PIH AXELSYAH REZA

download PIH AXELSYAH REZA

of 16

Transcript of PIH AXELSYAH REZA

BOOK REPORT PENGANTAR ILMU HUKUM Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,LL.M. dan Dr. B. Arief sidharta, S.H

Axelsyah Reza Miraza 110110110422

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJADRAN BANDUNG 2011

1

BAB I Yang di pahami dalam buku pengantar ilmu hukum karangan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,LL.M. dan Dr. B. Arief sidharta, S.H

Di dalam buku pengantar ilmu hukum karangan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,LL.M. dan Dr. B. Arief sidharta, S.H banyak menjelaskan tentang bagaimana sebuah hukum positif yakni adalah ilmu tentang hukum yang berlaku di suatu negara atau masyarakat tertentu pada saat tertentu. Hukum positif adalah hukum yang berlaku di Indonesia pada waktu ini. Dalam menangani ilmu hukum positif, kita berurusan dengan ilmu yang normatif, artinya ilmu mengenai kaidah-kaidah bagaimana orang seharusnya berperilaku dalam masyarakat, bukan bagaimana sebenarnya mereka berperilaku dalam masyarakat. Di buku ini juga memperkenalkan pengertian pengertian dan konsep konsep dasar tentang hokum yang pada umumnya tidak hanya berlaku di Indonesia saja,tetapi berlaku pula bagi masyarakat hukum lainnya,sehingga Pengantar Ilmu Hukum merupakan suatu ajaran hukum umum (allgemeine rechtslehre).

2

BAB II Permasalahan di dalam buku pengantar ilmu hukum karangan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,LL.M. dan Dr. B. Arief sidharta, S.H

BAB I ILMU HUKUM POSITIF

1. PENGERTIAN DAN BATASAN Ilmu hukum positif adalah ilmu tentang hukum yang berlaku di suatu negara atau masyarakat tertentu pada saat tertentu. Hukum positif adalah hukum yang berlaku di Indonesia pada waktu ini. 2. ILMU HUKUM POSITIF DAN HUKUM ILMU PASTIDAN ALAM Dalam hukum positif, objek yang diatur-nya sekaligus merupakan objek(pelaku). Ini mempunyai akibat yang penting bagi metoda ke-ilmuannya dan penjelasaan tentang sebab-akibat (kualitas). Hukum positif yang menjadi objek ilmu hukum posotif tidak sepasti hukum ilmu alam. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari hukum posotif sebagai suatu perngkat kaidah yang mengatur manusia dan masyarakat , ia tidak diatur oleh metode ke-ilmuan ilmu pasti dan alam, melainkan oleh metode ke-ilmuan Humanities (humaniora) yang dinamakan juga Geisteswissenschafte 3. ILMU HUKUM POSITIF ADALAH ILMU YANG OBJEKNYA HUKUM POSITIF Hukum positif (indonesia) adalah keseluruhan asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan manusia dalam masyarakat. Hukum positif yang lengkap adalah sistem atau tatanan hukum dan asas-asas berdasarkan keadilan

3

yang mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat. Definisi yang umum diterima mempunyai beberapa konsekuensi atau akibat. Akibat yang pertama adalah bahwa di dalam tatanan hukum positif demikian yaitu yang didasarkan atas keadilan, tidak ada tempat bagi kesewenang-wenangan sebagai bentuk buruk atau penyalahgunaan kekuasaan, karena kesewenang-wenangan itu bertentangan dengan keadilan. Kegiatan ilmu yang melakukan semua hal di atas tadi karena menyangkut ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku atau kaidah-kaidah hukum positif disebut ilmu hukum positif. Metoda analistis atau positivisme. Ilmu yang normatif, artinya ilmu mengenai kaidah-kaidah bagaimana orang seharusnya berperilaku (das Sollen) dalam masyarakat, bukan bagaimana sebenarnya mereka berperilaku (das Sein) dalam masyarakat.

