Kelurahan Bandar Buat, Indarung

dan Padang Besi.

25

Page 26: POA Ispa Perbaikan

Pelaksana : Pemegang program, Kesehatan lingkungan ,promosi

kesehatan, Camat, Lurah, RT, RW , Dinas Kehutanan dan Masyarakat Kecamatan

Lubuk Kilangan.

Pelaksanaan : Pada saat diadakan bulan cinta alam, bulan November.

Sasaran : Masyarakat Kecamatan Lubuk Kilangan terutama

Kelurahan Bandar Buat, Indarung dan Padang Besi.

Target : Terciptanya penghijauan di Kecamatan Lubuk Kilangan terutama

Kelurahan Bandar Buat, Indarung dan Padang Besi.

Indikator : Lingkungan asri dan polusi udara berkurang

26

Page 27: POA Ispa Perbaikan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan masih tingginya

kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah :

Kecamatan Lubuk Kilangan merupakan kawasan industri pabrik semen

Polusi udara tinggi karena banyaknya asap kendaraan bermotor dan pabrik

Kurangnya pengetahuan dan tindakan masyarakat dalam mengurangi resiko agar tidak

terkena penyakit ini

Kebiasaan merokok tinggi

Anggapan masyarakat bahwa ISPA adalah penyakit yang biasa dan belum pernah ada

laporan tentang kematian ISPA

Kurangnya sarana (media) penyampaian informasi mengenai ISPA dan cara pencegahan

seperti poster, leaflet, spanduk, stiker di pos pelayanan kesehatan (Puskesmas induk,

Puskesmas Pembantu, Posyandu) dan di tempat-tempat umum ( halte,sekolah,pasar).

Jadwal penyuluhan ISPA yang belum teratur

V.2 Saran

Berdasarkan analisis sebab akibat masalah di atas, maka diperlukan alternatif solusi

masalah dari berbagai factor yang menyebabkan tingginya kejadian ISPA di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

Sebaiknya dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang ISPA secara teratur.

Dibutuhkan penambahan penyediaan media penyuluhan seperti leaflet dan poster

penyuluhan ISPA di setiap tempat pelayanan kesehatan (Puskesmas induk, Puskesmas

27

Page 28: POA Ispa Perbaikan

Pembantu, posyandu) di Kecamatan Lubuk Kilangan dan di tempat-tempat umum (halte,

pasar, sekolah).

Mengadakan penghijauan lingkungan di di perbatasan jalan raya Kecamatan Lubuk

Kilangan terutama Kelurahan Bandar Buat, Indarung dan Padang Besi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2009

2. Rasmaliah, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: 2004

3. www.doctorology.net, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), :2009

4. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada

Anak. Jakarata, :10 ,1991.

5. Pusdiklat Kesehatan Depkes dan WHO, Bahan Pembelajaran Peningkatan Mutu

Penatalaksanaan ISPA melalui Pendekatan Competency Based Training (CBT), CD ROM

Versi 01: 2003

6. Aide-Memoire, Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung epidemi dan

Pandemi, Pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan,

www.who.intl: 2008

28

Page 29: POA Ispa Perbaikan

29