plendis 17

3
Penatalaksanaan dan Pencegahan Pencegahan terhadap kanker serviks terdiri dari 3 tahap, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan primer : merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Pencegahan primer juga dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko, seperti dengan menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun, berhubungan secara monogami, serta penggunaan vaksin HPV. Pencegahan sekunder : bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini seperti pap smear, kolposkopi, servikografi, pap net, dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA). Pencegahan tersier : pencegahan tersier merupakan pencegahan komplikasi klinik dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan yang tepat berupa operasi, kemoterapi, atau radioterapi ( Rasjidi et al, 2009). Rasjidi, I., et al. 2008. Modalitas deteksi Dini kanker serviks. Jakarta: Sagung Seto Untuk penatalaksaan kanker serviks sendiri dilakukan berdasarkan derajat keparahan dari kanker itu sendiri. Ketika tahap prakanker tindakan pengobatannya adalah pembakaran jaringan pada daerah yang terdapat sel kanker (kauterisasi) dan eksisi, yaitu mengambil sedikit jaringan dari sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan. Tindakan pengobatan penyakit kanker serviks pada stadium dini adalah dengan operasi. (litbang, 2008)

Transcript of plendis 17

Penatalaksanaan dan PencegahanPencegahan terhadap kanker serviks terdiri dari 3 tahap, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.Pencegahan primer : merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Pencegahan primer juga dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko, seperti dengan menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun, berhubungan secara monogami, serta penggunaan vaksin HPV. Pencegahan sekunder : bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini seperti pap smear, kolposkopi, servikografi, pap net, dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA).Pencegahan tersier : pencegahan tersier merupakan pencegahan komplikasi klinik dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan yang tepat berupa operasi, kemoterapi, atau radioterapi ( Rasjidi et al, 2009). Rasjidi, I., et al. 2008. Modalitas deteksi Dini kanker serviks. Jakarta: Sagung SetoUntuk penatalaksaan kanker serviks sendiri dilakukan berdasarkan derajat keparahan dari kanker itu sendiri.Ketika tahap prakanker tindakan pengobatannya adalah pembakaran jaringan pada daerah yang terdapat sel kanker (kauterisasi) dan eksisi, yaitu mengambil sedikit jaringan dari sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan. Tindakan pengobatan penyakit kanker serviks pada stadium dini adalah dengan operasi. (litbang, 2008)Menurut National Comprehensive Cancer Network guidelines, terapi radiasi pelvis merupakan rekomendasi pertama untuk wanita dengan derajat IA. (NCCN, 2014)

www.bmf.litbang.depkes.go.id, 2008.National Comprehensive Cancer Network, 2014, NCCN Clinical practice guidelines in oncology : cervical cancer.

Vaksin Vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah kanker vagina, kanker serviks, kanker vulva dan kanker anal yang disebabkan oleh beberapa jenis dari human papillomavirus (HPV). Vaksin ini juga digunakan untuk mencegah lesi dari infeksi virus HPV. Vaksin HPV bekerja layaknya vaksin pada umumnya yaitu dengan membentuk antibody untuk melawan infeksi virus tersebut. Komponen antibody tersebut digunakan sebagai bahan dasar vaksin. Walaupun vaksin ini dapat mencegah terjadinya kanker, namun vaksin ini tidak dapat menyembuhkan infeksi yang sudah terjadi. (NCI, 2011)ACIP (advisory committee on immunization practices) merekomendasikan untuk melakukan vaksinasi HPV rutin sejak usia 11-12 tahun, atau dimulai lebih awal saat usia 9 tahun. Vaksin ini juga direkomendasikan untuk perempuan berusia 13-26 tahun dan laki-laki 13-21 tahun yang belum pernah mendapat vaksinasi sebelumnya. Untuk dosis dari vaksin ini sendiri adalah 2vHPV, 4vHPV, dan 9vHPV masing-masing diberikan 3 kali. Dosis kedua diberikan setelah dosis pertama sekitar 1-2 bulan, dan dosis ketiga sekitar 6 bulan setelah dosis pertama. Jika jadwal pemberian tidak sesuai yang dijadwalkan, pemberian tidak perlu diulang mulai jadwal pemberian awal. Pemberian vaksin ini juga direkomendasikan untuk laki-laki berusia 26 tahun yang berhubungan sesame jenis dan untuk orang yang immunocompromised termasuk pasien HIV yang belum mendapatkan 3 dosis awal.Kontraindikasi dari vaksin ini adalah orang yang hipersensitiv dengan komponen yang dikandung dalam vaksin ini dan orang yang hipersensitiv terhadap ragi, serta tidak dianjurkan untuk wanita hamil. (CDC, 2015)

NCI, 2011, Human Papilloma Virus (HPV) Vaccines.CDC, 2015, Use of 9-Valent Human Papilloma Virus (HPV) Vaccine : Updated HPV Vaccination Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices.Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR)