PNEUMOTORAKS
Transcript of PNEUMOTORAKS
PNEUMOTORAKS
Pneumotoraks ialah suatu keadaan, di mana terdapat udara di dalam rongga pleura
yang mengakibatkan kolaps jaringan paru. Di dalam praktek sehari-hari, dokter sering
menerima penderita dengan keluhan sakit dada, sesak nafas, dan batuk-batuk. Banyak
penyakit yang dapat menimbulkan keluhan di atas, baik penyakit jantung maupun
penyakit paru.
Penyakit paru yang mempunyai keluhan utama seperti itu antara lain
pneumotoraks. Pneumotoraks, terutama pneumotoraks ventil dapat menimbulkan darurat
gawat, bahkan dapat mengakibatkan penderita meninggal dunia. Oleh karena itu,
bilamana di dalam praktek kita menerima penderita dengan keluhan utama sakit dada,
sesak nafas, dan batuk-batuk, kita jangan lupa memikirkan ke arah diagnosis
pneumotoraks ventil.
Dengan diagnosis yang tepat dan dengan tindakan yang sederhana tapi cepat, kita
akan dapat menyelamatkan nyawa penderita.
KEKERAPAN
Kekerapan pneumotoraks berkisar antara 2,4 - 17,8 per 100.000 penduduk per
tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada
pula peneliti yang mendapatkan 8:1.
Pneumotoraks lebih sering ditemukan pada hemitoraks kanan daripada hemitoraks
kiri. Pneumotoraks bilateral kira-kira 2% dari seluruh pneumotoraks spontan.
Kekerapan pneumotoraks ventil 3 -- 5% dari pneumotoraks spontan.
Kemungkinan berulangnya pneumotoraks menurut James dan Studdy 20% untuk kedua
kali, dan 50% untuk yang ketiga kali.
PEMBAGIAN
Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :
1. Berdasarkan kejadian.
2. Berdasarkan lokalisasi
3. Berdasarkan tingkat kolaps jaringan paru.
4. Berdasarkan jenis fistel.
Berdasarkan kejadian
(a) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya tidak menunjukkan
tanda-tanda sakit.
(b) Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya telah menderita
penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru,
asma kistafibrosis dan karsinoma bronkus.
(c) Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun pleura parietalis
sebagai akibat dari trauma.
(d) Pneumotoraks artifisialis
Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke dalam rongga pleura,
dengan demikian jaringan paru menjadi kolaps sehingga dapat beristirahat. Pada zaman
dulu pneumotoraks artifisialis sering dikerjakan untuk terapi tuberkulosis paru.
Berdasarkan Lokalisasi
(a) Pneumotoraks parietalis
(b) Pneumotoraks mediastinalis
(c) Pneumotoraks basalis
Berdasarkan tingkat kolapsnya jaringan paru
(a) Pneumotoraks totalis, apabila seluruh jaringan paru dari satu hemitoraks mengalami
kolaps.
(b) Pneumotoraks parsialis, apabila jaringan paru yang kolaps hanya sebagian.
Berdasarkan jenis fistel
(a) Pneumotoraks ventil
Di mana fistelnya berfungsi sebagai ventil sehingga udara dapat masuk ke dalam rongga
pleura tetapi tidak dapat ke luar kembali. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga
pleura makin lama makin tinggi dan dapat mendorong mediastinum ke arah kontra
lateral.
(b) Pneumotoraks terbuka
Di mana fistelnya terbuka sehingga rongga pleura mempunyai hubungan terbuka dengan
bronkus atau dengan dunia luar; tekanan di dalam rongga pleura sama dengan tekanan di
udara bebas.
(c) Pneumotoraks tertutup
Di mana fistelnya tertutup udara di dalam rongga pleura, terkurung, dan biasanya akan
diresobsi spontan.
Pembagian pneumotoraks berdasarkan jenis fistelnya ini sewaktu-waktu dapat berubah.
Pneumotoraks tertutup sewaktu-waktu dapat berubah menjadi pneumotoraks terbuka, dan
dapat pula berubah menjadi pneumotoraks ventil. Hal ini perlu mendapat perhatian.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Pneumotoraks spontan terjadi oleh karena pecahnya bleb atau kista kecil yang
diameternya tidak lebih Dari 1 --2 cm yang berada di bawah permukaan pleura viseralis,
dan sering ditemukan di daerah apeks lobus superior dan inferior.
Terbentuknya bleb ini oleh karena adanya perembesan udara dari alveoli yang
dindingnya ruptur melalui jaringan intersisial ke lapisan jaringan ikat yang berada di
bawah pleura viseralis.
Sebab pecahnya dinding alveolus ini belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga
ada dua faktor sebagai penyebabnya.
1) Faktor infeksi atau radang paru.
Infeksi atau radang paru walaupun minimal akan membentuk jaringan parut pada dinding
alveoli yang akan menjadi titik lemah.
2) Tekanan intra alveolar yang tinggi akibat batuk atau mengejan.
Mekanisme ini tidak dapat menerangkan kenapa pneumotoraks spontan sering
terjadi pada waktu penderita sedang istirahat. Dengan pecahnya bleb yang terdapat di
bawah pleura viseralis, maka udara akan masuk ke dalam rongga pleura dan terbentuklah
fistula bronkopleura. Fistula ini dapat terbuka terus, dapat tertutup, dan dapat berfungsi
sebagai ventil.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti
ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk-batuk. Rasa nyeri
dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat.
Berat ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan
paru, dan apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita dengan COPD,
pneumotoraks yang minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas yang hebat. Sakit
dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk setempat pada sisi paru yang terkena,
kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula.
Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan batuk. Sakit dada biasanya akan
berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai empat hari. Batuk-batuk biasanya
merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai penyakit paru lain; biasanya tidak
berlangsung lama dan tidak produktif, Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat terjadi
bersama-sama atau sendiri-sendiri, bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak
mempunyai keluhan sama sekali.
Pada penderita pneumotoraks ventil, rasa nyeri dan sesak nafas ini makin lama
makin hebat, penderita gelisah, sianosis, akhirnya dapat mengalami syok karena
gangguan aliran darah akibat penekanan udara pada pembuluh darah dimediastinum.
PEMERIKSAAN FISIK
a) Inspeksi, mungkin terlihat sesak nafas, pergerakan dada berkurang, batuk-batuk,
sianosis serta iktus kordis tergeser ke arah yang sehat.
b) Palpasi, mungkin dijumpai spatium interkostalis yang melebar Stemfremitus
melemah, trakea tergeser ke arah yang sehat dan iktus kordis tidak teraba atau tergeser ke
arah yang sehat.
c) Perkusi; Mungkin dijumpai sonor, hipersonor sampai timpani.
d) Auskultasi; mungkin dijumpai suara nafas yang melemah, sampai menghilang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan Rontgen foto toraks. Pada
rontgen foto toraks P.A akan terlihat garis penguncupan paru yang halus seperti rambut.
Apabila pneumotoraks disertai dengan adanya cairan di dalam rongga pleura,
akan tampak gambaran garis datar yang merupakan batas udara dan caftan.
Sebaiknya rontgen foto toraks dibuat dalam keadaan ekspirasi maksimal.
KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema ,
hidropneumotoraks.
2. Gangguan hemodinamika.
Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum dan jantung dapat tergeser
ke arah yang sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak output, sehingga dengan
demikian dapat menimbulkan syok kardiogenik.
3. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis.
DIAGNOSIS BANDING
1. Emfisema pulmonum
2. Kavitas raksasa
3. Kista paru
4. Infarkjantung
5. Infark paru
6. Pleuritis
7. Abses paru dengan kavitas
PENATALAKSANAAN
Setelah diagnosis pneumotoraks dapat ditegakkan, langkah selanjutnya yang
terpenting adalah melakukan observasi yang cermat. Oleh karena itu penderita sebaiknya
dirawat di rumah sakit, mengingat sifat fistula pneumotoraks dapat berubah sewaktu-
waktu yaitu dari pneumotoraks terbuka menjadi tertutup ataupun ventil. Sehingga tidak
jarang penderita yang tampaknya tidak apa-apa tiba-tiba menjadi gawat karena terjadi
pneumotoraks ventil atau perdarahan . yang hebat.
Kalau kita mempunyai alat pneumotoraks, dengan mudah kita dapat menentukan
jenis pneumotoraks apakah terbuka, tertutup, atau ventil. Apabila penderita datang
dengan sesak nafas, apalagi kalau sesak nafas makin lama makin bertambah kita harus
segera mengambil tindakan. Tindakan yang lazim dikerjakan ialah pemasangan WSD
(Water Seal Drainage). Apabila penderita sesak sekali sebelum WSD dapat dipasang,
kita harus segera menusukkan jarum ke dalam rongga pleura.
Tindakan sederhana ini akan dapat menolong dan menyelamatkan jiwa penderita.
Bila alat-alat WSD tidak ada, dapat kita gunakan infus set, di mana jarumnya ditusukkan
ke dalam rongga pleura di tempat yang paling sonor waktu diperkusi. Sedangkan ujung
selang infus yang lainnya dimasukkan ke dalam botol yang berisi air. Pneumotoraks
tertutup yang tidak terlalu luas (Kurang dari 20% paru yang kolaps) dapat dirawat secara
konservatif, tetapi pada umumnya untuk mempercepat pengembangan paru lebih baik
dipasang WSD.
Pneumotoraks terbuka dapat dirawat secara konservatif dengan mengusahakan
penutupan fistula dengan cara memasukkan darah atau glukosa hipertonis ke dalam
rongga pleura sebagai pleurodesi. Ada juga para ahli yang mengobati pneumotoraks
terbuka dengan memasang WSD disertai penghisap terus menerus (Continuous Suction).
TEKNIK PEMASANGAN WSD
Tempat pemasangan drain sebaiknya ialah :
a. Linea aksilaris media pada sela iga 6 atau sela iga ke 7.
b. Linea media klavikularis pada sela iga ke dua.
Setelah dilakukan desinfeksi kulit, maka dilakukan anestesi setempat dengan cara
infiltrasi pada daerah kulit sampai pleura. Kemudian dibuat sayatan kulit sepanjang 2 cm
sampai jaringan di bawah kulit.
Pleura parietalis ditembus dengan jarum pungsi yang pakai trokar dan mandrin.
Setelah tertembus, mandrin dicabut akan terasa keluar udara. Kemudian mandrin diganti
dengan kateter yang terlebih dahulu telah diberi lobang secukupnya pada ujungnya.
Setelah kateter masuk rongga pleura trokar dicabut dan pangkal kateter disambung
dengan selang yang dihubungkan dengan botol yang berisi air, di mana ujungnya
terbenam � 2 cm. Kateter diikat dengan benang yang dijahitkan kepada kulit sambil
menutup luka
KAPAN WSD DICABUT ?
WSD dicabut apabila paru telah mengembang sempurna. Untuk mengetahui paru
sudah mengembang ialah dengan jalan penderita disuruh batuk-batuk, apabila di selang
WSD tidak tampak lagi fluktuasi permukaan cairan, kemungkinan besar paru telah
mengembang dan juga disesuaikan dengan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk mengetahui secara pasti paru telah mengembang dilakukan Rontgen foto
toraks. Setelah dipastikan bahwa paru telah mengembang sempurna, sebaiknya WSD
jangan langsung dicabut tapi diklem dulu Selama 3 hari. Setelah 3 hari klem dibuka.
Apabila paru masih tetap mengembang dengan baik baru selang WSD dicabut. Selang
WSD dicabut pada waktu penderita Ekspirasi maksimal.