pneumotoraks primer-case

21
BAB I PENDAHULUAN Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rong potensial diantara pleura viseralis dan pleura parietalis. Pada keadaan nor pleura dipenuhi paru-paru yang mengembang saaat inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaan (tekanan negatif) antara kedua permukaan pleura, ad udara pada rongga potensial di antara pleuraviseralis dan pleuraparietalis menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang masuk kedalam rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura akan menyebabkan paru-paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udar masuk meningkat tekanan pada intrapleura. Secara otomatis terjadi juga ganggu pada proses perfusi oksigen ke jaringan atau organ, akibat darah y dalam paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses oksi tidak terjadi. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan ataupun traumatik. Pneumotora spontan dibagi menjadi primer dan skunder, primer jika penyebabnya tidak dike sedangkanskunderjikaterdapat latar belakang penyakit paru.Pneumotoraks traumatik dibagi menjadi pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogen serta ada juga yang mengklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadiny pneumotoraks terbuka (open pneumotoraks) dan pneumotoraks terdesak (tension pneumotoraks). Pneumotoraks merupakan suatu cedera udara yang umum di temuk pada kejadian trauma diluar rumah sakit, serta merupaka kegawat daruratan yang harus diberikan penanganan secepat mungkin untuk menghindari dari kematian. nsiden pneumotoraks sulit diketahui secara pasti dipopulasim dikarenak pada literatur-literatur, angka insiden di masukan pada insiden cede trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan !,"# dari seluruh pasien yang mende trauma, merupakan pasien pneumotoraks, pria lebih banyak dari wanita perbandingan !$% dengan insidensi puncak dekade ketiga kehidupan (&' Pneumotoraks spontan primer (PSP) sering juga dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya, banyak penelitian dan teori telah dikemukak untuk mencoba menjelaskan tentang apa yang sebenarnya penyebab dasar dari pneumotoraks tipeini. da teori yang menyebutkan, disebabkan oleh faktor kongenital, yaitu terdapat bula pada subpleura viseralm yang suatu saat akan

description

pneumotoraks spontan primer-case

Transcript of pneumotoraks primer-case

BAB IPENDAHULUAN

Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga potensial diantara pleura viseralis dan pleura parietalis. Pada keadaan normal rongga pleura dipenuhi paru-paru yang mengembang saaat inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaan (tekanan negatif) antara kedua permukaan pleura, adanya udara pada rongga potensial di antara pleura viseralis dan pleura parietalis menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang masuk kedalam rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura akan menyebabkan paru-paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang masuk meningkat tekanan pada intrapleura. Secara otomatis terjadi juga gangguan pada proses perfusi oksigen ke jaringan atau organ, akibat darah yang menuju ke dalam paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses oksigenasi tidak terjadi.Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan ataupun traumatik. Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan skunder, primer jika penyebabnya tidak diketahui, sedangkan skunder jika terdapat latar belakang penyakit paru. Pneumotoraks traumatik dibagi menjadi pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik, serta ada juga yang mengklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya yaitu, pneumotoraks terbuka (open pneumotoraks) dan pneumotoraks terdesak (tension pneumotoraks). Pneumotoraks merupakan suatu cedera udara yang umum di temukan pada kejadian trauma diluar rumah sakit, serta merupaka kegawat daruratan yang harus diberikan penanganan secepat mungkin untuk menghindari dari kematian.Insiden pneumotoraks sulit diketahui secara pasti dipopulasim dikarenakan pada literatur-literatur, angka insiden di masukan pada insiden cedera dada atau trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari seluruh pasien yang menderita trauma, merupakan pasien pneumotoraks, pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan 5:1 dengan insidensi puncak dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun). Pneumotoraks spontan primer (PSP) sering juga dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya, banyak penelitian dan teori telah dikemukakan untuk mencoba menjelaskan tentang apa yang sebenarnya penyebab dasar dari pneumotoraks tipe ini. Ada teori yang menyebutkan , disebabkan oleh faktor kongenital, yaitu terdapat bula pada subpleura viseralm yang suatu saat akan dapat pecah akibat tingginya tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya pneumotoraks. Bula subpleura ini dikatakan paling sering terdapat pada bagian apeks paru dan juga pada percabangan trakeobronkial. Pendapat lain mengatakan bahwa PSP ini bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok. Diduga kebiasaan merokok dapat menyebabkan ketidakseimbangan dari protease, antioksidan ini menyebabkan degradasi dan lemahnya serat elastis dari paru-paru, serta banyak penyebab lain yang kiranya dapat membuktikan penyebab dari pneumotoraks spontan primer.Pneumotoraks merupakan suatu kegawatan medik sehingga perlu diketahui dan diatasi secara dini. Dengan penanganan yang tampaknya sederhana, banyak nyawa penderita kegawatan ini dapat diselamatkan

