;.Pikiran Rakyat -...

2
;.Pikiran Rakyat -= Selasa ~ :::: Rabu ~___ , Kamis ',j Jumat ',j Sabtu U Minggu 4 5 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 .Sep :)Okt ONov ODes G URUH (25) senangbukan kepalangJ"f· ngan perayaan keagamaanTdultitri, menurut Setelah berbarap-harap cemas, satu budayawan Jakob Sumardjo, tradisi ini me- tiket kereta api ke Pekalongan, Jawa ngakar jauh dalam kehidupan masyarakat Tengah, akhirnya ia kantongi. Harga tiket yang agraris Nusantara pra-Islam, bahkan pra-Hin- lebih mahal daripada biasanya tak lagijadi duoMudik, lawan kata dari hilir, mengacu masalah. Pasalnya, ia baru memesan beberapa kepada perjalanan menuju hulu, pusat kehidu- hari setelah membaca di koran tentang tiket pan masyarakat kuno. Di hululah terletak kam- kereta api yang hampir ludes. "Sempat pung inti sebuah peradaban yang ditandai de- berpikir, kalau benar-benar tidak mendapat ngan keberadaan monumen kenangan untuk tiket, saya mau naik motor bareng teman," tu- leluhur yang disebut kabuyutan, biasanya tur karyawan sebuah perusahaan swasta di berupa makam. Jatinangor Kabupaten Sumedang itu. "Semua perayaan adat dilakukan di kam- Te::' nyak barang yang akan dibawa Guruh. pung inti, di hulu. Warga yang telah tinggal di Pendapatan bulanan di kisaran Rp 2 juta luar kampung inti berduyun-duyun datang. belum bisa membuatnya hidup bermewah- Inilah cikal bakal tradisi yang kemudian dina- mewah. Pria kurus itu hanya akan membawa mai mudik," tutur Jakob. makanan khas Bandung sebagai oleh-oleh. Mudik dimaknai sebagai keinginan kembali Baginya, yang terpenting, cukuplah ada buah ke tanah leluhur, Wujudnya terns berubah se- tangan yang dibawa saat bersilaturahmi de- turut perkembangan zaman. Ketika pen- ngan keluarga dan karib kerabat di kampung duduk Jawa menjadi terlampau padat dan se- halaman. bagian dari mereka mulai merantau ke kota- Antusiasme Guruh adalah juga antusiasme kota besar sebagai pusat modemitas (atau sebagian besar pemudik yang tahun ini jum- malahan bedhol desa ke lahan transmigrasi), lahnya diperkirakan mencapai 16 juta orang. keinginan mudik tetap saja ada. "Sejauh apa i Dalam waktu yang relatifbersamaan, mereka pun orang pergi, sekali waktu mereka pasti bergerak meninggalkan kota-kota besar, rindu kembali ke asal muasal mereka, ke terutama Jakarta, menuju kampung-kampung tanah leluhur mereka. Itulah filosofi mudik," di Jawa dan Sumatra. Mudik, tak pelak lagi, katanya. menjadi salah satu tradisi khas Indonesia. Mengambil momentum seputar perayaan t-;l;:M~es~ki~·D :.:::lu~n~s~a:::at;.:im=.,;· m=u~dik;::;· ~am=;;::;at;.:i~d=en:.;;;tik=· ~d;;::;e:::..-_--. Idulfitri, filosofimudik makin kental sisi re- ligiusnya. Mudik menjadi representasi per- Kliping Humas Unpad 2010

Transcript of ;.Pikiran Rakyat -...

Page 1: ;.Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/pikiranrakyat... · ialanan penuh makna menuju pe1'I1.yaaI1keme-nangan sesudah menjalankan ibadah

;.Pikiran Rakyat-= Selasa

~:::: Rabu ~___, Kamis

',j Jumat ',j Sabtu U Minggu

4 5 5 7 8 9 10 11 12 13 14 1520 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

.Sep :)Okt ONov ODes

GURUH (25) senangbukan kepalangJ"f· ngan perayaan keagamaanTdultitri, menurutSetelah berbarap-harap cemas, satu budayawan Jakob Sumardjo, tradisi ini me-tiket kereta api ke Pekalongan, Jawa ngakar jauh dalam kehidupan masyarakat

Tengah, akhirnya ia kantongi. Harga tiket yang agraris Nusantara pra-Islam, bahkan pra-Hin-lebih mahal daripada biasanya tak lagi jadi duoMudik, lawan kata dari hilir, mengacumasalah. Pasalnya, ia baru memesan beberapa kepada perjalanan menuju hulu, pusat kehidu-hari setelah membaca di koran tentang tiket pan masyarakat kuno. Di hululah terletak kam-kereta api yang hampir ludes. "Sempat pung inti sebuah peradaban yang ditandai de-berpikir, kalau benar-benar tidak mendapat ngan keberadaan monumen kenangan untuktiket, saya mau naik motor bareng teman," tu- leluhur yang disebut kabuyutan, biasanyatur karyawan sebuah perusahaan swasta di berupa makam.Jatinangor Kabupaten Sumedang itu. "Semua perayaan adat dilakukan di kam-Te::' nyak barang yang akan dibawa Guruh. pung inti, di hulu. Warga yang telah tinggal di

Pendapatan bulanan di kisaran Rp 2 juta luar kampung inti berduyun-duyun datang.belum bisa membuatnya hidup bermewah- Inilah cikal bakal tradisi yang kemudian dina-mewah. Pria kurus itu hanya akan membawa mai mudik," tutur Jakob.makanan khas Bandung sebagai oleh-oleh. Mudik dimaknai sebagai keinginan kembaliBaginya, yang terpenting, cukuplah ada buah ke tanah leluhur, Wujudnya terns berubah se-tangan yang dibawa saat bersilaturahmi de- turut perkembangan zaman. Ketika pen-ngan keluarga dan karib kerabat di kampung duduk Jawa menjadi terlampau padat dan se-halaman. bagian dari mereka mulai merantau ke kota-Antusiasme Guruh adalah juga antusiasme kota besar sebagai pusat modemitas (atau

sebagian besar pemudik yang tahun ini jum- malahan bedhol desa ke lahan transmigrasi),lahnya diperkirakan mencapai 16 juta orang. keinginan mudik tetap saja ada. "Sejauh apa iDalam waktu yang relatifbersamaan, mereka pun orang pergi, sekali waktu mereka pastibergerak meninggalkan kota-kota besar, rindu kembali ke asal muasal mereka, keterutama Jakarta, menuju kampung-kampung tanah leluhur mereka. Itulah filosofi mudik,"di Jawa dan Sumatra. Mudik, tak pelak lagi, katanya.menjadi salah satu tradisi khas Indonesia. Mengambil momentum seputar perayaant-;l;:M~es~ki~·D:.:::lu~n~s~a:::at;.:im=.,;·m=u~dik;::;·~am=;;::;at;.:i~d=en:.;;;tik=·~d;;::;e:::..-_--.Idulfitri, filosofimudik makin kental sisi re-

ligiusnya. Mudik menjadi representasi per-

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: ;.Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/pikiranrakyat... · ialanan penuh makna menuju pe1'I1.yaaI1keme-nangan sesudah menjalankan ibadah

ialanan penuh makna menuju pe1'I1.yaaI1keme-nangan sesudah menjalankan ibadah puasa.Lewat mudik, ~ dfu;tgatkan untuk kembalie asal usul mereka. Bukan untuk menghidup-.dupkan masa laIu, melainkan mengambil ni-ai baik yang bisajadi bekal dalam perjalananberikuttlya.

**DEWASAini, mudik benar-benar menjadi

hajatan nasional. Semua dibuat sibuk. Kesiap-an infrastruktur dan moda transportasi selalumenjadi sorotan. Kemacetan terjadi di mana-mana. Jarak yang biasanya bisa ditempuhdalam sepuluh jam, kini memakan waktu se-harian. Biaya transportasi juga melonjak. Akantetapi, toh antusiasme itu tak pernah luntur.Dari tahun ke ,jumlah pemudik ternsbertambah. pengorbanan terbayarkanketika me enjabat dan memelukorang tua, sanale saudara., serta karib kerabatSecat'a langsung. "Itulah sebabnya mudik selaluditunggu-tunggu," ujar YasnlfArnir Piliang,putra Minang yang telah puluhan tahun me-rantau.Kerinduan tethadap kampung halaman bisa

berwujud amat sederhana. Salah satunya lewatmakanan, Biar ada ratusan rumah makanpadang di Bandung, ada sebuah rumah makandi Bukittingi yang. bagi Yasraf, mampu mem-berikan cita rasa khas Padang. "Maleanya, seti-ap kali pulang, selalu saya sempatkan ke sana,"uqapnya.Yasraf melihat tradisi mudik secara positif

