Full Revisi Poa

60
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam pasal 93, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. Kemudian pada ayat ke (2) nya dinyatakan bahwa pelayanan tersebut dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, dalam kesehatan gigi dan mulut , antara lain,

description

poa anoez

Transcript of Full Revisi Poa

Page 1: Full Revisi Poa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam pasal

93,  dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi,

dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan. 

Kemudian pada ayat ke (2) nya dinyatakan bahwa pelayanan tersebut  dilakukan

secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui

pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat,

usaha kesehatan gigi sekolah.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, dalam  kesehatan gigi

dan mulut , antara lain, prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi-mulut

adalah 23,4%, prevalensi penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi aslinya

adalah 1,6%, prevalensi Nasional karies aktif adalah 43,4%, prevalensi penduduk

dengan masalah gigi-mulut dan menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga

kesehatan gigi adalah 29,6%.

Masalah kesehatan gigi tidak boleh dianggap  sederhana, masalah kesehatan

gigi dan mulut mempengaruhi kesehatan anak sekolah, ataupun orang tua saat

bekerja Bahkan  kadang - kadang hanya karena kesehatan gigi si anak tidak hadir

Page 2: Full Revisi Poa

2

ke sekolah. Disini diperlukan penanganan yg seksama terhadap masalah kesehatan

gigi ini. Data Riskesdas diatas menyatakan bahwa masih sangat sedikit penduduk

yang dilayani oleh dokter gigi atau tenaga kesehatan. Permasalahan pelayanan

kesehatan gigi dan mulut lainnya: adalah mayoritas dokter gigi ada diperkotaan,

sehingga masyarakat yang ada di pedesaan terkendala untuk aksesnya ke

pelayanan ke dokter gigi.

Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan

dalam tubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam status

kesehatan perorangan. Hasil dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

tahun 2001, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih

berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit

periodontal, yang menyatakan bahwa 76,2 % penduduk Indonesia terutama anak

pada kelompok usia 12 tahun menderita kerusakan gigi aktif, seperti yang terlihat

pada anak-anak SD Saraswati 5 Denpasar juga menunjukkan hal yang sama. Hal

ini jelas menandakan adanya permasalahan yang cukup laten yaitu minimalnya

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi (Pratiwi, 2007).

Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling

sering dijumpai di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras

gigi yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan ataupun minuman yang

kariogenik. Sekarang ini banyak dijumpai makanan kariogenik yang dijual di

pasaran dan sudah sampai pelosok desa. Makanan ini sangat digemari anak,

sehingga perlu lebih diperhatikan pengaruh substrat karbohidarat kariogenik

dengan kejadian karies gigi. Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini

kesehatan gigi anak-anak perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan,

Page 3: Full Revisi Poa

3

menggosok gigi juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam

rangka tindakan pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi

merupakan kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam

pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya (Besford, 1996).

Kebanyakan orang bahkan mungkin kita sendiri menomorduakan kondisi

kesehatan gigi. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya

sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan kita. Perawatan gigi

memang relatif mahal biayanya, namun perlu diingat bahwa gigi merupakan satu

kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat

mempengaruhi kesehatan anggota tubuh kita yang lain sehingga akan

mengganggu aktivitas kita sehari-hari.

Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan di atas, peneliti melakukan

penelitian di SD Saraswati 5 Denpasar karena perawatan gigi dan mulut di daerah

tersebut dinilai kurang mendapat perhatian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan sebagai

berikut:

a. Bagaimana rencana program pelayanan dan penyuluhan kesehatan gigi pada

siswa-siswi kelas IIA dan IIB SD Saraswati 5 Denpasar?

b. Berapakah frekuensi karies, indeks karies, rata-rata karies dan prevalensi

karies pada siswa-siswi kelas IIA dan IIB SD Saraswati 5 Denpasar?

Page 4: Full Revisi Poa

4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, adapun

tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum penelitian ini untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya

di bidang kesehatan gigi dan mulut dan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi.

b. Tujuan khusus penelitian ini untuk perencanaan pelayanan dan penyuluhan

kesehatan gigi, mengetahui angka prevalensi, frekuensi karies gigi, jumlah

gigi yang perlu dirawat (RTI) dan yang telah dirawat (PTI) di SD Saraswati 5

Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui tingkat

karies pada gigi siswa-siswi SD Saraswati 5 Denpasar. Penelitian ini juga

bermanfaat untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan

gigi dan mulut bagi para siswa sehingga para siswa-siswi diharapkan mempunyai

kesadaran dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini dapat

memberi masukan dalam perencanaan program kesehatan gigi dan mulut bagi

puskesmas dan instansi terkait, serta dapat digunakan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut secara mendalam dari masalah yang ditemukan.

Page 5: Full Revisi Poa

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi pada

rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air ludah

(Tarigan, 1992). Gigi memiliki tiga bagian, yaitu mahkota gigi, leher gigi, dan

akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi paling atas, berada di atas gusi dan

merupakan bagian yang terlihat di dalam mulut. Leher gigi atau garis servikal

adalah pertemuan antara mahkota dan akar gigi. Akar gigi adalah bagian gigi yang

tertutup oleh gusi dan tertanam dalam tulang rahang.

Menurut Itjiningsih (1995), secara mikroskopis gigi memiliki struktur

tertentu yang terdiri dari :

1. Jaringan Keras

Jaringan ini mengandung bahan kapur terdiri dari jaringan email, dentin dan

sementum. Email merupakan lapisan terluar dari gigi dan jaringan yang paling

keras. Dentin adalah bagian terbesar dari gigi, merupakan jaringan pengikatyang

mengalami pengapuran dan memberikan kekuatan elastis pada gigi serta berwarna

agak kekuning-kuningan. Sementum merupakan lapisan terluar dari akar gigi dan

termasuk juga bagian dari jaringan periodontal karena menghubungkan gigi

dengan tulang rahang.

