eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ......

11

Transcript of eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ......

Page 1: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.
Page 2: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.
Page 3: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.
Page 4: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...

741

Abstrak: Nilai dasar demokrasi adalah kepatuhan kepada norma hukum dan ketertiban adalah ciri

karakter warga negara demokratis. Karakter itu dapat diwujudkan melalui Pendidikan Kewarga-

negaraan (PKn) berbasis karakter kepatuhan peserta didik di persekolahan, khususnya peserta didik

tingkat SMP terhadap norma ketertiban. Pada beberapa SMP di Banjarmasin masih terdapat peserta

didiknya yang memiliki kepatuhan terhadap norma ketertiban di sekolah dengan kategori tinggi, sedang,

dan rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PKn

untuk penyusunan model pembinaan karakter kepatuhan terhadap norma ketertiban sebagai upaya

menyiapkan warga negara demokratis di sekolah. Metode penelitian dilakukan secara kualitatif. Teknik

pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Teknik analisis data memakai analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa RPP PKn belum berbasis domain afektif dan belum meng-

integrasikan karakter kepatuhan.

Kata-kata kunci: Demokratis, karakter kepatuhan, pendidikan kewarganegaraan, dan rencana

pelaksanaan pembelajaran

Abstract: The basic value of democration are the obedience to norms of law and orderliness, which is

also become the characteristic of a democratic citizhen. The character could be thought through the civics

education based on the character of obedience of student at school, especially to student at secondary

level (SMP). For some schools at secondary level in Banjarmasin, there are students who have the

obedience to the norm of orderliness with high, medium, and low category. The purpose of this study is

to explore the lesson plan of civics education for organizing the model of building obedience character to

the norms of orderliness as the effort in preparing democratic citizen at school. This study used a

qualitative method. The technic used in collecting data is documentation study. The data was analyzed

by a qualitative analysis. The result of this study is that the lesson plan of civics education still not

based on affective domain and also not integrating the obedience character yet.

Key words: democratic, obedience character, civics education, and lesson plan

STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI SMP NEGERI BANJARMASIN

SarbainiProgram Studi Pendidikan Kewarganegaraan FKIP Unlam Banjarmasin

Email: [email protected]

Page 5: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015

742

PENDAHULUAN

Nilai-Moral Demokratis adalah salah satu dari

10 Nilai Luhur yang terdapat dalam tujuan

Pendidikan Nasional sebagai Moralitas atau

Keharusan yang harus dibina dalam jenjang pen-

didikan dasar dan menengah. Nilai dasar demo-

krasi adalah kepatuhan kepada norma hukum

dan ketertiban merupakan ciri kehidupan warga

negara demokratis (Cornish, 2008; Passini &

Morselli, 2008a; Passini & Morselli, 2008b; Passini

& Morselli, 2009; Megawangi, 2005; Edmundson,

2010; dan Winataputra, 2006). Hal itu dapat di-

wujudkan melalui PKn berbasis karakter kepa-

tuhan peserta didik di persekolahan, khususnya

peserta didik tingkat SMP terhadap norma ke-

tertiban (Sarbaini, 2009, 2011, 2012, 2014, 2015)

Perilaku ketidakpatuhan peserta didik tingkat

SMP terhadap norma ketertiban di sekolah di-

pacu oleh fenomena ketidakpatuhan pada kaidah-

kaidah normatif, tradisi, dan hukum formal di

masyarakat. Pola pembinaan kepatuhan di se-

kolah yang didominasi model kekerasan berbasis

otoritas dan model tradisional semata (Piaget,

1975; Yayasan Perlindungan Hak Anak, 2006)

hanya membentuk kepatuhan semu, atau kon-

formitas belaka yang bertentangan dengan upaya

menyiapkan warga negara demokratis. Peserta

didik tingkat SMP yang berada dalam masa tran-

sisi menuju masa kedewasaan juga turut menen-

tukan kondisi kepatuhan terhadap norma di

masa depan.

