Pneumothorax tension

42
REFERAT TENSION PNEUMOTHORAX Disusun oleh : Ninditha Retno Pradani NIM.082011101049 Pembimbing : dr. Adi Nugroho, Sp.B Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik di SMF Bedah RSD dr. Soebandi Jember SMF BEDAH RSD dr. SOEBANDI

description

referat refrat Pneumothorax tension

Transcript of Pneumothorax tension

Page 1: Pneumothorax tension

REFERAT

TENSION PNEUMOTHORAX

Disusun oleh :

Ninditha Retno Pradani

NIM.082011101049

Pembimbing :

dr. Adi Nugroho, Sp.B

Disusun untuk melaksanakan tugas

Kepaniteraan Klinik di SMF Bedah

RSD dr. Soebandi Jember

SMF BEDAH RSD dr. SOEBANDI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

JEMBER

2013

Page 2: Pneumothorax tension

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ 1

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2

BAB. I PENDAHULUAN........................................................................................ 3

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

Definisi................................................................................................................ 4

Epidiomologi....................................................................................................... 4

Anatomi .............................................................................................................. 4

Etiologi................................................................................................................ 9

Diagnosis............................................................................................................. 12

Penatalaksanaan.................................................................................................. 18

Komplikasi.......................................................................................................... 24

Prognosis............................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 25

1

Page 3: Pneumothorax tension

BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi

udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera.

Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/ rongga pleura.

Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan

paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga pleura pada akhir

inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm H2O. 9

Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumotoraks dan non-tension

pneumotoraks. Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana

akumulasi udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan

tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah

berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan. Non-tension pneumothorax tidak

seberat Tension pnemothorax karena akumulasi udara semakin bertambah sehingga

tekanan terhadap organ di dalam rongga dada juga semakin meningkat. 1, 4, 7.

2

Page 4: Pneumothorax tension

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Tension pneumotoraks adalah bertambahnya udara dalam ruang pleura secara

progresif, biasanya karena laserasi paru-paru yang memungkinkan udara untuk

masuk ke dalam rongga pleura tetapi tidak dapat keluar atau tertahan di dalam

rongga pleura. Hal ini dapat terjadi secara spontan pada orang dengan kondisi paru-

paru kronis ("primer") dan juga pada mereka dengan penyakit paru-paru

("sekunder"), dan banyak pula yang terjadi setelah trauma fisik ke dada, cedera

ledakan , atau sebagai komplikasi dari perawatan medis. Ventilasi tekanan positif

dapat memperburuk efek “one-way-valve”. Peningkatan progresif tekanan dalam

rongga pleura mendorong mediastinum ke hemithorax berlawanan, menghalangi

aliran balik vena ke jantung, dan menekan paru-paru pada hemithorax kontralateral..

Hal ini menyebabkan ketidakstabilan peredaran darah dan dapat menyebabkan

traumatic arrest. 1, 5, 10.

1.2 Epidemiologi

Insidensi dari tension pneumotoraks di luar rumah sakit tidak mungkin dapat

ditentukan. Revisi oleh Department of Transportation (DOT) Emergency Medical

Treatment (EMT) Paramedic Curriculum menyarankan tindakan dekompresi jarum

segera pada dada pasien yang menunjukan tanda serta gejala yang non-spesifik.

Sekitar 10-30% pasien yang dirujuk ke pusat trauma tingkat 1 di Amerika Serikat

menerima tindakan pra rumah sakit berupa dekompresi jarum torakostomi, meskipun

pada jumlah tersebut tidak semua pasien menderita kondisi tension pneumotoraks. 4,

7.

Insidensi umum dari tension pneumotoraks pada Unit Gawat Darurat (UGD)

tidak diketahui. Literatir-literatur medis hanya menyediakan gambaran singkat

mengenai frekuensi pnemotoraks desak. Sejak tahun 2000, insidensi yang dilaporkan

kepada Australian Incident Monitoring Study (AIMS), 17 pasien yang diduga

menderita pneumotoraks, dan 4 diantaranya didiagnosis sebagai tension

3

Page 5: Pneumothorax tension

pneumotoraks. Pada tinjauan yang lebih lanjut, angka kematian prajurit militer dari

trauma dada menunjukan hingga 5% dari korban pertempuran dengan adanya trauma

dada mempunyai tension pneumotoraks pada saat waktu kematiannya.4, 7.