2. Jaringan Lunak

Page 6: Full Revisi Poa

6

Jaringan lunak adalah jaringan pulpa yang terdapat mulai dari mahkota gigi,

yaitu dalam rongga pulpa sampai ujung akar gigi. Umumnya jaringan ini

mengandung bahan dasar, bahan perekat, pembuluh limfe, pembuluh darah arteri

dan vena, urat-urat saraf yang peka sekali terhadap rangsang termis, mekanis, dan

kimia. Rongga pulpa terdiri dari tanduk pulpa, yaitu ujung ruang pulpa, ruang

pulpa yaitu ruang pulpa di mahkota gigi, saluran pulpa yaitu pulpa di akar gigi,

foramen apikal yaitu lubang di ujung akar gigi tempat masuknya jaringan pulpa ke

rongga pulpa. Rongga pulpa akan semakin kecil dengan bertambahnya umur

seseorang.

Gigi berada di dalam rongga mulut didukung oleh suatu jaringan penyangga

yang disebut jaringan periodontal yang terdiri dari :

1. Gusi (gingival) adalah bagian dari mukosa rongga mulut yang

mengelilingi gigi dan menutupi tulang alveolar yang berfungsi

melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap pengaruh

lingkungan rongga mulut. Gingival tergantung pada gigi-geligi,

maksudnya bila ada gigi-geligi maka gingivanya juga ada, dan bila gigi

dicabut maka gingiva hilang.

2. Ligamen periodontal adalah jaringan ikat yang menghubungkan gigi ke

tulang rahang dan jaringan yang menopang gigi pada soketnya serta

menyerap beban yang mengenai gigi secara efektif untuk diteruskan ke

tulang pendukung.

3. Sementum adalah jaringan ikat yang mengalami proses

pengerasan (kalsifikasi) dan menyelubungi dentin akar. Sementum juga

dapat dianggap sebagai tulang perlekatan.

Page 7: Full Revisi Poa

7

4. Tulang alveolar adalah bagian tulang rahang yang menopang gigi

geligi atau tempat tertanamnya akar gigi. Tulang alveolar sebagian

bergantung pada gigi dan setelah tanggalnya gigi akan terjadi resorpsi

tulang.

Gambar 1. Anatomi Gigi

2.2 Definisi Karies Gigi

Yang dimaksud dengan karies adalah suatu penyakit pada jaringan keras

gigi dengan dekalsiifikasi struktur mineral dan desintegrasi dari organ matrks

enamel dentin. Ada beberapa versi mengenai teori terjadinya karies. Salah satunya

adalah teori asam dari Miller yang mengatakan karies disebabkan karena

terbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi dari sisa-sisa

Page 8: Full Revisi Poa

8

makanan yang melekat pada permukaan gigi dengan mikroorganisme yang

terdapat pada mulut.

Menurut Sumawinata (2000), karies gigi adalah suatu penyakit jaringan

keras gigi yang diakibatkan oleh mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat

difermentasikan sehingga terbentuk asam dan menurunkan pH dibawah pH kritis,

sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi. Tanda karies adalah terjadinya

demineralisasi mineral email dan dentin diikuti oleh disintegrasi bagian

organiknya. Karies gigi adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi oleh

mikroorganisme (Pine, 1997).

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin,

dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd & Bechal, 1991). Newburn

mendefinisikan karies gigi sebagai penyakit bacterial yang menyerang gigi

dimana bagian organik dari gigi mengalami destruksi, sedangkan bagian

anorganiknya mengalami dekalsifikasi (Darwita, 2004).

Begitu banyak pengertian karies gigi dari para ahli, dari pengertian

tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karies gigi adalah suatu proses

kronis regresif, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih

dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali

oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi

yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat yang sesuai pada

permukaan gigi dan waktu.

Page 9: Full Revisi Poa

9

2.3 Etiologi Karies Gigi

1. Etiologi Karies.

Ada Empat faktor yang menjadi penyebab timbulnya karies yaitu :

a. Host

b. Mikroorganisme

c. Karbohidrat

d. Waktu

Gambar 2. Faktor-Faktor Timbulnya Karies

Karies baru dapat terjadi apabila keempat faktor diatas bekerja secara

simultan (Tarigan, 1990). Adanya bakteri streptococcus mutans dan Laktobacillus

inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam

melalui fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak

struktur gigi dan sedikit demi sedikit. Jika tidak dirawat, proses ini akan terus

berjalan sehingga lubangnya semakin dalam.

2.3.1 Inang (Host) atau Gigi

Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies gigi,

yaitu :

Page 10: Full Revisi Poa

10

a. Bentuk:

Gigi dengan pit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies.

b. Posisi

Gigi yang berjejal dan susunanya tidak teratur lebih sukar dibersihkan. Hal

ini cenderung meningkatkan penyakit periodontal dan karies

c. Struktur

Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan

lingkungannya merangsang efek anti karies (Kidd & Bechal, 1991).

2.3.2 Mikroorganisme

Peran bakteri dalam menyebabkan terjadinya karies sangatlah besar. Bakteri

plak sangat dominant dalam karies gigi adalah streptococcus mutans. Bakteri ini

sangat kariogen karena mampu membuat asam dari karbohidrat yang dapat

diragikan. Dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya

membuat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan.

Polisakarida ini terdiri dari olimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi

mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk

melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain.

2.3.3 Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dikonsumsi

sehari-hari yang menempel pada gigi. Seringnya mengkonsumsi gula akan

menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah Streptococcus mutans

didalamnya. Sukrosa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap

Page 11: Full Revisi Poa

11

berbahaya. Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka

sukrosa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd & Bechal,1991).

2.3.4 Waktu

Waktu menjadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga faktor

sebelumnya proses pembentukan karies gigi relatif lambat dan secara klinis

terlihat kehancuran dari email lebih dari empat tahun, maka karies gigi dapat

digolongkan sebagai penyakit kronis.

