Pidato Mbok Kadek
Click here to load reader
-
Upload
kondombocor4197 -
Category
Documents
-
view
19 -
download
1
Transcript of Pidato Mbok Kadek
PENTINGNYA KAMPANYE BERSAMA DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA DI
KALANGAN SISWA
Selamat pagi, terimakasih kami ucapkan pada Guru pembina yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam kesempatan
yang baik ini. Sebelum lanjut saya membawakan pidato ini, ijinkan saya menghaturkan puji
syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Pengasih, karena dengan rahmat-Nya lah kita dapat
berkumpul di waktu dan tempat ini.
OM SWASTYASTU.
Selama ini teramat sering kita dengar berbagai kampanye mengenai pentingnya
kebiasaan membaca. Karena melalui membaca kita akan dadat memperoleh pengetahuan,
yang pada akhirnya akan memperkaya khasanah kehidupan kita, dan memungkinkan untuk
mengembangkan hidup pada taraf yang lebih baik.
Kampanye ini bukan hanya sekedar omong kosong politis untuk memancing perhatian
khalayak saja. Berbagai data menunjukkan kalau, tingkat minat baca masyarakat memiliki
korelasi positif dengan tingkat kemajuan masyarakat. Berbagai laporan badan pendidikan
internasional menunjukkan kalau tingkat membaca masyarakat negara maju, seperti Eropa
Barat, Amerika Utara, Jepang, dan Korea, relatif lebih tinggi dari pada tingkat membaca
masyarakat di negara-negara berkembang, seperti Asia Tenggara, Afrika, Amerika Selatan.
Data ini setidaknya dapat memberikan gambaran mengenai korelasi positif antara tingkat
membaca dengan tingkat kualitas manusia (kesehatan, ekonomi, dan pendidikan).
Korelasi ini bukanlah sebuah kebetulan semata, namun sebuah keniscayaan yang
merupakan hubungan sebab akibat. Secara sederhana, hubungan sebab akibat ini dapat
digambarkan sebagai: membaca mengakibatkan meningkatnya pengetahuan, peningkatan
pengetahuan menyebabkan peningkatan peluang berusaha, penigkatan peluang berusaha pada
akhirnya menyebabkan menigkatnya pendapatan, dan berujung pada peningkatan kualitas
hidup.
Memperhatikan berbagai hal seperti tersebut di atas, maka sudah selayaknya kita juga
memberikan perhatian serius pada tingkat minat membaca dikalangan siswa sekolah.
Sekarang marilah kita lihat kondisi minat membaca di kalangan siswa sekolah kita.
Kondisi minat baca dapat diprediksi dari beberapa hal, seperti: tingkat kunjungan
perpustakaan sekolah, tingkat penjualan toko buku, dan tingkat peminjaman buku di
perpustakaan umum.
Pada Catatan Buku tamu di Perpustakaan sekolah kita, dapat kita lihat betapa
rendahnya kunjungan ke perpustakaan. Ini berimbas langsung pada kondisi buku di
perpustakaan. Saking parahnya, bahkan ada bererapa rak buku yang koleksi bukunya sampai
menjadi rumah rayap. Kondisi memprihatinkan ini menunjukkan betapa jarangnya buku-buku
tersebut dijamah oleh para siswa, yang seharusnya menjadi penikmat setia buku-buku itu.
Hal yang sama memperihatinkannya juga terjadi pada kondisi Toko Buku di kota kita.
Toko buku yang ada di Kota kita hanya ada 2 buah. Itupun berada dalam kondisi yang
memperihatinkan. Penjaga Toko Buku Rahayu menecderitakan kalau dia, teramat sering
harus merugi, karena terpaksa mengembalikan buku yang telah dipesan. Padahal buku
tersebut termasuk buku best-seler di level nasional. Hal yang lebih tragis dialami oleh Toko
Buku Ingetang Mekenyem. Toko buku ke-dua, dan terakhir, di Kota Kita ini dapat dikatakan
hidup enggan matipun tak mau. Toko Buku ini hanya mampu menjual kurang dari 10 buku
dalam 1 minggu. Selama ini Toko Buku Ingetang Mekenyem bertahan hanya karena
kebetulan pemiliknya, Pak Arsiawan, memiliki hobi membaca.
Tingkat penjualan yang rendah itu, sudah cukup memperihatinkan, mengingat jumlah
siswa di Kota kita yang mencapai 2000-an anak lebih. Namun ini belum cukup, dari penjualan
yang rendah itu, malah menyimpan hal yang lebih memperihatinkan lagi. Dari sedikit buku
yang terjual itu, sebagian terbesar adalah buku pelajaran wajib siswa sekolah. Memang ini
tidak ada salahnya memebli buku pelajaran, namun ini menunjukkan kalau minat membaca
siswa kita bukan benar-benar ingin menambah pengetahuan. Mereka membeli dan membaca
buku hanya sebagai kewajiban dari sekolah, bukan didasari oleh niat intrinsil mereka untuk
meningkatkan wawasan.
Sekarang mari kita lihat kondisi perpustakaan umum. Perpustakaan yang terletak di
Jalan Ngurah Rai, 100 meter dari sekolah kita, juga mengalami nasib yang sama. Pada
beberapa sudut, perpustakaan ini tidak kalah seremnya dari gedung tempat syuting film Suster
Ngesot. Berdebu, lembab, dan menyeramkan. Ini mengindikasikan betapa jarangnya Fasilitas
Negara, berharga ratusan juta ini, dimanfaatkan oleh masyarakat.
Tiga indikator yang saya kemukakan di depan, saya pikir sudah memebrikan cukup
alasan pada kita untuk kawatir terhadap kondisi minat baca di kalangan masyarakat kita.
Diperlukan sebuah langkah nyata dan strategis untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Langkah-langkah parsial, semacam loma kunjungan perpustakaan pada peringatan hari
pendidikan atau lomba resensi biku pada tanggal 28 oktober, bukan pennyelesaian yang
memadai. Lomba semacam itu hanya akan membangkitkan euforia sesaat, lalu 1 bulan
kemudian perpustakaan dan toko buku kembali menjadi rumah hantu yang tak berpenghuni.
Diperlukan sebuah langkah strategis, dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat,
dalam waktu yang segera untuk dilaksanakan. Berbagai elemen masyarakat: pemerintah,
sekolah, orang tua, media masa, dan lingkungan orang dewasa harus dapat mendukung
kampanye gemar membaca ini.
Pemerintah, hendaknya dengan proaktif mengeluarkan kebijakan, peraturan, dan
perundangan, yang dapat memberikan kondisi positif bagi peninmgkatan minat membaca
masyarakat. Pemberian subsidi pajak pada perusahaan penerbitan, merupakan salah satu
langkah yang dapat diambil. Harus diakui kalau kebijakan ini dianggap sebagai sebuah
kebijakan yang tidak pro-pasar bebas, dengan alasan banyak juga perusahaan penerbitan yang
menerbitkan majalah dan buku yang bersifat hiburan dan kadang tidak mendidik. Untuk itu
kebijakan subsidi pajak ini dapat diberlakukan secara terbatas, hanya pada penerbitan yang
menerbitkan buku pelajaran sekolah, sains kontemporer, ensiklopedi, seri pengetahuan dasar,
buku-buku universitas, dan terbitan berkala yang berkaitan dengan pendidikan.
Pihak sekolah juga sedapat mungkin memanfaatkan kebijaka byang telah disusun oleh
pemerintah, untuk meningkatkan minat baca siswa. Acara seremonial yang berkaitan dengan
memebaca memang wajib untuk dilaksanakan pada peringatan hatri tertentu, namun jauh
lebih penting adalah memasyaraktkan membaca menjadi gaya hidup di lingkungan sekolah.
Tugas wajib memebaca 1 buku setiap bulan, mading yang diisi kolom resensi buku, dan klub
membaca, adalah beberapa hal strategis yang dapat dilakukan pihak sekolah.
Orang tua, sebagai lingkungan pertama dari anak memeiliki peran yang signifikan
dalam membentuk pola pikir dan kebiasaan anak. Pengaruh ini juga tentu termasuk
diantaranya, menentukan pandangan anak terhadap kebiasaan membaca. Jika dalam keluarga
itu anak terbiasa melihat orang tua yang membaca, maka anak secara langsung akan
memeiliki pandangan posotof tentang kebiasaan membaca. Langganan koran dan majalah
merupakan kebiasaan baik dalam keluarga yang dapat menunjang pandangan positif anak
terhadap membaca. Memberikan hadiah ulang tahun dan kenaikan kelas beriupa buku
berkualitas, juga merupakan kebiasaan yang amat baik.
Media masa sebagai organ masyarakat yang memiliki kemampuan penetrasi tinggi ke
dalam mental masyarakat, juga sudah sepantasnya memebrikan kontribusi bagi kampanye
gemar membaca. Menyiarkan acara-acara yang memancing minat baca, atau setidaknya
menunjukkan kalau membaca adalah keren, merupakan salah satu kewajiban dari media
penyiaran publik.
Lingkungan orang dewasa sebagai lingkungan kedua bagi anak, tentu juga memiliki
peran yang tidak kecil bagi pementukan kebiasaan anak, termasuk diantaranya kebiasaan
membaca. Orang dewasa di lingkungan anak, sudah sepantasnya ikut mrmbina minat baca
siswa. Mengajak anak untuk mengobrolkan buku-buku populer, bersedia membayari jika anak
membeli buku, dan memberikan penghargaan kepada anak yang sedang membaca, merupakan
beberapa hal yang perlu dibiasakan di lingkungan perumahan.
Demikian beberapa solusi yang dapat saya kemukakan pada kesempatan ini, dalam
rangka menghadapi phenomena rendahnya minat baca di lingkungan siswa.
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih kepada segenap hadirin, yang telah
bersedia meluangkan waktu dan perhatiannya untuk mendengarkan pemaparan saya selama
15 menit ini. Saya amat menyedari, dari ratusan kata yang terucap dari mulut ini, tentulah ada
beberapa yang mengandung kesalahan dan menyinggung perasaan pendengar sekalian. Semua
ketidak nyamanan yang timbul itu, sama sekali tidak ada niat untuk sengaja melakukannya,
namun semata hanya karena kekurangan saya akibat kemudaan usia dan kekurangan
pengetahuan dalam tata bahasa dan pengetahuan.
Akhirnya disinilah akhir dari pidato saya ini, ijinkan saya mohon diri dengan
sebelumnya menghaturkan Parama Santhi.
OM SANTHI SANTHI SANTHI OM.