Pneumothorax
description
Transcript of Pneumothorax
LAPORAN KASUS
Pneumothorax
Pembimbing:
Dr.Emir T.Pasaribu Sp.B(k).Onk
Disusun oleh:
Vijayaletchumy 100100285
Ruthra Devi 100100301
Yasotah 100100300
Aarchana 100100292
Ritta Kumari 100100423
Indraprasath Rau 100100191
Simon Raj 100100262
Sunthara Vignes 100100398
Tanisraaj 100100412
DEPARTEMEN ILMU BEDAH UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan berkatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul Pneumothorax ini.
Adapun tujuan penulisan Makalah Ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik senior pada Departemen Ilmu Bedah Umum, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan pula terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr.Emir T.Pasaribu Sp.B(k).Onk atas kesediaan beliau sebagai pembimbing
dalam penulisan makalah ini. Besar harapan, melalui makalah ini, pengetahuan dan
pemahaman kita mengenai Pneumothoraks semakin bertambah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Kasus ini baik
dari segi isi maupun sistematika penulisan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
menyempurnakan Laporan Kasus ini. Semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, 28 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan..............................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1. Pneumothorax...................................................................................2
2.1.1 Definisi.............................................................................................2
2.1.2 Klasifikasi.........................................................................................2
2.1.3 Patofisiologi.....................................................................................5
2.1.4 Diagnosis..........................................................................................5
2.1.5 Penatalaksanaan................................................................................8
BAB 3 LAPORAN KASUS...................................................................................12
BAB 4 KESIMPULAN…………………………………...………………………26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................………..27
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan
penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan
maksimal sebagaimana biasanya ketika bernapas. Pneumothoraks dapat terjadi baik
secara spontan maupun traumatik. Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat
primer dan sekunder. Sedangkan pneumothoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik
dan non iatrogenik.1
Insidensi pneumothoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak
diketahui. Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan
bahwa pneumothoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur
sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering daripada wanita, dengan perbandingan 5 : 1.
Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan meningkat pada perokok berat
dibanding non perokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada usia muda, dengan
insidensi puncak pada dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun). Sementara itu,
pneumothorax traumatik dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak
langsung pada dinding dada, dan diklasifikasikan menjadi iatrogenik maupun non-
iatrogenik. Pneumothorax iatrogenik merupakan tipe pneumothorax yang sangat
sering terjadi sesuai perkembangan di bidang pulmonologi telah banyak dikerjakan
pendekatan baru berupa tindakan torakostomi disertai video (VATS = video assisted
thoracoscopy surgery), ternyata memberikan banyak keuntungan pada pasien-pasien
yang mengalami pneumothoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap di
rumah sakit.2,3
1.2. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi dari pneumothoraks, serta
cara menegakkan diagnosa pneumothoraks secara tepat dan penanganan ATLS.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pneumothorax
2.1.1 Definisi
Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam rongga
pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat
leluasa mengembang terhadap rongga dada.3 Rongga pleura adalah rongga yang
terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada. Pneumothoraks
adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru yang terkena. Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura
viseralis yang menimbulkan kebocoran udara ke rongga torak. Pneumothorak dapat
terjadi berulang kali.4
2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi menurut penyebabnya, pneumothoraks dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:2,5
1. Pneumothoraks spontan
Yaitu setiap pneumothoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumothoraks tipe ini
dapat diklasifikasikan lagi kedalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumothoraks spontan primer, yaitu pneumothoraks yang terjadi secara tiba-
tiba tanpa diketahui sebabnya atau tanpa penyakit dasar yang jelas. Lebih
sering pada laki-laki muda sehat dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur
bulla kecil (1-2cm) subpleural, terutama di bagian puncak paru
b. Pneumothoraks spontan sekunder, yaitu pneumothoraks yang terjadi dengan
didasari oleh riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, tersering
pada pasien bronkitis dan emfisema yang mengalami ruptur emfisema
subpleura atau bulla. Penyakit dasar lain: Tb paru, asma lanjut, pneumonia,
abses paru atau Ca paru, fibrosis kistik, penyakit paru obstruktik kronis
(PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru.
