PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Pembuatan Leaflet dan Informed Consent ......
-
Upload
phungkhanh -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Pembuatan Leaflet dan Informed Consent ......
KORELASI BODY MASS INDEX TERHADAP HbA1c PADA STAF
WANITA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Bonaventura Sukintoko Pramudyo
NIM : 118114006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
KORELASI BODY MASS INDEX TERHADAP HbA1c PADA STAF
WANITA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Bonaventura Sukintoko Pramudyo
NIM : 118114006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Kupersembahkan karya ini untuk :
Yesus Kristus sumber pengharapanku,
Bapak, Ibu, Mbak Imas, dan Mas Jemi
yang selalu mendukungku,
Budhe Ris dan sahabat-sahabatku
yang senantiasa membantuku,
Keluarga besarku serta Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
segala berkat, limpahan kasih, dan tuntunan-Nya yang luar biasa diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Korelasi Body
Mass Index terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm)
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis melalui dukungan tenaga,
pikiran, waktu, dan memberikan banyak nasihat agar penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan baik. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada :
1. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu dalam berbagi ilmu, pengetahuan, dan wawasan, serta bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Wakil Rektor I yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Aris Widayati, M.si, Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta serta dosen penguji atas saran dan dukungan yang
membangun dan berharga.
4. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas saran dan
dukungan yang membangun dan berharga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian.
6. Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah
membantu penulis dalam analisis darah untuk kepentingan penelitian.
7. Staf wanita Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia untuk
terlibat di dalam penelitian sebagai responden.
8. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
perkuliahan.
9. Bapak dan Ibuku, terang dalam setiap gelapku, yang tak pernah berhenti
memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, perhatian, dan kesabaran dalam
membimbingku hingga saat ini.
10. Mbak Imas dan Mas Jemi, yang selalu mendukungku dan memberi curahan
semangat untukku.
11. Budhe Ris dan keluarga besarku, yang selalu membantu, memberi motivasi
dan dukungan yang luar biasa bagiku.
12. Mas Mbong dan Mbak Elen, guru dan kakak yang luar biasa hebat, yang
selalu memberi nasihat yang sangat berarti bagiku.
13. PSM Cantus Firmus, keluarga keduaku, sekolah hidupku, yang selalu
memberikan pelajaran hidup yang tidak aku peroleh di bangku perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
14. Teman-teman FKK A 2011, FSM A 2011, dan semua angkatan 2011 yang
telah bersama-sama berbagi suka dan duka di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
15. Teman – teman seperjuanganku “skripsi payung 14” Sary, Vento, Bagas, Asri,
Tika, Ocha, Avist, Deta, Vita, Lisa, Lala, Deby, dan Shinta yang selalu
bersama-sama berjuang, selalu memberikan keceriaan dan semangat untukku.
16. Pejuang mental illness dan Psikiaterku, yang selalu memberi dukungan yang
luar biasa melalui tulisan ataupun kata-kata, tak pernah lelah memberi
motivasi bagiku untuk tetap bertahan, berjuang, dan melangkah maju
menggapai impian.
17. Semua pihak yang telah membantuku, yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 09 November 2014
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... …i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................ vi
PRAKATA .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
INTISARI ........................................................................................................ xvii
ABSTRACT ....................................................................................................... xviii
BAB I. PENGANTAR .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1. Perumusan Masalah ............................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian ................................................................................ 4
3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 10
B. Tujuan ........................................................................................................ 10
1. Tujuan Umum ...................................................................................... 10
2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................. 11
A. Antropometri.............................................................................................. 11
1. Body Mass Index (BMI)....................................................................... 12
B. Obesitas...................................................................................................... 13
C. Resistensi Insulin ....................................................................................... 14
D. Diabetes Melitus ........................................................................................ 15
1. Diabetes Melitus Tipe 2 ...................................................................... 16
E. HbA1c ........................................................................................................ 18
F. Landasan Teori .......................................................................................... 19
G. Hipotesis .................................................................................................... 21
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 22
B. Variabel Penelitian..................................................................................... 22
C. Definisi Operasional .................................................................................. 23
D. Responden Penelitian................................................................................. 23
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 26
F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 26
G. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................... 28
H. Instrumen Penelitian .................................................................................. 28
I. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 28
1. Observasi Awal .................................................................................... 28
2. Permohonan Izin dan Kerjasama ......................................................... 29
3. Pembuatan Leaflet dan Informed Consent ........................................... 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
4. Pencarian Responden ........................................................................... 31
5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................... 32
6. Pengukuran parameter antropometri, pengambilan
darah, dan pengukuran kadar HbA1c .................................................. 33
7. Analisis darah responden ..................................................................... 34
8. Penyerahan hasil pemeriksaan kepada responden ............................... 34
9. Pengolahan Data .................................................................................. 34
J. Analisis Data Penelitian ............................................................................. 34
K. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 35
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 37
A. Karakteristik Responden Penelitian ........................................................... 37
1. Usia ...................................................................................................... 38
2. Body Mass Index (BMI) ...................................................................... 40
3. HbA1c .................................................................................................. 42
B. Perbandingan Rerata HbA1c pada Kelompok Body Mass Index ≥ 25 kg/m2
dan Body Mass Index < 25 kg/m2 .............................................................. 44
C. Korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c .............................................. 47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 51
A. Kesimpulan ................................................................................................ 51
B. Saran .......................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 52
LAMPIRAN ........................................................................................................ 59
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi Body Mass Index Penduduk Asia Dewasa ....................... 12
Tabel II. Kategori Kadar HbA1c ....................................................................... 18
Tabel III. Penelitian Korelasional antara BMI terhadap HbA1c........................ 20
Tabel IV. Interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi,
nilai p, dan arah korelasi .................................................................... 35
Tabel V. Profil Karakteristik Responden ............................................................ 37
Tabel VI. Hasil Perbandingan rerata HbA1c pada kelompok body mass index
≥ 25 kg/m2 dan < 25 kg/m
2 ................................................................. 45
Tabel VII. Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap kadar HbA1c................. 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Pencarian Responden ............................................................ 25
Gambar 2. Bagan Kajian Penelitian Payung ....................................................... 27
Gambar 3. Grafik Distribusi Usia Responden..................................................... 38
Gambar 4. Grafik Distribusi Body Mass Index Responden ................................ 40
Gambar 5. Grafik Distribusi HbA1c Responden ................................................ 42
Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi antara Body Mass Index dengan
kadar HbA1c ..................................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance.................................................................. 60
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian........................................................................ 61
Lampiran 3. Surat Izin Peminjaman Tempat Penelitian ..................................... 62
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Responden Wanita .................... 63
Lampiran 5. Leaflet Tampak Depan.................................................................... 64
Lampiran 6. Leaflet Tampak Belakang ............................................................... 64
Lampiran 7. Informed Consent ........................................................................... 65
Lampiran 8. Pedoman Wawancara ..................................................................... 66
Lampiran 9. Form Pengukuran Antropometri .................................................... 67
Lampiran 10. Sertifikat Peneraan Timbangan Badan ......................................... 68
Lampiran 11. Serifikat Peneraan Pengukur Tinggi Badan.................................. 69
Lampiran 12. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ..................... 70
Lampiran 13. SOP Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan ........................ 71
Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden Wanita ............... 72
Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Body Mass Index .......................... 73
Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c .......................................... 74
Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Body Mass
Index ≥ 25 kg/m2 dan < 25 kg/m
2 ................................................ 75
1. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Body
Mass Index ≥ 25 kg/m2 ................................................................ 75
2. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c Pada Kelompok Body
Mass Index < 25 kg/m2 ................................................................ 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Lampiran 18. Uji Komparatif antara HbA1c pada Kelompok Body Mass Index ≥
25 kg/m2
dan < 25 kg/m2 ............................................................ 77
Lampiran 19. Uji Korelasi Pearson antara Body Mass Index dengan
HbA1c .......................................................................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
INTISARI
Metode antropometri merupakan pengukuran yang mudah, murah, serta
diperlukan untuk pemeriksaan klinik dan epidemiologi secara rutin, yang dapat
digunakan sebagai indikator kesehatan dan status nutrisi seseorang. Salah satu
pengukuran antropometri adalah pengukuran Body Mass Index (BMI) yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya obesitas. Obesitas dapat meningkatkan
terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin dapat menyebabkan Diabetes
Melitus tipe 2. HbA1c digunakan sebagai deteksi dini adanya risiko penyakit
Diabetes Melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi BMI
terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan
rancangan cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara non-random
purposive sampling. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 52 responden
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penelitian dianalisis dengan
menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, uji
komparatif Mann-Whitney, serta uji korelasi Pearson dengan taraf kepercayaan
95%.
Hasil penelitian menunjukkan profil karakteristik rerata usia responden
44,08±3,14; rerata BMI responden 25,31±3,29; serta rerata HbA1c responden
5,52±0,47. Terdapat korelasi yang tidak bermakna, berkekuatan sangat lemah
dengan arah korelasi negatif antara BMI terhadap HbA1c (r= -0,039 ; p=0,781)
pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kata kunci : Body Mass Index, HbA1c, Diabetes Melitus tipe 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
ABSTRACT
Anthropometric method is easy measurement, inexpensive, and it is
required for clinical and epidemiological examination regularly, which can be
used as an indicator of a person's health and nutritional status. One of the
anthropometric measurements is Body Mass Index (BMI) which can be used to
detect the presence of obesity. Obesity can increase the risk of insulin resistance.
Insulin resistance can lead to type 2 diabetes mellitus. HbA1c is used as an early
detection of the risk of type 2 Diabetes Mellitus. This study aimed to determine
the correlation of BMI on HbA1c in healthy adult women staff at Sanata Dharma
University in Yogyakarta .
This research includes observational analytic cross-sectional design.
Sampling was done by a non-random purposive sampling. The number of
respondents who used a total of 52 respondents who meet the inclusion and
exclusion criteria. The research data were analyzed using the Kolmogorov-
Smirnov and the Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney comparative test,
and Pearson correlation test with a level of 95 %.
The result shows the characteristic profile of age 44,08 ± 3,14; BMI 25,31
± 3,29; and HbA1c 5,52 ± 0,47. There is no significant correlation, with the direction
of measuring very weak negative correlation between BMI on HbA1c (r = -0,039 ;
p=0,781) in healthy adult women staff at Sanata Dharma University in
Yogyakarta.
Keywords : Body Mass Index , HbA1c , Type 2 Diabetes Mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Dewasa ini, masalah mengenai penyakit diabetes melitus yang
merupakan penyakit degeneratif menjadi hal yang harus diwaspadai oleh
masyarakat. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit yang mengakibatkan
tidak seimbangnya kemampuan tubuh menggunakan makanan secara efisien yang
disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin atau terjadi misfungsi tubuh
yang tidak bisa menggunakan insulin secara tepat (D’Adamo,2008). Jumlah
penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta jiwa
dan diperkirakan mencapai 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan, angka prevalensi penderita diabetes di Indonesia pada
tahun 2007 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia . Penyakit DM dibagi
menjadi 2 jenis yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang termasuk dalam kategori
penyakit tidak menular. Penyakit DM tipe 2 merupakan salah satu penyebab
utama kematian atau sekitar 2,1% dari seluruh kematian penduduk di seluruh
dunia. Jumlah penderita DM tipe 2 semakin meningkat pada kelompok usia
dewasa terutama usia > 30 tahun dan pada seluruh status sosial ekonomi
(PERKENI, 2011).
Obesitas terutama yang bersifat sentral merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit DM tipe 2. Timbunan lemak yang berlebihan
di dalam tubuh dapat mengakibatkan resistensi insulin yang berpengaruh terhadap
kadar glukosa darah penderita diabetes melitus (Waspadji, 2004). Seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dikatakan mengalami kegemukan bila nilai Body Mass Index (BMI) 25,00 – 29,99
kg/m2
serta dikatakan obesitas bila nilai BMI ≥ 30,00 kg/m2 (WHO,2006).
Wanita lebih berisiko mengidap diabetes melitus dibandingkan pria
karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang
lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome) dan pasca-
menopouse membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat
proses hormonal tersebut, sehingga wanita berisiko menderita diabetes melitus
(Irawan,2010).
