PKL rozin

25
BAB III PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Perusahaan 2.1.1 Sejarah PT. Perkebunaan Nusantara X (Persero) PT. Perkebunan Nusantaa X (Persero) didirikan berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 15 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 yaitu pengalihan bentuk Badan Usaha Milik Negara dari PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dan Akte Notaris Harul Kamil, SH No. 43 tanggal 11 Maret 1996, dikandung maksud untuk mewujudkan PT. Perkebunan Nusantara X sebagai perusahaan agribisnis yang mampu mnghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi yang menuntut adanya produktifitas, profesionalisme dan peningkatan daya saing yang tinggi disamping upaya efesiensi usaha. Dengan restrukturisasi tersebut, maka PT. Perkebunan Nusantara X bukan lagi hanya mengemban misi dan tujuan nasional dalam upaya meningkatkan produksi dan komoditas lainnya secara nasional namun juga dituntut untuk mampu berperan dan bersaing di pasar global. PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) merupakan peleburan dari tiga PT. Perkebunan yang memiliki latar belakang sebagai berikut: a) Eks PT. Perkebunan XIX Berawal dari nasionalisasi perusahaan milik Belanda Handel Industrie Enlandbouwmaatsceha Kerchem (indonesia) NV menjadi PPN (baru) yang pada tahun 1961 berdasarkan peraturan pemerintah No. 175 tanggal 26 April 1961 menjadi PPN Jateng I.

Transcript of PKL rozin

Page 1: PKL rozin

BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah PT. Perkebunaan Nusantara X (Persero)

PT. Perkebunan Nusantaa X (Persero) didirikan berdasarkan peraturan pemerintah RI No. 15 Tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 yaitu pengalihan bentuk Badan Usaha Milik Negara dari PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dan Akte Notaris Harul Kamil, SH No. 43 tanggal 11 Maret 1996, dikandung maksud untuk mewujudkan PT. Perkebunan Nusantara X sebagai perusahaan agribisnis yang mampu mnghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi yang menuntut adanya produktifitas, profesionalisme dan peningkatan daya saing yang tinggi disamping upaya efesiensi usaha.

Dengan restrukturisasi tersebut, maka PT. Perkebunan Nusantara X bukan lagi hanya mengemban misi dan tujuan nasional dalam upaya meningkatkan produksi dan komoditas lainnya secara nasional namun juga dituntut untuk mampu berperan dan bersaing di pasar global. PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) merupakan peleburan dari tiga PT. Perkebunan yang memiliki latar belakang sebagai berikut:

a) Eks PT. Perkebunan XIX

Berawal dari nasionalisasi perusahaan milik Belanda Handel Industrie Enlandbouwmaatsceha Kerchem (indonesia) NV menjadi PPN (baru) yang pada tahun 1961 berdasarkan peraturan pemerintah No. 175 tanggal 26 April 1961 menjadi PPN Jateng I.

Dengan peraturan pemerintah No. 30 tahun 1963 dalam rangka pengkhususan usaha menjadi PPN tembakau IV yang selanjutnya pada tahun 1968 dengan peraturan pemerintah tahun 1968 PPN tembakau IV digabung dengan PPN tembakau VII menjadi perusahaan negara sampai peleburan menjadi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero).

b) Eks PT. Perkebunan XXI dan XXII

Berdasarkan Undang-Undang No. 86 tentang nasionalisasi perubahan perkebunan setelah beberapa kali mengalami perubahan dan penyempurnaan organisasi BUMN Departemen Pertanian, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1973 PT. Perkebunan XXI dan PT. Perkebunan XXII

Page 2: PKL rozin

digabungkan, dan membawahi 12 pabrik gula dan dua rumah sakit dengan wilayah pembantu gubernur di Surabaya dan Kediri.

Kemudian berdasarkan Surat Menteri Keuangan kepada Menteri Pertanian No. S-9111/ MK Agustus 1991 ditetapkan sebagai pabrik karung Petjangan sebagai unit usaha PT. Perkebunan dengan beberapa perlakuan khusus dalam manajemen personalianya.

PT. Perkebunan XXI-XXII (Persero) ditetapkan pula sebagai pengelola PT. Perkebunan Wilayah Jawa Tengah.

c) Eks PT. Perkebunan XXVII

Dari nasionalisai perusahaan-perusahaan milik Belanda tahun 1985 beberapa diantaranya Fa Anemaat & Co. Basoekische Tabaaks Maatchappij (BTM), LMOD dan LMS. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi reorganisasi perusahaan mulai dari Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) baru hingga melebur menjadi PT. Perkebunan Nusantra X (Persero) seperti yang dikenal saat ini.

2.1.2 Lokasi perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero)

Alamat Kantor Pusat: Jalan Jembatan Merah No. 3-11 Surabaya 60175.

Telepon: (031) 3523143 s/d 3523147

Faksimile: (031) 3523167

Email: [email protected]

Website: http://www.ptpn10.com

Wilayah kerja PT. Perkebunan nusantara X (Persero) tersebar di Jawa Timur dan Jawa Tengah dan berpusat pada kantor pusat direksi di Surabaya dengan membawahi beberapa unit usaha.

2.1.3 Profil Bisnis Perusahaan

A. Visi perusahaan

Visi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yaitu: “Menjadi perusahaan agrobisnis berbasis perkebunan termuka di indonesia yang tumbuh dan berkembang bersama mitra”.

Page 3: PKL rozin

B. Misi Perusahaan

Misi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yaitu:

a) Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tebu dan tembakau yang berdaya saing tinggi untuk pasar domestik maupun internasional.

b) Mendedikasikan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat umum dan perkebunan untuk hidup sehat.

c) Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai bagi kepuasan stakeholder melalui kepemimpinan, inovasi dan kerjasama tim serta organisasi yang efektif.

C. Tujuan Perusahaan

Tujuan dibentuknya PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) seperti tercantum dalam peraturan pemerintah tahun 1996 untuk menyelenggarakan:

a) Usaha bidang perkebunan.

b) Usaha-usaha lain yang menunjang penyelenggaraan di bidang perkebunan sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Filosofi perusahaan

PT. Perusahaan Nusantara X (Persero) mempunyai filosofi perusahaan, yaitu: 1) Kejujuran, 2) Kepercayaan, 3) Keterbukaan, 4) Kerjasama, Dan 5) Keselarasan.

E. Strategi Perusahaan

Guna mendukung sasaran korporasi yang telah ditetapkan dan mempertimbangkan peluang yang ada, strategi koorporasi pada tahun 2009 disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan yang ingin dicapai yaitu:

a) Konsolidasi usaha

b) Perbaikan dan penyempurnaan proses bisnis internal

c) Peningkatan laba usaha

d) Overvall cost leadership untuk bisnis gula dan tembakau

e) Best cost provider strategy untuk bisnis rumah sakit

f) Penyehatan keuangan

Page 4: PKL rozin

g) Ekspansi dan diversifikasi untuk bisnis-bisnis prospektif

h) Pemanfaatan peluang kerjasama dengan mitra strategis

F. Budaya Kerja Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) memiliki budaya kerja sebagai berikut:

a) Optimalisasi teknologi tepat guna

b) Penerapan reward dan punishment yang konsisten

c) Penggalakan good corporate governance

2.1.4 Kegiatan Usaha PT. Perkebunan Nusantara X (Persero)

A. Produk Utama

PT. Perkebunan Nusantara X bergerak pada sektor perkebunan dengan komoditas utama:

a) Gula

Gula merupakan hasil komoditas yang paling besar dari PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang dihasilkan oleh 11 pabrik gula yang tersebar di wilayah Jawa Timur. Gula memiliki lahan perkebunan yang lebih luas daripada komoditas lainnya. Berikut nama pabrik gula di bawah manajemen PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) dan lokasinya:

1) Sidoarjo: PG. Watoetoelis, PG. Toelangan, PG. Kremboong

2) Mojokerto: PG. Gempolkrep

3) Jombang: PG. Djombang Baru, PG. Tjoekir

4) Nganjuk: PG. Lestari

5) Kediri: PG. Meritjan, PG. Pesantren Baru, PG. Ngadiredjo

6) Tulungagung: PG. Modjopanggung

Keseluruhan pabrik gula ini memproduksi gula putih dengan mutu SHS IA (super hight sugar).

Bahan baku tanaman tebu diperoleh dari lahan dengan status kepemilikan:

1. Tebu sendiri (TS) yang berasal dari lahan hak guna usaha (HGU) selluas 10% dari keseluruhan tanaman tebu.

Page 5: PKL rozin

2. Tebu yang berasal dari tanaman petani atau istilah lazimnya tebu rakyat (TR) seluas 90% dari total tanaman tebu.

b. Tetes (Molasses)

Tetes merupakan hasil dari komoditas terbesar setelah gula pada PT. Perkebunan Nuantara X. Produk ini duhasilkan sebagai turunan dari hasil produksi gula. Sebelumnya produk ini masih sebagai produk sampingan, tetapi pada perkembangannya, perusahaan menetapkan tetes sebagai produk utama karena daya jual produk ini sangat tinggi disukung dari permintaan tiap tahun yang selalu meningkat, namun sayangnya sayangnya hasil produksi dari tetes masih sangat terbatas. Produk tetes (molasses) ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan alkohol, bio etanol, sebagai stater dari pembuatan monosodium glutamate atau bumbu penyedap rasa, dan lain-lain.

B. produk lainnya

Selain memproduksi gula dan tetes, PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) juga memiliki beberapa usaha lain, yaitu:

1. Unit usaha tembakau

Tembakau merupakan komoditas yang diekspor ke luar negeri. Daerah tujuan ekspor terbesar adalah negara-negara Eropa. Tembakau merupakan komoditas yang sifatnya fancy product, artinya nilainya tergantung dari kualitas, sedangkan permintaan setiap pembeli memiliki spesifikasi yang berbeda-beda, sehingga sangat sulit untuk bisa menilai komoditas ini secara obyektif. Produktifitas tembakau per-tahun bervariasi, bergantung pada iklim, hama, penyakit dan kondisi topografi daerah penanaman tembakau. Berikut ini nama perkebunan tembakau beserta lokasinya:

a) Jember: kebun ajung gayasan, kebun kertosari

b) Klaten: kebun arum, gayamprit, wedibirit

2. Unit usaha rumah sakit

Sejak tanggal 1 desember 2003, unit usaha rumah sakit ditetapkan sebagai strategi penjualan yang meliputi lokasi:

a) Rumah Sakit Gatoel yang berkapasitas 7500 pasien yang berada di Kabupaten Mojokerto

b) Rumah Sakit Toelong Redjo berkapasitas 5000 pasien yang berada di Kabupaten Kediri

Page 6: PKL rozin

c) Rumah Sakit Perkebunan (RSP) yang mempunyai kapasitas 3500 pasien yang berada di Kabupaten Jember

Rumah sakit ini merupakan unit usaha mandiri. Selain melayani karyawan perusahaan, rumah sakit ini juga membuka layanan kepada masyarakat umum di sekitarnya dan termasuk rumah sakit type B (sekurang-kurangnya melayani 11 spesialistik).

3. Industri Bobbin

Berlokasi di Jember dan bekerjasama dengan Burger Soehne Ag Burg (BSB) Swiss dalam jasa pemotongan tembakau untuk membuat cerutu, ini juga didirikan di kawasan berikat (kerja sama bea cukai dan dati II Jember) yang dimaksudkan untuk memperlancar ekspor tembakau dan cutting bobbin.

C. Anak Perusahaan

Selain unit usaha di atas PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) juga mempunyai anak perusahaan yaitu:

a) PT. Dasaplast Nusantara

Merupakan anak perusahaan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang berlokasi di Pecangaan Jepara Jawa Tengah dengan kegiatan produksi sebagai berikut:

1. Karung plastik (kemasan isi 50 kg) dengan produksi sekitar 50 juta lembar per-tahun

2. Innerbag (kemasan isi 50) dengan kapasitas produski sekitar 50 juta lembar per-tahun

3. Waring berkapasitas produski 7,5 juta m2 per-tahun

b) PT. Mitra Dua Tujuh

Adalah anak perusahaan yang memiliki kegiatan utama frozen vagetables yang berlokasi di dati II Jember, dengan rincian produksi sebagai berikut:

1. Kedelai edamame dengan kapasitas produksi 3000 ton per-tahun

2. Okura dengan kapasitas produksi 200 ton per-tahun

D. Struktur Organisasi Perusahaan

Page 7: PKL rozin

Dalam perusahaan struktur organisasi sangat penting dan berfungsi sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatan perusahaan agar tidak terjadi kebiasan dalam wewenang serta tanggungjawab.

Struktur organisasi yangdigunakan oleh PTPN X adalah berasaz fungsional yaitu struktur organisaasi yang memiliki pembagian tugas secara jelas.

Ptpn X (Persero) dijalankan oleh komisaris, yang dalam pelaksanaan operasionalnya dibantu oleh direktur utama yang dibawahnya terdapat 4 direksi: 1) Direksi Pemasaran & Renbang, 2) Direksi Keuangan, 3) Direksi Produksi, dan 4) Direksi Sdm Dan Umum.

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PTPN X adalah sebagaimana gambar berikut:

Page 8: PKL rozin

STRUKTUR ORGANISASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero)

BIDANG PEMASARAN

Komisaris

Direktur Pemasaran

Direktur Produksi

Direktur Utama

Direktur SDMDerektur Keuangan

Kepala KBU Tembakau

Kabid. SDM Sekretaris Perusahaan

Administratur PG

Karo SPI Kepala KBU Rumah Sakit

Kabid. Keuangan

Kabid. Pemasaran

Kabid. Produksi

Administratur Kebun

Kepala Rumah Sakit

Staf Direksi

Pimipnan Unit Industri Bobbin

Rapat Umun Pemegang Saham

(RUPS)

Page 9: PKL rozin

Agendaris

Suroso

Kepala Urusan PemasaranProduk Gula & Analissis Pasar

Ir. H. Adi Santoso, MM

Kepala Urusan Pemasaran ProdukTetes, Ampas & Cokelat

Drs. H. Agus Mudigdo

Kepala Bidang Pemasaran

Drs. H. IRAWAN BASJAR G.

Administrasi Gula

Dra. Nur HandayaniIsmet Wahyu W., SESutrisno

Analisa Pasar

Nurul Yudayanti, SE

Administrasi Tetes

H. Sutjahjo Widjaja, SEAri Wibowo, SE

Administrasi Coklat & Ampas

Hj. Margining Astuti

Page 10: PKL rozin

2.2 Distribusi Gula

Dalam produksi, perlu dibedakan dua jenis pemilik hasil gula yang

ditangani oleh PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), yaitu: Gula milik sendiri

(PG) dan Gula milik Petani (TR). Gula milik sendiri adalah gula yang dihasilkan

dari tebu milik lahan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) sendiri, besarnya

hanya 10% dari total produksi, sedangkan yang dimaksud Gula mili Petani (TR)

adalah gula yang bahan bakunya dari lahan Petani tebu, total yang dihasilkan dari

Gula milik petani ini adalah 90% dari total produksi. PT. Perkebunan Nusantara X

(Persero) merupakan media pemroses hasil tebu Petani rakyat, oleh karena itu

terdapat system bagi hasil dalam proses penggilingan tebu tersebut, dalam

rendemen1 6% terdapat pembagian hasil giling sebanyak 40:60, PT. Perkebunan

Nusantara X (Persero) mendapatkan bagian 40% sedangkan Petani tebu

mendapatkan 60% dari seluruh Total produksi Gula. Sedangkan alur penjualan

Gula adalah sebagai berikut:

1. Sistem Penjualan Gula Milik Petani (TR)

Gula milik petani ini dalam sistem penjualannya mengunakan sistem

lelang yang melewati beberapa tahap, Adapun tahap-tahap proses pelelangan

adalah sebagai berikut:

a) Penawaran jumlah kuanta Gula milik petani ditawarkan pada sekretaris

APTR, setelah disetujui barulah dibuat surat undangan lelang kepada para

rekanan perihal adanya lelang.

b) Pihak rekanan selanjutnya akan menuliskan penawarannya, kemudian

dimasukkan pada tempat yang telah ada.

1 Rendemen : Proses pembuatan gula dari tebu melalui beberapa tahap dimulai dari lahan sampai ke emplasemen gilingan, mengesktrak nira di gilingan, pemurnian nira, penguapan, kristalisasi, puteran sampai pengepakan gula dalam karung. Dari berbagai tahap tersebut terjadi kehilangan gula dalam hal ini sukrosa sehingga jumlah sukrosa yang seharusnya bisa dikristalkan menjadi gula berkurang (http://kemuningwkst.blogspot.com/2010/01/segala-sesuatu-tentang-rendemen-gula.html)

Page 11: PKL rozin

c) Dipilih 6 penawar dengan harga tertinggi, dari 6 rekanan ini diadakan

penawaran lagi.

d) Apabila terjadi kesepakatan maka akan dibuat kontrak jual beli dan

diterbitkan SPS (Surat Perintah Setor) dan Jumlah pembayaran sesuai

dengan kesepakatan, setelah itu dikeluarkan DO (Delivery Order) apabila

telah membayar 100%

e) Sedangkan apabila tidak menemui harga yang cocok, lelang dapat

dibatalkan atau akan diadakan negosiasi. Untuk Gula petani tidak

dikenakan PPN.

2. Sistem Penjualan Gula Milik Sendiri (PG)

Pada November 2008 PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) melakukan

kerjasama keagenan dengan BULOG, kerjasama ini terkait dengan stabilisasi

harga gula lokal yang terdistorsi oleh munculnya gula rafinasi dipasaran. Sebagai

lembaga yang bergerak dalam bidang produksi dan penyalur salah satu bahan

pokok yakni gula, maka perusahaan juga berusaha agar distribusi gula tersebut

menjadi efektif, sehingga dapat memberikan harga yang ideal kepada end user.

Adapaun sistem distribusi yang ada pada PTPN X adalah sebagai berikut:

PTPN

(Produsen & Penyalur Gula)

PTPN(Produsen &

Penyalur Gula)

Distributor IDistributor I

Distributor IIDistributor II

Konsumen(end user)

Distributor IIIDistributor III

Page 12: PKL rozin

Ket:

Dari diagram tersebut, PTPN merupakan produsen, yang akan

memberikan harga pertama kepada distributor I. Distributor ke-1 ini merupakan

lembaga bisnis yang telah ditunjuk oleh produsen untuk mendistribusikan kepada

distributor yang lebih rendah. Kemudian disributor ini akan menjual lagi kepada

pihak distributor ke-2 yakni pengusaha besar (grosir), kemudian dari grosir ini

akan di distribusikan lagi pada distributor ke-3 yaitu pengecer. Setelah melewati

tiga saluran distribusi tersebut produk gula bisa di pakai oleh konsumen sebagai

end user.

Kelemahan dari sistem distribusi Gula diatas adalah harga yang tidak bisa

dikontrol oleh negara karena harga dapat dipermainkan oleh distributor pada lini

pertama. Untuk mengoptimalisasi distribusi gula PTPN X maka pihak PTPN X

bekerjasama dengan BULOG sebagai mitra kerja dalam pendisribusian gula,

sehingga nanti rantai pendistribusian gula dari BULOG langsung dapat disalurkan

ke distributor ke-2 yakni grosir besar, kemudian ke pengecer dan langsung

disalurkan kepada konsumen. Dengan cara ini diharapkan rantai distribusi lebih

pendek sebab BULOG disini bertindak sebagai rekanan Produsen dalam

penyaluran distribusi dan bisa menekan dan menstabilkan harga, sebab bulog

merupakan BUMN yang dalam operasionalnya tidak berorientasi pada profit,

namun juga melihat kesejahteraan masyarakat. Adapun alur dari proses distribusi

tersebut adalah seperti gambar berikut ini:

PTPN(Produsen &

Penyalur Gula)

PTPN(Produsen &

Penyalur Gula)Distributor I/

Bulog

Distributor I/ Bulog

Distributor IIDistributor II

Konsumen(end user)

Konsumen(end user)

Distributor IIIDistributor III

Page 13: PKL rozin

Dari alur tersebut PTPN X dan Bulog dapat menjaga kestabilan harga lebih

mudah dari pada melewati distributor 1. Adapun proses distribusi gula dari PTPN

X ke distributor dapat dilihat di Flowchart sebagaimana dibawah ini:

Page 14: PKL rozin

Pabrik GulaKANTOR DIREKSI

Bidang PemasaranBULOG Pembeli Keterangan

1. PG mengirimkan laporan harian PB34 kepada kantor Direksi Bidang Pemasaran secara online untuk membuat laporan persediaan.

2. Bidang Pemasaran membuat rekapitulasi persediaan seluruh PG.

3. Pembeli membuat surat penawaran kepada BULOG.

4. BULOG membuat surat konfirmasi pada Kantor Direksi bidang pemasaran tentang adanya penawaran dari pihak pembeli.

5. Apabila persediaan ada, bidang pemasaran menerbitkan surat penegasan kepada BULOG dan bila persediaan tidak ada maka transaksi batal.