1.3 Anatomi

Batas Rongga Thoraks

Penampakan thorax dari luar adalah batas bawah leher dan batas atas

abdomen. Namun pada bagian dalam tidaklah demikian, batas ronga thorax

adalah :

Batas belakang thorax setinggi C7, lebih tinggi dari bagian depan karena

melalui bidang yang dibentuk oleh iga pertama agak miring kebawah

Batas depan thorax setinggi vertebrae thorakal ke-2

Batas bawah thorax adalah diafragma yang berbentuk seperti kubah ke

atas. Karena bentuk diafragma yang seperti kubah, dari permukaan tidak

dapat dipakai peregangan bahwa bawah thorax adalah batas bawah

costae.

Batas atas thorax dapat diraba di incisura jugularis, yatu cekungan antara

caput klavikula kanan dan kiri. Incisura ini berseberangan dengan batas

atas bawah dari vertebrae thorakal ke-2. 10,11,12

Tulang dinding dada

4

Page 6: Pneumothorax tension

Dinding dada dibentuk oleh 12 tulang vertebrae thorakalis, 12 pasang iga dan

sternum.

Vertebrae

Persendian vertebrae dengan tulang iga menyebabkan iga ini mempunyai

bentuk yang agak spesifik. Vertebrae thorakalis pertama memiliki persendian

yang lengkap dengan costae I dan setengah persendian dengan costae II.

Selanjutnya costae II-VIII mempunyai dua persendian, di atas dan di bawah

korpus vertebrae untuk costae II sampai dengan VIII, sedangkan costae IX-XII

hanya satu. 10,12

Costae

Secara umum costae ada 12 pasang kanan dan kiri, Tujuh pasang iga pertama

dinamakan costae vera (iga sejati). Costae I-VII bertambah panjang secara

bertahap, yang kemudian memendek secara bertahap. Costae VIII-X berfungsi

membentuk tepi costal sebelum menyambung dengan tepi bawah sternum, maka

disebut costae spuriae (iga palsu). Costae XI-XII disebut costae fluctuantes (iga

melayang). 10,12

Sternum

Sternum terdiri dari manubrium sterni, korpus sterni dan procesus xiphoideus.

Angulus sterni ludovici yang terbentuk antar manubrium dan korpus sterni dapat

teraba dan merupakan patokan dalam palpasi iga ke-2 di lateralnya. 10,12

Otot-otot pada dinding thoraks

5

Page 7: Pneumothorax tension

Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan musculus utama dinding

anterior thorax. Musculus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan musculus

gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus dinding posterior thorax. Tepi

bawah musculus pectoralis mayor membentuk lipatan / plica aksilaris anterior,

lengkungan dari musculus latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan

axial posterior.10,11

6

Page 8: Pneumothorax tension

Vaskularisasi dan Persarafan 13

7

Page 9: Pneumothorax tension

Pleura

Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh darah dan

limfatik. Di sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal

kebocoran udara dan kapiler. Pleura viseralis menutupi paru dan sifatnya tidak

sensitive. Pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama dengan

pleura parietalis, yang melapisi dinding thorax dan diafragma. Pleura parietalis

8

Page 10: Pneumothorax tension

mendapatkan persarafan dari nerve ending, sehingga ketika terjadi penyakit atau

cedera maka timbul nyeri. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada tiap arah dan

sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru-paru normal. 10,13

Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti tiga lapisan

muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang. Vena arteri, dan nervus