Middle adulthood merupakan suatu periode transisi antara usia dewasa
dini dengan usia lanjut yang berusia 40-60 tahun (Santrock, 2004). Pada periode
ini mulai terjadi penurunan keterampilan fisik serta penurunan fungsi organ
(Papalia, Olds, and Feldman, 2008). Berdasarkan penelitian Kanniyappan,
Kalidhas, and Aruna (2011), yang melibatkan responden pria dan wanita berusia
20-59 tahun, menunjukkan bahwa pada kelompok responden usia 40-59 tahun
memiliki faktor risiko yang lebih tinggi menderita hipertensi, dislipidemia,
resistensi insulin, dan sindrom metabolik daripada kelompok usia 20-39 tahun.
Pemeriksaan HbA1c dapat digunakan untuk mengontrol kadar glukosa
darah pada penderita diabetes melitus. Pemeriksaan hemoglobin terglikasi
(HbA1c), disebut juga glikohemoglobin atau disingkat sebagai Hemoglobin A1c,
merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi
pengendalian glukosa darah. Pemeriksaan HbA1c juga dapat digunakan sebagai
deteksi dini adanya risiko diabetes melitus pada seseorang yang sehat (National
Institutes of Health, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya pencegahan dan
deteksi dini terhadap risiko munculnya penyakit diabetes melitus tipe 2. Salah satu
cara paling sederhana, murah, dan mudah diaplikasikan adalah pengukuran
antropometri. Pengukuran antropometri adalah pengukuran secara sederhana dan
cepat pada tubuh yang dapat digunakan untuk menilai status gizi seseorang.
Pengukuran ini meliputi pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang
panggul, skinfold thickness, dan body mass index (BMI). Antropometri sendiri
sering digunakan dalam praktik klinis karena metode ini tergolong murah dan
mudah dalam pelaksanaannya (Indriati, 2010; Haryono dan Prastowo, 2009;
Preedy, 2012).
Menurut Centers for Disease Control and Prevention of United States
(2011), semakin tinggi nilai BMI seseorang, maka semakin berisiko pula
mengalami obesitas dimana hal tersebut berhubungan dengan beberapa masalah
kesehatan daripada seseorang dengan nilai BMI normal. Menurut Pinkney (2002),
kondisi obesitas sendiri sangat berkaitan erat dengan diabetes melitus tipe 2.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Martins, Jones, Cumming, Silva,
Teixeira, and Verissimo (2012) menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna
namun lemah antara kadar HbA1c dengan body mass index (r=0,31 ; p=0,01).
Terdapat penelitian lain yang menyerupai yang dilakukan oleh Innocent, God,
Sandra, and Josiah (2013), menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna dan
kuat antara BMI dan kadar glukosa darah pada responden perempuan berusia 17-
27 tahun (r=0,53; n=102; p≤0,05). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya korelasi BMI terhadap HbA1c. Dengan adanya penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memprediksi risiko diabetes
melitus tipe 2 dengan melakukan pengukuran body mass index (BMI).
1. Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini adalah : Apakah terdapat korelasi yang
bermakna antara body mass index (BMI) dengan HbA1c ?
2. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai
korelasi body mass index (BMI) terhadap HbA1c, dapat dinyatakan belum pernah
dilakukan penelitian ini sebelumnya, namun terdapat beberapa penelitian yang
terkait dengan antropometri, kadar glukosa darah, serta penyakit diabetes melitus.
Penelitian – penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini meliputi :
a. “Correlation between body mass index and blood glucose levels among
some Nigerian undergraduates” (Innocent, God, Sandra, and Josiah,
2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna tetapi
lemah antara BMI dan kadar glukosa darah pada responden laki-laki
(r=0,43; n=151; p≤0,05) sedangkan pada responden perempuan
menunjukkan korelasi yang bermakna dan kuat (r=0,53; n=102; p≤0,05).
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah
responden yang diteliti berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berusia
17 – 27 tahun yang sehat, sedangkan pada penelitian sekarang, responden
yang diteliti adalah wanita dewasa yang sehat berusia 40 – 50 tahun. Pada
penelitian tersebut juga menggunakan parameter kadar glukosa darah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
puasa sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan parameter kadar
HbA1c.
b. “Association between Obesity and Impaired Glucose Tolerance (IGT) in
New Providence Adolescents as Demonstrated by the HbA1c Test”
(Rivers, Hanna-Mahase, Frankson, Smith, and Peter, 2013).
Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi yang bermakna antara IGT dan
obesitas pada remaja Bahama (p<0,005). Analisis kovarians dengan post
hoc menunjukkan bahwa responden laki-laki dan perempuan yang masuk
dalam kategori obesitas, masing-masing 25,54 dan 22,96 kali lebih besar
kemungkinan mengalami IGT daripada responden yang nilai BMI nya
masuk dalam kategori normal. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian sekarang adalah responden yang diteliti adalah responden
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berusia 13-19 tahun, sedangkan
pada penelitian sekarang, responden yang diteliti merupakan wanita
dewasa berusia 40-50 tahun.
c. “Diabetes mellitus defined by hemoglobin A1c value: Risk
characterization for incidence among Japanese subjects in the JPHC
Diabetes Study” (Kato, Takahashi, Matsushita, Mizoue, Inoue, Kadowaki,
et al., 2011).
Pada penelitian ini melibatkan 9223 responden di Jepang. Selama periode
follow up 5 tahun, ditemukan 518 kasus diabetes dengan 310 kasus yang
didiagnosa dengan HbA1c. Khusus pada responden wanita dengan nilai
body mass index ≥ 25 kg/m2
menunjukkan hasil 2,64 kali lebih berisiko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
menderita diabetes melitus daripada wanita dengan nilai body mass index
< 25 kg/m2
berdasarkan hasil tes HbA1c. Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian sekarang adalah penelitian tersebut merupakan
penelitian cohort dengan responden pria dan wanita sedangkan pada
penelitian sekarang merupakan penelitian cross sectional dengan
responden wanita.
d. “Correlation among BMI, fasting plasma glucose, and HbA1c levels in
subjects with glycemic anomalies visiting Diabetic Clinics of Lahore”
(Farasat, Cheema, and Khan, 2009).
Hasil penelitian ini adalah pada pasien Impaired Glucose Tolerance (IGT),
tidak terdapat korelasi antara glukosa darah puasa dengan BMI (r= -0,091,
p>0,05) tetapi terdapat korelasi bermakna dan signifikan dengan HbA1c
(r=0,298, p<0,005). Pada pasien diabetes melitus, terdapat korelasi yang
tidak bermakna antara glukosa darah puasa dengan BMI (r= -0,093,
p>0,05) tetapi terdapat korelasi bermakna dan signifikan dengan HbA1c
(r=0,460, p<0,005). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian
sekarang adalah responden pada penelitian tersebut merupakan responden
yang telah didiagnosa Diabetes Melitus dan IGT sedangkan pada
penelitian sekarang, responden yang digunakan adalah responden yang
masih sehat. Selain itu, pada penelitian sekarang hanya mencari korelasi
antara BMI dengan HbA1c.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
e. “The Relation of Body Fat Distribution and Body Mass with Haemoglobin
A1c, Blood Preassure and Blood Lipids in Urbans Japanese Men” (Iso,
Kiyama, Naito, Sato, Kitamura, Iida, et al., 1991).
Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi yang bermakna antara body
fat distribution dengan A1c (p=0,02) serta tidak terdapat korelasi yang
bermakna antara body mass index dengan A1c (p=0,32). Perbedaan
penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah pada penelitian
tersebut responden yang diteliti merupakan pria berusia 40-59 tahun,
sedangkan pada penelitian sekarang, responden yang diteliti merupakan
wanita dewasa berusia 40-50 tahun.
f. “Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah” (Lipoeto,
Yerizel, Edward, dan Widuri, 2007).
Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah penderita obesitas berdasarkan
body mass index (BMI ≥ 25) adalah 34,3%, berdasarkan Lingkar Pinggang
(LP) berjumlah 38,6% dan berdasarkan Rasio Lingkar Pinggang Panggul
(RLPP) berjumlah 24,4%. Dari hasil analisa korelasi didapatkan nilai
korelasi (r) kadar glukosa darah dengan BMI adalah 0,101 (p>0,05),
dengan LP adalah 0,168 (p>0,05) dan dengan RLPP adalah 0,186 (p>0,05)
sehingga tidak terdapat korelasi yang bermakna antara nilai antropometri
dengan kadar glukosa darah dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian sekarang adalah responden yang digunakan
berjenis kelamin pria dan wanita dengan usia 20 sampai 70 tahun, serta
belum diketahui apakah responden mengidap penyakit kronis atau tidak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
misalnya diabetes melitus dan hipertensi, sedangkan pada penelitian
sekarang menggunakan responden wanita dewasa sehat berusia 40 sampai
50 tahun. Pada penelitian tersebut menggunakan parameter glukosa darah
puasa sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan parameter
HbA1c.
g. “Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah pada
Pedagang Pusat Pasar Medan” (Theresia, 2012).
Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi yang tidak bermakna antara
overweight dengan peningkatan kadar glukosa darah (p=0,99). Kesimpulan
dari penelitian ini ialah peningkatan kadar glukosa darah tidak dipengaruhi
oleh kelebihan berat badan (overweight) berdasarkan nilai indeks massa
tubuh. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah
parameter yang digunakan kadar glukosa darah puasa sewaktu, sedangkan
pada penelitian sekarang menggunakan parameter HbA1c. Selain itu,
responden penelitian pada penelitian tersebut berusia 20-59 tahun
sedangkan pada penelitian sekarang, responden penelitian berusia 40-50
tahun.
h. “Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah
Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo
Semarang” (Adnan, Mulyati, dan Isworo, 2013).
Hasil penelitian ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagian besar pada
nilai 25 – 29,9 yaitu sebanyak 19 orang (51,4%). Kadar glukosa darah
sewaktu sebagian besar >200 mg/dl yaitu sebanyak 26 orang (70,3%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Terdapat korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar glukosa darah
sewaktu penderita DM tipe 2 (p=0,000). Perbedaan penelitian tersebut
dengan penelitian sekarang adalah responden yang diteliti berjenis kelamin
pria dan wanita berusia lebih dari 30 tahun dan mengidap diabetes melitus
tipe 2 tanpa disertai komplikasi serta parameter yang digunakan adalah
kadar glukosa darah sewaktu sedangkan pada penelitian sekarang,
responden yang diteliti adalah wanita dewasa yang sehat berusia 40-50
tahun dan parameter yang digunakan adalah HbA1c.
i. “Korelasi Abdominal Skinfold Thickness dan Body Mass Index Terhadap
Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD
Kabupaten Temanggung” (Ludji, 2014).
Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi tidak bermakna abdominal
skinfold thickness terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria
(p=0,330; r=-0,160) dan korelasi bermakna pada wanita (p=0,002; r=-
0,190). Terdapat korelasi tidak bermakna body mass index terhadap kadar
glukosa darah puasa pada responden pria (p=0,248; r= -0,190) dan
responden wanita (p=0,957; r=0,007) di RSUD Kabupaten Temanggung.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah pada
penelitian sekarang menggunakan parameter HbA1c.
j. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap kadar glukosa darah puasa” (Pika,2011).
Hasil penelitian ini menunjukkan ada korelasi yang tidak bermakna antara
BMI dengan kadar glukosa darah puasa (p=0,141) dan antara abdominal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
skinfold thickness dengan kadar glukosa darah puasa (p=0,077) pada
penelitian ini. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang
adalah parameter yang digunakan kadar glukosa darah puasa, sedangkan
pada penelitian sekarang menggunakan parameter HbA1c yang dapat
mengukur kadar glukosa darah 2 sampai 3 bulan terakhir.
3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta
meningkatkan wawasan dan pengetahuan kesehatan masyarakat mengenai
korelasi antara body mass index (BMI) terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa
sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya
korelasi antara body mass index (BMI) terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa
sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengukur body mass index staf wanita dewasa sehat di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Untuk mengukur HbA1c staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
c. Untuk mencegah terjadinya risiko penyakit diabetes mellitus pada staf
wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antropometri
Antropometri adalah studi tentang pengukuran tubuh manusia misalnya
pada bagian tulang, otot, dan jaringan adiposa (lemak). Kata antropometri berasal
dari bahasa Yunani yaitu “anthropo” yang berarti manusia dan “metron” yang
berarti pengukuran. Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran bagian
tubuh manusia, misalnya pengukuran berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit,
lingkar berbagai bagian tubuh (sirkumferensia), panjang tungkai, bahu, dan
pergelangan tangan. Pengukuran ini sangat banyak dilakukan karena murah, tanpa
harus tes laboratorium, dan mudah dilakukan bagi masyarakat awam.
