PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Sabun transparan diformulasikan dengan...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Sabun transparan diformulasikan dengan...
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DIETHANOLAMIDE DAN
COCOAMIDOPROPYL BETAINE TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
SABUN BATANG TRANSPARAN MINYAK JAHE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Oei Maria Dewiyani Sandjaja
NIM : 108114065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI DIETHANOLAMIDE DAN
COCOAMIDOPROPYL BETAINE TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK
SABUN BATANG TRANSPARAN MINYAK JAHE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Oei Maria Dewiyani Sandjaja
NIM : 108114065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
And all things, whatsoever ye shall ask in prayer, believing, ye shall receive (Matthew 21 : 22)
Never give up. And most importantly, be true to yourself. Write from your heart,
in your own voice, and about what you believe in (Louise Brown)
Success is having a flair for the thing that you are doing, knowing that is not enough,
that you have got to hard work and a sense of purpose (Margaret Thatcher)
All our dreams can come true if we have the courage to pursue them
(Walter E. Disney)
Always remember you are braver than you believe, stronger than you seem
and
smarter than you think (A. A. Milne)
I dedicate this work to:
Jesus Christ
My Parents Jeni Angela Merici and Gregorius Oei Bharata Putra Sandjaja
My Grandma Chatarina Lani Soesiawati
My brother Johanes Darma Hendra Sandjaja and my sister Teresia Rosa
Sandjaja
The person who always be there, sincere and has been loyal to encourage,
support, care, love, accompanied me through the days
full of happiness or when I was sad.
And My Almamater
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelasikan tugas
akhir yang berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi Diethanolamide dan
Cocoamidopropyl Betaine terhadap Karakteristik Fisik Sabun Batang Transparan
Minyak Jahe”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Progran Studi Farmasi (S. Farm)
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama masa penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, banyak kendala
dan hambatan yang dialami oleh penulis. Namun banyaknya dukungan,doa,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak membuat penulis mampu untuk
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Oleh karena itu dengan segenap
kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Mama Jeni Angela Merici dan Papa Gregorius Bharata Putra Sandjaja
tercinta atas cinta, perhatian, nasihat, semangat, dan dukungan yang telah
diberikan.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu C. M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. selaku dosen pembimbing
yang telah dengan sabar memberikan nasihat, pengarahan, dan bimbingan
dari awal proses pembuatan tugas akhir ini.
4. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas
kritik dan saran yang telah diberikan, serta kesediaannya dalam
meluangkan waktu untuk meguji.
5. Ibu Melania Perwitasari, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas kritik dan
saran yang telah diberikan, serta kesediaannya dalam meluangkan waktu
untuk meguji.
6. Ibu Aris Widayati M.Si., Ph.D, Apt. atas masukan dan bantuan yang telah
diberikan pada pembuatan kuisioner dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Bapak Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk memberikan konsultasi dan masukan dalam
proses penyelesaian tugas akhir ini.
8. Segenap dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
atas segala ilmu dan bimbingan yang telah diberikan sebagai bekal kepada
penulis selama masa perkuliahan.
9. Bapak Musrifin, Bapak Agung, Bapak Parlan, Bapak Ottok, dan laboran-
laboran lain atas bantuan dan kerjasama yang diberikan selama penelitian
berlangsung.
10. Johanes dan Teresia, kakak dan adik yang selalu memberikan doa, kasih
sayang, dan semangat kepada penulis.
11. Yoanita, Stephanie, dan Niken atas kerjasama, bantuan, dukungan dan
semangat sebagai tim skripsi dan teman seperjuangan dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
12. Sahabat-sahabat yang telah memberikan banyak bantuan, waktu,
perhatian, dukungan, nasihat, dan semangat kepada peneliti serta
kebersamaan dan keceriaan yang tidak terlupakan.
13. Teman-teman FST dan FKK angkatan 2010 atas kebersamaan yang sangat
berharga selama masa perkuliahan.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan doa, bantuan, dan dukungan atas peran besarnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini, masih banyak
kekurangan dan kesalahan dikarenakan keterbasan kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, penulis
harapkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.Penulis berharap semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca, serta berguna bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi
PRAKATA ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
INTISARI ............................................................................................................ xvii
ABSTRACT ......................................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................................ 4
C. Keaslian Penelitian ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Sabun ......................................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
B. Sabun Transparan ...................................................................................... 9
C. Minyak Jahe ............................................................................................. 11
D. Surfaktan .................................................................................................. 12
E. Diehanolamide......................................................................................... 14
F. Cocoamidopropyl Betaine ....................................................................... 16
G. Formulasi Sabun ...................................................................................... 18
1. Asam Stearat ........................................................................................ 18
2. Minyak Jarak ....................................................................................... 18
3. Butylated Hydroxy Toluene ................................................................. 19
4. Natrium Hidroksida ............................................................................. 20
5. Etanol ................................................................................................... 20
6. Asam Sitrat .......................................................................................... 21
7. Gliserin ................................................................................................ 21
8. Sukrosa ................................................................................................ 22
9. Aquadest .............................................................................................. 23
H. Karakteristik Fisik Sabun ........................................................................ 23
1. Transparansi Sabun.............................................................................. 23
2. Derajat Keasaman (pH) ....................................................................... 23
3. Kekerasan Sabun ................................................................................. 24
4. Busa ..................................................................................................... 24
I. Landasan Teori ....................................................................................... 25
J. Hipotesis ................................................................................................. 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................... 28
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 28
1. Variabel Penelitian .............................................................................. 28
2. Definisi Operasional ............................................................................ 29
C. Bahan Penelitian ...................................................................................... 31
D. Alat Penelitian ......................................................................................... 31
E. Tata Cara Penelitian................................................................................. 31
1. Formula Sabun Transparan .................................................................. 31
2. Pembuatan Sabun Batang Transparan Minyak Jahe ............................ 33
3. Penentuan Penyusutan Bobot .............................................................. 34
4. Pengujian Karakteristik Fisik Sabun ................................................... 34
a. Uji Transparansi ............................................................................... 34
b. Uji Derajat Keasaman (pH) ............................................................. 35
c. Uji Kekerasan .................................................................................. 35
d. Uji Kemampuan Membentuk Busa dan Kemampuan
Mempertahankan Busa .................................................................... 35
5. Subjective Assessment.......................................................................... 36
F. Analisis Hasil .......................................................................................... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 38
A. Formulasi Sabun ...................................................................................... 38
B. Penentuan Penyusutan Bobot .................................................................. 42
C. Pengujian Karakteristik Fisik .................................................................. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Transparansi Sabun.............................................................................. 45
2. Derajat Keasaman (pH) ....................................................................... 46
3. Kekerasan ............................................................................................ 48
4. Kemampuan Membentuk Busa ........................................................... 52
5. Kemampuan Mempertahankan Busa ................................................... 56
D. Subjective Assessment.............................................................................. 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 66
A. Kesimpulan .............................................................................................. 66
B. Saran ........................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN .......................................................................................................... 70
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak ....................................... .19
Tabel II. Formula Acuan Sabun Transparan ................................................ 32
Tabel III. Formula Modifikasi Sabun DEA ................................................... 32
Tabel IV. Formula Modifikasi Sabun Betaine ............................................... 33
Tabel V. Hasil p-Value pada Paired T-Test Penyusutan Bobot Sabun
Minggu 3 ke Minggu 4 ................................................................... 44
Tabel VI. Tingkatan Transparansi Sabun ...................................................... 46
Tabel VII. Hasil Uji pH Sabun dan pH Sabun Merek Dagang ....................... 47
Tabel VIII. Kekerasan Sabun DEA, Sabun Betaine dan abun Merek agang
) ........................................................................................ 48
Tabel IX. Perbandingan Kekerasan Sabun dengan Sabun Merek Dagang .... 51
Tabel X. Hasil Uji ANOVA dan Uji Tukey HSD Kekerasan Sabun ............ 52
Tabel XI. Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA, Sabun Betaine dan
Sabun Merek Dagang ) ...................................................... 53
Tabel XII. Perbandingan Kemampuan Membentuk Busa Sabun dengan
Sabun Merek Dagang ..................................................................... 55
Tabel XIII. Hasil Uji ANOVA dan Uji Tukey HSD Kemampuan
Membentuk Busa Sabun ................................................................ 55
Tabel XIV. Persentase Penurunan Busa Sabun DEA, Sabun Betaine dan
Sabun Merek Dagang ) ..................................................... 57
Tabel XV. Perbandingan Persentase Penurunan Busa Sabun dengan Sabun
Merek Dagang ............................................................................... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Tabel XVI. Hasil Uji ANOVA dan Uji Tukey HSD Persentase Penurunan
Busa Sabun .................................................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Sabun .............................................................. 8
Gambar 2. Reaksi Netralisasi Sabun ................................................................. 8
Gambar 3. Struktur Kimia Diethanolamide .................................................... 14
Gambar 4. Struktur Kimia Cocoamidopropyl Betaine .................................... 16
Gambar 5. Diagram Subjective Assessment dengan Parameter Persetujuan
terhadap Produk Sabun ................................................................... 63
Gambar 6. Diagram Subjective Assessment dengan Parameter Kesukaan
terhadap Produk Sabun ................................................................... 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi Sabun Merek Dagang .................................................. 71
Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA) ........................................................ 72
Lampiran 3. Hasil Penyusutan Bobot Sabun ..................................................... 74
Lampiran 4. Hasil Uji Kekerasan, Kemampuan Membentuk Busa dan
Persentase Penurunan Busa ........................................................... 76
Lampiran 5. Hasil Uji Kekerasan, Kemampuan Membentuk Busa dan
Persentase Penurunan Busa Sabun Merek Dagang ........................ 79
Lampiran 6. Hasil Uji pH Sabun dan pH Sabun Merek Dagang ....................... 80
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 81
Lampiran 8. Hasil Uji Paired t- Test .................................................................. 92
Lampiran 9. Hasil Uj Levene Test ...................................................................... 95
Lampiran 10. Hasil Uji ANOVA ......................................................................... 99
Lampiran 11. Hasil Uji Tukey HSD ................................................................... 103
Lampiran 12. Kuesioner Subjective Assessment ................................................ 106
Lampiran 13. Dokumentasi ................................................................................ 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Penelitian mengenai pengaruh variasi konsentrasi diethanolamide dan
cocoamidopropyl betaine terhadap karakteristik fisik sabun batang transparan
minyak jahe telah dilakukan dengan tujuan untuk dapat menghasilkan sabun
transparan minyak jahe yang baik dan mengetahui apakah dengan perbedaan
konsentrasi surfaktan yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik fisik
sabun.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan
penelitian acak. Sabun transparan diformulasikan dengan surfaktan
diethanolamide dan cocoamidopropyl betaine serta diuji karakteristik fisiknya.
Karakteristik fisik yang diteliti meliputi transparansi, pH, kekerasan, kemampuan
membentuk busa dan kemampuan mempertahankan busa. Pada pengujian
karakteristik fisik sabun juga digunakan sabun merek dagang “X” dan “Y”)
sebagai acuan untuk menentukan kriteria karakteristik fisik sabun yang baik.
Selain penilaian karakteristik fisik, dilakukan subjective assessment menggunakan
kuesioner untuk memperoleh gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun.
Hasil pengujian kekerasan, kemampuan membentuk busa dan kemampuan
mempertahankan busa dianalisis secara statistik menggunakan One Way ANOVA.
Taraf kepercayaan yang digunakan dalam analisis data secara statistik sebesar
95%.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa dalam penelitian dapat
dihasilkan sabun yang baik. Penggunaan variasi konsentrasi diethanolamide
berpengaruh pada transparansi, kemampuan membentuk dan mempertahankan
busa, sedangkan variasi cocoamidopropyl betaine berpengaruh pada transparansi
dan kekerasan. Subjective assessment yang dilakukan menunjukkan bahwa sabun
dapat diterima oleh konsumen.
Kata kunci: sabun batang transparan, diethanolamide, cocoamidopropyl betaine,
minyak jahe, karakteristik fisik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Research about the effect of various concentration of diethanolamide and
cocoamidopropyl betaine on the physical characteristics of ginger oil transparent
bar soaps had been carried out with aims to formulate good transparent soap and
to determine whether variation concentration surfactants would result in different
physical characteristics of the soap.
The study was a randomized experimental research design. Transparent
soaps were formulated and tested on their physical characteristics. The physical
characteristics studied including transparency, pH, hardness, lathering and
ability to retain the foam. On this study, comparison evaluation between
formulated soap and the brand-name transparent soap (“X” and “Y”) was also
conducted. In addition the subjective assessment with questionnaire was carried
out to observe costumer acceptance of soap. Results of hardness testing, lathering
and ability to retain the foam were statistically analyzed with One Way ANOVA.
Confidence level used in the statistical analysis of the data by 95%.
The results showed that good soaps could be produced. The variations in
the concentration of diethanolamide had effect on transparency, lathering and
ability to retain the foam, while variation cocoamidopropyl betaine had effect on
transparency and hardness. Subjective assessments showed that the formulated
soap can be accepted by costumers.
Keywords: transparent bar soap, diethanolamide, cocoamidopropyl betaine,
ginger oil, physical characteristic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari pengaruh mikroorganisme, paparan sinar matahari, bahan
kimia dan suhu. Manusia pada dasarnya selalu ingin memenuhi kebutuhan untuk
hidup sehat, terutama di jaman serba modern sekarang ini dimana penampilan
sangat diperhatikan (Wasitaatmadja, 1997). Menjaga penampilan dapat dilakukan
dari hal kecil seperti merawat kesehatan kulit dan menjaga kebersihan diri. Salah
satu cara paling mudah untuk menjaga kesehatan kulit adalah dengan mandi
secara teratur menggunakan sabun. Penggunaan sabun dapat berfungsi untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada kulit seperti keringat,
kotoran, debu, sebum, lapisan sel kulit mati, bahkan sisa-sisa kosmetik sehingga
kulit tetap dapat berfungsi dengan baik (Izhar, Sumiati, dan Moeljadi, 2009).
Sabun merupakan produk perawatan kulit yang digunakan untuk
membersihkan kulit dari kotoran (Shrivastava, 1982). Seiring dengan
perkembangan jaman dan selera konsumen yang semakin bervariasi, sekarang ini
dikenal 3 jenis sabun padat yaitu sabun opaque, sabun translucent, dan sabun
transparan (Hambali, Suryani, Dadang, Hariyadi, Hanafie, Reksowardjojo et al.,
2006).
Sabun batang dapat dikategorikan sebagai sabun transparan apabila
tulisan dengan font tipe 14 dapat dibaca, melalui sabun dengan ketebalan 0,25
inchi (Jongko, 2014). Sabun transparan memiliki penampilan yang lebih menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan berkilau serta terlihat lebih alami daripada sabun opaque (Cavitch, 1997),
sehingga sabun transparan terkesan lebih mewah dan menawan. Sabun transparan
juga menghasilkan busa yang lebih lembut. Pembuatan sabun transparan dapat
meningkatkan nilai estetika dan ekonomis dari sabun.
Pada jaman sekarang ini, konsumen tidak hanya menginginkan sabun
sebatas sebagai pembersih tubuh, tetapi salah satunya juga harus mempunyai
aroma yang menyenangkan. Penggunaan fragrance akan mempengaruhi
penerimaan konsumen terhadap sabun (Ghaim dan Volz, 2001).
Jahe (Zingiber offcinale) sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia
dan banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, bahan makanan, minuman, dan
jamu. Seiring dengan perkembangan jaman, jahe digunakan dalam pembuatan
sediaan farmasi dan produk kosmetik (Harmono dan Andoko, 2005). Jahe
memiliki rimpang yang mengandung 1-3% minyak atsiri (Tjitrosoepomo, 1994).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan pewangi dan penyedap. Minyak atsiri jahe
dapat digunakan sebagai fragrance yang memberikan aroma khas pada produk
kosmetik seperti sabun. Sabun dengan minyak atsiri merupakan salah satu jenis
produk herbal. Maraknya trend back to nature yang banyak dikembangkan dalam
berbagai bidang, salah satunya bidang kosmetika membuat produk-produk olahan
berbasis herbal kian dimininati masyarakat.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa dengan busa yang melimpah,
sabun akan dapat membersihkan kotoran dengan baik (Izhar et al., 2009). Busa
merupakan suatu dispersi koloid dengan fase gas terdispersi dalam fase cairan
(Schramm, 2005). Komponen penting yang berpengaruh terhadap daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pembuasaan sabun dan berfungsi sebagai penghilang kotoran adalah surfaktan.
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik
sekaligus yang membuatnya dapat menyatukan fase air dan fase minyak (Farn,
2006). Penggunaan surfaktan dalam suatu sabun dapat meningkatkan kualitas
busa yang dihasilkan karena salah satu sifatnya yang berupa foaming agent.
Diethanolamide (DEA) dan cocoamidopropyl betaine (betaine) adalah surfaktan
yang banyak dipakai dalam pembuatan ko smetik (Hambali et al., 2006).