dari tiap rongga intercostals berada di belakang tepi bawah iga. Karenanya jarum

torakosintesis atau klem yang digunakan untuk masuk kepleura harus dipasang

melewati bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.10,13

Diafragma

Bagian musculus perifer berasal dari bagian bawah iga ke-6 dan kartilago

costae, dari vertebrae lumbalis, dan dari lengkung lumbosakral, sedang bagian

muscular melengkung membentuk tendosentral. Serabut ototnya berhubungan

dengan M.transverse abdominis di batas costae. Diafragma menempel di bagian

belakang costae melalui serat-serat yang berasal dari ligamentum arcuata dan

crura. Nervus prenicus mempersarafi motorik dan intercostals bawah

mempersarafi sensorik. Diafragma berperan besar pada ventilasi paru selama

respirasi tenang.13

9

Page 11: Pneumothorax tension

1.4 FISIOLOGI PERNAFASAN

Gerakan dinding dada

Sewaktu inspirasi terjadi pembesaran dinding dada kea rah ventrodirsalis dan

lateralis. Pengembangan dada ini dimungkinkan karena mobilitas artikulatio

kostovertebralis, elatisitas tulang rawan iga, dank arena sedikit bertambahnya

kifosis kolumna vertebralis. Otot-otot yang berperan dalam inspirasi adalah

diafragma (otot primer inspirasi), M intercostalis externa (otot komplementer

inspirasi), dan otot-otot leher, yakni M. skalenus dan M. sternokleidomastoideus,

keduanya berperan pada inspirasi paksa dengan mengangkat bagian atas rongga

thorax. 10

Ekspirasi terjadi akbat proses pasif dengan melemasnya otot-otot inspirasi

sehingga rongga dada dan paru kembali ke ukuran prainspirasi. Pada ekspirasi

paksa, otot-otot yang berperan adalah otot-otot abdomen dan mm.intercoastalis

interna. 10

Gaya yang menggerakkan rangka dada secara umum adalah mm. intercostalis

dan mm. scalene. Otot-otot tersebut merupakan otot metametrik primitive yang

harus dimasukkan ke dalam golongan otot authochthonus dada. Termasuk pula

mm.transverses thoracis dan mm.subcostales. Otot-otot tersebut dipersarafi oleh

rami anterior N.spinalis dan N. intercostalis 10

10

Page 12: Pneumothorax tension

Gambar 1. Anatomi cavum thorax 3.

1.4 Klasifikasi

Pneumothorax dapat diklasifikasikan berdasarkan:

a. Etiologi

b. Ekspansi

c. Mekanisme

d. Durasi

Etiologi

1. Pneumothorax spontan

Merupakan kejadian pneumothorax yang paling sering. Dan merupakan

patologi sekunder dari kelainan paru atau pleura yang sudah terjadi

sebelumnya. Terjadi tanpa didahului oleh trauma. Biasanya terjadi pada

11

Page 13: Pneumothorax tension

usia 20-40 tahun dengan manifestasi nyeri yang tajam, dan sesak nafas.

Pada pasien dengan bronkitis kronis dan emfisema yang berusia lebih dari

40 tahun, sudah terjadi destruksi progresif dari dinding alveolar dan

peningkatan tekanan intrapulmonari yang terus meningkat yang

disebabkan oleh batuk kronisnya dapat berujung pada bocornya dinding

paru-paru ke ruang pleura yangbisa menyebabkan pneumothorax spontan. 4.

2. Traumatik pneumothorax non-iatrogenik

Tejadi pada trauma dada baik langsung maupun tidak langsung seperti

pada kecelakaan lalu lintas, luka tusuk, atau luka perang.

3. Iatrogenik pneumothorax

Terjadi sebagai hasil atau komplikasi dari tindakan diagnostik atau

teraupetic.

Ekspansi

1. Lokal

Terjadi setelah pleura parietal dan visceral mengalami adhesi.

2. General

Terjadi bila ada lubang pada ruang pleural seperti pada

hematopneumothorax.

Mekanisme

1. Pneumothorax terbuka

Termasuk kedalam pneumothorax terbuka bila didapatkan adanya

pergerakan udara didalam ronga pleura yang dikarenakan adanya

hubungan dari dalam rongga ke udara bebas di luar.. hal ini nantinya bisa

berlanjut menjadi bronco pneumonial fistula.