2. Pneumothoraks traumatik2
Yaitu pneumothoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi
maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
Pneumothoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Pneumothoraks traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumothoraks yang terjadi
karena jejas kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotrauma.
b. Pneumothoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumothoraks yang terjadi akibat
komplikasi dari tindakan medis. Pneumothoraks jenis ini pun masih dibedakan
menjadi dua, yaitu:
Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada
parasentesis dada, biopsi pleura.
Pneumothoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumothoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini
dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan
tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan
paru.
Berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumothoraks dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis,
yaitu:8
1. Pneumothoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding
dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam rongga
pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif karena
diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru belum mengalami
re-ekspansi, sehingga masih ada rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah
kembali negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan udara di rongga
pleura tetap negatif.
2. Pneumothoraks Terbuka (Open Pneumothorax)
Yaitu pneumothoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus
yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada). Dalam
keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada pneumothoraks
terbuka tekanan intrapleura sekitar nol. Perubahan tekanan ini sesuai dengan
perubahan tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. Pada saat inspirasi
tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu,
pada saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi
mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada yang terluka (sucking wound)
3. Pneumothoraks Ventil (Tension Pneumothorax)
Adalah pneumothoraks dengan tekanan intrapleura yang positif dan makin lama
makin bertambah besar karena ada fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada
waktu inspirasi udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu ekspirasi udara di
dalam rongga pleura tidak dapat keluar. Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura
makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul
dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal
napas
Berdasarkan luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumothoraks dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Pneumothoraks parsialis
yaitu pneumothoraks yang menekan pada sebagian kecil paru (< 50% volume paru).
2. Pneumothoraks totalis
yaitu pneumothoraks yang mengenai sebagian besar paru (> 50% volume paru)
2.1.3. Patofisiologi
Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan digunakan untuk
melakukan proses ventilasi dan oksigenasi, yaitu pertama tulang, tulang – tulang yang
menyusun struktur pernapasan seperti tulang klafikula, sternum, scapula. Kemudian
yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat berperan pada proses inspirasi
dan ekspirasi . Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami kerusakan, akan
berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi. contoh kasusnya, adanya fraktur
pada tulang iga atau tulang rangka akibat kecelakaan, sehingga bisa terjadi keadaaan
flail chest atau kerusakan pada otot pernapasan akibat trauma tumpul, serta adanya
kerusakan pada organ viseral pernapasan seperti, paru-paru, jantung, pembuluh darah
dan organ lainnya di abdominal bagian atas, baik itu disebabkan oleh trauma tumpul,
tajam, akibat senapan atau gunshot. Tekanan intrapleura adalah negatif, pada proses
respirasi, udara tidak akan dapat masuk kedalam rongga pleura. Jumlah dari
keseluruhan tekanan parsial dari udara pada kapiler pembuluh darah rata-rata (706
mmHg). Jadi yang menyebabkan masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat
trauma yang mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau viseral, atau
disebabkan kelainan konginetal adanya bula pada subpleura yang akan pecah jika
terjadi peningkatan tekanan pleura.6,7
2.1.4. Diagnosis5,8
Dari anamnesis sulit bernafas yang timbul mendadak dengan disertai nyeri dada
yang terkadang dirasakan menjalar ke bahu. Dapat disertai batuk dan terkadang terjadi
hemoptisis. Perlu ditanyakan adanya penyakit paru atau pleura lain yang mendasari
pneumothorak, dan menyingkirkan adanya penyakit jantung.
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam
rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis). Gejalanya
bisa berupa:
Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika
penderita menarik nafas dalam atau terbatuk.
Sesak nafas
Dada terasa sempit
Mudah lelah
Denyut jantung yang cepat
Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur. Gejala lainnya
yang mungkin ditemukan:
Hidung tampak kemerahan
Cemas, stres, tegang
Tekanan darah rendah (hipotensi)
Pemeriksaan fisik sesak nafas dan takikardi yang dapat disertai sianosis pada
pneumothorak ventil atau ada penyakit dasar paru.
Inspeksi:
Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiperekspansi dinding dada), pada
waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal, trakea dan jantung terdorong
ke sisi yang sehat, deviasi trakea, ruang interkostal melebar.
Auskultasi:
Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang, suara vokal
melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif.
Palpasi:
Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar, iktus jantung
terdorong ke sisi toraks yang sehat, fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi
yang sakit.
Perkusi:
Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar, batas
jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi, pada
tingkat yang berat terdapat gangguan respirasi/sianosis, gangguan vaskuler/syok.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax
Gambaran radiologis yang tampak pada foto thorax kasus pneumothoraks antara lain:
Bagian pneumothoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus
paru.
Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.
Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.
Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, diafragma mendatar
dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah
paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumothoraks ventil
dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
Pada pneumothoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut
o Pneumomediastinum, Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah
mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di
mediastinum.
o Emfisema subkutan, Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum
lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang
mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak
cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang.
o Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma.
CT-scan thorax
CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa
dengan pneumothoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumothoraks spontan primer
dan sekunder. Komplikasi dapat berupa hemopneumotorak,
pneumomediastinum dan emfisemakutis, fistel bronkopleural dan empiema.
2.1.5. Penatalaksanaan8
(Pada pasien trauma)
PRIMARY SURVEY
Airway
Assessment
1. Perhatikan patensi airway
2. Dengar suara napas
3. Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
Management
1. Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust,
hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
2. Reposisi kepala, pasang collar-neck
3. Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral/nasal)
Breathing
Assesment
1. Periksa frekwensi napas
2. Perhatikan gerakan respirasi
3. Palpasi toraks
4. Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
Management
1. Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
2. Lakukan tindakan bedah emergensi untuk atasi tension pneumothoraks, open
pneumothoraks, hemothoraks, flail chest.
Circulation
Assesment
1. Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
2. Periksa tekanan darah
3. Pemeriksaan pulse oxymetri
4. Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
Management
1. Resusitasi cairan dengan memasang 2 IV lines
2. Torakotomi emergency bila diperlukan
3. Operasi Eksplorasi vaskular emergensi
Tindakan Bedah Emergensi
1. Krikotiroidotomi
2. Trakheostomi
3. Tube Torakostomi
4. Torakotomi
5. Eksplorasi vascular
Pneumothoraks Simpel
Pneumothoraks Simpel adalah pneumothoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra
toraks yang progresif.
Ciri :
1. Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
2. Tidak ada mediastinal shift
3. Pemeriksaan Fisis: bunyi napas menurun, hyperresonance (perkusi), pengembangan
dada menurun
Penatalaksanaan: Water Sealed Drainage (WSD)
Pneumothoraks Tension
Pneumothoraks tension adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks
yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumothoraks tension ditemukan
mekanisme ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri :
1. Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi: kolaps total paru,
mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakea , venous
return menurun → hipotensi & respiratori distress berat.
2. Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu,
hipotensi, JVP meningkat, asimetris statis & dinamis.