Antropometri dapat berhubungan dengan beberapa gangguan kesehatan yang
sering menyerang masyarakat khususnya orang dewasa, misalnya malnutrisi,
gangguan kognitif, penurunan kerja fungsional, diabetes melitus, serta penyakit
kardiovaskular (Gibney, Margetts, Kearney, and Arab, 2009 ; Preedy, 2012 ;
Ulijaszek, 2005).
Menurut Liu, et al. (2013) pengukuran antropometri dapat digunakan
untuk memprediksi kejadian penyakit diabetes melitus di masa yang akan datang.
Pada pengukuran obesitas tubuh (body mass index) dan pengukuran obesitas
sentral (lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul) berkorelasi positif
dengan kejadian diabetes melitus pada penduduk Tiongkok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index atau indeks massa tubuh adalah salah satu parameter
sederhana dari pemeriksaan antropometri tubuh untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan
dengan menggunakan perhitungan dari pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Nilai BMI seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berat badan
dalam satuan kilogram (kg) dibagi dengan nilai kuadrat dari tinggi badan dalam
satuan meter per segi (m2) (Chehrei, Sadrnia, Keshteli, Daneshmand, and Rezaei,
2007). Rumus perhitungan BMI sebagai berikut :
BMI = BERAT BADAN (Kg) / TINGGI BADAN2
(m2)
BMI merupakan salah satu parameter yang paling banyak digunakan
dalam menentukan kriteria proporsi tubuh seseorang dibandingkan dengan tabel
tradisional yang membandingkan langsung tinggi badan / berat badan. Salah satu
alasannya ialah BMI berkorelasi kuat dengan jumlah total lemak tubuh pada
manusia dimana dapat menggambarkan status berat badan seseorang. BMI juga
dapat digunakan untuk menggambarkan secara kasar komposisi tubuh, meskipun
tidak disertai nilai kontribusi berat dari lemak dan otot (Gibson, 2005; Fink,
Burgoon, and Mikesky, 2006).
Tabel I. Klasifikasi Body Mass Index Penduduk Asia Dewasa
(WHO, 2006)
BMI (kg/m2) Kategori
< 18,5 Rendah
18,5 – 24,99 Normal
25.00-29.99 Overweight / Pre Obesitas
30.00-34.99 Obesitas kelas 1
35.00-39.99 Obesitas kelas 2
≥ 40.00 Obesitas kelas 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
B. Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang
berlebihan di jaringan lemak tubuh dan dapat menimbulkan beberapa penyakit.
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran
energi sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang
berlebihan, sedangkan keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya
metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan efek termogenesis makanan. Makanan yang
berlebihan, baik lemak, karbohidrat, serta protein hampir seluruhnya disimpan
sebagai lemak di jaringan adiposa untuk dipakai kemudian sebagai energi.
Penanda kandungan lemak tubuh yang biasa digunakan adalah body mass index.
Perkembangan resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa biasa terjadi
secara bertahap yang diawali dengan peningkatan berat badan dan obesitas.
Obesitas sering menimbulkan komplikasi berupa kelainan jantung, hipertensi,
diabetes melitus, gangguan pernafasan dan pada usia lanjut sering menyebabkan
kelainan sendi (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008 ; Guyton
and Hall, 2006 ; Hermawan, 1991 ; Wagesetiawan, 2007).
Menurut D’adamo (2008) orang yang mengalami kelebihan berat badan,
kadar leptin dalam tubuhnya akan meningkat. Leptin adalah hormon yang
berhubungan dengan gen obesitas. Leptin berperan dalam hipotalamus untuk
mengatur tingkat lemak tubuh, kemampuan untuk membakar lemak menjadi
energi, dan rasa kenyang. Kadar leptin dalam plasma akan meningkat seiring
terjadinya peningkatan berat badan. Leptin bekerja pada sistem saraf perifer dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pusat. Peran leptin terhadap terjadinya resistensi insulin yaitu leptin menghambat
fosforilasi insulin receptor substrate-1 (IRS) yang akibatnya dapat menghambat
ambilan glukosa, sehingga mengalami peningkatan kadar glukosa darah.
Beberapa pengaruh keadaan obesitas terhadap sensitivitas insulin dimana
sebagai penanda terjadinya diabetes melitus tipe 2, meliputi :
1. Pada kondisi obesitas terjadi penurunan produksi adiponektin dan adipokin.
Adiponektin berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas reseptor terhadap
insulin dengan meningkatkan efek insulin. Jika produksi adiponektin dan
adipokin menurun maka insulin menjadi kurang sensitif untuk berikatan
dengan reseptor insulin akibatnya efek insulin menjadi lemah.
2. Pada kondisi obesitas terjadi peningkatan jumlah jaringan lemak. Jaringan
lemak sendiri berperan dalam menghasilkan hormon resistin yang dapat
memicu terjadinya resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin.
3. Pada kondisi obesitas juga terjadi peningkatan produksi asam-asam lemak
bebas akibat meningkatnya jumlah jaringan lemak. Asam-asam lemak
tersebut lambat laun dapat menumpuk secara abnormal pada otot sehingga hal
tersebut dapat menggangu kerja dari insulin (Sherwood, 2011).
C. Resistensi Insulin
Resistensi insulin merupakan keadaan berkurangnya kemampuan
jaringan perifer untuk memberikan respon terhadap hormon insulin. Sejumlah
penelitian fungsional pada orang-orang dengan resistensi insulin memperlihatkan
sejumlah kelainan kuantitatif dan kualitatif pada lintasan penyampaian sinyal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
insulin yang meliputi penurunan jumlah reseptor insulin, penurunan fosforilasi
reseptor insulin serta aktivitas tirosin kinase, dan berkurangnya kadar zat-zat
antara yang aktif dalam lintasan penyampaian sinyal insulin. Penurunan jumlah
reseptor terjadi karena peningkatan konsentrasi insulin yang tinggi menyebabkan
reseptor insulin melakukan pengaturan sendiri (self regulation) dengan
menurunkan jumlah reseptor atau down regulation. Hiperinsulinemia juga dapat
mengakibatkan desentisasi reseptor insulin pada tahap postreceptor, yaitu
penurunan aktivitas tirosin kinase, translikasi glucose transporter dan aktivasi
glycogen synthase. Kejadian ini mengakibatkan retensi insulin. Pada retensi
insulin , terjadi peningkatan produksi insulin dan penurunan penggunaan glukosa
sehingga mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemik). Pada
tahap ini, sel β pankreas mengalami adaptasi diri, sehingga responnya untuk
mensekresi insulin menjadi kurang sensitif, dan pada akhirnya membawa akibat
pada defisiensi insulin (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008;
Mitchell, et al., 2009).
Akibat reseptor pada sel tidak merespon dengan baik terhadap insulin,
sehingga menyebabkan sel tidak dapat dengan mudah menyerap glukosa dari
aliran darah. Hal tersebut mengakibatkan kadar glukosa darah semakin meningkat,
hal ini dapat memicu terjadinya diabetes melitus tipe 2 (National Institutes of
Health, 2014).
D. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat disebabkan oleh
faktor genetik, terjadinya defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta langerhans
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurangnya respon sel-sel tubuh terhadap
insulin. Hal ini ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang nantinya
akan merusak sistem tubuh khususnya pembuluh darah dan saraf. Gejala yang
sering muncul pada penderita diabetes melitus adalah poliuria (sering buang air
kecil), polidipsia (merasakan haus yang berlebihan), dan polifagia (merasakan
lapar yang berlebihan). Kriteria diagnostik untuk diabetes melitus mencakup (1)
glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL, (2) gejala diabetes plus glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL, atau (3) kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL setelah
pemberian 75 g glukosa per oral (uji toleransi glukosa oral) (American Diabetes
Association, 2010 ; Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).
Hiperglikemia pada semua kasus disebabkan oleh defisiensi fungsional
kerja insulin. Defisiensi efek insulin dapat disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin oleh sel β pankreas dan penurunan respon terhadap insulin oleh jaringan
sasaran (resistensi insulin). Kontribusi relatif masing-masing faktor ini tidak saja
membentuk dasar klasifikasi penyakit ini menjadi beberapa subtipe tetapi juga
membantu menjelaskan gambaran klinis khas untuk setiap subtipe. Lebih dari
90% kasus diabetes melitus dianggap sebagai proses primer dan individu yang
bersangkutan memiliki predisposisi genetik untuk mengalaminya, dan diabetes
melitus diklasifikasikan sebagai tipe 1 dan tipe 2. (American Diabetes
Association, 2010 ; McPhee and Ganong, 2011).
1. Diabetes Melitus (DM) tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 berbeda dari tipe 1 dalam beberapa hal. Penyakit
ini 10 kali lebih sering terjadi, memiliki komponen genetik yang lebih kuat, terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terutama pada orang dewasa, meningkat prevalensinya seiring pertambahan usia.
Tipe ini sering (80% kasus) berkaitan dengan obesitas, suatu faktor tambahan
yang meningkatkan resistensi insulin (McPhee and Ganong, 2011).
Etiologi DM tipe 2 merupakan multi faktor. Faktor genetik dan pengaruh
lingkungan merupakan faktor yang sering menyebabkan terjadinya DM tipe 2,
antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurangnya aktifitas
fisik. Pada penderita DM tipe 2 terutama pada tahap awal, umumnya kadar insulin
di dalam darahnya cukup, disamping kadar glukosa darah yang juga tinggi. DM
tipe 2 bukan disebabkan karena kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel
sasaran insulin gagal untuk merespon insulin secara normal. Penderita DM tipe 2
juga mengalami gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang
berlebihan. Pada penderita DM tipe 2, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena
adanya resistensi insulin tersebut. Resistensi insulin juga dapat menyebabkan
terganggunya proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005 ; Sugondo, 2006).
DM tipe 2 yang cenderung diderita oleh orang dewasa ini sangat
berkorelasi dengan obesitas, aktifitas fisik, maupun riwayat keluarga yang
memberikan sumbangan 90% terjadinya DM tipe 2. DM tipe 2 dapat
menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti penyakit kardiovaskuler,
peripheral vascular, ocular, neurologic, abnormalitas renal yang menyebabkan
penyakit jantung, stroke, kebutaan, kerusakan saraf ginjal dan kematian (Ceriello
and Motz, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
E. HbA1c
HbA1c atau disebut juga dengan hemoglobin A1c atau glikohemoglobin
merupakan protein yang terbentuk atas reaksi antara glukosa dan hemoglobin
dalam sel darah merah dan digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi
glukosa darah. HbA1c tidak dipengaruhi oleh perubahan sementara glukosa darah
yang disebabkan oleh makanan dan lainnya. Proses glikosilasi hemoglobin terjadi
melalui proses non-enzimatik dimana terjadi secara spontan tanpa bantuan enzim.
Pada proses tersebut, gugus aldehida dari glukosa akan berikatan secara kovalen
dengan gugus amino terminal-N protein (residu serin, treonin, dan asparagin) pada
rantai β hemoglobin. Proses glikosilasi tersebut terjadi selama 120 hari (± 3 bulan)
dimana mengikuti usia dari sel darah merah, sehingga HbA1c dapat menjadi
gambaran mengenai kadar glukosa darah selama ±3 bulan terakhir. Semakin
tinggi nilai HbA1c berarti semakin tinggi pula kadar glukosa darah. (Acton, 2013
; Marks, Marks, and Smith, 2010 ; Reinhold and Earl, 2014 ; Tandra, 2008).
Menurut Ginis, et al., (2012) pengukuran HbA1c dapat diandalkan dalam
penggunaan untuk diagnosa Diabetes Melitus. HbA1c ini secara spesifik dapat
digunakan untuk diagnosa Diabetes Melitus tipe 2 pada individu yang memiliki
risiko tinggi menderita penyakit tersebut. Pengukuran HbA1c sendiri memiliki
akurasi dan spesifisitas yang relatif tinggi.