2. Pneumothorax tertutup

Termasuk kedalam pneumothorax terbuka bila tidak didapatkan adanya

pergerakan udara didalam ronga pleura. Jadi udara yang ada di rongga

intrapleural seperti terperangkap di dalamnya.

3. Pneumothorax valvular

12

Page 14: Pneumothorax tension

Termasuk kedalam pneumothorax valvular ketika udara bisa masuk

kedalam rongga pada saat inspirasi tapi tidak dapat keluar saat ekspirasi.

Tipe pneumothorax ini yang nantinya akan sangat bisa menjadi kondisi

yang emergensi karena adanya peningkatan tekanan intrapelura yang

meningkat dengan pasti dan bisa menyebabkan penekanan mediastinum

dan vena-vena besar. Sehingga mediastinum akan menyempit dan

tertekan, vena-vena besar akan terjepit sehingga dapat menurunkan arus

balik vena ke jantung. Hal ini bisa meningkatkan kerja jantung dan

respirasi yang nantinya akan bermanifestasi menjadi tension

pneumothorax apabila tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.

1.5 Etiologi

Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena

iatrogenik atau berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut:

Trauma benda tumpul atau tajam – meliputi gangguan salah satu pleura visceral

atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak

menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks)

Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya

vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia).

Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke

Tension Pneumotoraks

Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks

sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai katup satu arah.

Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks 4, 5.

1.6 Diagnosis

Diagnosa tension pneumothorax merupakan diagnosa dari klinis, bukan dari

radiologi.Tanda-tanda klasik dari tension pneumotoraks adalah adanya distress

nafas, takikardi, hiporensi, adanya deviasi trakea, hilangnya suara nafas unilateral,

distensi vena leher, dan bisa menjadi sianosis pada manifestasi lanjutnya. Gelaja

13

Page 15: Pneumothorax tension

klinis dari tension pneumothorax ini mungkin mirip dengan gejala klinis dari

cardiac tamponade, tetapi angka kejadian tension pneumotorax ini lebih besar dari

cardiac tamponade. Selain itu untuk membedakannya juga bisa dilakukan dengan

mengetahui bahwa dari perkusi didapatkan adanya hiperresonansi pada bagian dada

ipsilateral, 1

Pada pemeriksaan fisik thorak didapatkan :

1. Inspeksi :

a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi

dinding dada)

b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal

c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

2. Palpasi :

a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar

b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

3. Perkusi :

a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani

b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan

intrapleura tinggi

4. Auskultasi :

a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang15

Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan pada:

1. Foto Röntgen

Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus pneumotoraks

antara lain 16:

a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan

tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang

kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai

dengan lobus paru.

14

Page 16: Pneumothorax tension

b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque

yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang

luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan

sesak napas yang dikeluhkan.

c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium

intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila

ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,

kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan

intra pleura yang tinggi.

Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak

panah merupakan bagian paru yang kolaps

2. Analisa Gas Darah

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun

pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal

napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

3. CT-scan thorax

CT-scan thoraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa

dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan

15

Page 17: Pneumothorax tension

ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer

dan sekunder.

4. USG

Pneumotoraks dapat juga didiagnosis oleh USG. Udara di rongga pleura

ditampilkan pantulan gelombang yang sangat tajam. Tidak seperti udara

intrapulmoner, pantulan gelombang tidak bergerak saat respirasi. Bagaimanapun

juga, luas pneumotoraks ditentukan dengan radiologis dada9.

Menggunakan Linear array transducer (Small parts/high frequency probe)

dengan pasien dalam posisi supinasi, scan dipermukaan anterior dinding dada

menarik garis sagital (longitudinal). Scan mulai dari anterior axillary line ke para

sternal line.

16

Gambar 6 Anatomi NormalRib shadows (R) are visible as bright reflectors with distal shadow.The Pleura (* *) is a bright echogenic line beneath the ribs.Comet Tail artifacts (> arrows) arise from normal pleura reflecting sound waves.