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama

berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri

atas periode kerusakan dan perbaikan yang bergantian. Apabila saliva ada di

dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan

hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (diperkirakan 6-48 bulan).

2.4 Proses Terjadinya Karies Gigi

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan

gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada

waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH

mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut

menjadi karies gigi (Schuurs, 1993). Pada awalnya, lesi karies berwarna putih

akibat dekalsifikasi, berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang

mengikis gigi (Suwelo, 1992).

Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin

melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-

Page 12: Full Revisi Poa

12

kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah

rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat

dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat

(lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk

rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan

opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin

merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi

kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam,

tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,

dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Schuurs,

1993).

2.5 Gambaran Klinis Karies Gigi

Menurut Kid & Bechal, 1991, karies dapat diklasifikasikan berdasarkan

anatomi tempat karies itu timbul. Karies dapat dimulai pada pit dan fisura atau

pada permukaan licin. Karies permukaan licin berawal dari email atau sementum

dan dentin akar yang terbuka atau yang terkenal dengan karies akar. Karies dapat

terjadi pada tepi restorasi atau dikenal dengan karies rekurn / sekunder. Berikut ini

adalah beberapa klasifikasi karies gigi.

a. Gambaran karies gigi menurut lokasinya:

1. Karies pada pit dan fisur (Pit and fissure caries)

Perkembangan karies dimulai pada fit dan fisur gigi yang rumit. Dari

berbagai bentuk variasinya, semuanya diawali dengan tanda-tanda dini sampai

kerusakan yang sempurna.

Page 13: Full Revisi Poa

13

2. Karies permukaan gigi yang licin (Smooth surface caries)

Karies permukaan gigi yang licin atau karies pada permukaan yang halus

biasanya ditemukan pada daerah titik kontak pada nterproksimal gigi, tetapi dapat

terjadi pada permukaan licin lain pada gigi.Gambaran klinis karies ini pada

mulanya merupakan suatu daerah putih seperti kapur secara bertahap manjadi

kasar sesuai dengan rusaknya email. Akhirnya terbentuk kavitas yang terbuka dan

selanjutnya akan menyebar sama seperti karies pit dan fisur.

3. Karies Servikal (Cervical caries)

Karies ini menyerang bagian servikal gigi dengan dentin terbuka, tetapi

gambarannya tidak sama dengan karies pit dan fisur. Dentin mulai pecah dan

luruh, membentuk kavitas yang terbuka dari bagian luar. Karies ini cenderung

terdapat pada subyek yang mempunyai umur tua dibandingkan dengan kedua tipe

karies diatas.

b. Gambaran karies gigi berdasarkan kedalamannya atau struktur jaringan yang

terkena:

1. Karies superfisialis atau karies pada email gigi

Karies jenis ini baru mengenai lapisan email gigi yang menyebabkan iritasi

pulpa, biasanya pasien belum mengeluh rasa sakit.

2. Karies media atau karies pada dentin

Karies ini sudah mengenai lapisan dentin yang memnyebabkan reaksi

hiperemi pada pulpa. Pada tahap ini biasanya pasien mengeluh apabila terkena

rangsangan panas atau dingin, makanan panas atau dingin, dan akan berkurang

atau hilang bila rangsangan tersebut dihilangkan.

Page 14: Full Revisi Poa

14

3. Karies profunda atau karies pada pulpa

Karies ini telah menyerang lebih dari setengah tebal dentin dan kadang-

kadang sudah sampai atap dan pulpa gigi. Pada tahap ini biasanya pasien

mengeluh adanya rasa sakit yang spontan.

2.6 Pencegahan Karies Gigi

Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan minimal setiap 6 bulan. Rontgen

gigi bisa dilakukan setiap 12-36 bulan,tergantung kepada hasil pemeriksaan gigi

oleh dokter gigi. Strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah

terjadinya karies gigi:

1. Menjaga kebersihan mulut (oral hygiene) dengan baik

Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi sebelum atau setelah

sarapan dan sebelum tidur di malam hari, membersihkan plak dengan benang gigi

(flossing), menggunakan obat kumur (muthwash) yang sesuai setiap hari. Hal ini

sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin.

Menggosok gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing

dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi.

Menggosok gigi yang baik memerlukan waktu selama 3 menit.

Pada awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang berbulu

halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah mengeras maka

akan sulit untuk membersihkannya.

2. Diet rendah karbohidrat

Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling

disukai oleh kuman adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja

Page 15: Full Revisi Poa

15

(sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa)

dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung

dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di

dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah,

yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi. Orang

yang cenderung mengalami karies harus mengurangi makanan yang manis-manis.

Berkumur-kumur setelah memakan makanan manis akan menghilangkan gula,

tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan menggosok gigi.

Untuk menghindari terbentuknya karies, sebaiknya meminum minuman

dengan pemanis buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula. Berbagai jenis

makan yang kita makanan telah diketahui dapat mencegah terjadinya karies gigi.

Makanan tersebut, antara lain :

a. Makanan yang mengandung kalsium, fosfor dan vitamin

Pada umumnya jenis-jenis makanan yang mengandung bahan untuk

mencegah dan menghambat karies gigi adalah susu, telur dan buah-buahan.

Makanan yang mengandung kalsium, fosfor, vitamin C, vitamin D dapat

menguatkan gigi, sehingga gigi tidak mudah terjadi karies atau lubang gigi.

b. Makanan yang mengandung protein

Protein juga telah diketahui dapat menghambat terjadinya proses karies

atau kerusakan gigi oleh kuman dan asam. Adapun makanan yang kaya akan

kandungan protein antara lain : tahu, tempe, telur, ikan, daging, kacang-kacangan,

susu, roti dan lain sebagainya.