BAB II INDIVIDU, MASYARAKAT dalam HUKUM

1. INDIVIDU ADALAH GEJALA KEMASYARAKATAN Hukum yaitu aturan-aturan hidup yang mengatur gubungan antar manusia yang hidup bersama dalam suatu kumpulan manusia atau masyarakat. 2. JENIS MASYARAKAT Masyarakat dengan demikian adalah suatu kumpulan manusia yang hidup bersama dengan tujuan bersama. Kumpulan manusia yang bermasyarakat yang berupa kekerabatan atau Gemeinschaft, yakni kumpulan manusia yang berkumpul menjadi satu satuan untuk mencapai tujuan tertentu. 3. JENIS KAIDAH HUKUM Hukum yang kepentingan umum (publik) dan menyangkut negara dan penyelenggaraan pemerintahan dinamakan hukum publik, sedangkan hukum yang mengatur hubungan di antara orang perorangan dinamakan hukum

4

perdata atau hukum sipil. Hukum tertulis seperti undang-undang dan hukum tidak tertulis seperti hukum kebiasaan. 4. LANDASAN KEWENANGAN MENGATUR Teori-teori kontrak sosial dikemukakan oleh Thomas Hobbes, John Lacke dan Jean Jacques Rouseau. Inti pemikiran kontrak sosial adalah bahwa manusia yang membentuk masyarakat untuk hidup bersama dan demikian berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan bakat mereka, dengan mengorabankan kebebasan penuh yang ada padanya, menyerahkan kepada orang atau kumpulan orang yang dipercaya untuk memerintah mereka demi kebaikan bersama ( common-wealth).

BAB III HUKUM dan KAIDAH - KAIDAH SOSIAL LAINNYA

1. BERBAGAI KAIDAH SOSIAL Kehidupan manusia dalam masyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur oleh kaidah-kaidah agama dan kaidah-kaidah sosial. Muamalat yaitu kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar manusia, berbeda dari ibadat yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan. Kebiasaan yaitu pola tindak yang berulang mengenai peristiwa yang sama berkenan dengan hal yang bersamaan pula. Moral positif, artinya kaidah moral yang telah berlaku sebagai kaidah yang mengikat. Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak hanya diatur oleh hukum tetapi juga oleh kaidah-kaidah sosial lainnya yang bukan hukum. Jadi kaidah-kaidah sosial hukum ini adalah kaidah agama yang telah diterima sebagai adat 2. HATI NURANI MANUSIA DAN SIFAT KAIDAH Moral seseorang yang didasarkan etika yang bersangkutan disebut otonom, yaitu ia langsung berbicara kepada manusia sebagai anggota masyarakat tanpa kaitannya dengan anggota masyarakat lainnya. Heteronom, kaidah yang mengatur perilaku antar individu anggota masyarakat.

5

3. HUBUNGAN KAIDAH HUKUM DAN BUKAN KAIDAH HUKUM Hubungan antar hukum dan kaidah sosial lain itu hubugannya adalah bahwa hukum dan kaidah sosial lainnya itu saling mengisi. Artinya kaidah sosial mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat dalam hal-hal hukum tidak mengaturnya. Hukum dari kaidah-kaidah sosial lainnya, yakni bahwa ketaatan pada ketentuaan-ketentuaannya dapat dipaksakan oleh negara dengan suatu cara yang diatur dengan undang-undang.

BAB IV HUKUM dan KEKUASAAN

(Hukum dan Sanksi) 1. HAKIKAT KEKUASAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HUKUM Kekuasaan tidak selalu, bahkan sering tidak bersumber pada kekuatan fisik. Kekuasaan sering bersumber pada wewenang formal ( formal authority). Kekuasaan itu bersumber pada hukum, yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur pemberian wewenang tadi. Polisi, kejaksaan dan pengadilan sebagai alat pemaksaan atau penegak hukum negara. Hubungan hukum dan kekuasaan dalam sebagai berikut : hukum memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaannya, sebaliknya kekuasaan itu sendiri ditentukan batas-batasnya oleh hukum. Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman. Kesimpulannya dari hukum dan kekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan suatu unsur yang mutlak dalam suatu masyarakat hukum dalam arti masyarakat yang diatur oleh dan berdasarkan hukum. Hukum fisik ( force ) dan wewenang resmi ( formal authority) merupakan dua sumber dari kekuasaan. Kekayaan (uang ) atau kekuataan ekonomi lainnya juga merupakan sumber-sumber kekuasaan yang penting, kejujuran moral yang tinggi dan pengetahuan sebagai sumber kekuasaan yang disebut wibawa. Kekuasaan itu adalah fenomena yang aneka ragam bentuknya ( polyform ) dan banyak macam sumbernya. Kekuasaan mempunyai suatu sifat khas, yakni ia cenderung untuk merangsang yang memilikinya untuk lebih berkuasa lagi.

6

Seorang pemegang kepentingan umum. 2. HUBUNGAN HUKUM

kekuasaan,

harus

memiliki

semangat

mengabdi

HUKUM DAN

KEKUASAAN DALAM NEGARA

Adakalanya wewenang dan kekuasaan yang diatur oleh hukum ini terganggu apabila ada pejabat yang melampaui batas wewenang atau kekuasaanya. Batas-batas wewenang dan kekuasaan harus jelas diatur oleh undang-undang. 3. SANKSI HUKUM Sanksi hukum ( dalam arti sempit ) adalah sanksi atau hukuman yang dijatuhkan pada seseorang yang melanggar hukum. Sanksi hukum adalah bentuk perwujudan yang paling jelas dari kekuasaan negara dalam pelaksanaan kewajibannya untuk memaksakan ditaatinya hukum. Asas terpenting adalah bahwa si tersangka atau tertuduh mempunyai hak untuk membela dirinya. Asas kedua adalah bahwa seseorang dianggap tidak bersalah hingga ia terbukti ( dalam persidangan) memang benar bersalah. Banyak orang sering menyangka bahwa sanksi pidana adalah satu-satunya bentuk sanksi hukum, bahkan, ada anggapan yna mengidentikan penegak hukum dengan penindakan atau penerapan sanksi pidana atas pelanggaran hukum.

BAB V FUNGSI dan TUJUAN HUKUM

Salah satu fungsi yang terpenting dari hukum adaah tercapainya keteraturan dalam kehidupan manusia di dalam masyarakat. Fungsi hukum menjamin keteraturan dan ketertiban. Tujuan hukum adalah terpelihara dan terjaminnya keteraturan dan ketertiban, kehidupan manusia yang wajar memang tidak mungkin.

BAB VI

7

SUMBER-SUMBER HUKUM

1. Arti Sumber Hukum Sumber hukum dipakai dalam dua arti. Sumber hukum dalam arti materiil dan sumber hukum dalam arti formal. Untuk mempelajari ilmu hukum positif, sumber hukum dalam arti formal jauh lebih penting karena menjelaskan dimana saja kita bisa mendapat ketentuan atau kaidah hukum yang kita perlu ketahui untuk mengetahui apa hukum positif Indonesia. Bukan berarti dalam arti materil tidak penting. Pemahaman dalam arti materiil lebih merupakan suatu usaha pendalaman teoritis tentang hukum. 2. Sumber Hukum Materiil Pertanyaan mengapa orang menakuti hukum ada beberapa orang mengatakan - Takut akan sanksi/hukuman - Dapat membedakan yang baik dan buruk - Pengaruh masyarakat sekelilingnya Akhirnya dapat dikatakan bahwa orang menaati hukum itu karena kombinasi semua faktor tersebut. 3. Sumber Hukum Formal Sumber hukum dalam arti formal adalah a. Undang-undang : hukum tertulis produk suatu badan legislatif yang melibatkan Pemerintah dan DPR. b. Kebiasaan : pola tindak yang berulang mengenai sesuatu hal atau peristiwa yang sama atau bersamaan yang terjadi dalam masyarakat bidang kegiatan tertentu c. Keputusan Pengadilan : memberikan kepastian bahwa keputusan itu adalah kaidah atau norma yang harus dipatuhi dalam perkara d. Traktat/Perjanjian Int : persetujuan yang oleh Indonesia diadakan dengan negara atau negara lainuntuk menerima hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian tersebut e. Pendapat S.H terkemuka : pendapat para Sarjana Hukum terkemuka sebagai sumber cukup penting karena ada kalanya fenomena hukum kebiasaan itu tidak tampak bagi masyarakat