Page 18: Pneumothorax tension

Tension pneumotoraks dapat berkembang (memburuk) dengan sendirinya,

terutama pada pasien dengan ventilasi tekanan positif. Hal ini bisa segera terjadi

atau dalam beberapa jam ke depan. Sebuah takikardi hipotensi, dijelaskan dan

peningkatan tekanan udara sangat progresif dari tekanan yang semakin meningkat. 13.

17

Gambar 8 Video PneumotoraksNO lung sliding back and forthNote the pleura and ribs move togetherNO comet tail artifacts

Gambar 7 Video Anatomi NormalLung sliding back and forthNote the pleura moves with respect to the ribsComet tail artifacts

Page 19: Pneumothorax tension

Deviasi trakhea menjauh dari sisi dada yang terkena tension. Pergeseran mediastinum. Depresi dari diafragma-hemiselulosa. 7, 8

Dengan derajat tension pneumotoraks, tidak sulit untuk menilai

bagaimana fungsi kardiovaskuler dapat terganggu akibat tension, karena terdapat

adanya obstruksi pada vena yang kembali ke jantung. Masif tension

pneumotoraks memang seharusnya sudah dapat dideteksi secara klinis dan,

dalam menghadapi kolaps hemodinamik, telah tatalaksana dengan cara

emergency thoracostomy - needle atau sebaliknya. 1, 7, 8.

Tension pneumotoraks kiri

Sebuah tension pneumotoraks mungkin berkembang saat pasien

menjalani pemeriksaan lanjutan, seperti CT scan (gambar di bawah) atau

18

Page 20: Pneumothorax tension

operasi. kalaupun ada penurunan oksigenasi pasien atau status ventilasi, dada

harus kembali diperiksa. 7, 13.

CT dari tension pneumotoraks

Adanya (chest tube) bukan berarti pasien tidak bisa berkembang menjadi

tension pneumotoraks. Pasien di bawah ini memiliki ketegangan sisi kanan

meskipun adanya sebuah chest tube. Sangat mudah untuk menilai bagaimana hal

ini dapat terjadi pada gambar CT yang menunjukkan chest tube dalam fisura

oblique. Chest tube disini akan ditempatkan bagian belakang dada, sehingga

akan di pertahankan tetap disana ketika paru-paru didepannya menekan ke arah

atas-belakang. Chest tube pada pasien trauma terlentang harus ditempatkan

secara posterior untuk menghindari komplikasi ini. Komplikasi lain dari tension

pneumothorax lainnya seperti haemothoraks masih akan di-drainase asalkan

paru-paru telah mengembang sepenuhnya. 7, 5, 8, 10, 12.

CT scan juga menunjukkan mengapa tension pneumotoraks tidak terlihat

pada X-ray dada polos paru yang dikompresi belakang tetapi meluas keluar ke

tepi dinding dada, sehingga tanda-tanda paru-paru terlihat di seluruh bidang

paru-paru. Namun ada pergeseran garis tengah dibandingkan dengan film

sebelumnya. 7, 8.

19

Page 21: Pneumothorax tension

Foto dada awal

Setelah insersi chest tube dalam ruang mediastinum

Dada bagian atas menunjukkan posisi chest tube

20

Page 22: Pneumothorax tension

Tension pneumotoraks kanan

Tension pneumotoraks juga dapat bertahan jika ada cedera pada jalan napas

besar, mengakibatkan fistula bronkhopleura. Dalam hal ini sebuah tabung dada tidak

dapat mengatasi kebocoran udara utama. Dalam kasus ini thorakotomi biasanya

ditunjukkan untuk memperbaiki saluran udara dan paru-paru yang rusak. 7, 8.

Hati-hati juga pasien dengan tension pneumotoraks bilateral. Trakea merupakan

central, ketika perkusi dan suara nafas yang sama di kedua sisi. Pasien-pasien ini

biasanya secara haemodinamika terancam atau dalam traumatik arrest. Gawat

darurat dekompresi dada bilateral dapat menjadi bagian dari prosedur untuk

traumatik arrest dimana hal ini dimungkinkan.

ketegangan Bilateral pneumothoraces

21

Page 23: Pneumothorax tension

1.7 Penatalaksanaan

Needle Thoracostomy

Tension pnumothorax membutuhkan dekompresi yang segera. Dekompresi ini

dapa dilakukan dengan memasukkan jarum ke ruang intercostal ke dua pada garin

midclavicular pada sisi dada yang terkena. Terapi definitifnya biasanya

membutuhkan insersi chest tube ke dalam ruang pleural melalui ruang intercostal ke

lima (setinggi puting susu) dibagian depan di garis midclavicular. 1

Prinsip terapi dari tension pneumothrax ini adalah menjaga jalan nafas agar tetap

terbuka, menjaga kualitas ventilasi, oksigenasi, menghilangkan penyebab traumanya

dan menghilangkan udara di ruang pleura, dan mengontrol ventilasi. 4

Keberhasilan dari terapi yang kita lakukan bisa dinilai dari hilangnya udara

bebas pada ruang interpleural dan pencegahan pada kekambuhan atau recurensi. 4.

Pada kasus tension pneumotoraks, tidak ada pengobatan non-invasif yang dapat

dilakukan untuk menangani kondisi yang mengancam nyawa ini. Pneumotoraks

adalah kondisi yang mengancam jiwa yang membutuhkan penanganan segera. Jika

diagnosis tension pneumotoraks sudah dicurigai, jangan menunda penanganan

meskipun diagnosis belum ditegakkan.

Pada kasus tension pneumotoraks, langsung hubungkan pernafasan pasien

dengan 100% oksigen. Lakukan dekompresi jarum tanpa ragu. Hal-hal tersebut

seharusnya sudah dilakukan sebelum pasien mencapai rumah sakit untuk

pengobatan lebih lanjut. Setelah melakukan dekompresi jarum, mulailah persiapan

untuk melakukan torakostomi tube. Kemudian lakukan penilaian ulang pada pasien,

perhatikan ABCs (Airway, breathing, cirvulation) pasien. Lakukan penilaian ulang

foto toraks untuk menilai ekspansi paru, posisi dari torakostomi dan untuk

memperbaiki adanya deviasi mediastinum. Selanjutnya, pemeriksaan analisis gas

darah dapat dilakukan. 4, 5, 7, 12, 13.

Dekompresi sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothoraks

yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan

intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar

dengan cara :

22

Page 24: Pneumothorax tension

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura,

dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi

negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :

1) Dapat memakai infus set

Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian

infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol

yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang

keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol.

2) Jarum abbocath

Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula.

Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus

ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian

dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke

botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara

yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol.

3) Pipa water sealed drainage (WSD)

Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan

water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura (rongga pleura)

Tujuan :

• Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk

mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

• Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi

sedikit cairan pleura / lubrican.1,15

23

Page 25: Pneumothorax tension

1. Tindakan bedah

a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari

lubang yang menyebabkan pneumothoraks kemudian dijahit

b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang

menyebabkan paru tidak bisa mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi.

c. Dilakukan reseksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan

atau terdapat fistel dari paru yang rusak

d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,

kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain.1,15

24

Page 28: Pneumothorax tension

Skema gambar dari seseorang dengan chest tube di rongga dada kiri. Yang

terhubung ke segel air.

1.8 Komplikasi

Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks) dapat

mengakibatkan kegagalan respirasi akut. Pio-pneumotoraks,

hidro-pneumotoraks/hemo-pneumotoraks, henti jantung paru dan kematian (sangat

jarang terjadi); pneumomediastinum dan emfisema subkutan sebagai akibat

komplikasi pneumotoraks spontan, biasanya karena pecahnya bronkus, sehingga

kelainan tersebut harus ditegakkan (insidensinya sekitar 1%), pneumotoraks

simultan bilateral (insidensinya sekitar 2%), pneumotoraks kronik (insidensinya

sekitar 5 %), bila tetap ada selama waktu lebih dari 3 bulan3.

