Phimosis Dan Post Partum
-
Upload
shabiela-mafazah -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
description
Transcript of Phimosis Dan Post Partum
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
DENGAN MASALAH BAYI POST MATUR
OLEH KELOMPOK 4:
SABILA HASANAH ALMAFAZAH
SHANTI ARIESTANTYA
AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH
BANDAR LAMPUNG
2014/2015
KATA PENGANTAR
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 1
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’KEPERAWATAN ANAK‘’. Adapun makalah ini
membahas mengenai ” BAYI POST MATUR”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Baitul Hikmah.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Bandar Lampung, April 2015
Penyusun
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 2
DAFTAR ISI
COVER………………… ………………………………………………………………..1 KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..2DAFTAR ISI ……………………………………………………..................................3
BAB I PENDAHULUANA. Latar belakang …………………………………………….........................................4B. Tujuan …………………………………………........................................................5
BAB II : PEMBAHASANA. Pengertian ………………………………………………...........................................6B. Etiologi..............................………………………………........................................7C. Patofisiologi…………………………………………………………………………...9D. Ciri – ciri ………………………………………………………………………………9E. Klasifikasi……….………………………………………..........................................11F. Manifestasi Klinis ..................................................................................................12G. Pemeriksaan Penunjang…......................................................................................13H. Pengobatan dan Pentalaksanaan.............................................................................14
BAB III ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian ……………………………………..………...........................................17B. Diagnosa………………………………………………….........................................17C. Perencanaan……………………………………………...........................................18D. Implementasi dan Evaluasi ...................................................................................18
BAB III : PENUTUPA. Kesimpulan ……………………………………………...........................................20B. Saran……………………………………………......................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 3
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang terjadi pada ibu
hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur 294
hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya
(Manuaba, 1999)
Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari HPHT (Hari
Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu.
Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih.
Prevalensi ini bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh peneliti
(Prawirohardjo, 2008)
Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi untuk
menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur kehamilan yang tepat. Selain dari haid,
penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan
dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan
makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur kehamilan dan bila
dilakukan sebelum trimester kedua, hasilnya lebih akurat
(FK Unpad, 2005)
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang terjangkau oleh
seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu
hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Seorang perawat dituntut agar
mampu memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan
kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup.
B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Post matur pada bayi secara sistematis, serta
mengetahui apa yang menjadi konsep penyakit yang mengalami Post matur pada bayi, serta dapat
mengaplikasikanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gejala Post matur
pada bayi.
BAB II
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 4
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan
rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Postmaturitas adalah suatu keadaan dimana bayi
lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu. Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah
294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama
kehamilan dan maturitas janin.
( Varney Helen,2007)
Bayi Post Term adalah bayi yang lahir setelah kehamilan lebih dari 42 minggu, dihitung dari
hari pertama haid terakhir tanpa memperdulikan berat badan bayi pada waktu lahir.
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas
waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi.
(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450)
Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca
maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
Keakuratan dalam memperkirakan usia kehamilan meningkat pesat sejak adanya USG yang makin
banyak digunakan. Kisaran optimum variasi lama gestasi pada manusia belum diketahui hingga kini,
dan penetapan dua minggu melewati taksiran persalinan (TP) masih berubah-ubah. Meskipun
insidensi kehamilan lewat bulan relatif rendah, beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar
induksi yang dijadwalkan dengan indikasi kehamilan lewat bulan faktanya kurang dari 42 minggu
berdasarkan hitungan dengan USG. Akibatnya induksi yang menjadi bersifat relative.
B. Etiologi
Penyebab kelahiran post term Pada umumnya sering dianggap bahwa penyebab post term adalah
tidak pekanya uterus terhadap oksitoksin. Penyebab lain yang dikemukakan ialah faktor herediter
karena lewat waktu tidak jarang terjadi pada suatu keluarga tertentu dan mempunyai kecendrungan
untuk terulang pada wanita yang sama.
Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan
yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007). Apabila diambil batas
waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu
frekuensinya adalah 3,4 -4%
(Ochtar,Rustam,1998)
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 5
Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada factor yang diduga bayi
lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah faktor hormonal yaitu kadar progesterone,
kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.
C. Patofisiologi
Faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup
bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang
( Mochtar, Rustam, 1999)
Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan
insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Etiologi menurut Nwosu dkk faktor-faktor yang menyebabkan post matur stress, sehingga tidak
timbulnya his kurangnya air ketuban dan Insufisiensi plasenta
( ilmu Kebidanan: hal.318)
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42
minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri
spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh
kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga
berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik
untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55%
intrapartum, 15% postpartum.
D. Manifestasi Klinis
Pengaruh terhadap Ibu dan Janin :
1. Terhadap Ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena :
a. Aksi uterus tidak terkoordinir.
b. Janin besar.
c. Moulding kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan
perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
2. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40
minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada
janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah
kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 6
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas
lebar-lebar, sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena
bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak
kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan
pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.
Banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi
mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing
belum dapat ditentukan dengan pasti. Syndrome ini terjadi pada sekitar 10% kehamilan antara 41
dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33% pada 44 minggu. Oligohidramnion yang
menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
1. Gejala, Gambaran fisik bayi postmatur :
a. Panjangnya cukup umur, tetapi berat badannya rendah sehingga tampak kurus
b. Matang, berada dalam keadaan siaga
c. Lemak dibawah kulitnya sedikit sehingga kulit pada lengan dan tungkainya tampak
menggelambir
d. Kulitnya kering dan mengelupas
e. Kuku jari kaki dan kuku jari tangannya panjang
f. Kuku jari kaki, kuku jari tangan dan pusarnya berwarna kehijauan atau kecoklatan karena
mekonium (tinja pertama bayi)
2. Tanda-tanda bayi postmatur
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Kuku panjang
e. Rambut kepala agak tebal
f. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
E. Komplikasi
1. Suhu yang tidak stabil.
2. Hipoglikemi.
3. Polisitemia.
4. Kelainan neurogenik.
5. Terhadap ibu persalinan serotinus dapat menyebabkan distosia dikarenakan oleh:
a. Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron yang tidak turun pada
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 7
kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang sehingga estrogen tidak
cukup untuk menyediakan prostaglandin yang berperan terhadap penipisan serviks dan
kontraksi uterus sehingga sering didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.
b. Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan dapat
menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan akibatnya persalinan tidak
dapat berlangsung secara normal, maka sering dijumpai persalinan lama, inersia uteri,
distosia bahu dan perdarahan post partum.
6. Terhadap janin, Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 minggu
kemudian mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan
penurunan kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan
dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko tiga kali. Akibat dari proses
penuaan plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun disamping dengan
adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan
penurunan berat dalam hal ini dapat disebut dismatur. Sirkulasi utero plasenter akan
berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit. Kematian janin akibat kehamilan serotinus
terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 50% dalam persalinan dan 15% dalam postnatal.
Penyebab utama kematian perinatal adalah hipoksia dan aspirasi mekonium. Tanda-tanda
partus postterm dibagi menjadi tiga stadium:
a. Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II : gejala pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan mekonium
(kehijauan pada kulit).
c. Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik secara
anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan makanan dan oksigen kepada fetus untuk
mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara norma. Hal ini dapat menyebabkan
kematian janin dalam kandungan. Volume cairan amnion akan meningkat sesuai dengan
bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan cairan amnion 1000-1500 ml, warna
putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, amis, dan agak manis, cairan ini mengandung
sekitar 98% air. Sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik yaitu rambut lanugo (rambut
halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi.
Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus fungsi
plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi cairan amnion juga akan berkurang. Dengan
jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40 minggu atau lebih mempunyai
hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan dengan fungsi cairan amnion yaitu melindungi
janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu janin,
meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan jalan
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 8
lahir pada permulaan partus kala II. Dengan adanya oligohidramnion maka tekanan pada uterus
tidak sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali pusat dan menimbulkan gawat janin.
Janin menjadi stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan mencemari cairan ketuban,
sehingga tak jarang terjadi aspirasi mekonium yang kental.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
2. Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan
antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri dapat membantu
penegakan diagnosis.
3. Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat penulangan pada bagian distal femur,
bagian proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
4. USG : ukuran diameter biparietal, gerkan janin dan jumlah air ketuban.
5. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diamabil dengan amniosenteris baik
transvaginal maupun transabdominal, kulit ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit
yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang
diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan
berwarna jingga
a. Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu.
b. Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu.
6. Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurt warnanya karena dikeruhi
mekonium.
7. Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plase.
8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin
terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan
berbahaya dalam kandungan.
9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.
10. Pemeriksaan pH darah kepala janin.
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
b. Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena
O2 dalam darah sedikit
c. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm
imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi
d. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
e. Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering terjadi
hipoglikemi.
11. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 9
b. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea.
c. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena
terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
12. Urine
13. Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
14. Photo thorax
15. Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
G. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan > 40-42 mingg yang penting monitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
d. Bila ada riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, Terdapat
hipertensi, pre-eklampsia, Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, Pada
kehamilan > 40-42 minggu. Maka ibu dirawat di rumah sakit :
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi
sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur
lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.
(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
e. Penatalaksanaan antisipasi pada usia kehamilan lewat bulan antara 40 hingga 42
minggu
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 10
f. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan leat bulan :
a) Induksi persalinan, Meski metode induksi sekarang diutamakan pada induksi
kontarkasi uterus, namun peran servik sangat penting yang aktivitasnya tidak
sepenuhnya dipengaruhi uterus.
Penggunanaan obat berpusat pada oksitosin sejak tahun 1960-an dan
prostaglandin sejak tahun 1970-an. Pengaturan dosis, dan cara pemberian dan
waktu pemberian untuk semua metode hingga kini masih dalam penelitian,
Untuk menghasilkan persalinan yang aman, keberhasilan induksi persalinan
setelah servik matang dapat dicapai dengan menggunakan prostaglandin E2
(PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens
yang mematangkan servik dibanding oksitosin.
g. Metode hormon untuk induksi persalinan :
Oksitosin yang digunakan melalui intravena (atas persetujuan FDA untuk induksi
persalinan). Dengan catatan servik sudah matang. Prostaglandin dapat digunakan untuk
mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya
menunjukkan hal yang positif.
h. Metode non hormon Induksi
Amniotomi adalah Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan
harus memeriksa dengan teliti untuk mengkaji penipisan servik, pembukaan posisi, dan
letak bagian bawah. Presentasi selain kepala merupakan kontraindikasi AROM dan
kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat
menyebabkan prolaps talipusat. Meskipun amniotomi sering dilakukan untuk
menginduksi persalinan, namun hingga kini masih belum ada studi prospektif dengan
desain tepat yang secara acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk
mengevaluasi praktik amniotomi ini.
Pompa Payudara dan stimulasi puting. Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena
menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan.
Penanganannya dengan menstimulasi selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode
kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 11
BAYI POST PARTUM
A. Konsep Asuhan Keperawatan PostPartum
a. Identitas bayi / ibu.
b. Riwayat penyakit.
a) Riwayat penyakit sekarang.
Bayi lahir dengan usia kehamilan ibu lebih dari 42 minggu dan tidak merasakan adanya
tanda-tanda bayi mau lahir.
b) Riwayat penyakit dahulu.
Kemungkinan ibu pernah mengalami kehamilan lama seperti yang dialami sekarang,
riwayat haid ibu, penyakit yang diderita ibu yang berkaitan dengan kehamilannya.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Apakah ada dalam keluarga yang pernah melahirkan bayi post term.
C. Pengkajian fisik.
Respirasi : bisa terjadi asfiksia.
Kulit :berkeriput, pucat disertai deskuamasi, verniks kaseosa dan lanugo berkurang.
Nutrisi : kurus, tampak kurang gizi.
B. Diagnosa Kepereawatan
No NANDA NIC NOC
1 Ggg pertukaran
gas b/d asfiksia
Keseimbangan
elektrolit dan
asam basa
Status
respiratori :pertu
karan gas
Status
respiratori :venti
lasi
Perfusi
jaringan :
pulmonal
Status tanda
tanda vital
Manajemen jalan napas
Aktivitas:
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
ventilasi yang turun atau yang hilang dan
catat adanya bunyi tambahan
Monitor pernafasan dan status oksigen.
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
Monitor tanda tanda vital
Aktivitas:
Mengukur tekanan darah, denyut nadi,
temperature, dan status pernafasan, jika
diperlukan
Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan
darah
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 12
Memantau suara jantung
Memantau tingkat dan irama pernafasan
(e.g. kedalaman dan kesimetrisan)
Memantau suara paru
Memantau pola pernafasan yang abnormal
(e.g. Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea,
ataxic, dan bernafas panjang)
Mengukur warna kulit, temperature, dan
kelembaban
2 Ggg nutrisi
kurang dari keb
tubuh b/d
kekurangan
pasokan nutisi dan
terhentinya
pertumbuhan
janin
Status nutrisi
Status nutrisi :
asupan makanan
dan cairan
Status nutrisi :
intake nutrien
Pengontrolan
berat badan
Manajemen nutrisi
Aktivitas:
Kontrol penyerapan makanan/cairan dan
menghitung intake kalori harian, jika
diperlukan.
Pantau ketepatan urutan makanan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Tentukan jimlah kalori dan jenis zat
makanan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi
dengan ahli makanan, jika diperlukan.
Pastikan bahwa makanan berupa makanan
yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
Atur pemasukan
makanan, jika diperlukan.
Monitoring nutrisi
Aktivitas:
Timbang berat badan klien.
Monitor kehilangan dan pertambahan berat
badan.
Monitor respon emosi klien terhadap situasi
dan tempat makan.
Monitor intake kalori dan nutrisi
Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan
lemah
Monitor adanya mual dan muntah
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 13
Manajemen cairan
Aktivitas:
Timbang BB tiap hari
Pertahankan intake yang akurat
Monitor perubahan BB klien sebelum dan
sesudah dialisa
Monitor status nutrisi
Monitor TTV
Berikan terapi IV
3 Ggg integritas
kulit b/d
pengelupasa kulit
Integritas
Jaringan :
Membran Kulit
dan Mukosa
Penyembuhan
Luka : Tujuan
Primer
Penyembuhan
Luka : Tujuan
Sekunder
1. Pemeriksaan kulit
Aktivitas:
Inspeksi kulit dan membran mukosa
dari adanya kemerahan, panas yang
luar biasa, atau drainase.
Pantau area kulit yang kemerahan
dan rusak.
Pantau kulit dari adanya ruam dan
lecet.
Pantau kulit dari adanya kelembapan
dan kekeringan yang berlebihan.
Pantau warna kulit.
BAB III
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui
batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. (Buku
Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus
dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang
didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.
Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada factor yang diduga
bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah factor hormonal yaitu kadar
progesterone, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas
lebar-lebar, sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut
karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan
dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami
hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia
gestasinya. Banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia
lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
B. Saran
Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup
dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan persalinan
dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui
kesehatan janin dan sang ibu.
DAFTAR PUSTAKA
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 15
1. Wiknjosastro, Hanifa. Prof. Dr. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Penerbit
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1992
2. Martodipoero, Soebagjo. Dr. Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes RI -Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Surabaya. 1977
3. Jaffe, Marrie, etc. Maternal Infant Health Care Plans. Spring House Corporation, Pennsylvania.
1989
4. https://www.academia.edu/8463423/Asuhan_Keperawatan_dengan_bayi_Post_Matur
( Diunduh tanggal 11 April 2015 )
5. https://www.scribd.com/doc/218506857/Askep-Pada-Bayi-Post-Matur ( Diunduh
tanggal 11 April 2015)
6. http://www.slideshare.net/septianraha/askep-postmatur-27692894 ( Diunduh tanggal 11
April 2015)
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 16
DENGAN MASALAH PHIMOSIS PADA ANAK
OLEH KELOMPOK 4:
SABILA HASANAH ALMAFAZAH
SHANTI ARIESTANTYA
AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH
BANDAR LAMPUNG
2014/2015
KATA PENGANTAR
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 17
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’KEPERAWATAN ANAK‘’. Adapun makalah ini
membahas mengenai ” PHIMOSIS PADA ANAK”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,
khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Baitul Hikmah.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb
Bandar Lampung, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 18
COVER………………… ………………………………………………………………..1 KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..2DAFTAR ISI ……………………………………………………..................................3
BAB I PENDAHULUANA. Latar belakang …………………………………………….........................................4B. Tujuan …………………………………………........................................................5
BAB II : PEMBAHASANA. Pengertian ………………………………………………...........................................6B. Etiologi..............................………………………………........................................7C. Patofisiologi…………………………………………………………………………...9D. Ciri – ciri ………………………………………………………………………………9E. Klasifikasi……….………………………………………..........................................11F. Manifestasi Klinis ..................................................................................................12G. Pemeriksaan Penunjang….......................................................................................13H. Pengobatan dan Pentalaksanaan..............................................................................14
BAB III ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian ……………………………………..………............................................17B. Diagnosa…………………………………………………..........................................17C. Perencanaan……………………………………………............................................18D. Implementasi dan Evaluasi ....................................................................................18
BAB III : PENUTUPA. Kesimpulan ……………………………………………...........................................20B. Saran……………………………………………......................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 19
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada saat ini banyak sekali masalah peyakit yang timbul pada bayi dan anak. Banyak sekali faktor
pencetus yang membuat anak tersebut mengidap penyakit tersebut, seperti faktor keturunan, faktor
bawaan , ataupun karena terinfeksi oleh bakteri ataupun virus.
Salah satu dari penyakit yang berisiko tinggi untuk anak – anak adalah fimosis. Fimosis adalah
peyakit menganggu saluran perkemihan atau eliminasi pada anak yang baru lahir. Penyebab penyakit
ini adalah infeksi bakteri yang menyerang pada penis bayi yang baru lahir, Sampai saat ini penyebab
lain dari penyakit ini. Dan untuk pencegahanya juga belum diketahui dengan pasti untuk mencegah
penyakit ini supaya tidak dapat timbul.
Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisa dikarenakan
keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi
sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi
Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut akan kembali seperti
normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yang preputiumnya
sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara
perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50%
yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5%
pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok
terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.
Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisa urin
mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa pada urine
menjadi lading subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih (UTI).
D. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Phimosis pada anak secara sistematis, serta
mengetahui apa yang menjadi konsep penyakit yang mengalami Phimosis pada anak, serta dapat
mengaplikasikanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gejala Phimosis
pada anak.
BAB II
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 20
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi (ditarik) ke
proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena
terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan glans penis.
( Purnomo, Basuki; 2000 )
Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu sempit.
( Ramali, Ahmad; 2003 )
Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara
normal dapat diretraksi.
( Behram, Richard E;2000)
Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke atas glans penis.
( Catzel, Pincus; 1990 )
A. Etiologi
a. Konginetal (fimosis fisiologis), Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir
sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit
preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat
lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan
terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan
dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian
mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang
penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki
berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian
lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul
kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk,
peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan
berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang
membuka. Fimosis dapat disebabkan oleh:
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 21
a. Kegagalan kulup untuk melonggar selama proses pertumbuhan, Fimosis pada bayi laki-
laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak
berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan prepusium menjadi melekat pada
glans penis, sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila stenosis atau retraksi tersebut
ditarik dengan paksa melewati glans penis, sirkulasi glans dapat terganggu hingga
menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa disebut
parafimosis.
b. Infeksi seperti balinitis, Infeksi yang terjadi kemungkinan timbul dari ketidakmampuan
melakukan pembersihan yang efektif sehingga menyebabkan pembengkakan, kemerahan
dan rasa sakit di daerah tersebut.
c. Cacat yang disebabkan oleh trauma
d. Fimosis dapat timbul kemudian setelah lahir, Hal ini berkaitan dengan tingkat
higienitas alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
(balanoposthitis kronik),
e. Forceful Retraction, Penarikan berlebihan kulit preputium
B. Patofisiologi
Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan
oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan
prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium menjadi
retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat di
retraksi.
Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur
dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung
prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena “balloning” dimana prepusium mengembang saat
berkemih karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium.
Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih, seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah
terjebak di dalam prepusium. Adanya kandungan glukosa pada urine menjadi pusat bagi pertumbuhan
bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis adalah infeksi saluran kemih
(ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus fimosis,
Fimosis juga terjadi jika tingkat higienitas rendah pada waktu BAK yang akan
mengakibatkan terjadinya penumpukan kotoran-kotoran pada glans penis sehingga
memungkinkan terjadinya infeksi pada daerah glans penis dan prepusium (balanitis) yang
meninggalkan jaringan parut sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang.
Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi smegma. Cairan ini
berguna untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini di dekat pertemuan prepusium dan
glans penis yang membentuk semacam “lembah” di bawah korona glans penis (bagian kepala penis
yang berdiameter paling lebar). Di tempat ini terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 22
Bila tidak terjadi fimosis, kotoran ini mudah dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan
tersebut sulit dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang terjadi
adalah perlekatan prepusium dengan glans penis, debris dan sel mati yang terkumpul tersebut tidak
bisa dibersihkan.
Ada pula kondisi lain akibat infeksi yaitu balanopostitis. Pada infeksi ini terjadi peradangan pada
permukaan preputium dan glans penis. Terjadi pembengkakan kemerahan dan produksi push di antara
glans penis dan prepusium. Meski jarang, infeksi ini bisa terjadi pada diabetes.
C. Pathway
D. Manifestasi Klinis
a. Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
b. Balloning (menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan
retensi urin)
c. Sakit saat berkemih
d. Sulit kencing
e. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.
f. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan.
g. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan
arah yang tidak dapat di duga.
h. Bisa juga disertai demam.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 23
E. Komplikasi
Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan :
1. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
2. Ulserasi meatus, Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar epithelium glans. Untuk
menimbulkan nyeri pada saat berkemih kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan
retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi
dengan meatotomi dan dilatasi.
3. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi sekunder
dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
4. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
5. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan
pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.
6. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
7. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan
kerusakan pada ginjal.
8. Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.
F. Pemeriksaan Penunjang
Jika prepusium tidak dapat atau hanya sebagian yang dapat diretraksi, atau menjadi cincin
konstriksi saat ditarik ke belakang melewati glans penis, harus diduga adanya disproporsi antara lebar
kulit prepusium dan diameter glans penis. Selain konstriksi kulit prepusium, mungkin juga terdapat
perlengketan antara permukaan dalam prepusium dengan epitel glandular dan atau frenulum breve.
Frenulum breve dapat menimbulkan deviasi glans ke ventral saat kulit prepusium diretraksi.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
1. Perawatan Rutin
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi fimosis, yaitu: kebersihannya
agar tidak terjadi infeksi yang dapat menghambat saluran kemih kembali. Selain itu usahakan
untuk selalu membersihkan kepala penis perlahan-lahan setiap kali anak selesai buang air kecil.
Hal ini penting untuk menjaga kebersihan :
a. Menggunakan krim tropis, steroid dan non-steroid yang dioleskan pada bagian kulup.
b. Peregangan bertahap untuk membuka kulup sehingga lebih longgar.
c. Pembedahan untuk membentuk kembali kulup dan membuatnya lebih lebar.
2. Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan
popok basah untuk waktu yang lama.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 24
3. Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap
aliran keluar.
4. Sirkumsisi
Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk
mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah. Fimosis yang harus
ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan balanopostitis. Bila ada
balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul dengan
sirkumsisi sempurna setelah radang mereda.
5. Perawatan Bedah Rutin
a. Perawatan Pasca Bedah, Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi. Observasi termasuk
adanya perdarahan. Pembalut diangkat jika basah oleh urin dan lap panggul berguna untuk
membersihkan penis. Popok perlu sering diganti.
b. Bimbingan bagi orang tua, Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau
anak siap untuk pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap
komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan
jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
H. Pencegahan
1. Jangan gunakan pampers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.
2. Jangan berganti-ganti merek pampers. Gunakan satu merek yang cocok dengan bayi.
3. Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai pampers, kendurkan bagian paha untuk
ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).
4. Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur dengan
bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan hangat sehingga ia tidak kedinginan.
5. Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2 hari atau lebih
bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :
1. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan
kasa. Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke
bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.
2. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.
3. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan
iritasi.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 25
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PHIMOSIS PADA ANAK
A. Konsep Asuhan Keperawatan Phimosis
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar yang berhubungan dengan Phimosis adalah sebagai berikut : Nyeri saat berkemih,
Balloning, Retensi Urine
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah adalah sebagai berikut :
Pre Operasi
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik.
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
3. Perencanaan Keperawatan
Pree operasi
a. Gangguan eliminasi urine sampai retensi urine
Tujuan : Klien mengatakan tidak ada hambatan aliran urine
Intervensi:
a) Kaji haluan urine
R/ retensi urine dapat terjadi karena adanya sumbatan
b) Perhatikan waktu
R/ untuk mengetahui output pasien
c) Dorong klien untuk berkemih bila terasa ada dorongan tetapi tidak lebih dari 30
menit
R/ penahanan urine selama > 30 menit bias merusak sel kemih
b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan
kecemasan pasien berkurang.
NOC : Kontrol cemas
Kriteria Hasil :
a) Tingkat kecemasan dalam batas normal.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 26
b) Mengetahui penyebab cemas.
c) Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas.
d) Tidur adekuat.
NIC : Pengurangan Cemas
Intervensi :
a) Ciptakan suasana yang tenang.
b) Ciptakan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
c) Identifikasi perubahan tingkat kecemasan
d) Gunakan pendekatan dan sentuhan.
e) Jelaskan seluruh prosedur tindakan pada klien.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan keluarga
dan pasien mengerti akan tindakan yang akan dilakukan.
NOC : Pengetahuan tentang penyakit
Kriteria hasil :
a) Familiar dengan penyakit.
b) Mendeskripsikan proses penyakit.
c) Mendeskripsikan efek penyakit.
d) Mendeskripsikan komplikasi.
NIC : Mengajarkan proses penyakit
a) Observasi tingkat pengetahuan klien sebelumnya.
b) Jelaskan proses penyakit.
c) Diskusikan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi.
d) Diskusikan tentang pilihan terapi.
e) Instruksikan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat
Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan nyeri
berkurang.
NOC : kontrol nyeri
Kriteria hasil :
a) Mengenali faktor penyebab.
b) Menggunakan metode pencegahan.
c) Mengenali gejala-gejala nyeri.
d) Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri
NIC : pain management
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 27
Intervensi:
a) Kaji skala nyeri
R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sebagai pedoman untuk tindakan yang
harus diberikan.
b) Ajarkan teknik relaksasi
R/ merelaksasikan otot-otot sehingga suplai darah ke jaringan terpenuhi.
c) Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat
R/ obat (anti plasmadik) untuk merelaksasikan otot-otot polos
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan resiko
infeksi tidak terjadi.
NOC : kontrol infeksi: knowledge
Kriteria hasil :
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
b) Menunjukan perilaku hidup normal.
c) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
NIC : infection kontrol
a) Lihat tanda-tanda infeksi
R/ untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan.
b) Konsul dengan tim medis tentang prosedur sirkumsisi
R/ sirkumsisi mencegah infeksi saluran kemih (UTI)
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan cairan
terpenuhi.
NOC : fluid balance
Kriteria hasil :
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan.
b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
NIC : fluid management
Intervensi :
a) Timbang popok jika diperlukan.
b) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat.
c) Monitor status hidrasi.
d) Monitor TTV.
e) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
f) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan konginetal
atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya produksi hormon dan
pertumbuhan. Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa
diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah infeksi
karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi pertumbuhan
bakteri.
B. Saran
Dengan adanya makalah dengan kasus fimosis pada anak,di harapkan mahasiswa dapat mengerti
tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu memberikan suatu asuhan keperawatan yang
benar pada anak yang menderita fimosis.
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 29
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer. C. Suzanne. Bare. G. Brenda.2001.Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
edisi 8 vol 3.Jakarta : EGC
2. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.Ahli Bahasa Budi Santosa. Jakarta: Prima
Medika
3. Wilkinson. M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
4. https://w Price, SW dan Wilson, LM. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 1. Jakarta :
EGC. 2005
5. Sjamsuhidajat R,dan Jong W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004
6. http://www.scribd.com/doc/60627776/FIMOSIS-UROLOGI ( Diunduh tanggal 11 April 2015)
7. http://id.scribd.com/doc/92176973/PHIMOSIS ( Diunduh tanggal 11 April 2015)
8. http://id.scribd.com/doc/85405294/FIMOSIS-fian ( Diunduh tanggal 11 April 2015)
KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 30