Diethanolamide merupakan cairan kental dengan tampilan yang jernih,
berwarna kuning atau kekuningan, kelarutannya larut dalam air, dan mempunyai
titik leleh pada suhu 23-35oC (Anonim
a, 2014). DEA dapat membuat sabun yang
dihasilkan memberikan sensasi lembut saat digunakan, meningkatkan busa dan
dapat mencegah proses penghilangan minyak pada kulit dan pada rambut seacara
berlebihan (Hambali, Suryani dan Rivai, 2005).
Cocoamidopropyl betaine memiliki karakteristik berupa cairan jernih
berwarna agak kekuningan, tidak berbau, memiliki bobot jenis yang lebih besar
daripada air, kelarutannya larut dalam air, dengan nilai pH berkisar antara 5-6
(Anonimb, 2014). Betaine adalah surfaktan dengan sifat pembusa, pembasah,
pengemulsi yang baik, dan tidak mengiritasi kulit (Barel, Paye dan Maibach,
2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
B. Permasalahan
1. Apakah dapat dibuat sediaan sabun batang transparan minyak jahe yang
memiliki karakteristik fisik yang baik dengan variasi konsentrasi
diethanolamide dan cocoamidopropyl betaine sebagai surfaktan?
2. Apakah terdapat perbedaan karakteristik fisik dari sabun batang transparan
minyak jahe dengan adanya variasi konsentrasi diethanolamide dan
cocoamidopropyl betaine sebagai surfaktan?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Budianto (2010) mengenai optimasi
formula sabun transparan dengan humectants gliserin dan surfaktan
cocoamidopropyl betaine: aplikasi desain faktorial menunjukkan bahwa
penggunaan gliserin dan betaine akan menimbulkan interaksi yang dominan
dalam menentukan respon kekerasan dan kemampuan membentuk busa sabun
transparan.
Optimasi formula sabun transparan dengan fase minyak virgin coconut
oil dan surfaktan cocoamidopropyl betaine: aplikasi desain faktorial telah
dilakukan dilakukan oleh Setyoningrum (2009).
Penelitian mengenai formulasi dan perbandingan sifat fisik sabun
transparan berbahan dasar VCO dengan minyak atsiri (minyak kayu putih, sereh,
dan cengkeh) sebagai fragrance oil pernah dilakukan oleh Retmana (2009), yang
menunjukkan perbedaan jenis fragrance oil yang digunakan mempengaruhi
pembentukan busa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Pengaruh penambahan gliserin dan sukrosa terhadap mutu sabun
transparan telah dilakukan oleh Fachmi (2008), dengan hasil bahwa penggunaan
gliserin dan sukrosa pada campuran berbeda akan menghasilkan produk dengan
karakteristik berbeda.
Namun, sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti,
penelitian mengenai Pengaruh Variasi Konsentrasi Diethanolamide dan
Cocoamidopropyl Betaine terhadap Karakteristik Fisik Sabun Batang Transparan
Minyak Jahe belum pernah diteliti dan dikembangkan sebelumnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis:
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang
pendidikan terkait aplikasi formula sabun batang transparan dan dapat
diketahui ada tidaknya perbedaan karakteristik fisik sabun yang dihasilkan
dengan variasi konsentrasi surfaktan yang berbeda.
2. Manfaat praktis:
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan formula sabun
transparan yang baik sebagai suatu bentuk inovasi dari sabun yang telah ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Untuk dapat melakukan pengembangan formulasi sediaan sabun
batang transparan minyak jahe dan dihasilkan sediaan yang baik secara fisik
dan estetika.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk dapat menghasilkan sabun batang transparan minyak jahe yang baik
menggunakan variasi konsentrasi surfaktan yang berbeda.
b. Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi surfaktan yang berbeda
dari diethanolamide dan cocoamidopropyl betaine terhadap karakteristik
fisik (transparansi, pH, kekerasan, kemampuan membentuk busa dan
kemampuan mempertahankan busa) sabun batang transparan minyak jahe
yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sabun
Sabun merupakan bahan yang digunakan untuk mencuci dan
mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12 – C18 dan sodium
atau potassium sebagai komponen utama. Sabun berfungsi sebagai pembersih
yang dihasilkan melalui reaksi saponifikasi antara basa natrium atau basa kalium
dan asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun
biasanya ditambah bahan pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk
membersihkan tubuh manusia dan sifatnya tidak berbahaya bagi kesehatan (BSNI,
1994; Ophardt, 2003).
Sabun yang baik memiliki daya deterjensi yang tinggi, dan tetap bekerja
secara efektif meskipun dalam temperatur dan tingkat kesadahan air yang berbeda,
serta dapat digunakan pada berbagai jenis bahan. Sabun batang yang ideal
mempunyai kekerasan yang cukup untuk memaksimalkan pemakaian dan saat
tidak sedang digunakan, memiliki ketahanan yang cukup terhadap penyerapan air,
namun tetap mampu menghasilkan jumlah busa yang sesuai untuk mendukung
daya pembersihannya saat sabun digunakan (Hill dan Moaddel, 2004; Shrivastava,
1982).
Proses pembuatan sabun dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui
reaksi saponifikasi dan reaksi netralisasi. Reaksi saponifikasi terjadi ketika adanya
asam lemak bebas dari trigliserida yang bereaksi dengan alkali (basa). Dari
adanya reaksi saponifikasi, akan dihasilkan sabun dan gliserol yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
produk sampingan. Reaksi netralisasi dalam pembentukan sabun terjadi melalui
proses hidrolisis trigliserida dengan uap bertekanan tinggi untuk menghasilkan
asam lemak dan gliserin, yang disebut juga sebagai proses pemecahan lemak.
Hasil asam lemak yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan cara destilasi dan
proses netralisasi dengan menambahkan basa yang akan bereaksi dengan asam
lemak serta residu gliserin menghasilkan sabun dan air (Barrel et al., 2001; Rieger
dan Rhein, 1997; Spitz, 1996).
Gambar 1. Reaksi Saponifikasi Sabun (Barrel et al., 2001).
Gambar 2. Reaksi Netralisasi Sabun (Barrel et al., 2001)
Sabun mempunyai gugus hidrofilik yang bersifat polar dan gugus
hidrofobik yang bersifat non polar sekaligus yang membuat sabun memiliki sifat
sebagai surfaktan (surface active agent). Sifat sabun sebagai surfaktan
menyebabkan sabun dapat bekerja mengikat kotoran di kulit yang berupa minyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ataupun lemak. Keberadaan lemak pada kulit akan menyebabkan debu dapat
menempel, yang tidak cukup hanya dibersihkan menggunakan air. Ketika sabun
diaplikasikan maka gugus hidrofobik dari sabun akan berikatan dengan kotoran,
sedangkan gugus hidrofiliknya akan berikatan dengan air, sehingga kotoran yang
telah terikat dapat ikut terbilas bersama air (Cavitch, 1997; Ghaim dan Volz,
2001).
Sabun memiliki bentuk yang bervariasi, yaitu padat (batang), cair, dan
gel. Sabun mandi yang berbentuk padat, dapat dibedakan menjadi sabun opaque,
sabun translucent dan sabun transparan. Jenis sabun dapat dibedakan dengan
mudah melalui penampakannya. Sabun opaque adalah jenis sabun yang biasa
digunakan sehari-hari, berbentuk kompak dan memiliki penampilan yang tidak
tembus cahaya. Sabun transparan adalah sabun yang dapat paling banyak
meneruskan cahaya, sedangkan sabun translucent adalah sabun yang sifatnya
berada di antara sabun opaque dan sabun transparan (Cavitch 1997; Hambali et.
al., 2005).
B. Sabun Transparan
Sabun batang dapat dikategorikan sebagai sabun transparan apabila
tulisan dengan font tipe 14 dapat dibaca melalui sabun dengan ketebalan 0,25
inchi. Sabun memiliki penampilan transparan karena cahaya dapat diteruskan
ketika melewati sabun dan tidak dihamburkan, sehingga obyek yang berada di
luar sabun akan terlihat jelas. Pada sabun opaque cahaya yang melewati sabun
akan dihamburkan oleh bahan-bahan yang ada didalamya, sedangkan pada sabun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
transparan cahaya yang dihamburkan lebih sedikit karena cahaya menyebar dalam
partikel-partikel kecil dari fase dispers (Hill dan Moaddel, 2004; Jongko, 2014).
Sabun transparan mempunyai tampilan yang lebih menarik dan berkilau
karena transparansinya, serta busa yang dihasilkan juga terasa lebih lembut di
kulit, oleh karena itu sabun transparan mempunyai harga jual yang relatif lebih
tinggi dibandingkan jenis sabun lainnya (Cavitch, 1997; Hambali et al., 2005).
Sabun transparan dapat dibuat dari bahan baku lemak, minyak kelapa,
minyak zaitun, ataupun dengan penggunaan minyak jarak. Seperti pada sabun
mandi biasa, sabun transparan juga mengalami reaksi penyabunan antara asam
lemak dengan basa kuat, hanya penampilannya yang trasparan yang membuat
berbeda (Mitsui, 1997).
Metode yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun transparan yaitu
dengan cara melarutkan sabun menggunakan alkohol dibawah pemanasan yang
terkontrol untuk mendapatkan larutan jernih, yang selanjutnya dapat ditambahkan
pewarna dan pewangi. Sabun akhir dituang ke dalam cetakan dan didiamkan
hingga mengeras sebelum dikemas. Warna akhir dari sabun yang dihasilkan
tergantung pada pemilihan bahan awal. Pilihan pewangi, pewarna, dan bahan
tambahan lainnya cukup terbatas untuk pembuatan sabun transparan, karena
bahan-bahan yang ditambahkan tidak boleh memiliki efek yang bertentangan
dengan pembentukan tekstur transparansi sabun (Hambali et al., 2006; Poucher,
1993).
Pembuatan sabun secara khas adalah melalui pencampuran antara 50%
sabun dengan 50% pelarut. Pelarut yang umum digunakan antara lain gliserin, etil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
alkohol, atau sukrosa. Pada saat proses pencampuran, larutan sabun yang masih
panas harus terlihat transparan dan tidak terlihat adanya fase solid yang tidak
terlarut dari bahan-bahan yang digunakan. Jika larutan sabun yang masih panas
tidak transparan, maka sabun yang dihasilkan juga tidak akan transparan ketika
didinginkan (Hill dan Moaddel, 2004).
C. Minyak Jahe
Jahe banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam kehidupan
sehari-hari seperti bahan makanan, minuman, bumbu masak, dan obat-obatan
tradisional. Jahe akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk industri parfum,
sabun, kosmetika, dan farmasi. Kandungan minyak atsiri pada rimpang jahe
sebesar 1-3%. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum
adalah zingiberen dan zingiberol (Harmono dan Andoko, 2005; Tjitrosoepomo,
1994).
Minyak atsiri dapat digunakan sebagai pengharum pada berbagai produk
kosmetik seperti parfum, sabun, pasta gigi, sampo, dan lotion. Aroma yang khas
dari minyak atsiri dapat berfungsi sebagai aroma terapi yang menenangkan
pikiran (Armando, 2009).
Minyak atsiri jahe diperoleh dari hasil penyulingan rimpang jahe.
Minyak jahe memiliki karakteristik berupa cairan berwarna kuning kecoklatan,
bersifat mudah menguap pada suhu kamar (volatile), memiliki aroma yang khas
tanaman jahe, memiliki bobot jenis yang lebih kecil daripada bobot jenis air.
Minyak jahe tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Minyak jahe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dalam industri farmasi dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
kosmetika untuk pengharum, parfum, dan aroma terapi (Hernani dan Marwati,
2006; Santoso, 1989).
Fragrance atau pengharum yang ditambahkan dalam sabun berfungsi
untuk menutupi bau asam lemak atau fase minyak yang digunakan. Penggunaan
fragrance merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi penerimaan
konsumen, karena konsumen cenderung memilih produk yang memiliki bau yang
harum dan menyenangkan (Ghaim dan Volz, 2001).
D. Surfaktan
Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik sekaligus yang membuatnya dapat menyatukan fase air dan fase minyak.
Gugus polar dari surfaktan terletak pada bagian kepala merupakan gugus yang
bersifat hidrofilik atau menyukai air, sedangkan gugus non polar pada bagian
ekornya merupakan gugus yang bersifat lipofilik atau menyukai minyak dan
lemak. Sifat rangkap yang dimiliki surfaktan membuatnya dapat diadsorpsi pada
antarmuka udara dan air, minyak dan air, serta zat padat dan air, dengan membuat
gugus hidrofiliknya berada pada fase air dan rantai hidrokarbonnya berada pada
udara, kontak dengan zat padat, maupun berada dalam fase minyak. Gugus polar
dari surfaktan dapat memiliki muatan postif, negatif ataupun netral. Secara umum
struktur surfaktan terdiri dari rantai alkil yang panjang pada bagian lipofilik dan
gugus hidroksil pada bagian hidrofilik (Farn, 2006; Rieger dan Rhein 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Surfaktan merupakan suatu senyawa dengan aktivitas permukaan yang
tinggi. Aktivitas permukaanya yang tinggi tersebut membuat surfaktan sering
disebut sebagai bahan akif permukaan (surface-active agent). Surfaktan dengan
sifatnya yang demikian mampu untuk memodifikasi karakteristik permukaan
suatu cairan maupun padatan. Surfaktan mempunyai berbagai macam kegunaan
seperti agen pembusa (foaming agent), deterjensi, pembasah (wetting agent),
pengemulsi (emulsifying agent), dan bahan pendispersi (dispersing). Jenis
surfaktan yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah betaine, DEA,
dan SLES (Hambali et al., 2006).
Surfakan sintetik yang ditambahkan pada sabun dapat meningkatkan
mutu dari sabun yang dihasilkan karena penambahan surfaktan akan memperbaiki
kualitas dan kuantitas busa, dan meningkatkan kerja pembersihan dari sabun serta
memberikan sensasi halus dan lembut ketika sabun digunakan (Ghaim dan Volz,
2001).
Menurut Rosen (2004), Rieger dan Rhein (1997), Swisher (1987),
terdapat empat jenis penggolongan surfaktan berdasarkan muatannya, antara lain:
a. Surfaktan anionik, merupakan surfaktan yang mengandung muatan negatif
pada bagian hidrofiliknya atau bagian aktif permukaanya (surface active).
Sifat hidrofiliknya berasal dari golongan utama yang terkandung di dalamnya
seperti gugus sulfat dan sulfonat. Contoh dari surfaktan anionik yaitu linier
alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alkohol eter sulfat (AES),
metil ester sulfonat (MES) dan sodium lauryl sulfate (SLS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
b. Surfaktan kationik, merupakan surfaktan yang mengandung muatan positif
pada bagian hidrofiliknya. Gugus terpenting yang menyebabkan sifat anionik
terletak pada garam amonium. Contoh dari surfaktan kationik yaitu lemak
amina, amidoamina, diamina, amina oksida dan amina etoksilat.
c. Surfaktan nonionik, merupakan surfaktan yang tidak mengandung muatan
pada gugus hidrofiliknya atau tidak terjadi ionisasi molekul. Sifatnya
disebabkan adanya gugus eter atau hidroksil. Contoh surfaktan nonionik yaitu
alkil poliglikosida (APG), diethanolamide (DEA), sukrosa ester, sorbitol,
sorbitol ester dan etoksilat alkohol.
d. Surfaktan amfoterik, merupakan surfaktan yang mengandung muatan positif
dan negatif pada bagian hidrofiliknya yang tergantung dari pH. Pada pH
rendah, surfaktan ini akan mempunyai muatan positif, sedangkan pada pH
tinggi, surfaktan ini akan bermuatan negatif. Contoh surfaktan amfoterik yaitu
asam amino karboksilik dan alkyl betaine.
E. Diethanolamide
Gambar 3. Struktur Kimia Diethanolamide (Zoller dan Sosis, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Diethanolamide (DEA) merupakan cairan kental dengan tampilan yang
jernih, berwarna kuning atau kekuningan, kelarutannya larut dalam air, dan
mempunyai titik leleh pada suhu 23-35oC (Anonim, 2014
a).
Diethanolamide termasuk dalam jenis surfaktan alkanolamida. Surfaktan
alkanolamida bersifat tidak bermuatan atau tidak terjadi ionisasi pada molekulnya
sehingga tergolong sebagai jenis surfaktan nonionik. Adanya gugus metal amida
pada alkanolamida dapat berfungsi sebagai peningkat kelarutan surfaktan.
Alkanolamida dapat digunakan pada rentang pH yang luas, busa yang dihasilkan
lembut dan stabil, memiliki toksisitas yang rendah, serta bersifat non iritatif
sehingga baik digunakan untuk kulit dan tidak berbahaya bagi mata. Sifat-sifatnya
yang demikian, membuat golongan surfaktan alkanolamida dapat digunakan
sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetika dan industri. Produk-produk yang
menggunakan surfaktan alkanolamida antara lain sampo, sabun, produk perawatan
rambut, lotion, cream, pembersih, serta produk kosmetika dan produk farmasi
lainnya (Holmberg cit., Masyithah, 2010).