3. Merupakan keadaan life-threatening tidak perlu foto toraks.
Penatalaksanaan :
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)
2. Water Sealed Drainage (WSD)
Open Pneumothorax
Open pneumothorax terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara
dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama
dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound. Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan :
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain
Umumnya disertai dengan perdarahan (hematothoraks)
INDIKASI PEMASANGAN WSD :
Hemothoraks, efusi pleura
Pneumothoraks ( > 25 % )
Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
KONTRA INDIKASI PEMASANGAN :
Infeksi pada tempat pemasangan
Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol
Farmakoterapi
Local anesthetics (eg, lidocaine hydrochloride)
Opioid anesthetics (eg, fentanyl citrate, morphine)
Benzodiazepines (eg, midazolam, lorazepam)
Antibiotics (eg, doxycycline, cefazolin)
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : SMR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 53 Tahun
No. Rekam Medik : 00.65.42.96
Tanggal masuk : 15 September 2015
ANAMNESIS
Keluhan utama : Luka tusuk di dada
Telaah : Pasien mengeluh luka tusuk di dada dan punggung
Belakang setelah ditusuk menggunakan pisau dapur ± 15cm
3 jam SMRS. Pasien ditusuk oleh menantunya saat
berkelahi dengan tangan kosong. Pasien merupakan rujukan
dari RSU Insani dengan diagnosis trauma thoraks +
multiple vulnus punctum. Riwayat pingsan (-), muntah (-),
kejang (-)
RPT : DM (-), Hipertensi (-)
RPO : (-)
PRIMARY SURVEY
A : clear
B : spontan, RR : 28x/menit, tindakan pemasangan chest tube
C : TD : 110 /70 mmHg, HR : 85x/menit
D : GCS 15
E : Luka tusuk multiple (+)
SECONDARY SURVEY
Kepala : Anemia +/+, Ikterik -/-, RC +/+ isokor
Thorax : Tampak luka sudah terhecting di dada kiri setinggi costa III, ukuran
3cm
: Tampak luka sudah terhecting di midklavikula kiri, ukuran 5cm
: Tampak luka sudah terhecting di punggung kanan, ukuran 2cm
: Tampak luka sudah terhecting di punggung kiri setinggi kosta 6,
ukuran 3cm
Abdomen : Inspeksi : Simetris
Palpasi : H/L/R : tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : hangat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
15 September 2015
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG) g% 8,40 13,2-17,3
Eritrosit (RBC) 106/mm3 3,47 4,20 – 4,87
Leukosit (WBC) 103/mm3 22,58 4,5 – 11,0
Hematokrit % 39,80 43 – 49
Trombosit (PLT) 103/mm 248 150 – 450
HATI
Albumin g/dL 2,7 3,5 – 5,0
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu) mg/ dL 117,20 <200
GINJAL
Ureum mg/ dL 20,90 <50
Kreatinin mg/ dL 0,83 0,70 – 1,20
Elektrolit
Natrium (Na) mEq/L 136 135 – 155
Kalium (K) mEq/L 4,7 3,6 – 5,5
Klorida (Cl) mEq/L 106 96 – 106
Kesan : Anemia + Leukositosis
22 September 2015
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG) g% 10,40 13,2-17,3
Eritrosit (RBC) 106/mm3 3,47 4,20 – 4,87
Leukosit (WBC) 103/mm3 12,45 4,5 – 11,0
Hematokrit % 39,80 43 – 49
Trombosit (PLT) 103/mm 248 150 – 450
HATI
Albumin g/dL 2,7 3,5 – 5,0
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu) mg/ dL 117,20 <200
GINJAL
Ureum mg/ dL 20,90 <50
Kreatinin mg/ dL 0,83 0,70 – 1,20
Elektrolit
Natrium (Na) mEq/L 136 135 – 155
Kalium (K) mEq/L 4,7 3,6 – 5,5
Klorida (Cl) mEq/L 106 96 – 106
Pemeriksaan Foto Thorax AP erect (15 September 2015)
Kesimpulan : Kedua sinus kostofrenikus lancip, kedua diafragma licin
Tampak fibroinfiltrat di lapangan tengah paru bilateral
Jantung kesan membesar
Tampak bayangan lusen pada supraklavikula bilateral
Trakea di tengah
Pemeriksaan Foto Thorax AP erect (setelah pemasangan chest tube)
Pemeriksaan USG Abdomen (15 September 2015)
Kesimpulan : Tidak tampak collecting fluid di hepatorenal pouch, spleenorenal
pouch, dan rectovesical pouch
Foto Pasien
DIAGNOSIS
(L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound o/t
chest and back
PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
- Inj. Ketorolac 30gr/8jam
- Inj. Ranitidine 50gr/12jam
- Inj. Tetagam 250 IU IM
- Cek DL, AGDA, Albumin, Na/K/Cl
- Foto thoraks PA erect
- USG abdomen
- Pemasangan chest tube
- Transfusi PRC (416cc)
FOLLOW UP
15 September 2015