Page 16: Full Revisi Poa

16

c. Makanan yang mengandung lemak

Lemak dapat mencegah terjadinya karies atau lubang gigi karena dapat

membentuk apisan minyak pada permukaan gigi, sehingga gigi menjadi licin dan

karbohidrat sulit melekat pada gigi. Sebagai contoh orang-orang Eskimo yang

mempunyai kebiasaan makan ikan laut yang banyak mengandung minyak ikan,

menyebabkan orang tersebut jarang terserang karies.

d. Sayur-sayuran

Sayur-sayuran terutama bayam, selada mempunyai kandungan yang

disebut nitrat. Bahan ini dapat menghalangi atau menghambat kerja bakteri

penyebab karies. Apabila kita makan banyak sayuran, maka bakteri penyebab

karies tersebut sulit untuk menimbulkan kerusakan pada gigi.

e. Makanan yang mempunyai daya pembersih

Makanan yang mempunyai daya pembersih gigi banyak terdapat pada

makanan yang berserat. Pada saat kita kunyak makanan ini akan membersihkan

gigi dari penyebab karies. Makanan ini banyak terdapat pada apel, jeruk, seledri,

jambu dan sebagainya. Makanan ini baik kita makan sesudah makan atau diantara

waktu makan. Namun demikian meskipun kita sudah makan makanan berserat

bukan berarti kita tidak harus menyikat gigi setelah makan. Sikat gigi harus tetap

kita lakukan untuk mencegah terjadinya karies.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka selain sikat gigi kita juga harus

memperhatikan dan menjaga makanan yang kita makan sehari-hari. Makanan

tersebut hendaknya mengandung bahan-bahan makanan yang mengandung bahan

di atas. Selain itu pengaruh makanan tterhadap timbulnya karies juga ditentukan

oleh macam makanan yang dimakan, jumlah makanan yang dimakan, kapan kita

Page 17: Full Revisi Poa

17

makan makanan itu, urutan makanan itu dimakan dan makanan tersebut

dipersiapkan. Hal itu berhubungan dengan ada tidaknya karbohidrat yang ada

dalam makanan yang kita makan, jumlah karbohidrat yang dimakan dan kapan

makanan yang mempunyai daya bersih kita makan.

3. Fluor

Fluor menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap asam yang

menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi fluor pada saat

gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun. Penambahan fluor

pada air adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan fluor pada

anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung fluor, bisa menyebabkan

timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi. Jika air yang diminum

mengandung sedikit fluor, bisa diberikan obat tetes atau tablet natrium florida.

Fluor juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung

mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor.

4. Penambalan

Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi

belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan ditambal

ditutup dengan plastik cair. Setelah cairan plastik mengeras, akan terbentuk

penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan akan berhenti

menghasilkan asam karena makanan tidak dapat menjangkau lekukan tersebut.

Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90% bertahan sampai 1 tahun dan

60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau

penggantian.

Page 18: Full Revisi Poa

18

5. Terapi antibakteri

Beberapa orang memiliki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif

di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada anaknya melalui

ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi pertama tumbuh dan

kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies. Karena itu kecenderungan bahwa

pembusukan gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan

mulut maupun kebiasaan makan yang jelek. Pada orang-orang yang cenderung

menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang

membusuk dibuang dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat

kumur yang kuat (klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri

di dalam plak yang tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan

menggantikan bakteri penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri,

bisa digunakan obat kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang

mengandung xilitol.

2.7 Penanggulangan (Pengobatan) Karies Gigi

Penanggulangan atau pengobatan karies gigi dapat ditentukan oleh

stadium saat karies terdeteksi, antara lain dengan penambalan (filling), perawatan

saluran akar (root canal treatment), dan estraksi gigi. Penambalan dilakukan untuk

mencegah progresi karies lebih lanjut, ini merupakan penambalan biasa yang

dilakukan pada karies ditemukan iritasi pulpa atau hiperemia pulpa. Perawatan

saluran akar biasa dilakukan bila sudah terjadi pulpitis atau karies sudah mencapai

pulpa, setelah perawatan saluran akar selesai akan dibuatkan restorasi onlay.

Ekstraksi gigi merupakan pilihan terakhir dalam penatalaksanaa karies gigi,

Page 19: Full Revisi Poa

19

tindakan ini dilakukan bila jaringan gigi sudah sangat rusak sehingga tidak dapat

dibuatkan restorasi.

2.8 Indeks Pengukuran Gigi

Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi karies dan indeks karies.

Indeks karies gigi yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang

atau sekelompok orang. Frekuensi karies gigi adalah banyaknya riwayat karies

gigi berdasarkan kriteria def-t / DMF-T, def-t/DMF-T adalah indeks karies gigi

berupa angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi (Herijulianti, Indriani,

dan Artini, 2002). Menurut Suwargiani (2008), RTI adalah jumlah gigi-gigi karies

yang masih bisa ditambal dibagi jumlah indeks karies total dikali seratus persen.

PTI adalah jumlah gigi-gigi yang sudah ditambal dibagi jumlah indeks karies total

dikali seratus persen.

Beberapa metode pengukuran karies gigi yaitu indeks DMF-T digunakan

untuk menyatakan gigi yang karies, hilang dan ditambal. DMF-S digunakan untuk

menyatakan gigi karies, hilang dan permukaan gigi yang ditambal pada gigi

permanen, sehingga jumlah permukaan gigi yang terkena harus diperhitungkan.

Indeks yang sama untuk gigi sulung adalah def-t dan def-s dimana t menunjukkan

jumlah gigi yang dicabut (bukan tanggal secara alamiah) dan s menunjukkan gigi

atau permukaan gigi yang ditambal. (Kidd & Bechal, 1992)

Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen. Indeks DMF-T

adalah indeks dari pengalaman kerusakan seluruh gigi yang rusak, yang dicabut

dan yang ditambal. Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah

Page 20: Full Revisi Poa

20

total pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk pencatatan

DMF-T dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Setiap gigi dicatat satu kali

2. D = Decay atau rusak yaitu Jumlah gigi karies yang tidak ditambal atau

yang masih dapat ditambal.

