Pikiran Rakyat -...

2
Pikiran Rakyat o Senin 0 Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumat Sabtu o Minggu 2 J...... 4 5 6 7 18 ~ 20 21 22 8 23 9 10 11 24 25 26 14 15 29 30 31 12 13 27 28 OPeb Mar OApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes "Bungli.er" Korupto Oleh DEDE MARIANA S ATIRE tetapi tidak sarkasDle. Itulah kesan saya atas tulisan Yesmil Anwar di harian ini, "KaDlPUS bukan Pencetak Koruptor?" (2/3). Tulisan yang menyentuh semua aspek dan aktor di mana pun berada, bahkan tulisan itu juga ditujukan kepada diri penulisnya sendiri. Ada anali- sis, ada nada kontemplatif dan instrospeksi, yang coba diba- ngun oleh pesan dari tulisan Yesmil tersebut. Yesmil Dle- nyuguhkan telaahannya tidak dengan "menusuk" melainkan lebih "menyayat". Mungkinju- ga karena Yesmil adalah aka- demisi yang seniman atau sen- iman yang akademisi sehingga rasa risaunya menjadi kehi- rauannya. Namun, banyak penggalan kalimat yang menarik untuk dicermati dan direspons. Perta- ma, lihat tanda tanya dalam judul tulisan Yesmil tersebut. Jika judul itu tidak menggu- nakan tanda tanya (?), itu artinya merupakan sebuah pernyataan bahwa kampus Dle- mang bukan pencetak korup- tor. Akan tetapi karena judul itu ditambahi tanda tanya, itu artinya, bisa ya, bisajuga ragu; apakah benar kampus bukan pencetak koruptor? Skepti- sisme memang wajar dan hams bagi setiap akademisi. Tanda tanya dalam judul itu kemudi- an dijawab Yesmil dalam "batang tubuh" tulisannya se- cara dinamik dan dialektis. Kedua, kampus, dan lembaga akademis lainnya, termasuk lembaga keagamaan, dan bah- kan semua institusi peme- rintahan, dinyatakan sebagai pihak yang tidak pernah berci- ta-cita "memproduksi" korup- tor. Akan tetapi di sisi lain, para "koruptor" adalah selalu kaum terdidik, dari mulai soal me- nyontek ala mahasiswa S-I, S- 2, S-3 dalam ujian-ujian, hing- ga koruptor dalam pengertian "kakap". Cindekna, Yesmiljuga kebingungan, kok tidak ada yang mencetak koruptor tetapi koruptor tetap ada dan bahkan banyak yang dilakukan oleh "alurnni" perguruan tinggi ma- na pun, baik dalam negeri maupun luar negeri. Ketiga, sitir Yesmil soal ma- hasiswanya yang ingin menjadi koruptor (alinea ke-s) yang di- sampaikan langsung kepada Yesmil selaku dosen mahasiswa tersebut, tanpa ada rasa risi. Sebuah bentuk "kejujuran DlO- dern" ala pegawai negeri sipil (PNS) yang menggetirkan sekaligus menggemparkan te- tapi dianggap biasa-biasa saja. Jangan-jangan budaya kita su- dah sampai pada fase fatalis terhadap soal-soal korupsi, le- bih dari sekadar permisif Keempat, soal kesadaran diri Yesmil yang berkata, Jangan- KlIping Rumaa Onpad 2011

Transcript of Pikiran Rakyat -...

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/pikiranrakyat...24 25 26 14 15 29 30 31 12 13 ... terdidik, dari mulai soal me- ... Sistem pemerintahan

Pikiran Rakyato Senin 0 Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumat • Sabtu o Minggu2 J...... 4 5 6 718 ~ 20 21 22

823

9 10 1124 25 26

14 1529 30 31

12 1327 28

OPeb • Mar OApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes

"Bungli.er" KoruptoOleh DEDE MARIANA

SATIRE tetapi tidaksarkasDle. Itulah kesansaya atas tulisan Yesmil

Anwar di harian ini, "KaDlPUSbukan Pencetak Koruptor?"(2/3). Tulisan yang menyentuhsemua aspek dan aktor di manapun berada, bahkan tulisan itujuga ditujukan kepada diripenulisnya sendiri. Ada anali-sis, ada nada kontemplatif daninstrospeksi, yang coba diba-ngun oleh pesan dari tulisanYesmil tersebut. Yesmil Dle-nyuguhkan telaahannya tidakdengan "menusuk" melainkanlebih "menyayat". Mungkinju-ga karena Yesmil adalah aka-demisi yang seniman atau sen-iman yang akademisi sehinggarasa risaunya menjadi kehi-rauannya.

Namun, banyak penggalankalimat yang menarik untukdicermati dan direspons. Perta-ma, lihat tanda tanya dalamjudul tulisan Yesmil tersebut.Jika judul itu tidak menggu-nakan tanda tanya (?), ituartinya merupakan sebuahpernyataan bahwa kampus Dle-mang bukan pencetak korup-tor. Akan tetapi karena judulitu ditambahi tanda tanya, ituartinya, bisa ya, bisajuga ragu;apakah benar kampus bukanpencetak koruptor? Skepti-sisme memang wajar dan hamsbagi setiap akademisi. Tandatanya dalam judul itu kemudi-an dijawab Yesmil dalam"batang tubuh" tulisannya se-cara dinamik dan dialektis.

Kedua, kampus, dan lembagaakademis lainnya, termasuklembaga keagamaan, dan bah-kan semua institusi peme-rintahan, dinyatakan sebagaipihak yang tidak pernah berci-

ta-cita "memproduksi" korup-tor. Akan tetapi di sisi lain, para"koruptor" adalah selalu kaumterdidik, dari mulai soal me-nyontek ala mahasiswa S-I, S-2, S-3 dalam ujian-ujian, hing-ga koruptor dalam pengertian"kakap". Cindekna, Yesmiljugakebingungan, kok tidak adayang mencetak koruptor tetapikoruptor tetap ada dan bahkanbanyak yang dilakukan oleh"alurnni" perguruan tinggi ma-na pun, baik dalam negerimaupun luar negeri.

Ketiga, sitir Yesmil soal ma-hasiswanya yang ingin menjadikoruptor (alinea ke-s) yang di-sampaikan langsung kepadaYesmil selaku dosen mahasiswatersebut, tanpa ada rasa risi.Sebuah bentuk "kejujuran DlO-dern" ala pegawai negeri sipil(PNS) yang menggetirkansekaligus menggemparkan te-tapi dianggap biasa-biasa saja.Jangan-jangan budaya kita su-dah sampai pada fase fatalisterhadap soal-soal korupsi, le-bih dari sekadar permisif

Keempat, soal kesadaran diriYesmil yang berkata, Jangan-

KlIping Rumaa Onpad 2011

Page 2: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/pikiranrakyat...24 25 26 14 15 29 30 31 12 13 ... terdidik, dari mulai soal me- ... Sistem pemerintahan

·pencetak koruptor, secara nor-matif memang benar adanya.Namun apa yang disampaikanoleh Rektor Unpad merupakangambaran umum untuk mene-guhkan, tidak ada satu pun lem-baga pendidikan, apalagi pen-didikan tinggi, yang mencerakkoruptor. Pemyataan seperti itupenting dideklarasikan terutama. di tengah maraknya aksi korup-si yang justru dilakukan kaumterpelajar.

~logiYang jelas, setiap koruptor

bisa dipastikan akan berlin-dung di balik bungker yang na-manya apologi, entah itu me-lalui justifikasi ilmiah yang di-cari-cari, melalui justifikasi pa-sal-pasal hukum dan perun-dangan lainnya, melalui bunkerkepentingan kekuasaan dankekayaan. Jika sudah sampaipada tahap ini, sering kali petu-ah-petuah sakral dalam kitab-kitab suci pun dipelintir untukmegukuhkan kepentingan ke-kuasaan walaupun sang pe-megang kekuasaan itu korup.Setidaknya, pesan Rektor

Unpad di tulisan Yesmil terse-but sangat jelas, yakni sebagaisebuah upaya untuk mencip-takan lingkungan besar yang"bersih" di luar kampus agarmemberikan iklim kondusifba-gi setiap alumni perguruantinggi, sebab jika iklim di luarkampus tidak kondusif, tidakrelatif bersih, bisa jadi alumniperguruan tinggi mana punakan terperangkap dalam sis-tem lingkungan yang kadungkoruptif. Sistem pemerintahanyang koruptif itu tentu cermin-an dari masyarakatnya yangju-ga koruptif, atau bisa seba-liknya, sistem pemerintahanyang koruptif bisa mengaki-batkan masyarakat ikut korup-tif. Menjadi semacam lingkaransetan yang tidak ada habisnya.

Oleh karena itu, harus ada je-nis kesadaran barn tentang ba-haya korupsi bagi umat manu-sia, bangsa, dan negara, sertabagi kelangsungan peradabanitu sendiri. Harus ada juga ke-mauan untuk hidup dalamlingkungan yang juga bersih.Karena lingkungan adalah ben-tukan dari perilaku, manusianyayang harus jadi perhatian.Penulis lebih yakin kepada pem-benahan manusianya sebab se-bersih apa pun sistem yang hen-dak dibangun jika mentalitasmanusianya korup, membenahisistem akan menjadi dramamimpi di siang hari. ***

Penulis, Guru Besar IlmuPemerintahan Unpad.