PKM-P

24
USULAN PROGAM KREATIFITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TERHADAP ANAK PENDERITA AUTISME UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP OPTIMISME BIDANG KEGIATAN : PKM PENELITIAN Diusulkan oleh : Ketua :Febriana Yustianingrum (L 100120127), angkatan tahun 2012 Anggota 1 :Aqidatussokhikhah (L 100120052), angkatan tahun 2012 Anggota 2 :Aga Puspita Arga (L 100130052), angkatan tahun 2013 Anggota 3 : Kartika Sari (L 100110090), angkatan tahun 2011 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2014/2015

description

berisi tentang bagaimana PKM Penelitian

Transcript of PKM-P

  • USULAN PROGAM KREATIFITAS MAHASISWA

    JUDUL PROGRAM

    KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TERHADAP ANAK

    PENDERITA AUTISME UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP OPTIMISME

    BIDANG KEGIATAN :

    PKM PENELITIAN

    Diusulkan oleh :

    Ketua :Febriana Yustianingrum (L 100120127), angkatan tahun 2012

    Anggota 1 :Aqidatussokhikhah (L 100120052), angkatan tahun 2012

    Anggota 2 :Aga Puspita Arga (L 100130052), angkatan tahun 2013

    Anggota 3 : Kartika Sari (L 100110090), angkatan tahun 2011

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    SURAKARTA

    2014/2015

  • ii

  • iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

    RANGKUMAN .................................................................................................. iv

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

    Penelitian Terdahulu ............................................................................... 3

    Komunikasi Interpersonal ....................................................................... 4

    Orang Tua dan Optimisme Penderita Autis ............................................ 5

    BAB III METODE PENELITIAN......................................................................

    Jenis Penelitian ........................................................................................ 6

    Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................ 6

    Sumber Data Dan Teknik Pemilihan Informan ....................................... 6

    Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 7

    Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 7

    Teknik Analisis Data ............................................................................... 7

    BAB IV ...............................................................................................................

    Rancangan Biaya ..................................................................................... 9

    Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 9

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 10

    LAMPIRAN ........................................................................................................

    A. Lampiran 1 .............................................................................................. 11

    B. Lampiran 2 .............................................................................................. 17

    C. Lampiran 3 .............................................................................................. 19

    D. Lampiran 4 .............................................................................................. 20

  • iv

    RANGKUMAN

    Salah satu penderita kelainan mental yang sering kita hadapi dalam kehidupan

    sehari-hari adalah penderita autisme. Anak penderita autisme rata-rata

    mengalami kendala dalam berinteraksi sosial, mereka memiliki tingkat sikap

    optimis yang kurang. Komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan antara

    orang tua dan anak penderita autisme. Komunikasi interpersonal antara orang

    tua kepada anak autis yang efektif, akan menjadi obat terhadap masalah

    tersebut. Banyak kisah-kisah orang tua yang sukses dalam mendidik anaknya

    yang mengalami gangguan autisme. Pastinya semua berjalan berkat dukungan

    dan didikan yang dia terima terutama dari orang tuanya.

    Dengan penelitian ini, peneliti bermaksud mengetahui bagaimana komunikasi

    interpersonal yang terjadi antara orang tua terhadap anak penderita autis

    untuk menumbuhkan sikap optimis. Sehingga penelitian ini diharapkan

    memberikan manfaat kepada orang tua yang mempunyai anak mengalami

    autism dalam menumbuhkan sikap optimism pada buahhati yang mereka

    sayangi.

    Metode Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan

    pengumpulan data secara wawancara dan observasi. Oleh karena itu akan

    diperoleh gambaran mengenai komunikasi interpersonal antara orang tua dan

    anak penderita autisme untuk menumbuhkan sikap optimism.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kelainan mental adalah fenomena yang masih lazim ditemui Hal

    tersebut bisa berupa autis, down syndrome, hiperaktif, cacat fisik, tuna rungu,

    dan lain-lain. Kelainan mental ini bisa disebabkan karena bawaan sejak lahir

    atau terjadi pada anak yang sedang tumbuh kembang. Kondisi yang demikian,

    membuat cara berkomunikasi yang dilakukan pada mereka pun juga berbeda-

    beda. Tidak mungkin komunikasi pada anak penderita tuna rungu sama

    dengan penderita autis. Karena pada dasarnya kelainan mental yang terjadi

    pada diri mereka memiliki ciri sendiri-sendiri

    Salah satu penderita kelainan mental yang sering kita hadapi dalam

    kehidupan sehari-hari adalah penderita autisme. Anak penderita autisme rata-

    rata mengalami kendala dalam berinteraksi sosial, mereka memiliki tingkat

    sikap optimis yang kurang. Penderita autisme dalam berinteraksipun memiliki

    banyak tipe, mulai dari menyendiri, kelompok anak autisme yang pasif, dan

    anak autisme kelompok aktif tetapi menggunakan cara sendiri. Anak autisme

    dengan kelompok menyendiri lebih sering menghindari kontak fisik, bermain

    dengan sebayanya hanya nyaman sebentar saja, lebih sulit dalam merangkai

    kata-kata, menghabiskan harinya sendiri, ketergantungan pada kegiatan sehari-

    hari yang rutin.

    Namun demikian, anak autisme pada kelompok pasif lebih bisa

    bertahan pada kontak fisik dan mampu bermain dengan kelompok teman

    bergaul, mempunyai perbendaharaan yang lebih banyak walaupun agak

    terlambat bisa berbicara, gangguan pada kelompok pasif tidak seberat

    kelompok menyendiri. Sedangkan anak autisme pada kelompok aktif tetapi

    menggunakan caranya sendiri adalah kelompok yang lebih cepat bisa bicara

    dan memiliki perbendaharaan kata yang banyak, dapat merangkai kata dengan

    baik walaupun terselip kata-kata yang tidak dimengerti, masih bisa ikut

    berbagi rasa dengan teman sebayanya.

    Perbedaan pada tiga kelompok ini terkadang menyulitkan orang tua

    untuk berkomunikasi, orang tua lebih sering menyerahkan cara pembelajaran

    kepada psikiater ataupun psikolog yang ditunjuk. Sedangkan seharusnya anak-

    anak tumbuh dan mengenal dunia dengan sebagian besar peran orang tuanya.

    Komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan antara orang tua dan anak

    penderita autisme. Dengan begitu kekurangan atau masalah yang dialami anak

    penderita autisme bisa didengar, dimengerti oleh orang tua. Komunikasi

    interpersonal antara orang tua kepada anak autis yang efektif, akan menjadi

    obat terhadap masalah tersebut. Banyak kisah-kisah orang tua yang sukses

    dalam mendidik anaknya yang mengalami gangguan autisme. Kisah anak autis

  • 2

    yang bisa bersekolah layaknya anak normal. Mempunyai prestasi dan sikap

    optimis untuk maju seperti anak lainnya. Pada dasarnya anak autis harus

    mempunyai sikap optimis yang kuat agar mereka tidak minder. Pastinya

    semua berjalan berkat dukungan dan didikan yang dia terima terutama dari

    orang tuanya.

    Seperti kisah nyata yang dialami oleh Dewi Candraningrum, Dosen

    Sastra Perempuan di Fakultas Sastra Inggris, Universitas Muhammadiyah

    Surakarta (UMS) yang diliput oleh reporter Arie Sunaryo di merdeka.com

    pada tanggal 21 Desember 2013. Sebuah Feature yang berjudul Kisah

    kesabaran ibu rawat anak autis hingga sukses jadi pelukis memberikan

    gambaran tentang kesuksesan ibu yang merawat sendiri anaknya yang

    menderita autis bahkan menjadi seorang pelukis layaknya anak normal.

    Terlihat apabila komunikasi interpersonal yang terjalin antara orang tua dan

    anak berjalan dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik juga. Ivan Ufuq

    Isfahan sang anak kini sukses menjadi pelukis dan sering menggelar pameran

    hasil karya lukisannya bersama ibunya.

    Akan tetapi, membangun sikap optimism ditengah keterbatasan yang

    mereka miliki tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Proses komunikasi

    sehari-hari antara orang tua dan anak penderita autis sudah susah, apalagi

    komunikasi untuk menumbuhkan sikap optimis mereka. Oleh karena itu

    muncul suatu rumusan masalah bagaimana komunikasi interpersonal yang

    dilakukan orang tua terhadap anak penderita autisme untuk menumbuhkan

    sikap optimisme?

    Dengan penelitian ini, peneliti bermaksud mengetahui bagaimana

    komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua terhadap anak

    penderita autis untuk menumbuhkan sikap optimis. Sehingga penelitian ini

    diharapkan memberikan manfaat kepada orang tua yang mempunyai anak

    mengalami autism dalam menumbuhkan sikap optimism pada buah hati yang

    mereka sayangi.

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    Dari penelitian terdahulu diantaranya mengenai :

    1. Fraudy Yunanto, 2009, Pola Komunikasi Orang tua Terhadap Anak

    Penderita Autisme (Studi Deskriptif Pada Penerapan Komunikasi

    Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme). Dalam penelitian ini tema

    yang diangkat adalah tentang Pola Komunikasi Orangtua Terhadap Anak

    Penderita Autisme. Metoda penelitian ini menggunakan metode deskriptif

    dengan pengumpulan data secara wawancara. Penelitian ini menghasilkan

    kesimpulan bahwa, orang tua yang memiliki anak yang menderita autisme

    banyak mengalami kendala dalam menangani kehidupan anaknya yang

    menderita autism Orang tua mengalami kesulitan dalam berkomunikasi

    baik secara verbal maupun non verbal, dan juga komunikasi antarpribadi.

    2. Desi Dwi Prianti, 2011, Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman

    Komunikasi antar Pribadi Orang Tua-Anak Terhadap pemahaman

    Anak Pada Norma-Norma Perilaku (Kasus Pada Anak Penyandang

    Autisme). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

    Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Relasi dengan waktu

    sangat mempengaruhi kualitas hubungan antar pribadi antaraorang tua dan

    anak penyandang autisme.Semakin sering orang tua mendampingi anak

    autis, orang tua akan semakin mengenal karakter anaknya.

    Pengalaman orang tua dalam berkomunikasi dengan anak autis juga

    dipengaruhi oleh relasi dengan diri sendiri. Sifat empati, positif dan

    suportif yang ditunjukkan orangtua sangat berpengaruh pada kemajuan

    anak. Seperti keberanian orang tua untuk mengakui bahwa anaknya

    menyandang autisme, pujian, usaha mencari informasidan selalu bersikap

    pantang menyerah dalam menghadapi penyakit anak akan sangat

    mendukung dalam perkembangananak autis.

    3. Ida Wiendijarti, 2011, Penelitian terdahulu selanjutnya mengenai

    Penerapan Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dan Anak Dalam

    Pendidikan Seksual. Dalam penelitian ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan pola asuh dan komunikasi interpersonal antara orang tua

    dan anak dalam pendidikan seks remaja. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode kualitatif interpretatif, yang menggabungkan

    penggunaan metode penelitian survai, in-depth-interview dan metode focus

    group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya

    perbedaan perlakuan antara remaja perempuan dan remaja laki-laki dalam

  • 4

    memperoleh perlakuan dalam hal pemberian pendidikan seks. Pada remaja

    perempuan orang tua masih terus memberikan pendampingan dan

    memberikan penjelasan. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak

    memperoleh pengetahuan seksual dari teman ataupun media massa.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain jelas sangat

    berbeda. Penelitian ini mengangkat tema tentang komunikasi interpersonal

    orang tua terhadap anak penderita autisme untuk menumbuhkan sikap optimis.

    Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komunikasi

    interpersonal orang tua yang memiliki anak penderita autisme. Dikarenakan

    peran orang tua sangat penting terhadap perkembangan anaknya, sehingga

    menjadikan alasan utama peneliti menjadikan orang tua sebagai obyek utama.

    Demikian juga peran orang tua yang memiliki anak penderita autisme sangat

    dibutuhkan komunikasi yang efektif yang mampu menumbuhkan sikap

    optimis terhadap anak penderita autis agar berkembang dengan baik.

    B. Komunikasi Interpersonal

    Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjalin atau

    berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil orang. Dengan

    pengertian lain, komunikasi antar pribadi yaitu proses pengiriman pesan dari

    seseorang yang diterima oleh seseorang dengan efek dan timbal balik yang

    langsung (Liliweri, 1997:12).

    Komunikasi antarpribadi berbeda dengan komunikasi biasa.

    Komunikasi antarpribadi ini termasuk komunikasi yang dilakukan oleh dua

    orang yang memiliki hubungan khusus dalam suatu peristiwa tertentu.

    Misalnya komunikasi antara orang tua dan anaknya yang membahas tentang

    apa lomba yang akan diselenggarakan esok hari dan bagaimana persiapan-

    persiapan yang diperlukan, selain itu komunikasi antara ibu dan anak dan

    masih banyak lainnya.

    Dalam buku Hidayat (2012:56) terdapat tiga faktor dalam komunikasi

    antarpribadi yang menumbuhkan relasi antarpribadi yang baik, yaitu :

    1. Percaya (trust) secara ilmiah didefinisikan sebagai upaya perilaku

    orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya

    tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko.

    2. Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam

    komunikasi. Defensive artinya tidak menerima, tidak jujur, tidak

    empati.

    3. Sikap terbuka, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati

    informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

    Komunikasi antarpribadi itu mempunyai keunikan karena selalu

    dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis, dan proses

    psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan.

  • 5

    Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang

    dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik secara langsung

    (Liliweri, 1997:12).

    Komunikasi antarpribadi berbeda dengan komunikasi biasa.

    Komunikasi antarpribadi ini termasuk komunikasi yang dilakukan oleh dua

    orang yang memiliki hubungan khusus dalam suatu peristiwa tertentu.

    Misalnya komunikasi antara orang tua dan anaknya yang membahas tentang

    apa lomba yang akan diselenggarakan esok hari dan bagaimana persiapan-

    persiapan yang diperlukan, selain itu komunikasi antara ibu dan anak dan

    masih banyak lainnya.

    C. Orang Tua Dan Optimisme Penderita Autis

    Orang tua sangat berperan penting dalam menangani anak

    berkebutuhan khusus. Orang tua berlaku sebagai pengambil keputusan,

    seperti memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan masalah

    yang dihadapi anak. Dengan kata lain orang tua harus bisa membangun sikap

    optimisme kepada anak-anak berkebutuhan khusus seperti hal nya anak autis.

    Orang tua harus selalu melihat kesempatan dalam masalah yang terjadi

    kepada anaknya.

    Sikap optimis mendorong anak autis untuk tidak mudah kecewa

    sekalipun harapan yang mereka dapatkan tidak menjadi kenyataan. Sebagian

    besar dari anak autis cenderung susah untuk mengatur emosi, jadi orang tua

    harus mampu memberikan semangat kepada anak penderita autis.

    Seligman (1991) mendeflnisikan sikap optimis sebagai suatu sikap

    yang mengharapkan hasil yang positif dalam menghadapi masalah, dan

    berharap untuk mengatasi stress dan tantangan sehari-hari secara efektif.

    Seligman (1991) menjelaskan terbentuknya pola pikir optimis tergantung juga

    pada cara pandang seseorang pada perasaan dirinya bernilai atau tidak.

    Perasaan bernilai dan berarti biasanya tumbuh dari pengakuan oleh

    lingkungan. Optimisme yang tinggi yang berasal dari dalam diri individu dan

    dukungan yang berupa penghargaan dari orang-orang tertentu membuat

    individu merasa dihargai dan berarti. Kebiasaan berpikir optimis itu bisa

    dipclajari oleh siapa saja, sebab tidak ada seorang pun yang ingin menjadi

    pesimis.

    Dalam kasus ini orang tua bertindak sebagai agen sosialisasi dimana

    orang tua memberi komunikasi kepada anaknya baik komunikasi secara

    verbal maupun non verbal sejak anak masih kecil. Anak-anak akan belajar

    berkomunikasi melalui panca indera. Proses itu akan gagal apabila terlambat

    dilakukan atau terlalu dini dilakukan. Melalui interaksi dalam keluarga, anak

    mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai dalam

    keluarga dan masyarakat.

  • 6

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.

    Penelitian bersifat deskriptif kualitatif bertuuan menggambarkan secara tepat

    sifat-sifat individu, keadaan, gejala, dari kelompok tertentu atau untuk

    menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya

    hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam (Sutopo, 2002:7).

    2. Tempat dan Waktu Penelitian

    a. Tempat dan waktu Penelitian

    Tempat penelitian ini adalah daerah Colomadu, Karanganyar, Jawa

    Tengah yang akan dilakasanakan selama 3 bulan.

    b. Subyek Penelitian

    Subyek Peneltian ini adalah Orang Tua yang memiliki anak penderita

    autis yang merawat anaknya dengan sendiri dan psikolog anak autis yang

    berada di daerah Solo, Jawa Tengah.

    3. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Informan

    a. Sumber Data

    1. Data primer yaitu data yang didapat dan dikumpulkan langsung dari

    sumber di lokasi penelitian melalui metode wawancara dan observasi

    terhadap informan yang dianggap dapat memberikan informasi dalam

    kebutuhan penelitian.

    2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari

    obyek yang diteliti yang berupa catatan, agenda, literatur, laporan,

    artikel di internet, dan lain-lain mengenai informasi yang terkait

    dengan penelitian.

    b. Teknik Pemilihan Informan

    Dalam penarikan informan atau narasumber menggunakan teknik

    purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

    sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu

    dalam arti, orang yang dipilih sebagai informan yang dianggap paling tahu

    tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa

    sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial

    yang diteliti (Sugiyono, 2010:218). Ada 2 informan dari penelitian ini,

    yaitu :

    1. Orang Tua dari anak penderita autisme

    Ibu : Dewi Candraningrum

    Alamat : Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah

  • 7

    Mempunyai anak autis yang bernama Ivan Ufuq Isfahan dengan usia 13

    tahun. Alasan peneliti memilih informan 1 karena Ibu Dewi dirasa

    cukup sukses merawat sang anak dengan sendiri dan mampu

    membuktikan bakat yang dimilkinya sebagai pelukis.

    2. Dosen Psikologi

    Nama : Khotimatun Naimah

    Sebagai Dosen Klinis di Fakultas Psikologi Universitas

    Muhammadiyah Surakarta (UMS). Alasan peneliti memilih informan 2

    karena Ibu Khatimatun dirasa mengetahui psikis dari seorang anak autis

    yang dapat membantu memberikan informasi.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan teknik wawancara

    mendalam (Indept interview), observasi dan telaah dokumen.

    1. Wawancara mendalam yakni proses tanya jawab langsung kepada

    responden yang dituju, sehingga dapat membantu dan memberikan

    informasi yang dibutuhkan. Wawancara dalam penelitian ini pada orang

    tua dari anak penderita autisme langsung guna mendapatkan informasi

    tentang komunikasi interpersonal untuk menumbuhkan sikap optimis.

    2. Teknik observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke

    lapangan, untuk mengetahui secara rinci apa saja kejadian atau kegiatan

    yang dilakukan di tempat. Disini dibutuhkan kepekaan di lingkungan

    sekitarnya. Dalam hal ini peneliti akan mengamati bagaimana interaksi

    antara orang tua terhadap anak dalam menumbuhkan sikap optimisme.

    3. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

    yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

    rapat, dan sebagainya (Arikunto, 1998:236)

    5. Teknik Keabsahan Data

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara peningkatan validitas

    data melalui triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

    data yang memanfaatkan sesuatu diluar saat itu untuk keperluan pengecekan

    data (Moleong, 2006: 24). Jenis triangulasi yang peneliti gunakan Triangulasi

    sumber yang berarti mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber,

    dimana data-data dari berbeda sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan,

    mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik sumber-

    sumber data tersebut.

    6. Teknik Analisis Data

    Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

    bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi

    satuan yang dapat dikelola, mensitesiskannya, mencari, dan menemukan pola,

    menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa

  • 8

    yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2006: 248). Analisis data

    penelitian kualitatif menurut Miles dan Hubermen ada tiga tahap, yaitu :

    a. Tahap reduksi data

    Reduksi data merupakan suatu bentuk analsis yang menajamkan,

    menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

    mengorganisasikan data.

    b. Tahap penyajian data

    Dengan penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang

    sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman

    tentang enyajian data.

    c. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data

    Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap

    terbuka sehingga kesimpulan yang semula belum jelas, kemudian akan

    meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan

    ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan maksud-

    maksud menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya yang

    merupakan validitasnya.

  • 9

    BAB IV

    Anggaran Biaya

    No Jenis pengeluaran Biaya (Rp)

    1 Peralatan penunjang Rp 2.700.000

    2 Bahan habis pakai Rp 3.150.000

    3 Perjalanan Rp 2.000.000

    4 Lain- lain Rp 2.100.000

    Total Biaya Rp 9.950.000

    Jadwal Kegiatan

    No Jenis Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Studi pustaka

    2 Konsultasi dosen

    pendamping

    3 Pencarian

    narasumber

    4 Wawancara dan

    observasi

    5 Pengolahan data

    6 Konsultasi dosen

    pendamping

    7 Penyusunan

    laporan

    8 Cadangan

  • 10

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan

    Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

    Christie, Phil., Newson, Elizabeth., dan Wendi Prevezer. (2009). Langkah

    awal berinteraksi dengan anak autis. Gramedia: Jakarta

    Dr. Melly Budhiman, Sp. K. J., Paul Shattock Ph D, Endang Ariani.

    (2002). Langkah Awal Menanggulangi Autisme Dengan

    Memperbaiki Metabolisme Tubuh. Majalah Nirmala: Jakarta

    Hidayat, D. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya (Fakta

    Penelitian Fenomenplogi Orang Tua Karir dan Anak Remaja),

    Cetakan ke-1, Yogyakarta:Graha Ilmu.

    Jurnal Ilmiah Komunikasi |MAKNA Vol. 2 no. 1, Pebruari 2011

    Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. PT Citra Adtya Bakti:

    Bandung

    Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA

    Kelas X. Jakarta: Esis

    Moeleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi revisi.

    PT Remaja Rosdakarya: Bandung

    Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. (2009). Ilmu Komunikasi Teori

    Dan Praktek. PT Remaja Rosdakarya: Bandung

    Seligman, M.E.P. (1991). Learned Optimism. How To Change Your

    Mind And Your Life. New York : Simon and Schuster Inc.

    Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung

    Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan

    Terapannya Dalam Penelitian. Sebelas Maret University Press:

    Surakarta

    Wiendijarti, Ida. 2011. Pola Komunikasi Antara terapis Dengan Anak

    Autis di Pelangi School and Treatment Center Surabaya (Studi

    Kualitatif Pola Komunikasi Antara Terapis dengan Anak Autis

    ADHD di Pelangi School and Treatment Center Surabaya).

    Yogyakarta: Universitar Pembangunan Nasional Veteran

    Yogyakarta

    Yatim, Faisal. 2002. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak.

    Pustaka Populer: Jakarta

    Yunanto, Fraudy. 2013. Pola Komunikasi terhadap Anak Penderita

    Autisme (Studi Deskriptif Pada Penerapan Komunikasi

    Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme). Surakarta:

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

  • 11

  • 12

  • 13

  • 14

  • 15

    BIODATA DOSEN PENDAMPING

    A. IdentitasDiri

    1 Nama Lengkap (dengan gelar) AgusTriyono, S.Sos, M.Si

    2 JenisKelamin L

    3 JabatanFungsional TenagaPengajar

    4 NIP/NIK/IdentitasLainnya 100.1105

    5 NIDN 0617088401

    6 TempatdanTanggalLahir Surakarta, 17 Agustus 1984

    7 E-mail [email protected]

    8 Nomor Telepon/HP 0857.3043.2461

    9 Alamat Kantor Fakultas Komunikasi dan Informatika Gedung J

    Kampus II UniversitasMuhammadiyah Surakarta

    B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 TahunTerakhir

    C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

    No Tahun Judul Pengabdian Masyarakat Pendanaan

    Sumber Jml (JutaRp)

    1. 2013 PAKOM Kerajinan Batik Mahkota

    Laweyan dan Kerajinan Batik Cipta Asri di

    Laweyan, Surakarta

    LPPM

    UMS

    3

    2. 2013 IbM Kerajinan Batik Mahkota Laweyan dan

    Kerajinan Batik Puspa Kencana di

    Laweyan, Surakarta

    DIKTI 45

    No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

    Sumber Jml (JutaRp)

    1. 2013 Media Massa dan Citra PerguruanTinggi

    (Konstruksi dan Pengaruh Pemberitaan

    Plagias ioleh Guru Besar UMS Terhadap

    Citra UMS)

    UMS 6,5

    2. 2013 Strategi KomunikasiKomunitas Blusukan

    Solo (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi

    Komunikasi Komunitas Blusukan Solo )

    UMS 3

    3. 2014 Pemberdayaan Masyarakat Melalui

    Community Development POSDAYA PT

    Holcim Indonesia

    UMS 6,7

  • 16

  • 17

    Lampiran 2. Justifikasi anggaran kegiatan

    1. Peralatan penunjang

    Material Justifikasi

    pemakaian Kuantitas

    Harga

    satuan (Rp) Jumlah

    Sewa kamera

    digital

    Digunakan untuk

    mendokumentasikan

    observasi

    2 Set Rp 500.000 Rp 1.000.000

    Alat rekam Untuk merekam

    selama wawancara 2 Set Rp 500.000 Rp 1.000.000

    Flash disk Untuk Menyimpan

    file 2 Set Rp 100.000 Rp.200.000

    Paket internet

    Untuk mencari

    sumber dan data

    melalui internet

    6 GB Rp 200.000 Rp 200.000

    Sub total Rp 2.700.000

    2. Bahan habis pakai

    Material Justifikasi

    pemakaian Kuantitas

    Harga

    satuan (Rp) Jumlah

    Kertas laporan

    (A4)

    Untuk membuat

    proposal dan

    laporan

    5 rim Rp 50.000 Rp 250.000

    Tinta printer

    Untuk membuat

    proposal dan

    laporan

    4 pack Rp 50.000 Rp 200.000

    ATK (buku

    catatan,

    pulpen, dll)

    Untuk mencatat

    selama

    penelitian dan

    proses

    pembuatan

    dokumen

    5 paket Rp 200.000 Rp 1.000.000

    Komunikasi

    (telp, sms, dll)

    Untuk mencari

    narasumber

    3 kali isi

    pulsa Rp 100.000 Rp 300.000

    Konsumsi

    Untuk makan

    selama

    penelitian

    4 orang x 10

    kali makan Rp 35.000 Rp 1.400.000

  • 18

    Sub total Rp 3.150.000

    3. Perjalanan

    Material Justifikasi

    pemakaian Kuantitas

    Harga

    satuan

    (Rp)

    Jumlah

    Solo-Colomadu survei 4 orang x

    5 kali/Hari Rp 50.000 Rp 1.000.000

    Solo-Colomadu

    Wawancara

    dan observasi

    4 orang x

    5 kali/Hari Rp 50.000 Rp 1.000.000

    Sub total Rp 2.000.000

    4. Lain lain

    Material

    Justifikasi

    pemakaian Kuantitas

    Harga satuan

    (Rp) Jumlah

    Bingkisan

    Informan

    Untuk diberikan

    informan 2 Paket Rp 200.000 Rp 400.000

    Dokumentasi Untuk bukti

    dokumentasi

    20 Foto

    4R Rp 5.000 Rp 100.000

    Pembuatan

    laporan

    Untuk meporkan

    hasil penelitian

    1

    Eksemplar Rp 200.000 Rp 200.000

    Penggandaan

    laporan

    Untuk dokumen

    hasil penelitian

    10

    Eksemplar Rp 50.000 Rp 500.000

    Publikasi pada

    jurnal ilmiah

    Untuk

    mempublikasikan

    1

    Eksemplar Rp 200.000 Rp 200.000

    Seminar pada

    konferensi

    ilmiah

    Untuk membagi

    hasil penelitian 1 kali Rp 700.000 Rp 700.000

    Sub total Rp 2.100.000

  • 19

    Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

    N

    o Nama / NIM

    Program

    studi

    Bidang

    ilmu

    Alokasi

    waktu

    (jam/minggu

    )

    Uraian tugas

    1.

    Febriana

    Yustianingrum/

    L100120127

    Ilmu

    komunikas

    i

    Public

    relation

    20

    jam/minggu

    Penyusunan

    laporan

    Survei lapangan

    Mencari

    narasumber

    Mewawancarai

    narasumber

    2. Aqidatusokhikha

    h / L100120052

    Ilmu

    komunikas

    i

    Public

    relation

    20

    jam/minggu

    Penyusunan

    laporan

    Survei lapangan

    Mewawancarai

    narasumber

    3. Aga Puspita Arga

    / L100130052

    Ilmu

    komunikas

    i

    20

    jam/minggu

    Penyusunan

    laporan

    Survei lapangan

    Merekam proses

    wawancara

    4. Kartika Sari /

    L100110090

    Ilmu

    komunikas

    i

    broadcas

    t

    20

    jam/minggu

    Penyusunan

    laporan

    Survei lapangan

    Merekam proses

    wawancara

  • 20