3. M = Missing atau hilang yaitu Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut

atau gigi yang telah hilang karena karies.

4. F = Filling atau tambal yaitu Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih

baik. (Herijulianti 2001)

Perhitungan DMF-T berdasarkan pada 28 gigi permanen, adapun gigi yang

tidak dihitung adalah sebagai berikut :

1. Gigi molar ketiga

2. Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi

yang menembus gusi baik itu erupsi awal (clinical emergence), erupsi

sebagian (partial eruption) maupun erupsi penuh (full eruption)

3. Gigi yang tidak ada karena kelainan congenital dan gigi berlebih

(supernumerary teeth)

4. Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti impaksi atau perawatan

ortodontik

5. Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik dan jembatan

6. Gigi susu yang belum tanggal

Indeks def-t adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena

karies. Tujuan dari indeks def-t adalah untuk menentukan pengalaman karies gigi

yang terlihat pada gigi sulung dalam rongga mulut.

Page 21: Full Revisi Poa

21

Untuk pencatatan def-t dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

1. d = Decayed / rusak

2. e = Indicated for Extracted / indikasi untuk pencabutan

3. f = Filled / Tambal

Jumlah gigi sulung yang ditambal pada permukaan yang tidak terdapat

karies gigi.

Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun gigi-gigi yang

tidak dihitung adalah sebagai berikut :

1. Gigi yang hilang termasuk gigi yang belum erupsi dan tidak ada karena

kelainan genital

2. Gigi supernumerary

3. Gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi, tidak dihitung

sebagai filled (tambalan). (Suwargiani,2008)

Pada beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan, sehingga menjadi

def-t karena untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah

karies tersebut benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung

sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma.

WHO memberikan kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa

derajat interval sebagai berikut (Pine, 1997) :

1. Sangat rendah : 0,0 – 1,1

2. Rendah : 1,2 – 2,6

3. Moderat : 2,7 – 4,4

4. Tinggi : 4,5 – 6,5

5. Sangat Tinggi : > 6,6 (Suwargiani,2008).

Page 22: Full Revisi Poa

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

survei, yang hanya menggambarkan rata-rata karies gigi, jumlah persentase gigi

yang membutuhkan perawatan dan jumlah prosentase gigi yang telah dirawat pada

anak-anak SD Saraswati 5 Denpasar.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini yaitu frekuensi karies gigi,

indeks karies gigi, prevalensi karies, dan rata-rata karies.

3.3 Definisi Operasional

Frekuensi karies gigi adalah banyaknya riwayat karies pada gigi

berdasarkan kriteria def-t / DMF-T yang di dalamnya terdapat pengukuran RTI

dan PTI. RTI adalah jumlah gigi-gigi karies yang masih bisa ditambal dibagi

jumlah indeks karies total dikali seratus persen. PTI adalah jumlah gigi-gigi yang

sudah ditambal dibagi jumlah indeks karies total dikali seratus persen. Indeks

karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies gigi. Prevalensi

karies merupakan bagian dari suatu kelompok masyarakat yang terkena suatu

penyakit dalam hal ini adalah karies atau suatu keadaan pada kurun waktu

tertentu. Rata-rata karies adalah hasil perhitungan dari pengalaman kerusakan

seluruh gigi yang rusak, yang dicabut dan yang ditambal (DMF-T) di tambah

jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies (def-t) dibagi jumlah

orang yang diperiksa

Page 23: Full Revisi Poa

23

3.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah populasi anak-anak kelas II

A dan II B SD Saraswati 5 Denpasar yang berjumlah 85 orang.

3.5 Instrument Penelitian

1. Instrumen yang dipakai untuk mengukur karies adalah indeks def-t dan

DMF-T (WHO) yang diperoleh dari jumlah rata-rata gigi yang berlubang

oleh karena karies, gigi yang hilang dan gigi yang ditumpat pada setiap

sampel.

Tabel 1. Klasifikasi def-t dan DMF-T menurut WHO tahun 2000.

Nilai def-t dan DMF-T Kriteria

0,0 – 1,1 Sangat rendah

1,2 – 2,6 Rendah

2,7 – 4,4 Sedang

4,5 – 6,6 Tinggi

> 6,6 Sangat tinggi

Keterangan def-t :

d = Decayed / rusak

e = Indicated for Extracted / indikasi untuk pencabutan

f = Filled / Tambal

Keterangan DMF-T :

D = Decay atau rusak yaitu Jumlah gigi karies yang tidak ditambal atau yang

masih dapat ditambal.

Page 24: Full Revisi Poa

24

M = Missing atau hilang yaitu Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut atau

gigi yang telah hilang karena karies.

F = Filling atau tambal yaitu Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik.

Prevalensi karies :

1. Rendah : 0 – 25 %

2. Sedang : 26 – 50 %

3. Tinggi : 51 – 100 %

3.6 Alat dan Bahan

Alat : kaca mulut, sonde, pinset anatomis, eksavator, neerbecken, masker,

gelas kumur, form penelitian, dan alat tulis.

Bahan : handscone, kapas dan alkohol.

3.7 Jalannya Penelitian

1. Peneliti memperkenalkan diri, serta menginformasikan tujuan

dilakukannya penelitian.

2. Melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

3. Melakukan sikat gigi masal.

4. Melakukan pemeriksaan intra oral untuk mendapatkan nilai det-t dan

DMF-T, dengan prosedur sebagai berikut:

a. Sampel didudukan menghadap ke arah yang terang

b. Sampel diperiksa riwayat kariesnya

5. Kemudian data dimasukkan ke dalam form penelitian.

6. Tabulasi data.

Page 25: Full Revisi Poa

25

3.8 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Tanggal :11 Mei 2012.

Pukul : 11.00 WITA- 13.00 WITA.

Tempat : SD Saraswati 5 Denpasar.