Pada beberapa SMP di Banjarmasin terdapat

peserta didiknya yang memiliki kepatuhan ter-

hadap norma ketertiban di sekolah dengan kate-

gori tinggi, sedang dan rendah. Kategori kepa-

tuhan peserta didik terhadap norma ketertiban

di sekolah, sedikitnya dikontribusi oleh mata pe-

lajaran PKn, karena salah satu standar kompe-

tensinya adalah menunjukkan sikap positif ter-

hadap norma-norma yang berlaku dalam kehi-

dupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

termasuk norma ketertiban di sekolah. Untuk itu

diperlukan eksplorasi model pembelajaran PKn

yang sedang dilaksanakan, dalam rangka meng-

hasilkan model alternatif pembinaan karakter

kepatuhan terhadap norma ketertiban di sekolah

sebagai dasar pembentukan sikap positif terhadap

norma-norma yang berlaku. Hal demikian me-

numbuhkan pertanyaan, bagaimanakah model

pembelajaran PKn dalam rangka pembinaan

karakter kepatuhan terhadap norma ketertiban

di sekolah terhadap peserta didik, agar bersikap

positif terhadap norma ketertiban di sekolah.

Artikel ini bertujuan untuk memaparkan eksplo-

rasi terhadap RPP PKn dalam kerangka penyu-

sunan model awal dan model utama pembelajaran

pembinaan karakter kepatuhan terhadap norma

dalam mata pelajaran PKn di SMP Negeri Banjarmasin

yang siap diuji efektivitasnya yang bermanfaat

secara konseptual, teoritis, alternatif dan referensi

model pembinaan karakter kepatuhan di sekolah.

METODE

Metode penelitian dilakukan secara kualitatif.

Lokasi penelitian dipilih berdasarkan kriteria (based

criteria selection), yaitu berdasarkan kategori kepa-

tuhan peserta didik terhadap norma ketertiban

pada SMP di Banjarmasin, meliputi kategori tinggi,

sedang dan rendah, yakni SMPN 3, SMPN 15 dan

SMPN 30. Penentuan sampel sekolah dan kelas

didasarkan kualitas pembinaan kepatuhan ber-

basis prestasi akademik dan non akademik sekolah.

Subyek penelitian adalah guru PKn. Teknik pengum-

pulan data menggunakan observasi, wawancara,

studi dokumentasi dan FGD. Teknik analisis data

memakai analisis kualitatif. Untuk menemukan

model awal dan pengembangan model utama pem-

binaan, maka langkah-langkah penelitian yang

dilakukan diinspirasi oleh 10 langkah penelitian

Gall, Gall and Borg (2003). Oleh karena peneli-

tian ini masih berada pada tahapan pertama, maka

penelitian ini hanya dilakukan dalam tiga lang-

kah saja. Tahap awal berupa studi pustaka, per-

siapan teknis prosedural dan psikologis, serta studi

lapangan. Tahap kedua, penyusunan model awal,

yang ditemukan di lokasi penelitian. Model ini

dikembangkan bersama dengan para guru PKn

melalui FGD dengan kegiatan penyusunan

komponen model utama, yaitu; materi, prosedur

pembelajaran, media dan prosedur evaluasi. Tahap

Ketiga berupa uji coba model awal, yaitu peneliti

melalui uji rasional (logical construct) terhadap

materi model (content construct) dengan para guru

PKn di Banjarmasin melalui FGD. Kemudian

dilanjutkan dengan revisi model utama. Dalam arti-

kel ini hanya dipaparkan kegiatan penelitian tahap

awal, yaitu studi lapangan terhadap dokumen

Page 6: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...

743

RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, dengan

materi norma-norma di Masyarakat.

HASIL DAN DISKUSI

1. Tujuan

Secara umum rumusan tujuan Kompetensi

Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15

dan SMP Negeri 32 cenderung sama, namun

untuk SMP Negeri 3 cenderung berbeda. Untuk

variasi dan kadar kata kerja yang digunakan dalam

rumusan tujuan, maka SMP Negeri 3 lebih banyak

dan lebih tinggi kadarnya dari dari pada SMPN

15 dan SMPN 30. Muatan aspek dari kata kerja

operasional yang digunakan dalam perumusan

tujuan untuk KD 1, seluruhnya beraspek kog-

nitif. Kata kerja operasional untuk KD 2 dan 3,

hampir semuanya beraspek kognitif, dan sisanya

beraspek psikomotor.

Tujuan sangat penting dalam pembelajaran,

sebab pembelajaran merupakan tindakan sengaja

dan beralasan. Sebagai tindakan sengaja, karena

selalu dimaksudkan untuk mencapai tujuan,

utamanya memfasilitasi peserta didik dalam

belajar. Sebagai tindakan beralasan, karena apa

yang diajarkan guru kepada peserta didik, di-

anggap penting oleh si guru (Anderson dan

Krathwohl, 2001). Tujuan-tujuan dalam pembe-

lajaran kekinian dianggap sebagai standar isi,

standar kurikulum, kompetensi peserta didik

(Kendall dan Marzano, 1996; Glatthorn, 1998).

Berbasis hal demikian, artinya PKn yang semes-

tinya menurut Samani dan Haryanto (2012) seba-

gai mata pelajaran yang berdampak pembelajaran

sekaligus dampak pengiring, maka nilai-nilai

karakter tertentu yang relevan wajib diukur dan

dinilai. Maknanya dalam tujuan pembelajaran

mestinya lebih banyak, paling tidak proporsi se-

imbang antara tujuan yang beraspek afektif, kog-

nitif dan psikomotor.

2. Materi

Jumlah rincian uraian materi untuk KD 1 dan

KD 2 yang dipaparkan guru PKn SMP Negeri 3

lebih banyak dibanding SMPN 15 dan 30, dan

untuk KD 3, jumlah rincian uraian materi di

antara ke 3 SMP Negeri tersebut menunjukkan

jumlah yang sama. Uraian materi KD 1 dan KD

2 yang dipaparkan guru PKn SMP Negeri 3

sudah sesuai dengan tujuan-tujuan pembela-

jaran yang akan dicapai, sementara uraian materi

SMPN 15 dan 30, belum sepenuhnya sesuai, ka-

rena hanya sesuai dengan satu tujuan pembe-

lajaran (materi KD 1, hanya untuk tujuan 1, dan

materi KD 2 hanya tujuan 3), sementara untuk

materi KD 3, 1 tujuan tidak ada uraian materi-

nya. Uraian materi untuk KD 1 seluruhnya ber-

muatan aspek kognitif, sementara KD 2, sebagian

besarnya aspek kognitif, hanya satu uraian yang

bermuatan aspek psikomotor. Muatan materi KD

3 seluruhnya bermuatan aspek psikomotor dalam

rumusan tujuan yang dibuat.

Aspek beralasan suatu pembelajaran bertalian

dengan apa tujuan-tujuan yang ditetapkan guru

untuk siswa. Sementara itu, aspek kesengajaan-

nya berkaitan dengan bagaimana guru membantu

peserta didik meraih tujuan-tujuan tersebut, yakni

lingkungan belajar, aktivitas-aktivitas dan peng-

alaman-pengalaman yang diberikan (Anderson

dan Krathwohl, 2001), materi, peran guru dan

peserta didik, pendekatan (Joyce dan Weil, 1996),

dan ciri pembelajaran (Romizowski, 1981). Materi

yang dikemukakan dalam RPP umumnya hanya

membicarakan tentang pengertian, jenis-jenis,

dan contoh-contoh tentang norma-norma yang

berlaku di masyarakat saja, tidak mengemu-

kakan alasan mengapa orang harus mematuhi

norma, dan apa yang dimaksud dengan mema-

tuhi norma, serta apa saja jenis-jenis kepatuhan

terhadap norma. Materi tentang kepatuhan ter-

hadap norma belum dimasukkan secara khusus.

Padahal dengan adanya materi kepatuhan ini,

siswa akan memahami latar belakang mengapa

manusia harus mematuhi norma, dan bagaimana

kepatuhan terhadap norma yang semestinya se-

orang manusia lakukan. Sebenarnya jika rumu-

san tujuannya dibuat bermuatan aspek afektif,

maka materi bisa dikembangkan ke muatan

afektif. Materi contoh-contoh norma sebenarnya

dapat menjadi pilihan untuk membuat tujuan

yang bermuatan aspek afektif dan psikomotor.

Dengan demikian, materi yang disusun masih

berorientasi pada domain kognitif, dan belum

menggambarkan karakteristik PKn sebagaimana

dimaksud oleh Kurikulum 2013 (Samani dan

Haryanto, 2012).

Page 7: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015

744

3. Metode

Secara umum metode yang digunakan untuk

pembelajaran PKn yang berkaitan dengan KD 1

dan KD 2 dan KD 3 adalah sama, hanya berbeda

satu variasi, yakni inkuiri (SMP Negeri 3) dan

analisis (SMP Negeri 15 dan SMP Negeri 30). Metode

yang digunakan guru adalah akibat dari pene-

tapan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran

yang didominasi oleh domain kognitif, sebagian

kecil domain psikomotorik serta tidak muncul-

nya domain afektif sangat berpengaruh pada metode

pembelajaran yang digunakan. Merujuk pada

pendapat Anderson dan Krathwohl (2001), Joyce

dan Weil (1996), serta Romizowski (1981) maka

metode-metode yang digunakan belum seluruh-

nya memanifestasikan model pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran kontekstual,

maupun pendekatan saintifik. Dengan demikian

pemilihan metode belum menggambarkan karak-

teristik PKn sebagaimana dimaksud oleh Kuri-

kulum 2013 (Samani dan Haryanto, 2012).

4. Strategi Pembelajaran terdiridari langkah pendahuluan, intidan penutup

Pengalokasian waktu tatap muka pertemuan

pembelajaran untuk ketiga sekolah relatif sama,

kecuali untuk pembelajaran KD 1 dimana SMP

Negeri 3 mengalokasikan 4 kali pertemuan sedang-

kan SMP Negeri 15 dan 30 dengan 3 kali perte-

muan. Langkah-langkah pendahuluan dalam

perencanaan kegiatan pembelajaran untuk men-

capai KD 1, KD 2, dan KD 3, hampir seluruhnya

telah menempuh langkah pendahuluan yang se-

suai dengan ketentuan, yaitu apersepsi, motivasi,

dan penyampaian informasi kompetensi yang

akan dicapai. Hanya kegiatan presensi yang tidak

dimuat, dan pada KD 1 di SMP Negeri 3, tidak

tampak kegiatan apersepsi.

Langkah inti perencanaan strategi pembela-

jaran yang dilakukan guna mencapai KD 1, me-

nunjukkan langkah pembelajaran yang ber-

orientasi pada aktivitas siswa, dengan menganut

dua pola prosedur pembelajaran. Pola pertama

dilakukan dua sekolah, yakni, sekolah pertama

melakukan satu prosedur yang sama dalam 4 kali

pertemuan, hanya menerapkan metode mem-

baca, berdiskusi, mengerjakan tugas, tanya jawab,

mengerjakan tugas secara kelompok, dan sekolah

kedua, dalam 3 pertemuan, hanya menerapkan

metode ceramah, kajian referensi, diskusi kelom-

pok, presentasi, tanya jawab, dan klarifikasi. Pola

kedua, dilaksanakan satu sekolah, yang menerap-

kan dua prosedur pembelajaran dalam 3 kali per-

temuan, yaitu (1) menerapkan tahapan eksplo-

rasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan menggu-

nakan metode ceramah, mengkaji referensi, diskusi

kelompok, presentasi, tanya jawab, dan klarifi-

kasi guru, (2) menerapkan metode ceramah, dis-

kusi kelompok, presentasi hasil tugas pengama-

tan penerapan norma di sekolah, klarifikasi.

Langkah inti strategi pembelajaran guna men-

capai KD 2, nampaknya sama dalam hal orientasi

pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa.

Pola prosedur pembelajaran yang ditempuh oleh

tiga sekolah juga tampaknya sama dalam pertemuan-

pertemuan pembelajarannya, yaitu menerapkan

metode ceramah, tugas kelompok, presentasi tugas

kelompok, tanya jawab, dan klarifikasi guru. Tidak

demikian halnya dengan strategi pembelajaran

guna mencapai KD 3, meskipun sama dalam hal

orientasi pembelajaran berbasis pada aktivitas

siswa, tetapi pola prosedur pembelajaran yang

diterapkan dalam pertemuan-pertemuannya ber-

beda, yakni pertama, menerapkan metode diskusi

kelompok, bermain peran,dan tanya jawab, dan

kedua, menerapkan metode presentasi laporan

tugas kelompok, tanya jawab, dan klarifikasi guru.

Langkah penutup dalam kegiatan pembela-

jaran untuk KD 1 yang sesuai dengan prinsip

penutup pembelajaran (perangkuman materi

bersama siswa dan penugasan) hanya dilakukan

oleh satu sekolah saja. Dua sekolah masih belum

sesuai karena tidak melakukan perangkuman

materi bersama siswa, namun langsung mem-

berikan penugasan dan melakukan posttest. Ke-

giatan penutup pembelajaran untuk KD 2 me-

miliki kesamaan dengan sebelumnya, hanya

ditambahkan dengan pelaksanaan posttest, dan

penugasan. Penugasan tersebut berupa penu-

gasan kelompok menelaah buku dan mengamati

pelanggaran tata tertib sekolah. Sementara ke-

giatan pembelajaran untuk KD 3 dengan dua kali

pertemuan, dua sekolah agak berbeda dengan

prinsip penutupan pembelajaran, karena mela-

kukan refleksi bersama siswa, tanpa melakukan

penyimpulan, setelah itu dilakukan posttest, dan

Page 8: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...

745

dilanjutkan dengan penugasan. Penugasan di-

berikan berupa telaah materi, klipping surat kabar

tentang pelanggaran norma, dan mengamati pe-

laksanaan norma di sekolah sebagai bahan pre-

senstasi kelompok pada pertemuan berikutnya.

Strategi pembelajaran yang dilakukan guru

memperkuat apa yang dikemukakan oleh Ander-

son dan Krathwohl (2001) bahwa aspek kesenga-

jaan dari tujuan yang ditetapkan guru untuk

suatu pembelajaran berkaitan dengan bagaimana

guru membantu peserta didik meraih tujuan-

tujuan tersebut, yakni aktivitas-aktivitas dan

pengalaman-pengalaman yang diberikan. Juga

menentukan peran guru dan peserta didik, pen-

dekatan pembelajaran yang dilakukan (Joyce dan

Weil, 1996), dan ciri pembelajaran (Romizowski,

1981). Pembelajaran yang dilaksanakan meski

memberi peluang aktivitas kepada peserta didik,

namun masih tetap didominasi aspek kognitif,

sedikit diwarnai domain psikomotor dan domain

afektif, namun belum ada unsur integrasi karak-

ter kepatuhan. Secara umum strategi pembela-

jaran yang digunakan belum menggambarkan

karakteristik PKn sebagaimana dimaksud oleh

Kurikulum 2013 (Samani dan Haryanto, 2012).

5. Media, alat peraga dan sumberpembelajaran.

Media pembelajaran dan alat peraga yang di-

gunakan tidak secara jelas dideskripsikan. Hanya

satu sekolah yang menyatakan menggunakan

gambar dalam kegiatan pembelajaran. Sumber

pembelajaran yang direncanakan guru menggu-

nakan lebih dari satu sumber, bahkan beragam

sumber, yakni terdiri dari buku paket/teks, buku

ajar PKn, contoh norma, orang tua, tokoh masya-

rakat, perilaku guru dan siswa, dan artikel/me-

dia massa.

Media tidak lagi sekedar diposisikan sebagai

sarana yang mengantarkan pembelajaran belaka

sebagaimana dikemukakan Clark (1983). Media

telah menempati posisi baru menurut Kozma

(1991,1994) sebagai atribut yang khas dan dapat

mempengaruhi hasil, motivasi dan pencapaian

tujuan belajar. Selain itu media juga berpengaruh

pada perkembangan anak dalam aspek moral dan

proses sosial (Goswani, 2008), memahami seluk

beluk nilai dan karakter (Ellenwood, 2006), dan

pembentukan karakter (Kafai, Fields, dan Cook,

2007). Sehubungan dengan itu, media, alat peraga

dan sumber pembelajaran yang ditampilkan pada

RPP sampel penelitian belum terkait dengan

integrasi karakter yang diinginkan dan hanya

sekedar sarana mengantarkan pembelajaran.

6. Penilaian Pembelajaran

Dalam perencanaan penilaian kegiatan pem-

belajaran, guru tampaknya menggunakan tes

dan nontes. Penilaian dalam bentuk tes terdiri dari

tes uraian dan tes pilihan ganda, sementara peni-

laian nontes lebih mengarah kepada penilaian

terhadap aktivitas selama diskusi dan hasil kerja.

Penilaian adalah bagian komponen integral

dari proses pembelajaran (Reynold, Livingson,

dan Willson (2009). Kesesuaian antara tujuan,

pembelajaran dan penilaian merupakan hal yang

esensial dalam pembelajaran, termasuk peren-

canaan. Ketidaksesuaian antara tujuan, pembe-

lajaran dan penilaian dapat menimbulkan ma-

salah. Jika penilaian tidak sesuai dengan tujuan,

maka hasil penilaiannya tidak mencerminkan

pencapaian tujuan pembelajaran. Lazimnya ting-

kat kesesuaian diketahui dengan membanding-

kan tujuan, pembelajaran dan penilaian (Ander-

son dan Krathwohl, 2001).

Untuk penilaian test baik dalam bentuk tes

uraian maupun tes pilihan ganda, item-item soal

yang direncanakan untuk menilai penguasaan

materi norma-norma yang berlaku di masyara-

kat, sebagian besar soal cenderung kepada soal-

soal yang menanyakan ranah kognitif, sedikit

sekali soal yang menanyakan ranah psikomotor,

apalagi soal yang menanyakan ranah afektif.

Selain itu materi yang ditanyakan dalam soal di-

lihat dari aspek teoritis-akademik terlalu tinggi

untuk siswa kelas 7. Penilaian yang dirancang

dalam bentuk nontes, seperti penilaian aktivitas

dalam diskusi dan hasil kerja merupakan paduan

penilaian yang berbasis pada kognitif, psikomotor

dan afektif, yakni kualitas kinerja siswa dalam ber-

diskusi dan menghasilkan produk kerja. Namun

tidak terdapat penilaian afektif secara khusus.

Nampak terdapat kesesuaian antara tujuan, pem-

belajaran dan penilaian, namun masih dalam ling-

kup dominasi domain kognitif, belum terlihat nilai-

nilai karakter tertentu yang relevan wajib diukur

dan dinilai sebagaimana dikehendaki (Samani

dan Haryanto, 2012).

Page 9: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015

746

KESIMPULAN

RPP PKn tentang norma-norma di masyara-

kat belum terintegrasi dengan nilai karakter ter-

tentu, seperti karakter kepatuhan sebagai nilai

karakter yang wajib diukur dan dinilai, namun

masih didominasi oleh domain kognitif dalam

rumusan tujuan, konstruksi materi, rancangan

metode, sumber pembelajaran dan desain peni-

laian, serta belum sepenuhnya tersedia media/alat

peraga.

Page 10: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

SARBAINI | STUDI TERHADAP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ...

747

REFERENSI

Anderson, L.W. and Krathwohl, D.R. 2001. A

Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing:

A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational

Objectives. A Bridged Edition. Addison Wesley

Longman, Inc.

Cornish, P. 2008. The Virtue of Obedience and the

Civil Conversation in Aquinas and Murray: Some

Convergence with Democratic Theory. Paper Pre-

pared for Presentation at the 4th Biennial

Henry Symposium on Religion and Politics,

Calvin College, April 26, 2008.

Clark, R. 1983. Reconsidering Research on Learn-

ing from Media. Review of Educational Research

Journal. Vol. 53 (4), pp. 445-449.

Edmundson. 2010. Politica Authority, Moral

Powers and the Intrinsic Value of Obedience.

Oxford Journal of Legal Studies. Vol. 30, Issue

1, pp. 179-191. Online. http://ssrn.com/ab-

stract=1340497, diakses tanggal 20 Maret 2012

Ellenwood, S. 2006. Revisiting Character Educa-

tion; From McGuffrey to Narratives. Journal of

Education. Vol. 187(3). pp 21-43. Retrieved July

28, 2008. from MasterFILE Primier database.

Gall, M. D., Gall, J. P., & Borg, W. R. 2003. Edu-

cational Research: an Introduction. Boston: Allyn

& Bacon.

Glatthorn, A.A. 1998. Performance Assessment and

Standards-Base Curricula; The Achievement Cycle.

Larchmont, NY; Eye on Education.

Goswani, U. 2008. Byron Review on the Impact of

New Technologies on Children: A Research Litera-

ture Review Child Development. Annex H to the

Byron Review. Online. http://www.dcsf.gov.

uk/byronreview/pdfs/Goswani%20-Byron%

20Review.pdf. Diakses tanggal 23 Mei 2010.

Joyce, B and Weil, M. 1996. Models of Teaching. Fifth

edition. Englewood Cliffs, MJ:Prentice-Hall.

Kafai, Y.B., Fields, D.A., and Cook,M. 2007. Your

Second Selves: Avatar Design and Identy Play in

a Teen Virtual World. (Under review). Paper

submitted to DiGRA07. Online. http://.gseis.

ucla.edu/faculty/kafai/paper/whyville-pdfs/

DIGRA07_avatar.pdf, diakses 13 Maret 2010.

Kendall, J.S., and Marzano, R.J. 1996. Content

Knowledge. Aurora, CO; Mid-Continent Re-

gional Educational Laboratory.

Kozma, R. 1991. Learning with media. Review of

Educational Research, 61 (2), 179-212. Online.

http://robertkozma.com. Unduh. 30 Januari

2012.

Kozma, R. 1994. Will Media Influence Learning?

Reframing the Debate. Educational Technology,

Research and Development Journal. Vol. 42 (2),

pp. 7-19.

Megawangi, Ratna.2005. Pendidikan Karakter Solusi

yangTepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta:

BPMIGAS dan Star Energi..

Passini, S. & Morselli, D. 2008a. Obedience to an

Illegitimate Demand: the Effect of Perceived

Democracy. Paper presented at the annual meeting

of the ISPP 32st Annual Scientific Meeting, Sciences

Po, Paris, France, July 09, 2008. Online. http:/

/www.allacademic.com/meta/p239205_index.

html. Unduh.25 Juli 2009.

Passini, S. & Morselli, D. 2008b. The Many Facets

of Obedience and Disobedience and Their Role in

Supporting the Ideological Dimension of Democ-

racy. Online.http://www.eesex.ac.uk/events/

generalconference/pisa/paper/PP800.pdf.

Unduh 25 Juli 2009.

Passini, S. & Morselli, D. 2009. Authority Rela-

tionships Between Obedience and Disobedi-

ence. New Ideas in Psychology Journal. Vol 27, pp.

96-106. Online. Journal http://elsevier. com/

locate/newidepssych. Diakses 20 Maret 2009.

Piaget, J. 1975. A donde va la education, in Zapata

G, Roberto.(2000). An Evaluation of Cognitive

Development and Moral Education, Chapter XIV.

[Online. http:// crvp.org/book/ series05/V-4/

chapter_xiv.htm. diakses 10 Nopember 2009.

Reynolds, C.R., Livingson, R.B., & Willson. 2009.

Measurement and Assessment in Education. Sec-

ond edition. Upper Saddle River, New Jersey:

Pearson.

Romiszowski, A.J. 1981. Designing Instructional

Systems. London: Kogan Page, and New York:

Nichols Publishing Co.

Samani, M., dan Haryanto. 2012. Konsep dan Model

Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sarbaini. 2009. Kepatuhan sebagai Nilai Moral

Demokrasi. Jurnal Kependidikan dan Kebuda-

yaan. Jilid 26. No. 1, April 2009.

Page 11: eprints.ulm.ac.ideprints.ulm.ac.id/1262/1/merger.pdf · RPP PKn yang dibuat guru PKn kelas 7, ... Dasar (KD) 1, 2, dan 3 dalam RPP SMP Negeri 15 ... beraspek psikomotor.

JURNAL VIDYA KARYA I JILID 27 N0 7, OKTOBER 2015

748

Sarbaini. 2011. Pengembangan Model Pembinaan

Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Norma

Ketertiban sebagai Upaya Menyiapkan Warga

Negara Demokratis di Sekolah (Studi Kasus

SMA KORPRI Banjarmasin). Disertasi. Ban-

dung: UPI Bandung. Tidak dipublikasikan.

Sarbaini. 2012. Pembinaan Nilai, Moral, dan Ka-

rakter Kepatuhan Peserta Didik Terhadap Norma

Ketertiban di sekolah. Landasan Konseptual, Teori,

Juridis, dan Empiris. Banjarmasin: Laborato-

rium Pendidikan Pancasila dan Kewargane-

garaan Program Sudi Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan FKIP UNLAM.

Sarbaini. 2014. Good Pratices, Pendidikan Nilai, Moral

dan Karakter Kepatuhan di sekolah. Banjarmasin:

Laboratorium Pendidikan Pancasila dan Kewar-

ganegaraan Program Sudi Pendidikan Pan-

casila dan Kewarganegaraan FKIP UNLAM.

Sarbaini. 2015. Model Integrasi Pendidikan Karakter

Kepatuhan dalam Pembelajaran Pendidikan Ke-

warganegaraan. Banjarmasin: Kerjasama AP3Kni

Kalsel dengan Laboratorium Pendidikan Pan-

casila dan Kewarganegaraan Program Sudi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

FKIP UNLAM.

Winataputra. Udin, S. (2006). “Konsep dan Stra-

tegi PKn di Sekolah; Tinjauan Psiko-Peda-

gogis”. Makalah. Disampaikan pada tanggal

8 Juni 2006 di auditorium Depdiknas. Gedung

A Lantai 3 Senayan Jakarta.

Yayasan Perlindungan Hak Anak. (2006). Draft

Position Paper tentang Kekerasan Anak di Institusi

Pendidikan. Jakarta: YPH