Tabel II. Kategori Kadar HbA1c
(American Diabetes Association, 2014)
Kategori Kadar
Normal < 5,7 %
Pradiabetes 5,7-6,4 %
Diabetes ≥ 6,5 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
F. Landasan Teori
Antropometri adalah studi tentang pengukuran tubuh manusia misalnya
pada bagian tulang, otot, dan jaringan adiposa (lemak). Pengukuran ini sangat
banyak dilakukan karena murah, tanpa harus tes laboratorium, dan mudah
dilakukan bagi orang awam. Salah satu pengukuran antropometri adalah
pengukuran body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh, untuk memantau
status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Seseorang dengan nilai BMI ≥ 25 kg/m2 termasuk dalam
kategori kelebihan berat badan. Seseorang yang mengalami obesitas, kadar leptin
dalam tubuh akan meningkat, leptin akan menghambat fosforilasi insulin receptor
substrate-1 (IRS) yang akibatnya dapat menghambat ambilan glukosa, sehingga
mengalami peningkatan kadar glukosa darah (Chehrei, Sadrnia, Keshteli,
Daneshmand, and Rezaei, 2007 ; D’Adamo, 2008 ; Preedy, 2012).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit heterogen yang didefinisikan
berdasarkan adanya hiperglikemia. Hiperglikemia pada semua kasus disebabkan
oleh defisiensi fungsional kerja insulin. Defisiensi efek insulin dapat disebabkan
oleh penurunan sekresi insulin oleh sel β pankreas serta penurunan respon
terhadap insulin oleh jaringan sasaran (resistensi insulin). Pada penderita diabetes
melitus tipe 2, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena adanya resistensi insulin.
Resistensi insulin merupakan keadaan berkurangnya kemampuan jaringan perifer
untuk berespons terhadap hormon insulin. HbA1c (glycosylated hemoglobin atau
glycated hemoglobin) adalah protein yang terbentuk atas reaksi antara glukosa dan
hemoglobin dalam sel darah merah. Semakin tinggi HbA1c berarti semakin tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pula kadar glukosa darah, yang berlangsung selama usia sel darah merah, yaitu
sekitar 120 hari (American Diabetes Association, 2010 ; McPhee and Ganong,
2011 ; Mitchell, et al., 2009 ; National Institutes of Health, 2011).
Tabel III. Penelitian Korelasional antara BMI terhadap HbA1c
Peneliti Judul Rancangan
Penelitian
Responden Hasil Penelitian
Dofuor
(2013)
Evaluation of
Hba1c as an
objective marker
for monitoring
blood glucose
control for
Diabetes patients
on treatment at
Dormaa
Presbyterian
Hospital
Cross
Sectional
150
responden
dengan
rentang usia
21-86 tahun
Terdapat korelasi
yang tidak
bermakna antara
BMI terhadap
HbA1c, dengan
korelasi negatif
sangat lemah (r= -
0,1112 ; p=0,7053).
Martins,
et al.
(2012)
Glycated
hemoglobin and
associated risk
factors in older
adults
Cross
Sectional
118
responden
dengan
rentang usia
65-95 tahun
Terdapat korelasi
yang bermakna
namun lemah
antara BMI
terhadap HbA1c
(r=0,31 ; p=0,01).
Innocent,
God,
Sandra,
and
Josiah
(2013),
Correlation
between body
mass index and
blood glucose
levels among
some Nigerian
undergraduates
Cross
Sectional
253
responden
dengan
rentang usia
17-27 tahun
Terdapat korelasi
yang bermakna dan
kuat antara BMI
dan kadar glukosa
darah pada
responden
perempuan (r=0,53
; p≤0,05)
Theresia
(2012)
Hubungan
overweight
dengan
peningkatan
kadar gula darah
pada pedagang
pusat pasar
Medan
Cross
Sectional
50
responden
dengan
rentang usia
20-59 tahun
Terdapat korelasi
yang tidak
bermakna antara
overweight
terhadap kadar
glukosa darah
(r=0,001 ; p=0,99)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
G. Hipotesis
Terdapat korelasi yang bermakna antara Body Mass Index (BMI)
terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
rancangan penelitian berupa cross sectional/potong lintang. Rancangan penelitian
cross-sectional merupakan rancangan penelitian yang mempelajari korelasi antara
faktor risiko dan faktor efek. Analisis korelasi yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui adanya korelasi antara Body Mass Index (BMI) sebagai faktor risiko,
terhadap HbA1c sebagai faktor efek pada staf wanita dewasa sehat di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta (Notoadmodjo, 2012).
Pada rancangan penelitian potong lintang, peneliti hanya melakukan
observasi dan variabel pada satu waktu tertentu, artinya, subyek penelitian hanya
diteliti satu kali saja tanpa adanya tindak lanjut atau pengulangan pengukuran.
Rancangan penelitian ini cocok untuk penelitian klinis, baik deskriptif maupun
analitik (Saryono, 2011). Data penelitian yang diperoleh dianalisis secara statistik
untuk menganalisis korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Body Mass Index
2. Variabel tergantung : HbA1c
3. Variabel pengacau :
a. Terkendali. : usia dan jenis kelamin
b. Tidak terkendali. : keadaan patologis, gaya hidup responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
C. Definisi Operasional
1. Responden penelitian adalah staf wanita dewasa sehat di kampus I, II, dan III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masih aktif dan bersedia ikut
serta dalam penelitian ini, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang
telah ditetapkan.
2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pengukuran antropometri meliputi berat badan
dan tinggi badan serta yang akan dihitung adalah BMI. Hasil pemeriksaan
laboratorium yang dianalisis adalah kadar HbA1c.
3. Pengukuran BMI adalah perhitungan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi
tinggi badan dalam meter persegi (m2).
4. Kadar HbA1c diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta yang dinyatakan dalam persen (%).
5. Kriteria kadar HbA1c berdasarkan American Diabetes Association (2014).
6. Kriteria Body Mass Index berdasarkan World Health Organization (2006).
D. Responden Penelitian
Responden penelitian adalah staf administratif dan edukatif wanita
dewasa sehat di kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
masih aktif, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan di
dalam penelitian. Pemilihan responden penelitian di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu kemudahan dalam
berinteraksi dengan responden terkait lokasi yang dekat dan untuk meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dalam lingkup staf Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Kriteria inklusi meliputi responden wanita berusia
40-50 tahun serta bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi
meliputi responden tidak hadir saat pengambilan data, menderita penyakit-
penyakit degeneratif (misalnya : diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, serta
kardiovaskuler), mengkonsumsi obat-obatan rutin (misalnya : obat-obatan terkait
penyakit diabetes mellitus, kardiovaskuler, hipertensi, dan dislipidemia), sudah
menopause, hamil, menggunakan kontrasepsi (kecuali IUD), paska operasi
(khususnya operasi rahim), serta hasil pemeriksaan responden yang tidak lengkap.
Jumlah calon responden penelitian diperoleh dengan cara mengetahui
data jumlah keseluruhan karyawan wanita di kampus I, II, dan III Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Data jumlah karyawan wanita diperoleh dari bagian
Biro Personalia yaitu sebanyak 247 orang. Selanjutnya data yang telah diperoleh
tersebut dipilih berdasarkan usia (40-50 tahun) dan diperoleh populasi sebanyak
94 orang. Dari populasi sebanyak 94 orang tersebut akan digunakan sebagai
jumlah sampel pada penelitian ini. Menurut Rowe (2007), populasi dapat
dijadikan sebagai sampel apabila jumlah populasi tersebut terjangkau dan terbatas.
Pengambilan data sampel dilakukan sebanyak lima kali. Pengambilan
data pertama dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 di Kampus III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Total jumlah responden wanita yang
terdata sebanyak 21 orang namun dari jumlah tersebut, terdapat enam orang yang
tidak hadir. Pengambilan data kedua dilaksanakan pada tanggal 26 September
2014 di Kampus I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Total jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
responden wanita yang terdata sebanyak 32 orang, namun dari jumlah tersebut,
terdapat empat orang yang tidak hadir. Pengambilan data ketiga dilaksanakan
pada tanggal 2 Oktober 2014 di Kampus I dan II Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Jumlah responden yang mengikuti pengambilan data yaitu sebanyak
tiga orang. Pengambilan data keempat dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2014
di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah responden yang
mengikuti pengambilan data yaitu sebanyak tiga orang. Pengambilan data kelima
dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2014 di Kampus I dan II Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Jumlah responden yang mengikuti pengambilan data yaitu
sebanyak tiga orang.
Gambar 1. Skema Pencarian Responden
Dalam penelitian korelasi diperlukan minimal 30 responden (Spiegel and
Stephens, 2007). Pada penelitian ini, jumlah responden yang mengikuti penelitian
yaitu sebanyak 52 orang.
Populasi sebanyak
247 orang 94 orang
11 orang tidak hadir saat
pengambilan data
10 orang tidak bersedia tanpa
alasan
6 orang studi ke luar negeri
5 orang menggunakan KB
selain IUD
3 orang hamil
3 orang takut jarum suntik
2 orang pernah dioperasi (operasi
pada rahim)
2 orang menopause
52
orang
Dipilih
berdasarkan usia
(40-50 tahun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Pengambilan data di Kampus I Universitas Sanata Dharma
dilaksanakan pada tanggal 26 September 2014, 2 Oktober 2014, dan 9 Oktober
2014. Pengambilan data di Kampus II Universitas Sanata Dharma dilaksanakan
pada tanggal 2 Oktober 2014 dan tanggal 9 Oktober 2014. Pengambilan data di
Kampus III Universitas Sanata Dharma dilaksanakan pada tanggal 25 September
2014 dan 3 Oktober 2014.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri
terhadap Rasio Lipid dan HBA1c pada Staf Pria dan Wanita Dewasa Sehat di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”, serta “Laju Filtrasi Glomerulus Pada
Staf Pria dan Wanita Dewasa Sehat dengan Formula Cockroft-Gault, Modification
of Diet in Renal Disease, dan Chronic Kidney Disease Epidemiology di
Universitas Sanata Dharma”, dan telah memperoleh ijin dari Komisi Etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta dengan nomor Ref: KE/FK/896/EC. Penelitian payung ini
bertujuan untuk mengkaji korelasi antara pengukuran antropometri terhadap rasio
lipid dan kadar HbA1c pada individu dewasa sehat, serta untuk menganalisis
adanya perbedaan antara tiga formula penghitungan laju filtrasi glomerulus.
Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah anggota sebanyak 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
orang dengan kajian yang berbeda-beda. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya
mengkaji korelasi Body Mass Index terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa
sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kajian yang diteliti dalam
penelitian payung ini sebagai berikut :
Gambar 2. Bagan Kajian Penelitian Payung
Body Mass Index
Pria
HbA1c
Rasio Lipid
Wanita
HbA1c
Rasio Lipid
Body Fat Percentage
Pria
HbA1c
Rasio Lipid
Wanita
HbA1c
Rasio Lipid
LP & RLPP
Pria
HbA1c
Rasio Lipid
Wanita
HbA1c
Rasio Lipid
Laju Filtrasi Glomerulus dengan Metode CG, MDRD, dan CKD-EPI
Pria
Wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara non-
random dengan jenis purposive sampling. Teknik non-random sampling
merupakan cara pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi diberi
kesempatan untuk dipilih menjadi sampel, serta terdapat kriteria inklusi dan
eksklusi dalam penentuan responden. Jenis purposive sampling merupakan teknik
yang berdasarkan pada ciri/sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut
paut erat dengan ciri/sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui
sebelumnya sehingga ciri/sifat yang spesifik dalam populasi tersebut digunakan
sebagai kunci untuk pengambilan sampel (Notoatmodjo,2012; Sastroasmoro dan
Ismael, 2011).
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa alat timbangan
berat badan dengan merk Nagako® dan alat pengukur tinggi badan dengan merk
Height® dimana hasil dari pengukuran tersebut digunakan untuk menghitung
Body Mass Index. Pengukuran kadar HbA1c menggunakan Cobas C 581®.
I. Tata Cara Penelitian
1. Observasi Awal
Observasi awal yang dilakukan dengan mencari informasi mengenai
jumlah staf yang masih aktif di Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma,
serta pencarian tempat yang tepat untuk dilakukan penelitian. Pencarian
laboratorium klinik yang tepat untuk menganalisis sampel darah responden juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dilakukan. Hasil dari observasi awal adalah dipilih Laboratorium Patologi Klinik
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta untuk menganalisis sampel darah responden
karena laboratorium tersebut telah terakreditasi.
2. Permohonan izin dan kerjasama
Permohonan izin untuk melakukan penelitian dengan mengajukan ethical
clearance ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Permohonan izin ini
dilakukan untuk memenuhi etika penelitian dengan sampel darah manusia serta
agar hasil penelitian dapat dipublikasikan. Ethical clearance diperoleh dari
Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 dengan
nomor Ref: KE/FK/896/EC.
