eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ......
-
Upload
vuongkhuong -
Category
Documents
-
view
293 -
download
4
Transcript of eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ......
SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...
741
Abstrak: Nilai dasar demokrasi adalah kepatuhan kepada norma hukum dan ketertiban adalah ciri
karakter warga negara demokratis. Karakter itu dapat diwujudkan melalui Pendidikan Kewarga-
negaraan (PKn) berbasis karakter kepatuhan peserta didik di persekolahan, khususnya peserta didik
tingkat SMP terhadap norma ketertiban. Pada beberapa SMP di Banjarmasin masih terdapat peserta
didiknya yang memiliki kepatuhan terhadap norma ketertiban di sekolah dengan kategori tinggi, sedang,
dan rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PKn
untuk penyusunan model pembinaan karakter kepatuhan terhadap norma ketertiban sebagai upaya
menyiapkan warga negara demokratis di sekolah. Metode penelitian dilakukan secara kualitatif. Teknik
pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Teknik analisis data memakai analisis kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa RPP PKn belum berbasis domain afektif dan belum meng-
integrasikan karakter kepatuhan.
Kata-kata kunci: Demokratis, karakter kepatuhan, pendidikan kewarganegaraan, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran
Abstract: The basic value of democration are the obedience to norms of law and orderliness, which is
also become the characteristic of a democratic citizhen. The character could be thought through the civics
education based on the character of obedience of student at school, especially to student at secondary
level (SMP). For some schools at secondary level in Banjarmasin, there are students who have the
obedience to the norm of orderliness with high, medium, and low category. The purpose of this study is
to explore the lesson plan of civics education for organizing the model of building obedience character to
the norms of orderliness as the effort in preparing democratic citizen at school. This study used a
qualitative method. The technic used in collecting data is documentation study. The data was analyzed
by a qualitative analysis. The result of this study is that the lesson plan of civics education still not
based on affective domain and also not integrating the obedience character yet.
Key words: democratic, obedience character, civics education, and lesson plan
STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI SMP NEGERI BANJARMASIN
SarbainiProgram Studi Pendidikan Kewarganegaraan FKIP Unlam Banjarmasin
Email: [email protected]
JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
742
PENDAHULUAN
Nilai-Moral Demokratis adalah salah satu dari
10 Nilai Luhur yang terdapat dalam tujuan
Pendidikan Nasional sebagai Moralitas atau
Keharusan yang harus dibina dalam jenjang pen-
didikan dasar dan menengah. Nilai dasar demo-
krasi adalah kepatuhan kepada norma hukum
dan ketertiban merupakan ciri kehidupan warga
negara demokratis (Cornish, 2008; Passini &
Morselli, 2008a; Passini & Morselli, 2008b; Passini
& Morselli, 2009; Megawangi, 2005; Edmundson,
2010; dan Winataputra, 2006). Hal itu dapat di-
wujudkan melalui PKn berbasis karakter kepa-
tuhan peserta didik di persekolahan, khususnya
peserta didik tingkat SMP terhadap norma ke-
tertiban (Sarbaini, 2009, 2011, 2012, 2014, 2015)
Perilaku ketidakpatuhan peserta didik tingkat
SMP terhadap norma ketertiban di sekolah di-
pacu oleh fenomena ketidakpatuhan pada kaidah-
kaidah normatif, tradisi, dan hukum formal di
masyarakat. Pola pembinaan kepatuhan di se-
kolah yang didominasi model kekerasan berbasis
otoritas dan model tradisional semata (Piaget,
1975; Yayasan Perlindungan Hak Anak, 2006)
hanya membentuk kepatuhan semu, atau kon-
formitas belaka yang bertentangan dengan upaya
menyiapkan warga negara demokratis. Peserta
didik tingkat SMP yang berada dalam masa tran-
sisi menuju masa kedewasaan juga turut menen-
tukan kondisi kepatuhan terhadap norma di
masa depan.