8

BAB VII BEBERAPA KONSEP DASAR (INTI) DALAM HUKUM

1. Pengertian Konsep Yuridis Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa konsep yuridis yang paling pokok dalam bidang hukum yang dapat kita sebut konsep inti atau konsep dasar dalam hukum (basic legal concepts). 2. Subjek Hukum Hukum bertujuan untuk mewujudkan ketertiban yang adil atau ketertiban berkeadilan. Dikenal dua jenis subjek hukum, yaitu: a. manusia/orang (natuurlijke persoon) Setiap manusia atau tiap orang dipandang dan dilindungi oleh tatanan hukum sebagai subjek hukum. b. badan hukum (rechtspersoon). Pendukung hak dan kewajiban berdasarkan hukum yang bukan manusia, yang dapat dituntut subjek hukum lain di muka pengadilan. 3. Objek Hukum Segala sesuatu bermanfaat dan dapat dikuasai oleh subjek hukum serta dapat dijadikan objek dalam suatu hubungan hukum. 4. Peristiwa Hukum Dibedakan ke dalam peristiwa hukum dan bukan peristiwa hukum. Peristiwa hukum adalah peristiwa yang oleh kaidah hukum diberi akibat hukum, yaitu berupa timbulnya atau hapusnya hak dan/ kewajiban tertentu bagi subjek hukum tertentu yang terkait pada peristiwa tersebut. 5. Hak, Kewajiban, dan Kewenangan

9

Pengertian hak dan kewajiban adalah pengertian-pngretian korelatif yang artinya dalam sebuah hubungan hukum maka hak dari salah satu pihak adalah kewajiban dari pihak yang lainnya, dan sebaliknya. Pengertian hak pada dasarnya berintikan kebebasan melakukan atau tidak melakukan sesuatu termasuk cara menggunakan kewenangan yang timbul dari haknya. Sedangkan kewajiban pada dasarnya dalah keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 6. Kecakapan Melakukan Perbuatan Hukum Orang pada dasarnya dapat melakukan perbuatan hukum yang disebut kecakapan melakukan perbuatan hukum (handelings-bekwaamheid).

BAB VIII MENERAPKAN DAN MENGEMBANGKAN HUKUM:

Kedudukan Pengadilan atau Hakim dalam Sistem Hukum Indonesia` 1. Peranan Hakim dalam Pembentukan Hukum Pengadilan mempunyai kedudukan penting dalam sistem hukum. Dengan kata lain hakim/pengadilan dalam sistem hukum kita yang pada dasarnya trtulis itu mempunyai fungsi membuat hukum baru (cration of new law). Fungsi yang sangat penting ini dilakukan hakim/pengadilan dengan jalan interoretasi, konstruksi, dan penghalusan hukum. 2. Metode Interpretasi Interpretasi undang-undang/hukum dilakukan oleh hakim/pengadilan dan penegak hukum lainnya dan jaksa penuntut umum dalam urusan pidana, dilakukan dengan cara: a. Interpretasi bahasa atau tata bahasa b. Interpretasi sejarah c. Interpretasisistematis d. Interpretasi bahasa dibantu oleh sejarah dan sistematis e. Interpretasi teologis

10

f. Tafsir otentik g. Keleluasaan interpretasi oleh hakim 3. Metode Konstruksi dan Penghalusan Contoh kontruksi adalah analogi dan argumentum a contrario. Analogi adalah penerapan sesuatu ketentuan hukum bagi keadaan yang pada dasarnya sama dengan keadaan yang secara eksplisit diatur dengan ketentuan hukum tersebut tadi, tetapi penampilan atau bentuk perwujudannya lain. Sedangkan argumentum a contrario dalam hukum perdata ada ketentuan bahwa seorang wanita yang telah bercerai dari suaminya, tidak diperbolehkan melaksanakan pernikahan dengan laki-laki lain sbelum lewat 300 hari. Selain lewat jalan interpretasi dan kontruksi, hukum juga bisa diterapkan dengan apa yang dinamakan penghalusan hukum yaitu dengan tidak menerapkan atau menerapkan hukum secara lain daripada ketentuan hukum tertulis yang ada. Penghalusan hukum dilakukan apabila penerapan hukum tertulis sebagaimana adanya akan mengakibatkan ketidakadilan yang sangat sehingga ketentuan hukum tertulis itu sebaiknya tidak diterapkan atau diterapkan secara lain apabila hendak dicapai keadilan.

BAB IX SISTEM DAN TATANAN HUKUM

1. Sistem hukum positif Indonesia adalah suatu sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Sistem umumnya diartikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri atas unsur yang satu sama lain saling berhubungan sehingga merupakan suatu keseluruhan yang utuh dan berarti. Pada dasarnya suatu sistem hukum adalah suatu struktur formal. 2. Pengembangan hukum nasional berencana ditangani oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional setelah pembangunan dan pengembangan hukum itu dijadikan bagian dari Pembangunan Hukum Nasional berencana. Sub-sistem juga menangani pengembangan hukunm nasional lima tahun secara berencana

11

3. Ada pula pihak yang memandang hukum sebagai gejala sosial dalam konteks telaahan sosiologi budaya (socio-cultural context) 4. Cara memandang hukum sebagai suatu sistem kaidah dan asas (formal system of norms and principles) bukan merupakan satu-satunya cara memandang hukum. 5. Politik hukum merupakan penerapan praktis dari konsep keempat diatas tersebut untuk mencapai tujuan politik yang menggunakan konsep, pengertian, dan cara tindakan keempat tersebut. 6. Ciri-ciri khas sistem hukum nasional Indonesia. Uraian mengenai ciri khas hukum pasca kolonial Hindia Belanda menunjukan bahwa Indonesia merdeka dalam membangun hukum nasionalnya belum dapat mengabaikan hukum adat seluruhnya, terutama hukum adat perdata yang dalam sistem hukum Indonesia mendapat tempat yang sejajar dengan hukum perdata Eropa.

BAB X CITA HUKUM:

Indonesia Suatu Negara Hukum 1. Bila kita bicara tentang cita hukum, yang dimaksud adalah cita hukum dari RI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 ... dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat. Cita-cita ini dirumuskan secara singkat berarti bahwa Negara RI adalah negara hukum 2. Prinsip lainnya adalah bahwa negara hukum semua orang sama dihadapan hukum. Hukum memperlakukan semua orang sama tanpa perbedaan yang didasarkan atas ras, agama, kedudukan sosial, dan kekayaan.

Sangat penting pula secara politis bahwa kita perlu mempertahankan asas-asas yang merupakan pencerminan dari tekad dan aspirasi kita sebagai bangsa yang

12

mencapai kemerdekaannya dengan perjuangan. Asas-asas dan konsep demikian terkandung dalam UUD 1945 dan Pembukaannya yang merupakan pencerminan dari falsafah Pancasila. a. Asas Ketuhanan : tidak boleh ada produk hukum nasional yang bertentangan dengan agama b. Asas prikemanusiaan : hukum harus melindungi warga negara dan menjunjung tinggi martabat manusia c. Asas kesatuan dan persatuan : Hukum Indonesia harus merupakan Hukum Nasional yang berlaku bagi seluruh bangsa Indonesia d. Asas demokrasi : hubungan abtara hukum dan kekuasaan, kekuasaan harus tunduk pada hukum, tidak sebaliknya e. Asas keadilan sosial : Semua warganegara mempunyai hak yang sama dan bahwa semua orang sama dihadapan hukum Berlakunya asas kesatuan dan persatuan tidak berarti bahwa adanya keragaman budaya tidak diperhatikan. Kenyataannya lagipula bahwa negara kita secara geografis terdiri atas beribu pulau tang tersebar dalam suatu wilayah. Jelas bahwa melalui jalan hukum, yakni perundang-undangan nasional, kita telah membawa atau merebut kembali sumber-sumber kekayaan (alam) dan menempatkannya dalam atau dibawah kekuasaan negara sebagai pengembangan (custodian) amanat rakyat sebagai pemilik segala sumber kekayaan itu.

