Phimosis Dan Post Partum

44
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH BAYI POST MATUR OLEH KELOMPOK 4: SABILA HASANAH ALMAFAZAH SHANTI ARIESTANTYA AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH BANDAR LAMPUNG 2014/2015 KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 1

description

kep. anak

Transcript of Phimosis Dan Post Partum

Page 1: Phimosis Dan Post Partum

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

DENGAN MASALAH BAYI POST MATUR

OLEH KELOMPOK 4:

SABILA HASANAH ALMAFAZAH

SHANTI ARIESTANTYA

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH

BANDAR LAMPUNG

2014/2015

KATA PENGANTAR

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 1

Page 2: Phimosis Dan Post Partum

Assalammu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’KEPERAWATAN ANAK‘’. Adapun makalah ini

membahas mengenai ” BAYI POST MATUR”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan

memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan

makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan

penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,

khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Baitul Hikmah.

Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, April 2015

Penyusun

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 2

Page 3: Phimosis Dan Post Partum

DAFTAR ISI

COVER………………… ………………………………………………………………..1 KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..2DAFTAR ISI ……………………………………………………..................................3

BAB I PENDAHULUANA. Latar belakang …………………………………………….........................................4B. Tujuan …………………………………………........................................................5

BAB II : PEMBAHASANA. Pengertian ………………………………………………...........................................6B. Etiologi..............................………………………………........................................7C. Patofisiologi…………………………………………………………………………...9D. Ciri – ciri ………………………………………………………………………………9E. Klasifikasi……….………………………………………..........................................11F. Manifestasi Klinis ..................................................................................................12G. Pemeriksaan Penunjang…......................................................................................13H. Pengobatan dan Pentalaksanaan.............................................................................14

BAB III ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian ……………………………………..………...........................................17B. Diagnosa………………………………………………….........................................17C. Perencanaan……………………………………………...........................................18D. Implementasi dan Evaluasi ...................................................................................18

BAB III : PENUTUPA. Kesimpulan ……………………………………………...........................................20B. Saran……………………………………………......................................................20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 3

Page 4: Phimosis Dan Post Partum

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehamilan postmatur merupakan salah satu bentuk kegawatdaruratan medis yang terjadi pada ibu

hamil dan ibu yang akan bersalin. kehamilan postmatur adalah kehamilan yang melampaui umur 294

hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya

(Manuaba, 1999)

Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari) dihitung dari HPHT (Hari

Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm) ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu.

Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih.

Prevalensi ini bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh peneliti

(Prawirohardjo, 2008)

Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari HPHT, jadi untuk

menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur kehamilan yang tepat. Selain dari haid,

penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan

dari saat pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan

makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur kehamilan dan bila

dilakukan sebelum trimester kedua, hasilnya lebih akurat

(FK Unpad, 2005)

Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang terjangkau oleh

seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu

hamil dapat melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Seorang perawat dituntut agar

mampu memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, dalam memberikan pelayanan

kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup.

B. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Post matur pada bayi secara sistematis, serta

mengetahui apa yang menjadi konsep penyakit yang mengalami Post matur pada bayi, serta dapat

mengaplikasikanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gejala Post matur

pada bayi.

BAB II

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 4

Page 5: Phimosis Dan Post Partum

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan

rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Postmaturitas adalah suatu keadaan dimana bayi

lahir setelah usia kehamilan melebihi 42 minggu. Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah

294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan

( postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama

kehamilan dan maturitas janin.

( Varney Helen,2007)

Bayi Post Term adalah bayi yang lahir setelah kehamilan lebih dari 42 minggu, dihitung dari

hari pertama haid terakhir tanpa memperdulikan berat badan bayi pada waktu lahir.

Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas

waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi.

(Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450)

Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca

maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.

Keakuratan dalam memperkirakan usia kehamilan meningkat pesat sejak adanya USG yang makin

banyak digunakan. Kisaran optimum variasi lama gestasi pada manusia belum diketahui hingga kini,

dan penetapan dua minggu melewati taksiran persalinan (TP) masih berubah-ubah. Meskipun

insidensi kehamilan lewat bulan relatif rendah, beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar

induksi yang dijadwalkan dengan indikasi kehamilan lewat bulan faktanya kurang dari 42 minggu

berdasarkan hitungan dengan USG. Akibatnya induksi yang menjadi bersifat relative.

B. Etiologi

Penyebab kelahiran post term Pada umumnya sering dianggap bahwa penyebab post term adalah

tidak pekanya uterus terhadap oksitoksin. Penyebab lain yang dikemukakan ialah faktor herediter

karena lewat waktu tidak jarang terjadi pada suatu keluarga tertentu dan mempunyai kecendrungan

untuk terulang pada wanita yang sama.

Penyebab lahir matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan

yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007). Apabila diambil batas

waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu

frekuensinya adalah 3,4 -4%

(Ochtar,Rustam,1998)

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 5

Page 6: Phimosis Dan Post Partum

Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada factor yang diduga bayi

lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah faktor hormonal yaitu kadar progesterone,

kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.

C. Patofisiologi

Faktor hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup

bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang

( Mochtar, Rustam, 1999)

Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban dan

insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.

Etiologi menurut  Nwosu dkk  faktor-faktor yang menyebabkan post matur stress, sehingga tidak

timbulnya his kurangnya air ketuban dan Insufisiensi plasenta

( ilmu Kebidanan: hal.318)

Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42

minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri

spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh

kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga

berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik

untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55%

intrapartum, 15% postpartum.

D. Manifestasi Klinis

Pengaruh terhadap Ibu dan Janin :

1. Terhadap Ibu

Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena :

a. Aksi uterus tidak terkoordinir.

b. Janin besar.

c. Moulding kepala kurang.

Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan

perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikan angka mordibitas dan mortalitas.

2. Terhadap janin

Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari kehamilan 40

minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada

janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah

kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 6

Page 7: Phimosis Dan Post Partum

Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas

lebar-lebar, sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena

bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak

kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami hambatan

pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.

Banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi

mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak

Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing

belum dapat ditentukan dengan pasti. Syndrome ini terjadi pada sekitar 10% kehamilan antara 41

dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33% pada 44 minggu. Oligohidramnion yang

menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.

1. Gejala, Gambaran fisik bayi postmatur :

a. Panjangnya cukup umur, tetapi berat badannya rendah sehingga tampak kurus

b. Matang, berada dalam keadaan siaga

c. Lemak dibawah kulitnya sedikit sehingga kulit pada lengan dan tungkainya tampak

menggelambir

d. Kulitnya kering dan mengelupas

e. Kuku jari kaki dan kuku jari tangannya panjang

f. Kuku jari kaki, kuku jari tangan dan pusarnya berwarna kehijauan atau kecoklatan karena

mekonium (tinja pertama bayi)

2. Tanda-tanda bayi postmatur

a. Biasanya lebih berat dari bayi matur

b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur

c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang

d. Kuku panjang

e. Rambut kepala agak tebal

f. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

E. Komplikasi

1. Suhu yang tidak stabil.

2. Hipoglikemi.

3. Polisitemia.

4. Kelainan neurogenik.

5. Terhadap ibu persalinan serotinus dapat menyebabkan distosia dikarenakan oleh:

a. Aksi uterus yang tidak terkoordinir dikarenakan kadar progesteron yang tidak turun pada

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 7

Page 8: Phimosis Dan Post Partum

kehamilan serotinus maka kepekaan terhadap oksitosin berkurang sehingga estrogen tidak

cukup untuk menyediakan prostaglandin yang berperan  terhadap penipisan serviks dan

kontraksi uterus sehingga sering didapatkan aksi uterus yang tidak terkoordinir.

b. Janin besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus berlangsung dan dapat

menimbulkan CPD dengan derajat yang mengakhawatirkan akibatnya persalinan tidak

dapat berlangsung secara normal, maka sering dijumpai persalinan lama, inersia uteri,

distosia bahu dan perdarahan post partum.

6. Terhadap janin, Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 28 minggu

kemudian mulai menurun terurtama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan

penurunan kadarestriol kadar plasenta dan estrogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan

dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan  resiko tiga kali. Akibat dari proses

penuaan plasenta maka pasokan makanan dan oksigen akan menurun disamping dengan

adanya spasme arteri spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan

penurunan berat dalam hal ini dapat disebut dismatur. Sirkulasi utero plasenter akan

berkuarang 50% menjadi 250 mm/menit. Kematian janin akibat kehamilan serotinus

terjadi pada 30 % sebelum persalinan, 50% dalam persalinan dan 15% dalam postnatal.

Penyebab utama kematian perinatal adalah hipoksia dan aspirasi mekonium. Tanda-tanda

partus postterm dibagi menjadi tiga stadium:

a. Stadium I : kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit

kering, rapuh dan mudah mengelupas.

b. Stadium II : gejala pada stadium satu ditambah dengan pewarnaan mekonium

(kehijauan pada kulit).

c. Stadium III : pewarnaan kekeuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.

Pada kasus yang lain biasanya terjadi insufisiensi plasenta. Dimana plasenta, baik secara

anatomis maupun fisiologis tidak mampu memberikan makanan dan oksigen kepada fetus untuk

mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara norma. Hal ini dapat menyebabkan

kematian janin dalam kandungan. Volume cairan amnion akan meningkat sesuai dengan

bertambahnya kehamilan. Pada kehamilan cukup bulan cairan amnion 1000-1500 ml, warna

putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas, amis, dan agak manis, cairan ini mengandung

sekitar 98% air. Sisanya terdiri dari garam organik dan anorganik yaitu rambut lanugo (rambut

halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel dan forniks kaseosa (lemak yang meliputi kulit bayi.

Produksi cairan amnion sangat dipengaruhi fungsi plasenta. Pada kehamilan serotinus fungsi

plasenta akan menurun sehingga akibatnya produksi cairan amnion juga akan berkurang. Dengan

jumlah cairan amnion dibawah 400 ml pada umur kehamilan 40 minggu atau lebih mempunyai

hubungan dengan komplikasi janin. Ini dikaitkan dengan fungsi cairan amnion yaitu melindungi

janin terhadap trauma dari luar, memungkinkan janin bergerak bebas, melindungi suhu janin,

meratakan tekanan di dalam uterus pada partus sehingga serviks membuka, membersihkan jalan

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 8

Page 9: Phimosis Dan Post Partum

lahir pada permulaan partus kala II. Dengan adanya oligohidramnion maka tekanan pada uterus

tidak sempurna, sehingga terkadang disertai kompresi tali pusat dan menimbulkan gawat janin.

Janin menjadi stress kemudian mengeluarkan mekonium yang akan mencemari cairan ketuban,

sehingga tak jarang terjadi aspirasi mekonium yang kental.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Bila HPHT dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.

2. Kesulitan mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan

antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri dapat membantu

penegakan diagnosis.

3. Pemeriksaan rontgenologik dapat dijumpai pusat penulangan pada bagian distal femur,

bagian proksimal tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.

4. USG : ukuran diameter biparietal, gerkan janin dan jumlah air ketuban.

5. Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diamabil dengan amniosenteris baik

transvaginal maupun transabdominal, kulit ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit

yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang

diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan

berwarna jingga

a. Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu.   

b. Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu.

6. Amnioskopi, melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurt warnanya karena dikeruhi

mekonium.

7. Kardiotografi, mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plase.

8. Uji oksitosin ( stress test), yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin

terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan

berbahaya dalam kandungan.

9. Pemeriksaan kadar estriol dalam urin.

10. Pemeriksaan pH darah kepala janin.

a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :

b. Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena

O2 dalam darah sedikit

c. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm

imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi

d. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)

e. Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering terjadi

hipoglikemi.

11. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :

a. pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 9

Page 10: Phimosis Dan Post Partum

b. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering

terjadi hiperapnea.

c. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena

terjadi hipoksia progresif.

d. HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

12. Urine

13. Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :

a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)

b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)

c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)

14. Photo thorax

15. Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

G. Penatalaksanaan

a. Setelah usia kehamilan > 40-42 mingg yang penting monitoring janin sebaik-baiknya.

b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat

ditunggu dengan pengawasan ketat

c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang

boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.

d. Bila ada riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim, Terdapat

hipertensi, pre-eklampsia, Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, Pada

kehamilan > 40-42 minggu. Maka ibu dirawat di rumah sakit :

Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :

1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang

2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau

3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,

hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.

Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat

merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan kemungkinan diproporsi

sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur

lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.

(Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

e. Penatalaksanaan antisipasi pada usia kehamilan lewat bulan antara 40 hingga 42

minggu

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 10

Page 11: Phimosis Dan Post Partum

f. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan leat bulan :

a) Induksi persalinan, Meski metode induksi sekarang diutamakan pada induksi

kontarkasi uterus, namun peran servik sangat penting yang aktivitasnya tidak

sepenuhnya dipengaruhi uterus.

Penggunanaan obat berpusat pada oksitosin sejak tahun 1960-an dan

prostaglandin sejak tahun 1970-an. Pengaturan dosis, dan cara pemberian dan

waktu pemberian untuk semua metode hingga kini masih dalam penelitian,

Untuk menghasilkan persalinan yang aman, keberhasilan induksi persalinan

setelah servik matang dapat dicapai dengan menggunakan prostaglandin E2

(PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens

yang mematangkan servik dibanding oksitosin.

g. Metode hormon untuk induksi persalinan :  

Oksitosin yang digunakan melalui intravena (atas persetujuan FDA untuk induksi

persalinan).  Dengan catatan servik sudah matang. Prostaglandin dapat digunakan untuk

mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya

menunjukkan hal yang positif.   

h. Metode non hormon Induksi

Amniotomi adalah Pemecahan ketuban secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan

harus memeriksa dengan teliti untuk mengkaji penipisan servik, pembukaan posisi, dan

letak bagian bawah. Presentasi selain kepala merupakan kontraindikasi AROM dan

kontraindikasi lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat

menyebabkan prolaps talipusat. Meskipun amniotomi sering dilakukan untuk

menginduksi persalinan, namun hingga kini masih belum ada studi prospektif dengan

desain tepat yang secara acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk

mengevaluasi praktik amniotomi ini.

Pompa Payudara dan stimulasi puting. Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena

menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan.

Penanganannya dengan menstimulasi selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode

kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 11

Page 12: Phimosis Dan Post Partum

BAYI POST PARTUM

A. Konsep Asuhan Keperawatan PostPartum

a. Identitas bayi / ibu.

b. Riwayat penyakit.

a) Riwayat penyakit sekarang.

Bayi lahir dengan usia kehamilan ibu lebih dari 42 minggu dan tidak merasakan adanya

tanda-tanda bayi mau lahir.

b) Riwayat penyakit dahulu.

Kemungkinan ibu pernah mengalami kehamilan lama seperti yang dialami sekarang,

riwayat haid ibu, penyakit yang diderita ibu yang berkaitan dengan kehamilannya.

c) Riwayat penyakit keluarga.

Apakah ada dalam keluarga yang pernah melahirkan bayi post term.

C. Pengkajian fisik.

Respirasi : bisa terjadi asfiksia.

Kulit :berkeriput, pucat disertai deskuamasi, verniks kaseosa dan lanugo berkurang.

Nutrisi : kurus, tampak kurang gizi.

B. Diagnosa Kepereawatan

No NANDA NIC NOC

1 Ggg pertukaran

gas b/d asfiksia

Keseimbangan

elektrolit dan

asam basa

Status

respiratori :pertu

karan gas

Status

respiratori :venti

lasi

Perfusi

jaringan :

pulmonal

Status tanda

tanda vital

Manajemen jalan napas

Aktivitas:

        Auskultasi bunyi nafas, catat adanya

ventilasi yang turun atau yang hilang dan

catat adanya bunyi tambahan

        Monitor pernafasan dan status oksigen.

Atur intake cairan untuk

mengoptimalkan keseimbangan

cairan

   Monitor tanda tanda vital

Aktivitas:

        Mengukur tekanan darah, denyut nadi,

temperature, dan status pernafasan, jika

diperlukan

        Mencatat gejala dan turun naiknya tekanan

darah

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 12

Page 13: Phimosis Dan Post Partum

        Memantau suara jantung

        Memantau tingkat dan irama pernafasan

(e.g. kedalaman dan kesimetrisan)

        Memantau suara paru

        Memantau pola pernafasan yang abnormal

(e.g. Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea,

ataxic, dan bernafas panjang)

        Mengukur warna kulit, temperature, dan

kelembaban

2 Ggg nutrisi

kurang dari keb

tubuh b/d

kekurangan

pasokan nutisi dan

terhentinya

pertumbuhan

janin

Status nutrisi

Status nutrisi :

asupan makanan

dan cairan

Status nutrisi :

intake nutrien

Pengontrolan

berat badan

Manajemen nutrisi

Aktivitas:

        Kontrol penyerapan makanan/cairan dan

menghitung intake kalori harian, jika

diperlukan.

        Pantau ketepatan urutan makanan untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi harian.

        Tentukan jimlah kalori dan jenis zat

makanan yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi, ketika berkolaborasi

dengan ahli makanan, jika diperlukan.

        Pastikan bahwa makanan berupa makanan

yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi.

Atur pemasukan

        makanan, jika diperlukan.

Monitoring nutrisi

Aktivitas:

        Timbang berat badan klien.

        Monitor kehilangan dan pertambahan berat

badan.

        Monitor respon emosi klien terhadap situasi

dan tempat makan.

        Monitor intake kalori dan nutrisi

        Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan

lemah

        Monitor adanya mual dan muntah

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 13

Page 14: Phimosis Dan Post Partum

Manajemen cairan

Aktivitas:

        Timbang BB tiap hari

        Pertahankan intake yang akurat

        Monitor perubahan BB klien sebelum dan

sesudah dialisa

        Monitor status nutrisi

        Monitor TTV

        Berikan terapi IV

3 Ggg integritas

kulit b/d

pengelupasa kulit

Integritas

Jaringan :

Membran Kulit

dan Mukosa

Penyembuhan

Luka : Tujuan

Primer

Penyembuhan

Luka : Tujuan

Sekunder

1. Pemeriksaan kulit

Aktivitas:

Inspeksi kulit dan membran mukosa

dari adanya kemerahan, panas yang

luar biasa, atau drainase.

Pantau area kulit yang kemerahan

dan rusak.

Pantau kulit dari adanya ruam dan

lecet.

Pantau kulit dari adanya kelembapan

dan kekeringan yang berlebihan.

Pantau warna kulit.

BAB III

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 14

Page 15: Phimosis Dan Post Partum

PENUTUP

A. Kesimpulan

Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui

batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. (Buku

Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus

dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang

didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir.

Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada factor yang diduga

bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah factor hormonal yaitu kadar

progesterone, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.

Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit keriput, mengelupas

lebar-lebar, sianosis, badan kurus yang menunjukan pengurasan energi, dan maturitas lanjut

karena bayi tersebut matanya terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan

dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak mengalami

hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun dibawah persentil ke-10 untuk usia

gestasinya. Banyak bayi postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia

lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.

B. Saran

Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup

dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan persalinan

dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui

kesehatan janin dan sang ibu.

DAFTAR PUSTAKA

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 15

Page 16: Phimosis Dan Post Partum

1. Wiknjosastro, Hanifa. Prof. Dr. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Penerbit

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1992

2. Martodipoero, Soebagjo. Dr. Perawatan Ibu Di Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes RI -Pusat

Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Surabaya. 1977

3. Jaffe, Marrie, etc. Maternal Infant Health Care Plans. Spring House Corporation, Pennsylvania.

1989

4. https://www.academia.edu/8463423/Asuhan_Keperawatan_dengan_bayi_Post_Matur

( Diunduh tanggal 11 April 2015 )

5. https://www.scribd.com/doc/218506857/Askep-Pada-Bayi-Post-Matur ( Diunduh

tanggal 11 April 2015)

6. http://www.slideshare.net/septianraha/askep-postmatur-27692894 ( Diunduh tanggal 11

April 2015)

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 16

Page 17: Phimosis Dan Post Partum

DENGAN MASALAH PHIMOSIS PADA ANAK

OLEH KELOMPOK 4:

SABILA HASANAH ALMAFAZAH

SHANTI ARIESTANTYA

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH

BANDAR LAMPUNG

2014/2015

KATA PENGANTAR

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 17

Page 18: Phimosis Dan Post Partum

Assalammu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini

disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ‘’KEPERAWATAN ANAK‘’. Adapun makalah ini

membahas mengenai ” PHIMOSIS PADA ANAK”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan

memberikan bimbingan dalam penyusunan askep ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan

makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan

penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga hasil dari penyusunan askep ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang,

khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Baitul Hikmah.

Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, April 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 18

Page 19: Phimosis Dan Post Partum

COVER………………… ………………………………………………………………..1 KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..2DAFTAR ISI ……………………………………………………..................................3

BAB I PENDAHULUANA. Latar belakang …………………………………………….........................................4B. Tujuan …………………………………………........................................................5

BAB II : PEMBAHASANA. Pengertian ………………………………………………...........................................6B. Etiologi..............................………………………………........................................7C. Patofisiologi…………………………………………………………………………...9D. Ciri – ciri ………………………………………………………………………………9E. Klasifikasi……….………………………………………..........................................11F. Manifestasi Klinis ..................................................................................................12G. Pemeriksaan Penunjang….......................................................................................13H. Pengobatan dan Pentalaksanaan..............................................................................14

BAB III ASUHAN KEPERAWATANA. Pengkajian ……………………………………..………............................................17B. Diagnosa…………………………………………………..........................................17C. Perencanaan……………………………………………............................................18D. Implementasi dan Evaluasi ....................................................................................18

BAB III : PENUTUPA. Kesimpulan ……………………………………………...........................................20B. Saran……………………………………………......................................................20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 19

Page 20: Phimosis Dan Post Partum

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada saat ini banyak sekali masalah peyakit yang timbul pada bayi dan anak. Banyak sekali faktor

pencetus yang membuat anak tersebut mengidap penyakit tersebut, seperti faktor keturunan, faktor

bawaan , ataupun karena terinfeksi oleh bakteri ataupun virus.

Salah satu dari penyakit yang berisiko tinggi untuk anak – anak adalah fimosis. Fimosis adalah

peyakit menganggu saluran perkemihan atau eliminasi pada anak yang baru lahir. Penyebab penyakit

ini adalah infeksi bakteri yang menyerang pada penis bayi yang baru lahir, Sampai saat ini penyebab

lain dari penyakit ini. Dan untuk pencegahanya juga belum diketahui dengan pasti untuk mencegah

penyakit ini supaya tidak dapat timbul.

Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisa dikarenakan

keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi

sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi

Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut akan kembali seperti

normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon.

Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yang preputiumnya

sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara

perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50%

yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5%

pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok

terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani.

Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisa urin

mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa pada urine

menjadi lading subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih (UTI).

D. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya Phimosis pada anak secara sistematis, serta

mengetahui apa yang menjadi konsep penyakit yang mengalami Phimosis pada anak, serta dapat

mengaplikasikanya dalam bentuk asuhan keperawatan yang di alami klien dengan gejala Phimosis

pada anak.

BAB II

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 20

Page 21: Phimosis Dan Post Partum

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat di retraksi (ditarik) ke

proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena

terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan glans penis.

( Purnomo, Basuki; 2000 )

Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu sempit.  

 ( Ramali, Ahmad; 2003 )

Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara

normal dapat diretraksi.

( Behram, Richard E;2000)

Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke atas glans penis.

( Catzel, Pincus; 1990 )

A. Etiologi

a. Konginetal (fimosis fisiologis), Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir

sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit

preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat

lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan

terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan

dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian

mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang

penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki

berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian

lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit

preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.

b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul

kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk,

peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan

berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan

menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang

membuka. Fimosis dapat disebabkan oleh:

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 21

Page 22: Phimosis Dan Post Partum

a. Kegagalan kulup untuk melonggar selama proses pertumbuhan, Fimosis pada bayi laki-

laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak

berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan prepusium menjadi melekat pada

glans penis, sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila stenosis atau retraksi tersebut

ditarik dengan paksa melewati glans penis, sirkulasi glans dapat terganggu hingga

menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa disebut

parafimosis.

b. Infeksi seperti balinitis, Infeksi yang terjadi kemungkinan timbul dari ketidakmampuan

melakukan pembersihan yang efektif sehingga menyebabkan pembengkakan, kemerahan

dan rasa sakit di daerah tersebut.

c. Cacat yang disebabkan oleh trauma

d. Fimosis dapat timbul kemudian setelah lahir, Hal ini berkaitan dengan tingkat

higienitas alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium

(balanoposthitis kronik),

e. Forceful Retraction, Penarikan berlebihan kulit preputium

B. Patofisiologi

Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan

oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan

prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium menjadi

retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat di

retraksi.

Pada kasus fimosis lubang yang terdapat di prepusium sempit sehingga tidak bisa ditarik mundur

dan glans penis sama sekali tidak bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung

prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena “balloning” dimana prepusium mengembang saat

berkemih karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung prepusium.

Bila fimosis menghambat kelancaran berkemih, seperti pada balloning maka sisa-sisa urin mudah

terjebak di dalam prepusium. Adanya kandungan glukosa pada urine menjadi pusat bagi pertumbuhan

bakteri. Karena itu, komplikasi yang paling sering dialami akibat fimosis adalah infeksi saluran kemih

(ISK). ISK paling sering menjadi indikasi sirkumsisi pada kasus fimosis,

Fimosis juga terjadi jika tingkat higienitas rendah pada waktu BAK yang akan

mengakibatkan terjadinya penumpukan kotoran-kotoran pada glans penis sehingga

memungkinkan terjadinya infeksi pada daerah glans penis dan prepusium (balanitis) yang

meninggalkan jaringan parut sehingga prepusium tidak dapat ditarik kebelakang.

Pada lapisan dalam prepusium terdapat kelenjar sebacea yang memproduksi smegma. Cairan ini

berguna untuk melumasi permukaan prepusium. Letak kelenjar ini di dekat pertemuan prepusium dan

glans penis yang membentuk semacam “lembah” di bawah korona glans penis (bagian kepala penis

yang berdiameter paling lebar). Di tempat ini terkumpul keringat, debris/kotoran, sel mati dan bakteri.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 22

Page 23: Phimosis Dan Post Partum

Bila tidak terjadi fimosis, kotoran ini  mudah dibersihkan. Namun pada kondisi fimosis, pembersihan

tersebut sulit dilakukan karena prepusium tidak bisa ditarik penuh ke belakang. Bila yang terjadi

adalah perlekatan prepusium dengan glans penis, debris dan sel mati yang terkumpul tersebut tidak

bisa dibersihkan.

Ada pula kondisi lain akibat infeksi yaitu balanopostitis. Pada infeksi ini terjadi peradangan pada

permukaan preputium dan glans penis. Terjadi pembengkakan kemerahan dan produksi push di antara

glans penis dan prepusium. Meski jarang, infeksi ini bisa terjadi pada diabetes.

C. Pathway

D. Manifestasi Klinis

a. Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang

b. Balloning (menggelembungnya ujung prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan

retensi urin)

c. Sakit saat berkemih

d. Sulit kencing

e. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena  timbul rasa sakit.

f. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan.

g. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar dengan

arah yang tidak dapat di duga.

h. Bisa juga disertai demam.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 23

Page 24: Phimosis Dan Post Partum

E. Komplikasi

Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan :

1. Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih

2. Ulserasi meatus, Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar epithelium glans. Untuk

menimbulkan nyeri pada saat berkemih kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan

retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi

dengan meatotomi dan dilatasi.

3. Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi sekunder

dan akhirnya terbentuk jaringan parut.

4. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.

5. Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan

pembengkakan glans penis yang disebut parafimosis.

6. Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.

7. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan

kerusakan pada ginjal.

8. Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.

F. Pemeriksaan Penunjang

Jika prepusium tidak dapat atau hanya sebagian yang dapat diretraksi, atau menjadi cincin

konstriksi saat ditarik ke belakang melewati glans penis, harus diduga adanya disproporsi antara lebar

kulit prepusium dan diameter glans penis. Selain konstriksi kulit prepusium, mungkin juga terdapat

perlengketan antara permukaan dalam prepusium dengan epitel glandular dan atau frenulum breve.

Frenulum breve dapat menimbulkan deviasi glans ke ventral saat kulit prepusium diretraksi.

G. Penatalaksanaan Keperawatan

Prinsip terapi dan manajemen keperawatan

1. Perawatan Rutin

Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi fimosis, yaitu: kebersihannya

agar tidak terjadi infeksi yang dapat menghambat saluran kemih kembali. Selain itu usahakan

untuk selalu membersihkan kepala penis perlahan-lahan setiap kali anak selesai buang air kecil.

Hal ini penting untuk menjaga kebersihan :

a. Menggunakan krim tropis, steroid dan non-steroid yang dioleskan pada bagian kulup.

b. Peregangan bertahap untuk membuka kulup sehingga lebih longgar.

c. Pembedahan untuk membentuk kembali kulup dan membuatnya lebih lebar.

2. Kebersihan penis

Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan

popok basah untuk waktu yang lama.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 24

Page 25: Phimosis Dan Post Partum

3. Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap

aliran keluar.

4. Sirkumsisi

Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk

mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah. Fimosis yang harus

ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat obstruksi dan balanopostitis. Bila ada

balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih dahulu yang disusul dengan

sirkumsisi sempurna setelah radang mereda.

5. Perawatan Bedah Rutin

a. Perawatan Pasca Bedah, Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi. Observasi termasuk

adanya perdarahan. Pembalut diangkat jika basah oleh urin dan lap panggul berguna untuk

membersihkan penis. Popok perlu sering diganti.

b. Bimbingan bagi orang tua, Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau

anak siap untuk pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap

komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan

jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.

H. Pencegahan

1. Jangan gunakan pampers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.

2. Jangan berganti-ganti merek pampers. Gunakan satu merek yang cocok dengan bayi.

3. Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai pampers, kendurkan bagian paha untuk

ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar).

4. Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur dengan

bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan hangat sehingga ia tidak kedinginan.

5. Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2 hari atau lebih

bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.

Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

1. Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan

kasa. Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke

bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang.

2. Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi.

3. Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan

iritasi.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 25

Page 26: Phimosis Dan Post Partum

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PHIMOSIS PADA ANAK

A. Konsep Asuhan Keperawatan Phimosis

1. Pengkajian Keperawatan

Data dasar yang berhubungan dengan Phimosis adalah sebagai berikut : Nyeri saat berkemih,

Balloning, Retensi Urine

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan disusun menurut prioritas masalah adalah sebagai berikut :

Pre Operasi

a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomik.