Pada beberapa SMP di Banjarmasin terdapat
peserta didiknya yang memiliki kepatuhan ter-
hadap norma ketertiban di sekolah dengan kate-
gori tinggi, sedang dan rendah. Kategori kepa-
tuhan peserta didik terhadap norma ketertiban
di sekolah, sedikitnya dikontribusi oleh mata pe-
lajaran PKn, karena salah satu standar kompe-
tensinya adalah menunjukkan sikap positif ter-
hadap norma-norma yang berlaku dalam kehi-
dupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
termasuk norma ketertiban di sekolah. Untuk itu
diperlukan eksplorasi model pembelajaran PKn
yang sedang dilaksanakan, dalam rangka meng-
hasilkan model alternatif pembinaan karakter
kepatuhan terhadap norma ketertiban di sekolah
sebagai dasar pembentukan sikap positif terhadap
norma-norma yang berlaku. Hal demikian me-
numbuhkan pertanyaan, bagaimanakah model
pembelajaran PKn dalam rangka pembinaan
karakter kepatuhan terhadap norma ketertiban
di sekolah terhadap peserta didik, agar bersikap
positif terhadap norma ketertiban di sekolah.
Artikel ini bertujuan untuk memaparkan eksplo-
rasi terhadap RPP PKn dalam kerangka penyu-
sunan model awal dan model utama pembelajaran
pembinaan karakter kepatuhan terhadap norma
dalam mata pelajaran PKn di SMP Negeri Banjarmasin
yang siap diuji efektivitasnya yang bermanfaat
secara konseptual, teoritis, alternatif dan referensi
model pembinaan karakter kepatuhan di sekolah.
METODE
Metode penelitian dilakukan secara kualitatif.
Lokasi penelitian dipilih berdasarkan kriteria (based
criteria selection), yaitu berdasarkan kategori kepa-
tuhan peserta didik terhadap norma ketertiban
pada SMP di Banjarmasin, meliputi kategori tinggi,
sedang dan rendah, yakni SMPN 3, SMPN 15 dan
SMPN 30. Penentuan sampel sekolah dan kelas
didasarkan kualitas pembinaan kepatuhan ber-
basis prestasi akademik dan non akademik sekolah.
Subyek penelitian adalah guru PKn. Teknik pengum-
pulan data menggunakan observasi, wawancara,
studi dokumentasi dan FGD. Teknik analisis data
memakai analisis kualitatif. Untuk menemukan
model awal dan pengembangan model utama pem-
binaan, maka langkah-langkah penelitian yang
dilakukan diinspirasi oleh 10 langkah penelitian
Gall, Gall and Borg (2003). Oleh karena peneli-
tian ini masih berada pada tahapan pertama, maka
penelitian ini hanya dilakukan dalam tiga lang-
kah saja. Tahap awal berupa studi pustaka, per-
siapan teknis prosedural dan psikologis, serta studi
lapangan. Tahap kedua, penyusunan model awal,
yang ditemukan di lokasi penelitian. Model ini
dikembangkan bersama dengan para guru PKn
melalui FGD dengan kegiatan penyusunan
komponen model utama, yaitu; materi, prosedur
pembelajaran, media dan prosedur evaluasi. Tahap
Ketiga berupa uji coba model awal, yaitu peneliti
melalui uji rasional (logical construct) terhadap
materi model (content construct) dengan para guru
PKn di Banjarmasin melalui FGD. Kemudian
dilanjutkan dengan revisi model utama. Dalam arti-
kel ini hanya dipaparkan kegiatan penelitian tahap
awal, yaitu studi lapangan terhadap dokumen
SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...
743
RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, dengan
materi norma-norma di Masyarakat.
HASIL DAN DISKUSI
1. Tujuan
Secara umum rumusan tujuan Kompetensi
Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15
dan SMP Negeri 32 cenderung sama, namun
untuk SMP Negeri 3 cenderung berbeda. Untuk
variasi dan kadar kata kerja yang digunakan dalam
rumusan tujuan, maka SMP Negeri 3 lebih banyak
dan lebih tinggi kadarnya dari dari pada SMPN
15 dan SMPN 30. Muatan aspek dari kata kerja
operasional yang digunakan dalam perumusan
tujuan untuk KD 1, seluruhnya beraspek kog-
nitif. Kata kerja operasional untuk KD 2 dan 3,
hampir semuanya beraspek kognitif, dan sisanya
beraspek psikomotor.
Tujuan sangat penting dalam pembelajaran,
sebab pembelajaran merupakan tindakan sengaja
dan beralasan. Sebagai tindakan sengaja, karena
selalu dimaksudkan untuk mencapai tujuan,
utamanya memfasilitasi peserta didik dalam
belajar. Sebagai tindakan beralasan, karena apa
yang diajarkan guru kepada peserta didik, di-
anggap penting oleh si guru (Anderson dan
Krathwohl, 2001). Tujuan-tujuan dalam pembe-
lajaran kekinian dianggap sebagai standar isi,
standar kurikulum, kompetensi peserta didik
(Kendall dan Marzano, 1996; Glatthorn, 1998).
Berbasis hal demikian, artinya PKn yang semes-
tinya menurut Samani dan Haryanto (2012) seba-
gai mata pelajaran yang berdampak pembelajaran
sekaligus dampak pengiring, maka nilai-nilai
karakter tertentu yang relevan wajib diukur dan
dinilai. Maknanya dalam tujuan pembelajaran
mestinya lebih banyak, paling tidak proporsi se-
imbang antara tujuan yang beraspek afektif, kog-
nitif dan psikomotor.
2. Materi
Jumlah rincian uraian materi untuk KD 1 dan
KD 2 yang dipaparkan guru PKn SMP Negeri 3
lebih banyak dibanding SMPN 15 dan 30, dan
untuk KD 3, jumlah rincian uraian materi di
antara ke 3 SMP Negeri tersebut menunjukkan
jumlah yang sama. Uraian materi KD 1 dan KD
2 yang dipaparkan guru PKn SMP Negeri 3
sudah sesuai dengan tujuan-tujuan pembela-
jaran yang akan dicapai, sementara uraian materi
SMPN 15 dan 30, belum sepenuhnya sesuai, ka-
rena hanya sesuai dengan satu tujuan pembe-
lajaran (materi KD 1, hanya untuk tujuan 1, dan
materi KD 2 hanya tujuan 3), sementara untuk
materi KD 3, 1 tujuan tidak ada uraian materi-
nya. Uraian materi untuk KD 1 seluruhnya ber-
muatan aspek kognitif, sementara KD 2, sebagian
besarnya aspek kognitif, hanya satu uraian yang
bermuatan aspek psikomotor. Muatan materi KD
3 seluruhnya bermuatan aspek psikomotor dalam
rumusan tujuan yang dibuat.
Aspek beralasan suatu pembelajaran bertalian
dengan apa tujuan-tujuan yang ditetapkan guru
untuk siswa. Sementara itu, aspek kesengajaan-
nya berkaitan dengan bagaimana guru membantu
peserta didik meraih tujuan-tujuan tersebut, yakni
lingkungan belajar, aktivitas-aktivitas dan peng-
alaman-pengalaman yang diberikan (Anderson
dan Krathwohl, 2001), materi, peran guru dan
peserta didik, pendekatan (Joyce dan Weil, 1996),
dan ciri pembelajaran (Romizowski, 1981). Materi
yang dikemukakan dalam RPP umumnya hanya
membicarakan tentang pengertian, jenis-jenis,
dan contoh-contoh tentang norma-norma yang
berlaku di masyarakat saja, tidak mengemu-
kakan alasan mengapa orang harus mematuhi
norma, dan apa yang dimaksud dengan mema-
tuhi norma, serta apa saja jenis-jenis kepatuhan
terhadap norma. Materi tentang kepatuhan ter-
hadap norma belum dimasukkan secara khusus.
Padahal dengan adanya materi kepatuhan ini,
siswa akan memahami latar belakang mengapa
manusia harus mematuhi norma, dan bagaimana
kepatuhan terhadap norma yang semestinya se-
orang manusia lakukan. Sebenarnya jika rumu-
san tujuannya dibuat bermuatan aspek afektif,
maka materi bisa dikembangkan ke muatan
afektif. Materi contoh-contoh norma sebenarnya
dapat menjadi pilihan untuk membuat tujuan
yang bermuatan aspek afektif dan psikomotor.
Dengan demikian, materi yang disusun masih
berorientasi pada domain kognitif, dan belum
menggambarkan karakteristik PKn sebagaimana
dimaksud oleh Kurikulum 2013 (Samani dan
Haryanto, 2012).
JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
744
3. Metode
Secara umum metode yang digunakan untuk
pembelajaran PKn yang berkaitan dengan KD 1
dan KD 2 dan KD 3 adalah sama, hanya berbeda
satu variasi, yakni inkuiri (SMP Negeri 3) dan
analisis (SMP Negeri 15 dan SMP Negeri 30). Metode
yang digunakan guru adalah akibat dari pene-
tapan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
yang didominasi oleh domain kognitif, sebagian
kecil domain psikomotorik serta tidak muncul-
nya domain afektif sangat berpengaruh pada metode
pembelajaran yang digunakan. Merujuk pada
pendapat Anderson dan Krathwohl (2001), Joyce
dan Weil (1996), serta Romizowski (1981) maka
metode-metode yang digunakan belum seluruh-
nya memanifestasikan model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran kontekstual,
maupun pendekatan saintifik. Dengan demikian
pemilihan metode belum menggambarkan karak-
teristik PKn sebagaimana dimaksud oleh Kuri-
kulum 2013 (Samani dan Haryanto, 2012).
4. Strategi Pembelajaran terdiridari langkah pendahuluan, intidan penutup
Pengalokasian waktu tatap muka pertemuan
pembelajaran untuk ketiga sekolah relatif sama,
kecuali untuk pembelajaran KD 1 dimana SMP
Negeri 3 mengalokasikan 4 kali pertemuan sedang-
kan SMP Negeri 15 dan 30 dengan 3 kali perte-
muan. Langkah-langkah pendahuluan dalam
perencanaan kegiatan pembelajaran untuk men-
capai KD 1, KD 2, dan KD 3, hampir seluruhnya
telah menempuh langkah pendahuluan yang se-
suai dengan ketentuan, yaitu apersepsi, motivasi,
dan penyampaian informasi kompetensi yang
akan dicapai. Hanya kegiatan presensi yang tidak
dimuat, dan pada KD 1 di SMP Negeri 3, tidak
tampak kegiatan apersepsi.
Langkah inti perencanaan strategi pembela-
jaran yang dilakukan guna mencapai KD 1, me-
nunjukkan langkah pembelajaran yang ber-
orientasi pada aktivitas siswa, dengan menganut
dua pola prosedur pembelajaran. Pola pertama
dilakukan dua sekolah, yakni, sekolah pertama
melakukan satu prosedur yang sama dalam 4 kali
pertemuan, hanya menerapkan metode mem-
baca, berdiskusi, mengerjakan tugas, tanya jawab,
mengerjakan tugas secara kelompok, dan sekolah
kedua, dalam 3 pertemuan, hanya menerapkan
metode ceramah, kajian referensi, diskusi kelom-
pok, presentasi, tanya jawab, dan klarifikasi. Pola
kedua, dilaksanakan satu sekolah, yang menerap-
kan dua prosedur pembelajaran dalam 3 kali per-
temuan, yaitu (1) menerapkan tahapan eksplo-
rasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan menggu-
nakan metode ceramah, mengkaji referensi, diskusi
kelompok, presentasi, tanya jawab, dan klarifi-
kasi guru, (2) menerapkan metode ceramah, dis-
kusi kelompok, presentasi hasil tugas pengama-
tan penerapan norma di sekolah, klarifikasi.
Langkah inti strategi pembelajaran guna men-
capai KD 2, nampaknya sama dalam hal orientasi
pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa.
Pola prosedur pembelajaran yang ditempuh oleh
tiga sekolah juga tampaknya sama dalam pertemuan-
pertemuan pembelajarannya, yaitu menerapkan
metode ceramah, tugas kelompok, presentasi tugas
kelompok, tanya jawab, dan klarifikasi guru. Tidak
demikian halnya dengan strategi pembelajaran
guna mencapai KD 3, meskipun sama dalam hal
orientasi pembelajaran berbasis pada aktivitas
siswa, tetapi pola prosedur pembelajaran yang
diterapkan dalam pertemuan-pertemuannya ber-
beda, yakni pertama, menerapkan metode diskusi
kelompok, bermain peran,dan tanya jawab, dan
kedua, menerapkan metode presentasi laporan
tugas kelompok, tanya jawab, dan klarifikasi guru.
Langkah penutup dalam kegiatan pembela-
jaran untuk KD 1 yang sesuai dengan prinsip
penutup pembelajaran (perangkuman materi
bersama siswa dan penugasan) hanya dilakukan
oleh satu sekolah saja. Dua sekolah masih belum
sesuai karena tidak melakukan perangkuman
materi bersama siswa, namun langsung mem-
berikan penugasan dan melakukan posttest. Ke-
giatan penutup pembelajaran untuk KD 2 me-
miliki kesamaan dengan sebelumnya, hanya
ditambahkan dengan pelaksanaan posttest, dan
penugasan. Penugasan tersebut berupa penu-
gasan kelompok menelaah buku dan mengamati
pelanggaran tata tertib sekolah. Sementara ke-
giatan pembelajaran untuk KD 3 dengan dua kali
pertemuan, dua sekolah agak berbeda dengan
prinsip penutupan pembelajaran, karena mela-
kukan refleksi bersama siswa, tanpa melakukan
penyimpulan, setelah itu dilakukan posttest, dan
SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...
745
dilanjutkan dengan penugasan. Penugasan di-
berikan berupa telaah materi, klipping surat kabar
tentang pelanggaran norma, dan mengamati pe-
laksanaan norma di sekolah sebagai bahan pre-
senstasi kelompok pada pertemuan berikutnya.
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru
memperkuat apa yang dikemukakan oleh Ander-
son dan Krathwohl (2001) bahwa aspek kesenga-
jaan dari tujuan yang ditetapkan guru untuk
suatu pembelajaran berkaitan dengan bagaimana
guru membantu peserta didik meraih tujuan-
tujuan tersebut, yakni aktivitas-aktivitas dan
pengalaman-pengalaman yang diberikan. Juga
menentukan peran guru dan peserta didik, pen-
dekatan pembelajaran yang dilakukan (Joyce dan
Weil, 1996), dan ciri pembelajaran (Romizowski,
1981). Pembelajaran yang dilaksanakan meski
memberi peluang aktivitas kepada peserta didik,
namun masih tetap didominasi aspek kognitif,
sedikit diwarnai domain psikomotor dan domain
afektif, namun belum ada unsur integrasi karak-
ter kepatuhan. Secara umum strategi pembela-
jaran yang digunakan belum menggambarkan
karakteristik PKn sebagaimana dimaksud oleh
Kurikulum 2013 (Samani dan Haryanto, 2012).
5. Media, alat peraga dan sumberpembelajaran.
Media pembelajaran dan alat peraga yang di-
gunakan tidak secara jelas dideskripsikan. Hanya
satu sekolah yang menyatakan menggunakan
gambar dalam kegiatan pembelajaran. Sumber
pembelajaran yang direncanakan guru menggu-
nakan lebih dari satu sumber, bahkan beragam
sumber, yakni terdiri dari buku paket/teks, buku
ajar PKn, contoh norma, orang tua, tokoh masya-
rakat, perilaku guru dan siswa, dan artikel/me-
dia massa.
Media tidak lagi sekedar diposisikan sebagai
sarana yang mengantarkan pembelajaran belaka
sebagaimana dikemukakan Clark (1983). Media
telah menempati posisi baru menurut Kozma
(1991,1994) sebagai atribut yang khas dan dapat
mempengaruhi hasil, motivasi dan pencapaian
tujuan belajar. Selain itu media juga berpengaruh
pada perkembangan anak dalam aspek moral dan
proses sosial (Goswani, 2008), memahami seluk
beluk nilai dan karakter (Ellenwood, 2006), dan
pembentukan karakter (Kafai, Fields, dan Cook,
2007). Sehubungan dengan itu, media, alat peraga
dan sumber pembelajaran yang ditampilkan pada
RPP sampel penelitian belum terkait dengan
integrasi karakter yang diinginkan dan hanya
sekedar sarana mengantarkan pembelajaran.
6. Penilaian Pembelajaran
Dalam perencanaan penilaian kegiatan pem-
belajaran, guru tampaknya menggunakan tes
dan nontes. Penilaian dalam bentuk tes terdiri dari
tes uraian dan tes pilihan ganda, sementara peni-
laian nontes lebih mengarah kepada penilaian
terhadap aktivitas selama diskusi dan hasil kerja.
Penilaian adalah bagian komponen integral
dari proses pembelajaran (Reynold, Livingson,
dan Willson (2009). Kesesuaian antara tujuan,
pembelajaran dan penilaian merupakan hal yang
esensial dalam pembelajaran, termasuk peren-
canaan. Ketidaksesuaian antara tujuan, pembe-
lajaran dan penilaian dapat menimbulkan ma-
salah. Jika penilaian tidak sesuai dengan tujuan,
maka hasil penilaiannya tidak mencerminkan
pencapaian tujuan pembelajaran. Lazimnya ting-
kat kesesuaian diketahui dengan membanding-
kan tujuan, pembelajaran dan penilaian (Ander-
son dan Krathwohl, 2001).
Untuk penilaian test baik dalam bentuk tes
uraian maupun tes pilihan ganda, item-item soal
yang direncanakan untuk menilai penguasaan
materi norma-norma yang berlaku di masyara-
kat, sebagian besar soal cenderung kepada soal-
soal yang menanyakan ranah kognitif, sedikit
sekali soal yang menanyakan ranah psikomotor,
apalagi soal yang menanyakan ranah afektif.
Selain itu materi yang ditanyakan dalam soal di-
lihat dari aspek teoritis-akademik terlalu tinggi
untuk siswa kelas 7. Penilaian yang dirancang
dalam bentuk nontes, seperti penilaian aktivitas
dalam diskusi dan hasil kerja merupakan paduan
penilaian yang berbasis pada kognitif, psikomotor
dan afektif, yakni kualitas kinerja siswa dalam ber-
diskusi dan menghasilkan produk kerja. Namun
tidak terdapat penilaian afektif secara khusus.
Nampak terdapat kesesuaian antara tujuan, pem-
belajaran dan penilaian, namun masih dalam ling-
kup dominasi domain kognitif, belum terlihat nilai-
nilai karakter tertentu yang relevan wajib diukur
dan dinilai sebagaimana dikehendaki (Samani
dan Haryanto, 2012).
JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
746
KESIMPULAN
RPP PKn tentang norma-norma di masyara-
kat belum terintegrasi dengan nilai karakter ter-
tentu, seperti karakter kepatuhan sebagai nilai
karakter yang wajib diukur dan dinilai, namun
masih didominasi oleh domain kognitif dalam
rumusan tujuan, konstruksi materi, rancangan
metode, sumber pembelajaran dan desain peni-
laian, serta belum sepenuhnya tersedia media/alat
peraga.
SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...
747
REFERENSI
Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. 2001. A
Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives. A Bridged Edition. Addison Wesley
Longman, Inc.
Cornish, P. 2008. The Virtue of Obedience and the
Civil Conversation in Aquinas and Murray: Some
Convergence with Democratic Theory. Paper Pre-
pared for Presentation at the 4th Biennial
Henry Symposium on Religion and Politics,
Calvin College, April 26, 2008.
Clark, R. 1983. Reconsidering Research on Learn-
ing from Media. Review of Educational Research
Journal. Vol. 53 (4), pp. 445-449.
Edmundson. 2010. Politica Authority, Moral
Powers and the Intrinsic Value of Obedience.
Oxford Journal of Legal Studies. Vol. 30, Issue
1, pp. 179-191. Online. http://ssrn.com/ab-
stract=1340497, diakses tanggal 20 Maret 2012
Ellenwood, S. 2006. Revisiting Character Educa-
tion; From McGuffrey to Narratives. Journal of
Education. Vol. 187(3). pp 21-43. Retrieved July
28, 2008. from MasterFILE Primier database.
Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. 2003. Edu-
cational Research: an Introduction. Boston: Allyn
& Bacon.
Glatthorn, A.A. 1998. Performance Assessment and
Standards-Base Curricula; The Achievement Cycle.
Larchmont, NY; Eye on Education.
Goswani, U. 2008. Byron Review on the Impact of
New Technologies on Children: A Research Litera-
ture Review Child Development. Annex H to the
Byron Review. Online. http://www.dcsf.gov.
uk/byronreview/pdfs/Goswani%20-Byron%
20Review.pdf. Diakses tanggal 23 Mei 2010.
Joyce, B and Weil, M. 1996. Models of Teaching. Fifth
edition. Englewood Cliffs, MJ:Prentice-Hall.
Kafai, Y.B., Fields, D.A., and Cook,M. 2007. Your
Second Selves: Avatar Design and Identy Play in
a Teen Virtual World. (Under review). Paper
submitted to DiGRA07. Online. http://.gseis.
ucla.edu/faculty/kafai/paper/whyville-pdfs/
DIGRA07_avatar.pdf, diakses 13 Maret 2010.
Kendall, J.S., and Marzano, R.J. 1996. Content
Knowledge. Aurora, CO; Mid-Continent Re-
gional Educational Laboratory.
Kozma, R. 1991. Learning with media. Review of
Educational Research, 61 (2), 179-212. Online.
http://robertkozma.com. Unduh. 30 Januari
2012.
Kozma, R. 1994. Will Media Influence Learning?
Reframing the Debate. Educational Technology,
Research and Development Journal. Vol. 42 (2),
pp. 7-19.
Megawangi, Ratna.2005. Pendidikan Karakter Solusi
yangTepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta:
BPMIGAS dan Star Energi..
Passini, S. & Morselli, D. 2008a. Obedience to an
Illegitimate Demand: the Effect of Perceived
Democracy. Paper presented at the annual meeting
of the ISPP 32st Annual Scientific Meeting, Sciences
Po, Paris, France, July 09, 2008. Online. http:/
/www.allacademic.com/meta/p239205_index.
html. Unduh.25 Juli 2009.
Passini, S. & Morselli, D. 2008b. The Many Facets
of Obedience and Disobedience and Their Role in
Supporting the Ideological Dimension of Democ-
racy. Online.http://www.eesex.ac.uk/events/
generalconference/pisa/paper/PP800.pdf.
Unduh 25 Juli 2009.
Passini, S. & Morselli, D. 2009. Authority Rela-
tionships Between Obedience and Disobedi-
ence. New Ideas in Psychology Journal. Vol 27, pp.
96-106. Online. Journal http://elsevier. com/
locate/newidepssych. Diakses 20 Maret 2009.
Piaget, J. 1975. A donde va la education, in Zapata
G, Roberto.(2000). An Evaluation of Cognitive
Development and Moral Education, Chapter XIV.
[Online. http:// crvp.org/book/ series05/V-4/
chapter_xiv.htm. diakses 10 Nopember 2009.
Reynolds, C.R., Livingson, R.B., & Willson. 2009.
Measurement and Assessment in Education. Sec-
ond edition. Upper Saddle River, New Jersey:
Pearson.
Romiszowski, A.J. 1981. Designing Instructional
Systems. London: Kogan Page, and New York:
Nichols Publishing Co.
Samani, M., dan Haryanto. 2012. Konsep dan Model
Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sarbaini. 2009. Kepatuhan sebagai Nilai Moral
Demokrasi. Jurnal Kependidikan dan Kebuda-
yaan. Jilid 26. No. 1, April 2009.
JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015
748
Sarbaini. 2011. Pengembangan Model Pembinaan
Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Norma
Ketertiban sebagai Upaya Menyiapkan Warga
Negara Demokratis di Sekolah (Studi Kasus
SMA KORPRI Banjarmasin). Disertasi. Ban-
dung: UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.
Sarbaini. 2012. Pembinaan Nilai, Moral, dan Ka-
rakter Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Norma
Ketertiban di sekolah. Landasan Konseptual, Teori,
Juridis, dan Empiris. Banjarmasin: Laborato-
rium Pendidikan Pancasila dan Kewargane-
garaan Program Sudi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan FKIP UNLAM.
Sarbaini. 2014. Good Pratices, Pendidikan Nilai, Moral
dan Karakter Kepatuhan di sekolah. Banjarmasin:
Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewar-
ganegaraan Program Sudi Pendidikan Pan-
casila dan Kewarganegaraan FKIP UNLAM.
Sarbaini. 2015. Model Integrasi Pendidikan Karakter
Kepatuhan dalam Pembelajaran Pendidikan Ke-
warganegaraan. Banjarmasin: Kerjasama AP3Kni
Kalsel dengan Laboratorium Pendidikan Pan-
casila dan Kewarganegaraan Program Sudi
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
FKIP UNLAM.
Winataputra. Udin, S. (2006). “Konsep dan Stra-
tegi PKn di Sekolah; Tinjauan Psiko-Peda-
gogis”. Makalah. Disampaikan pada tanggal
8 Juni 2006 di auditorium Depdiknas. Gedung
A Lantai 3 Senayan Jakarta.
Yayasan Perlindungan Hak Anak. (2006). Draft
Position Paper tentang Kekerasan Anak di Institusi
Pendidikan. Jakarta: YPH