13

Bab III Kesimpulan dan Pendapat

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Indonesia sebagai negara Negara Hukum sangat perlu untuk mengenal Hukum Positif di Indonesia yang berarti hukum yang sedang berlaku dan dilaksanakan di negara Indonesia. Sama dengan hukum di negara lain, hukum positif yang ada di Indonesiapun memiliki subjek atau sasaran utama untuk siapa hukum tersebut dibuat, yaitu masyarakat di negara tersebut. Masyarakat Indonesia diatur oleh hokum agar hubungan antar masyarakat bisa berjalan dengan baik. Karena masyarakat yang beragam serta intensitas kepatuhan mereka terhadap peraturan yang dibuat oleh pemerintah atas nama hukum untuk melindungi kepentingan masyarakatnya, tidak hanya hukum yang bersifat mengatur dan memaksa masyarakat tetapi ada juga aturan yang bertujuan untuk mengatur masyarakat-nya yaitu kaidah non-hukum atau disebut kaidah-kaidah sosial. Kaidah Sosial yang dikenal oleh masyarakat bermacam-macam, ada Kebiasaan, Kesopanan, Agama dan Moral. Kaidah-kaidah sosial dibuat ada yang sengaja dibuat oleh sekelompok orang yang mendiami suatu daerah yang dimaksudkan dengan dibuatnya peraturan tersebut, baik warga asli maupun pendatang mematuhi peraturan tersebut dan kehidupan masyarakatnya menjadi tertata. Walaupun keduanya sama-sama berfungsi sebagai sarana pengatur masyarakat, namun sanksi antara kaidah hukum dan kaidah sosial berbeda. kaidah hukum lebih tegas dan kaidah sosial sangsinya langsung dari masyarakat, misal kita melanggar kaidah kesopanan maka sanksinya adalah dikucilkan atau dicemooh sementara sanksi hukum lebih melibatkan lembaga

14

hukum yang berwenang seperti keadilan, karena hukum lebih cenderung melibatkan kekuasaan maka harus diselesaikan juga dengan kekuasaan dari badan berwenang. Sebagai aturan yang dapat dipertanggungjawabkan, hukum harus mempunyai sumber. Sumber hukum ada dua yaitu Formal dan Materiil. Namun sumber hukum yang paling berhubungan dengan hukum positif suatu negara adalah sumber hukum Materiil. Sumber hukum formalpun terbagi menjadi lima: Undang-undang, Hukum Adat, Traktat, Keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana. Sebagai aturan yang berkonsep, hukum mempunyai beberapa konsep dasar yaitu: konsep yuridis yang artinya konsep konstruktif dan sistematis yang digunakan untuk memahami sesuatu aturan hukum, subjek hukum yang dibagi menjadi dua, ada manusia dengan badan hukum. Lalu ada objek hukum, peristiwa hukum, hak kewajiban dan kewenangan serta kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum. Keenam konsep dasar tersebut merupakan hal-hal yang saling berkaitan sehingga membentuk sebuah aturan mengikat bernama hukum. Dalam hukum disuatu negara, pasti ada masalah yang datang. Itulah gunanya mengapa ada lembaga dibawah naungan hukum bernama Pengadilan dan subjek yang memiliki wewenangnya bernama Hakim. Guna dari Pengadilan adalah sebagai tempat untuk memutus suatu perkara pelanggaran hukum sementara Hakim sebagai orang yang memiliki wewenang memutus perkara tersebut. Selain itu, hukum harus memiliki sistematika yang jelas, itulah mengapa dijelaskan mengenai sistem dan tatanan hukum yang dimaksudkan adalah struktur formal kaidah-kaidah hukum yang berdasar pada Undang-Undang Dasar 1945 dan dijiwai oleh falfasah Pancasila. Jadi, berdasarkan semua fakta diatas, hukum adalah suatu aturan yang sempurna dimana memiliki dasar konsep, tujuan, fungsi, sasaran, objek bahkan cita yang menjadi tujuan akhirnya.

15

PENDAPAT Pendapat saya tentang buku Pengantar ilmu hukum karangan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja,S.H.,LL.M. dan Dr. B. Arief Sidharta, S.H cukup mudah dan menarik untuk di baca,walaupun sering kali tidak lngsung kepada pokok permasalahan,tetapi karena hal itu lah yang membuat pembaca dapat memahami dengan lebih ringan dan tidak begitu berat. Buku ini juga sangat cocok untuk di baca oleh mahasiswa hukum di tahun pertama,karena penulis menyampaikan isi bacaan dengan ringan bila di bandingkan dengan buku lainnya,hanya saja ada beberapa pokok penting yang tidak di jabarkan dalam buku ini. Sehingga dalam mempelajari buku ini di perlukan buku bantuan lainnya.

16