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Post Operasi

a. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.

b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

3. Perencanaan Keperawatan

Pree operasi

a. Gangguan eliminasi urine sampai retensi urine

Tujuan : Klien mengatakan tidak ada hambatan aliran urine

Intervensi:

a) Kaji haluan urine

R/ retensi urine dapat terjadi karena adanya sumbatan

b) Perhatikan waktu

R/ untuk mengetahui output pasien

c) Dorong klien untuk berkemih bila terasa ada dorongan tetapi tidak lebih dari 30

menit

R/ penahanan urine selama > 30 menit bias merusak sel kemih

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan

kecemasan pasien berkurang.

NOC                     : Kontrol cemas

Kriteria Hasil        :

a) Tingkat kecemasan dalam batas normal.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 26

Page 27: Phimosis Dan Post Partum

b) Mengetahui penyebab cemas.

c) Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas.

d) Tidur adekuat.

NIC                      : Pengurangan Cemas

Intervensi             :

a) Ciptakan suasana yang tenang.

b) Ciptakan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.

c) Identifikasi perubahan tingkat kecemasan

d) Gunakan pendekatan dan sentuhan.

e) Jelaskan seluruh prosedur tindakan pada klien.

c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan keluarga

dan pasien mengerti akan tindakan yang akan dilakukan.

NOC                     : Pengetahuan tentang penyakit

Kriteria hasil         :

a) Familiar dengan penyakit.

b) Mendeskripsikan proses penyakit.

c) Mendeskripsikan efek penyakit.

d) Mendeskripsikan komplikasi.

NIC                      : Mengajarkan proses penyakit

a) Observasi tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

b) Jelaskan proses penyakit.

c) Diskusikan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi.

d) Diskusikan tentang pilihan terapi.

e) Instruksikan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala untuk melaporkan

pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat

Post operasi

a. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan nyeri

berkurang.

NOC                     : kontrol nyeri

Kriteria hasil         :

a) Mengenali faktor penyebab.

b) Menggunakan metode pencegahan.

c) Mengenali gejala-gejala nyeri.

d) Klien mengatakan nyeri berkurang atau tidak merasa nyeri

NIC                      : pain management

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 27

Page 28: Phimosis Dan Post Partum

Intervensi:

a) Kaji skala nyeri

R/ untuk mengetahui tingkat nyeri pasien sebagai pedoman untuk tindakan yang

harus diberikan.

b) Ajarkan teknik relaksasi

R/ merelaksasikan otot-otot sehingga suplai darah ke jaringan terpenuhi.

c) Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian obat

R/ obat (anti plasmadik) untuk merelaksasikan otot-otot polos

b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan resiko

infeksi tidak terjadi.

NOC                     : kontrol infeksi: knowledge

Kriteria hasil         :

a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.

b) Menunjukan perilaku hidup normal.

c) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

NIC                      : infection kontrol

a) Lihat tanda-tanda infeksi

R/ untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan.

b) Konsul dengan tim medis tentang prosedur sirkumsisi

R/ sirkumsisi mencegah infeksi saluran kemih (UTI)

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam diharapkan cairan

terpenuhi.

NOC                     : fluid balance

Kriteria hasil         :

a) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan.

b) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.

NIC                      : fluid management

Intervensi             :

a) Timbang popok jika diperlukan.

b) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat.

c) Monitor status hidrasi.

d) Monitor TTV.

e) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

f) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 28

Page 29: Phimosis Dan Post Partum

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan konginetal

atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya produksi hormon dan

pertumbuhan. Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa

diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah infeksi

karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi pertumbuhan

bakteri.

B. Saran

Dengan adanya makalah dengan kasus fimosis pada anak,di harapkan mahasiswa dapat mengerti

tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu memberikan suatu asuhan keperawatan yang

benar pada anak yang menderita fimosis.

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 29

Page 30: Phimosis Dan Post Partum

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer. C. Suzanne. Bare. G. Brenda.2001.Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth

edisi 8 vol 3.Jakarta : EGC

2. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.Ahli Bahasa Budi Santosa. Jakarta: Prima

Medika

3. Wilkinson. M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

4. https://w Price, SW dan Wilson, LM. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 1. Jakarta :

EGC. 2005

5. Sjamsuhidajat R,dan Jong W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004

6. http://www.scribd.com/doc/60627776/FIMOSIS-UROLOGI ( Diunduh tanggal 11 April 2015)

7. http://id.scribd.com/doc/92176973/PHIMOSIS ( Diunduh tanggal 11 April 2015)

8. http://id.scribd.com/doc/85405294/FIMOSIS-fian ( Diunduh tanggal 11 April 2015)

KEPERAWATAN ANAK AUTISME DAN HIPERAKTIF Page 30