Golongan surfaktan alkanolamida seperti monoethanolamide dan
diethanolamide digunakan secara luas sebagai surfaktan, serta penstabil busa dan
pengembang busa. Diethanolamide dengan wujudnya yang cair, membuatnya
lebih mudah diaplikasikan pada sediaan kosmetika yang berbentuk cairan.
Diethanolamide banyak dimanfaatkan pada sediaan kosmetika, produk-produk
pembersih seperti sampo, sabun mandi, dan deterjen sebagai agen pembusa,
penstabil busa, bahan pendispersi, pengingkat viskositas, emulsifier, dan skin
conditioner (Shipp, 1996; Spiess, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
DEA tergolong dalam jenis surfaktan non ionik yang dihasilkan dari
lemak atau minyak. DEA berperan dalam meningkatkan busa, penggunaan DEA
dalam sabun juga dapat membuat busa yang dihasilkan lebih lembut dan juga
tidak pedih di mata, serta dapat mencegah proses penghilangan minyak pada kulit
dan pada rambut secara berlebihan (Hambali et al., 2005; Holmberg cit.,
Masyithah, 2010).
Pentingnya penggunaan zat penstabil busa adalah dengan adanya kotoran
yang bersifat non polar seperti minyak dan sebum membuat stabilitas busa pada
sabun maupun sampo akan terganggu dan menyebabkan busa berkurang secara
drastis. Sehingga diperlukan zat yang dapat yang berfungsi sebagai penstabil busa
agar diperoleh busa yang lebih banyak dan stabil (Holmberg, cit., Masyithah,
2001).
F. Cocoamidopropyl Betaine
Gambar 4. Struktur Kimia Cocoamidopropyl Betaine (Shipp, 1996).
Cocoamidopropyl betaine memiliki karakteristik berupa cairan jernih
berwarna agak kekuningan, tidak berbau, memiliki bobot jenis yang lebih besar
daripada air, kelarutannya larut dalam air, dengan nilai pH berkisar antara 5-6
(Anonim, 2014b).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Cocoamidopropyl betaine atau sering disebut dengan betaine merupakan
surfaktan amfoterik yang banyak digunakan dalam produk kosmetik dan produk
kebersihan diri seperti sampo, cairan lensa kontak, pasta gigi, penghilang riasan
wajah, sabun mandi, produk perawatan kulit, antiseptik, serta produk kebersihan
anal. Penggunaan cocomidopropyl betaine sangat banyak pada produk perawatan
pribadi karena menginduksi iritasi kulit yang relatif ringan (Jacob dan Amini,
2008).
Betaine merupakan surfaktan dengan sifat pembusa, pembasah, dan
pengemulsi yang baik. Betaine bersifat sangat larut dalam air pada rentang pH
yang luas. Selain berfungsi sebagai foaming agent, betaine memiliki efek yang
melembutkan pada kulit, dan penggunaannya dianggap aman karena toksisitasnya
yang rendah pada kulit dan mata. Formula yang didalam komposisinya
mengandung betaine, akan menghasilkan daya busa yang lebih baik dan stabil,
serta memberikan efek pembersihan yang lebih baik dibandingkan tanpa
penggunaan betaine. Betaine bersifat kompatibel pada surfaktan anionik, kationik,
maupun nonionik. Penggunaan betaine bersama surfaktan anionik, dapat
menurunkan sifat iritatif dari surfaktan anionik (Barel et al., 2001; Thau, 1997;
Zoller, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
G. Formulasi Sabun
Bahan-bahan yang digunakan dalam formulasi sabun transparan, antara
lain:
1. Asam Stearat
Asam stearat berbentuk padat, keras, berupa hablur berwarna putih
atau agak kekuningan, mengkilat, dengan rasa lemak. Memiliki titik lebur
antara 69-70oC. Asam stearat adalah jenis asam lemak yang mempunyai
rantai hidrokarbon yang panjang karena memiliki 18 atom karbon,
mengandung gugus karboksil pada salah satu ujungnya, dan gugus metal pada
ujung yang lainnya. Asam stearat merupakan asam lemak jenuh karena tidak
memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Asam stearat sering
digunakan dalam kosmetik sebagai bahan dasar pembuatan krim dan sabun.
Dalam pembuatan sabun, asam stearat berperan dalam memberikan kekerasan
dan membentuk konsistensi (Mitsui, 1997; Poucher, 1993; Rowe, Sheskey
dan Quinn, 2009).
2. Minyak Jarak
Karakteristik dari suatu sabun dipengaruhi oleh karakteristik minyak
yang digunakan dalam proses pembuatan sabun. Masing-masing minyak
memiliki kandungan asam lemak yang dominan dan berbeda-beda. Asam
lemak yang terkandung dalam minyak, yang akan menentukan karakteristik
suatu sabun (Cavitch, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Shrivastava (1982) berpendapat bahwa minyak merupakan salah satu
komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan sabun trasnparan. Minyak yang
dapat digunakan salah satunya adalah minyak jarak. Sabun yang dibuat
menggunakan minyak jarak akan memiliki mutu yang baik, transparansi yang
sangat baik, menghasilkan busa yang lembut dan dapat melembutkan serta
melembabkan kulit.
Tabel I. Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak
(Gubitz, Mittelbach, Trabi, 1999).
Asam Lemak Komposisi (%)
Asam Miristat 0 – 0,1
Asam Palmitat 14,1 – 15,3
Asam Palmitoleat 0 – 1,3
Asam Stearat 3,7 – 9,8
Asam Oleat 34,3 – 45,8
Asam Linoleat 29,0 – 44,2
Asam Linolenat 0 – 0,3
Asam Arakhidrat 0 – 0,3
Asam Behenat 0 – 0,2
3. Butylated Hydroxy Toluene
Butylated hydroxy toluene (BHT) memiliki karakteristik berbentuk
kristal padat atau serbuk yang berwarna kuning pucat, dengan bau fenolik
yang samar. Kelarutannya, praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen
glikol, larutan alkali hirdroksida, dan cairan asam mineral. Larut dalam
aseton, benzena, etanol (95%), eter, metanol, toluen, minyak dan minyak
mineral. Kelarutan dalam minyak dan lemak lebih tinggi daripada butylated
hydroxyanisole. BHT berfungsi sebagai antioksidan (Rowe et al.,2009).
Penambahan pengawet atau preservative bertujuan untuk mencegah
oksidasi selama masa penyimpanan, dengan konsentrasi yang dapat digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sebesar 0,02-0,1%. Terjadinya oksidasi dapat disebabkan oleh adanya
penggunaan asam lemak tak jenuh seperti asam oleat, linoleat dan linolenat,
maupun bahan tambahan seperti fragrance. Pemilihan pengawet yang dapat
digunakan antara lain agen pengkelat logam, seperti ethylene diamine tetra
acid (EDTA), ataupun antioksidan, seperti butylated hydroxy toluene (BHT)
(Barel et al., 2001, Wasitaatmadja, 1997).
4. Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan senyawa alkali berupa massa
melebur berwarna putih atau hampir putih. Berbentuk butiran kecil, serpihan,
batang, atau bentuk lainnya. Keras dan rapuh, serta menunjukkan pecahan
kristal. NaOH bersifat sangat cepat menyerap karbon dioksida dan air pada
paparan udara (Rowe et al., 2009).
NaOH dengan adanya asam lemak akan bereaksi membentuk sabun
dan gliserol. NaOH merupakan basa alkali yang paling banyak dan sering
digunakan dalam industri pembuatan sabun, dan sabun yang dihasilkan
merupakan sabun yang paling banyak dikonsumsi. Basa seperti NaOH dan
KOH berperan sebagai agen pereaksi dengan adanya fase minyak. Reaksi
yang terjadi merupakan reaksi saponifikasi yang menghasilkan gliserol dan
sabun yang berbentuk garam sodium atau potasium (Barel et al., 2001;
Shrivastava, 1982; Swern, 1979).
5. Etanol
Etanol berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna. Etanol bersifat
mudah menguap walaupun pada suhu rendah. Etanol mempunyai beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kegunaan, antara lain sebagai preservative, disinfectant, dan pelarut (Rowe et
al., 2009).
Dalam pembuatan sabun transparan, etanol digunakan sebagai pelarut
karena bersifat semipolar sehingga mudah larut dalam air dan lemak. Sabun
yang dibuat dengan penambahan etanol akan mempunyai kelarutan yang baik.
Etanol juga mempunyai peran yang penting dalam pembuatan sabun
transparan, yaitu untuk membentuk transparansi sabun (Hambali et al., 2005;
Shrivastava, 1982).
6. Asam Sitrat
Asam sitrat berupa kristal yang bening dan tidak berwarna, atau
berbentuk granul, hablur, sampai serbuk halus yang berwarna putih. Asam
sitrat tidak memiliki bau, dan memiliki rasa asam yang kuat. Beberapa fungsi
dari asam sitrat antara lain sebagai acidifying agent, agen penyangga,
chelating agent, dan pengawet. Asam sitrat sering digunakan dalam formulasi
di bidang kefarmasian, dan pada produk makanan untuk mengatur pH larutan
(Rowe et al., 2009).
7. Gliserin
Gliserin berupa cairan kental, tidak berbau, tidak berwarna, memiliki
rasa yang manis, dan bersifat higroskopis. Dalam bidang kefarmasian,
gliserin dapat berfungsi sebagai emolien, humektan, pelarut, agen pemanis,
dan agen tonisitas (Rowe et al., 2009).
Gliserin telah sejak lama digunakan sebagai humektan, karena sifat
dari gliserin adalah higroskopis sehingga mampu mengikat air dari udara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Penggunaan konsentrasi gliserin sebesar 10%, mampu untuk meningkatkan
kelembaban dan kehalusan kulit. Efektifitas gliserin dipengaruhi oleh
kelembaban lingkungan sekitarnya. Humektan seperti gliserin atau propilen
glikol mampu melembabkan kulit pada kondisi kelembaban yang tinggi
(Mitsui, 1997).
Dalam formulasi sabun transparan, gliserin dengan adanya penggunaan
sukrosa dan alkohol juga dapat berfungsi sebagai pembentuk struktur
transparan pada sabun. Pada jaman sekarang ini, dengan permintaan
konsumen yang kian beragam, sabun tidak hanya berfungsi sebagai pembersih
kulit, namun konsumen juga menginginkan agar sabun dapat menimbulkan
kesan lembut pada kulit. Diperlukan penambahan zat yang mampu
meningkatkan kelembuatan di kulit, untuk dapat memenuhi keingininan
konsumen tersebut, bahan tambahan yang dapat digunakan untuk memberikan
kelembutan pada kulit adalah gliserin dan asam lemak (Barel et al., 2001).
8. Sukrosa
Sukrosa merupakan gula yang diperoleh dari tebu (Saccharum
officinarum Linne), berupa kristal tidak berwarna, massa seperti hablur
kubus, atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa
manis (Rowe et al., 2009).
Sukrosa berfungsi sebagai transparent agent dalam pembuatan sabun
transparan. Karakteristik sabun transparan hampir sama dengan sabun biasa,
yang membedakan hanya pada tingkat transparansinya, maka diperlukan
penambahan sukrosa sebagai agen transparansi. Penggunaan sukrosa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
formulasi bisa dalam bentuk butiran kristal halus maupun kasar. Dalam
formulasi sabun transparan, pembentukan transparansi sabun dari gula adalah
dengan membantu perkembangan kristal pada sabun (Hambali et al., 2005;
Mitsui, 1997).
9. Aquadest
Aqua destillata atau air suling dibuat dengan menyuling air yang
dapat diminum, berwujud cairan jernih dan tidak berwarna, tidak memiliki
bau, dan tidak memiliki rasa. Molekul air terdiri dari satu atom oksigen yang
berikatan dengan dua atom hidrogen secara kovalen. Air merupakan pelarut
yang bersifat polar dan tidak dapat bercampur pada zat yang bersifat minyak
atau non polar (Depkes RI, 1979; Winarno, 2004).
H. Karakteristik Fisik Sabun
1. Transparansi Sabun
Sabun batang termasuk dalam kategori transparan apabila seseorang
dapat membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan
0,25 inchi (Jongko, 2014).
2. Derajat Keasaman (pH)
Berdasarkan BSNI 06–3532–1994, pH sabun mandi tidak ditetapkan
standarnya. Penggunaan sabun dapat meningkatkan pH kulit yang bersifat
sementara namun perubahan pH kulit tidak akan terjadi secara drastis.
Kenaikan pH kulit yang terjadi akibat penggunaan sabun tidak akan melebihi
pH 7. pH sabun mandi berkisar antara 9 sampai 11, sedangkan kriteria pH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
untuk sabun transparan berkisar antara 9,1 sampai 9,5 (Anonim, 2001;
Tokosh dan Baig, 1995; Wasitaatmadja, 1997).
3. Kekerasan Sabun
Kekerasan sabun merupakan parameter yang digunakan untuk
menggambarkan ketahanan suatu sabun terhadap tekanan fisik atau mekanik.
Sabun yang memiliki kerkerasan rendah atau massa sabunnya terlalu lunak
akan lebih sulit untuk ditentukan kekerasannya, karena sabun dengan
kekerasan yang kurang baik tidak akan terjadi kerusakan yang berarti saat
diberi tekanan. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan sabun
adalah hardness tester (Barel et al., 2001).
4. Busa
Busa sabun merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
konsumen dalam memilih suatu produk surfaktan. Busa adalah suatu dispersi
koloid dengan fase gas terdispersi dalam fase cairan. Sabun yang
menghasilkan jumlah busa yang banyak dan mampu bertahan lama saat
digunakan akan lebih diminati oleh konsumen. Dalam sabun transparan salah
satu karakteristik fisik yang perlu dievaluasi adalah jumlah busa, kecepatan
pembentukan busa dan kualitas busa yang dihasilkan. Kualitas, kuantitas
maupun kecepatan busa yang dihasilkan oleh sabun dibuat menggunakan
skala angka (Barel et al., 2001; Schramm, 2005; Spitz, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
I. Landasan Teori
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari pengaruh luar seperti mikroorganisme, paparan sinar
matahari, bahan kimia dan suhu. Mandi secara teratur menggunakan sabun
merupakan salah satu upaya agar kulit senantiasa tetap terjaga dengan baik
(Wasitaatmadja, 1997).
Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran yang dapat dibuat melalui
proses saponifikasi antara basa natrium atau basa kalium dan asam lemak
(Ophardt, 2003). Sabun transparan merupakan sabun dengan tampilan yang paling
menarik dan menghasilkan busa lebih lembut di kulit. Sabun transparan memiliki
penampilan yang lebih menarik dan berkilau serta memiliki nilai estetika dan nilai
ekonomis yang lebih baik dibandingkan dengan jenis sabun lainnya (Cavitch,
1997).
Minyak jahe dalam industri farmasi digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kosmetika sebagai pengaharum, parfum, dan aroma terapi (Hernani
dan Marwati, 2006). Kandungan minyak atsiri pada rimpang jahe, membuat
minyak jahe digunakan sebagai fragrance yang berfungsi untuk memberi aroma
yang khas.
Surfaktan diketahui merupakan komponen yang penting dalam sabun
karena berpengaruh terhadap sifat pembusaan, dan juga sebagai penghilang
kotoran yang merupakan fungsi utama dari sabun itu sendiri. Banyak orang
berpendapat bahwa sabun dengan busa yang melimpah akan membersihkan
kotoran dengan lebih baik (Izhar et al., 2009). Diethanolamide (DEA) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
cocoamidoprpyl betaine (betaine) adalah surfaktan yang banyak digunakan dalam
pembuatan sabun. DEA bersifat sebagai penstabil busa, memiliki toksisitas rendah
dan tidak pedih dimata (Holmberg, cit., Masyithah, 2010). Betaine adalah
surfaktan dengan sifat pembusa, pembasah, dan pengemulsi yang baik dan bersifat
tidak mengiritasi (Barel et al., 2001). Bahan-bahan lain yang digunakan dalam
formulasi sabun transparan antara lain asam stearat, minyak jarak, BHT, NaOH,
etanol, asam sitrat, gliserin. Bahan yang digunakan dapat berpengaruh pada
karakteristik sabun yang dihasilkan (Hambali et al., 2005).
Sabun adalah suatu sistem sufaktan yang dengan penambahan surfaktan
dengan konsentrasi yang berbeda dapat mempengaruhi karakteristik fisik sabun
yang dihasilkan. Penambahan surfaktan sintetik berfungsi untuk meningkatkan
mutu sabun yang dihasilkan dengan cara memperbaiki daya pembersihan dari
sabun, kemampuan membentuk busa, dan kemampuan mempertahankan busa
(Ghaim dan Volz, 2001). Karakteristik fisik sabun lainnya dari sabun yang dapat
dipengaruhi oleh variasi konsentrasi surfaktan adalah transparansi, pH, dan
kekerasan.
