Pneumotoraks dan hemotoraks

31
BAB I LATAR BELAKANG Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik. Insidensinya sama antara pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena dibanding wanita dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat dibanding non perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun) 1 . Hematotoraks adalah suatu keadaan dimana darah berada dalam kavum pleura. Darah dapat muncul dari berbagai macam sumber, antara lain dari parenkim paru, atau laserasi dinding dada. Pada trauma tumpul, diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan insersi chest tube 2 . Keseriusan masalah tergantung pada jumlah dan kecepatan perdarahan toraks. Rongga pleura dapat di dekompresi dengan aspirasi jarum (Torakosintesis) atau

description

referat

Transcript of Pneumotoraks dan hemotoraks

BAB ILATAR BELAKANG

Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatik. Insidensinya sama antara pneumothorax primer dan sekunder, namun pria lebih banyak terkena dibanding wanita dengan perbandingan 6:1. Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat dibanding non perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda, dengan insidensi puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun)1.Hematotoraks adalah suatu keadaan dimana darah berada dalam kavum pleura. Darah dapat muncul dari berbagai macam sumber, antara lain dari parenkim paru, atau laserasi dinding dada. Pada trauma tumpul, diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan insersi chest tube2.Keseriusan masalah tergantung pada jumlah dan kecepatan perdarahan toraks. Rongga pleura dapat di dekompresi dengan aspirasi jarum (Torakosintesis) atau drainase selang dada darah dan udara. Paru kemudian mampu mengembang kembali dan kembali melakukan fungsinya3.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAPneumotoraks

A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada keadaan normal rongga pleura dipenuhi oleh paru-paru yang mengembang pada saat inspirasi disebabkan karena adanya tegangan permukaaan (tekanan negatif) antara kedua permukaan pleura1,4.

Gambar 1. Pneumotoraks

B. Anatomi toraksToraks adalah bagian atas batang tubuh yang terletak antara leher dan abdomen. Cavitas toraks dibatasi oleh dinding toraks, berisi timus, jantung, paru, bagian distal trakea dan bagian besar esophagus. Dinding toraks terdiri dari kulit, fasia, saraf, otot, dan tulang5.Kerangka dinding toraks membentuk sangkar dada osteokartilagineus yang melindungi jantung, paru-paru, dan beberapa organ abdomen. Kerangka toraks terdiri dari vertebra tharoxika (12) dan diskus intervertebralis, costae (12 pasang) dan cartilage costalis, sternum5.

Gambar 2. Rongga toraks dan costae yang mengelilingi rongga toraks

Cartilago costalis memperpanjang costae kearah ventral dan turut menambah kelenturan toraks. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya fraktur pada sternum atau costae karena benturan. Costae bersama cartilage costalisnya terpisah dari satu dan yang lain oleh spatium intercostale yang berisi muskulus intercostalis, arteria intercostalis, vena intercostalis, dan nervus intercostalis. Bagian costae terlemah terletak tepat ventral terhadap angulus costae. Fraktur costae umumnya terjadi secara langsung karena benturan, atau secara tidak langsung karena cedera yang mememarkan. Rudapaksa langsung dapat menyebabkan fraktur di sembarang tempat pada costae dan ujung patahan dapat mencederai organ dalam5.

Gambar 3. Anatomi toraks dan organ didalamnya

Paru paru diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri dari dua selaput serosa yang disebut pleura, yaitu pleura parietalis yang melapisi dinding toraks dan pleura viseralis yang melapisi paru paru, termasuk permukaan fisura. Kavitas pleuralis adalah ruang potensial antara kedua lembar pleura dan memungkinkan lembar lembar pleura menggeser secara lancar terhadap yang lain pada saat pernapasan5.

C. Fisiologi respirasiParu paru dapat dikembang kempiskan melalui dua cara, yaitu (1) dengan gerakan naik turunnya diafragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga toraks dan (2) dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter anteroposterior rongga dada6. Pada saat inspirasi yang bekerja aktif adalah otot otot interkostalis yang menyebabkan rongga toraks mengembang, yang menimbulkan tekanan negative didalam rongga toraks sehingga udara dari atmosfir luar dapat mengalir masuk kedalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi terjadi akibat adanya elastisitas / daya lentur jaringan paru ditambah dengan relaksasi otot interkostalis yang menekan rongga toraks sehingga mengecilkan volumenya, mengakibatkan udara keluar melalui jalan nafas6.

D. KlasifikasiMenurut penyebabnya, pneumotoraks dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:1. Pneumotoraks spontanYaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu1:a. Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabya.b. Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu pneumotoraks yang terjadi dengan didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, misalnya fibrosis kistik, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, asma dan infeksi paru.2. Pneumotoraks traumaticYaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:a. Pneumotoraks traumatic non-iatrogenic, yaitu pneumotraks yang terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.b. Pneumotoraks traumatic iatrogenic artifisial (deliberate) adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan tuberculosis sebelum era antibiotic, maupun untuk menilai permukaan paru.Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu:1. Pneumotoraks tertutup (simple pneumotoraks).Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negative karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali negative. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga pleura tetap negative.2. Pneumotoraks terbuka (open pneumotoraks)Yaitu pneumotorak dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dinding dada). Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan tekanan udara luar. Pada pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sama dengan nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan.Pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi mediastinum bergeser kea rah sisi dinding dada yang terbuka (sucking wound).3. Pneumotoraks ventil (Tension pneumotoraks)Adalah pneumotoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas 1,7.Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu 7:1. Pneumotraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (50% volume paru).

Gambar 5. Pneumotoraks total

E. PatofisiologiParu-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Di antara pleura parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan serous jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Proses respirasi terdiri dari 2 tahap: fase inspirasi dan fase eksprasi. Pada fase inspirasi tekanan intrapleura : -9 s/d -12 cmH2O; sedangkan pada fase ekspirasi tekanan intrapleura: -3 s/d -6 cmH2O. Pneumotorak adalah adanya udara pada cavum pleura. Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu proses respirasi. Secara garis besar ke semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi yang hampir sama. Pneumotorak spontan, closed pneumotorak, simple pneumotorak, tension pneumotorak, dan open pneumotorak. Pneumotorak spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura viceralis yang lemah ini pecah, maka akan ada fistel yang menyebabkan udara masuk ke dalam cavum pleura. Mekanismenya pada saat inspirasi rongga dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa ikut mengembang, seperti balon yang dihisap.Pengembangan paru menyebabkan tekanan intraalveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada pneumotorak spontan,paru-paru kolaps, udara inspirasi ini bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif. Pada saat inspirasi akan terjadi hiperekspansi cavum pleura akibatnya menekan mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke posisi semula.Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.Terjadinya hiperekspansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock dikenal dengan simple pneumotorak. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan closed pneumotorak. Pada saat ekspirasi, udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut, hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas.Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak.Pada open pneumotorak terdapat hubungan antara cavum pleura dengan lingkungan luar. Open pneumotorak dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura parietalis)atau komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open pneumotorak inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk ke dalam cavum pleura. Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan intrapleura tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal bergeser ke mediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter7.

F. Perhitungan luas pneumotoraksPerhitungan luas pneumotoraks ini sangat berguna terutama dalam penentuan jenis kolaps, apakah bersifat parsialis ataukan totalis. Ada beberapa cara yang bisa dipakai dalam menentukan luasnya kolaps paru, antara lain 1: 1. Rasio antara volume paru paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus.Misalnya: diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10 cm dan diameter kubus rata-rata paru yang kolaps adalah 8 cm, maka rasio diameter kubus adalah:

2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertical, ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudia dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh.

Gambar 6. Luas pneumotoraks% Luas pneumotoraks

3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas hemitoraks (Alsagaff).

Gambar 7. Luas pneumotoraks(L) Hemitoraks (L) Kolaps paru

G. Gejala klinisBerdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah7:1. Sesak napas. Didapatkan pada hampir sebagian besar pasien. Seringkali sesak dirasakan mendadak dan makin lama makin memberat. Penderita bernapas tersengal-sengal, pendek-pedek dengan mulut terbuka.2. Nyeri dada yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-50% pasien.4. Denyut jantung meningkat.5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.6. Tidak menunjukan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer.Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan: 1. Inspeksia. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (Hiperekspansi dinding dada).b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal.c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.2. Palpasia. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar.b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat.c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.3. Perkusia. Suara ketok pada sisi yang sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar.b. Batas jantung terdorong kearah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi.4. Auskultasia. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang.b. Suara vocal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif.Pada pemeriksaan penunjang, gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumotoraks antara lain8:1. Bagian pneumotorak akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.2. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opak yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.3. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalis melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventili dengan tekanan intrapleura yang tinggi.

H. PenatalaksanaanTujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut7:1. Observasi dan pemberian O2Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkatkan apabila diberikan tambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial setiap 12-34 jam pertama selama 2 hari. Tindakan ini terutama ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka.2. Tindakan dekompresiHal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cepat.a. Menusuk jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negative karena mengalir ke luar ke jarum tersebut.b. Membuat hubungan dengan udara luar melalu kontra ventil:1) Dapat memakai infus set.Jarum ditusukan ke dinding dada sampai ke rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol.

2) Jarum abocath.Jarum abocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukan pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastic infus set. Pipa infus ini selanjutnya dimasukan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol.3) Pipa Water Sealed Drainage (WSD)Pipa khusus (Toraks kateter) steril, dimasukan ke rongga pleura dengan perantaan trocar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksila atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula.Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastic lainnya. Posisi ujung pipa kaca yang berada d botol sebaliknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.

Gambar 8. Pemasangan WSD3. Tindakan bedaha. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian di jahit.b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.c. Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak.d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel.

I. Pengobatan tambahan1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya: terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronchitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotic dan bronkodilator.2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang hebat.3. Pemberian antibiotic profilaksis setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan untuk mengurangi insidensi komplikasi seperti emfisema.

Hemotoraks

A. DefinisiHematotoraks adalah suatu keadaan dimana darah berada dalam kavum pleura. Darah dapat muncul dari berbagai macam sumber, antara lain dari parenkim paru, atau laserasi dinding dada. Pada trauma tumpul, diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan insersi chest tube.Perdarahan yang terjadi biasanya terletak pada pleura space, yakni antara pleura parietalis dan viseralis. Perdarahan ke dalam pleura space merupakan akibat dari trauma ekstrapleura dan intrapleura. Ekstrapleura dapat disebabkan oleh trauma dinding dada yang mengenai arteri interkostalis dan mammaria interna, sedangkan intrapleura dapat disebabkan oleh parenkim paru namum biasanya sembuh dengan sendirinya karena tekanan pembuluh darah paru biasanya rendah.Respon fisiologi dari pembentukan hemotoraks dapat dikategorikan menjadi 2 area, yaitu hemodinamika dan pernafasan. Respon hemodinamika tergantung seberapa banyak dan seberapa cepat darah yang keluar ke rongga pleura. Kehingan darah 750 1500 ml dapat mengakibatkan terjadinya gejala awal dari syok (takipnea, takikardia, dan tekanan darah menurun). Respon pernafasan akibat space occupying effect dari akumulasi darah dalam rongga pleura dapat menghambat pergerakan paru dalam proses pernafasan yang normal. Dalam kasus trauma yang menyangkut cedera pada dinding toraks dapat mengakibatkan gangguan ventilasi dan oksigenasi 2,4.

Gambar 9. PneumotoraksB. Patofisiologi dan etiologi1. Trauma tajam maupun tumpul (penetrating and non penetrating trauma)Pada trauma tumpul dapat timbul fraktur kosta yang dapat mengakibatkan robekan pembuluh darah interkostalis dan juga menimbulkan robekan pada jaringan paru. Trauma tajam seperti keadaan iatrogenic pada pemasangan kateter vena sentral, komplikasi pada operasi toraks.2. Non traumaBerkaitan dengan keganasan, komplikasi karena pemberian obat anti koagulansia missal: terapi emboli paru, penderita dengan diathesis hemoragik penyulit pneumotoraks spontan, rupture aneurisma aorta3.

C. Klasifikasi1. Hemotoraks kecilHemotoraks kecil yaitu yang tampak sebagai bayangan kurang dari 15% pada foto roentgen, cukup diobservasi dan tidak memelukan tindakan khusus.2. Hemotoraks sedangHemotoraks sedang yaitu yang tampak sebagai bayangan yang menutup 15-35% pada foto roentgen, ditangani dengan pungsi dan tranfusi darah. Pada pungsi, sedapat mungkin cairan dikeluarkan. Jika ternyata terjadi kekambuhan, dipasang sekat air.3. Hemotoraks besarHemotoraks besar yaitu yang tampak sebagai bayangan yang menutup hingga >35% pada foto roentgen. Penatalaksanaan ditangani dengan penyalir sekat air dan tranfusi. Penyalir sekat air dipasang serendah mungkin pada dasar rongga dada untuk mengosongkan rongga pleura dan memantau perdarahan4.

D. Gejala klinisGejala dan keluhan hemotoraks tergantung berat dan ringan trauma. Hemotoraks tidak menimbulkan nyeri selain dari luka yang berdarah di dinding dada. Luka di pleura visveralis umumnya juga tidak menimbulkan nyeri. Di dalam rongga dada, dapat terkumpul banyak darah tanpa gejala yang menonjol. Kadang, gejala dan tanda anemia atau syok menjadi keluhan dan gejala yang pertama muncul. Penderita juga bisa mengeluh sesak napas. Hemotoraks yang besar dapat menimbulkan syok hipovolemik dan hipoksia akibat terganggunya ekspansi dari paru. Tanda dan gejala hemothoraks masifyaitu3,4:1. Respirasi distres2. Penurunan pernafasan dan gerakan pernafasan3. Pada perkusi adanya suara redup pada lapang paru4. Adanya tanda syok hipovolemik.

E. Diagnosis1. Anamnesis: ada riwayat trauma dada atau setelah tindakan pembedahan.2. Pemeriksaan fisik: didapatkan tanda-tanda seperti efusi pleura. Pada hemitoraks yang sakit pergerakan berkurang. Perkusi pada sisi sakit redup dan pada auskultasi suara napas terdengar menurun atau menghilang sama sekali.3. Gambaran radiologi: cairan pleura pada posisi tegak, mengalami gravitasi pada bagian paling bawah toraks yang memberikan gambaran sinar X dada sebagai berikut:a. Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas yang sama dengan bayangan jantung.b. Hilangnya garis diafragma.c. Tidak terlihatnya gambaran paru atau bronkus.d. Batas atas cekung dengan level tertinggi pada aksila3.

Gambar 10. HemotoraksSeiring dengan bertambahnya cairan, terjadi pengurangan volume paru dan terjadi retraksi kea rah hillus. Pada awalnya cairan berkumpul di bagian posterior, kemudian menuju ruang kostofrenikus di bagian lateral. Ketika cairan terdeteksi pada film dada PA standar, yang ditandai oleh penumpulan sudut kostofrenikus, efusi pleura telah mencapai volume 200-300 ml. jika efusi bertambah luas, akan terjadi pergeseran mediastinum ke arah yang berlawanan9.Setelah dilakukan aspirasi percobaan, cairan tersebut dilakukan pemeriksaan kadar hematocrit atau hemoglobin (Hb). Dikatakan hemotoraks bila kadar hematocrit atau Hb cairan pleura setengah nilai hematocrit atau kadar Hb darah perifer2.

F. Penatalaksanaana. Hematoraks yang sangat kecil dapat ditangani dengan observasi.b. Setiap hemotoraks yang bermakna di drainase dengan torakostomi pipa dan dihubungkan dengan suatu water seal dan pengisapan konstan (-20 air). Torakotomi bila perdarahan >200 ml/jam dan tidak ada tanda-tanda perdarahan berkurang.c. Darah harus dikeluarkan dan paru harus direekspansi.d. Drainase melalui pipa dada harus mencerminkan besarnya perdarahan.e. Restorasi volume darah dengan cairan IV atau darah harus dimulai dengan segera.f. Torakostomi dalam ruang operasi harus dipertimbangkan dengan seksama apabila pasien gagal berespon terhadap tindakan-tindakan yang disebutkan diatas2.

BAB IIIKESIMPULAN

Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension). Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil foto rntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil rntgen juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung dan trakea. Penanganan pneumotoraks berupa observasi dan pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi. untuk proses medikasi disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya.Hematotoraks adalah suatu keadaan dimana darah berada dalam kavum pleura. Darah dapat muncul dari berbagai macam sumber, antara lain dari parenkim paru, atau laserasi dinding dada. Pada trauma tumpul, diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik dan insersi chest tube.Gejala dan keluhan hemotoraks tergantung berat dan ringan trauma. Hemotoraks dapat diklasifikasikan menjadi 3, hemotoraks kecil, sedang dan berat. Untuk penanganan hemotoraks, hemotoraks minimal hanya cukup dilakukan observasi, namun hemotoraks yang lebih besar, darah yang terdapat di rongga toraks harus segera dikeluarkan.