sebagai momentum pemeliharaan kebudayaanasli. la menyebutnya recharging alias isi ulang.Di tanah kelahiran, para perantau bemostalgiadengan kenaagan-kenangan sekaligusmenikmati kebudayaan mereka secara utuh.Orang diingatkan untuk terns memelihara Ire-budayaan aslinya sehingga tak luntur di negeriasing.Yasraf mencontohkan dirinya. Pergaulan in-

tens sehari-haridengan orang-orang Sundamembuat lahan.-lahan berubali."lligat say andang aneh oleh sauda-ra-saudara saya di Padang. Jam, pas mudik,katakanlah itu sebagai koreksi atas logat saya,"'kata Yasraf, dosen Fakultas Seni Rupa lnstitutTeknoIogi itn.Moment1.1.1D budaya semacam itu,

menurut dia, mampu menjadi wadah tumbuh-nya ~ dim keeint.aaU para perantauteJ:J:tadap kampung halatnaIl. Namun, Yasraf

. k berubah sejak limat~ .•.••.'. u, orang-orang di

halall'Ulnnya sel~umenagih oleh-pa iltriu yang berhasil dienyam putra

rah yang merantau. Sejarah panjang putraMinang menguatkan tradisi semacam ini.Tokoh-tokoh nasional seperti seperti Mo-hamad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Muhammad

**

Yamin membentuk atmosfer keilmuan sepertiitu."Sekarang, pertanyaan mereka tale lagi ke il-

mu, tetapi tentang gaya hidup, seperti mobil .apa yang dibawa dan sebagainya. Artinya, adaperubahan kultural secara bertahap di sini,"katanya.

YA, kihi, rnudik memang telah kehilanganfilosofi yang mendasar. Mudik telah bergesermenjadi ajang pamer kesuksesan para peran-tau. Tak heran, tak sedikit orang merasa malujika harus mudik tanpa membawa oleh-olehyang wah. Tinggal sedikit orang-orang sepertiGuruh yang cukup puas dengan menentengbuah tangan berupa makanan. Biasanya, oleholeh kategori wah direpresentasikan denganbarang-barang elektronik, seperti televisi,sepeda motor, bahkan mobil. Telefon selulerterbarujuga bisa membuat kagum orang-orang di kampung.Antropolog Universitas Padjadjaran Ban-

dung Kusnaka Adimihardja menuturkan, halitu bisa terjadi sebagai bagian dari kapitalismyang sudah mulai dijadikan kiblat Indonesia.Oleh karena itu, tidak heran ritqs-ritus sakralsekarang mulai tersusupi oleh ritus profan(tidak sakral), seperti ajang pamer materi.Materi menjadi tolok ukur keberhasilan

orang dari tanah rantau. "Sulit mempredik-sikan kapan mudik bisa kembali bersih dariajang pamer selama kapitalisme masih menja .di bagian dari paham ekonomi yang dianut Indonesia," ujamya.Jakob sependapat dengan Kusnaka. Cara

poor kapitalis telah membuat nilai manusiasemata-mata diukur berdasar-kan kepemi-likan. "Benang merah tradisi mudik itu m .ada. Sayang, isinya sudahjauh berbeda,"katanya.Konsep ajang pamer berimbas banyak dal

tatanan masyarakat. Orang-orang kampungyang terpesona dengan kesuksesan saudaraatau temannya di kota lantas dengan rela hatiikut mengadu nasib. Keyakinan yang terben-tuk, kesuksesan dan keberhasilan hidup hanymungkin tercapai di kota. Dari sinilah laju ur-banisasi bertambah deras.Akibat buruk urbanisasi yang tak terkendali

sudah diketahui semua. Kota sesak oleh pen-duduk sehingga bermasalah denganbanyaknya pengangguran, tingginya angkakriminalitas, dan buruknya kesehatan ling-kungan. Sementara di desa, sumber daya alyang melimpah tak tergarap maksimal ka-rensebagian besar pemuda memilih pergi menja .buruh pabrik di kota.Sejale mudik kehilangan rohnya, sejak itu p

lalah lingkaran permasalahan semacam ini tecipta. (Amaliya/ Ag. Tri Joko Her Ria-dij"PR")***