Permohonan izin selanjutnya ditujukan kepada Wakil Rektor I
Universitas Sanata Dharma. Permohonan izin ini bertujuan untuk memperoleh
izin melakukan penelitian di lingkup Universitas Sanata Dharma, yang
selanjutnya izin tersebut diteruskan ke Bagian Personalia agar dapat memperoleh
izin untuk melibatkan staf wanita Kampus I, II, dan III Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta dalam penelitian. Pada tanggal 4 Agustus 2014, Wakil Rektor I
memberikan surat izin penelitian dengan nomor 068A/WR I/F/VIII/2014 untuk
melakukan penelitian dengan tembusan kepada Kepala Biro Personalia untuk
menyediakan data staf wanita administratif dan edukatif Kampus I, II, dan III
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permohonan izin terakhir ditujukan
kepada kepala bagian Rumah Tangga untuk peminjaman ruangan atau tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang akan digunakan dalam penelitian. Izin dari kepala bagian Rumah Tangga
diberikan pada tanggal 3 September 2014.
Permohonan kerjasama untuk pengambilan dan analisis darah, diajukan
ke bagian Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Permohonan kerjasama selanjutnya ditujukan kepada calon responden berupa
informed consent, sebagai bukti dari kesepakatan antara peneliti dengan calon
responden mengenai kesediaan calon responden untuk dapat mengikuti penelitian
ini.
3. Pembuatan leaflet dan informed consent
Pembuatan leaflet bertujuan untuk membantu calon responden dalam
memahami gambaran mengenai penelitian ini. Leaflet di dalam penelitian ini
berjudul “Korelasi Antropometri dan Pengukuran Laju Filtrasi Glomerulus” yang
disusun dengan ukuran A4. Konten/isi dari leaflet ini antara lain berisi tujuan
penelitian; manfaat penelitian yang diterima responden; pengukuran antropometri
yang meliputi pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul-panggul, body
fat percentage, dan body mass index; penjelasan singkat mengenai pengukuran
laju filtrasi glomerulus; serta pemeriksaan laboratorium yang meliputi, kadar
LDL, HDL, kolesterol total, HbA1c, dan serum kreatinin.
Informed consent digunakan sebagai bukti kesediaan calon responden
untuk mengikuti penelitian ini. Pembuatan informed consent ini sesuai dengan
standar yang dikeluarkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Seluruh calon
responden penelitian yang bersedia terlibat dalam penelitian ini kemudian mengisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
data pada informed consent berupa nama lengkap, usia, tanggal lahir, alamat, serta
nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi setelah itu calon responden
menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaan dan kerjasama.
4. Pencarian responden
Pencarian responden dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari
Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma. Izin tersebut diteruskan kepada
Kepala Bagian Personalia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk meminta
informasi mengenai data staf yang dibutuhkan peneliti berupa jumlah dan
informasi lengkap (nama lengkap, TTL, Jenis kelamin, pekerjaan/bagian) staf
administratif dan edukatif wanita di Kampus I, II, dan III Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Data yang telah diperoleh kemudian disortir menurut usia
yaitu antara usia 40-50 tahun (kriteria inklusi) untuk menentukan jumlah
populasi/sampel yang akan digunakan sebagai responden penelitian.
Setelah memperoleh jumlah sampel yang diperlukan proses selanjutnya
adalah pencarian responden. Peneliti mencoba untuk mencari seluruh staf tetapi
tidak semua dapat ditemui dengan beberapa alasan antara lain sedang cuti serta
sedang melanjutkan studi. Pada calon responden yang dapat ditemui, calon
responden diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian, manfaat
yang diperoleh dari penelitian, gambaran penelitian yang akan dilakukan,
penjelasan mengenai kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan peneliti,
serta menanyakan kesediaan calon responden untuk terlibat dalam penelitian ini .
Calon responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini
dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi akan diberikan informed consent,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang selanjutnya diisi dan ditandatangani oleh responden sebagai bukti
kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Responden kemudian diberi
informasi mengenai tempat dan waktu pelaksanaan penelitian. Responden akan
dihubungi melalui SMS atau telepon sehari sebelum pelaksanaan penelitian untuk
mengingatkan responden bahwa akan diadakan pengambilan darah dan
pengukuran antropometri pada jam dan tempat yang telah ditentukan sebelumnya.
Sebagian calon responden tidak dapat terlibat dalam penelitian karena beberapa
alasan, meliputi : sedang hamil, sudah menopause, menggunakan kontrasepsi
selain IUD, menderita penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, takut
terhadap jarum suntik, serta berhalangan hadir saat pengambilan darah.
5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian
Instrumen yang valid adalah instrumen yang digunakan dapat untuk
mengukur variabel yang seharusnya (variabel yang diinginkan). Instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali akan menghasilkan
data yang sama. Validitas menunjukkan keakuratan dari instrumen penelitian
untuk dapat mengukur sesuatu yang hendak diukur, sedangkan reliabilitas adalah
indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran suatu instrumen selalu
konsisten dalam pengukuran yang dilakukan berulang kali (Notoatmodjo, 2012;
Weiner, 2007).
Suatu instrumen penelitian dikatakan baik apabila valid dan reliabel,
ditunjukkan dengan keakuratan hasil pengukuran yang sesuai dengan apa yang
diukur serta memenuhi nilai koefisien variansi sebesar ≤ 5% dengan melakukan
pengukuran sebanyak 5 kali berturut-turut dengan instrumen yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011). Instrumen kesehatan yang
divalidasi adalah alat timbangan berat badan dengan merk Nagako®, alat
pengukur tinggi badan dengan merk Height®, serta alat Cobas C 581®.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada alat timbangan berat
badan serta alat pengukur tinggi badan dengan replikasi pengukuran sebanyak
lima kali. Nilai CV pada alat timbangan berat badan sebesar 0,455%. Nilai CV
pada alat pengukur tinggi badan sebesar 0,173%. Dari nilai CV tersebut, dapat
dikatakan bahwa alat timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan tersebut
valid dan reliabel karena memiliki nilai CV sebesar ≤ 5%. Alat timbangan berat
badan dan pengukur tinggi badan yang digunakan dalam penelitian telah
dikalibrasi oleh Balai Metrologi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 6 Agustus
2014 dengan nomor sertifikat peneraan 2566/TC-383/VIII/2014 untuk alat
timbangan berat badan dan 2570/UP-319/VIII/2014 untuk alat pengukur tinggi
badan. Alat Cobas C 581® yang digunakan untuk mengukur kadar HbA1c di
dalam darah, telah divalidasi oleh pihak Laboratorium Patologi Klinik Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta.
6. Pengukuran parameter antropometri, pengambilan darah, dan
pengukuran kadar HbA1c
Parameter yang diukur oleh peneliti adalah body mass index, sedangkan
pengambilan darah responden serta pengukuran nilai HbA1c dilakukan oleh
tenaga ahli dari Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
Pengukuran antropometri yang meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dilakukan oleh peneliti dimana setelah memperoleh data berat badan dan tinggi
badan, selanjutnya dihitung nilai body mass index dengan menggunakan rumus.
7. Analisis darah responden
Darah responden yang telah diambil kemudian dibawa ke Laboratorium
Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda untuk dianalisis kadar HbA1c.
8. Penyerahan hasil pemeriksaan kepada responden
Hasil pengukuran antropometri serta hasil analisis sampel darah dari
Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda kemudian diberikan kepada
responden. Dalam hal ini, peneliti memberikan penjelasan mengenai hasil
pengukuran antropometri dan analisis darah responden disertai dengan
memberikan saran mengenai perbaikan/perubahan gaya hidup pada responden.
9. Pengolahan data
Pertama kali yang dilakukan adalah menyusun data yang sejenis untuk
kemudian digolongkan ke dalam kategori yang telah ditetapkan, yaitu BMI,
HbA1c, usia. Proses terakhir adalah dilakukan analisis data.
J. Analisis Data Penelitian
Data diolah secara statistik dengan taraf keperayaan 95 % menggunakan
program SPSS versi 16. Pada proses analisis data yang pertama kali dilakukan
adalah uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, pada jumlah sampel >
50 responden, dan menggunakan uji Shapiro-Wilk, pada jumlah sampel ≤ 50
responden. Suatu data yang memiliki distribusi normal jika nilai p > 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kemudian, setelah uji normalitas, langkah selanjutnya adalah dilakukan uji
komparatif. Pada uji komparatif yang pertama kali dilakukan adalah uji normalitas
pada dua kelompok data yaitu HbA1c dengan body mass index ≥ 25 kg/m2 dan <
25 kg/m2. Terdapat salah satu kelompok data yang tidak terdistribusi normal,
maka uji komparatif yang digunakan adalah Mann-Whitney. Pada uji komparatif,
kelompok data dikatakan tidak berbeda bermakna jika nilai p > 0,05. Tahap
terakhir analisis data adalah uji korelasi, pada penelitian ini data BMI dan HbA1c
terdistribusi normal, sehingga digunakan uji Pearson. Suatu korelasi dianggap
bermakna jika nilai p < 0,05 (Ahmad, 2011 ; Dahlan, 2009).
Tabel IV. Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p,
dan Arah Korelasi (Dahlan, 2009)
Parameter Nilai Interpretasi
Kekuatan korelasi
(r)
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat lemah
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Nilai (p) p < 0,05
p > 0,05
Terdapat korelasi yang
bermakna antara dua variabel
Tidak terdapat korelasi
bermakna antara dua variabel
Arah korelasi + (positif)
- (negatif)
Searah. Semakin besar nilai satu
variabel, semakin besar pula
variabel lainnya
Berlawanan arah. Semakin besar
nilai satu variabel, semakin
kecil variabel lainnya
K. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dialami peneliti adalah kesulitan mencari responden
dikarenakan harus mencari calon responden satu-persatu berdasarkan data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
diperoleh dari Biro Personalia, selain itu kesulitan untuk menemui calon
responden dikarenakan jadwal kerja calon responden yang berbeda-beda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Penelitian
Pada penelitian ini, responden penelitian merupakan staf wanita dewasa
sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berusia 40-50 tahun.
Terdapat 52 orang yang bersedia terlibat dalam penelitian dimana responden
tersebut telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.
Jumlah responden pada penelitian ini telah memenuhi kebutuhan sampel dimana
pada penelitian korelasional, jumlah minimal sampel yang digunakan adalah 30
sampel (Lodico, Spaulding, and Voegtle, 2010).
Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik data
responden dari hasil penelitian. Profil karakteristik yang dianalisis meliputi usia,
body mass index, serta HbA1c. Data yang terdistribusi normal maka profil
karakteristik data yang disajikan dalam mean ± SD, sedangkan jika data tidak
terdistribusi normal maka profil karakteristik data yang disajikan adalah median
(minimum- maksimum). Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov
karena jumlah data penelitian adalah lebih dari 50 (Dahlan, 2009).
Tabel V. Profil Karakteristik Responden
NO Karakteristik Profil
(n=52)
P
1 Usia 44,00 (40,00-50,00) ** 0,005
2 Body mass index 25,31 ± 3,29 * 0,200
3 HbA1c 5,52 ± 0,47 * 0,200
* Nilai signifikansi > 0,05 berarti terdistribusi normal (mean±SD). **Nilai signifikansi < 0,05 berarti tidak terdistribusi normal (median (minimum-
maksimum)).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
1. Usia
Responden wanita pada penelitian ini berusia 40-50 tahun. Uji normalitas
usia responden menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan
95% menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,005 yang menunjukkan bahwa data
tidak terdistribusi normal. Ukuran pemusatan usia dinyatakan dalam median yaitu
44,00 serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam minimum-maksimum yaitu
40,00-50,00. Distribusi usia responden dapat dilihat pada Gambar 3.
Usia
Gambar 3. Grafik distribusi usia responden
Rentang usia responden yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
dalam kategori middle adulthood dimana pada kategori tersebut berusia 40-60
tahun (Santrock, 2004). Middle adulthood merupakan suatu periode transisi antara
usia dewasa dini dengan usia lanjut serta termasuk dalam rentang kehidupan
manusia yang relatif dilalaikan tetapi periode usia ini mulai menarik perhatian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kalangan ahli perkembangan rentang hidup. Pada periode middle adulthood mulai
terjadi penurunan keterampilan fisik serta penurunan fungsi organ (Lachman,
2001 ; Papalia, Olds, and Feldman, 2008 ; Santrock, 2004).