J. Hipotesis
Penggunaan variasi konsentrasi diethanolamide dan cocoamidopropyl
betaine dalam formulasi sabun batang transparan minyak jahe dapat menghasilkan
sabun transparan yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Penggunaan variasi konsentrasi diethanolamide dan cocoamidopropyl
betaine dalam formulasi sabun batang transparan minyak jahe menghasilkan
perbedaan karakteristik fisik sabun yang meliputi transparansi, pH, kekerasan,
kemampuan membentuk busa dan kemampuan mempertahankan busa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian dengan judul Pengaruh Variasi Konsentrasi Diethanolamide
dan Cocoamidopropyl Betaine terhadap Karasteristik Fisik Sabun Batang
Transparan Minyak Jahe merupakan jenis penelitian eksperimental dengan
rancangan penelitian pola acak lengkap searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi
diethanolamide (DEA) dan cocoamidopropyl betaine (betaine).
b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik sabun
transparan yang meliputi transparansi sabun, pH, kekerasan, kemampuan
membentuk busa dan kemampuan mempertahankan busa.
c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah suhu waterbath,
lama pengadukan, kecepatan putar mixer, lama pendiaman, wadah cetakan
sabun, komposisi sabun batang transparan selain DEA dan betaine.
d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah perubahan
suhu penyimpanan dan kelembaban pada masa aging.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Definisi Operasional
a. Sabun adalah sediaan yang berupa sabun batangan dengan penampilan
transparan menggunakan minyak jahe, dengan variasi konsentrasi DEA
dan betaine serta komposisi formula seperti dirancang dalam penelitian
ini.
b. Minyak jahe adalah minyak atsiri jahe yang ditambahkan ke dalam sabun
yang berfungsi sebagai fragrance.
c. Sabun DEA adalah sabun batang transparan minyak jahe yang
menggunakan diethanolamide sebagai surfaktan.
d. Sabun betaine adalah sabun batang transparan minyak jahe yang
menggunakan cocoamidopropyl betaine sebagai surfaktan.
e. Sabun merek dagang adalah sabun yang telah beredar dipasaran, terdiri
dari sabun “X” dan sabun “Y”, yang digunakan sebagai acuan dalam
menetapkan kriteria karakteristik fisik sabun.
f. Sabun “X” adalah sabun batang transparan yang telah beredar dipasaran
dengan menggunakan bahan alam.
g. Sabun “Y” adalah sabun batang transparan yang ternama dan telah dikenal
secara luas dipasaran.
h. Karakteristik fisik sabun meliputi transparansi sabun, pH, kekerasan,
kemampuan membentuk busa dan kemampuan mempertahankan busa.
i. Transparansi sabun adalah penampilan sabun yang jernih dan tembus
cahaya, serta dimungkinkan untuk membaca tulisan dengan font tipe 14
melalui ketebalan sabun 0,25 inchi atau setara dengan 0,635 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
j. Kekerasan sabun merupakan gambaran ketahanan sabun terhadap tekanan
mekanik dalam satuan kilogram, yang diukur menggunakan hardness
tester.
k. Kemampuan membentuk busa adalah kemampuan sabun dalam
menghasilkan busa yang dilihat dari banyaknya jumlah busa yang
dihasilkan dalam satuan milimeter setelah dilakukan pembentukan busa
menggunakan homogenizer selama 1 menit.
l. Kemampuan mempertahankan busa adalah kestabilan busa yang dilihat
dari persentase penurunan jumlah busa yang terjadi setelah dilakukan
pembentukan busa menggunakan homogenizer selama 1 menit, yang
didapatkan dengan mengitung selisih antara ketinggian busa awal yang
dihasilkan dengan ketinggian busa yang tersisa setelah 20 menit dibagi
dengan ketinggian busa awal dikali 100 persen.
m. Subjective assessment adalah penilaian yang berasal dari responden
sebagai gambaran penerimaan konsumen terhadap pemakaian sabun.
Penilaian ini dituangkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada 30
orang responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah asam stearat
(farmasetis) yang diperoleh dari PT. Brataco Chemika (Bratachem) Yogyakarta,
minyak jarak (farmasetis, Bratachem), butylated hydroxy toluene (Bratachem),
Natrium hidroksida, etanol 96% (teknis, Bratachem), asam sitrat (farmasetis,
Bratachem), diethanolamide (farmasetis, Bratachem), cocoamidopropyl betaine
(farmasetis, Bratachem), gliserin (farmasetis, Bratachem), sukrosa, aquadest dan
minyak jahe yang diperoleh dari PT. Phytochemindo Reksa Bogor.
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixer (HR 1530/ HR
1538 Ser. 0936, Philips, Holland), glassware (Pyrex), cawan porselen,
termometer, cetakan sabun, waterbath (1984 – 0045 [172], Dijkstra), freezer
(Toshiba, Japan), pH indikator universal, hardness tester (174886, Kiya
Seisakusho, LTD, Japan), homogenizer (Funkentstort, Germany).
E. Tata Cara Penelitian
1. Formula Sabun Transparan
Formula yang dipilih sebagai formula acuan merupakan formula
sabun transparan menurut Hambali et al. (2006), dengan komposisi formula
seperti terlihat dalam tabel II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Tabel II. Formula Acuan Sabun Transparan
BAHAN KOMPOSISI (Gram)
Asam stearat 7
NaOH 30% 18
Minyak jarak 10
Etanol 96% 15
Gliserin 13
Asam sitrat 3
Gula 7,5
Betain 5
Aquadest 4,5
Modifikasi formula yang dibuat untuk 100 gram dalam penelitian dapat
dilihat pada tabel III dan tabel IV.
Tabel III. Formula Modifikasi Sabun DEA
Bahan Komposisi (Gram)
Asam stearat 8,4 8,4 8,4
Natrium hidroksida 30% 21,6 21,6 21,6
Minyak jarak 12 12 12
Etanol 96% 17,1 17,1 17,1
Gliserin 14,5 14,5 14,5
Asam sitrat 3,6 3,6 3,6
Gula 9,3 9,3 9,3
Diethanolamide 3 6 9
Butylated hydroxy toluene 0,1 0,1 0,1
Minyak jahe 2 2 2
Aquadest 8,4 5,4 2,4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel IV. Formula Modifikasi Sabun Betaine
Bahan Komposisi (Gram)
Asam stearat 8,4 8,4 8,4
Natrium hidroksida 30% 21,6 21,6 21,6
Minyak jarak 12 12 12
Etanol 96% 17,1 17,1 17,1
Gliserin 14,5 14,5 14,5
Asam sitrat 3,6 3,6 3,6
Gula 9,3 9,3 9,3
Cocoamidopropyl Betaine 3 6 9
Butylated hydroxy toluene 0,1 0,1 0,1
Minyak jahe 2 2 2
Aquadest 8,4 5,4 2,4
2. Pembuatan Sabun Batang Transparan Minyak Jahe
Asam stearat dilelehkan pada suhu 70-80 oC diatas waterbath. Minyak
jarak ditambahkan pada cairan asam stearat dan dicampur hingga homogen.
Pencampuran bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun
dilakukan menggunakan mixer dengan skala 1, selama 1 menit pada masing-
masing bahan untuk membantu menghomogenkan campuran. BHT kemudian
ditambahkan pada campuran asam sterat dan minyak jarak. Selama proses
pembuatan sabun, suhu harus dikontrol pada 70-80 oC. Penambahan NaOH
selanjutnya dilakukan untuk menjalankan reaksi penyabunan, yang kemudian
ditambahkan etanol 96% untuk melarutkan sabun. Pada campuran yang
terbentuk, ditambahkan secara berurutan asam sitrat, surfaktan, gliserin, gula
dan aquadest. Setelah semua bahan tercampur homogen, campuran yang telah
terbentuk didinginkan hingga mencapai suhu ± 40 oC. Minyak jahe kemudian
ditambahkan dan dihomogenkan kembali menggunakan mixer dengan skala 1.
Masa sabun yang telah terbentuk dicetak pada cetakan sabun, dan didiamkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pada suhu ruang selama 24 jam. Sabun kemudian dimasukkan dalam freezer
dengan suhu -20 oC selama kurang lebih 48 jam. Setelah pendinginan dalam
freezer, sabun didiamkan pada suhu kamar selama 4 minggu. Dari setiap
formula dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
3. Penentuan Penyusutan Bobot
Pengamatan penyusutan bobot dilakukan setiap minggu pada masa aging
sabun yaitu pada minggu 1 ke minggu 2, minggu 2 ke minggu 3, dan minggu
3 ke minggu 4. Pada minggu 1, sabun dipotong 1x7 cm yang digunakan untuk
pengujian karakteristik fisik, sisa sabun ditimbang dan ditetapkan sebagai
bobot akhir minggu 1. Sisa dari sabun tersebut didiamkan selama 1 minggu
dan pada minggu 2 sabun ditimbang kembali sebelum digunakan untuk
pengujian karakteristik fisik, dan didapatkan bobot awal minggu 2.
Penyusutan bobot pada minggu 1 ke minggu 2 dapat dilihat melalui selisih
antara bobot akhir sabun minggu 1 dengan bobot awal sabun minggu 2.
Pengamatan penyusutan bobot untuk minggu 2 ke minggu 3 dan minggu 3 ke
minggu 4, dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pengamatan
penyusutan bobot minggu 1 ke minggu 2.
4. Pengujian Karakteristik Fisik Sabun
a. Uji Transparansi
Pengamatan transparansi sabun dilakukan pada minggu 4 setelah
proses pembuatan sabun. Sabun dipotong dengan ketebalan 0,25 inchi atau
setara dengan 0,635 cm. Sabun diletakkan di atas kertas dengan tulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
font tipe 14. Pengujian dilakukan pada ketiga replikasi, semua hasilnya
dicatat dan ditentukan sabun yang dihasilkan transparan atau tidak.
b. Uji Derajat Keasaman (pH)
Pengamatan derajat keasaman dilakukan pada minggu 4 setelah
proses pembuatan sabun. Sabun ditimbang sebanyak 1 gram dan
dilarutkan dalam 10 mL aquades. Larutan campuran sabun dan aquadest
diukur pH nya menggunakan pH indikator universal. Diamati pH yang
diperoleh. Pengujian dilakukan pada ketiga replikasi, semua hasilnya
dicatat dan ditentukan rata-rata derajat keasamannya (pH).
c. Uji Kekerasan
Pengamatan kekerasan sabun dilakukan pada minggu 4 setelah
proses pembuatan sabun. Sabun berukuran 1x1x1 cm diletakkan secara
vertikal pada hardness tester. Hardness tester diputar hingga menembus
bagian bawah sabun, dicatat skala kekerasan yang tertera. Pengujian
dilakukan pada ketiga replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan
rata-rata kekerasan sabun.
d. Uji Kemampuan Membentuk Busa dan Kemampuan
Mempertahankan Busa
Pengamatan kemampuan membentuk busa dan kemampuan
mempertahankan busa dilakukan pada minggu 4 setelah proses pembuatan
sabun. Sabun ditimbang sebanyak 3 gram dan dilarutkan dalam 30 mL
aquadest. Larutan campuran sabun dan aquadest diambil sebanyak 25 mL
dan dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL dengan skala millimeter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
block. Larutan sabun diuji dengan homoginizer dengan skala 4 selama 1
menit. Dicatat tinggi dari busa yang dihasilkan. Pengujian dilakukan pada
ketiga replikasi, semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata ketinggian
busanya. Hasil ketinggian busa menunjukkan kemampuan membentuk
busa dari sabun. Pengamatan kemampuan mempertahankan busa
selanjutnya dilakukan dengan mengukur busa yang tersisa setelah
pendiaman selama 20 menit, yang kemudian dihitung selisih ketinggian
busa awal yang dihasilkan terhadap tinggi busa yang tersisa dibagi tinggi
busa awal dikali seratus persen. Pengujian dilakukan pada ketiga replikasi,
semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata persentase penurunan
busanya. Hasil persentase penurunan busa menunjukkan kemampuan
mempertahankan busa dari sabun.
5. Subjective Assessment
Subjective assessment dilakukan melalui pembagian kuesioner kepada
30 orang responden yang dilakukan sebagai wujud gambaran penerimaan
konsumen terhadap sabun yang dihasilkan. Kuesioner yang digunakan,
terlebih dahulu dilakukan validasi.
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dari pengujian karakteristik fisik sabun dianalisa
secara statistik. Masing-masing data hasil pengujian karakteristik fisik diuji
normalitas datanya menggunakan uji Shapiro-Wilk, data yang terdistribusi normal
memiliki p-value > 0.05, sedangkan data yang tidak terdistribusi normal memilki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
p-value < 0.05. Uji kesamaan varians dilakukan menggunakan Levene’s Test, data
dikatakan memiliki kesamaan varians jika p-value > 0,05. Apabila data yang
diperoleh terdistribusi normal dan memiliki kesamaan varians, maka dapat diuji
menggunakan Parametric Test yang analisis datanya menggunakan One way
ANOVA (Analysis of Variance). Jika data yang diperoleh tidak terdistribusi
normal, maka pengujiannya menggunakan Non Parametric Test yang analisis
datanya menggunakan Kruskal Wallis. Uji ANOVA dilakukan untuk melihat
signifikansi perbedaan karakteristik fisik sabun yang dihasilkan. Jika hasil dari uji
ANOVA didapatkan p-value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa berbeda
bermakna secara statistik, sedangkan apabila p-value > 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak berbeda secara statistik. Uji lanjutan untuk melihat
secara spesifik signifikansi masing-masing formula yang dibandingkan adalah
dengan uji Tukey HSD. Data penyusutan bobot sabun diuji normalitasnya
menggunakan Shapiro-Wilk yang selanjutnya dianalisis menggunakan Paired T-
test. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam analisis data secara statistik sebesar
95 %.
Hasil subjective assessment mengenai produk sabun berdasarkan
kuesioner yang dibagikan kepada responden disajikan dalam bentuk persentase
tingkat penerimaan konsumen, serta digambarkan melalui diagram batang.
Program yang digunakan untuk analisis data secara statistik data adalah R
i386 3.0.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Formulasi Sabun
Sabun batang transparan minyak jahe merupakan sabun yang didesain
untuk mendapatkan penampilan fisik transparan dan bertujuan untuk dapat
menghasilkan sabun dengan karakteristik fisik yang baik, serta untuk mengetahui
pengaruh variasi konsentrasi surfaktan terhadap karakteristik fisik sabun yang
dihasilkan. Surfaktan yang digunakan yaitu diethanolamide (DEA) dan
cocoamidopropyl betaine (betaine). Bahan-bahan lain yang digunakan dalam
pembuatan sabun transparan, antara lain asam stearat, butylated hydroxy toluene
(BHT), minyak jarak, NaOH, etanol 96%, asam sitrat, gliserin, sukrosa, aquadest,
dan minyak jahe. Sabun yang dibuat menggunakan formula hasil modifikasi yang
berasal dari formula acuan sabun transparan oleh Hambali et al., (2006).
Modifikasi formula yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan menambahkan
minyak jahe, BHT, serta penggunaan DEA.
Asam stearat dan minyak jarak merupakan fase minyak dengan
kandungan asam lemak yang akan bereaksi dengan NaOH, sehingga terjadi rekasi
saponifikasi dalam proses pembentukan sabun. Asam stearat berfungsi sebagai
agen pengeras dan pembentuk konsistensi sabun, sehingga dapat dihasilkan massa
sabun yang padat dan keras. Digunakan suhu 70-80 oC untuk melelehkan asam
stearat, karena titik leleh asam stearat pada suhu 69-70 oC (Rowe et al.,2009).
Minyak jarak yang digunakan juga merupakan fase minyak yang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kandungannya terdapat asam lemak sehingga dapat berfungsi memberikan sensasi
lembut dan lembab.
BHT dalam formula ini berfungsi sebagai antioksidan. Penambahan
antioksidan dalam sabun sangat diperlukan karena sabun tersusun dari asam
lemak yang mengandung ikatan asam lemak tak jenuh yang mudah teroksidasi.
Terjadinya oksidasi akan mengakibatkan sabun menjadi tengik. BHT yang
ditambahkan dalam formula diperlukan untuk mencegah terjadinya proses
oksidasi dari asam lemak ataupun minyak yang digunakan dalam formula. BHT
ditambahkan pada fase minyak, karena BHT larut sempurna dalam fase nonpolar
(Rowe et al.,2009).
Penambahan NaOH berfungsi sebagai agen saponifikasi. NaOH yang
bersifat sebagai basa akan bereaksi dengan fase minyak menghasilkan sabun.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi saponifikasi atau reaksi penyabunan. Dalam
pembuatan sabun, fase minyak dan basa merupakan komponen utamanya,
sedangkan bahan-bahan lain yang ditambahakan berperan dalam meningkatkan
kualitas sabun.
Etanol 96% digunakan sebagai pelarut dari sabun yang terbentuk.
Digunakan etanol karena sifatnya yang merupakan pelarut semipolar, sehingga
mudah larut dalam air dan lemak (Hambali et al., 2005). Etanol juga dapat disebut
sebagai agen penjernih karena sabun yang terbentuk dari reaksi saponifikasi akan
terlarut dalam etanol dan dihasilkan campuran yang jernih. Sabun harus larut
dalam etanol sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang transparan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Asam sitrat dalam formula digunakan sebagai pH adjuster, sehingga
dapat mengurangi kebasaan dari sabun yang dihasilkan. Pengaturan pH dianggap
penting untuk meminimalisir terjadinya iritasi kulit, apabila sabun terlalu basa.