Jl W.R Supratman no 239 Denpasar

3.9 Analisis Data

Menurut Depkes RI (1996), data yang didapat dianalisa secara deskriptif

kemudian dicari rata-rata DMF-T dan def-t pada anak-anak kelas II A dan II B SD

Saraswati 5 Denpasar dengan rumus sebagai berikut:

1. Prevalensi Karies (P) =

jumlah respoden dengan riwayat kariesjumlah sampel x 100 %

2. Rata – Rata Karies (x ) =

( DMF−T )+( def−t )jumlah sampel

3. Required Treatment Index (RTI) =

D+dDMF−T+def −t

x100 %

4. Performent Treatment Index (PTI) =

F+ fDMF−T+def −t

x100 %

Page 26: Full Revisi Poa

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 85 siswa kelas II A dan

II B SD Saraswati 5 Denpasar diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur

KarakteristikJumlah

(Orang)Persentase (%) Total

Jenis KelaminLaki-Laki 37 43,53%

100%Perempuan 48 56,47%

Umur

7 Tahun 9 10,59%

100%8 Tahun 69 81,18%

9 Tahun 7 8,23%

Dari Tabel 2, terlihat bahwa responden terbanyak adalah berjenis kelamin

perempuan. Responden laki-laki berjumlah 37 orang, sedangkan responden

perempuan berjumlah 48 orang. Jumlah responden sebanyak 85 responden, dan

umur berkisar antara 7 tahun, 8 tahun, dan 9 tahun. Jumlah responden yang

berusia 7 tahun sebanyak 9 orang, yang berusia 8 tahun sebanyak 69 orang, dan

responden yang berusia 9 tahun sebanyak 7 orang.

Page 27: Full Revisi Poa

27

Tabel 3. Distribusi Status Karies SD Saraswati 5 Denpasar

Jenis

kelamind e f D M F

Frekuensi

karies gigix Prevalensi RTI PTI

Laki-laki 84 33 1 5 0 0 123283

1,45 3,3

361,1% 67,5% 1,4%

Perempuan 90 55 3 12 0 0 160 1,88

Hasil pada tabel diatas diuraikan sebagai berikut:

a. Frekuensi karies responden laki-laki sebesar 123, sedangkan perempuan

sebesar 160. Rata-rata karies laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 3,33 yang

berarti setiap anak memiliki minimal terdapat 3 gigi yang mengalami karies

b. Prevalensi karies gigi sebesar 61,1% yang berarti sebagian besar anak

mangalami karies gigi. Jumlah gigi sulung yang mengalami karies dan masih

bisa ditumpat adalah sebanyak 174, jumlah gigi sulung yang mengalami

karies dan indikasi untuk dicabut sebanyak 88, dan terdapat 4 gigi sulung

yang sudah ditumpat. Jumlah gigi permanen yang mengalami karies dan

masih bisa ditumpat sebanyak 17, tidak terdapat jumlah gigi permanen yang

mengalami karies dan indikasi untuk pencabutan, demikian pula dengan gigi

permanen yang sudah ditumpat.

c. Required Treatment Index (RTI) sebesar 67,5 % menunjukan bahwa tingkat

kebutuhan perawatan khususnya untuk penambalan gigi cukup besar.

d. Performance Treatment Index (PTI) sebesar 1,4 % berarti perawatan gigi

(khususnya penambalan) yang diterima oleh sampel masih rendah

Page 28: Full Revisi Poa

28

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 85 siswa kelas II A dan II B SD

Saraswati 5 Denpasar pada tanggal 21 April 2012, didapatkan hasil bahwa

prevalensi karies sebesar 61,1 %. Gigi siswa yang masih dapat dirawat (RTI)

sebesar 67,5 % serta gigi anak yang sudah mendapatkan perawatan (PTI) sebesar

1,4 %.

Dari hasil penelitian dan data yang ada menunjukkan bahwa prevalensi

karies pada siswa kelas SD Saraswati 5 Denpasar tergolong tinggi. Hal ini

menunjukkan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut seperti

kesadaran untuk menyikat gigi masih kurang, cara menyikat gigi yang masih salah

dan tentunya masih kurangnya mendapatkan informasi dan pendidikan tentang

kesehatan gigi dan mulut, sehingga gigi yang masih memerlukan perawatan masih

cukup tinggi (RTI = 67,5 %) dan juga diikuti dengan rendahnya jumlah gigi yang

telah dilakukan perawatan (PTI = 1,4 %) menandakan kesadaran siswa untuk

secara periodik ke dokter gigi ataupun ke tempat pelayanan kesehatan masih

sangat minimal. Hal-hal yang dapat menyebabkan karies adalah disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya masih kurangnya kesadaran siswa untuk merawat

giginya dan masih terdapatnya kesalahan dalam cara menyikat gigi.

Besar kecilnya faktor resiko terhadap timbulnya karies gigi dipengaruhi

oleh kesadaran dan kebiasaan mereka dalam merawat kesehatan gigi. Pengetahuan

yang perlu dimiliki oleh sisiwa antara lain yang berkaitan dengan cara

membersihkan gigi dan merawat gigi, serta jenis makanan yang dikonsumsi.

Page 29: Full Revisi Poa

29

Pengetahuan yang diperoleh siswa biasanya didapatkan dari orang tua masing-

masing. Kebiasaan orang tua yang tidak melarang anaknya untuk mnegurangi

makan makanan yang manis menyebabkan konsumsi yang berlebihan akan

makanan tersebut. Selain itu, faktor pengetahuan orang tua menengenai apa itu

gigi berlubang, bagaimana cara mencegah serta cara menyikat gigi yang benar

belum seratus persen diketahui secara baik oleh orang tua siswa dan juga tidak

diajarkan sejak dini kepada anaknya masing-masing.