BAB IISTATUS PASIEN

Nama ko Asisten : Ratu Suci Anggraini Tanda tangan:

Tanggal Pasien Masuk Rumah Sakit : 9-01-2015Perawatan hari ke : 14-01-2015No. Rekam medik : 10-93-14

2.1 Identitas

Nama: Tn.YUmur: 21 tahunPekerjaan : -Alamat: Jl. Kebon melati IV RT 07/09 labori melati tanah abangStatus pernikahan: Belum menikahAgama: IslamPendidikan terakhir: SMAPekerjaan: Karyawan swasta

2.2 Anamnesa

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis tanggal 14 Januari 2015 pukul 12.30 WIB di bangsal P. Sangeang, RSAL Dr. Mintohardjo.

A. Keluhan Utama Sekarang: Sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit

B. Keluhan tambahan:

Nyeri dada sebelah kanan Tidak bisa tidur dengan posisi miring ke kanan Punggung kanan terasa pegal

C. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD RSAL Dr. Mintohardjo pada hari Sabtu, 10 Januari 2015 pukul 19.33 WIB dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Sesak yang dirasakan berulang dan pertama kali muncul sekitar bulan april 2014 dan berulang . Sesak bersifat hilang timbul, sesak timbul terutama saat beraktivitas seperti naik turun tangga, mengendarai motor saat malam hari dan tidur posisi miring ke kanan dan merasa nyaman ketika istirahat dengan posisi tidur terlentang. Sesak dirasakan terutama pada dada sebelah kanan dan dirasakan seperti tertimpa beban berat terutama sesak dirasakan bila menarik ketika menarik nafas. Saat sesak OS merasakan nyeri dada sebelah kanan, nyeri dada dirasakan seperti tertimpa beban berat dan berlangsung bersamaan dengan sesak dan punggung kanan terasa pegal, OS menyangkal adanya nyeri pada punggung kiri dan tangan kiri. Os mengatakan sesak yang dirasakan sama berat saat menarik dan membuang nafas, os menyangkal adanya batuk-batuk sebelum sesak, adanya suara mengi seperti ngiik dan demam. BAB dan BAK normal.Sesak yang dirasakan berulang terutama sejak 9 bulan belakangan ini, hilang timbul. D. Riwayat penyakit yang pernah diderita dahulu (RPD)Pasien pertama kali dirawat pada awal April tahun 2014 dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan sejak.. pasien dirawat di RSAL selama dan oleh dikatakan paru-paru pasien menguncup atau kolaps dan direncankan untuk pemasangan wsd agar mengembang kembali.Asma (-) Maag (-) DM (-) Hipertensi (-)

E. Riwayat Kehidupan Pribadi,Sosial dan KebiasaanOs tidak memiliki riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol. Os mengaku sering mengendarai motor pada malam hari dan rajin berolahraga.

F. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada anggota keluarga Os yang menderita keluhan yang sama, riwayat Asma (-) Maag (-) DM (-) Hipertensi (-) disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang2. Kesadaran : Compos Mentis3. Tanda Vital Tekanan darah : 120/80 mmHg Suhu: 36,5 C Nadi: 72 kali/menit isi cukup, regular RR: 20 kali/menit 4. Status GeneralisKepala: normocefali, simetris, deformitas (-)Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-Leher: KGB tidak teraba membesar. Thorax Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak tampakPalpasi : Ictus cordis tidak terabaPerkusi : tidak dilakukanAuskultasi : Bunyi jantung I/II Reguler, gallop-, murmur -ParuDepanBelakang

InspeksiKiri Simetris saat statis dan dinamisSimetris saat statis dan dinamis

KananAsimetris saat statis dan dinamisSimetris saat statis dan dinamis

PalpasiKiri- Tidak ada benjolan- Fremitus taktil simetris- Tidak ada benjolan- Fremitus taktil simetris

Kanan Fremitus taktil asimetrisFremitus taktil asimetris

PerkusiKiriSonor Sonor

kananRedupRedup

AuskultasiKiri- Suara nafas vesikuler- Wheezing (-), Ronki (-)- Suara nafas vesikuler- Wheezing (-), Ronki (-)

Kanan- Suara nafas vesikuler menghilang- Wheezing (-), Ronki (-)-Suara nafas menghilang- Wheezing (-), Ronki (-)

Abdomen Inspeksi :Tampak datar, warna kulit sama dengan sekitarnya. Auskultasi : Bising usus (+) 3 kali/menit Palpasi : Dinding perut: Supel, NTE (+) Turgor kulit : Baik Hati: Teraba membesar 2 jari dibawah arcus costae Limpa: Tidak teraba Ginjal: Ballotement (-/-), Nyeri ketuk CVA -/- Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting dullness (-)Ekstremitas Inspeksi: deformitas -/- ,edema -/- Palpasi: Nyeri tekan-/- ,akral hangat +/+

2.4 Pemeriksaan penunjangDarah rutinLeukosit:12.300/uLeritrosit : 4.31 juta/uLHematokrit:37%Hemoglobin: 12.3 g/dL Trombosit:305.000 ribu/uL

Kimia klinikGDS: 92 mg/dL

Fungsi HatiSGOT: 16 U/ISGPT: 20 U/I

Fungsi GinjalUreum:21Kreatinin: 1.0Pemeriksaan Sputum

2.5 Resume2.6 Daftar Masalah

2.7 Diagnosis Kerja

Pneumotoraks Spontan Primer berulang

2.8 Penatalaksanaan

BAB III

FOLLOW UP

Tanggal 14 Januari 2015Tanggal 15 Januari 2015

S: nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak (+) terkadangO: KU tampak sakit ringanTD 130/90 N : 80 kali/menit S: 36 C RR: 20 kali/menitTerpasang WSD sejak tanggal 12-01-2015 ( hari ke 2)Warna cairan kemerahan Bubble (+)Kekuatan : PARUAuskultasi : Suara Nafas n

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)A:Pneumotorax spontan primer dextra berulang

P: IVFD RL 8 tpm O2 2-4 liter nasal kanul Asam mefenamat tab 3x500 mg Cefotaxim Inj 2x 2 gr Levofloxacin drip 1x 500 mg Terpasang continous suction hari ke 2

S: nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak (+) terkadangO: KU tampak sakit ringanTD 120/80 N : 72 kali/menit S: 36 C RR: 20 kali/menitTerpasang WSD sejak tanggal 12-01-2015 ( hari ke 3)Warna cairan kemerahan Bubble (+)Kekuatan : PARUAuskultasi : Suara Nafas n

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)A:Pneumotorax spontan primer dextra berulang

P: IVFD RL 8 tpm O2 2-4 liter nasal kanul Asam mefenamat tab 3x500 mg Cefotaxim Inj 2x 2 gr Levofloxacin drip 1x 500 mg Rencaana Foto thorax ulang Rencana pasang WSD ulang

Tanggal 16 Januari 2015Tanggal 19 Januari 2015

S: nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak (+) terkadangO: KU tampak sakit ringanTD 110/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR: 19 kali/menitTerpasang WSD sejak tanggal 12-01-2015Warna cairan kemerahan Bubble (+)Kekuatan : PARUAuskultasi : Suara Nafas n

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)A:Pneumotorax spontan primer dextra berulang

P: Venflon O2 2-4 liter nasal kanul Asam mefenamat tab 3x500 mg (k/p) Levofloxacin drip 1x 500 mg Terpasang continous suction hari ke 4rencana pemindahan WSD ke ICS III/IV tetapi OS masih belum mau.-bila os minta pulang wajib ada surat pernyataan pulang paksa

OS Pulang Paksa dan kembali dirawat 19-1-2015

S: Os kembali dirawat pada tanggal 19-01-2015 (post WSD ulamg paru tidak mengembang) dan direncanakan pemasangan WSD ulang. Sesak (-)