Penggunaan gliserin berfungsi sebagai humektan atau pelembab. Sesuai
mekanismenya, humektan dapat menarik air dari udara, sehingga dengan adanya
gliserin dapat melembabkan kulit ketika sabun diaplikasikan dan dapat
menghindari kulit dari kekeringan yang berlebihan akibat pemakaian sabun.
Gliserin juga berperan sebagai agen penjernih sehingga dapat meningkatkan
kejernihan dan transparansi sabun yang dihasilkan.
Gula dalam formula berfungsi sebagai agen transparansi, sehingga gula
merupakan bahan yang paling berperan penting dalam menghasilkan sabun yang
transparan. Transparansi dari sabun yang dihasilkan akan berpengaruh pada
estetika sediaan, yang mempunyai andil yang cukup besar terhadap penerimaan
konsumen. Hal ini dikarenakan sabun transparan merupakan sabun yang
mempunyai penampilan yang lebih berkilau daripada sabun opaque, dan lebih
menarik dikarenakan transparansinya. Gula yang digunakan adalah sukrosa. Gula
dapat membentuk transaparansi dari sabun dengan cara membantu perkembangan
kristal pada sabun. Ketika massa pendiaman sabun, air dan etanol yang
terkandung dalam sabun akan menguap sehingga kristal-kristal dari gula akan
terbentuk kembali. Kristal bening yang dihasilkan akan meningkatkan
transparansi sabun.
Diethanolamide (DEA) dan cocoamidopropyl betaine (betaine) berfungsi
sebagain surfaktan. DEA juga berfungsi sebagai foaming agent dan penstabil busa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Selain itu DEA juga dipilih sebagai surfaktan karena dapat mencegah proses
penghilangan minyak secara berlebihan pada kulit (Hambali et al., 2005),
sehingga diharapkan akan menghasilkan efek lembut dari penggunaan sabun.
Betaine memiliki sifat pembusa yang baik dan, relatif stabil. Penggunaan betaine
dalam formula juga dikarenakan betaine bersifat tidak mengiritasi kulit (Barel et
al., 2001).
Surfaktan mempunyai peran penting dalam produk sabun, terutama
dalam hal penghilangan kotoran dan sebagai agen pembusa. Surfaktan yang
digunakan akan mempengaruhi kekuatan pembusaan yang bisa dihasilkan dari
sabun. Hal ini penting karena kebanyakan konsumen menyukai produk sabun
yang dapat menghasilkan busa yang melimpah karena beranggapan bahwa
semakin banyak busa yang dihasilkan, maka akan semakin banyak kotoran yang
dapat dibersihkan (Izhar et al., 2009).
Minyak jahe berperan sebagai fragrance atau pewangi. Penggunaan
minyak jahe bertujuan untuk meningkatkan penerimaan konsumen terhadap
sabun, karena minyak jahe mempunyai aroma khas dan menenangkan, sehingga
dapat menimbulkan efek rileks.
Hal-hal kritis yang perlu diperhatikan selama proses pembuatan sabun
yaitu, suhu dan pengadukan. Saat proses pembuatan sabun, suhu harus dijaga
tetap konstan antara 70-80 oC, karena suhu akan berpengaruh pada proses
pembentukan sabun. Apabila suhu yang digunakan terlalu rendah, maka sabun
akan cepat memadat dan membentuk massa sehingga membuat proses
pencampuran bahan-bahan pembentuk sabun menjadi sulit untuk dilakukan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
karena seharusnya bahan-bahan yang dicampurkan berbentuk larutan. Pengaruh
pengadukan terhadap proses pembuatan sabun, yaitu apabila pengadukan
dilakukan terlalu cepat dan tidak konstan maka akan banyak dihasilkan buih yang
membuat estetika sabun menjadi berkurang, oleh karena itu proses pengadukan
harus dilakukan dengan konstan dan stabil.
Setelah proses pencetakan sabun, sabun didiamkan terlebih dahulu
hingga mencapai suhu ruang ± 27 oC, setelah itu dilakukan pendinginan dalam
freezer. Masa aging atau masa pendiaman sabun juga termasuk hal penting yang
harus diperhatikan dalam pembuatan sabun transparan. Saat masa aging, sabun
didiamkan selama 4 minggu pada suhu ruang. Masa aging sabun tersebut
bertujuan untuk mengurangi kadar air dan menguapkan etanol yang terkandung
dalam sabun (Hambali et al., 2006). Setelah masa aging tersebut diharapkan sifat
fisik sabun sudah stabil.
B. Penentuan Penyusutan Bobot
Penentuan penyusutan bobot dilakukan untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan sabun untuk mendapatkan bobot yang stabil. Sabun yang telah dibuat
dilakukan proses pendiaman selama 4 minggu untuk memperoleh keadaan yang
stabil. Pendiaman yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi kadar air dan
menguapkan etanol yang terkandung dalam sabun. Adanya kandungan air dan
etanol dalam sabun menyebabkan respon sifat fisik sabun berubah-ubah, oleh
karena itu setelah masa aging diasumsikan etanol yang terkandung dalam sabun
telah menguap. Penentuan persentase penyusutan bobot dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
mengukur persentase penyusutan yang terjadi setiap minggunya, yaitu penyusutan
bobot dari minggu 1 ke minggu 2, minggu 2 ke minggu 3, dan minggu 3 ke
minggu 4 setelah pembuatan sabun. Minggu 1 ditetapkan sebagai titik awal
pengukuran pesentase penyusutan bobot.
Hasil persentase penyusutan bobot (lampiran 3) yang paling besar terjadi
pada minggu 1 ke minggu 2. Hal ini menunjukkan bahwa saat masa aging sabun
pada minggu 1 ke minggu 2 terjadi pengurangan kandungan air dan penguapan
etanol dari dalam sabun yang cukup besar. Pada minggu 2 ke minggu 3,
penyusutan bobot sabun tidak sebesar minggu pertama. Sedangkan penyusutan
bobot pada minggu 3 ke minggu 4 sangat sedikit, karena jumlah kandungan air
dan etanol telah banyak berkurang pada minggu-minggu awal masa aging.
Data penyusutan bobot diuji normalitasnya secara statistik menggunakan
Shapiro-Wilk. Hasil dari uji normalitas menunjukkan bahwa data yang didapatkan
mempunyai distribusi normal (p-value > 0,05) (lampiran 7), kemudian untuk
mengetahui signifikansi penyusutan bobot dilakukan uji paired T-test. Uji paired
T-test digunakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sabun untuk
mendapatkan bobot yang konstan.
Tabel V menunjukkan bahwa sabun DEA dan sabun betaine tidak
mengalami penyusutan bobot yang signifikan pada minggu 3 ke minggu 4 yang
ditunjukkan melalui p-value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa bobot
sabun telah konstan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel V. Hasil p-Value pada Paired T-Test Penyusutan Bobot Sabun
Minggu 3 ke Minggu 4
Jenis Sabun Formula
Rendah Tengah Tinggi
Sabun DEA 0,423 0,225 0,225
Sabun Betaine 0,423 0,184 0,057
Hasil dari pengujian ini dijadikan sebagai dasar penentuan uji karakteristik
fisik sabun, karena diasumsikan bahwa kandungan air dan etanol pada minggu 4
sudah tidak mempengaruhi respon karakteristik fisik sabun sehingga sabun telah
memiliki karakteristik fisik yang stabil. Hal ini sesuai dengan teori bahwa masa
aging sabun transparan adalah sekitar tiga minggu setelah pembuatan sabun
(Hambali et al., 2006).
C. Pengujian Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik sabun berperan penting dalam menentukan kualitas
sabun dan penerimaan konsumen terhadap produk sabun yang dihasilkan.
Pengujian karakteristik fisik terhadap sabun yang dihasilkan meliputi transparansi
sabun, pH, kekerasan, kemampuan membentuk busa, dan kemampuan
mempertahankan busa. Pengujian karakteristik fisik sabun dilakukan pada minggu
4 setelah proses pembuatan sabun yang bertujuan untuk mengetahui sabun yang
dihasilkan dalam penelitian baik atau tidak, yang dilihat melalui kriteria
karakteristik fisik sabun serta untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi
surfaktan terhadap respon karakteristik fisik sabun, yang selanjutnya dilakukan
analisis data secara statistik. Minggu 4 ditentukan sebagai waktu yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
untuk pengujian karakteristik fisik sabun karena mengacu pada teori masa aging
sabun transparan oleh Hambali et.al. (2006), dan didukung dengan data
penyusutan bobot yang menunjukkan bahwa pada minggu 4 bobot sabun telah
kosntan.
Semua sabun dengan variasi konsentrasi surfaktan DEA dan betaine
meliputi formula konsentrasi tinggi (9g), formula konsentrasi tengah (6g), dan
formula konsentrasi rendah (3g) diuji karakteristik fisiknya. Sebagai pembanding
karakteristik fisik sabun, digunakan sabun merek dagang sebagai acuan penentuan
kriteria karakteristik sabun yang baik. Sabun merek dagang yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sabun merek “X” dan sabun merek “Y”, karena memiliki
fungsi komposisi formula yang mirip dengan formula sabun yang digunakan
dalam penelitian (lampiran 1). Sabun merek dagang diperlakukan sama dengan
sabun yang dibuat dalam penelitian dengan pengujian karakteristik fisik.
1. Transparansi Sabun
Transparansi sabun merupakan hal yang sangat penting dalam sabun
transparan. Transparansi sabun ini akan berpengaruh pada nilai estetika dari sabun
yang dihasilkan karena penampilan sabun transparan inilah yang membuatnya
lebih menawan dibandingkan jenis sabun lainnya. Sabun dikatakan transparan
apabila tulisan dengan font tipe 14 yang diletakkan dibawah sabun dengan
ketebalan sabun 0,25 inchi atau setara dengan 0,635 cm, dapat terbaca (Jongko,
2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dari data yang didapatkan, semua sabun yang dihasilkan memiliki
penampilan yang transparan, karena sabun yang dihasilkan mampu digunakan
untuk membaca tulisan sesuai persyaratan sabun transparan (lampiran 13).
Hasil pengujian transparansi sabun dibuat urutan tingkat transparansinya
untuk mengetahui sabun dengan tingkat transparansi yang paling tinggi. Urutan
tingkat transparansi sabun dapat dilihat melalui penomoran tingkat
transparansinya. Nomor yang lebih kecil pada urutan tingkat transparansi sabun
menunjukkan tingkat transparansi yang lebih tinggi.
Tabel VI. Tingkatan Transparansi Sabun
Formula Tingkat Transparansi
Sabun DEA Sabun Betaine
Konsentrasi Tinggi 1 1
Konsentrasi Tengah 2 2
Konsentrasi Rendah 3 3
Berdasarkan tabel VI, dapat dilihat bahwa baik pada sabun DEA dan
sabun betaine dengan peningkatan konsentrasi surfaktan maka tingkat
transparansi sabun yang dihasilkan juga meningkat, sedangkan penggunaan
konsentrasi rendah menghasilkan sabun dengan tingkat transparansi yang paling
rendah. Hal ini dapat dikarenakan dengan adanya konsentrasi surfaktan yang
semakin tinggi maka partikel minyak yang teremulsi di dalam air akan semakin
terbagi, sehingga ukuran droplet yang terbentuk akan semakin kecil dan sabun
yang dihasilkan semakin transparan.
2. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH termasuk salah satu unsur penting yang harus
dipertimbangkan dalam produk sabun, dikarenakan sabun dengan pH yang terlalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
basa dapat mengakibatkan kemungkinan terjadinya iritasi pada kulit karena tidak
sesuai dengan pH kulit yang netral, oleh karena itu akan lebih baik apabila sabun
memiliki pH yang sesuai atau mendekati pH kulit. Adanya kemungkinan iritasi
akibat penggunaan sabun harus dapat diminimalisir, oleh karena itu dilakukan
pengukuran pH dari sabun yang dihasilkan.
Tabel VII. Hasil Uji pH Sabun dan pH Sabun Merek Dagang
Parameter Sabun DEA Sabun Betaine
Sabun
Merek
Rendah Tengah Tinggi Rendah Tengah Tinggi “X” “Y”
pH 8-9 8-9 8-9 8-9 8-9 8-9 9-10 9-10
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH indikator universal.
Dari hasil pengukuran pH pada tabel VII, didapatkan pH sabun berkisar antara 8-9
dari semua sabun yang dihasilkan, sedangkan sabun merek dagang “X” dan “Y”
memiliki pH 9-10. Nilai pH dari sabun yang dihasilkan menunjukkan pH basa dan
belum sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6 (Dayan dan Wertz, 2011), namun pH
sabun yang dihasilkan memiliki pH yang lebih mendekati pH kulit dibandingkan
dengan sabun merek dagang, sehingga dapat dikatakan bahwa sabun yang
dihasilkan memiliki pH yang masih dapat diterima. Hal ini didukung dengan
melihat secara teoritis pH sabun transparan biasanya memiliki pH yang berkisar
antara 9,1-9,5 (Tokosh dan Baig, 1995). Penggunaan sabun dengan pH yang
cenderung basa juga diperlukan untuk membuka pori kulit, sehingga sabun dapat
mengikat kotoran dan kelebihan sebum pada kulit (Ertel, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3. Kekerasan
Pengujian kekerasan perlu dilakukan karena kekerasan sabun yang baik
dapat menjamin keutuhan sabun selama masa penyimpanan hingga diterima oleh
konsumen. Kekerasan sabun juga berpengaruh pada kemampuan mempertahankan
bentuk saat sabun digunakan. Jika sabun terlalu lembek maka saat digunakan
sabun akan melunak dan menyebabkan sabun cepat habis. Pengujian kekerasan
sabun dilakukan menggunakan hardness tester dengan satuan kekerasan sabun
adalah kilogram (kg).
Hasil uji kekerasan dari masing-masing formula dibandingkan, baik
kekerasan sabun DEA maupun kekerasan sabun betaine, dan disertakan nilai SD
(standart deviation). Nilai rata-rata dan nilai SD digunakan untuk mengetahui
sabun yang memenuhi kriteria kekerasan sabun sesuai dengan rentang yang
ditetapkan dalam penelitan. Hasil uji kekerasan sabun DEA, sabun betaine dan
sabun merek dagang dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Kekerasan Sabun DEA, Sabun Betaine dan Sabun Merek Dagang
( )
Kekerasan (kg)
Formula
Jenis Rendah Tengah Tinggi
Sabun DEA 2,733 ± 0,153 2,533 ± 0,208 2,433 ± 0,153
Sabun Betaine 3,067 ± 0,153 2,933 ± 0,153 2,600 ± 0,100
abun “X” 2,233 ± 0,252
abun “Y” 4,133 ± 0,153
Kriteria kekerasan sabun yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
kekerasan dari sabun tidak kurang dari 2 kg, yang ditetapkan berdasarkan nilai
kekerasan dari sabun merek dagang “X” sebagai batas kekerasan minimal sabun.
Berdasarkan data kekerasan dari tabel VIII dapat dilihat bahwa kekerasan semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
formula sabun DEA dan sabun betaine memenuhi kriteria kekerasan sabun yang
ditetapkan.
Data hasil uji kekerasan kemudian dianalisis dengan statistik. Uji
normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk, yang bertujuan
untuk mengetahui data memiliki dsitribusi yang normal atau tidak. Pada uji
Shapiro-Wilk dengan taraf kepercayaan 95% apabila nilai p-value < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima, begitu pula sebaliknya apabila nilai nilai p-value > 0,05
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dimana H0 merupakan hipotesis bahwa data
terdistribusi normal, sedangkan H1 merupakan hipotesis bahwa data tidak
terdistribusi normal (Istyastono, 2012). Data yang diharapkan adalah data yang
mempunyai distribusi normal atau memiliki nilai p-value > 0,05. Hasil dari uji
normalitas menunjukkan bahwa data uji kekerasan mempunyai distribusi normal
(p-value > 0,05) (lampiran 7).
Uji kesamaan varians dilakukan dengan Levene Test. Data dapat
dikatakan memiliki kesamaan varians apabila nilai p-value > 0,05 (Suhartono,
2008). Uji Levene Test menunjukkan bahwa data yang didapat memiliki kesamaan
varians (p-value > 0,05) (lampiran 9), sehingga dapat dilanjutkan dengan
Parametric Test yaitu One Way ANOVA untuk mengetahui signifikansi
kekerasan sabun.
Pada One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% apabila nilai p-
value < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu pula sebaliknya apabila
nilai nilai p-value > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Dimana H0 merupakan
hipotesis bahwa data tidak berbeda, sedangkan H1 merupakan hipotesis bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
data berbeda secara signifikan (Istyastono, 2012). Apabila hasil uji ANOVA
menyatakan bahwa data yang dibandingkan berbeda secara signifikan maka
dilanjutkan dengan uji Tukey HSD yang bertujuan untuk mengetahui secara
spesifik signifikansi masing-masing data antar formula yang dibandingkan. Data
dikatakan berbeda bermakna atau berbeda secara signifikan apabila nilai p-value <
0,05, sedangkan apabila nilai p-value > 0,05 maka dikatan data tidak berbeda.
Kekerasan sabun yang dihasilkan dalam penelitian juga dibandingkan
secara statistik dengan sabun merek dagang “X” dan sabun merek dagang “Y”.
Tujuan sabun dibandingkan dengan sabun merek dagang adalah untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan kekerasan dari sabun yang dihasilkan dalam penelitian
dengan sabun merek dagang. Hal ini penting karena akan berpengaruh pada
penerimaan sabun di pasaran. Data hasil uji kekerasan perbandingan antara sabun
dengan sabun merek dagang yang dianalisis secara statistika dapat dilihat pada
tabel IX.
Berdasarkan tabel IX, hasil kekerasan sabun DEA untuk formula rendah,
tengah, maupun tinggi jika dibandingkan dengan kekerasan sabun merek dagang
“X” tidak berbeda secara statistika (p-value > 0,05) atau dengan kata lain
memiliki kekerasan yang sama. Sedangkan kekerasan formula rendah, tengah,
maupun tinggi dibandingkan dengan kekerasan sabun merek dagang “Y” berbeda
secara statistika (p-value < 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel IX. Perbandingan Kekerasan Sabun dengan Sabun Merek Dagang
Perbandingan
Sabun DEA Sabun Betaine
p – value Kebermaknaan p – value Kebermaknaan
Formula Rendah –
Sabun “X” 0,053 Tidak Berbeda 9,32.10
-4 Berbeda
Formula Tengah –
Sabun “X” 0,351 Tidak Berbeda 3,47.10
-3 Berbeda
Formula Tinggi –
Sabun “X” 0,695 Tidak Berbeda 0,133 Tidak Berbeda
Formula Rendah –
Sabun “Y” 2,82.10
-5 Berbeda 1,22.10
-4 Berbeda
Formula Tengah –
Sabun “Y” 8,4.10
-6 Berbeda 4,38.10
-5 Berbeda
Formula Tinggi –
Sabun “Y” 4,8.10
-6 Berbeda 4,7.10
-6 Berbeda
Hasil kekerasan sabun betaine yang dibandingkan dengan sabun merek
dagang juga dapat dilihat pada tabel IX, dimana kekerasan formula rendah dan
tengah dibandingkan dengan kekerasan sabun merek dagang “X” berbeda secara
statistika, sedangkan kekerasan formula tinggi dibandingkan dengan kekerasan
sabun merek dagang “X” tidak berbeda secara statistika (p-value > 0,05).
Kekerasan sabun betaine formula rendah, tengah, maupun tinggi jika
dibandingkan dengan kekerasan sabun merek dagang “Y” berbeda secara
statistika (p-value < 0,05).
Hasil uji ANOVA kekerasan sabun DEA dan hasil uji Tukey HSD
kekerasan sabun betaine yang merupakan perbandingan antar formula untuk
melihat pengaruh variasi konsentrasi yang digunakan terhadap respon kekerasan
sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel X. Hasil Uji ANOVA dan Uji Tukey HSD Kekerasan Sabun
Perbandingan
Formula
P value Kebermaknaan
DEA Betaine DEA Betaine
Rendah-Tengah
0,178
0,501
Tidak Berbeda
Tidak Berbeda
Rendah-Tinggi 0,014 Berbeda
Tengah-Tinggi 0,056 Tidak Berbeda
Hasil uji ANOVA untuk sabun DEA menunjukkan pada semua formula
memiliki nilai p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan variasi
konsentrasi DEA tidak berpengaruh pada kekerasan sabun. Hasil uji ANOVA
kekerasan sabun betaine memiliki nilai p-value < 0,05 (lampiran 10) yang
menunjukkan variasi konsentrasi betaine menghasilkan kekerasan yang berbeda,
sehingga dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Dari hasil uji Tukey HSD terlihat
bahwa kekerasan sabun betaine pada formula rendah dibandingkan dengan
formula tinggi berbeda (p-value < 0,05), yang menunjukkan dengan penambahan
konsentrasi betaine yang besar dapat mempengaruhi kekerasan sabun, tetapi
dengan penambahan konsentrasi yang kecil tidak mempengaruhi kekerasan sabun
yang ditunjukkan dari hasil kekerasan sabun betaine formula rendah dibandingkan
dengan formula tengah dan formula tengah dibandingkan dengan formula tinggi
memiliki kekerasan yang sama.
4. Kemampuan Membentuk Busa
Busa yang dihasilkan pada penggunaan sabun akan berpengaruh pada
tingkat penerimaan konsumen, karena kebanyakan orang beranggapan apabila
sabun dapat menghasilkan busa yang melimpah maka akan mampu membersihkan
kotoran dengan lebih baik (Izhar, et al., 2009), sehingga konsumen akan lebih
berminat pada sabun yang dapat menghasilkan busa yang banyak. Kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
membentuk busa digunakan untuk melihat kemampuan sabun dalam hal
menghasilkan busa. Pengujian kemampuan membentuk busa dilakukan
menggunakan homogenizer yang kemudian dilihat skala pembentukan busanya
dalam satuan milimeter (mm).
Hasil uji kemampuan membentuk busa dari masing-masing formula
dibandingkan, baik kemampuan membentuk busa sabun DEA maupun
kemampuan membentuk busa sabun betaine, dan disertakan nilai SD (standart
deviation). Nilai rata-rata dan nilai SD digunakan untuk mengetahui sabun yang
memenuhi kriteria kemampuan membentuk busa sabun sesuai dengan rentang
yang ditetapkan dalam penelitan. Hasil uji kemampuan membentuk busa sabun
DEA, sabun betaine dan sabun merek dagang dapat dilihat pada tabel XI.
Tabel XI. Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA, Sabun Betaine dan
Sabun Merek Dagang ( )
Tinggi Busa (mm)
Formula
Jenis Rendah Tengah Tinggi
Sabun DEA 41,667 ± 1,528 43,333 ± 1,528 45,667 ± 1,528
Sabun Betaine 43,000 ± 1,000 45,667 ± 1,528 46,333 ± 2,082
abun “X” 44,667 ± 1,528
abun “Y” 46,333 ± 1,528
Kriteria kemampuan membentuk busa sabun yang ditetapkan dalam
penelitian adalah sabun dapat menghasilkan tinggi busa yang tidak kurang dari 43
mm, yang ditetapkan berdasarkan sabun merek dagang “X” sebagai batas minimal
kriteria kemampuan membentuk busa sabun. Data kemampuan membentuk busa
dari tabel XI menunjukkan bahwa kemampuan membentuk busa semua formula
sabun DEA dan sabun betaine memenuhi kriteria kemampuan membentuk busa
yang ditetapkan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Data hasil uji kemampuan membentuk busa kemudian dianalisis dengan
statistik. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk,
hasil dari uji normalitas menunjukkan bahwa data yang didapatkan mempunyai
distribusi normal (p-value > 0,05) (lampiran 7). Uji dilanjutkan untuk mengetahui
kesamaan varians dengan Levene Test. Uji Levene Test menunjukkan bahwa data
yang didapat memiliki kesamaan varians (p-value > 0,05) (lampiran 9), sehingga
dapat dilanjutkan dengan Parametric Test yaitu One Way ANOVA untuk
mengetahui signifikansi kemampuan membentuk busa sabun.
Kemampuan membentuk busa sabun yang dihasilkan dalam penelitian
juga dibandingkan secara statistik dengan sabun merek dagang “X” dan sabun
merek dagang “Y”. Tujuan sabun dibandingkan dengan sabun merek dagang
adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan membentuk busa
dari sabun yang dihasilkan dalam penelitian dengan sabun merek dagang, karena
akan berpengaruh pada penerimaan sabun di pasaran. Data hasil uji kemampuan
membentuk busa perbandingan antara sabun dengan sabun merek dagang yang
dianalisis secara statistika dapat dilihat pada tabel XII.
Berdasarkan tabel XII diketahui bahwa kemampuan membentuk busa
dari sabun DEA formula rendah, tengah, maupun tinggi jika dibandingkan dengan
sabun merek dagang “X” tidak berbeda secara statistika (p-value > 0,05).
Kemampuan membentuk busa sabun DEA formula rendah dibandingkan dengan
sabun merek dagang “Y” berbeda secara statistika (p-value < 0,05), sedangkan
formula tengah dan tinggi jika dibandingkan dengan sabun merek dagang “Y”
tidak berbeda yang dilihat dari nilai p-value > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel XII. Perbandingan Kemampuan Membentuk Busa Sabun
dengan Sabun Merek Dagang
Perbandingan
Sabun DEA Sabun Betaine
p – value Kebermaknaan p – value Kebermaknaan
Formula Rendah –
Sabun “X” 0,191 Tidak Berbeda
0,119
Tidak Berbeda
Formula Tengah –
Sabun “X” 0,818 Tidak Berbeda Tidak Berbeda
Formula Tinggi –
Sabun “X” 0,924 Tidak Berbeda Tidak Berbeda
Formula Rendah –
Sabun “Y” 0,025 Berbeda Tidak Berbeda
Formula Tengah –
Sabun “Y” 0,191 Tidak Berbeda Tidak Berbeda
Formula Tinggi –
Sabun “Y” 0,981 Tidak Berbeda Tidak Berbeda
Kemampuan membentuk busa sabun betaine dibandingkan dengan sabun
merek dagang juga dapat dilihat dari tabel XII, yang menunjukkan bahwa
kemampuan membentuk busa sabun betaine dari formula rendah, formula tengah,
dan formula tinggi apabila dibandingkan dengan sabun merek dagang “X” dan
sabun merek dagang “Y” tidak berbeda secara statistika ( p-value > 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan membentuk busa sabun betaine sama dengan
kemampuan membentuk busa dari sabun merek dagang.
Tabel XIII. Hasil Uji ANOVA dan Uji Tukey HSD
Kemampuan Membentuk Busa Sabun
Perbandingan
Formula
P value Kebermaknaan
DEA Betaine DEA Betaine
Rendah-Tengah 0,428
0,091
Tidak Berbeda
Tidak Berbeda Rendah-Tinggi 0,042 Berbeda
Tengah-Tinggi 0,227 Tidak Berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Hasil uji ANOVA kemampuan membentuk sabun betaine dan hasil uji
Tukey HSD kemampuan membentuk sabun DEA yang merupakan perbandingan
antar formula untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi yang digunakan
terhadap respon kemampuan membentuk busa sabun dapat dilihat pada tabel XIII.
Hasil uji ANOVA kemampuan membentuk busa sabun DEA memiliki
nilai p-value < 0,05 (lampiran 10) yang menunjukkan variasi konsentrasi DEA
menghasilkan respon kemampuan membentuk busa yang berbeda sehingga
dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Dari hasil uji Tukey HSD terlihat bahwa
kemampuan membentuk busa sabun DEA pada formula rendah dibandingkan
dengan formula tinggi berbeda (p-value < 0,05), yang menunjukkan dengan
penambahan konsentrasi DEA yang besar dapat mempengaruhi kemampuan
membentuk busa sabun, tetapi dengan penambahan konsentrasi yang kecil tidak
mempengaruhi kemampuan membentuk busa sabun yang ditunjukkan dari hasil
kemampuan membentuk busa sabun DEA formula rendah dibandingkan dengan
formula tengah dan formula tengah dibandingkan dengan formula tinggi memiliki
kemampuan membentuk busa yang sama. Hasil uji ANOVA untuk sabun betaine
menunjukkan pada semua formula memiliki nilai p-value > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan variasi konsentrasi betaine tidak berpengaruh
pada kemampuan membentuk busa sabun.
5. Kemampuan Mempertahankan Busa
Kemampuan mempertahankan busa juga merupakan salah satu
karakteristik fisik sabun yang diuji karena terkait penerimaan konsumen terhadap
sabun yang dihasilkan. Kemampuan mempertahakan busa berkaitan erat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kualitas busa yang diahasilkan. Bila kemampuan mempertahankan busa dari
sabun baik, maka busa yang terbentuk akan stabil dan tidak akan cepat hilang.
Dilakukan pengujian kemampuan mempertahankan busa untuk mengetahui
kestabilan busa dari masing-masing sabun. Pengujian kemampuan
mempertahankan busa dilakukan menggunakan homogenizer yang kemudian
dilihat skala penurunan busa yang terjadi dalam satuan milimeter, dan selanjutnya
dihitung persentase penurunan busanya. Persentase penurunan busa digunakan
untuk melihat gambaran kemampuan sabun mempertahankan busa. Apabila
semakin rendah atau semakin kecil persentase penurunan busa yang terjadi, maka
sabun memiliki kemampuan mempertahankan busa yang semakin baik.
Hasil uji persentase penurunan busa dari masing-masing formula
dibandingkan, baik persentase penurunan busa dari sabun DEA maupun
persentase penurunan busa dari sabun betaine dan disertakan nilai SD (standart
deviation). Nilai rata-rata dan nilai SD digunakan untuk mengetahui sabun yang
memenuhi kriteria kemampuan mempertahankan busa sabun sesuai dengan
rentang yang ditetapkan dalam penelitan. Hasil uji persentase penurunan busa
sabun DEA, sabun betaine dan sabun merek dagang dapat dilihat pada tabel XIV.
Tabel XIV. Persentase Penurunan Busa Sabun DEA, Sabun Betaine dan
Sabun Merek Dagang ( )
Penurunan Busa (%)
Formula
Jenis Rendah Tengah Tinggi
Sabun DEA 60,772 ± 1,765 54,618 ± 3,087 45,230 ± 2,370
Sabun Betaine 32,551 ± 2,066 29,182 ± 2,931 26,566 ± 2,268
abun “X” 28,370 ± 3,402
abun “Y” 28,062 ± 2,066
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kriteria kemampuan mempertahankan busa sabun yang dilihat dari
persentase penurunan busa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penurunan
busa sabun tidak lebih dari 32 %, yang ditetapkan berdasarkan sabun merek
dagang “X” sebagai batas maksimal penurunan busa. Data persentase penurunan
busa dari tabel XIV menunjukkan bahwa persentase penurunan busa sabun DEA
tidak masuk dalam rentang persentase penurunan busa yang ditetapkan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sabun DEA tidak memenuhi kriteria kemampuan
mempertahankan busa yang ditetapkan. Pada hasil persentase penurunan busa,
sabun betaine masuk dalam rentang persentase penurunan busa, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sabun betaine memenuhi kriteria kemampuan
mempertahankan busa yang ditetapkan.
Data hasil uji persentase penurunan busa kemudian dianalisis dengan
statistik. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk,
hasil dari uji normalitas menunjukkan bahwa data yang didapatkan mempunyai
distribusi normal (p-value > 0,05) (lampiran 7). Uji dilanjutkan untuk mengetahui
kesamaan varians dengan Levene Test. Uji Levene Test menunjukkan bahwa data
yang didapat memiliki kesamaan varians (p-value > 0,05) (lampiran 9), sehingga
dapat dilanjutkan dengan Parametric Test yaitu One Way ANOVA untuk
mengetahui signifikansi persentase penurunan busa sabun.
Kemampuan mempertahankan busa sabun yang dihasilkan dalam
penelitian juga dibandingkan secara statistik dengan sabun merek dagang “X” dan
sabun merek dagang “Y” yang diperlakukan sama dengan melihat respon
persentase penurunan busanya. Tujuan sabun dibandingkan dengan sabun merek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dagang adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan
mempertahankan busa dari sabun yang dihasilkan dalam penelitian dengan sabun
merek dagang. Hal ini penting karena akan berpengaruh pada penerimaan sabun
di pasaran. Data hasil uji persentase penurunan busa perbandingan antara sabun
dengan sabun merek dagang yang dianalisis secara statistika dapat dilihat pada
tabel XV.
Tabel XV menunjukkan bahwa persentase penurunan busa dari sabun
DEA formula rendah, tengah, maupun tinggi jika dibandingkan dengan sabun
merek dagang “X” dan “Y” berbeda secara statistik (p-value < 0,05), atau dapat
dikatakan kemampuan mempertahankan busa dari sabun DEA berbeda dengan
kemampuan mempertahankan busa dari sabun merek dagang.
Tabel XV. Perbandingan Persentase Penurunan Busa Sabun
dengan Sabun Merek Dagang
Perbandingan
Sabun DEA Sabun Betaine
p – value Kebermaknaan p – value Kebermaknaan
Formula Rendah –
Sabun “X” 2.10
-7 Berbeda
0,142
Tidak Berbeda
Formula Tengah –
Sabun “X” 1,8.10
-6 Berbeda Tidak Berbeda
Formula Tinggi –
Sabun “X” 9,9.10
-5 Berbeda Tidak Berbeda
Formula Rendah –
Sabun “Y” 2.10
-7 Berbeda Tidak Berbeda
Formula Tengah –
Sabun “Y” 1,6.10
-6 Berbeda Tidak Berbeda
Formula Tinggi –
Sabun “Y” 8,47.10
-5 Berbeda Tidak Berbeda
Kemampuan mempertahankan busa sabun betaine dibandingkan dengan
sabun merek dagang juga ditunjukkan pada tabel XV, yang memperlihatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
bahwa persentase penurunan busa sabun betaine dari formula rendah, formula
tengah, dan formula tinggi apabila dibandingkan dengan sabun merek dagang “X”
dan sabun merek dagang “Y” tidak berbeda secara statistika (p-value > 0,05),
sehingga dapat dikatakan kemampuan mempertahankan busa antara sabun betaine
dengan sabun merek dagang adalah sama.
Tabel XVI. Hasil Uji ANOVA dan Uji Tukey HSD
Persentase Penurunan Busa Sabun
Perbandingan p – value Kebermaknaan
DEA Betaine DEA Betaine
Rendah-Tengah 0,051
0,064
Tidak Berbeda
Tidak Berbeda Rendah-Tinggi 6,11e-4 Berbeda
Tengah-Tinggi 0,008 Berbeda
Hasil uji ANOVA persentase penurunan busa sabun DEA memiliki nilai
p-value < 0,05 (lampiran 10) yang menunjukkan variasi konsentrasi DEA
menghasilkan respon persentase penurunan busa yang berbeda sehingga
dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Dari hasil uji Tukey HSD terlihat bahwa
persentase penurunan busa sabun DEA pada formula rendah dibandingkan dengan
formula tengah tidak berbeda (p-value > 0,05), sedangkan persentase penurunan
busa pada formula rendah dibandingkan dengan formula tinggi dan formula
tengah dibandingkan dengan formula tinggi berbeda secara statistika (p-value <
0,05). Hal ini dapat disebabkan dengan konsentrasi yang semakin besar maka
kemampuan DEA mengemulsi udara akan semakin baik dan kuat, sehingga
persentase penurunan busa yang terjadi juga semakin berkurang.
Hasil uji ANOVA untuk sabun betaine menunjukkan pada semua formula
memiliki nilai p-value > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan variasi
konsentrasi betaine tidak berpengaruh pada respon persentase penurunan busa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sabun, yang berarti variasi konsentrasi betaine tidak mempengaruhi kemampuan
mempertahankan busa sabun.
D. Subjective Assessment
Subjective assessment yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan
gambaran mengenai penerimaan konsumen terhadap sabun yang dihasilkan dalam
penelitian. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner yang berisi
pernyataan tertulis yang diberikan kepada responden (lampiran 12). Pernyataan
yang diajukan kepada responden disampaikan melalui 2 buah kuesioner yang
berisi 11 pernyataan terkait dengan karakteristik fisik sabun yang dihasilkan
dalam penelitian dan responden dapat memilih tingkat persetujuan pada
pernyataan yang diajukan. Satu kuesioner digunakan untuk mengetahui tingkat
kesetujuan konsumen terhadap produk sabun, sedangkan kuesioner yang lainnya
digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk sabun.
Kuesioner yang diberikan kepada responden terlebih dahulu divalidasi.
Validasi yang dilakukan adalah validasi konten dan validasi bahasa. Validasi
dilakukan dengan terlebih dahulu mengujikan kuesioner kepada 3 orang
responden. Dari pengujian tersebut, dapat dinyatakan bahwa kuesioner telah
memenuhi syarat validitas, karena 3 orang tersebut sudah paham dengan maksud
dan isi dari kuesioner, serta tidak menimbulkan pertanyaan saat membaca
kuesioner yang diberikan. Kuesioner yang telah memenuhi syarat validitas
selanjutnya dibagikan kepada responden yang dipilih secara acak. Kriteria
responden yang ditetapkan pada penelitian ini yaitu 30 orang mahasiswi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
berasal dari Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, angkatan 2012.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, didapatkan populasi sebesar 126
orang. Jumlah sampel minimal yang dapat digunakan untuk populasi dengan
jumlah kecil yaitu sebesar 20% (Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, dan Uriarte,
1993), sehingga minimal sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu
25 orang. Namun dalam penelitian ini, digunakan responden sebanyak 30 orang
yang dianggap dapat menggambarkan tingkat penerimaan konsumen. Pemilihan
30 orang responden ini juga dikarenakan jumlah tersebut dapat digunakan untuk
pengambilan sampel dalam jumlah besar yaitu N ≥ 30 sampel (Spiegel dan
Stephens, 2007). Responden diberi sampel sabun yang kemudian dapat
digunakan, sehingga dapat mengisi kuesioner yang telah dibagikan. Sabun yang
digunakan untuk subjective assessment adalah sabun betaine formula tengah
karena memiliki karakteristik fisik yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dan sesuai dengan sabun merek dagang.
Tingkat penerimaan konsumen terhadap sabun yang dihasilkan dalam
penelitian digambarkan melalui parameter persentase penilaian yang meliputi
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan
yang diajukan melalui kuesioner, serta sangat suka, suka, tidak suka, dan sangat
tidak suka. Parameter persetujuan digunakan untuk mengetahui penilaian terhadap
produk secara obyektif sedangkan parameter kesukaan digunakan untuk
mengetahui kesukaan responden secara pribadi terhadap sabun yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 5. Diagram Subjective Assessment dengan Parameter Persetujuan
terhadap Produk Sabun
Gambar 6. Diagram Subjective Assessment dengan Parameter Kesukaan
terhadap Produk Sabun
Tingkat persetujuan responden terhadap pernyataan yang terkait produk
sabun digambarkan melalui diagram yang dapat dilihat pada gambar 5, yang
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Aroma MempertahankanBentuk
Rasa Lembut Busa PenampilanTransparan
Ketertarikan
Pe
rse
nta
se
Parameter
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Aroma Bentuk Sabun Rasa Lembut Busa yangDihasilkan
Kekerasan
Per
sen
tase
Parameter
Sangat Tidak Suka Tidak Suka Suka Sangat Suka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menunjukkan bahwa konsumen setuju terhadap pernyataan terkait dengan aroma,
mempertahankan bentuk, busa, sensasi rasa lembut, penampilan transparan, serta
ketertarikan menggunakan produk sabun. Persentase persetujuan dari segi aroma
sebesar 83,34%, mempertahankan bentuk sebesar 90%, sensasi rasa lembut
sebesar 86,66%, busa yang dihasilkan sebesar 83,33% dan penampilan yang
transparan sebesar 100% dan untuk tingkat ketertarikan responden terhadap sabun
yaitu sebesar 73,34% responden menyatakan persetujuannya yang menunjukkan
minat konsumen terhadap produk sabun. Berdasarkan hasil subjective assessment
yang ditunjukkan pada gambar 6, dapat dilihat bahwa responden menyukai sabun
baik dari segi aroma, bentuk, rasa lembut, busa yang dihasilkan dan kekerasan
sabun. Hal ini ditunjukkan melalui persentase tingkat kesukaan responden untuk
aroma sabun sebesar 83,33%, bentuk sabun sebesar 100%, rasa lembut sebesar
90%, busa yang dihasilkan sebesar 83,34% dan kekerasan sabun sebesar 76,66%.
Persentase tersebut memperlihatkan bahwa tingkat kesukaan responden terhadap
sabun lebih tinggi dibandingkan ketidaksukaan responden akan produk sabun.
Melalui subjective assessment yang telah dilakukan, data yang didapatkan
menunjukkan bahwa sabun yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen dan
disukai.
Peneliti menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan yang terjadi selama
proses penelitian berlangsung. Adapun keterbatasan yang terjadi antara lain
adalah dalam penelitian ini tidak dilakukannya uji iritasi, dikarenakan
keterbatasan peneliti dalam menemukan metode yang representatif untuk uji iritasi
sabun. Uji iritasi ini dirasa penting karena dapat digunakan untuk mengetahui dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
mendukung tingkat keamanan dari sabun yang dihasilkan. Selain itu dalam
penelitian ini terdapat keterbatasan lain yaitu pada saat melakukan subjective
assessment untuk mengetahui gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun
yang dihasilkan melalui kuesioner, responden hanya menggunakan sabun dalam
jangka pendek. Penggunaan sabun dalam jangka panjang dapat digunakan untuk
lebih memastikan penerimaan konsumen terhadap sabun. Keterbatasan lainnya
adalah belum dapat dihasilkannya sabun yang sesuai dengan pH kulit, meskipun
peneliti sudah pernah mencoba untuk membuat sabun yang sesuai dengan pH
kulit, tetapi sabun yang dihasilkan tidak transparan dan tidak dapat memadat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dapat dibuat sabun batang transparan minyak jahe yang baik berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini menggunakan variasi
konsentrasi betaine yang berbeda.
2. Penggunaan variasi konsentrasi surfaktan DEA berpengaruh pada
transparansi, kemampuan membentuk busa dan kemampuan mempertahankan
busa, tetapi tidak berpengaruh pada pH dan kekerasan.
3. Penggunaan variasi konsentrasi surfaktan betaine berpengaruh pada
transparansi dan kekerasan, tetapi tidak berpengaruh pada pH, kemampuan
membentuk busa dan kemampuan mempertahankan busa.
B. Saran
1. Perlu dikembangkan lagi penelitian mengenai sabun transparan menggunakan
bahan alam lain sebagai inovasi dari sabun transparan yang telah ada.
2. Perlu dilakukan uji iritasi untuk mendukung tingkat keamanan sabun
transparan yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014a, Diethanolamides as Used in Cosmetics, http://www.cir-
safety.org/sites/default/files/amides092011FAR.pdf, diakses tanggal 2 April
2014.
Anonim, 2014b, Making Cosmetics Coco Betaine (Cocamidorpopyl-betaine),
http://www.makingcosmetics.com/msds1/msds-cocamidopropyl-
betaine.pdf, diakses tanggal 2 April 2014.
Armando, 2009, Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 1994, Standar Mutu Sabun Mandi, Dewan
Standarisasi Nasional, Jakarta.
Barel, A. O., Paye, M., dan Maibach, H. I., 2001, Handbook of Cosmetic Science
and Technology, Marcel Dekker Inc., New York.
Budianto, V., 2010, Optimasi Formula Sabun Transparan dengan Humectant
Gliserin dan Surfaktan Cocoamiopropyl Betaine: Aplikasi Desain
Faktorial, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Cavitch, S. M., 1997, The Soapmaker’s Companion A Comprehensive Guide With
Recipes, Techniques & Know How, Storey Books, North Adams.
Dayan, N., dan Wertz, P. W., 2011, Innate Immune System of Skin and Oral
Mucosa: Proprties and Impact in Pharmaceutics, Cosmetics, and Personal
Care Products, p. 93.
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, p. 96.
Ertel, K., 2006, Personal Cleansing Products: Properties and Use, in Draelos, Z.
D., and Thaman, L. A., (Eds.), Cosmetic Fomulation of Skin Care Product,
Taylor & Francis, New York.
Fachmi, C., 2008, Pengaruh Penambahan Gliserin dan Sukrosa terhadap Mutu
Sabun Transparan, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Farn, R. J., 2006, Chemistry and Technology of Surfactants, Blackwell
Publishing, Oxford, p. 24.
Ghaim, J. B., dan Volz, E. D., 2001, Skin cleansing bar, in Barel, A. O., Paye, M.,
Maibach, H. I., (Eds.), Handbook of Cosmetic Science and Technology,
Marcel Dekker Inc., New York, pp. 485, 489, 493.
Gubitz, G.M., Mittelbatch, M., dan Trabi, M., 1999, Exploitation or Tropical Oil
Seed Plant Jatropha Curcas L. Bioresource Technology.
Hambali, E., Suryani, A., Dadang, Hariyadi, Hanafie, H., Reksowardjojo,I. K., et
al., 2006, Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel, Penebar Swadaya,
Jakarta, pp. 110-119.
Hambali, E., Suryani, A., dan Rivai, M., 2005, Membuat Sabun Transparan untuk
Gift dan Kecantikan, Penebar Swadaya, Jakarta, pp. 19-23, 29.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Harmono dan Andoko, A., 2005, Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe, PT. Agro
Media Pustaka, Jakarta, p. 3.
Hernani dan Marwati T., 2006, Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses
Pemurnian, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor.
Hill, M., dan Moaddel, T., 2004, Soap Structure and Phase Behavior, in Spitz, L.,
(Ed.), Soap, Detergent, Oleochemical and Personal Care Product, AOCS
Press, USA.
Istyastono, E.P., 2012, Mengenal Peranti Lunak R-2.14.0 for Windows : Aplikasi
Statistika Gratis dan Open Source, Penerbit Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, pp. 21-35.
Izhar, H., Sumiati, dan Moeljadi, P., 2009, Analisis Sikap Konsumen Terhadap
Atribut Sabun Mandi, Universitas Brawijaya, Malang.
Jacob, S. E., dan Amini, S., 2008, Cocoamidopropyl Betaine, Department of
Dermatology, University of Miami School of Medicine, Miami,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18627690, diakses pada tanggal 9
April 2014.
Jongko, 2014, Sabun Transparan Bebas Etanol,
http://www.scrib.com/doc/11527862/e-book-sabun-transparan-non-
etanol,diakses tanggal 7 Maret 2013.
Masyithah, Z., 2010, Optimasi Sintesis Surfaktan Alkanolamida dari Asam Laurat
dengan Dietanolamina dan N-Metil Glukamina Secara Enzimatik,
Disertasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, Elseiver, Amsterdam.
Ophardt, C. E., 2003, Virtual Chembook, College Press, Illinois: Elmhurst.
Poucher, W. A., 1993, Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soap, Chapman &
Hall, London.
Retmana, I. R., 2009, Formulasi dan Perbandingan Sifat Fisi Sabun Transparan
Berbahan Dasar VCO dengan Minyak Atsiri (Minyak Kayu Putih, Sereh,
dan Cengkeh) sebagai Fragrance Oil, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Rieger M. M., dan Rhein, L.D., 1997, Surfactants in Cosmetics, 2nd
edition,
Marcel Dekker, Inc., New York, pp. 2-19.
Rosen, M. J., 2004, Surfactants and Interfacial Phenomena, 3rd
edition, John
Wiley & Sons, Inc., New Jersey.
Rowe, R. C., Sheskey, J. P., Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th
edition, The Pharmaceutical Press, London.
Santoso H. B., 1989, Jahe, Kanisius, Yogyakarta, p. 41.
Schramm, L.L., 2005, Emulsion, Foams, and Suspensions, Wiley-VCH Verlag
GmbH & Co.KGaA, Weinheim, p. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Setyoningrum, E. N. M., 2010, Optimasi Formula Sabun Transparan dengan Fase
Minyak Virgin Coconut Oil dan Surfaktan Cocoamiopropyl Betaine:
Aplikasi Desain Faktorial, Skripsi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Sevilla, C. G., Ochave, J. A., Punsalan, T. G., Regala, B. P., dan Uriarte, G. G.,
1993, Pengantar Metodologi Penelitian, diterjemahkan oleh Tuwu., A.,
160-171, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Shipp, J. J., 1996, Hair Care Products, in: Chemistry And Technology of The
Cosmetics Toiletries Industry, William, D. F., dan Schmitt, W. H.,
Chapman & Hall, United Kingdom, pp. 43, 45.
Shrivastava, S. B., 1982, Soap, Detergent and Parfume Industry, Small Industry
Research Institute, New Delhi.
Spiegel, M. R., dan Stephens, L. J., 2007, Schaum’s Outlines Teori dan Soal-Soal
Statistik, edisi 3, Erlangga, Jakarta, pp. 198-199.
Spiess, E., 1996, Raw Material, in William, D. F., dan Schmitt (Eds.), W. H.,
Chemistry And Technology of The Cosmetics Toiletries Industry, Chapman
& Hall, United Kingdom, p. 20.
Spitz, L., 1996, Soap and Detergents a Theoritical and Practical Review, AOCS
Press, United States of America.
Suhartono, 2008, Analisis Data Statistik dengan R, Jurusan Statistika ITS,
Surabaya, p.115.
Swern, D.,1979, Bailey’s Industrial Oil And Fat Product, vol.1, Interscience
Publication, New York.
Swisher, R. D., 1987, Surfactant Biodegradation, 2nd
edition, Marcel Dekker, Inc.,
New York.
Thau, P., 1997, Surfactants for Skin Cleansers, in Rieger, M.M., and Rhein,
L.D.,(Eds.), Surfactant in Cosmetics, 2nd
edition, Marcel Dekker, Inc.,
New York, pp. 298-299.
Tjitrosoepomo, G., 1994, Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan, Gajah Mada
Universitas Press, Yogyakarta, p. 422.
Tokosh, R., dan Baig, M. A.,1995, Transparent Soap Formulation and Methods
of Making Same, United States Patent, United States.
Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Universitas
Indonesia Press, Jakarta, pp. 95-103.
Winarno, F.G, 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia, Jakarta, p. 3.
Zoller, U.,2009, Handbook of Detergent Part E: Applications, Volume 141, CRC
Press, USA, pp. 292-293.
Zoller, U., dan Sosis, P., 2009, Handbook of Detergents, Part F: Production, Vol.
142, CRC Press, United States, p. 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi Sabun Merek Dagang
A. Komposisi Sabun Merek Dagang “X”
Komposisi yang digunakan : Cocos nicifera oil, glycerine, sodium hydroxide,
sodium lauryl sulfate, perfume, magnesium ascorbyl phosphate, DMDM
hydantoin, yambean extract, tocopheryl acetate dan Cl 47005.