Secara teoritis ada 3 cara untuk mencegah karies yaitu menghilangkan

substrat karbohidrat (mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya

pada saat makan saja), meningkatkan ketahanan gigi (email dan dentin yang

terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan pemakaian fluor dan

pemakaian resin pada pit dan fissure yang dalam), serta menghilangkan plak

(menyikat gigi dan pembersihan karang gigi) (Ratmini,dkk., 2007).

Page 30: Full Revisi Poa

30

STATUS KESEHATAN GIGI DAN RENCANA PELAYANAN PADA

SISWA KELAS IIA DAN IIB SD SARASWATI 5 DENPASAR

Berdasarkan data hasil survey penelitian yang telah dilakukan pada anak

kelas II A dan II B, SD Saraswati 5 Denpasar, didapatkan prevalensi karies siswa

kelas II A dan II B di SD Saraswati 5 Denpasar adalah 61,1% tergolong tinggi,

dengan rata-rata karies sebesar 3,33 tergolong tinggi. RTI pada kelas II A dan II B

sebesar 67,5%, dan PTI sebesar 1,4%. Melalui data tersebut, maka kami selaku

mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar

menyusun langkah dalam upaya untuk menurunkan prevalensi karies, rata-rata

karies, RTI serta meningkatkan PTI pada SD Saraswati 5 Denpasar. Adapun

proses perencanaan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang akan

diberikan adalah sebagai berikut :

6.1 Tahap Analisis Situasi

Tujuan program yang akan direncanakan yaitu untuk menurunkan angka RTI

karies dan meningkatkan PTI pada siswa kelas II A dan II B SD Saraswati 5. Data

yang dikumpulkan sebagai berikut :

6.1.1 Data dari pihak responden

a) Data kesehatan gigi

Penyebab prevalensi karies siswa kelas II A dan II B sebesar 61,1% adalah :

1) Kurangnya kesadaran anak – anak akan pentingnya kesehatan gigi dan

mulut.

2) Cara menyikat gigi yang masih salah.

3) Kurangnya peranan dari petugas UKGS.

Page 31: Full Revisi Poa

31

4) Pola makan yang kurang baik.

5) Kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru.

6) Anggaran pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang masih terbatas.

Analisis penyebab masalah dengan menggunakan diagram tulang ikan :

Diagram Tulang Ikan (Fish Bone)

Lingkungan :- Geografi

- Sos budPrevalensi karies kelas II A dan II B Tinggi

Anggaran terbatas

MoneyMaterial

Pola makan yang kurang

- Rendahnya kesadaran anak – anak akan kesehatan gigi

- Kurangnya peranan petugas UKGS- Kurangnya pengawasan ortu dan guru

Man

MechineMarketing

Methode

Cara sikat gigi yang salah

Page 32: Full Revisi Poa

32

Dalam mencari ranking penyebab masalah menggunakan tabel CARL

No

.Masalah

SKOR HasilRanking

C A R L CxAxRxL

1. Kesadaran anak – anak akan kesehatan gigi 4 4 4 5 320 1

2. Kurangnya peranan petugas UKGS 3 3 3 4 36 3

3. Kurangnya pengawasan orang tua dan guru 2 2 2 4 24 5

4. Pola makan yang kurang 2 2 2 4 24 4

5. Sikat gigi yang salah 3 3 3 5 45 2

6. Anggaran terbatas 2 2 2 3 18 6

Dalam rencana kegiatan ini yang akan dibahas adalah kurangnya

kesadaran anak-anak tentang kesehatan gigi dan mulut serta cara menyikat

gigi yang masih kurang benar.

b) Data yang berkaitan dengan sekolah

1) Jumlah siswa kelas II A dan II B SD Saraswati 5 Denpasar adalah 85 orang.

2) Terbatasnya sarana dan prasarana UKGS di SD Saraswati 5 Denpasar.

6.1.2 Data pihak pelaksana

a. Perangkat Lunak

1) Jumlah mahasiswa FKG UNMAS Denpasar Bagian IKGM yang memberikan

pelayanan sebanyak 5 orang, untuk memberikan penyuluhan kesehatan,

semuanya sebagai operator .

Page 33: Full Revisi Poa

33

b. Perangkat keras

1) Peralatan yang diperlukan dalam melakukan penyuluhan bagi siswa kelas II A

dan II B yang berjumlah 85 orang adalah 2 set alat peraga untuk penyuluhan

(poster dan phantom), 85 sikat gigi anak – anak, 3 buah pasta gigi anak – anak

ukuran besar, 90 buat gelas kumur, 5 set alat diagnosa (nearbecken, 2 kaca

mulut, pinset, sonde bengkok, sonde lurus), 1 botol detol, 1 gulung kapas, 1

box masker, 1 box handscoon.

6.2 Rencana penyelesaian masalah

6.2.1 Perkiraan waktu penyuluhan :

1. Penyuluhan dan sikat gigi massal

a. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya penyuluhan adalah 45

menit.

b. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya sikat gigi massal adalah

30 menit.

c. Total waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya penyuluhan dan sikat gigi

massal selama tiga bulan setiap minggunya yaitu 15 jam.

6.2.2 Rencana Anggaran

Adapun biaya-biaya yang akan digunakan untuk melakukan penyuluhan,

sikat gigi massal yang akan dilakukan pada SD Saraswati 5adalah sebagai

berikut :