Berdasarkan penelitian Kanniyappan, Kalidhas, and Aruna (2011), yang
melibatkan responden pria dan wanita, berusia 20-59 tahun, menunjukkan bahwa
kelompok usia 40-59 tahun memiliki faktor risiko yang lebih tinggi menderita
hipertensi, dislipidemia, resistensi insulin serta sindrom metabolik daripada
kelompok usia 20-39 tahun. Penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian
dari Choi and Shi (2001), menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus
meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penelitian ini juga menemukan
bahwa di Kanada sendiri proporsi pria yang menderita diabetes melitus lebih besar
daripada wanita (54% pria dan 46% wanita) tetapi di Amerika Serikat, proporsi
wanita yang menderita diabetes mellitus lebih besar daripada pria (42% pria dan
58% wanita). Kedua hasil penelitian tersebut mendukung penelitian sekarang
dimana semakin bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya diabetes melitus tipe
2 juga semakin tinggi, khususnya saat seseorang sudah memasuki periode middle
adulthood karena pada periode tersebut seseorang mulai mengalami penurunan
keterampilan fisik dan penurunan fungsi organ.
Kelompok wanita memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih tinggi
dibandingkan pria, sehingga hal ini menyebabkan wanita lebih mudah gemuk
yang berkaitan dengan obesitas, dimana hal ini mengakibatkan wanita lebih
berisiko menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 daripada pria (Laquatra,
2004). Menurut WHO and IDF (2004), wanita yang pernah mengalami diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
gestasional memiliki risiko lebih besar menderita diabetes melitus tipe 2 di
kemudian hari daripada wanita yang tidak pernah mengalami diabetes gestasional.
Secara umum, jumlah wanita yang menderita diabetes melitus tipe 2 jauh lebih
banyak dibandingkan pria pada rentang usia 20-64 tahun.
2. Body mass index (BMI)
Nilai BMI diperoleh dari perhitungan terhadap hasil pengukuran berat
badan dan tinggi badan responden. Uji normalitas nilai BMI menggunakan
Kolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 95% menghasilkan nilai
signifikansi sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.
Ukuran pemusatan BMI dinyatakan dalam mean yaitu 25,31 (termasuk dalam
kategori overweight) serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar
deviasi yaitu 3,29. Distribusi nilai BMI responden dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik distribusi Body Mass Index responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Menurut Centers for Disease Control and Prevention of United States
(2011), nilai BMI berkolerasi dengan lemak tubuh dan risiko beberapa penyakit di
kemudian hari. Seseorang yang memiliki nilai BMI yang tinggi (≥ 25 kg/m2) lebih
berisiko mengalami obesitas dimana berhubungan dengan beberapa masalah
kesehatan daripada seseorang dengan nilai BMI normal.
BMI tetap memiliki beberapa kekurangan, misalnya : BMI hanya sebagai
indikator perkiraan overweight dan obesitas ; beberapa faktor seperti massa otot,
asal etnis atau ras, serta faktor pubertas dapat mengubah hubungan antara BMI
dengan overweight dan obesitas ; BMI tidak dapat menggambarkan distribusi
lemak tubuh dimana hal tersebut sangat dibutuhkan ketika mencari perbandingan
antara kelompok etnis atau ras tertentu (National Obesity Observatory, 2009).
Menurut Kumar (2013), persentase penderita diabetes melitus tipe 2 dengan
obesitas sentral lebih tinggi daripada obesitas general , hal ini menunjukkan
bahwa deteksi dini dan pengendalian pada obesitas sentral lebih penting dilakukan
daripada obesitas general dalam populasi Asia.
Berdasarkan penelitian Pinkney (2002) yang melibatkan sebanyak
84.941 responden wanita menyatakan bahwa kondisi obesitas sangat berkaitan
erat dengan diabetes melitus tipe 2. Hasil penelitian Kumar (2013) yang
melibatkan 240 responden pria penderita diabetes melitus tipe 2 berusia 30 – 70
tahun di Punjabi menunjukkan bahwa kondisi overweight dan obesitas terjadi
pada 73,3 % responden penelitian. Hasil penelitian tersebut didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kumar, et al., (2008) yang melibatkan 2.160
responden yang berusia 20-60 tahun menunjukkan prevalensi diabetes mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tipe 2 sebesar 11,5 % di Kolkata, persentase tersebut sangat dipengaruhi oleh
riwayat penyakit keluarga, usia, serta obesitas sentral tetapi tidak memiliki
pengaruh yang cukup besar dari BMI. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
secara statistik pada BMI saat dibandingkan dengan kelompok normoglycaemic
dan diabetes melitus tipe 2.
3. HbA1c
Uji normalitas nilai HbA1c menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan
taraf kepercayaan 95% menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,200 yang
menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Ukuran pemusatan data HbA1c
dinyatakan dalam mean yaitu 5,52 % (termasuk dalam kategori normal) serta
ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar deviasi yaitu 0,47 namun
terdapat beberapa responden yang memiliki nilai HbA1c melebihi nilai normal
dan pada grafik distribusi HbA1c terdapat data yang terpisah dari data yang lain.
Distribusi nilai HbA1c responden dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Distribusi HbA1c Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Menurut National Institutes of Health (2011), tes HbA1c atau
hemoglobin terglikasi merupakan tes sampel darah yang memberikan informasi
mengenai rata-rata kadar glukosa darah seseorang selama 3 bulan terakhir. Tes
HbA1c terkadang disebut tes A1c hemoglobin atau tes glikohemoglobin. Tes
HbA1c menjadi tes utama yang digunakan untuk manajemen diabetes melitus atau
penelitian mengenai diabetes melitus. Hasil tes HbA1c dinyatakan dalam
persentase dimana semakin tinggi persentase HbA1c maka kadar glukosa darah
seseorang semakin tinggi pula, nilai normal HbA1c adalah di bawah 5,7 %.
The International Expert Committee (2009) merekomendasikan tes
HbA1c sebagai salah satu tes yang sangat membantu dalam mendiagnosa diabetes
melitus tipe 2 dan pradiabetes, karena pada tes HbA1c tidak memerlukan puasa
dan sampel darah dapat diambil setiap waktu. Kemudahan dalam tes HbA1c ini
diharapkan lebih banyak orang yang melakukan tes HbA1c sehingga dapat terjadi
penurunan jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 yang tidak terdiagnosa. Hal ini
juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng, Neugaard, Foulis,
and Conlin (2011) yang menyatakan bahwa HbA1c dapat membantu memprediksi
risiko diabetes melitus tipe 2 di masa mendatang.
Penelitian lain terkait HbA1c juga dilakukan oleh Pradhan, Rifai, Buring,
and Ridker (2007) yang melibatkan responden wanita berusia ≥ 45 tahun dan
tidak menderita diabetes melitus atau penyakit kardiovaskuler menyatakan bahwa
kadar HbA1c yang terukur berkorelasi signifikan dengan kejadian penyakit
diabetes melitus serta berkorelasi positif lemah dengan kejadian penyakit
kardiovaskuler. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ginis, et al. (2012) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
melibatkan 295 responden dimana responden tersebut terbagi menjadi 4 kelompok
sesuai diagnosa meliputi 120 responden normoglikemi, 44 responden diabetes
melitus, 62 responden impaired fasting glucose, dan 69 responden impaired
glucose tolerance menunjukkan bahwa HbA1c dapat digunakan untuk diagnosa
diabetes melitus pada penduduk Turki. Penggunaan nilai cut-off untuk diagnosa
diabetes melitus 6,1 %, HbA1c memiliki sensitivitas sebesar 81,8 % dan
spesifisitas 80 %. Pada penelitian ini juga menunjukkan kadar glukosa darah
puasa dan glukosa darah sewaktu berkorelasi positif sedang dengan kadar HbA1c
(masing-masing, r = 0,47 ; p=0,001 dan r = 0,52 ; p=0,000).
B. Perbandingan Rerata Hba1c pada Kelompok Body Mass Index ≥ 25 kg/m2
dan Body Mass Index < 25 kg/m2
Tujuan dari uji komparatif atau perbandingan adalah untuk mengetahui
perbandingan antara dua kelompok yaitu HbA1c pada kelompok BMI ≥ 25 kg/m2
dengan HbA1c pada kelompok BMI < 25 kg/m2. Pada penelitian ini, klasifikasi
nilai BMI berdasarkan WHO (2006). Jumlah responden yang memiliki nilai BMI
≥ 25 kg/m2 sebanyak 28 responden, sedangkan jumlah responden yang memiliki
nilai BMI < 25 kg/m2 sebanyak 24 responden.
Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro-Wilk karena jumlah data
dari masing-masing kelompok ≤ 50. Hasil dari uji normalitas kedua kelompok
adalah pada kelompok BMI ≥ 25 kg/m2 (n=28) tidak terdistribusi normal
(p=0,000), sedangkan pada kelompok BMI < 25 kg/m2 (n=24) terdistribusi normal
(p=0,642). Berdasarkan hasil uji normalitas, maka uji komparatif yang digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
adalah Mann-Whitney karena terdapat satu kelompok yang tidak terdistribusi
normal. Pada uji komparatif apabila nilai p > 0,05 maka menunjukkan adanya
perbedaan yang tidak bermakna antara kedua kelompok data (Dahlan,2009).
Berikut ini adalah hasil dari uji komparatif rerata HbA1c pada dua kelompok data:
Tabel VI. Hasil Perbandingan rerata HbA1c pada kelompok body mass index ≥ 25
kg/m2 dan < 25 kg/m
2
Body mass index ≥ 25
kg/m2 (n=28)
Body mass index < 25
kg/m2 (n=24)
P
HbA1c 5,56 ± 0,57 5,47 ± 0,31 0,941 *
* p>0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna
Hasil uji komparatif pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang
tidak bermakna antara dua kelompok yaitu HbA1c pada kelompok BMI ≥ 25
kg/m2 dengan HbA1c pada kelompok BMI < 25 kg/m
2, dapat dilihat pada nilai p
= 0,941, selain itu dapat dilihat pula pada rata-rata kadar HbA1c tiap kelompok.
Kedua rata-rata kadar HbA1c termasuk dalam kategori normal menurut American
Diabetes Association (2014) sehingga hasil uji statistik menyatakan rata-rata
kadar HbA1c pada kedua kelompok sama atau berbeda tidak bermakna.
Hasil penelitian ini menyerupai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Martins, Jones, Cumming, Silva, Teixeira, and Verissimo (2012), dimana hasil uji
perbandingan pada penelitian ini antara kadar HbA1c pada kelompok responden
obesitas (nilai BMI ≥ 30 kg/m2 ; 5,8 ± 1,0) dengan kelompok non obesitas (nilai
BMI < 30 kg/m2 ; 5,4 ± 0,5) adalah terdapat perbedaan yang tidak bermakna
(p=0,14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bhale (2013) menyerupai hasil
penelitian sekarang. Penelitian tersebut menunjukkan pada uji perbandingan
antara kadar HbA1c pada kelompok responden obesitas (9,93 ± 2,02) dengan
kelompok non obesitas (8,9 ± 1,53) terdapat perbedaan yang tidak bermakna
(p=2,15). Penelitian yang dilakukan oleh Dofuor (2013) juga menyerupai hasil
penelitian sekarang, dimana menunjukkan terdapat perbedaan yang tidak
bermakna (p=0,79) antara kadar HbA1c pada kelompok responden diabetes (6,58
± 0,14) dengan kelompok responden non diabetes (5,36 ± 0,08).
Hasil penelitian sekarang tidak menyerupai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Saikumar, Sudha, and Chandraselvi (2014), yang menunjukkan
kadar glukosa darah pada kelompok responden yang menderita diabetes melitus
tipe 2 (pria 144,6 ± 43,8 dan wanita 140,7 ± 41,4) lebih besar dibandingkan
dengan kelompok kontrol (pria 105,6 ± 22,5 dan wanita 91,4 ± 15,4) dimana
secara statistik memiliki perbedaan yang bermakna (p=0,000). Perbandingan nilai
BMI pada kelompok responden yang menderita diabetes melitus tipe 2 (27 ± 4,4)
lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (27,6 ± 4,7) memiliki
perbedaan yang bermakna (p=0,02). Hasil penelitian Saikumar, Sudha, and
Chandraselvi (2014) ini tidak menyerupai hasil penelitian sekarang dikarenakan
pada penelitian ini salah satu kelompok menggunakan responden yang telah
menderita diabetes melitus tipe 2 sedangkan pada penelitian sekarang
menggunakan responden sehat yang tidak menderita penyakit degeneratif
misalnya diabetes melitus tipe 2, hal ini dapat mempengaruhi kadar HbA1c yang
terukur. Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi rendahnya BMI pada kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
responden yang sehat tidak menimbulkan perbedaan rerata kadar HbA1c yang
bermakna pada kedua kelompok responden pada penelitian sekarang, sedangkan
pada penelitian lain dimana kedua kelompok tersebut adalah kelompok DM tipe 2
dan kelompok kontrol (non DM tipe 2) dapat menunjukkan perbedaan rerata kadar
glukosa darah yang bermakna.
C. Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap HbA1c
Uji korelasi pada penelitian ini dilakukan antara BMI terhadap HbA1c.
Uji korelasi menggunakan uji Pearson karena data BMI dan HbA1c terdistribusi
normal. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi negatif sangat lemah
dengan nilai koefisien korelasi sebesar – 0,039 antara BMI dengan kadar HbA1c
responden. Hasil korelasi negatif sangat lemah ini dapat disebabkan karena
beberapa responden yang memiliki nilai BMI yang besar, namun memiliki kadar
HbA1c yang rendah. Terdapat pula responden yang memiliki nilai BMI yang
kecil, namun memiliki kadar HbA1c yang tinggi. Kedua kondisi tersebut dapat
mempengaruhi korelasi yang dihasilkan. Nilai p=0,781, menunjukkan hasil
korelasi yang tidak bermakna antara nilai BMI dengan kadar HbA1c. Nilai
signifikansi yang tidak bermakna tersebut dapat disebabkan karena sebaran data
korelasi yang cenderung datar serta terdapat beberapa data yang arah korelasinya
turun padahal yang diharapkan seharusnya arah korelasinya naik. Diagram
sebaran korelasi antara BMI dengan kadar HbA1c dapat dilihat pada Gambar 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 6. Diagram sebaran korelasi antara Body Mass Index dengan Kadar
HbA1c
Pada diagram di atas menunjukkan arah garis korelasi cenderung menuju
ke bawah yang menandakan bahwa semakin tinggi nilai BMI maka cenderung
semakin rendah kadar HbA1c responden tetapi tidak signifikan. Hal ini tidak
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa nilai BMI yang tinggi berkorelasi
kuat dengan jumlah total lemak dalam tubuh yang tinggi pula. Lemak dalam
tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan resistensi insulin, dimana resistensi
insulin ini dapat menyebabkan hiperglikemi yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan terjadinya DM tipe 2 (Gibson, 2005; Sherwood, 2011). Pada
diagram di atas juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki nilai BMI ≥
25 kg/m2 lebih banyak daripada responden yang memiliki nilai BMI < 25 kg/m
2 ,
serta sebagian besar responden juga memiliki kadar HbA1c dengan rentang 5 – 6
%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Hasil penelitian ini menyerupai penelitian yang dilakukan oleh Dofuor
(2013), pada uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi negatif sangat lemah (r= -
0,1112) serta terdapat korelasi yang tidak bermakna (p=0,7053) antara nilai BMI
terhadap kadar HbA1c. Penelitian lain yang menyerupai penelitian sekarang,
dilakukan oleh Theresia (2012), pada uji korelasi Pearson, menunjukkan terdapat
korelasi yang tidak bermakna antara overweight berdasarkan nilai BMI dengan
peningkatan kadar glukosa darah (p=0,99 ; r=0,001).
Tabel VII. Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap kadar HbA1c
Variabel Korelasi (r) Signifikansi (p)
BMI - 0,039 0,781*
*p>0,05 = korelasi tidak bermakna
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martins, Jones, Cumming, Silva,
Teixeira, and Verissimo (2012) tidak menyerupai dengan hasil penelitian
sekarang, dimana menunjukkan terdapat korelasi yang bermakna namun lemah
antara kadar HbA1c dengan BMI (r=0,31 ; p=0,01). Perbedaan hasil penelitian
tersebut dengan penelitian sekarang dikarenakan adanya perbedaan usia
responden yang ditetapkan. Pada penelitian tersebut, rentang usia responden yaitu
65-95 tahun, sedangkan pada penelitian sekarang, rentang usia responden yang
digunakan adalah 40-50 tahun. Perbedaan rentang usia tersebut mampu
mempengaruhi profil glukosa darah atau HbA1c dikarenakan pada usia 65-95
cenderung telah mengalami penurunan fungsi organ yang signifikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanaka, Yoshida, Bin, Fukuo, and
Kazumi (2012) juga tidak menyerupai dengan hasil penelitian sekarang, dimana
menunjukkan bahwa keadaan obesitas abdominal dan general berhubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dengan meningkatnya kadar HbA1c pada responden wanita kategori middle aged
(49,7±3,4 tahun). Perbedaan hasil penelitian tersebut dengan penelitian sekarang
dikarenakan pada penelitian tersebut tidak hanya mengukur BMI, tetapi juga
menghubungkan gen FTO dengan keadaan disregulasi glukosa dimana gen FTO
sendiri merupakan poligen yang paling penting pada obesitas dan diabetes melitus
tipe 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat korelasi yang tidak bermakna,
berkekuatan sangat lemah dengan arah korelasi negatif antara Body Mass Index
terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
B. Saran
1. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meningkatkan jumlah sampel
penelitian.
2. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambahkan parameter
glukosa darah puasa dalam pengujian body mass index terhadap HbA1c.
3. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan untuk melaksanakan pengukuran
hemoglobin sebelum dilakukan pengukuran kadar HbA1c.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
DAFTAR PUSTAKA
Acton, A., 2013, Blood Proteins- Advances in Research and Applicationn,
Scholarly Editions, Atlanta, p.293.
Adnan, M., Mulyati, T., Isworo, J., 2013, Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2
Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang, Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang, 2, 18 – 24.
Ahmad, M.S., 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba, Jakarta,
hal. 46, 53.
American Diabetes Association, 2010, Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus, Diabetes Care Journal, 33, 562-569.
American Diabetes Association, 2014, Diagnosing Diabetes and Learning About
Prediabetes,http://www.diabetes.org/diabetes-
basics/diagnosis/?loc=db-slabnav, diakses pada tanggal 26 Oktober
2014.
Bhale, D.V., 2013, Comparitive Study of Blood Glucose, Glycosylated
Hemoglobin, Serum Cholesterol, Triglycerides and HDL Levels in Lean,
Nonobese and Obese Type 2 Diabetes Mellitus, International Journal of
Recent Trends in Science And Technology, 8(3), 209-211.
Centers for Disease Control and Prevention of United States, 2011, Body Mass
Index : Considerations for Practitioners,
http://www.cdc.gov/obesity/downloads/bmiforpactitioners.pdf, diakses
tanggal 31 Oktober 2014.
Ceriello, A., Motz, E., 2004, Is oxidative stress the pathogenic mechanism
underlying insulin resistance, diabetes, and cardiovascular disease? The
common soil hypothesis revisited,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14976002, diakses tanggal 26
Oktober 2014.
Chandra, B., 2009, Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 5-6.
Chehrei, A., Sadrnia, S., Keshteli, A., Daneshmand, M., and Rezaei, J., 2007,
Correlation of Dyslipidemia With Waist to Height Ratio, Waist
Circumference, and Body Mass Index in Iranian Adults, Asia Pac J Clin
Nutr, 16 (2), 248-253.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Cheng, P., Neugaard, B., Foulis, P., and Conlin, P.R., 2011, Hemoglobin A1c as a
Predictor of Incident Diabetes, Diabetes Care, 34, 610-615.
Choi, B., and Shi, F., 2001, Risk factors for diabetes mellitus by age and sex :
result of the National Population Health Survey, Diabetologia, 44, 1221-
1231.
Dahlan, M., 2009, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Penerbit Salemba
Medika, Jakarta.
D’adamo, P.J., 2008, Diet Sehat Diabetes sesuai Golongan Darah, PT. Pustaka
Delapratasa, Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Uji Fungsi Alat Klinis dan
Hematologi, http://www.depkes.go.id/downloads/yandu/uji_fungsi_alat_
kimia_klinis_hematologi.pdf, diakses tanggal 08 Mei 2014.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey,
L.M., 2008, Pharmacotherapy : A pathophysiologic Approach, Seventh
edition, Mc Graw Hill, New York, pp. 1210, 1221-1222, 2437-2439.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005, Pharmaceutical care untuk
penyakit Diabetes Mellitus, http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-
content/uploads/2014/02/PCDM.pdf, diakses tanggal 26 Oktober 2014.
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, 2011, Uji Fungsi Alat Kimia Klinis
dan Hematologi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 2.
Dofour, A.K., 2013, Evaluation of Hba1c as an objective marker for monitoring
blood glucose control for Diabetes patients on treatment at Dormaa
Presbyterian Hospital, Thesis, 47-48, Kwame Nkrumah University of
Science and Technology, Kumasi.
Farasat, T., Cheema, A., Khan, M., 2009, Correlation among BMI, Fasting Plasma
Glucose and HbA1c Levels in Subjects with Glycemic Anomalies
Visiting Diabetic Clinics of Lahore, Pakistan J. Zool, 41(3), 173-178.
Fink, H.H., Burgoon, L.A., Mikesky, A.E., 2006, Practical Application in Sport
Nutrition, Jones and Barlett Publishers, Sudbury, p.316.
Gibney, M.J., Margetts, B.M., Kearney, J.M., Arab, L., 2009, Gizi Kesehatan
Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 94.
Gibson, R.S., 2005, Principle of Nutritional Assessment, 2nd
ed., Oxford
University Press, New York, pp.261-262.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Ginis, Z., Ozturk, G., Sirmali, R., Yalcindag, A., Dulgeroglu, Y., Delibasi, T., et
al., 2012, The role of HbA1c as a screening and diagnostic test for
diabetes mellitus in Ankara, Turk J Med Sci, 42(2), 1430-1436.
Guyton, A.C., and Hall, J.E., 2006, Fisiologi Kedokteran, edisi 11, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal.882-889.
Haryono, I.R., dan Prastowo, N.A., 2009, Comparison of the anthropometric
measurements and health risks in people with normal weight according to
the body mass-for-age charts, Medical Journal Indonesia, 18 (1), 41-
42.
Hermawan, A.G., 1991, Komplikasi Obesitas dan Usaha Penanggulangannya,
Cermin Dunia Kedokteran, 68, 39 – 41.
Indriati, E., 2010, Antropometri: Untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi, dan
Olahraga, PT. Citra Aji Parama, Yogyakarta, hal. 1, 84.
Innocent, God, Sandra, and Josiah, 2013, Correlation between body mass index
and blood glucose levels among some Nigerian undergraduates, HOAJ
Biology, 1 - 4.
Irawan, D., 2010, Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007),
Tesis, 25-47, Universitas Indonesia.
Iso, H., Kiyama, M., Naito, Y., Sato, S., Kitamura, A., Iida, M., et al., 1991, The
Relation of Body Fat Distribution and Body Mass with Haemoglobin
A1c, Blood Preassure and Blood Lipids in Urbans Japanese Men, Int J
Epidemiol, 20(1), 88-94.
Kanniyappan, D., Kalidhas, P., and Aruna, R., 2011, Age, gender related
prevalence of cardiovascular risk factors in overweight and obese south
Indian adults, Int J Biol Med Res, 2(2), 513-522.
Kato, M., Takahashi, Y., Matsushita, Y., Mizoue, T., Inoue, M., Kadowaki, T., et
al., 2011, Diabetes mellitus defined by hemoglobin A1c value: Risk
characterization for incidence among Japanese subjects in the JPHC
Diabetes Study, Journal of Diabetes Investigation, 2(5), 359-365.
Kumar, A., 2013, Prevalence of Glycemic Status, Obesity & Waist Circumference
in Punjabi Type 2 Diabetics, Journal of Exercise Science and
Physiotherapy, 9(1), 1-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kumar, S., Mukherjee, S., Mukhopadhyay, P., Pandit, K., Raychaudhuri, M.,
Sengupta, N., et al., 2008, Prevalence of diabetes and impaired fasting
glucose in a selected population with special reference to influence of
family history and anthropometric measurements - the Kolkata
policeman study, J Assoc Physicians India, 56, 841-844.
Lachman, M., 2001, Handbook of Midlife Development, John Wiley & Sons, San
Fransisco, p.356.
Laquatra, 2004, Krause’s Food Nutrition and Diet Therapy, 11th
ed., Saunders,
Pensylvania.
Lipoeto, N., Yerizel, E., Edward, Z., dan Widuri, I., 2007, Hubungan Nilai
Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah, Medika, 23-28.
Liu, K., He, S., Hong, B., Yang, R., Zhou, X., Feng, J., et al., 2013, Over Time,
Do Anthropometric Measures Still Predict Diabetes Incidence in Chinese
Han Nationality Population from Chengdu Community ?, International
Journal of Endocrinology, 2013, 1-8.
Lodico, M., Spaulding, D., and Voegtle, K., 2010, Methods in Educational
Research : from Theory to Practice, John Wiley & Sons, San Fransisco.
Ludji, L., 2014, Korelasi Abdominal Skinfold Thickness dan Body Mass Index
Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di
RSUD Kabupaten Temanggung, Skripsi, 41-55, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Marks, D.B., Marks, A.D., and Smith, C.M., 2010, Biokimia Kedokteran Dasar,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 85.
Martins, R., Jones, J.G., Cumming, S.P., Silva, M.J., Teixeira, A.M., and
Verissimo, M.T., 2012, Glycated hemoglobin and associated risk factors
in older adults, Cardiovascular Diabetology, 11(13), 1-8.
McPhee, S.J., Ganong, W.F., 2011, Pathophysiology of disease: an introduction
to clinical medicine, 5th
Edition, Prentice-Hall International Inc., New
Jersey, pp. 334-335, 556, 566, 570.
Mitchell, R., et al., 2009, Buku Saku : Dasar Patologis Penyakit, Ed. 7,
diterjemahkan oleh Hartono, Andry., hal. 673, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
National Obesity Observatory, 2009, Body Mass Index as a measure of obesity,
http://www.noo.org.uk/uploads/doc789_40_noo_BMI.pdf, diakses
tanggal 31 Oktober 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
National Institutes of Health, 2011, The A1c Test and Diabetes,
http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/A1CTest/, diakses tanggal 30
Oktober 2014.
National Institutes of Health, 2014, Insulin Resistance and Prediabetes,
http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/insulinresistance/, diakses tanggal
26 Oktober 2014.
Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, hal. 37-38, 124, 164-170.
Papalia, D., Old, S., Feldman, D., 2008, Psikologi Perkembangan, Kencana
Prenada Media Grup, Jakarta, hal 86-89.
PERKENI, 2011, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia 2011, PB. Perkeni, Jakarta, hal. 1-3.
Pika, 2011, Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness
terhadap kadar glukosa darah puasa, Skripsi, 43-46, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Pinkney, J., 2002, Prevention and cure of type 2 diabetes, BMJ, 325, 232-233.
Pradhan, A.D., Rifai, N., Buring, J.E., and Ridker, P.M., 2007, HbA1c Predicts
Diabetes but not Cardiovascular Disease in Non-Diabetic Women, Am J
Med, 120(8), 720-727.
Preedy, V., 2012, Handbook of Anthropometry : Physical Measures of Human
Form in Health and Disease, Springer, London, pp. 1258-1260, 1414.
Reinhold, J.A., and Earl,G., 2014, Clinical Therapeutics Primer:Link to the
Evidence for the Ambulatory Care Pharmacist, Jones & Bartlett
Learning, Burlington, pp. 153-154.
Rivers, K., Hanna-Mahase, C., Frankson, M., Peter, S., 2013, Association
between Obesity and Impaired Glucose Tolerance in New Providence
Adolescents as Demonstrated by the HbA1c Test, West Indian Medical
Journal, 62, 212.
Rowe, P., 2007, Essential Statistics for the Pharmaceutical Sciences, John Wiley
& Sons, London, pp.35-37.
Saikumar, P., Sudha, D., and Chandraselvi, E., 2014, Body Mass Index Changes
in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus, World Applied Sciences
Journal, 30(10), 1238-1242.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Santrock, J., 2004, Life-Span Development, 9th
Ed., The McGraw-Hill Company,
New York.
Saryono, 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan : Penuntun Praktis Bagi
Pemula, PT. Mitra Cendikia Press, Yogyakarta, hal. 49.
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, Sagung Seto, Jakarta, hal. 100.
Sherwood, L., 2011, Fisiologi Manusia : Dari sel ke sistem, Ed. 6, diterjemahkan
oleh Brahm, Pendit., hal. 786, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Tanaka, M., Yoshida, T., Bin, W., Fukuo, K., and Kazumi, T., 2012, FTO,
Abdominal Adiposity, Fasting Hyperglycemia Associated with Elevated
HbA1c in Japanese Middle Aged Women, J Atheroscler Thromb, 19,
633-642.
Tandra, H., 2008, Diabetes : Tanya jawab lengkap dengan ahlinya, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, hal 26.
The International Expert Committee, 2009, International Expert Committee report
on the role of the A1C assay in the diagnosis of diabetes, Diabetes Care,
32(7), 1327–1334.
Theresia, L., 2012, Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah
pada Pedagang Pusat Pasar Medan, Skripsi, 26-29, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Ulijaszek, S.J., 2005, Anthropometry: The Individual and the Population,
Cambridge University Press, London, p.10.
Wagesetiawan, C., 2007, Hubungan tingkat hipertensi dengan kejadian
mikroalbuminuria pada anak obesitas usia 12-14 tahun, Skripsi, 45-52,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Waspadji, S., Sukardji, K., dan Oktarina, M., 2004, Pedoman Diet Diabetes
Melitus, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Weiner, J., 2007, Measurement: Reliability and Validity Measures, Johns Hopkins
Bloomberg School of Public Health,
http://ocw.jhsph.edu/courses/hsre/PDFs/HSRE_lect7_weiner.pdf, diakses
tanggal 31 Oktober 2014.
World Health Organization, 2006, BMI Classification,
http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html , diakses
tanggal 18 Mei 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
World Health Organization and International Diabetes Federation, 2004, Diabetes
action now : An initiative of the World Health Organization and the
International Diabetes Federation,
http://www.who.int/diabetes/actionnow/en/DANbooklet.pdf, diakses
tanggal 31 Oktober 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 3. Surat Izin Peminjaman Tempat Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Responden Wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 5. Leaflet Tampak Depan
Lampiran 6. Leaflet Tampak Belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 7. Informed Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Lampiran 8. Pedoman Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 9. Form Pengukuran Antropometri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Lampiran 10. Sertifikat Peneraan Timbangan Badan
Lampiran 11.
Sertifikat
Peneraan
Pengukur
Tinggi Badan
Lampiran 12.
Sertifikat
Peneraan
Pengukur
Tinggi Badan
Timbangan
berat badan
48
48 Mean 48,14
48,5 SD 0,219089
48,2 CV 0,455%
48
Tinggi Badan
149,5
150 Mean 149,72
149,4 SD 0,258844
149,9 CV 0,173%
149,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 11. Sertifikat Peneraan Pengukur Tinggi Badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 12. Uji Validitas dan Reliabilitas Intrumen Penelitian
NO Timbangan Berat
Badan (kg)
Mean SD CV (%)
1 48
48,14
0,22
0,455%
2 48
3 48,50
4 48,20
5 48
NO Pengukur Tinggi
Badan (cm)
Mean SD CV (%)
1 149,50
149,72
0,26
0,173%
2 150
3 149,40
4 149,90
5 149,80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Lampiran 13. SOP Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan
SOP Pengukuran Berat Badan :
1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik dengan cara
mengatur penunjuk angka tepat di angka “nol”.
2. Meminta responden melepas alas kaki dan meletakkan barang bawaan di
meja.
3. Meminta responden naik ke atas timbangan, dengan posisi tegak lurus.
4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak lurus
dengan angka, kemudian mencatat hasil pengukuran pada kartu status
antropometri.
SOP Pengukuran Tinggi Badan :
1. Pengukur tinggi badan ditempelkan pada dinding datar.
2. Meminta responden melepas alas kaki dan berdiri dengan posisi tegak
lurus pada dinding.
3. Pengukur tinggi badan ditarik hingga menyentuh ujung kepala responden,
kemudian mencatat hasil pengukuran pada kartu status antropometri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Lampiran 14. Deskriptif dan Uji Normalitas Usia Responden
Descriptives
Statistic Std. Error
Usia Mean 44,077 ,4349
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 43,204
Upper Bound 44,950
5% Trimmed Mean 43,987
Median 44,000
Variance 9,837
Std. Deviation 3,1364
Minimum 40,0
Maximum 50,0
Range 10,0
Interquartile Range 6,0
Skewness ,307 ,330
Kurtosis -1,225 ,650
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Umur ,150 52 ,005 ,919 52 ,002
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 15. Deskriptif dan Uji Normalitas Body Mass Index
Descriptives
Statistic Std. Error
BMI Mean 25,3123 ,45590
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 24,3970
Upper Bound 26,2275
5% Trimmed Mean 25,2391
Median 25,4635
Variance 10,808
Std. Deviation 3,28754
Minimum 18,90
Maximum 34,71
Range 15,81
Interquartile Range 4,75
Skewness ,341 ,330
Kurtosis ,153 ,650
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
BMI ,065 52 ,200 ,985 52 ,762
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c
Descriptives
Statistic Std. Error
HbA1c Mean 5,5215 ,06526
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 5,3905
Upper Bound 5,6526
5% Trimmed Mean 5,4805
Median 5,4200
Variance ,221
Std. Deviation ,47059
Minimum 4,93
Maximum 7,73
Range 2,80
Interquartile Range ,58
Skewness 2,129 ,330
Kurtosis 8,341 ,650
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
HbA1c ,104 52 ,200* ,841 52 ,000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c pada Kelompok Body
Mass Index ≥ 25 kg/m2 dan < 25 kg/m
2
1. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c pada Kelompok Body Mass Index ≥
25 kg/m2
Descriptives
Statistic Std. Error
HbA1C dengan BMI ≥ 25 Mean 5,5632 ,10858
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 5,3404
Upper Bound 5,7860
5% Trimmed Mean 5,4988
Median 5,4150
Variance ,330
Std. Deviation ,57455
Minimum 4,93
Maximum 7,73
Range 2,80
Interquartile Range ,66
Skewness 2,087 ,441
Kurtosis 6,567 ,858
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
HbA1C dengan BMI ≥ 25 ,135 28 ,200* ,823 28 ,000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
2. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c pada Kelompok Body Mass Index <
25 kg/m2
Descriptives
Statistic Std. Error
HbA1C dengan BMI < 25 Mean 5,4729 ,06421
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 5,3401
Upper Bound 5,6057
5% Trimmed Mean 5,4674
Median 5,4550
Variance ,099
Std. Deviation ,31457
Minimum 4,97
Maximum 6,08
Range 1,11
Interquartile Range ,45
Skewness ,263 ,472
Kurtosis -,610 ,918
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
HbA1C dengan BMI < 25 ,092 24 ,200* ,969 24 ,642
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 18. Uji Komparatif antara HbA1c pada kelompok Body Mass
Index ≥ 25 kg/m2
dan < 25 kg/m2
Test Statisticsa
Komparatif HbA1c
Mann-Whitney U 332,000
Wilcoxon W 632,000
Z -,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,941
a. Grouping Variable: skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 19. Uji Korelasi Pearson antara Body Mass Index dengan HbA1c
Correlations
BMI HbA1c
BMI Pearson Correlation 1 -,039
Sig. (2-tailed) ,781
N 52 52
HbA1c Pearson Correlation -,039 1
Sig. (2-tailed) ,781
N 52 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Bonaventura Sukintoko
Pramudyo. Penulis lahir di Semarang, 01 Juli 1993,
serta merupakan anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Yusup Sumarwoto dan Fransisca Retno
Pujiastuti. Pendidikan awal penulis dimulai di TK
Pertiwi Semarang (1997-1999), kemudian SDN
Gajahmungkur 03 Semarang (1999-2005), SMP
Theresiana 01 Semarang (2005-2008), SMK
Theresiana Semarang Program Studi Farmasi (2008-
2011). Pada tahun 2011, penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi. Selama
kuliah, penulis aktif sebagai pengurus beberapa
kegiatan seperti Ketua UKM PSM Cantus Firmus periode januari-desember 2013,
stage manager dalam Konser “Poelang Kampung” PSM Cantus Firmus, volunteer
dalam Kampanye Informasi Obat, anggota Humas Aksi Hari Kesehatan dan
Lingkungan Hidup, serta anggota divisi tempat dalam tim panitia Bali
International Choir Competition 2012 PSM Cantus Firmus. Penulis juga meraih
medali emas dalam Bali International Choir Competition 2012, Juara harapan 2
dalam Business Plan Competition 2013, serta Peserta Lomba Debat Nasional
Kefarmasian UGM 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI