PKM Diare

22
BAB I PENDAHULUAN Penyakit diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia dan saat ini masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di daerah pedesaan. Dalam 20 tahun terakhir, sejak 1983, diare yang dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rata-rata terjadi 148 kasus per tahun. Separuh dari wilayah Indonesia,terutama desa, tidak luput dari serangan diare. Walau jumlah kasus cenderung turun dari waktu ke waktu, demikian pula dengan angka insidennya, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun angka kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil survei masih tinggi, pada semua golongan umur adalah 183 per 1000 penduduk (18,3%). Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran penduduk akan higiene dan sanitasi (Depkes, 2005). Dari hasil survey, baik melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992 maupun survei kesehatan nasional (Surkesnas) 2001, menunjukkan bahwa peringkat diare sebagai salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian umum di Indonesia terus menurun. Kedudukannya bergeser dari semula di urutan kelima ke urutan kesembilan. Walau begitu, seperti disinggung di atas, bahaya wabah belum teratasi. Untuk bayi dan anak-anak 1

description

Diare

Transcript of PKM Diare

Page 1: PKM Diare

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit diare merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia dan

saat ini masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi, terutama di

daerah pedesaan. Dalam 20 tahun terakhir, sejak 1983, diare yang dikategorikan

sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rata-rata terjadi 148 kasus per tahun. Separuh

dari wilayah Indonesia,terutama desa, tidak luput dari serangan diare. Walau jumlah

kasus cenderung turun dari waktu ke waktu, demikian pula dengan angka

insidennya, masalah ini masih merupakan isu kesehatan dasar. Meskipun angka

kesakitan diare yang dilaporkan dari tahun ke tahun menurun, akan tetapi diare

masih tetap perlu diwaspadai. Karena angka kesakitan yang sebenarnya dari hasil

survei masih tinggi, pada semua golongan umur adalah 183 per 1000 penduduk

(18,3%). Ini menunjukkan bahwa masih rendahnya kesadaran penduduk akan

higiene dan sanitasi (Depkes, 2005).

Dari hasil survey, baik melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992

maupun survei kesehatan nasional (Surkesnas) 2001, menunjukkan bahwa peringkat

diare sebagai salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian umum di

Indonesia terus menurun. Kedudukannya bergeser dari semula di urutan kelima ke

urutan kesembilan. Walau begitu, seperti disinggung di atas, bahaya wabah belum

teratasi. Untuk bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) penyakit ini

masih menjadi momok, dan berada di golongan tiga besar penyebab kematian. Di

Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab

kematian kedua terbesar pada balita, serta didapatkan sekitar 162 ribu balita

meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.

Perpaduan rendahnya status sosial, minimnya air bersih, dan ketiadaan jamban

memudahkan berjangkitnya wabah ini. Penduduk dengan penghasilan rendah yang

hidup di lingkungan susah air serta punya kebiasaan BAB di sembarang tempat,

sangat rentan terhadap penyakit tersebut. Ketersediaan fasilitas kesehatan adalah

faktor berikutnya. Jauhnya rumah sakit ataupun puskesmas menyulitkan penderita

mendapatkan pertolongan secepatnya. Tidak sedikit rumah penduduk yang jaraknya

lebih dari lima kilometer dari rumah sakit maupun puskesmas. Akibatnya, penderita

tidak tertolong karena terlambat ditangani. Rendahnya pengetahuan tentang cara

1

Page 2: PKM Diare

penanggulangan turut pula mempengaruhi tingkat keparahan wabah diare. Hal ini

diperparah oleh perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kehigienisan

dalam menyajikan dan menyantap makanan. Menurut penelitian cara praktis untuk

mencegah diare adalah dengan mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan ini akan

mengurangi risiko terjadinya diare hingga 47% (Depkes, 2005). Perilaku inilah

yang kurang diperhatikan oleh masyarakat, umumnya masyarakat pedesaan.

2

Page 3: PKM Diare

BAB II

PERENCANAAN PKM DI PUSKESMAS

2.1. Identifikasi Masalah

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,

yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer

tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Menurut WHO (1980), diare

adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare terbagi

dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik. Diare

akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14

hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare

dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang

terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri,

dan parasit.

Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini

disebabkan masukan makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja,

makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak.

Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi, tangan yang

terkontaminasi, atau melalui aktifitas seksual..

Berdasarkan data di Puskesmas Puskesmas Tabanan II pada tahun 2008,

penyakit diare menempati 10 urutan penyakit terbanyak dari semua golongan

umur, di mana kejadian diare sebagian besar terjadi pada anak usia 1- 9 tahun.

Kejadian diare di Kecamatan Tabanan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel

2.1.

3

Page 4: PKM Diare

Tabel 2.1. Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan II, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Tahun 2009

Bulan0-28

hari<1

1-9 tahun

10-19 tahun

20-44 tahu

n

45 – 54 tahun

55-69 tahun

>70 tahun

Januari - 4 15 2 4 5 2 5Februari - 3 14 2 6 3 7 4Maret - 1 17 2 7 3 6 5April - 4 17 7 8 3 9 5Mei - - 18 2 15 7 7 4Juni - 3 8 - 9 7 8 5Juli - 1 20 4 13 5 6 2Agustus - 2 16 7 10 3 8 4September - 3 14 3 9 1 1 2

Data sekunder tahun 2009 yang diperoleh dari buku pencatatan dan pelaporan

kegiatan Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular (P2M) menunjukkan

bahwa prevalensi anak berumur 1-9 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II

yang mengalami kejadian diare cukup tinggi. Jumlah kasus terbanyak berasal dari

Desa Wanasari, diketahui berdasarkan wawancara dengan pemegang program

P2M diare Bapak Made Arka Adnyana.

Dari hasil wawancara singkat dengan petugas di Puskesmas, peningkatan

kejadian diare ini mungkin disebabkan adanya kecenderungan membeli

makanan yang tidak higienis dan kurangnya perilaku cuci tangan sebelum

memasukkan sesuatu ke dalam mulut dengan tangan. Selain itu, kondisi ini juga

dipicu oleh kurangnya penyuluhan yang efektif ke SD-SD mengenai kejadian

diare. Upaya-upaya untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti

dengan penyuluhan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dari

pihak kesehatan memang masih minim.

Menurut teori Blum, terjadinya diare sebagian besar dipengaruhi oleh

faktor perilaku dan lingkungan. Oleh karena itu, intervensi pada kedua faktor

tersebut sangat penting untuk dilakukan dalam usaha untuk mengurangi

kejadian diare khususnya pada anak-anak SD. Selain itu, dalam usaha

menurunkan kejadian diare, yang lebih diutamakan adalah upaya pencegahan di

mana salah satu upaya pencegahan yang terpenting adalah dengan memperbaiki

perilaku berisiko dari siswa-siswa SD tersebut untuk mengalami diare.

4

Page 5: PKM Diare

Penyampaian pesan tentang diare dan perilaku hidup bersih dan sehat

sebagai upaya mencegah diare ini dirasakan perlu karena alasan angka kejadian

diare yang tinggi, resiko untuk terjadiya diare pada kelompok umur ini juga

besar, disamping itu karena alasan lebih mudahnya merubah perilaku pada

kelompok umur ini daripada kelompok umur yang lain.

2.2. Analisa Masalah

Hal-hal yang dapat memicu terjadinya diare yang adalah makanan yang mengandung

kuman e. Coli yang memproduksi toksin shiga like dan kurangnya kebiasaan

tidak mencuci tangan sebelum makan. Kelompok masyarakat yang berisiko

untuk mengalami hal tersebut adalah semua lapisan masyarakat dari anak-anak

sampai orang tua. Latar belakang perilaku yang mendukung timbulnya kejadian

diare adalah :

1. Pemakaian air bersih yang berasal dari mata air yang belum pernah diuji

layak pakai (bebas kuman penyakit) untuk keperluan sehari-hari oleh

sebagian besar warga.

2. Perilaku mencuci tangan yang benar sebelum makan yang kurang

3. Pengolahan dan penanganan makanan yang kurang higienis

4. Jika terdapat penderita diare tidak segera melapor ke Puskesmas

5. Kotoran dan muntahan penderita hanya dibersihkan sekedarnya

Perilaku yang diharapkan sehingga dapat mengurangi timbulnya kejadian diare

adalah :

1. Memasak air minum dengan benar

2. Kaporitisasi sumber air minum

3. Mengolah makanan dengan benar

4. Mencuci tangan dengan benar

5. Membuat dan mempergunakan jamban untuk buang air besar

6. Melakukan disinfeksi terhadap kotoran dan muntahan penderita

Kelompok masyarakat yang diharapkan berperilaku demikian adalah

semua lapisan masyarakat.Hambatan-hambatan yang akan dihadapi oleh

kelompok masyarakat yang bersangkutan untuk merubah perilakunya:

1. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk relatif rendah.

5

Page 6: PKM Diare

2. Pekerjaan sebagian besar penduduk adalah petani, sehingga perhatian dan

waktu terhadap perilaku yang memungkinkan tindakan pencegahan agak

kurang.

3. Pengaruh kebiasaan yang sudah melekat bertahun-tahun dalam hal

pengolahan makanan, air minum, perilaku mencuci tangan dan buang air

besar.

Hal-hal yang mendorong ke arah terjadinya perubahan perilaku:

1.Bimbingan dan penyuluhan tentang diare.

2.Penyampaian informasi tentang diare.

3.Demonstrasi cara mencuci tangan yang benar

2.3. Penduduk Sasaran

Yang menjadi penduduk sasaran kegiatan PKM kami adalah siswa-siswi kelas IV dan

V SD 2 Wanasari yang berjumlah 30 orang. Dipilihnya SD ini sebagai sasaran karena

berdasarkan data yang diperoleh, kejadian diare paling banyak ditemukan di Wanasari.

Sedangkan kelas IV dan V dipilih karena siswa-siswi kelas IV dan V dianggap sudah

cukup mampu untuk menerima dan mengerti informasi tentang diare, sehingga manfaat

dari penyuluhan ini akan lebih nyata dan bermanfaat pada siswa SD tingkat tersebut.

Dan diharapkan mereka-mereka ini dapat menyampaikan informasi yang telah

diterimanya kepada teman-temannya yang lain, atau bahkan masyarakat sekitarnya.

2.4. Tujuan Penyuluhan

Pada akhir kegiatan, siswa diharapkan ;

1. Mengetahui penyebab diare.

2. Mengetahui dan mengerti cara penyebaran diare.

3. Mengetahui proses terjadinya diare.

4. Dapat menyebutkan tanda bahaya diare.

5. Mengetahui dan mengerti pertolongan pertama diare di rumah.

6. Menyebutkan cara penanggulangan diare

7. Memahami dan menerapkan perilaku yang termasuk perilaku hidup bersih

dan sehat di lingkungan rumah, sekolah dan tempat umum

2.5. Strategi Penyuluhan

Sebelum kegiatan PKM, penulis selaku pelaksana kegiatan penyuluhan mempersiapkan

diri dalam hal penguasaan materi penyuluhan, penguasaan cara-cara penyampaian

pesan, dan penggunaan alat peraga. Penguasaan materi penyuluhan dilakukan dengan

6

Page 7: PKM Diare

cara membaca buku tentang diare. Penguasaan penyampaian pesan dan cara

penggunaan alat peraga dilakukan dengan membaca pedoman tentang tata cara

penyuluhan, bertanya pada petugas PKM, serta latihan di hadapan teman. Persiapan

tempat, waktu, dan peserta dilakukan dengan menginformasikan, meminta izin, dan

kerja sama dari pihak Puskesmas Tabanan II dan pihak SD 2 Wanasari yaitu Kepala

Sekolah SD 2 Wansari, agar kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dengan baik.

Untuk menyampaikan pesan dari penyuluhan yang dilakukan agar efektif

dan dapat dimengerti oleh kelompok sasaran maka teknik penyampaiannya

disesuaikan dengan tingkat pendidikan, umur, budaya dan bahasa setempat.

Kelompok sasaran yang merupakan siswa SD kelas IV dan V dikumpulkan

dalam suatu ruangan besar atau aula. Sebelum penyampaian materi terlebih

dahulu dilakuakn pre test guna mengetahui tingkat pengetahuan awal kemudian

disebarkan pamflet yang berisi materi diare dan perilaku hidup bersih dan sehat

secara umum dalam bahasa yang ringkas dan mudah dimengerti serta gambar-

gambar yang menarik perhatian. Materi disampaikan dalam bentuk power point

presentation/slide yang diterangkan di depan kelas. Presentasi yang akan

disampaikan berisi slide bergambar atau video yang menarik dengan tidak

mengesampingkan tujuan dari peyuluhan ini.

Agar siswa tidak jenuh atau merasa bosan maka dalam rangkaian acara

tersebut diselipkan kuis-kuis yang berhadiah. Selain itu juga akan dilakukan

demonstrasi mencuci tangan yang benar yang akan dicontohkan oleh kami dan

diikuti oleh beberapa siswa. Sebelum akhir acara akan diadakan post test untuk

mengetahui penguasaan materi atau pemahaman pesan yang disampaikan

dalam kegiatan PKM ini. Pada akhir acara akan dibagikan bingkisan kecil

berupa sabun dengan harapan mereka dapat menyampaikan pesan dari

penyuluhan ini ke anggota keluarga yang lain.

Pada hari penyuluhan, penyuluhan dimulai dengan pre-test, 15 menit.

Kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan selama kurang lebih 120 menit, lalu

diadakan post-test yang berlangsung selama 15 menit. Selama acara

penyuluhan diselipkan kuis-kuis yang berhadiah bingkisan.

2.6. Isi Penyuluhan

Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:

1. Pengetahuan tentang penyebab diare.

7

Page 8: PKM Diare

2. Pengetahuan tentang cara penyebaran diare.

3. Pengetahuan tentang proses terjadinya diare.

4. Pengetahuan tentang tanda bahaya diare.

5. Pengetahuan tentang pertolongan pertama diare di rumah.

6. Pengetahuan tentang cara penanggulangan diare

7. Pengetahuan tentang perilaku yang termasuk perilaku hidup bersih dan sehat

2.7. Metode Penyuluhan

Penyuluhan ini dilakukan di satu ruang kelas SD 2 Wanasari. Metode yang

dilakukan pada penyuluhan ini adalah penyuluhan yang disertai tanya jawab

diakhir presentasi. Kepada peserta dibagikan pamflett. Media penyuluhan yang

akan digunakan adalah poster pinjaman dari puskesmas yang berisi tentang

diare dan perilaku hidup bersih dan sehat. Setelah penyuluhan kemudian

dilanjutkan dengan post-test.

2.8. Media Penyuluhan

Dalam penyuluhan kami menggunakan beberapa media guna mempermudah

dan memperlancar penyampaian materi, diantaranya:

1. LCD, layar presentasi, sound system, pamflet yang berisi materi penyuluhan.

2. Gambar peraga untuk memudahkan pemahaman materi penyuluhan.

3. Materi pre dan post test.

2.9. Rencana Penilaian Evaluasi

2.9.1. Penilaian proses

1. Indikator penilaian

- Dukungan dari pihak Puskesmas Tabanan II dan pihak SD 2 Wanasari

- Ketepatan waktu pelaksanaan

- Sarana yang dipergunakan untuk penyuluhan

- Jumlah cakupan peserta yang datang

2. Waktu penilaian

- Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan

3. Cara pelaksanaan

- Dengan mengamati pelaksanaan.

4. Penilai

- Mahasiswa FK Unud.

8

Page 9: PKM Diare

2.9.2. Penilaian hasil

1. Indikator penilaian

- Keseriusan peserta dalam mengikuti ceramah melalui jumlah peserta

yang berbicara dengan temannya sendiri sehingga tidak

memperhatikan jalannya penyuluhan, jumlah peserta yang

mengantuk/menguap selama jalannya penyuluhan, dan jumlah peserta

yang keluar dari tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.

- Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab

berlangsung.

- Peningkatan pengetahuan tentang diare yang dilihat dari hasil

penilaian pre-test dan post-test.

2. Waktu penilaian

- Waktu penilaian dilakukan selama dan sesudah penyuluhan.

3. Cara penilaian

- Menggunakan pertanyaan lisan dan pengamatan langsung.

4. Penilai

- Mahasiswa FK Unud

9

Page 10: PKM Diare

10

Page 11: PKM Diare

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Penyuluhan

Hari/ tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2009

Pukul : 09.00-10.30

Tempat : Ruang Kelas V SD 2 Wanasari

3.2 Peserta

Peserta yang hadir adalah seluruh siswa-siswi kelas IV dan V SD 2 Wanasari yang

berjumlah 60 orang.

3.3 Pelaksana Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan oleh dua orang dokter muda, yang bergiliran membawakan materi

penyuluhan yang berbeda sedangkan dari pihak sekolah diwakili oleh kepala sekolah dan

1 orang guru.

3.4 Proses Penyuluhan

Empat hari sebelum melaksanakan kegiatan penyuluhan tepatnya pada hari Selasa tanggal

6 Oktober 2009, kami meminta izin kepada Kepala Puskesmas Tabanan II dr. Wayan

Panca dan bapak Made Arka Adnyana selaku pemegang program P2M Puskesmas

Tabanan II untuk melaksanakan penyuluhan mengenai diare pada anak kelas IV dan V di

SD 2 Wanasari. Pihak puskesmas bersedia membantu menyiapkan segala sesuatu yang

diperlukan untuk kegiatan tersebut. Sebagai persiapan kami membuat pamflet yang

nantinya akan dibagikan kepada peserta penyuluhan, poster mengenai diare dari

puskesmas serta LCD dan layar LCD. Kami juga membuat slide powerpoint untuk

mempermudah pemberian materi penyuluhan dengan alat LCD.

Pada hari Rabu tanggal 7 Oktober 2009, kami meminta izin kepada pihak sekolah

untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan tersebut. Pada hari itu kami diterima oleh

Kepala Sekolah SD 2 Wanasari. Beliau mengharapkan dengan diadakannya penyuluhan

ini, pengetahuan para siswa tentang kesehatan akan semakin meningkat dan kami sepakat

bahwa penyuluhan dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2009 sebelum murid-murid

libur Galungan dan Kuningan.

Pada hari pelaksanaan penyuluhan, kami datang sekitar pukul 08.00 WITA dan

diterima oleh pihak SD 2 Wanasari yang diwakili oleh kepala sekolah. Setelah

berbincang-bincang sejenak, kami dipersilahkan untuk memulai penyuluhan.

11

Page 12: PKM Diare

Sebelumnya, kami mempersiapkan alat dan bahan untuk penyuluhan di tempat yang telah

disediakan oleh pihak sekolah, dan penyuluhan akhirnya dimulai pada pukul 09.00

WITA. Pertama-tama, kami mengadakan perkenalan terlebih dahulu kepada para siswa

kemudian diadakan pre-test. Pre-test dilaksanakan kurang lebih selama 5 menit,

kemudian dilanjutkan pemberian materi. Materi diberikan tidak hanya dengan

mengggunakan slide dan poster, tapi juga demonstrasi dengan mencuci tangan yang baik

dan pertolongan pertama diare yaitu pembuatan larutan gula garam. Pemberian materi

berlangsung kurang lebih selama tiga puluh menit diikuti dengan sesi tanya jawab. Sesi

tanya jawab berlangsung kurang lebih selama 15 menit. Siswa tampak malu untuk

bertanya dan diperlukan beberapa waktu agar anak-anak tersebut mau bertanya.

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di antaranya adalah:

1. Mengapa makanan bisa menyebabkan diare?

2. Bagaimana cara membuat oralit/larutan gula garam?

Setelah acara ceramah dan tanya jawab usai, kami melaksanakan post-test di

mana isinya menanyakan kembali pertanyaan yang sama dengan pre-test. Hampir seluruh

peserta sudah mengerti dan dapat menjawab dengan benar karena sudah mendapat

penjelasan sewaktu penyuluhan. Setelah post-test kami memberikan hadiah kepada siswa

sebanyak lima orang yang dapat menjawab pertanyaan dari kami seputar diare.

Di akhir kegiatan, kami memberi pesan kepada seluruh siswa yang mengikuti

penyuluhan agar memasak makanan sampai matang, mencuci tangan sebelum makan dan

tidak sembarangan membeli makanan.

12

Page 13: PKM Diare

BAB IV

EVALUASI KEGIATAN

4.1 Evaluasi Kegiatan

Evaluasi diskusi pemahaman tentang pengetahuan mengenai diare didasarkan pada

beberapa aspek, yaitu dari segi peserta, proses kegiatan itu sendiri, maupun dari

perbandingan antara hasil pre-test sebelum penyuluhan dengan hasil post-test setelah

dilakukan penyuluhan.

Dari segi peserta, jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan telah sesuai dengan

jumlah siswa yang direncanakan yaitu seluruh siswa kelas IV dan V SD 2 Wanasari.

Perhatian dan respon peserta penyuluhan secara umum juga sangat baik di mana hal ini

dapat dilihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan pertanyaan-

pertanyaan tersebut juga cukup berbobot dan kritis.

Dari segi proses penyuluhan (ceramah dan diskusi) yang telah berlangsung, dapat

dilaporkan bahwa ceramah dan diskusi berlangsung dengan baik dan terlihat bahwa

adanya komunikasi yang timbal balik antara peserta dengan pembicara. Bagi peserta yang

bertanya akan mendapatkan bingkisan dari dokter muda sekaligus sebagai pendorong

semangat untuk bertanya dan sebagai kenang-kenangan.

Keberhasilan penyuluhan yang dinilai dengan adanya peningkatan pengetahuan

siswa mengenai diare dapat dilihat dari perbandingan jawaban-jawaban pre-test sebelum

dilakukan penyuluhan dengan post-test dengan cara yang diadakan setelah dilakukan

penyuluhan dengan memberikan beberapa pertanyaan secara lisan. Adapun beberapa

pertanyaan yang diajukan antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan diare?

2. Apa saja yang menyebabkan diare?

3. Bagaimana pertolongan pertama diare?

4. Bagaimana pencegahan diare?

5. Apa syarat makanan dan minuman yang sehat dan bersih?

Dari pengamatan langsung terhadap jawaban para peserta, didapatkan

peningkatan kemampuan menjawab pada post-test dibandingkan dengan pre-test. Hal ini

menunjukkan telah terjadi peningkatan pengetahuan mengenai diare pada anak kelas IV

dan V di SD 2 Wanasari. Sebelum dilakukan penyuluhan, pengetahuan para peserta

tentang diare masih tergolong rendah, hal ini tampak saat diajukannya beberapa

pertanyaan hanya beberapa peserta saja yang mampu menjawab dan dari jawaban

13

Page 14: PKM Diare

tersebut beberapa masih ada yang salah. Sedangkan setelah dilakukan penyuluhan,

seluruh pertanyaan serupa yang telah diajukan sebelumnya dapat dijawab dengan

serempak oleh seluruh peserta dengan benar.

Pendapat peserta secara lisan tentang penyuluhan adalah sangat bagus dan

mereka berharap di kemudian hari ada penyuluhan seperti ini dengan tema yang berbeda

dan tentunya lebih menarik.

4.2 Hambatan PKM

Dalam pelaksanaan penyuluhan tersebut kami merasakan tidak ada hambatan karena

acara berlangsung dengan lancar sebagaimana yang telah dirancang dan direncanakan.

4.3 Manfaat PKM

Manfaat yang kami rasakan sebagai penyuluh dari pelaksanaan PKM ini adalah sebagai

latihan untuk menjadi penyuluh yang baik di masyarakat, mulai dari perencanaan,

persiapan materi (pengumpulan materi dan penguasaan materi), persiapan alat dan sarana

penunjang, dan keterampilan berkomunikasi di depan orang banyak agar menarik dan

dapat dimengerti oleh pendengar.

Sedangkan manfaat bagi peserta adalah diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan mereka tentang diare sehingga pada akhirnya mereka mampu secara mandiri

menjaga diri sendiri dan juga agar mereka dapat mensosialisasikan pengetahuan yang

mereka dapat kepada orang lain.

14

Page 15: PKM Diare

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo T, Hendra. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 3th ed. Jakarta: Gaya

Baru. h.417-26

Depkes RI. (1999), Buku Ajar Diare, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman (Ditjen PPM & PLP)

Desrizal, Hari Kusnanto (2006, November), Peran Serta Masyarakat dalam

Program Water and Sanitation For Low Income Communities 2 di

Pasaman, KMPK Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Sutarga, Hand-out Epidemiologi Penyakit-penyakit Infeksi, Denpasar: Lab.

Epidemiologi Jurusan IKM FK Unud, h. 1-9

15