Page 34: Full Revisi Poa

34

Tabel 6.1 Tabel daftar kebutuhan rencana anggaran

No Alat dan Bahan Satuan Volume Harga persatuan Jumlah

1. Phantom 2 - Rp. 143.000 Rp. 286.000

2. Poster 2 - Rp. 25.000 Rp. 50.000

3. Gelas kumur 90 - Rp 500 Rp. 45.000

4. Sikat gigi anak-anak 85 - Rp. 2000 Rp. 170.000

5. Pasta gigi anak-anak

ukuran besar

3 - Rp. 12.000 Rp. 36.000

6. Nearbecken 5 - Rp. 20.000 Rp. 100.000

7. Kaca mulut 10 - Rp. 22.000 Rp. 220.000

8. Pinset 5 - Rp. 15.000 Rp. 75.000

9. Sonde bengkok 5 - Rp. 15.000 Rp. 75.000

10. Sonde lurus 5 - Rp. 15.000 Rp. 75.000

11. Detol - 250 ml Rp. 19.000 Rp. 19.000

12. Kapas 1 - Rp. 3000 Rp. 3000

13. Masker 1 box - Rp. 25.000 Rp.25.000

14. Handscoon 1 box - Rp. 58.000 Rp.58.000

TOTAL Rp. 1.237.000

6.3 Rencana pelaksanaan

Page 35: Full Revisi Poa

35

Penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut serta sikat gigi massal

diprlukan dalam upaya meningkatkan kesadaran anak-anak akan kesehatan

gigi dan mulut serta dapat memberi keterampilan dalam menyikat gigi yang

baik dan benar.

6.3.1 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan ini adalah dapat menambah pengetahuan dan

wawasan akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut, memberikan informasi

tambahan tentang gigi.

b.Cara Pelaksanaan

Dalam kegiatan ini kita membahas dan menjelaskan anatomi gigi, macam-

macam penyakit gigi, perawatan pencegahan meliputi cara menyikat gigi

yang baik dan benar, diet makanan, cara berkumur, penggunaan dental floss,

kunjungan periodic ke dokter gigi .

6.3.2 Sikat Gigi Massal

a. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan keterampilan sikat gigi yang

baik dan benar, serta mengubah sikap dan kebiasaan yang salah selama ini.

c.Cara Pelaksanaan

Kegiatan sikat gigi massal ini dilakukan dengan memberi contoh kepada

anak-anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar, selain itu

memberi informasi frekuensi sikat gigi yang dilakukan setiap harinya yaitu

minimal 2 kali sehari pagi setelah makan dan malam sebelum tidur. Setelah

Page 36: Full Revisi Poa

36

itu bersama-sama melakukan sikat gigi sehingga anak-anak dapat melihat dan

melakukannya langsung.

6.4 Rencana Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan cara survey kembali pada anak-anak kelas II

A dan II B dengan cara memeriksa keadaan gigi geligi anak-anak tersebut,

serta mengumpulkan data-data sebelum dan setelah pelaksanaan program,

menganalisis apakah tujuan program telah tercapai atau belum, diharapkan

yaitu prevalensi karies, rata-rata karies, RTI pada SD Saraswati 5berkurang,

dan PTI pada SD Saraswati 5meningkat. Melakukan observasi mengenai

perubahan cara menyikat gigi yang baik dan benar pada siswa kelas II A dan II

B di SD Saraswati 5 Denpasar pada saat dilakukan sikat gigi massal

selanjutnya.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Page 37: Full Revisi Poa

37

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian yang

dilakukan adalah :

a. Para siswa diberikan edukasi dan penyuluhan untuk meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan dan

kesehatan gigi dan mulut, manfaat menyikat gigi serta cara menyikat gigi

yang baik dan benar, makan-makanan yang bergizi sehingga dapat

mengurangi resiko terjadinya karies sejak dini.

b. Melaksanakan dan menjalankan UKGS seperti pelaksanaan sikat gigi

bersama pada hari yang telah ditentukan .

Page 38: Full Revisi Poa

38

c. Meningkatkan kesadaran dan edukasi kepada orang tua dalam upaya

membantu mengawasi kebersihan dan kesehatan mulut anaknya di rumah

dengan cara mengingatkan anaknya untuk menyikat gigi.

d. Meningkatkan kesadaran para guru di sekolah, terutama guru kesehatan

dalam upaya membantu menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut

siswa-siswi di sekolah dengan memberikan sosialisasi tentang kesehatan gigi

setiap minggunya

DAFTAR PUSTAKA

Page 39: Full Revisi Poa

39

Elza Herijulianti: Pendidikan Kesehatan Gigi, 2001, Jakarta:EGC

Gilang, Rasuna Sabdho Wening. Etiologi Karies Gigi., 2011 available

http://gilangrasuna-fkg.web.unair.ac.id/artikel_detail-39440-Catatan

%20Kecil%20Tentang%20Gigi-Etiologi%20Karies%20Gigi.html.

Humas. Gigi Merupakan Cermin Kesehatan Manusia., 2011 available

http://www.umy.ac.id/gigi-merupakan-cermin-kesehatan-manusia.html

Ireland, R. 2006, Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy, Blackwell

Munksgaard, Singapore.

Kidd, E.A.M. dan Bechal, S.J. 1992, Dasar-Dasar Karies Penyakit Dan

Penanggulangannya, Penerjemah : N. Sumawinata. dan Faruk, EGC

Penerbit Buku Kedokteran., Jakarta.hlm 1,2.

Koswara, Soetrisno. Makanan Bergula dan Kesehatan Gigi available Gigi

Berlubang., 2000 available

http://www.suarakanya-online.com/news.html?id=195313

Mukti, anita. Karies Gigi available http://drganitamukti. Blogspot.com/

Phillips, R.,Baum,L., Lund, M. 1997, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Ed. Ke-3,

Penerjemah : R.Tarigan, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Page 40: Full Revisi Poa

40

Prasko. Pengertian, Proses, Faktor Penyebab dan Macam Karies Gigi available

http://www.prasko.com/2011/08/pengertian-proses-faktor-penyebab-

dan.html

Pratiwi, D., 2007. Gigi sehat Merawat Gigi sehari-hari, PT Kompas Media

Nusantara, Jakarta.

Roeslan, 2002. Imunologi oral. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: Jakarta.

Tarigan, R. 1990. Karies Gigi. Hipokrates: Jakarta

Qualtrough,A.J.E., Satterthwaite,J.D., Morrow,L.A., Brunton,P.A., 2005.

Principles of Operative Dentistry, Blackwell Munksgaard, Hongkong.