B. Komposisi Sabun Merek Dagang “Y”
Komposisi yang digunakan : Water, sodium palm kernelate, sodium palmate,
sorbitol, glycerin, sodium rosinate, propylene glycol, sodium lauryl sulfate,
PEG 4, iso propyl alcohol, sodium chloride, perfume, sodium meta B1 sulfite,
triclosan, terpineol, tertrasodium etidronate, thymol, BHT, pentasodium
pentetate, glycerin laurate, tetrasodium EDTA, curcuma aromatic root oil,
trisodium NTA, sodium hydroxide, trideceth-9, PEG 40 hydrogenated Castrol
oil dan Cl 17200.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 2. Certificate of Analysis (CoA)
A. Minyak Jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
B. Minyak Jahe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 3. Hasil Penyusutan Bobot Sabun
A. Penyusutan Bobot Sabun DEA
Formula Rep.
Berat Sabun (gram) Penyusutan Bobot (%)
m12 m23 m34 s12 s23 s34
Rendah
1 60,4 59,3 52,1 51,4 42,3 42.3 1,821 1,344 0
2 64,2 62,9 54,9 54,4 45,1 45,1 2,025 0,917 0
3 62,0 61,1 52,8 52,2 43,3 43,0 1,452 1,136 0,693
Tengah
1 62,5 61,3 52,1 52,1 42,2 42,1 1,92 0 0,237
2 62,4 61,6 51,1 51,1 41,1 41,1 1,282 0 0
3 63,0 62,0 51,6 50,9 40,0 39,8 1,587 1,357 0,5
Tinggi
1 66,3 65,5 54,8 54,3 44,4 44,4 1,207 0,912 0
2 65,6 64,7 55,8 55,1 46,3 46,2 1,372 1,254 0,216
3 66,2 65,3 53,1 52,3 42,6 42,4 1,356 1,507 0,469
Keterangan :
m12 : Bobot sabun pada minggu 1 ke 2
m23 : Bobot sabun pada minggu 2 ke 3
m34 : Bobot sabun pada minggu 3 ke 4
s12 : Persentase penyusutan bobot sabun pada minggu 1 ke 2
s23 : Persentase penyusutan bobot sabun pada minggu 2 ke 3
s34 : Persentase penyusutan bobot sabun pada minggu 3 ke 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
B. Penyusutan Bobot Sabun Betaine
Formula Rep.
Berat Sabun (gram) Penyusutan Bobot (%)
m12 m23 m34 s12 s23 s34
Rendah
1 60,7 59,8 51,1 51,1 42,6 42,6 1,483 0 0
2 66,1 65,9 56,0 55,7 45,7 45,7 0,303 0,536 0
3 62,0 61,0 52,0 51,9 42,4 42,2 1,613 0,192 0,472
Tengah
1 51,5 50,7 41,7 41,4 32,4 32,4 1,553 0,719 0
2 57,8 56,8 46,0 45,6 38,6 38,5 1,730 0,870 0,259
3 56,0 54,9 45,9 45,7 37,8 37,7 1,964 0,436 0,265
Tinggi
1 64,4 62,3 54,3 54,0 44,1 44,0 3,261 0,552 0,227
2 66,2 65,0 56,6 56,6 47,0 46,8 1,813 0 0,426
3 64,0 63,3 55,9 55,6 46,8 46,7 1,094 0,537 0,214
Keterangan :
m12 : Bobot sabun pada minggu 1 ke 2
m23 : Bobot sabun pada minggu 2 ke 3
m34 : Bobot sabun pada minggu 3 ke 4
s12 : Persentase penyusutan bobot sabun pada minggu 1 ke 2
s23 : Persentase penyusutan bobot sabun pada minggu 2 ke 3
s34 : Persentase penyusutan bobot sabun pada minggu 3 ke 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Lampiran 4. Hasil Uji Kekerasan, Kemampuan Membentuk Busa dan
Persentase Penurunan Busa
A. Hasil Uji Kekerasan
Sabun DEA
Formula Replikasi Kekerasan Sabun (Kg) Rata - rata ± SD
Rendah
1 2,9
2, 733 ± 0,153 2 2,6
3 2,7
Tengah
1 2,7
2,533 ± 0,208 2 2,6
3 2,3
Tinggi
1 2,3
2,433 ± 0,153 2 2,6
3 2,4
Sabun Betaine
Formula Replikasi Kekerasan Sabun (Kg) Rata - rata ± SD
Rendah
1 3,1
3,067 ± 0,153 2 3,2
3 2,9
Tengah
1 3,1
2,933 ± 0,153 2 2,9
3 2,8
Tinggi
1 2,6
2,600 ± 0,100 2 2,5
3 2,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
B. Hasil Uji Kemampuan Membentuk Busa
Sabun DEA
Formula Replikasi Busa Awal (mm)
Rata - rata ± SD
Rendah
1 42
41,667 ± 1,528 2 43
3 40
Tengah
1 45
43,333 ± 1,528 2 42
3 43
Tinggi
1 46
45,667 ± 1,528 2 47
3 44
Sabun Betaine
Formula Replikasi Busa Awal (mm)
Rata - rata ± SD
Rendah
1 42
43,000 ± 1,000 2 44
3 43
Tengah
1 47
45,667 ± 1,528 2 44
3 46
Tinggi
1 47
46,333 ± 2,082 2 48
3 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
C. Hasil Pengujian Persentase Penurunan Busa
Jenis
Sabun Formula Replikasi
Busa Awal
(mm)
Busa Akhir
(mm)
Penurunan
Busa (%) Rata - rata ± SD
Sabun
DEA
Rendah
1 42 17 59,524
60,772 ± 1,765 2 43 16 62,791
3 40 16 60,000
Tengah
1 45 21 53,333
54,618 ± 3,087 2 42 20 52,381
3 43 18 58,140
Tinggi
1 46 24 47,826
45,230 ± 2,370 2 47 26 44,681
3 44 25 43,182
Sabun
Betaine
Rendah
1 42 29 30,952
32,551 ± 2,066 2 44 30 31,818
3 43 28 34,884
Tengah
1 47 32 31,915
29,182 ± 2,931 2 44 31 29,545
3 46 34 26,087
Tinggi
1 47 35 25,532
26,567 ± 2,268 2 48 34 29,167
3 44 33 25,000
Keterangan :
% Penurunan Busa =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 5. Hasil Uji Kekerasan, Kemampuan Membentuk Busa dan
Persentase Penurunan Busa Sabun Merek Dagang
A. Sabun Merek Dagang “X”
Replikasi Kekerasan (Kg)
Kemampuan
Membentuk Busa
(mm)
Penurunan Busa
(%)
1 2,0 46 30,435
2 2,2 43 30,232
3 2,5 45 24,444
Rata - rata ± SD 2,233 ± 0,252 44,667 ± 1,528 28,370 ± 3,402
B. Sabun Merek Dagang “Y”
Replikasi Kekerasan (Kg)
Kemampuan
Membentuk Busa
(mm)
Penurunan Busa
(%)
1 4,3 48 27,083
2 4,1 46 30,435
3 4,0 45 26,667
Rata - rata ± SD 4,133 ± 0,153 46,333 ± 1,528 28,062 ± 2,066
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 6. Hasil Uji pH Sabun dan pH Sabun Merek Dagang
Sabun pH
DEA
Rendah 8-9
Tengah 8-9
Tinggi 8-9
Betaine
Rendah 8-9
Tengah 8-9
Tinggi 8-9
Merek Dagang
“X” 9-10
“Y” 9-10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas
A. Uji Normalitas Penyusutan Bobot Sabun DEA
Penyusutan bobot DEA rendah minggu 3 ke minggu 4
Penyusutan bobot DEA tengah minggu 3 ke minggu 4
Penyusutan bobot DEA tinggi minggu 3 ke minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
B. Uji Normalitas Penyusutan Bobot Sabun Betaine
Penyusutan bobot betaine rendah minggu 3 ke minggu 4
Penyusutan bobot betaine tengah minggu 3 ke minggu 4
Penyusutan bobot betaine tinggi minggu 3 ke minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
C. Uji Normalitas Kekerasan Sabun DEA
Kekerasan minggu 4
D. Uji Normalitas Kekerasan Sabun Betaine
Kekerasan minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
E. Uji Normalitas Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA
Kemampuan membentuk busa minggu 4
F. Uji Normalitas Kemampuan Membentuk Busa Sabun Betaine
Kemampuan membentuk busa minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
G. Uji Normalitas Persentase Penurunan Busa Sabun DEA
Persentase penurunan busa minggu 4
H. Uji Normalitas Persentase Penurunan Busa Sabun Betaine
Persentase penurunan busa minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
I. Uji Normalitas Kekerasan Busa Sabun DEA, Sabun Betaine dan Sabun
Merek Dagang
Perbandingan kekerasan sabun DEA dengan sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Perbandingan kekerasan sabun betaine dengan sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
J. Uji Normalitas Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA, Sabun
Betaine dan Sabun Merek Dagang
Perbandingan kemampuan membentuk busa sabun DEA dengan
sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Perbandingan kemampuan membentuk busa sabun betaine dengan
sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
K. Uji Normalitas Persentase Penurunan Busa Sabun DEA, Sabun Betaine
dan Sabun Merek Dagang
Perbandingan persentase penurunan busa sabun DEA dengan merek
dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Perbandingan persentase penurunan busa sabun betaine dengan
sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 8. Hasil Uji Paired t - Test
A. Uji Paired t – test Penyusutan Bobot Sabun DEA
Penyusutan bobot sabun DEA rendah minggu 3 ke minggu 4
Penyusutan bobot sabun DEA tengah minggu 3 ke minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Penyusutan bobot sabun DEA tinggi minggu 3 ke minggu 4
B. Uji Paired t – test Penyusutan Bobot Sabun Betaine
Penyusutan bobot sabun betaine rendah minggu 3 ke minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Penyusutan bobot sabun betaine tengah minggu 3 ke minggu 4
Penyusutan bobot sabun betaine tinggi minggu 3 ke minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 9. Hasil Uji Levene Test
A. Uji Levene Test Kekerasan Sabun DEA
Kekerasan minggu 4
B. Uji Levene Test Kekerasan Sabun Betaine
Kekerasan minggu 4
C. Uji Levene Test Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA
Kemampuan membentuk busa minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
D. Uji Levene Test Kemampuan Membentuk Busa Sabun Betaine
Kemampuan membentuk busa minggu 4
E. Uji Levene Test Persentase Penurunan Busa Sabun DEA
Persentase penurunan busa minggu 4
F. Uji Levene Test Persentase Penurunan Busa Sabun Betaine
Persentase penurunan busa minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
G. Uji Levene Test Kekerasan Sabun DEA, Sabun Betaine dan Sabun Merek
Dagang
Perbandingan kekerasan sabun DEA dan sabun merek dagang
Perbandingan kekerasan sabun Betaine dan sabun merek dagang
H. Uji Levene Test Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA, Sabun
Betaine dan Sabun Merek Dagang
Perbandingan kemampuan membentuk busa sabun DEA dan sabun
merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Perbandingan kemampuan membentuk busa sabun betaine dan sabun
merek dagang
I. Uji Levene Test Persentase Penurunan Busa Sabun DEA, Sabun Betaine
dan Sabun Merek Dagang
Perbandingan persentase penurunan busa sabun DEA dan sabun
merek dagang
Perbandingan persentase penurunan busa sabun betaine dan sabun
merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 10. Hasil Uji ANOVA
A. Uji ANOVA Kekerasan Sabun DEA
Kekerasan minggu 4
B. Uji ANOVA Kekerasan Sabun Betaine
Kekerasan minggu 4
C. Uji ANOVA Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA
Kemampuan membentuk busa minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
D. Uji ANOVA Kemampuan Membentuk Busa Sabun Betaine
Kemampuan membentuk busa minggu 4
E. Uji ANOVA Persentase Penurunan Busa Sabun DEA
Persentase penurunan busa minggu 4
F. Uji ANOVA Persentase Penurunan Busa Sabun Betaine
Persentase penurunan busa minggu 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
G. Uji ANOVA Kekerasan Sabun DEA, Sabun Betaine dan Sabun Merek
Dagang
Perbandingan kekerasan sabun DEA dan sabun merek dagang
Perbandingan kekerasan sabun betaine dan sabun merek dagang
H. Uji ANOVA Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA, Sabun Betaine
dan Sabun Merek Dagang
Perbandingan kemampuan membentuk busa sabun DEA tiap formula
dan sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Perbandingan kemampuan membentuk busa sabun betaine tiap
formula dan sabun merek dagang
I. Uji ANOVA Persentase Penurunan Busa Sabun DEA, Sabun Betaine dan
Sabun Merek Dagang
Perbandingan persentase penurunan busa sabun DEA dan sabun
merek dagang
Perbandingan persentase penurunan busa sabun surfaktan betaine
dan sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 11. Hasil Uji Tukey HSD
A. Uji Tukey HSD Kekerasan Sabun Betaine
B. Uji Tukey HSD Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA
C. Uji Tukey HSD Persentase Penurunan Busa Sabun DEA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
D. Uji Tukey HSD Kekerasan Sabun DEA, Sabun Betaine dan Sabun Merek
Dagang
Perbandingan kekerasan sabun DEA dan sabun merek dagang
Perbandingan kekerasan sabun betaine dan sabun merek dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
E. Uji Tukey Kemampuan Membentuk Busa Sabun DEA dan Sabun Merek
Dagang
F. Uji Tukey Persentase Penurunan Busa Sabun DEA dan Sabun Merek
Dagang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 12. Kuesioner Subjective Assessment
A. Tabel Kuesioner dengan Parameter Persetujuan Responden terhadap
Sabun
No. Parameter
Nilai
Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju Setuju
Sangat
Setuju
1 Sabun memiliki aroma jahe 0% 16,67% 56,67% 26,67%
2
Sabun tidak melunak dan
dapat mempertahankan
bentuk saat digunakan
0% 10% 70% 20%
3 Terasa lembut saat digunakan 0% 13,33% 63,33% 23,33%
4 Busa yang dihasilkan baik 6,67% 10% 73,33% 10%
5 Sabun memiliki penampilan
yang transparan 0% 0% 56,67% 43,33%
6 Saya tertarik menggunakan
sabun ini 0% 26,67% 66,67% 6,67%
B. Tabel Kuesioner dengan Parameter Kesukaan Responden terhadap
Sabun
No. Parameter
Nilai
Sangat
Tidak
Suka
Tidak
Suka Suka
Sangat
Suka
1 Aroma 0% 16,67% 73,33% 10%
2 Bentuk produk sabun 0% 0% 50% 50%
3 Sensasi rasa lembut setelah
pemakaian 0% 10% 73,33% 16,67%
4 Busa yang dihasilkan 10% 6,67% 76,67% 6,67%
5 Kekerasan produk 0% 23,33% 63,33% 13,33%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 13. Dokumentasi
Sabun DEA Formula Rendah Sabun Betaine Formula Rendah
Sabun DEA Formula Tengah Sabun Betaine Formula Tengah
Sabun DEA Formula Tinggi Sabun Betaine Formula Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Uji Busa Uji Kekerasan Sabun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Pengaruh Variasi Konsentrasi
Diethanolamide dan Cocoamidopropyl Betaine terhadap
Karakteristik Fisik Sabun Batang Transparan Minyak Jahe”
ini bernama lengkap Oei Maria Dewiyani Sandjaja,
dilahirkan di Semarang pada tanggal 30 Oktober 1992.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga orang bersaudara
yang lahir dari pasangan Gregorius Oei Bharata Putra
Sandjaja dan Jeni Angela Merici. Penulis telah menempuh
pendidikan formal di TK Bernardus Semarang pada tahun
1996 sampai tahun 1998, SD Bernardus Semarang pada
tahun 1996 sampai tahun 2000 yang kemudian dilanjutkan
di SD Katolik Santo Yoseph I Denpasar pada tahun 2000 sampai tahun 2004,
SMP Tegaljaya Badung pada tahun 2004 sampai tahun 2007, dan SMA Negeri 5
Denpasar pada tahun 2007 hingga 2010. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi di program S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang ditempuh selama tahun 2010 hingga tahum 2014. Selama masa
perkuliahan penulis mempunyai pengalaman kerja sebagai asisten dosen pada
Praktikum Botani Farmasi (2011), Praktikum Biokimia (2013), serta Praktikum
Farmasi Fisika dan Biofarmasetika (2014). Dalam hal kegiatan kemahasiswaan
penulis aktif terlibat menjadi pengurus di Jaringan Mahasiswa Kesehatan
Indonesia (JMKI), anggota Paduan Suara Farmasi Veronica 2010, ketua Seminar
Hari AIDS Sedunia, panitia Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) 2011,
panitia Kampanye Informasi Obat (KIO) “Healty for Beauty”, panitia Seminar
Nasioal dan Long March HIV AIDS, serta panitia Temu Alumni Farmasi
Universitas Sanata Dharma 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI