PKL pkl fix

89
1 I KEADAAN UMUM BBPTU-HPT BATURRADEN 1.1 Sejarah Pendirian BBPTU-HPT Baturraden Pada tahun 1950 pemerintah daerah RI membangun peternakan di Baturraden dan di resmikan oleh P.J.M. Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta pada tanggal 22 Juli 1953 dengan nama Induk Taman Ternak Baturraden. Pada tanggal 25 Mei 1978, terbit SK Mentan RI No.313/Kpts/Org/5/78, tentang susunan organisasi dan tata kerja Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Baturraden (BPTHMT), sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Peternakan. Pada tanggal 24 Juli 2002, sesuai keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 290 Tahun 2002, BPT-HMT berubah menjadi Bali Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BPTU Sapi Perah) dan sampai diresmikan menjadi Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU Sapi Perah) tanggal 30 Desember 2003 sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian RI No. 68/KPTS/OT.140/12/2003. Pada tanggal 24 Mei 2013 BBPTU Sapi Perah Baturraden berubah nama menjadi Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden

description

mengenai laporan PKL. frdcjfiv kjfgliwdfsce fbknsfoifg kndbfitg.

Transcript of PKL pkl fix

Page 1: PKL pkl fix

1

I

KEADAAN UMUM BBPTU-HPT BATURRADEN

1.1 Sejarah Pendirian BBPTU-HPT Baturraden

Pada tahun 1950 pemerintah daerah RI membangun peternakan di

Baturraden dan di resmikan oleh P.J.M. Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta

pada tanggal 22 Juli 1953 dengan nama Induk Taman Ternak Baturraden.

Pada tanggal 25 Mei 1978, terbit SK Mentan RI No.313/Kpts/Org/5/78,

tentang susunan organisasi dan tata kerja Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan

Makanan Ternak Baturraden (BPTHMT), sebagai Unit Pelaksana Teknis

Direktorat Jenderal Peternakan.

Pada tanggal 24 Juli 2002, sesuai keputusan Menteri Pertanian RI Nomor

290 Tahun 2002, BPT-HMT berubah menjadi Bali Pembibitan Ternak Unggul

Sapi Perah (BPTU Sapi Perah) dan sampai diresmikan menjadi Balai Besar

Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU Sapi Perah) tanggal 30 Desember

2003 sesuai dengan keputusan Menteri Pertanian RI No.

68/KPTS/OT.140/12/2003.

Pada tanggal 24 Mei 2013 BBPTU Sapi Perah Baturraden berubah nama

menjadi Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

Baturraden (BBPTU HPT Baturraden) sesuai dengan permentan No.

55/Permentan/OT.140/5/2013.

1.2 Lokasi BBPTU-HPT Baturraden

Lokasi BBPTU-HPT Baturraden berada pada wilayah yang meliputi empat

area, yaitu: (a) area farm Tegalsari; (b) area farm Lipakuwus; (c) area farm

Munggangsari; (d) area farm Manggala. Keempat area tersebut berada di lereng

kaki gunung slamet sisi arah selatan. Area farm Tegalsari, Munggangsari dan

limpakuwus berada di dalam kawasan wisata Baturraden yang berjarak ± 15 km

ke arah utara dari Purwokerto, sedangkan area farm Manggala berjarak ± 30 km

ke arah barat dari kota Purwokerto.

Page 2: PKL pkl fix

2

Secara administratif area farm Tegalsari berada di wilayah desa Kemutug

Lor kecamatan Baturraden; area Munggangsari berada di wilayah desa

Karangsalam kecamatan Baturraden; area Limpakuwus berada di wilayah desa

Limpakuwus kecamatan Sumbang serta area Manggala berada di wilayah desa

Karangtengah kecamatan Cilongok dan desa Tumiyang kecamatan Pekuncen.

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Baturraden

memiliki keadaan iklim dengan temperatur berkisar 18-28°C, curah hujan berkisar

6000-9000 mm/tahun, serta kelembaban udara 70-80 % habitat yang cocok untuk

pengembangan sapi perah. BBPTU HPT Baturraden juga memiliki ketinggian

tempat: (a) farm Tegalsari sekitar 675 mdpl; (b) farm Limpakuwus sekitar 725

mdpl; (c) farm Munggangsari sekitar 700 mdpl; (d) farm Manggala sekitar 700

mdpl. Sedangkan jenis tanah yaitu andosol coklat kekuningan serta asosiasi

latosol dan regosol coklat dengan tekstur tanah lempung berpasir.

1.3 Sarana Fisik BBPTU-HPT Baturraden

Bangunan

Bangunan permanen yang meliputi :

1. Perkantoran dan fasilitasnya (mushola, ruang rapat, mass)

2. Ruang pengolahan susu UHT

3. Kamar susu

4. Laboratorium

Bangunan semi permanen yang meliputi:

1. Perkandangan ( laktasi freestall, laktasi individu, jantan freestall, jantan

individu, pedet, kering kandang, dan karantina)

2. Gudang peralatan

3. Gudang pakan (penyimpanan bahan pakan, penyimpanan silase)

4. Pengolahan limbah

5. Milking parlour

Page 3: PKL pkl fix

3

Sarana Gedung

BBPTU HPT Baturraden memiliki sarana dan prasarana yang penunjang

diantaranya:

Tabel 1 Sarana Gedung di BBPTU HPT Baturraden

No Jenis/kelompok Jumlah Lokasi

1. Gedung kantor 8

-Kemutug Lor

-Limpakuwus

-Manggala

2. Kandang 23

-Kemutug Lor

-Limpakuwus

-Manggala

Kapasitas kandang

1500 ekor

-Kemutug Lor

-Limpakuwus

-Manggala

4. Rumah dinas 61

-Kemutug Lor

-Limpakuwus

-Manggala-Karang Salam

Sumber : Data BBPTU-HPT Baturraden.

1.4 Tenaga Kerja

BBPTU HPT Baturraden memiliki pegawai berjumlah 169 orang dan

dibagi menurut jabatan fungsional sebagai berikut :

Page 4: PKL pkl fix

4

Tabel 2. Tenaga Kerja di BBPTU HPT Baturraden

No Jabatan Fungsional Orang

1 Wasbitnak Ahli 102 Wasbitnak Terampil 83 Medik Veteriner 84 Paramedik Veteriner 135 Wastukan Ahli 6

6 Analisis Kepegawaian 1

7 Fungsional Umum 112

  Total 158Sumber : Data BBPTU HPT Baturraden

1.5 Keadaan Lingkungan

BBPTU HPT Baturraden memiliki tiga farm yang terletak di:

1. Farm Tegalsari

Farm ini terletak di kaki gunung Slamet, daerah dengan suasana yang

masih sangat asri dengan pepohonan yang rindang, suasana alam yang masih

segar dan bersih serta jauh dari keramaian. Terletak berdekatan dengan lokasi

wisata Baturraden.

Farm ini memiliki luas lahan sekitar 34,802 ha untuk perkantoran,

perumahan, kandang ternak, lapangan penggembalaan dan kebun rumput.

Lokasi Tegalsari merupakan pusat administrasi dan farm produksi.

2. Farm Limpakuwus

Farm ini tidak jauh dengan farm Tegalsari, terletak di kaki gunung Slamet

dengan suasana yang masih sangat asri dekat dengan perhutanan pinus,

suasana alam yang yang masih segar dan bersih serta jauh dari pemukiman

dan keramaian.

Page 5: PKL pkl fix

5

Farm ini mmiliki lahan seluas 96,787 ha untuk kandang ternak, kebun

rumput dan perumahan. Lokasi Limpakuwus merupakan main farm untuk

bibit sapi perah.

3. Farm Manggala

Farm ini terletak di daerah pegunungan dengan suasana yang masih sangat

asri, dikelilingi oleh perkebunan rumput suasana alam yang masih segar dan

bersih serta jauh dari keramaian.

Farm ini memiliki lahan seluas 100 ha untuk pengembangan pemeliharaan

ternak dengan Rearing System yang merupakan konsep dari animal wealfare.

4. Farm Munggangsari

Farm ini memiliki luas lahan 10,098 ha untuk perumahan dinas, taurus

home stay, dan pusat pelatihan.

1.6 Visi dan Misi BBPTU-HPT Baturraden

Visi

“Mewujudkan institusi yang profesional dalam menghasilkan bibit sapi

perah,kambing perah dan hijauan pakan ternak yang berkualitas, berdaya saing,

berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak.”

Misi

a. Mengembangkan pembibitan sapi perah, kambing perah nasional dan

hijauan pakan ternak, dengan melaksanakan kebijakan di bidang

pemeliharaan, produksi, pemuliaan, pengembangan, penyebaran, dan

pemasaran komoditas sapi perah, kambing perah dan hijauan pakan ternak.

b. Mengembangkan sumber daya manusia aparatur pelaku usaha, sarana dan

prasarana, Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan pelayanan prima serta

meningkatkan kesejahteraan peternak.

Motto

“ BIBIT BERKUALITAS SOLUSI CERDAS

Page 6: PKL pkl fix

6

1.7 Struktur Organisasi BBPTU-HPT Baturraden

Bagan 1. Struktur Organisasi BBPTU-HPT Baturraden

Sumber. BBPTU-HPT Baturraden

Kepala bagian umum

Kepala sub bagian kepegawaian dan tata usaha

Kepala sub bagian program dan keuangan

Kepala sub bagian rumah tangga dan perlengkapan

Kepala Balai Besar

Kepala seksi pelayanan

teknis

Kepala seksi prasarana dan sarana teknis

Kepala bagian pemasaran dan informasi

Kepala seksi pemasaran

Kepala seksi informasi

Koordinator pengawas bibit ternak

Koordinator medik/paramedik

veteriner

Koordinator pengawas mutu pakan

Kepala bidang pelayanan pembibitan dan hijauan pakan ternak

Page 7: PKL pkl fix

7

Keterangan :

Kepala balai : Ir. Ali Rahman, M.Si

Kabag Umum : Ir. Siti Bukaida

Kasubag program keuangan : Akhmad Marsudi, S.Pt

Kasubag kepeg dan TU : Untung Rohadi, B.Sc

Kasubag RT dan perlengkapan : Prawoko, SE

Kabid pembibitan dan HPT : Drh. Gigih Tri Pambudi, MM

Kasi pelayanan teknis : Sujatmiko, S.Pt

Kasi sarana dan prasarana teknis : Bagong Kusminandar, S.pt

Kabid pemasaran dan informasi : Ir. Basuki

Kasi pemasaran : Rudy Trianto, S.Pt

Kasi informasi : Hery Supriadi, S.Pt

Koor pengawas bibit ternak : Eko Siswanto, S.Pt

Koor medik/paramedik veteriner : Drh. Yulianti Wahyu Setyorini

Koor pengawas mutu pakan : Adi Suryanto, S.Pt

1.8 Bidang Usaha BBPTU-HPT Baturraden

1. Produksi dan pemasaran bibit sapi perah unggul

2. Pusat database sapi perah nasional

3. Pemuliaan bibit sapi perah unggul

4. Budidaya bibit sapi perah unggul Pusat informasi dan konsultasi usaha

sapi perah

Page 8: PKL pkl fix

8

IIMANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI DARA DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN

TERNAK (SAPI PERAH) BATURRADENOleh:

MOHAMAD FADILA

200110120052

2.1 AbstrakPraktek Kerja Lapangan dilaksanakan di BBPTU-HPT (Balai Besar

Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak) sapi perah Baturraden, Purwokerto mulai dari tanggal 12 Januari sampai 6 Februari 2015. Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mengetahui tatalaksana pemberian pakan pada sapi perah fase dara, dan kandungan nutrisi hijauan dan evaluasi kebutuhan nutrisi pada sapi dara. Pengumpulan data ini menggunakan metode observasi langsung ke lapangan yaitu dengan mengikuti segala kegiatan rutin yang dilaksanakan di Peternakan tersebut, melakukan pengamatan, wawancara dengan pekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut, mengikuti semua kegiatan dengan ikut bekerja didalamnya serta melakukan pencatatan. Berdasarkan hasil pengamatan pemberian pakan pada sapi dara di BBPTU-HPT baturraden menggunakan sistem flat atau dengan cara diberikan secara merata kepada setiap sapi, serta pakan yang diberikan memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sapi dara.

Kata kunci : Sapi Dara, tatalaksana pemberian pakan, Kandungan Nutrisi, Hijauan dan Konsentrat.

2.2 Pendahuluan

Manajemen merupakan salah satu faktor dari tiga komponen utama

peternakan selain bibit dan pakan. Manajemen mencakup beberapa bagian dan

salah satu bagian dari manajemen adalah manajemen pakan. Manajemen pakan

merupakan salah satu usaha pengaturan dan pengelolaan pakan yang diberikan

pada ternak agar efektif dan efisien sehingga ternak bisa memiliki produksi yang

optimum.

Sapi perah berdasarkan tingkat umur dibedakan menjadi beberapa

tingkatan yaitu salah satunya sapi dara. Sapi dara merupakan sapi yang berumur

antara lepas sapih sampai dengan bunting. Manajemen pakan pada sapi dara

sangatlah penting karena jika tidak sesuai maka akan berakibat sapi telat untuk

Page 9: PKL pkl fix

9

mencapai dewasa tubuh sehingga proses IB untuk mendapat kebuntingan bisa

memakan waktu yang lama. Berdasarkan hal tersebut makan pembahasan

mengenai manajemen pakan akan dibahas lebih mendalam terhadap upaya-upaya

yang dilakukan dalam manajemen pakan untuk mendapatkan tingkat dewasa

tubuh yang sesuai.

2.3 Tujuan

1. Mengetahui Kandungan protein ransum yang diberikan pada sapi dara di

BBPTU-HPT (SP)

2. Mengetahui tatalaksana pemberian pakan yang dilaksanakan di BBPTU-

HPT (SP) Baturraden

3. Mengetahui apakah nutrisi pakan sapi dara yang diberikan di BBPTU-HPT

sudah sesuai dengan kebutuhan sapi dara yang ada disana.

2.4 Metode Pengamatan

Metode pengamatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan di

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Dan Hijauan Pakan Ternak (BBTU-HPT),

Baturraden adalah :

1. Partisipasi (Participant Observation), yaitu pengamatan yang dilakukan di

lapangan (Farm).

2. Pengambilan data (Collecting Data) , yaitu pengambilan data yang sesuai

dengan objek yang diamati sesuai dengan ijin dari pengawas dan kepala

yang ada di BBPTU-HPT Baturraden

3. Wawancara mendalam (Indepth Interview) yaitu diskusi yang dilakukan

dengan pihak-pihak terkait meliput Kepala Unit, pengawas lapangan, dan

anak kandang yang ada di BBPTU-HPT Baturraden.

Page 10: PKL pkl fix

10

2.5 Hasil Pengamatan dan Pembahasan

2.5.1 Sapi Dara yang Diamati

Tabel 3. Daftar Sapi yang Diamati

No

Nomor

SapiTgl Lahir

BBL

(kg)

berat badan (kg) PBB(kg) sex

25-Des-14 25-Jan-15

1 5260 03/06/2014 37 163 179 0,53

3Betin

a

2 2262 20/06/2014 39 168 177 0,3 Betin

a

3 2249 15/05/2014 30 158 174 0,53

3Betin

a

4 2255 31/05/2014 39 164 172 0,26

7Betin

a

5 2252 27/05/2014 28 157 171 0,46

7Betin

a

6 2247 15/05/2014 41 161 176 0,5 Betin

a

7 2260 12/06/2014 51 164 174 0,33

3Betin

a

8 2264 22/06/2014 43 170 180 0,33

3Betin

arata-rata 38,5 163 175,4 0,41

Sumber: Database BBPTU 2015

Keterangan : BBL= Berat Badan LahirPBB= Pertambahan Bobot Badan

Populasi sapi dara yang ada di BBPTU-HPT farm Manggala pada awal

Januari ada 254 ekor. Sapi tersebut terdiri dari berbagai tingkatan umur dari umur

sapi 6 bulan sampai sapi 15 bulan.

Pengamatan dilakukan terhadap 8 ekor sapi seperti yang tertera dalam

Tabel 3 yang berumur antara 6 dan 8 bulan. Bobot rata-rata keseluruhan pada

saat diamati yaitu 169 kg dengan PBB harian 0,41 kg.

2.5.2 Pakan Hijauan

Page 11: PKL pkl fix

11

Hijauan yang digunakan sebagai pakan di BBPTU-HPT Baturraden adalah

Rumput Raja atau king grass. Rumput raja merupakan jenis rumput yang berdiri

tegak berumpun-rumpun ketinggian dapat mencapai lebih kurang 4m , batang

tebal dan keras, daun lebar agak tegak, dan ada bulu agak panjang pada helaian

daun dekat ligula (Rukmana, 2005). Produksi hijauan di farm manggala adalah 6

kg per meter persegi atau 60 ton per hektar dan untuk pemngkasan rumputnya

sendiri di lakukan pada umur 60 hari.

Pemberian pakan hijauan di farm Manggala diberikan dengan cara sistem

flat atau dengan kata lain hijauan ditaburkan secara merata pada tiap-tiap pinggir

kandang. Hijauan diberikan sebanyak 7 ton atau 7000 kg.

Pembagian konsentrat per ekor = jumlahhijauan keseluruhan

jumlah populasi yangada di kandang

= 7000 kg254 ekor

= 27 kg/ekor

Berdasarkan perhitungan diatas bahwa rata-rata individu di kandang

freestall sapi dara farm Manggala mendapat 27 kg hijauan.

Setelah dilakuakan pengamatan selama tujuh hari terhadap 8 ekor sapi

diatas ternyata di temukan bahwa dari rata-rata 27 kg hijauan yang diberikan

hanya sekitar 15 kg saja yang dimakan oleh setiap ternaknya dan untuk lebihnya

diberikan pada sapi yang bobot badannya lebih besar.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Rumput Raja (king grass)

Jenis Rumput Kandungan zat makanan (%)

Pk Lemak NDF Abu Ca P

Rumput Raja 13,5 3,5 59,7 18,6 0,37 0,35

(Agus, 2008)

Page 12: PKL pkl fix

12

2.5.3 Pakan Konsentrat

Konsentrat yang digunakan di BBPTU-HPT Baturraden adalah konsentrat

hasil produksi sendiri, sedangkan untuk bahan baku pakan BBPTU-HPT

melakukan lelang tender sebagai penyedia bahan baku pakan selama satu tahun.

Pengiriman bahan baku pakan oleh pemenang tender dilakukan 3 bulan sekali.

Produksi Konsentrat berpusat di farm Tegalsari yang hasil produksinya dikirim ke

farm Manggala dan farm Limpakuwus. Produksi konsentrat dilakukan setiap hari

dimulai dari pukul 04.00 – 12.00 wib dengan total produksi sekitar 4-6 ton perhari

tergantung dengan keperluan konsumsi sapi yang ada di farm. Mesin yang

digunakan untuk membuat konsentrat adalah mesin mixer dengan kapasitas 500

kg/produksi. Bahan baku pakan yang digunakan di BBPTU-HPT ada 8 macam

yaitu bungkil kelapa, bungkil kedelai, pollard, mineral, CGF (Corn Gluten Feed),

onggok ,dolomit, dan CGM (Corn Gluten Meal). Produksi konsentrat BBPTU-

HPT memiliki 4 formulasi konsentrat yang terdiri dari F1, F2, pedet, dan calf

starter (CS).

Tabel 5. Formulasi Pakan Sapi Perah BBPTU-HPT Baturraden

No Jenis Bahan F1 F2 Pedet Calf Starter% Kg % kg % kg % kg

1 Bkl Kelapa 21 105 19 95 23 115 10 552 Bkl Kedelai 4 20 0 0 5 25 20 1053 Pollard 30 150 29 145 30 150 35 1504 Mineral 2 10 2 10 2 10 2 105 CGF 26 130 22 110 25 125 20 1056 Onggok 15 75 28 140 10 50 0 757 CGM 2 10 0 0 5 25 10 08 Dolomit 0,25 1,25 0,25 1,25 0,25 1,25 0,25 1,25

JUMLAH 100 500 100 500 100 500 97 486,25Sumber: BBPTU-HPT Baturraden, 2015

Pembuatan konsentrat mengacu kepada jumlah total ransum 500 kg

sehingga bisa dihitung jumlah kg per bahan konsentrat, hal ini karena disebabkan

Page 13: PKL pkl fix

13

oleh kapasitas mixernya. Konsentrat yang digunakan sebagai pakan sapi dara

adalah

konsentrat F2.

Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan BBPTU-HPT Baturraden

Sumber: BBPTU-HPT Baturraden, 2015

Tabel 7. Kandungan Nutrisi Konsentrat F2

Konsentrat PK(%) SK(%) LK(%) TDN(%) Ca(%) P(%)----------------------------- (%) ---------------------------------

F2 14,61 9,67 5,5 56,79 0,62 0,86

Pembagian konsentrat per ekor = jumlahkonsentrat keseluruhan

jumlah populasi yangada di kandang

No Bahan PakanJumlah Nutrisi Bahan Pakan dalam Ransum

BK PK SK LK TDN Ca P

----------------------------- (%) -------------------------

1 Bkl. Kelapa 87,5 21,10 15,95 2,67 69,48 0,11 0,482 Bkl. Kedelai 89,09 53,06 3,06 1,02 95,92 0,0 1,023 Pollard 89 18,54 11,52 3,09 85,95 0,0 1,124 Mineral 100 0,0 0,0 0,0 0,0 30 45 CGF 95,02 20,68 12,62 7,29 83,56 0,0 1,376 Onggok 79,8 2,4 1,87 8,9 1 78,3 0,227 CGM 92,16 30,03 3,41 10,43 90 0,0 0,0

Page 14: PKL pkl fix

14

= 700 kg

254 ekor

= 2,7 kg/ekor

Sapi dara yang berada di farm Manggala setiap harinya diberi konsentrat

sebanyak 700 kg. Hasil dari perhitungan diatas maka didapat bahwa konsentrat

untuk setiap sapinya mendapat 2,7 kg. Tetapi setelah diamati untuk 8 ekor sapi

yang ada pada Tabel 3 diatas feed intake konsentrat tidak sampai 2,7 kg hanya

sekitar 2,2 kg dan untuk sisanya diberikan pada sapi yang lebih besar bobot

badannya.

2.5.4 Tatalaksana Pemberian Pakan

Pemberian pakan sapi dara di BBPTU-HPT farm Manggala tidak

dibedakan berdasarkan tingkat umur. Semua sapi dara diberi pakan yang sama

secara merata. Di BBPTU-HPT farm Manggala sapi dara dipelihara di kandang

freestall dan ada juga yang digembalakan di lahan penggembalaan. Tahapan

pemberian pakan yang di kangdang freestall adalah sebagai berikut; pertama,

rumput segar dipangkas dari lahan kemudian rumput hasil pangkas disimpan

selama satu hari agar kandungan air dalam rumput berkurang sehingga dapat

memperkecil terjadinya bloat pada sapi. Kedua, rumput yang telah dipangkas

pada hari sebelumnya dicacah menggunakan mesin chopper menjadi ukuran yang

lebih kecil. Ketiga, rumput hasil penchopperan diberikan pada ternak secara

merata dengan sistem flat atau dengan kata lain semua ternak mendapat bagian

yang rata. Untuk konsentrat sendiri setelah hijauan disebar secara merata

konsentrat ditaburkan secara merata diatas hijauan. Karena menggunakan sistem

flat maka sapi yang berumur muda akan menyisakan pakan yang banyak, oleh

sebab itu maka sisa pakan dari sapi muda di sebar kembali pada dapi dara yang

Page 15: PKL pkl fix

15

lebih dewasa agar tidak adak pakan yang terbuang dan sapi bisa makan sesuai

dengan kebutuhannya.

Selain dengan pemberian pakan di kandang sapi dara di farm Manggala ini

setiap

dua

hari

sekali

dilepaskan secara bergiliran ke lahan penggembalaan. Untuk sapi dara yang

berumur sekitar 12-15 bulan atau sapi bunting dilepaskan selama 2 hari di ladang

penggembalaan.

Pemberian pakan konsentrat dilakukan 2 kali yaitu sekitar pukul 07.00 wib

sebelum diberi hijauan dan pukul 14.00 wib, sedangkan hijauan diberikan sehari

satu kali, untuk waktu pemberiannya bergantung pada selesainya proses

penchopperan.

2.5.5 Evaluasi Kecukupan Nutrisi

Di BBPTU-HPT perbandingan hijauan dan konsentrat yang diberikan

yaitu 60 % hijauan dan 40% konsentrat. Sapi dara yang diamati ada 8 ekor

dengan berat badan rata-rata pada pertengahan Januari seberat 169 kg dan

pertambahan bobot badan harian 0,41 kg per hari. Kebutuhan nutrisi untuk ternak

tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Kebutuhan Nutrien Sapi Dara

Sumber: Kearl, 1982

BB Pbb (kg) bk (kg) Potein (g) TDN (kg) Ca (g) P (g)

1500,25 4 414 1,9 13 110,5 4,2 513 2,3 14 12

0,41 4 447,4 2 14,7 9,6

2000,25 4,9 492 2,3 10 100,5 5,6 577 2,8 14 13

0,41 4,9 523,7 2,6 14,2 10,9169 0,41 4,4 476,4 2,3 14,4 10,1

Page 16: PKL pkl fix

16

Tabel kebutuhan nutrisi diatas didasarkan pada tabel kebutuhan Nutrisi

yang dikeluarkan oleh Kearl 1982. Selanjutnya data dari tabel kearl diinterpolasi

untuk mendapatkan kebutuhan bahan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.

Berdasarkan hasil interpolasi didapatkan bahwa kebutuhan pakan untuk

sapi dengan rata-rata bobot 169 dan pbb 0,41kg/hari adalah sebagai berikut:

TDN = 2,34,4 x 100% = 52,27%

Protein = 0,4764

4,4 x 100% = 10,82%

Ca = 0,0144

4,4 x 100% = 0,327%

P = 0,0101

4,4 x 100% = 0,23 %

Tabel 9. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi Pakan

BK Protein TDN Ca P------------------------%---------------------

Nutrien dalam Ransum 5 13,94 58,54 0,47 0,55Kebutuhan nutrien ternak 4,4 10,82 52,27 0,327 0,23Kecukupan Nutrien +0,6 +3,12 +6,27 +0,153 +32

Berdasarkan Tabel 9 maka dapat disimpulkan bahwa pakan yang diberikan

di BBPTU-HPT sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ternak walaupun dari

segi protein masih kurang 0,28% tetapi untuk keperluan nutrisi yang lain sudah

mencukupi bahkan melebihi dari kebutuhan ternak.

2.6 Kesimpulan dan Saran

2.6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahansan diatas maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kandungan protein ransum yang diberikan pada dara di BBPTU HPT

Baturraden adalah 13,94%.

Page 17: PKL pkl fix

17

2. Tatalaksana pemberian pakan di BBPTU-HPT adalah peratama rumput di

pangkas dan didiamkan selama 1 hari kemudian dicacah menggunakan

mesin chopper yang selanjutnya diberikan pada ternak secara merata

dengan sistem flat dalam keadaan segar dan untuk konsentrat

pemberiannya ditaburkan diatas hijauan secara merata.

3. Berdasarkan hasil evaluasi ransum maka pakan yang diberikan di BBPTU-

HPT sudah sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh sapi

dara hal ini di tunjukan dengan semua nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak

terpenuhi semuanya bahkan lebih.

2.6.2 Saran

1. Waktu pemberian pakan hijauan diusahakan sama setiap harinya agar

terjadi keteraturan dalam memberi pakan.

2. Sebaiknya dilakukan penghitungan sisa pakan pada kandang free stall

setiap hari guna mengetahui jumlah konsumsi pakan sapi perah.

2.7 Daftar Pustaka

Agus, A., 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Balain Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Sembawa. 2012. King Grass (Rumput Raja). www.bptu-sembawa.net/data/download//20130826143454.pdf (diakses pada tanggal 19 februari 20015)

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Kearl, C Leonard. 1982. Nutrient Requirements of Ruminants In Develoving Countries. Utah Agricultural Experiment Station Utah State University, Logan Utah

Page 18: PKL pkl fix

18

Khalil dan Suryahadi.1997. Pengawasan mutu dalam industri pakan ternak. Poultry Indonesia no. 213 Jakarta.

Rukmana, H Rahmat. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius , Yogyakarta.

Page 19: PKL pkl fix

19

III

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA SAPI PERAH PERIODE LAKTASI PADA KANDANG A DAN B DI BBPTU-HPT BATURRADEN

FARM TEGALSARIOleh:

NUGHRAHA FIRDINANSYAH

200110120060

3.1. Abstrak

Praktek Kerja lapangan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak Baturraden pada tanggal 12 Januari – 6 Februari 2015 ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemberian pakan ternak sapi perah dengan melihat ketercukupan nutrisi pada ternak. Pengamatan dilakukan pada sapi-sapi laktasi yang ada di kandang A dan B. Manajemen pemberian pakan dimulai dari pendistribusian pakan ke seluruh kandang sekali dalam sehari. Dilanjutkan dengan pemberian pakan menggunakan metode Plating dan diberikan kepada ternak 3 kali pada jam 8 pagi, jam 1 siang dan jam 8.30 malam.

Kata kunci: pendistribusian pakan, pemberian pakan, nutrisi, metode platting.

3.2. Pendahuluan

Ternak sapi perah terutama pembibitan memerlukan asupan nutrisi yang

cukup untuk menghasilkan produksi susu yang tinggi. Kebutuhan nutrisi tersebut

berasal dari pakan yang berkualitas, bila tidak mendapat pakan yang cukup, baik

kualitas maupun jumlah, tidak akan dapat menghasilkan air susu sesuai

kemampuannya. Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan peternakan sapi perah dengan memperehatikan manajemen

pemberian pakan.

Seorang peternak sapi perah, perlu mengetahui tentang nilai gizi bahan

pakan yang biasa digunakan sapi perah, penyusunan ransum yang disesuaikan

dengan kebutuhan zat makanan sapi perah, harga dan tersedianya bahan pakan

yang terdapat dilokasi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan.

Cara pemberian pakan yang salah, mengakibatkan penurunan produksi,

gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Untuk mencegah

Page 20: PKL pkl fix

20

timbul kerugian, pemberian pakan harus diperhitungkan dengan cermat.

Pemberian pakan harus dilakukan secara efisien.

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-

HPT) yang fokus dalam pembibitan komoditas sapi perah menerapkan

manajemen pemberian pakan yang terkontrol dalam menghasilkan bibit-bibit yang

unggul. Bedasarkan dengan pentingnya manajemen pemberian pakan yang

menunjang lahirnya bibit sapi perah di BBPTU – HPT yang unggul maka

pengamatan dilakukan terhadap manajemen pemberian pakan pada sapi perah

periode laktasi di BBPTU - HPT Baturraden Farm Tegalsari.

3.3. Maksud dan Tujuan

Mengetahui manajemen pemberian pakan pada sapi perah periode laktasi di

BBPTU – HPT Baturraden Farm Tegalsari.

3.4. Metode Pengamatan

Metode pengamatan yang dilakukan dalam pengamatan ini melalui:

1) Pengamatan Langsung yang dilakukan dari tanggal 12 Januari – 6

Februari 2015 dengan mencatat data yang diperlukan dilapangan.

2) Wawancara dan diskusi dengan narasumber terkait baik pengawas

ternak maupun pekerja lapangan harian.

3) Studi literatur sebagai bahan perbandingan antara teori dengan fakta di

lapangan.

Page 21: PKL pkl fix

21

3.5. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Manajemen pemberian pakan yang diterapkan di BBPTU – HPT Baturraden

Farm Tegalsari disesuaikan dengan umur ternak yang di bagi ke dalam berbagai

kandang dari mulai pedet baru lahir sampai dengan kandang sapi dewasa tua.

Sedangkan untuk sapi periode laktasi ditempatkan di kandang-kandang yang

berdekatan sebagai upaya mempermudah dalam menejemen pemerahan.

Zat makanan pada sapi perah digunakan untuk hidup pokok, pertumbuhan

janin di dalam kandungan dan produksi air susu. Jika ingin mendapat bibit yang

baik dan produksi air susu yang tinggi, baik jumlah dan mutunya, maka pakan

diberikan dalam jumlah yang cukup dan bermutu. Parakkasi (1999) menyatakan

bahwa, salah satu yang mempengaruhi konsumsi adalah kualitas pakan, pakan

yang berkualitas baik mempunyai tingkat konsumsi relatif tinggi dibanding pakan

yang berkualitas rendah.

Miller (1979) menjelaskan bahwa, nutrien dibutuhkan ternak untuk: 1)

Pemenuhan kebutuhan hidup pokok (maintenance), 2) Pertumbuhan atau

penggemukan badan, 3) Sintesis dan sekresi susu, dan 4) Bekerja atau

mengerjakan sesuatu yang melebihi normal. Kebutuhan energi pada sapi perah

laktasi ditentukan oleh kebutuhan untuk hidup pokok yang dipengaruhi oleh berat

badan, sedangkan kebutuhan untuk produksi susu dipengaruhi oleh banyaknya

susu yang disekresikan dan kadar lemak yang terkandung di dalam susu (Bath et

al., 1985).

3.5.1 Hijauan

Pakan hijauan yang diberikan pada ternak diberikan berupa rumput-

rumputan sebagai bahan pakan utama ternak dan leguminosa sebagai hijauan

pakan ternak tambahan yang memiliki kandungan protein lebih tinggi.

Rumput yang digunakan di BBPTU – HPT Farm Tegalsari adalah rumput

raja. Meskipun ada pasokan rumput lainnya yaitu rumput gajah yang datang dari

Farm Limpakuwus, akan tetapi rumput raja merupakan hijauan pakan utama yang

diberikan dan dibudidayakan di Farm Tegalsari.

Page 22: PKL pkl fix

22

Tabel 10. Hijauan Pakan Ternak Koleksi BBPTU – HPT Baturraden Farm

Tegalsari

Jenis Nama LatinRumput Setaria Setaria ancepsRumput Gajah Kerdil Pennisetum purpureum mot.Rumput Green Panix Green PanixRumput Mexico Euchalena MexicanaRumput Signal Brachiaria decumbensRumput Benggala Panicum maximumRumput Raja Pennisetum purpuroidesRumput Gajah Pennisetum purpureumTuri Sesbania grandifloraGamal Gliricidia maculataKaliandra Calliandra calothyrsusKacang Pintoe Arachis pintoi

Data Primer hasil pengamatan di BBPTU – HPT Baturraden Farm Tegalsari

3.5.2 Konsentrat

Bahan pakan konsentrat merupakan pakan mengandung serat kasar rendah

dan bersifat mudah dicerna, misalnya dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang

tanah, jagung, kedelai. Zat-zat makan yang tidak dapat dipenuhi oleh rumput dan

hijauan untuk memenuhi kebutuhan zat makanan sapi perah, dilengkapi oleh zat-

zat makanan yang berasal dari pakan konsentrat (Eriawan, 2010).

Konsentrat yang menjadi pakan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan

nutrisi ternak dalam pembuatannya, BBPTU - HPT melakukan secara mandiri

dengan mencampur semua bahan pakan sesuai dengan formulasi yang sudah

ditetapkan. Formulasi tersebut memiliki perbedaan berdasarkan umur. Formulasi

dibagi menjadi calfstarter untuk sapi awal laktasi, Pedet unutk sapi pedet, F1

untuk sapi laktasi produksi tinggi dan F2 untuk sapi sapi laktasi produksi rendah.

Page 23: PKL pkl fix

23

Tabel 11. Formulasi Konsentrat Pakan Sapi Perah BBPTU – HPT Baturraden Farm Tegalsari

No. JenisBahan

FormulaF1 F2 PEDET Calf Starter

% Kg % Kg % Kg % Kg1 Bungkil

kelapa25 125 26 130 23 115 10 50

2 Bungkil kedelai

5 25 0 0 8 40 20 100

3 Pollard 30 150 33 165 30 150 35 1754 Mineral 2 10 2 10 2 10 2 105 Corn

Gluten Feed

22 110 19 95 22 110 20 100

6 Corn Gluten Meal

3 15 0 0 5 25 13 65

7 Onggok 13 65 20 100 10 50 0 0Jumlah 100 500 100 500 100 500 100 500

Sumber: Data base BBPTU – HPT Baturraden bulan januari

Tabel 12. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan Konsentrat

No

.

Bahan Pakan BK PK SK LK TDN Ca P

(%)

1 Bungkil Kelapa 87,5 21,10 15,95 2,67 69,48 0,11 0,482 Bungkil Kedelai 89,09 53,06 3,06 1,02 95,92 0,0 1,023 Pollard 89 18,54 11,52 3,09 85,95 0,0 1,124 Mineral 100 0,0 0,0 0,0 0,0 30 45 Corn Gluten Feed 95,02 20,68 12,62 7,29 83,56 0,0 1,376 Onggok 79,8 2,4 1,87 8,9 1 78,3 0,227 Corn Gluten Meal 92,16 30,03 3,41 10,43 90 0,0 0,0

Sumber: BBPTU – HPT Baturraden, 2015

Page 24: PKL pkl fix

24

3.5.3 Penyusunan Pakan

Penyusunan atau pembuatan pakan dilakukan secara automatis dengan

wagoon mixer atau Total Mixed Ratio sebuah kendaraan yang fungsinya

mencampur antara hiajauan dengan konsentrat dengan prinsip mengaduk rata

antara hiajauan rumput dan konsentrat dengan perbandingan teretentu.

Penyusunan pakan sapi laktasi menurut Bekti (2010) terdiri atas berbagai

tahapan yaitu:

1. Menghitung kebutuhan seekor sapi terhadap bahan kering (BK), energi

(TDN=Total Digestible Nutrition), dan protein kasar (PK).

2. Menghitung ketersediaan BK, TDN dan PK dari hijauan (rumput dan

daun-daunan) yang akan diberikan pada ternak.

3. Menghitung kecukupan nutrisi dengan membandingkan kebutuhan ternak

dengan ketersediaan nutrisi yang ada pada hijauan. Sedangkan kekurangan

nutrisi akan diperoleh dari konsentrat.

4. Akhirnya dapat dihitung berapa kilogram hijauan konsentrat yang harus

diberikan kepada sapi perah.

3.5.4 Distribusi Pakan dan Pemberian Pakan

Pendistribusian pakan dilakukan sehari sekali pada pagi hari tepatnya pada

jam 8 pagi. Pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pagi

jam 8, siang hari jam 1 dan malam hari jam 8.30 WIB. Pemberian pakan dimulai

setelah pendistribusian pakan pada pagi hari sebanyak total jumlah pakan yang

diperlukan untuk satu hari.

Page 25: PKL pkl fix

25

Tabel 13. Kebutuhan pakan setiap kandang di Farm Tegalsari BBPTU – HPT

12 – 18 februari 2015

Kandang Jumlah sapi

Konsentrat HPT Legume *)(Kg/

Kandang/hari)

Jenis (Kg/kandang/

hari)

(Kg/kandang/hari)

A 33 8 F1 1980 125B 41 3 F2 2460 117

Sumber: data primer, *) data sekunder BBPTU - HPT

Pakan yang datang saat pertama kali pendistribusian langsung disimpan

pada bak pakan yang berbentuk memanjang (kandang individu tanpa sekat) pada

kandang sapi laktasi. Dimana pakan yang datang disimpan dilantai dekat dengan

dinding bak kandang.

Pada lokasi pengamatan di kandang A dan B pendistribusian dilakukan

dengan menggunakan kandi (keranjang). Kandi-kandi ini digunakan untuk

mengangkut pakan hasil olahan menggunakan mesin Total Mixed Ratio (TMR).

Mesin Total Mixed Ratio (TMR) berfungsi sebagai alat pencampur antara hijauan

dengan konsentrat dan mendistribusikan pakan ke berbagai kandang. Satu kandi

yang digunakan dalam pendistribusian pakan dapat menampung sekitar 20 kg

pakan.

Ketikan waktu pemberian pakan datang, bak pakan yang kosong kembali

diisi dengan pakan yang ada di bawah (luar kandang) bak pakan. Pakan tersebut

adalah jatah pakan untuk siang dan malam hari.

Sedangkan pakan kosentrat tidak diberi perlakuan khusus. Pemberiannya

langsung dicampur/ditabur di atas pakan hijauan. Kecuali pakan yang dibuat

dengan mesin Total Mixed Ratio (TMR) dimana hijauan telah tercampur merata

dengan konsentrat.

Metode pemberian pakan yang digunakan BBPTU – HPT Baturraden adalah

pemberian pakan secara Plating. Metode Plating merupakan metode dimana

Page 26: PKL pkl fix

26

pakan yang diberikan dihamparkan secara rata dilantai yang nantinya sapi bebas

memakan bagian mana saja.

Keuntungan dari metode Plating adalah mudahnya pemberian pakan saat

pendistribusian pakan tanpa harus membagi kesetiap individu ternak dengan porsi

dari masing-masing ternak mungkin berbeda. Akan tetapi ada kerugian yang

sangat terlihat yaitu saat sapi yang lebih agresif dari sapi lainnya akan memiliki

kesempatan makan lebih banyak. Tidak hanya itu metode Plating ini seringkali

menyisakan banyak pakan yang tersisa dari yang tidak termakan oleh ternak

maupun yang tercecer dilantai dan bak pakan.

Tabel 14. Data individu sapi laktasi dikandang A dan B bulan Januari 2015

No. Ear tag Penilaian Body Condition Score (BCS) Keterangan

Ke 1 Ke 2 Ke 3 Rata-rata BCS

Kandang A0693 3,50 3,50 3,49 3,50 0277 3,38 3,38 3,38 3,38 0644 3,50 3,50 3,50 3,50 0275 3,67 3,67 3,67 3,67 1892 3,63 3,63 3,63 3,63

Kandang B0611 3,50 3,50 3,50 3,50 0561 3,96 3,96 3,96 3,96 0326 2,88 2,88 2,88 2,88 1886 3,79 3,79 3,79 3,79 1912 3,75 3,75 3,75 3,75

Sumber: Database BBPTU – HPT Baturraden

Sapi-sapi periode laktasi di BBPTU – HPT dikandangkan tidak berdasarkan

umur atau periode laktasinya, melainkan berdasarkan produksi susu yang

dihasilkan. Sapi-sapi dengan produksi tinggi yang menghasilkan susu > 10

kg/hari ditempatkan pada kandang A dan kandang B dengan sapi-sapi yang

produksi susunya < 10 kg/hari, sedangkan sisanya sapi-sapi produksi rendah

ditempatkan di kandang Freestall.

Page 27: PKL pkl fix

27

Jika dilihat dari tabel diatas dapat terlihat hubungan antara nilai dari BCS

(Body Condition System) dengan manajemen pemberian pakan. Karena nilai BSC

yang tinggi menunjukan bahwa ternak tersebut mendapat asupan pakan yang baik.

Data menjelaskan rata-rata BCS pada kandang A memiliki nilai lebih besar yaitu

3,62 dari nilai BCS dari kandang B yaitu 3,58. Ini sejalan dengan produksi susu

yang ada dikandang A lebih besar dibanding dengan kandang B dimana adanya

hubungan antara bobot badan ternak dengan produksi susu ternak tersebut.

Meskipun terlihat baik pada penilaian BCS, manajemen pemberian pakan

yang dilakukan di BBPTU – HPT secara Platting menyebabkan pakan mengalami

pelayuan pada saat disimpan di luar dinding bak pakan (jatah pakan siang dan

malam) karena mengalami/tersinari matahari secara langsung yang membuat

pakan dapat menjadi lebih kering karena sebelumnya pakan sudah mendapatkan

perlakuan pelayuan satu hari sebelum diberikan pada ternak. Hal tersebut

seharusnya dapat dihindari karena dapat merusak atau mengurangi kandungan

nilai nutrisi yang ada pada pakan tersebut. Sehingga nantinya pertumbuhan bobot

badan akan lebih meningkat dan hasilnya adalah peningkatan mutu bibit dan

produksi susu.

3.5.5 Evaluasi Kecukupan Nutrisi

Evaluasi kecukupan nutrisi sapi perah BBPTU – HPT Baturraden dapat kita

lakukan dengan membandingkan antara nutrisi yang dibutuhkan dengan nutrisi

yang tersedia dalam pakan sehari-hari.

Pakan yang dignakan di BBPTU – HPT Baturraden adalah hijauan berupa

rumput raja dan konsentrat dengan jenis F1 dan F2 yang diperuntukan untuk sapi

laktasi.

Tabel 15. Kandungan Ketersediaan Nutrisi dalam PakanUraian BK

(Kg)PK (gr) Ca (gr) P (gr)

Kebutuhan *) 9.6 793 26 26Ketersediaan BK (%) PK (%) Ca (%) P (%)Rumput Raja **) 22.4 13.5 0.37 0.35

Page 28: PKL pkl fix

28

KonsentratF1 89.15 16.66 1.55 0.86F2 87.68 13.15 2.36 0.78

Sumber: BBPTU-HPT baturraden, 2015. *) Kearl, 1982. **) Siregar, 1994.

Pada kandungan kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan perkiraan data rataan

BCS ternak yang ada. Melihat data tersebut disertai pengamatan langsung, maka

diasumsikanlah bobot badan rata-rata sapi laktasi pada kandang A dan B berada

pada kisaran 500 kg. Selanjutnya dengan melihat data kebutuhan dan

ketersediaan nutrisi di atas, dilakukanlah perhitungan kecukupan nutrisi dengan

asumsi perbandingan antara hijauan dan kosentrat adalah 70% : 30%. Setelah

dilakukan perhitungan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 16. Kecukupan Nutrisi pada Pakan Kandang A

Uraian BK PK Ca P

(Kg)

Ketersediaan

Rumput raja 7.21 0.973 0.026 0.025

Konsentrat F1 3.96 0.574 0.053 0.029

Total 11.17 1.547 0.079 0.054

Kebutuhan 10.3 0.821 0.027 0.027

Kecukupan + + + +

Keterangan: (+) tercukupi (-) tidak tercukupi

Tabel 17. Kecukupan Nutrisi pada Pakan Kandang B

Uraian BK PK Ca P

(Kg)

Ketersediaan

Rumput raja 7.21 0.973 0.026 0.025

Konsentrat F2 2.7 0.355 0.063 0.021

Page 29: PKL pkl fix

29

Total 9.91 1.328 0.089 0.046

Kebutuhan 10.3 0.821 0.027 0.027

Kecukupan - + + +

Keterangan: (+) tercukupi (-) tidak tercukupi

Data tersebut menunjukan bahwa terdapat nutrisi yang tidak tercukupi.

Pada kandang A kebutuhan nutrisi telah terpenuhi. Sedangkan pada kandang B

terdapat 0,39 kg BK yang belum terpenuhi.

3.6. Kesimpulan dan saran

3.6.1 KesimpulanManajemen pemberian pakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul –

Hijauan Pakan Ternak Baturraden menggunakan metode plating dengan waktu

pemberian sebanyak tiga kali sehari pada jam 8 paagi, jam 1 siang dan jam 8.30

malam.

3.6.2 Saran

Manajemen pemberian pakan masih harus diperbaiki dalam hal

penerapannya masih ditemukan ketidak telitian baik seperti dalam pembuatan

pakan (berat, takaran, kebersihan), waktu pemberian yang harus diperbaiki dan

metode platting yang masih harus dievaluasi serta harus diperhatikan lagi

ketercukupan nutrisi pada pakan ternak.

Adapun untuk penyusunan laporan ini masih terdapat kelemahan yang perlu

diperbaiki baik dari data yang didapatkan maupun teori yang akan digunakan

sebagai pembanding.

3.8 Daftar Pustaka

Bath, D, L., F. N. Dickinson, H. A. Tucker, and R. D. App;emen 1985. DairyCattle: Principles, Practices, Problems, Profits. 3rd edition. Lea andFebiger, Philadelphia. Pada Astuti, Andriyani. 2009. Pengaruh Penggunaan high Quality Feed Supplement Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien Sapi Perah Awal Laktasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Page 30: PKL pkl fix

30

Bekti, Eriawan. 2010. Pemberian Pakan Pada Sapi Perah. BPTP, Jawa Barat.

Miller, W. J. 1979. Dairy Cattle Feeding and Nutrition. Academic Press, New York, San Fransisco, London. Pada Astuti, Andriyani. 2009. Pengaruh Penggunaan high Quality Feed Supplement Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Nutrien Sapi Perah Awal Laktasi. UniversitasGajah Mada, Yogyakarta.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. University Indonesia Press, Bogor.Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Page 31: PKL pkl fix

31

IV

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA PEDET UMUR 0-2 BULAN

DI BBPTU-HPT (SP) BATURRADEN PURWOKERTO FARM

TEGALSARI KANDANG E2

Oleh :

INTAN MAULIDINA

200110120178

4.1 Abstrak

Laporan praktek kerja lapangan ini disusun berdasarkan rangkaian kegiatan serta pengamatan yang dilaksanakan pada tanggal 12 Januari – 06 Ferbuari 2015 di BBPTU-HPT (SP) Purwokerto Jawa Tengah. Kegiatan PKL ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengalaman, serta membandingkan hasil belajar atau teori dengan praktek langsung ke lapangan. Objek pengamatan yang dilakukan adalah pencacahan hijauan, tatalaksana pemeliharaan, pemberian pakan, manajemen kesehatan, serta sanitasi perkandangan. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan di BBPTU-HPT purwokerto seperti pemberian pakan pada pedet yang baru lahir yaitu dengan diberi kolostrum langsung dari indukya 4 kali sehari sebanyak 2,5 liter/pemberian, setelah 7 hari pedet hanya diberikan susu 3 kali saja sebanyak 2 liter/pemberian, sedangkan pada umur >7 hari pedet hanya diberi susu 2 kali sehari sebanyak 2 liter/pemberian, dan selebihnya di beri hijauan berjenis King grass dan konsentrat.Kata Kunci : Pedet, Manajemen Pemberian Pakan

4.2 Pendahuluan

Sapi perah adalah sapi yang menghasilkan susu dalam jumlah besar,

biasanya sapi perah adalah subsektor utama dari peternakan. Tetapi bisa juga

diambil dagingnya hanya saja untuk jantan, betina dimanfaatkan diambil susunya

saja. Sapi perah yang ada di BBPTU-HPT Purwokerto adalah jenis FH (Friesian

Holstein). Sapi jenis FH ini banyak dipelihara karena dapat memproduksi susu

dalah jumlah besar dibandingkan jenis sapi yang lainnya.

Ciri-ciri dari sapi FH ini yaitu berwarna hitam dengan bercak putih, bulu

ekor dibagian ujungnya berwarna putih, jinak, serta mempunyai ambing yang

besar. Ada segitiga putih dikepalanya itu salah satu ciri dari sapi perah jenis FH.

Page 32: PKL pkl fix

32

Pada umumnya hampir tidak ada perbedaan dari segi kasat mata sapi FH jantan

dan betina, hanya saja perbedaan dari alat reproduksi dan betina mempunyai

ambing.

Untuk menjaga kualitas sapi perah yang baik, perlu di awal pemeliharaan

dengan pemberian pakan sesuai prosedur dan teratur agar menghasilkan kualitas

bibit sapi perah yang baik khususnya untuk berjenis kelamin betina. Selain

menghasilkan bibit yang baik, juga agar dapat memproduksi banyak susu dengan

kualitas yang baik. Agar menghasilkan pedet yang unggul dan berkualitas pertu

perawatan khusus, teliti, dan kecermatan. Pemeliharaan pedet hingga lepas sapih

adalah bagian yang sangat penting dilakukan. Kesalahan pemelihaaran pedet pada

umur hingga lepas sapih dapat menyebabkan pedet mati, sehingga perlu asupan

nutrisi yang baik.

BBPTU-HPT (SP) Purwokerto merupakan balai besar pembibitan yang

dikelola oleh pemerintah di bagian sapi perah, maka dari itu sangat diperhatikan

dalam pemeliharaan, pemberian pakan, serta kebersihan yang dilakukan di

peternakan tersebut. Pemeliharaan di BBPTU-HPT ini meliputi dari pedet baru

lahir hingga sapi dewasa. BBPTU-HPT dibagi menjadi 3 tempat yaitu Farm

Manggala (Rearing Unit), Farm Tegalsari, dan Farm Limpakuwus. Farm

Limpakuwus sangat steril sehingga hanya petugasnya saja yang ada di Farm

tersebut jarang sekali kunjungan ke Farm Limpakuwus karena sudah steril. Farm

Limpakuwus bertujuan untuk pembibitan yang lebih intens sehingga ternak

tersebut jarang terkena penyakit karena pemeliharaan yang sangat serius dan

peralatannya pun sudah canggih. Pengawasannya pun lebih baik dan tebih

terkendali karena untuk mendapatkan bibit yang unggul perlu pengawasan yang

lebih serius. Adapun pembibitan kambing perah yang baru di rintis di BBPTU-

HPT Baturraden ini tetapi masih tahap awal pemeliharaan, pembibitan tersebut

dilakukan di Farm limpakuwus.

4.3 Tujuan

Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan ini yaitu :

Page 33: PKL pkl fix

33

- Mengetahui asupan nutrisi pemberian kolostrum dan susu untuk pedet

- Mengetahui asupan nutrisi pakan hijauan dan konsentrat

- Mengetahui perbandingan pakan dan susu untuk pedet apakah terpenuhi

atau tidak

4.4 Metode Pengamatan

Metode pengamatan yang dilakukan selama kegiatan praktek kerja

lapangan tersebut meliputi :

1. Mengikuti seluruh rancangan kegiatan yang ada di BBPTU-HPT (SP)

Purwokerto

2. Wawancara, yaitu dengan cara bertanya-tanya dengan petugas yang berada

di kandang, dan pengawas yang berada di setiap kegiatan.

3. Pengambilan data, yaitu pencatatan data tertentu sesuai dengan penelitian

yang dilakukan atas persetujuan pengawas, operator, dan kepala balai.

4.5 Hasil dan Pembahasan

4.5.1 Hasil

Pedet yang dipelihara di Farm Tegalsari kandang E2 berjumlah 33 ekor

dengan jantan 12 ekor dan betina 21 ekor. Tetapi pedet yang di jadikan sample

penelitian saya hanya 10 ekor, yaitu 4 ekor jantan, 5 ekor betina dan 1 ekor yang

baru lahir. Pedet yang dijadikan sample hanya 10 ekor agar penelitian lebih

terfokus dan lebih intens lagi. Berikut adalah pemberian pakan yang diberikan

pada pedet berupa kolostrum, susu, konsenstrat, dan hijauan.

Page 34: PKL pkl fix

34

Tabel 14. Kebutuhan hijauan, kolostrum, susu, dan konsentrat untuk pedet umur

0-2 bulan

Kel. UmurPopulasi pedet Kebutuhan Pakan

Jtn Btn Jml Susu Calfs Kons hijauan Clstrm

Ltr/h Kg/h Kg/h Kg/h Ltr/h

1-7 hari 1 - 1 - - 5

8-30 hari 3 7 10 50 2,5 20 25 -

31-60 hari 8 14 22 132 11 44 165 -

Jumlah 12 21 33 182 13,5 64 190 5

Sumber : BBPTU-HPT Baturraden

Populasi pedet kandang E2 berjumlah 33 ekor, kode warna untuk umur 1-7

hari belum dipasangkan eartag, untuk kelompok umur 8-30 hari menggunakan

eartag berwarna hijau, dan untuk kelompok umur 31-60 hari memakai eartag

berwarna kuning.

Tabel 15. Jadwal pemberian kolostrum

UmurJam Pemberian Kolostrum

06.00 10.00 15.00 20.00

1-3 hari I I I I

4-6 hari I I I

7 hari 1 1

CATATAN KASUS :

29 Januari-4 februari 2015

Jatah susu = 182 Liter/hari, Pagi = 91 Liter/hari, Sore = 91 Liter/hari

Pemberian kolostrum untuk pedet dilaksanakan 4 kali untuk umur 1-3 hari,

untuk 4-6 hari 3 kali pemberian, dan untuk umur 7 hari hanyak 2 kali pemberian.

Page 35: PKL pkl fix

35

Tabel 16. Formulasi konsentrat untuk pedet calf starter

No. Nama Bahan (%) Kg

1. Bu.ngkil kelapa 10% 50

2. Bungkil kedelai 20% 100

3. Pollard 35% 175

4. Mineral 2% 10

5. CGF 20% 100

6. CGM 13% 65

7. Onggok 0% 0

8. Dolomit 0,25% 1,25

jml 100% 501,25

Sumber : BBPTU-HPT Baturraden

Konsentrat diberikan dengan formulasi CS setiap hari untuk pedet umur 8-

60 hari. Pemberian konsentrat bertujuan untuk memenuhi nutrisi pedet tersebut

dan juga agar pedet tersebut bisa mengunyah makanan.

Tabel 17. Kandungan Rumput Raja

Jenis Rumput Kandungan zat makanan (%)

Pk Lemak NDF Abu Ca P

Rumput Raja 13,5 3,5 59,7 18,6 0,37 0,35

(Agus, 2008)

Hijauan yang diberikan untuk pedet kandang E2 sama dengan sapi dewasa

dan dara yaitu berjenis King grass. Hijauan diberikan hanya untuk kelompok

umur 8-60 hari. Untuk kelompok umur 1-7 hari hanya diberikan colostrum saja

karena dengan pemberian kolostrum banyak terkandung nutrien yang bisa

memenuhi kebutuhan pedet tersebut. Sehingga pemberian hijauan hanya

diberikan untuk kelompok umur 8-60 hari.

Page 36: PKL pkl fix

36

Tabel 18. Data Populasi Pedet Farm Tegalsari Kandang E2 yang dijadikan Sample

Penelitian

No

.

No. Tag Tgl. Lahir BBL BBA SEX KET

1. Jt.700 04-12-14 38 81 Jantan Kd.E2

2. Jt.701 12-12-14 39 75 Jantan Kd.E2

3. Jt.702 13-12-14 47 69 Jantan Kd.E2

4. Jt.703 16-12-14 46 73 Jantan Kd.E2

5 2316 04-12-14 42 85 Betina Kd.E2

6. 2317 05-12-14 47 79 Betina Kd.E2

7. 2318 06-12-14 47 79 Betina Kd.E2

8. 2319 06-12-14 48 73 Betina Kd.E2

9. 2320 20-12-14 43 75 Betina Kd.E2

10. Barulahir 05-02-15 45 45 Jantan Kd.E2

Sumber : BBPTU-HPT Barurraden Purwokerto

Keterangan :

BBA : Bobot badan saat lahir

BBA : Bobot badan saat akhir penelitian selama 2 minggu terakhir

4.5.2 Pembahasan

4.5.2.1 Sanitasi Perkandangan

Sebelum dilaksanakannya pemberian pakan pada pedet ini, kandang pedet

dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa pakan dan kotoran agar tidak

tercemarnya sumber penyakit dari kotoran pedet tersebut. Kandang pedet diberi

desinfektan agar terhindar dari bakteri pathogen. Setelah pembersihan dilakukan

maka pemberian pakan berupa kolostrum terlebih dahulu untuk pedet yang baru

lahir, selanjutnya untuk pedet umur >7 hari-2 bulan.

Page 37: PKL pkl fix

37

4.5.2.2 Tatalaksana pemeliharaan

Tatalaksana pemeliharaan pedet seperti mendata populasi pedet tersebut

setiap minggunya untuk dijadikan data dan laporan. Selain pendataan populasi

pedet adapun pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan dengan memberikan

vitamin untuk pedet dan juga pemotongan kuku serta tanduk untuk pedet.

Populasi pedet yang di jadikan sample penelitian ada di Tabel 18.

4.5.2.3 Penyediaan Hijauan Pakan Ternak

Penyediaaan hijauan untuk pedet sama saja dengan sapi lainnya yaitu

berjenis King grass. Pencacahan dilakukan pukul 04.00 pagi, ukuran partikel

hijauan tersebut yaitu sekitar 3-5 cm dengan menggunakan mesin Chopper.

4.5.2.4 Manajemen Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan untuk pedet yaitu dengan memberikan obat cacing

pada pedet. Dan juga banyak pedet yang terkena penyakit diare, penyakit tersebut

diakibatkan pemberian susu yang kurang steril dan juga kandang yang kotor

sehingga bakteri cepat berkembang dan pedet tersebut terkena diare. Pemeriksaan

kesehatan tidak setiap hari dilakukan biasanya seminggu hanya 2 kali

pemeriksaan.

4.5.2.5 Pemberian Pakan Pedet

a. Pemberian kolostrum

Pemberian kolostrum sangat penting untuk pedet yang baru lahir, di BBPTU-

HPT Purwokerto pemberian kolostrum untuk pertama kali sekitar 2 jam setelah

pedet dilahirkan. Cara pemberian kolostrum menggunakan ambing buatan yang

terbuat dari karet, tetapi jika pedet belum bisa menghisap bisa dengan cara

menggunakan tangan kita sendiri dengan dimasukan kedalam mulut pedet.

Kolostrum diberikan sekitar 2,5 liter dan sebaiknya kolostrum yang diberikan

harus habis. Pemberian kolostrum untuk pedet yang baru lahir yaitu 4x, pedet

yang baru lahir membutuhkan asupan nutrisi yang banyak karena terdapat nilai-

nilai gizi yang baik di dalam kolostrum. Menurut Williamson dan Payne(1993)

Kolostrum banyak mengandung vitamin dan mineral dan agak lebih bersifat

pencahar dan membantu membersihkan intestinum pedet dari kotoran yang

Page 38: PKL pkl fix

38

bergumpalan. Juga mengandung antibiotic yang dibutuhkann oleh pedet yang baru

lahir. Kolostrum merupakan cairan kuning yang dikeluarkan oleh induk laktasi

yang mengandung zat-zat immunoglobin dan zat antimikrobial.

Kolostrum sangat penting bagi pedet yang baru saja lahir,karena:

• Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6 kali lebih banyak kandungan

proteinnya, 100 kali untuk vitamin A dan 3 kali lebih kaya akan mineral

dibanding air susu normal.

• Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan

pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).

• Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare.

• Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk

protein.

• Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru

lahir dari penyakit infeksi.

• Kolostrum dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus

pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.

Pedet yang berumur 9-60 hari pun masih diberikan susu agar memenuhi

kebutuhan nutrisi pedet tersebut, hanya saja pemberian susu tidak sebanyak yang

diberikan pada pedet yang baru lahir, sekitar 5 liter/hari untuk 2 kali pemberian

pagi dan siang hari. Pemberian susu pada pagi hari sekitar pukul 06.00 dan siang

hari pukul 14.00.

b. CMR (Calving milk replacer) pengganti air susu

Di BBPTU-HPT tidak ada pengganti air susu untuk pedet, sehingga pedet

yang baru lahir maupun yang sudah usia 1-2 bulan pedet hanya minum susu sapi

tidak ada pengganti yang lain selain diberi vitamin. Maka asupan nutrisi pedet

hanya dari susu saja.

c. Pemberian Konsentrat dan Hijauan pedet

Pemberian konsentrat di BBPTU-HPT, konsentrat pedet diberikan sekitar 0,25

kg/ekor untuk umur 1 bulan dan umur 2 bulan diberikan 0,5 kg/ekor setiap

Page 39: PKL pkl fix

39

harinya karena penggunan konsentrat hanya untuk melatih mengunyah agar bisa

mencerna serat kasar. Formulasi konsentrat pedet berbeda dengan sapi dewasa

sehingga protein yang terdapat pada konsentrat pedet lebih banyak. Konsentrat

diberikan saat setelah pemberian susu selesai sekitar pukul 07.00. kadangkala

konsentrat yang diberikan tidak selalu habis. Formulasi konsentrat yang diberikan

yaitu terdapat pada Tabel 16. Menurut Jasper dan Weary (2002) kualitas yang

baik untuk calf starter dengan palatabilitas yang tinggi harus diberikan selama

minggu pertama pada awal pedet dilahirkan. Calf starter terbaik yaitu yang

mengandung energi tinggi dan mengandung 18 persen protein kasar. Untuk

mendorong asupan nutrisi, calf starter atau konsentrat pedet harus berbentuk

gilingan kasar, retak, atau gulungan butiran-butiran. Pemberian molases (sampai

5 persen dari campuran) dapat meningkatkan palatabilitas pedet tersebut. Serta

tidak adanya kontaminasi di dalam pakan. Seluruh biji-bijian, khususnya

gandum, bisa diberikan sebagai pakan sampai umur 3 bulan. Calf starter harus

diberikan sebagai makanan pedet sampai sekitar umur 12 minggu. Pengambilan

harus dibatasi untuk 3 sampai 5 pon tiap pedet untuk setiap harinya. Selain

pemberian konsentrat pedet, di BBPTU-HPT diberikan juga hijauan yang telah di

cacah sebelumnya agar ketika pedet tersebut lepas sapih tidak begitu kaget.

Pemberian hijauan tidak banyak hanya sekitar 2,5 kg per ekor dan untuk umur

31-60 diberikan lebih banyak yaitu sebanyak 7,5 kg/ekor. Pemberian hijauan

untuk pedet hampir sama dengan pemberian konsentrat yaitu untuk belajar

mengunyah. Tetapi pakan utama pedet yaitu berupa susu dan kolostrum, hanya

saja pemberian konsentrat pedet dan hijauan hanya selingan saja. Begitupun

hijauan, hijauan yang di berikan pada pedet juga tidak selalu habis, mungkin pedet

belum terbiasa diberikan hijauan. Hijauan yang diberikan pada pedet sama

dengan sapi dara dan dewasa yaitu jenis King Grass atau biasa disebut Rumput

Raja.

4.6. Kesimpulan dan Saran

4.6.1. Kesimpulan

Page 40: PKL pkl fix

40

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitan yang dilakukan selama 25

hari kerja, pemberian pakan di BBPTU-HPT Purwokerto dapat disimpulkan

bahwa manajemen pemberian pakan dapat dikatakan baik, karena pemberian yang

sesuai prosedur tahap demi tahap nya.

- Pemberian kolostrum di kandang E2 dengan perbandingan teori sudah

memenuhi kriteria yaitu pemberian sesuai dengan apa yang telah diajarkan

yaitu pemberian 4 kali sehari, karena dengan pemberian kolostrum 4 kali

sehari dapat memenuhi asupan nutrisi pedet tersebut. Kolostrum

mengandung banyak mengandung vitamin dan mineral dan juga

mengandung energi, protein dan vitamin A sehingga bagus untuk pedet

yang baru lahir karena mengandung zat nutrient yang baik untuk pedet.

- Pemberian Hijauan dan Konsentrat untuk pedet juga sudah memenuhi

asupan nutrisi pedet tersebut karena pemberian konsentrat dan hijauan

diberikan pada seminggu setelah pedet dilahirkan. Penggunaan hijauan

dan konsentratnya pun sudah memenuhi standar yang dianjurkan.

- asupan gizi untuk pedet dengan pemberian kolostrum, susu, hijauan dan

konsentrat sudah memenuhi asupan nutrisi pedet tersebut, sehingga apa

yang ada diperkuliahan dengan kenyataan dilapangan sudah terpenuhi.

Karena pemberian yang sesuai dengan standard yang diberikan untuk

pedet tersebut.

4.6.2. Saran

Saran untuk manajemen pemberian pakan yang ada di BBPTU-HPT Farm

Tegalsari, seperti sebelum kandang beres di bersihkan sebaiknya pakan jangan

dulu diberikan sampai sebelum kandang beres di bersihkan. Agar kotoran dari

pedet tersebut tidak tercampur dengan pakan yang akan diberikan. dan seharusnya

pemberian pakan pada pedet harus intens dan steril agar bibit yang dihasilkan

baik. Namun selebihnya manajemen yang ada di BBPTU-HPT dapatdikatakan

baik.

Page 41: PKL pkl fix

41

4.7 Daftar Pustaka

Agus, A., 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Bagian Nutrisi danMakanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta

Jasper, J and Weary, D. M. 2002. Effects of Ad Libitum Milk Intake on DairyCalves. Animal Welfare Program, Faculty of Agricultural Sciences,University of British Columbia, Vancouver V6T 1Z4, Canada.

Williamson, G dan W.J.A. Payne., 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Page 42: PKL pkl fix

42

V

TATA LAKSANA PEMERAHAN SAPI PERAH PADA KANDANG

FREESTAL DI BBPTU-HPT BATURRADEN PURWOKERTO

Oleh:

ERNA PRAMUDITA

200110120181

5.1 Abstrak Proses pemerahan merupakan hal yang paling penting pada suatu usaha

peernakan sapi perah. Studi mendalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini mengenai tata laksana pemerahan Sapi Perah pada kandang freestal Di Balai besar pembibitan ternak unggul dan hijauan pakan ternak di baturraden purwokerto. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di BBPTU-HPT BATURRADEN PURWOKERTO telah dilaksanakan pada tanggal 12 Januari hingga 6 Februari 2012. Untuk mengetahui SOP atau tatacara pemerahan sapi perah pada kandang Freestal di BBPTU-HPT BATURRADEN. Metode yang dilakukan dalam kerja lapangan adalah pengamatan secara langsung (direct observation) ke lapangan terhadap objek, dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan pekerja. Berdasarkan pengamatan dan studi yang dilakukan di Untuk mengetahui SOP atau tatacara pemerahan sapi perah pada kandang Freestal di BBPTU-HPT BATURRADEN bahwa masih ada ketidak disiplinan pada pekerja dalam proses pemerahan sehingga adanya penurunan produksi susu dan populasi.

Kata Kunci: produksi susu , milking, tenaga kerja.

5.2 Pendahuluan

Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi prinsip sebagai

penghasil susu dan menjadi salah satu sumber protein bagi manusia yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan. Meningkatnya permintaan susu segar dan berkualitas

membuat peluang di usaha peternakan sapi perah semakin terbuka. Susu sebagai salah

satu hasil dari ternak tersebut merupakan produk yang mempunyai nilai gizi yang

tinggi dan mempunyai peranan penting dalam penyehatan dan pencerdasan

masyarakat.

Page 43: PKL pkl fix

43

Kesadaraan masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi susu sudah mulai

meningkat, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tersebut harus diimbangi

dengan susu yang berkualitas. Susu yang dihasilkan oleh setiap individu sapi di tentika

oleh beberapa faktor diantaranya tatalaksana pemerahan, asupan pakan, dan tenaga

kerja yang mengelola.

Tenaga kerja erat hubungannya dengan tata laksana pemerahan. Pemerahan

adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk

mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra

pemerahan, pelaksanaan pemerahan, dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprasto,

1985).

5.3 Tujuan

Untuk mengetahui tatacara pemerahan sapi perah dan produksi susu pada

kandang Freestal di BBPTU-HPT BATURRADEN.

5.4 Metode Pengamatan

Metode pengamatan secara langsung (direct observation) ke lapangan terhadap

objek.

Metode wawancara mendalam (indepth interview) dengan pekerjaan.

Mengikuti kegiatan rutin di BBPTU-HPT BATURRADEN.

5.5 Hasil Dan Pembahasan

5.5.1 Tata Laksana Pemerahan

Pemerahan adalah suatu kegiatan yang sangat diperhatikan pada suatu

peternakan sapi perah. Sudoto dkk, (2003) mengatakan bahwa kelangsungan

Page 44: PKL pkl fix

44

produksi susu, disamping dipengaruhi oleh pemberian pakan yang baik,

pencegahan, dan pemberantasan penyakit yang lainny, juga dipengaruhi oleh

teknik pemerahan yang benar.

Tata laksana pemerahan yang di lakukan di BBPTU-HPT BATURRADEN

PURWOKERTO ini sebagai berikut :

1. Diawali dengan mengiring sapi yang akan di perah dari kandang Freestal

ke tempat pemerahan. Tempat pemerahan yang ada di BBPTU-HPT

BATURRADEN PURWOKERTO menggunakan sistem perah flat barn,

artinya posisi sapi saat diperah berbaris tegak lurus, sedangkan metode

pemerahan yang digunakan adalah menggunakan metode sistem bangsal

pemerahan (milking parlour system) dengan kapasitas sekali pemerahan

adalah 16 ekor.

2. Petugas mencatat eartag sapi yang akan diperah.

3. Selanjutnya, hal yang dilakukan setelah sapi berada di tempat pemerahan

adalah dengan melakukan pembersihan sapi dan lantai pemerahan,

pembersihan dilakukan terutama pada bagiaan puting. Setelah puting di

bersihkan kemudian di keringkan menggunakan tisu. Hal ini dimaksudkan

agar putting dalaam keadaan steril sehingga aman saat dilakukan proses

pemerahan. Sebelum di pasangkannya mesin pemerahan adanya

pemerahan awal secara manual. Hal ini di maksudkan untuk mendeteksi

jika ada bagian putting sapi yang terkena mastitis. Jika diketahui ada sapi

yang mastitis maka dilakukan pengobatan langsung dan sapi tersebut tida

diperah.

4. Setelah puting sapi dinilai bersih alat pemerahan dipasang pada tiap-tiap

puting sapi yang akan diperah, proses ini memakan waktu sekitar 7 menit

Page 45: PKL pkl fix

45

sampai susu pada sapi habis diperah oleh mesin. Pada proses ini

pemerahan harus dilakukan secara maksimal hingga tidak ada air susu

yang tersisa diambing. Hal ini bertujuan agar tidak timbulnya penyakit

mastitis pada sapi perah. Untuk sapi selanjutnya yang akan diperah

sebelumnya alat pemerahan dibersihkan terlebih dahulu.

5. Setelah proses pemerahan sapi selesai, puting sapi kembali diberi cairan

iodin (dipping). Hal ini bertujuan mengurangi resiko berkembang

biakanya bakteri pada puting sapi perah. Dan petugas mencatat susu yang

dihasilkan perindividu, sesuai dengan eartagnya.

6. Selanjutnya sapi digiring kembali ke kandang fresstal.

7. Hal itu berulang sampai seluruh sapi yang berada di kandang freestal

semuanya diperah.

Tata laksana pemerahan tersebut faktor kecepatan dan kedisiplinan tenaga

kerja sangat berpengaruh pada variasi hasil produksi susu setiap hari. Dari hasil

pengamatan adanya tenaga kerja yang tidak melakukan SOP pemerahan tersebut

secara baik dan benar. Salah satunya tidak membersihkan alat pemerahan sebelum

di pasangkan pada rombongan sapi selanjutnya.

Page 46: PKL pkl fix

46

5.5.2 Produksi susu dan populasi sapi perah pada bulan Desember 2014 –

Januari 2015

Tabel 1. Produksi susu dan populasi sapi perah pada bulan Desember 2014 –

Januari 2015

Per10

hari

Produksi Susu Populasi Sapi Laktasi

Desember

2014

Januari

2014

Desember

2014

Januari

2014

1 7662.1 6693.3

56 482 6965.5 6384.1

3 7435.9 6408.5

  22063.5 19485.9 56 48

Dari tabel tersebut di dapat produksi susu sapi segar pada bulan desember

2014 sebesar 22063.5 Kg dan pada bulan januari 2015 sebesar 19485.9 Kg dengan

selisih 2577.6 Kg susu segar. Penurunan produksi susu segar berimbang dengan

turunnya populasi ternak yang ada. Penurunan tersebut salah satu penyebabnya

adalah banyaknya sapi-sapi yang terkena penyakit mastitis maupun bunting.

Penyebab sapi- sapi tersebut terkena penyakit mastitis adalah tidak optimalnya

pada saat pemerahan sehingga masih ada susu yang tersisa yang mengakibatikan

tumbuhnya bakteri, selain itu juga tidak dibersihkanny alat pemerahan setelah

pemakaian dari sapi individu satu ke individu lainnya. Sehingga susu yang masih

tersisa pada alat pemerahan sebagai sumber penyakit, karena susu salah satu zat

makanan yang rentan terhadap jamur, bakteri, maupun kapang.

5.5.3. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan

produksi susu, karena tenaga kerja yang bekerja di unit pemerahan langsung turun

tangan dalam proses pemerahan tersebut. Tenaga kerja merupakan penddudduk

yang berada dalam unit kerja. Menurut UU no.13 tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2

Page 47: PKL pkl fix

47

disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat.

Tenaga kerja yyang mengelola pada unit milking sebanyak 4 orang per

sekali jam kerja. Untuk keseluruhan sebanyaak 8 orang. 2 orang sebagai

penggiring dan pemasang alat pemerahan, 1 orang pencatat dan control unit dan 1

orang pengawas. Delapan orang tersebut di bagi menjadi 2 shift kerja, yaitu pada

pemerahan pagi pada pukul 04.00 – 12.00 WIB dan shift 2 untuk pemerahan sore

pada pukul 13.00 – 21.00 WIB.

Kinerja tenaga kerja berpengaruh langsung pada tingkat produksi dan

kualitas susu sapi, oleh karenaa itu harus dipastikan bahwa setiap pembagian shift

kerja setiap tenaga kerja harus bekerja secara optimal, namun pembagian shift

kerja dibagi menjadi 2 shift yang akan di bagi pada dua waktu kerja untuk bekerja

memungkinkan perbedaan hasil pada tiap shift kerja yang bekerja pada sore hari.

5.6 Kesimpulan dan Saran

5.6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan kegiatan Praktek Kerja Lapangan mengenai tata

laksana pemerahan susu di kandang fresstal selatan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. SOP pemerahan yang dilakukan di BBPTU-HPT Baturraden

Purwokerto :

a. Menggiring sapi yang akan di perah.

b. Mencatatan eartag

c. Membersihkan putting ambing dan puting sapi kemudian

memasangkan alat pemerahan.

Page 48: PKL pkl fix

48

d. Melakukan dipping.

e. Menggiring sapi kembali ke kandang fresstal.

2. Total produksi susu pada bulan Desember 2014 sebesar 22063.5 Kg

dan pada bulan januari 2015 sebesar 19485.9 Kg dengan selisih

2577.6 Kg susu segar.

3. Penyebab adanya selisih produksi susu yang dihasilkan adalah

karena adanya penurunan populasi sapi. Selain itu faktor tenaga

kerja juga mempengaruhi turunnya produksi susu yang dihasilkan.

5.6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk perbaikan dalam tata laksana pemerahan

sapi perah di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto, adalah :

1. Adanya peningkatan seleksi untuk calon pekerja pada divisi milking.

2. Adanya pelatihan untuk semua pekerja untuk meningkatkan produksi

susu.

Page 49: PKL pkl fix

49

5.7 Daftar Pustaka

Diwyanto, Kusuma dkk. 2009. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia.

Jakarta:LIPI Press

Makin,Moch. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. Yogyakarta : GRAHAILMU

Page 50: PKL pkl fix

50

VI

PERBANDINGAN JUMLAH PRODUKSI SUSU PEMERAHAN PAGI DAN

SORE DI BBPTU HPT BATURRADEN PURWOKERTO

Oleh:

Angga Yana

200110120199

6.1 Abstrak

Kegiatan praktek kerja lapangan ini telah dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden selama 25 hari terhitung dari tanggal 12 Januari 2015 sampai 6 Februari 2015. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memperoleh informasi tentang produksi susu pagi dan sore serta bagaimana perbandingannya. Metode yang digunakan adalah observasi dan ikut terlibat dalam kegiatan pemerahan. Data yang diperoleh didapat melalui wawancara dan hasil pengamatan di lapangan. Dan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa selang interval pemerahan pagi yaitu 13 jam dan pemerahan sore 11 jam. Perbandingan produksi laktasi 2 dan 3 pada pemerahan pagi hari rata-rata sebanyak 8,7 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak 6,3 liter jika dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 58,16% dari produksi total dan pada pemerahan sore 41,84% dari produksi total.

Kata kunci: perbandingan, produksi susu, pagi, sore.

6.2 Pendahuluan

Sektor peternakan adalah salah satu sektor penting dalam pemenuhan

pangan di dunia. Sektor ini memberikan banyak lapangan kerja bagi masyarakat

luas dan membantu memenuhi kebutuhan akan protein khususnya protein hewani.

Sapi perah sebagai penghasil susu merupakan salah satu penghasil protein hewani

yang sangat penting. Air susu sebagai sumber protein hewani sangat besar

manfaatnya bagi manusia, baik bagi bayi untuk masa pertumbuhan maupun bagi

orang dewasa dan lanjut usia. Air susu memiliki kandungan protein yang tinggi

sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh.

Pemerahan susu biasanya dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.

Interval waktu yang sama antara pemerahan pagi dan sore hari akan memberikan

Page 51: PKL pkl fix

51

perubahan komposisi susu yang relatif sedikit, sedangkan interval waktu

pemerahan yang berbeda akan menghasilkan komposisi susu yang berbeda juga

(Sudono, 1985). Menurut Foley dkk (1973), faktor yang mempengaruhi produksi

susu adalah genetik, nutrisi, tahap dan eksistensi laktasi, selang waktu pemerahan,

jumlah pemerahan/hari, umur dan ukuran tubuh sapi, siklus estrus dan

kebuntingan, periode masa kering, lingkungan, penyakit dan obat-obatan.

Manajemen peternakan yang diterapkan dalam sebuah peternakan sangat

berhubungan erat dengan produktivitasnya. Manajemen pemerahan di sebuah

peternakan dapat meliputi beberapa hal di antaranya waktu pemerahan, selang

pemerahan, frekuensi pemerahan, dan tatalaksana pemerahan. Secara umum

jadwal pemerahan di Indonesia adalah pagi dan sore hari. Berarti frekuensi

pemerahannya adalah dua kali dengan selang pemerahan sangat bervariasi antar

masing-masing peternakan. Beberapa macam selang waktu pemerahan antara lain

12:12 jam, 13:11 jam, dan 14:10 jam. Selang waktu pemerahan yang biasa

dilakukan di Indonesia adalah 13:11 jam, dengan selang waktu pemerahan pagi

lebih lama dibandingkan sore. Selang waktu pemerahan demikian dapat

menghasilkan jumlah produksi yang berbeda antara pagi dan sore harinya, dan

jumlah produksi pagi lebih banyak dibandingkan sore hari.

Pada peternakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan

Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden Purwokerto pemerahan dilakukan 2 kali

dalam 24 jam dengan selang waktu pemerahan 13:11 jam.

6.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk

membandingkan antara teori yang didapatkan dan praktek di lapangan. Sedangkan

tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk membandingkan jumlah

produksi susu pada pemerahan pagi dan sore hari di BBPTU HPT Baturraden

Purwokerto.

Page 52: PKL pkl fix

52

6.4 Metode Pengamatan

Metode pengamatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan di

BBPTU HPT Baturraden Purwokerto yaitu dengan menggunakan metode

observasi dan wawancara langsung dengan teknisi kandang dan kepala bagian

produksi BBPTU HPT Baturraden Purwokerto.

6.5 Objek yang Diamati

Adapun objek yang diamati adalah sapi perah periode laktasi 2 dan

periode laktasi 3 berjumlah 66 ekor pada kandang Free Stall (FS), A, dan B.

6.6 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah kertas hasil pencatatan produksi,

data rekording ternak sapi perah periode laktasi dan komputer sebagai media

pengolahan data.

6.7 Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung mulai dari

tanggal 12 Januari 2015 sampai tanggal 6 Februari 2015, bertempat di Balai Besar

Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU HPT) Baturraden

Purwokerto.

6.8 Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Pada umumnya sapi-sapi perah yang dipelihara di Indonesia, diperah dua

kali dalam sehari semalam. Apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka

produksi susu akan lebih banyak pada interval yang lebih lama, dan kandungan

lemak akan lebih tinggi dari hasil pemerahan dengan interval yang lebih singkat.

Produksi susu pada ambing dalam keadaan kosong akan bertambah setelah

diperah dengan memperlama selang pemerahan (McKusick dkk., 2002).

Pengaruh lamanya interval antar pemerahan terhadap produksi susu akan

banyak dipengaruhi oleh karakteristik individu sapi seperti : kapasitas ambing,

lama laktasi, dan jumlah susu yang biasa diproduksi. Bila dihubungkan dengan

laju sekresi susu dan lemak maka pada interval yang lebih lama yaitu pemerahan

Page 53: PKL pkl fix

53

pagi hari akan lebih sedikit lemaknya bila dibandingkan dengan pemerahan sore

hari (Smith, 1969). Hasil penelitian menyatakan bahwa selang pemerahan yang

lama akan memiliki sisa susu yang lebih banyak. Sapi yang diperah dengan

selang pemerahan 15:9 jam dan 16:8 jam, memproduksi susu lebih rendah

dibandingkan dengan selang pemerahan 12:12 jam. Sapi yang diperah dengan

selang pemerahan 12:12 jam memproduksi susu 1,8% lebih banyak dibandingkan

dengan sapi yang diperah dengan selang pemerahan 15:9 jam dan 1% lebih tinggi

dari 10:14 jam (Makin, 2011 ; Schmidt, 1971).

Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan di BBPTU HPT Baturraden

didapatkan selang interval pemerahan 13:11 jam.

6.5.1 Kondisi Umum Ternak Sapi Perah Periode Laktasi di BBPTU HPT

Baturraden

Sapi perah periode laktasi di BBPTU HPT Baturraden pada saat praktek

kerja lapangan seluruhnya berjumlah 109 ekor dengan masa laktasi dan periode

laktasi yang berbeda-beda. Terdapat 4 buah kandang laktasi, yaitu kandang Free

Stall (FS), kandang A, kandang B, dan kandang D. Pada kandang FS terdapat 49

ekor sapi perah, pada kandang A terdapat 32 ekor sapi perah, pada kandang B

terdapat 20 ekor sapi perah, dan pada kandang D terdapat 8 ekor sapi perah.

Sementara itu, produksi masing-masing individu berbeda-beda tergantung pada

masa laktasinya (laktasi 1,2,3,4,5,6,7,8) dan periode laktasi (laktasi awal, tengah,

dan akhir).

Sapi perah periode laktasi 2 dan 3 berjumlah 66 ekor masing-masing pada

kandang FS terdapat 26 ekor, kandang A terdapat 25 ekor, dan kandang B

terdapat 15 ekor.

6.5.2 Metode Pemerahan

Metode pemerahan yang digunakan di BBPTU HPT Baturraden yaitu

pemerahan menggunakan mesin perah portable untuk kandang A, B, dan D,

sedangkan untuk kandang FS menggunakan mesin milking parlour. Masing-

Page 54: PKL pkl fix

54

masing kandang memiliki 2 orang teknisi. Sebelum sapi diperah kandang

dibersihkan terlebih dahulu, kemudian ambing sapi diperah manual dan dibuang

sedikit lalu selanjutnya dipasang mesin perah. Setelah pemerahan selesai

dilakukan dipping dengan iodine 1%. Selang pemerahan yang digunakan adalah

13:11 jam. Pemerahan pagi dilakukan pada pukul 04.00 WIB, dan pemerahan

sore pada pukul 15.00 WIB.

6.5.3 Pencatatan Produksi Susu

Pencatatan produksi yang dilaksanakan di BBPTU HPT Baturraden

menggunakan sistem pencatatan harian pagi dan sore. Dengan format pencatatan

sebagai berikut:

Tabel 24. Format Pencatatan Produksi Susu Sapi di BBPTU Baturraden

Laktasi Kandang .... Bulan:

No. No. TelingaTanggal:

Pagi Sore

1 012 ... ...

2 050 ... ...

3 095

Jumlah ... ...

Sumber. BBPTU HPT Baturraden

Dengan menggunakan pencatatan harian demikian dapat memudahkan

pengevaluasian secara berkala setiap harinya. Selain itu, jumlah produksi setiap

kandang dapat diketahui setiap hari sehingga memudahkan dalam pendistribusian

dan pemasaran.

Page 55: PKL pkl fix

55

6.5.4 Perbandingan Produksi Susu Pagi dan Sore dengan Interval

Pemerahan 13:11 Jam

Pencatatan produksi susu dengan interval 13:11 jam dilakukan setiap hari

kemudian diambil rataan produksi dari masing-masing individu selama bulan

januari 2015 atau 31 hari. Data perbandingan dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 25. Perbandingan Produksi Susu Pagi dan Sore Selama 31 Hari

No. ID sapi Laktasi ke- X Produksi Pagi X Produksi Sore

1. 1991 2 5,7 4,3

2. 0631 2 6,0 4,3

3. 0644 2 8,2 6,6

4. 0693 2 10,7 8,7

5. 0699 2 11,0 8,3

6. 0711 2 3,2 2,8

7. 0722 2 9,1 6,7

8. 1957 2 7,7 5,6

9. 1958 2 5,6 4,8

10. 1962 2 8,1 5,9

11. 1972 2 9,5 6,8

12. 1976 2 9,6 7,0

13. 3548 2 6,1 5,4

14. 3564 2 3,1 2,3

15. 3578 2 6,0 4,3

16. 3575 2 6,3 4,3

17. 3631 2 8,0 6,4

18. 0605 2 13,8 10,0

19. 0614 2 11,3 8,4

20. 0700 2 11,3 8,0

21. 1969 2 2,1 1,4

22. 1970 2 9,2 6,8

Page 56: PKL pkl fix

56

23. 1982 2 11,6 7,1

24. 1986 2 7,4 4,9

25. 1990 2 7,2 5,3

26. 3538 2 11,8 8,4

27. 3591 2 9,0 6,0

28. 3592 2 10,2 6,3

29. 3636 2 12,7 9,7

30. 0420 2 6,2 4,7

31. 0648 2 4,6 3,1

32. 0682 2 2,2 1,6

33. 0709 2 6,0 4,2

34. 0766 2 7,4 5,0

35. 1852 2 2,4 1,7

36. 1961 2 4,0 3,0

37. 1978 2 6,0 4,6

38. 3601 3 7,4 5,8

39. 3603 3 7,0 5,1

40. 0397 3 9,7 6,8

41. 0432 3 7,3 5,8

42. 0475 3 9,1 6,5

43. 0497 3 10,6 7,9

44. 0517 3 11,2 8,7

45. 1892 3 9,1 6,2

46. 3550 3 10,7 8,2

47. 3563 3 5,7 4,2

48. 3600 3 8,5 6,5

49. 3608 3 4,3 3,6

50. 0402 3 16,6 10,8

51. 0509 3 14,9 9,8

52. 0516 3 13,1 9,0

Page 57: PKL pkl fix

57

53. 1920 3 10,3 7,6

54. 1929 3 11,3 7,7

55. 1934 3 14,9 10,1

56. 1948 3 13,1 8,9

57. 3529 3 12,4 8,5

58. 3534 3 13,5 9,5

59. 3545 3 8,3 5,4

60. 3602 3 11,4 7,3

61. 3610 3 13,4 9,7

62. 3646 3 10,8 8,3

63. 0513 3 5,2 3,7

64. 0561 3 1,2 0,9

65. 0518 3 4,7 3,4

66. 1912 3 9,5 7,1

Total 572,7 413,1

Rataan 8,7 6,3

Rasio 58,09% 41,91%

Sumber: Database BBPTU HPT Baturraden, 2015

Perbandingan produksi pada laktasi 2 pemerahan pagi hari rata-rata

sebanyak 7,8 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak 5,7 liter jika

dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 57,78% dari produksi total dan

pada pemerahan sore 42,2% dari produksi total. Pada laktasi 3 pemerahan pagi

hari rata-rata sebanyak 10,1 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak

7,2 liter jika dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 58,42% dari

produksi total dan pemerahan sore 41,58% dari produksi total. Selang interval pemerahan pagi yaitu 13 jam dan pemerahan sore 11 jam.

Perbandingan produksi laktasi 2 dan 3 pada pemerahan pagi hari rata-rata

Page 58: PKL pkl fix

58

sebanyak 8,7 liter dan pada pemerahan sore hari rata-rata sebanyak 6,3 liter jika

dibuat persentase maka produksi pemerahan pagi 58,16% dari produksi total dan

pada pemerahan sore 41,84% dari produksi total. Dari hasil rata-rata dan

persentase produksi tersebut pada laktasi 2 dan laktasi 3 pemerahan pagi lebih

banyak daripada pemerahan sore. Hal ini sesuai dengan pernyataan McKusick,

dkk. (2002) apabila interval antara pemerahan tidak sama, maka produksi susu

akan lebih banyak pada interval yang lebih lama.

6.10 Kesimpulan dan Saran

6.10.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan saat praktek kerja lapangan di BBPTU HPT

Baturraden interval pemerahan dilakukan dengan selang waktu 13:11 jam.

Perbandingan produksi susu pada interval pemerahan 13:11 jam pagi hari lebih

banyak daripada sore hari, yaitu pada pemerahan pagi sebesar 58,16% dari

produksi total dan pada pemerahan sore 41,84% dari produksi total.

6.10.2 Saran

Manajemen pemerahan susu di BBPTU HPT Baturraden sudah cukup baik

karena dilihat dari fasilitas cukup memadai, pegawai yang terampil dan program

kesehatan ternak yang kontinyu dan berkelanjutan. Sehingga saran dari penulis

hanya satu yaitu harus ditingkatkan kembali kinerjanya untuk mencapai hasil yang

maksimal, karena jika dilihat dari potensi yang ada pada manajemen pemerahan

susu di BBPTU HPT Baturraden masih belum mencapai kata maksimal. Oleh

karena itu, semangat untuk pembangunan peternakan di Indonesia perlu untuk

digalakkan kembali.

6.11 Daftar Pustaka

Foley, Richard CPhd. Cs. 1973. Dairy Cattle. Lea &Febiger, Philadelphia.

Makin, M. 2011.Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. GrahaIlmu. Yogyakarta.

Page 59: PKL pkl fix

59

Smith, V. R. 1969. Physiology of Lactation.Fifth Edition.Lowa State University Press, USA.

Sudono, T. 1982. Sapi Perah dan Pembagian Makanan. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Soeharsono, 2008. Laktasi. Produksi dan Peranan Air Susu Bagi Kehidupan Manusia. Widya Padjadjaran. Bandung.

Page 60: PKL pkl fix

60

LAMPIRAN

Gambar 1. Pemberian Pakan

Gambar 2.Pemerahan

Page 61: PKL pkl fix

61

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN

PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO

Tanggal Praktek Kerja Lapangan : 12 Januari - 6 Februari 2015

Tanggal Penyeraha Laporan :

Tanggal Ujian : 1 April 2015

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. U. Hidayat Tanuwiria, M. Si19601003 198703 1 001

Mengesahkan

Wakil Dekan I

Dr. Denny Rusmana, S.Pt.,M.Si.19671025 199403 1 004

Koordinator Praktek Kerja Lapangan

Dr. Ir. Lia Budimulyati Salman, MS.,19591027 198601 2 001