6. Setelah menerima surat penegasan, BULOG memproses PO.

7. BULOG meminta persetujuan dari pihak pembeli terhadap harga yang ditawarkan oleh Kantor Direksi bidang pemasaran.

8. Apabila setuju, BULOG akan menerbitkan PO.

9. BULOG mengeluarkan SPS dengan perihal kesepakatan pembayaran.

10. Kantor Direksi bidang pemasaran menerbitkan DO setelah pembayaran 100% diterima.

11. DO diserahkan kepada pembeli untuk ditujukan kepada transportir.

12. Transportir dari pihak pembeli melakukan pengambilan Gula di gudang dengan membawa DO.

Laporan Harian PB34

Rekapitulasi Persediaan Masing-

masing PG

Rekapitulasi Persediaan seluruh

PG

Surat Penawaran

ada Tidak

Batal

Surat PenegasanProses PO PO Persetujuan

YaSPSDO

TransportirGudang

Surat Konfirmasi

Check stok

Page 15: PKL rozin

3. Solusi Terhadap Sistem Distribusi Gula

Dalam Proses Distribusi gula dari produsen ke konsumen, terdapat

beberapa permasalahan yang terjadi, antara lain:

1. Pada segi distribusi sering kali control harga bukan pada Produsen,

tetapi pada distributor yang bisa memainkan harga.

2. Kebijakan Publik (Perda dll) seringkali memberikan ruang gerak bagi

masuknya gula rafinase yang seharusnya tidak boleh digunakan untuk

konsumsi masyarakat umum, karena gula rafinase hanya

diperuntukkan untuk industry.

3. Ketimpangan harga gula dan jumlah atau kuantitas gula di suatu

daerah berbeda dengan suatu daerah yang lain dikarenakan adanya

penimbunan dan kebocoran distribusi yang dilakukan oleh pihak-pihak

yang menginginkan laba dikarenakan ketimpangan harga di suatu

daerah berbeda dengan daerah yang lain.

4. Munculnya Pesaing yang memproduksi gula dengan kemasan dan

kualitas yang lebih bagus (Gula Retail).

Dari ketiga permasalahan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

sebenarnya permasalahan dalam distribusi gula adalah kebijakan public,

hal ini terkait bahwa gula merupakan bahan pokok yang sangat diperlukan

dalam kehidupan manusia.

Dalam kenyataannya seringkali control pemerintah terhadap distribusi gula sangat

lemah sehingga harga bisa dipermainkan oleh pihak distributor, selain itu pihak

produsen gula tidak memonitor harga gula after sale, dalam artian setelah gula

berpindah tangan ke pihak distributor maka permasalahan distribusi dan control

harga sepenuhnya berada di pihak distributo karena pihak produsen tidak punya

kewenangan lagi. Dalam artikel yang ditulis oleh Kabul Santoso dkk yang

berjudul Sistem Pergulaan Jawa Timur (Optimalisasi Produk, Distribusi dan

Kelembagaan) menjelaskan bahwa sistem pergulaan jawa menggunakan teori

Page 16: PKL rozin

persaingan sempurna atau harga menurut mekanisme pasar, padahal dengan

adanya mekanisme pasar pihak yang akan dirugikan adalah konsumen itu sendiri

hal ini terkait dengan harga gula yang cenderung tidak ada control dari pemerintah

(HET).

Masih dalam artikel tersebut Kabul santoso memberikan sebuah solusi mengenai

langkah yang diambil oleh pemerintah dan produsen gula, sebagaimana dapat

dilihat di diagram dibawah ini:

Dalam diagram tersebut dapat dijelaskan bahwa seharusnya ada keterkaitan yang

erat antara pemerintah dan produsen (Pengolah dan petani) dimana didalam

hubungan keduamya di fasilitasi oleh kebijaksanaan public dan supporting system

yang terkait dengan produksi dan distribusi. Tetapi dalam diagram tersebut belum

ada monitor pemerintah dan produsen terhadap kualitas dan harga oleh karena itu

perlu control yang jelas dari pemerintah dan produsen terhadap distribusi hingga

ke end user. Dalam hal ini pihak yang berwajib berkepentingan terhadap proses

Page 17: PKL rozin

distribusi agar tidak ada penimbunan maupun kebocoran distribusi akibat

ketimpangan harga dari suatu daerah dengan daerah yang lainnya yang

menyebabkan stok di daerah dengan harga yang murah akan jauh berkurang.

Sedangkan solusi untuk point yang keempat adalah pihak PTPN X perlu

memproduksi lini produk baru dari gula, dalam hal ini PTPN X akan

menggunakan Red Ocean Strategic dimana Pihak PTPN X keluar dari persaingan

pada umumnya dan membentuk sebuah produk baru yang belum terlalu banyak

pesaingnya. Pihak PTPN X juga perlu untuk mendesentralisasi kebijakan

kebijakan umum terkait produksi dan distribusi kepada Pabrik-Pabrik Gula yang

berada dalam lingkup PTPN X.