KU tampak sakit ringanTD 120/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR: 20 kali/menit

Terpasang WSD ulang pada tanggal 19-01-2015 pada ICS Warna cairan pleura kemerahan 100 ccBubble (+)Undulasi (+)Kekuatan : 17 mmHgPARUAuskultasi : Suara Nafas n

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)A:Pneumotorax spontan primer dextra residif

P: Venflon O2 2-4 liter nasal kanul Tramadol tab 2x50 mg Terpasang WSD de ngan continous suction hari ke 1 kekuatan 17 mmHg Rencana rontgen thoras ulang

Tanggal 20 Januari 2015Tanggal 21 Januari 2015

S: Nyeri pada tempat pemasangan WSD. Meriang (+) demam (-) mual (-) muntah (-) sesak (-)

KU tampak sakit ringanTD 120/70 N : 72 kali/menit S: 368 C RR: 21 kali/menit

Post pemasangan WSD ulang pada tanggal 19-01-2015 pada ICS PARUAuskultasi : Suara Nafas n

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)

Rontgen Thorax tanggal 19-01-2015Paru mengembang 50%A:Pneumotorax spontan primer dextra residif

P: venflon O2 2-4 liter nasal kanul Tramadol tab 2x50 mg (k/p) Terpasang WSD de ngan continous suction hari ke 2 kekuatan 17 mmHg Spooling WSDWarna cairan pleura kemerahan 200 ccUndulasi (+)

S: Nyeri pada tempat pemasangan WSD sudah berkurang. Nyeri pada dada kanan bawah terutama saat bangun dari tempat tidur.

KU tampak sakit sedangTD 130/80 N : 80 kali/menit S: 362 C RR: 16 kali/menit

Post pemasangan WSD ulang pada tanggal 19-01-2015 pada ICS PARUAuskultasi : Suara Nafas n

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)A:Pneumotorax spontan primer dextra residif

P: venflon O2 2-4 liter nasal kanul Tramadol tab 2x50 mg (k/p) Terpasang WSD de ngan continous suction hari ke 3 kekuatan 17 mmHg Spooling WSD

Warna cairan pleura jernih 300 ccUndulasi (+)

Tanggal 22 Januari 2015Tanggal 23 Januari 2015

S: Nyeri pada tempat pemasangan WSD sudah berkurang. Batuk berdahak (+) dahak berwarna keputihan . dada terasa agak berat ketika batuk. Sesak (-)

KU tampak sakit sedangTD 120/80 N : 84 kali/menit S: 362 C RR: 16 kali/menit

Post pemasangan WSD ulang pada tanggal 19-01-2015 pada ICS PARUAuskultasi : Suara Nafas nn

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)A:Pneumotorax spontan primer dextra residif post pemasangam WSD

P: venflon O2 2-4 liter nasal kanul Tramadol tab 2x50 mg (k/p) Terpasang WSD de ngan continous suction hari ke 4 kekuatan 17 mmHg Spooling WSD Rencana foto thoraks ulangWarna cairan pleura jernih 200 ccUndulasi (+)

S: Nyeri pada tempat pemasangan WSD sudah berkurang. Batuk berdahak (-)

KU tampak sakit sedangTD 120/90 N : 80 kali/menit S: 362 C RR: 16 kali/menit

Post pemasangan WSD ulang pada tanggal 19-01-2015 pada ICS PARUAuskultasi : Suara Nafas nn

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)

Rontgen Thorax tanggal 23-01-2015Paru mengembang belum total, terdapat efusi pleura minimal

A:Pneumotorax spontan primer dextra residif post pemasangam WSD

P: venflon O2 2-4 liter nasal kanul Tramadol tab 2x50 mg (k/p) Terpasang WSD de ngan continous suction hari ke 5 kekuatan 17 mmHg Spooling WSDWarna cairan pleura jernih Undulasi (+)

Tanggal 24 Januari 2015Tanggal 25 Januari 2015

S: Nyeri pada tempat pemasangan WSD (-)

KU tampak sakit sedangTD 120/90 N : 62 kali/menit S: 362 C RR: 20 kali/menitBB = 70 kgPARUAuskultasi : Suara Nafas nn

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)

A:Pneumotorax spontan primer dextra residif post pemasangam WSD

P: venflon O2 2-4 liter nasal kanul Tramadol tab 2x50 mg (k/p) Terpasang WSD de ngan continous suction hari ke 6 kekuatan 17 mmHg OAT 4 FDC B6 10 mg 0-0-1 Spooling WSD Rencana thorax foto ulang posisi lateral kanan dan lateral decubitus kananDilakukan pungsi, didapatkan cairan pleura berwarna kuning sebanyak 5cc+ udaraWarna cairan pleura jernihUndulasi (+)S: Nyeri pada tempat pemasangan WSD (-)

KU tampak sakit sedangTD 120/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR: 18 kali/menitBB = 70 kgPARUAuskultasi : Suara Nafas nn

n

n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

AbdomenBU (+) NTE (-)

Rontgen Thorax tanggal 24-01-2015Paru mengembang belum total. efusi pleura (-)

A:Pneumotorax spontan primer dextra residif post pemasangam WSD

P: venflon O2 2-4 liter nasal kanul Tramadol tab 2x50 mg (k/p) Terpasang WSD de ngan continous suction hari ke 6 kekuatan 17 mmHg OAT 4 FDC B6 10 mg 0-0-1 Spooling WSDCairan pleura (-)Undulasi (+)

BAB IV

Tinjauan Pustaka

Pneumotoraks

4.1 Definisi

Pneumotoraks merupakan suatu kondisi dimana terdapatnya udara dalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi oleh udara sehingga paru-paru dapat kempang kempis. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :31. Robeknya pleura viseralis sehingga saat inspirasi udara yang memasuki alveolus akan memasuki rongga pleura. Pneumotoraks seperti ini disebut dengan closed pneumotoraks. Apabila kebocoran pleura viseralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tidak bisa keluar lagi dari cavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya udara semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum ke arah kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumotoraks.2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum pleura dan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung melewati lubang tersebut dibandingkan dengan traktus respiratorius yang sebenarnya. Pada saat inspirasi, tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan paru kolaps pada paru ipsilateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open pneumotoraks.

Gambar 2.1 Pnemuotoraks

4.2 Epidemiologi

4.3 Faktor resiko Riwayat merokok Riwayat keluarga Postur tubuh tinggi,kurus khususnya laki-laki umur 20-30 tahun

4.4 Patogenesis

Terjadinya PSP dimulai dari masuknya udara ke dalam interstisial paru karena terjadi ruptur dinding alveoli. Bila udara tersebut menyusup antara septa lobuler kearah sentral akan terjadi pneumomediastinum, sedang bila udara mengumpul ke perifer akan terbentuk bleb. Pecahnya bleb akan terbentuk pneumotoraks. Bleb sering terdapat pada paru bagian atas (apeks) karena tekanan transpulmoner di apeks lebih besar dibandingkan paru bagian bawah. Hematotoraks yang menyertai biasanya terjadi karena putus / robeknya pembuluh darah yang melekat antara pleura viseral dengan pleura parietal. Udara masuk melalui robekan dinding alveoli seterusnya ke interstitial paru dan pleura Udara menyusuri septa antara lobus terus ke arah sentral : pneumomediastinum, pneumotoraks dan emfisema subkutan Udara ke arah perifer, akan menimbulkan bleb subpleura. Bleb robek ke arah pleura akan menimbulkan pneumotoraks Penderita tanpa bleb : robekan terjadi pada titik perlekatan antara pleura viseralis dan parietalis Paru bagian atas > terserang oleh karena iskemia atau peningkatan distensi alveoli di apeks paru akibat tekanan pleura yang lebih negatif4.5 Diagnosis Pneumotoraksa. Anamnesis : Sesak nafas (didapatkan pada 80-100% kasus) saat inspirasi Nyeri dada ( didapatkan pada 75-90% kasus) biasanya unilateral Batuk-batuk (didapatkan pada 25-35% kasus) Silent ( didapatkan 5-10%)b. Pemerikasaan fisik Pada pneumotoraks yang kecil, biasanya hanya menimbulkan takikardia ringan dan gejala yang tidak khas. Pada pneumotoraks yang besar, biasanya didapatkan takikardia berat, hipotensi serta pada pemeriksaan toraks ditemukan:Inspeksi: dinding dada yang terkena tertinggal pada pergerakan, pergeseranmediastinum atau trakea ke arah paru yang sehat, asimetris dan dada lebih cembungPalpasi : vokal fremitus menurun pada hemitoraks yang terkenaPerkusi: bisa normal atau meningkat (hipersonor) pada hemitoraks yang terkenaAuskultasi: VBS menurun, Vocal resonan menurun sampai menghilang

4.6 Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang : Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pemeriksaan foto toraks bisa didapatkan daerah hiperlusen, corakan vaskular paru menghilang, dengan garis paru pada sisi medialHilangnya suara pernafasan dapat mengindikasikan bahwa paru tidak memenuhi rongga dada. Tanda ini disertai oleh hipersonor pada pemeriksaan perkusi di dinding dada menambah dugaan pneumotoraks. Jika tanda-tanda pneumotoraks meragukan maka dilakukan foto rontgen. Terlihat gambaran yang khas; bagian yang berisi udara akan tampak hiperlusen (lebih gelap) tanpa corakan jaringan paru. Jaringan paru yang menguncup terlihat di daerah hilus dengan garis batas yang sangat harus. Juga terlihat mediastinum beserta isinya terdorong ke sisi yang sehat. Apabila disertai darah atau cairan, maka akan tampak garis batas mendatar yang merupakan batas antara udara dan cairan (3,4,5).Pada posisi supine rontgen akan didapatkan deep sulcus sign, yang dikarakteristikan sebagai sudut rendah lateral dari costophrenicus pada sisi yang terinfeksi. Tempat di mana rusuk dan diafragma bertemu terlihat lebih rendah pada rontgen dengan deep sulcus sign memberikan diagnostik pneumotoraks.

Foto R pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah merupakan bagian paru yang kolaps

4.7 Cara menentukan luas PneumotoraksPenghitungan luas pneumotoraks ini berguna terutama dalam penentuan jenis kolaps, apakah bersifat parsialis ataukah totalis. Ada beberapa cara yang bisa dipakai dalam menentukan luasnya kolaps paru, antara lain :1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus (2).Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter kubus rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio diameter kubus adalah : 83 512______ = ________ = 50 % 103 1000

2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh (2).% luas pneumotoraks

A + B + C (cm) = __________________ x 10 3

3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas hemitoraks (4).(L) hemitorak (L) kolaps paru(AxB) - (axb)_______________ x 100 % AxB

4.8 KlasifikasiPneumotoraks diklasifikasikan menjadi :11. Pneumotoraks spontan a. Pneumotoraks spontan primerPneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien pneumotoraks spontan yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam bentuk bulla yang dibatasi pleura fibrotik yang menebal, sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri sebagian lagi oleh jaringan paru emphiematous.Proses terbentuknya bulla belum diketahui, banyak pendapat menyatakan terjadinya kerusakan bagian apeks paru berhubungan dengan iskemia atau peningkatan distensi pada alveoli di daerah apeks patu akibat tekanan pleura yang lebih negatif. Pecahnya alveoli berhubungan dengan obstruksi check-valve pada saluran nafas kecil sehingga timbul distensi tuang udara bagian distalnya.Postur tubuh yang tinggi, astenik dan kebiasaan merokok maupun bekas perokok merupakan faktor predisposisi PSP. Pada perokok atau bekas perokok mudah terjadi pengumpulan sekret atau mukus sehingga terjadi obstruksi atau atelektasis.Faktor keturunan juga ikut mempengaruhi timbulnya PSP. Paru kanan lebih sering (55%) daripada paru kiri sedang pneumotoraks bilateral ditemukan hanya 2%.b. Pneumothoraks spontan sekunderTerjadi sebagai komplikasi penyakit paru dasarnya (underlying lung disease). Beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab pneumothoraks antara lain PPOK tipe emfisema dan tuberkulosis paru.2. Pneumothoraks traumatik non iatrogenikTerjadi sebagai akibat trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tajam di dinding dada. 3. Pneumotoraks iatrogenikTerjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsi pleura, dll

4.9 PenatalaksaanPenatalaksanaan bertujuan :1. Menghilangkan udara dalam rongga pleura2. Menurunkan atau mencegah kemungkinan terjadinya pneumotoraks spontan berulangPenatalaksanaan pneumotoraks (bergantung dari derajat atau luasnya pneumotoraks tersebut) mulai dari yang ringan sampai dengan berat adalah sebagai berikut: Non operatifa. ObservasiPasien dengan luas pneumotoraks 15%. d. Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD)Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula. Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut (3), (4).Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa belum bisa dicabut. Untuk WSD dicabut apabila ketika pasien disuruh untuk batuk, undulasi cairan pada botol WSD sudah tidak terdapat lagi. Untuk mengevaluasi keberhasilan WSD dalam mengembangkan paru, maka dilakukan pemeriksaan rontgen kembali dan pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal (2). Indikasi WSD Large primary spontaneus pneumothorax ( 15%) Spontaneous secondary pneumothorax Traumatic pneumothorax Progessively enlarging pneumothoraces Pneumothorax in the setting of mechanical ventilationPencabutan WSDSetelah paru mengembang, yang ditandai terdengarnya kembali suara nafas dan dipastikan dengan foto toraks, maka selang WSD diklem selama 13 hari. Pengembangan paru secara sempurna selain dapat dilihat pada foto toraks biasanya dapat diperkirakan jika sudah tidak terdapat undulasi lagi pada selang WSD. Apabila setelah diklem selama 13 hari paru tetap mengembang, maka WSD dapat dicabut. Pencabutan selang WSD dilakukan dalam keadaan ekspirasi maksimal (3,5).Indikasi pengangkatan WSDParu-paru sudah reekspansi (mengembang sempurna) yang ditandai dengan : Tidak ada undulasi Tidak ada cairan yang keluar Tidak ada gelembung udara yang keluar Tidak ada kesulitan bernafas Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udaraOperatif e. PleurodesisDilakukan pada pneumotoraks berulang atau habitualis. Dilakukan dengan merekatkan pleura parietal dan pleuran viseral. f. TorakoskopiTorakoskopi merupakan suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks menggunakanalat bantu torakoskop. Torakoskopi bisa untuk diagnosis maupun untuk terapi.g. TorakotomiTorakotomi adalah operasi pembukaan rongga toraks kemudian dilanjutkan dengan penjahitan fistel pada pleura. Operasi ini diindikasikan pada kasus pneumotoraks kronik, pneumotoraks yang berulang 3 kali atau lebih, pneumotoraks bilateral, serta jika pemasangan WSD mengalami kegagalan (paru tidak mengembang atau terjadi kebocoran udara yang menetap (1,4).

Pengobatan Tambahan1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator (4).2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat (4).3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema(3).

Rehabilitasi1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu keras.3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan ringan.

4.10 Prognosis

Prognosis pneumotoraks dipengaruhi oleh kecepatan penanganan dan kelainan yang mendasari timbulnya pneumotoraks. Hampir semua penderita dapat diselamatkan jika penanganan dapat dilakukan secara dini (1,3). Sekitar separuh kasus pneumotoraks spontan akan mengalami kekambuhan. Tidak ditemukan komplikasi jangka panjang setelah tindakan penanganan yang berhasil (4). pada perokok 50% pneumotoraks spontan dengan observasi atau pemasangan tube torakal 30% pada terapi bedah jarang kambuh

HYDROPNEUMOTHORAXMANIFESTASI KLINIS Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-tiba, nyerinya tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada. Nafas yang pendek Nafas yang cepat Batuk Lemas Pada kulit bisa ada keluhan sianosis

DIAGNOSISBiasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk batuk. Rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif. Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekaliGambaran RadiologiPada gambaran radiologi hidropneumothorax merupakan perpaduan antara gambaran radiologi dari efusi pleura dan pneumothorax. Pada hidropneumothorax cairan pleura selalu bersama-sama udara, maka meniscus sign tidak tampak. Pada foto lurus maka akan dijumpai air fluid level meskipun cairan sedikit. Pada foto tegak terlihat garis mendatar karena adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada hidropneumothorax ini ruang pleura sangat translusen dengan tak tampaknya gambaran pembuluh darah paru, biasanya tampak garis putih tegas membatasi pleura visceralis yang membatasi paru yang kolaps, tampak gambaran semiopak homogen menutupi paru bawah, dan penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang menyebabkan sinus costofrenikus menumpul.

BAB VANALISA KASUS