S : Nyeri (+) , batuk (+), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/I
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8jam
16 September 2015
S : Nyeri (+), batuk (+), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/I
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8jam
17 September2015
S : Nyeri (+), batuk (-), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/I
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8jam
18 September 2015
S : Nyeri (+), batuk (-), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8jam
19 September 2015
S : Nyeri (+), batuk (-), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8jam
20 September 2015
S : Nyeri (+), batuk (-), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj Ketorolac 30 mg/8jam
21 September 2015
S : Nyeri (-), batuk (-), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- PCT 3x500 mg
- Susul foto thoraks kontrol
22 September 2015
S : Nyeri (-), batuk (-), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka< ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
Chest tube terpasang
-undulasi (+), produksi (-), ekspiratory bubble (-), respiratory bubble (-)
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + post insertion chest tube + lacerated wound
o/t chest and back
P : - IVFD Asenig 20gtt/i
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- PCT 3x500 mg
- Cabut chest tube
23 September 2015
S : Nyeri (-), batuk (-), sesak (-)
O : Hemodinamik stabil, sens: CM
Regio Thorax: Inspeksi: datar, simetris
Auskultasi: vesikuler kedua hemitoraks
Palpasi: Nyeri tekan (-), sf ka= ki
Perkusi: sonor pada kedua hemitoraks
A : (L) Pneumotoraks d/t penetrating wound + lacerated wound o/t chest and back
P : - IV line Aff
- Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
- PCT 3x500 mg (k/p)
- Rencana pulang
BAB 4
KESIMPULAN
Pneumothoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh udara,
sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan gangguan
dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada
pasien sering mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada.
Berdasarkan penyebabnya, pneumothoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun
traumatik. Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan
pneumothoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel
yang terbentuk, maka pneumothoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).
Dalam menentukan diagnosa pneumothoraks seringkali didasarkan pada hasil foto
röntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru
yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil
röntgen juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang
terkena pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.
Pada prinsipnya, penanganan pneumothoraks berupa observasi dan pemberian O2
yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumothoraks yang berat dapat dilakukan
tindakan pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi disesuaikan dengan penyakit yang
mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar pneumothoraks tidak terjadi
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :
EGC; 1997. p. 598.
2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K,Marcellus, Simadibrata.
Setiati, Siti.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat
PenerbitanDepartemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas KedokteranUniversitas
Indonesia; 2006. p. 1063.
3. Prabowo, A.Y.(2010, Desember 20).Water Seal DrainagePada Pneumothorax Post
Trauma Dinding Thorax. BagianIlmu Penykit Dalam.RSUD Panembahan Senopati
Bantul;2010. Diakses 22 Maret 2011.http://www.fkumycase.net/.
4. Anonim, Medicastore.Kolaps Paru-Paru (Pneumothorax).Diakses 25 September 2015.
http://medicastore.com/
5. Bowman, Jeffrey, Glenn.Pneumothorax, Tension and Traumatic Updated: 2010 May
27;cited2015September22.Availablefromhttp://emedicine.medscape.com/article/
827551
6. Srillian, Vera (2011).Pneumothorax. hasil karya referat skripsi
7. American College Of Surgeons Committee On Trauma, Student Course Manual 7 th
Edition : advanced Trauma Life Support for Doctors : Bab 5 Trauma Thoraks: 111-
127.
8. Anonim. Europan course trauma care thoracic trauma; cited 24 November 2012
available at www.cdu.dc.med.unipi.it/ectc/ethoma.htm