27

Page 29: Pneumothorax tension

Misdiagnosis adalah komplikasi yang paling umum terjadi dari dekompresi jarum.

Jika pneumotoraks tetapi bukan tipe terjadi yang terjadi, dekompresi jarum akan

mengubah pneumotoraks menjadi tension pneumotoraks. Jika tidak terdapat

pneumotoraks, pasien akan mengalami kondisi pneumotoraks setelah dekompresi

jarum dilakukan. Sebagai tambahan jarum akan melukai jaringan paru, yang

mungkin pada kasus langka dapat menyebabkan cedera paru atau hemotoraks. Jika

jarum yang ditempatkan terlalu dekat ke arah tulang sternum, dekompresi jarum

dapat menyebabkan hemotoraks karena laserasi dari pembuluh darah intercosta.

Penempatan torakostomi tube dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf

intercostae dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan parenkim paru, terutama jika

menggunakan trokar untuk penempatannya. 7, 8.

1.9 Prognosis

Baik, apabila segera dilakukan pertolongan dan pengobatan intensif, terutama

yang mengenai penderita muda yang sehat. Pasien dengan pneumotoraks spontan

hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi

maupun setelah pemasangan tube toracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada

pasien-pasien pneumotoraks yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-pasien yang

penatalaksanaannya cukup baik, umumnya tidak dijumpai komplikasi. Pasien

pneumotoraks spontan sekunder prognosisnya tergantung penyakit paru yang

mendasari2,3.

Lebih dari 50% pasien dengan pneumothorax akan mengalami hal yang

sama di kemudian hari. Tidak ada komplikasi jangka panjang setelah terapi yang

berhasil. Follow up dilakukan setidak-tidaknya dalam satu tahun setelah

pneumothorax teratasi yang dilakukan melalui pengambilan x-ray setiap tiga

bulan. 4

28

Page 30: Pneumothorax tension

DAFTAR PUSTAKA

1. Comittee Of Trauma. Advance Trauma Life Support Chapter 4: Thoracic Trauma P:111-126. United States Og America: American College Of Surgeons.

2. Airlangga University. 2008. Pedoman Teknik Operasi “OPTEK”, Teknik Operasi Sistema Kardiothorax, P:130-148. Surabaya: Airlangga University.

3. Putz,R., Pabst, R., Et All.2007. SOBOTTA Ed.22 Atlas Anatomi Manusia Jilid2. Jakarta: EGC.

4. Jain, Dhruv, Et.All. 2008. Understanding And Managing Tension Pneumothorax. New Delhi. Journal Indian Academy Of Clinical Medicine.

5. Sharma, Anita. Jindad, Parul. 2008. Principles Of Diagnosis And Management Of Traumatic Pneumothorax. Uttarakhand: Journal Of Emergencies.

6. Luh, Shi-Ping. 2010. Diagnosis And Treatment Of Primary Spontaneous Pneumothorax. Zhejiang. Journal Of Zhejiang University Science B.

7. Daley, Brian James, Et.All. 2013. Pneumothorax. Tennesse. Department Of Surgery Division Of Trauma And Critical Care University Of Tennesse Health Science Center College Og Medicine: Emedicine.Mescape.Com.

8. Al-Hameed, Farhan. 2013. Pneumothorax Imaging. Saudi Arabia. Intensive Care Department Of King Abdulaziz Medical City: Emedicine.Medscape.Com

9. Departemen Ilmu Penyakit Paru. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: FK UNAIR – RSD dr.Soetomo.

10. Sideras, Jim. 2011. Tension Pneumothorax: Identification And Treatment. Harvard University: EMS1.com

11. Blaivas, Allen. J. 2007. Tension Pneumotorax. New York: Health Guides The New York Times.

12. Brohi K. 2006. Tension Pneumothorax. London, Uk :Trauma.Org.

13. Moore, O. Forrest, et all. 2011. Blunt traumatic occult pneumothorax: is observation safe? Result of a prospective, AAST multicenter study. The journal of trauma injury, infection, and critical care volume 70 number 5.

29